Weekly Report - PT. Danpac Sekuritas

advertisement
Weekly Report
5 Januari 2015
Catatan Awal Tahun 2015
Selamat pagi seluruh nasabah sekalian,
Awal tahun 2015 telah kita lewati dan hari ini di hari kedua bursa kami mengetengahkan beberapa pandangan kami untuk sepanjang tahun 2015 tentunya berdasarkan data dan angka
Fundamental yang telah keluar sampai dengan tanggal 2 Januari 2015 yang lalu. Beberapa
yang kami akan soroti dalam catatan ini diantaranya adalah tentang kondisi pasar keuangan
Amerika Serikat secara umum, nilai GDP Indonesia baik dalam kacamata Rupiah maupun
USD, Subsidi minyak beserta neraca perdagangan nasional, dan terakhir adalah target IHSG
untuk sepanjang tahun 2015 beserta dengan resikonya. Khusus dalam catatan kali ini kami
tidak akan menyoroti apa saja yang bagus untuk anda para nasabah sekalian investasikan,
tetapi kami akan menyoroti sektor dan saham apa saja yang harus dan perlu anda hindari di
sepanjang tahun 2015. Kami berusaha mengambil dari sudut pandang yang berbeda agar
anda dapat melihat dari dua buah sisi mata uang mengingat sudah banyak sekali rekomendasi dan analisa awal tahun yang menuliskan saham-saham apa saja yang baik. Adapun untuk strategi dan pemilihan saham dari waktu ke waktu maka seperti biasa kami akan berikan
dalam catatan mingguan setiap Senin kepada para nasabah sekalian sekaligus sebagai update rutin dari catatan awal tahun 2015 ini. Demikian sedikit pengantar dari kami dan
selamat mengikuti :
CATATAN AWAL TAHUN 2015 :
Sebagai langkah awal dari catatan awal tahun kali ini kami sengaja melihat secara cepat dan
sekilas kondisi ekonomi Amerika Serikat yang menunjukkan adanya perbaikan secara
struktural setelah krisis menerpa di tahun 2008 yang lalu. Berikut adalah beberapa indikator
penting yang menjadi bahan analisa kami :
Ada beberapa hal yang menarik dari data ekonomi negeri Paman Sam diatas yang dapat kita
simak. Pertama adalah adanya kenaikan Consumer Confidence yang cukup drastis dan
berkelanjutan dari Amerika Serikat sejak era tahun 2009 yang menjadi titik awal pemulihan
ekonomoi Amarika setelah krisis tahun 2008. Walaupun kenaikan Consumer Confidence belum melampaui masa sebelum krisis tetapi peningkatan yang terjadi kami nilai cukup membuat warga Amerika untuk mau berbelanja kembali khususnya kepada barang-barang konsumer yang dipengaruhi langsung oleh tingkat kepercayaan pelanggan. Mulainya masyarakat Amerika Serikat berbelanja tersebut pada akhirnya membuat banyak pabrik, toko, dan
bisnis lainnya harus menambah tenaga kerjanya sehingga tingkat pengangguran baru (Initial
claims) terus turun yang mengantarkan Amerika Serikat memiliki pertumbuhan GDP kembali
dan meningkatkan nilai inflasi.
Weekly Report
Peningkatan nilai inflasi dan GDP ini memang pada satu sisi perlu diwaspadai karena jika terjadi terlalu cepat maka bank Sentral Amerika Serikat yang dikenal sebagai FED harus menaikkan nilai acuan
suku bungannya agar ekonomi mereka tidak overheating. Jika hal ini terjadi dalam tempo yang cepat maka akan sangat merugikan negara berkembang seperti Indonesia dimana kita selama tahun
2008 s/d 2012 mengalami capital inflow dari bergesernya dana asing akibat kebijakan bunga murah
di negeri paman Sam. Setidaknya para investor yang menggunakan dana pinjaman murah di Amerika Serikat harus kembali ke negerinya untuk terhindar dari kenaikan suku bunga. Akan tetapi ini
bukan akhir dari segalanya karena walaupun likuiditas dari pinjaman berkurang akan tetapi dana
dari akselerasi ekonomi seperti penambahan tenaga kerja, belanja pelanggan, dan juga spending
perusahaan kami nilai akan relatif lebih besar dibandingkan dana yang harus keluar tersebut. Akibat
tarik menarik antara dana yang harus masuk dan harus keluar tersebut maka secara keseluruhan
kami menilai likuiditas dunia tidak akan terpengaruh secara langsung dari kebijakan kenaikan suku
bunga FED. Hal yang sama kita lihat dengan kasus penghentian QE di tahun 2014 kemarin dimana
likuiditas dunia tetap terkendali meskipun bank Sentral Amerika Serikat menghentikan program
Quantitative Easing secara keseluruhan.
Yang perlu menjadi perhatian para nasabah sekalian adalah gejolak dan fluktuasi market relatif akan
membesar setiap kali FED melakukan meeting di akhir bulan karena spekulasi akan terjadi kenaikan
suku bunga dan tentang besaran kenaikan suku bunga yang akan dilakukan oleh FED. Kami sebagai
team analis hanya menggunakan beberapa guidence dari FED yaitu tercapainya kedua indikator
pengangguran yang turun dibawah 6% (sudah tercapai) dan inflasi yang besarnya melebihi 2%
(Belum terjadi). Kasus kenaikan FED sendiri bukan kali ini saja dialami oleh pasar keuangan dunia,
FED di era tahun 2004 s/d 2007 juga pernah menaikkan suku bunga acuan secara agresif hingga naik
ke level diatas 5%. Dunia pasar modal ketika itu justu mengalami periode BULL yang cukup panjang
seiring dengan ekonomi dunia yang cukup baik. Terlampir adalah gambaran masa kenaikan suku
bunga FED rate :
Selanjutnya kembali ke dalam negeri. Dari dalan negeri maka kami menyoroti nilai GDP yang menjadi tulang punggung utama pergerakan ekonomi dan pasar saham Indonesia. Secara umum kenaikan GDP yang sehat
(tidak melibatkan kenaikan inflasi yang tinggi)
mengindikasikan bahwa
ekonomi bertumbuh dari
sisi jumlah barang dan
jasa yang dihasilkan.
Dengan
pertambahan
tersebut maka perusahaan
dan
pelaku
ekonomi lainnya juga
memiliki
kenaikan
penjualan yang pada
akhirnya adalah kenaikan laba bersih. Disinilah
pentingnya nilai GDP
bagi pasar saham karena
pasar saham dapat bergerak lebih tinggi hanya
apabila perusahaan di
dalamnya memiliki laba
yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
Berikut adalah gambaran GDP Indonesia dari waktu ke waktu :
Page 2
Weekly Report
Melihat angka GDP yang terus tumbuh maka tidaklah mengherankan jika IHSG dalam
jangka waktu tahun 2000 s/d sekarang juga ikut tumbuh. Akan tetapi ada satu yang perlu
kita waspadai yaitu "Middle Income Trap" dimana pertumbuhan GDP dalam nominal rupiah ternyata tidak sejalan dengan pertumbuhan GDP dalam mata uang kuat dunia yaitu
USD. Jika tidak berhati-hati maka pertumbuhan GDP Indonesia hanya akan bersifat semu
akibat ketidakmampuan kita untuk bertransformasi menjadi negara yang swasembada
baik itu di pangan, industri, maupun teknologi.
Mengapa hal ini terjadi? "Middle Income Trap" terjadi karena satu faktor utama yaitu
peningkatan pendapatan masyarakat yang cepat tanpa diimbangi dengan peningkatan
kemampuan industri i negara tersebut untuk memproduksi barang maupun jasa. Akhirnya karena kebutuhan tetap harus dijawab maka akhirnya barang impor merajalela tanpa
kendali yang pada akhirnya membuat nilai mata uang semakin tergerus. Kita telah
melihat gejalan "Midle Income Trap" di Indonesia sejak tahun 2011 seiring dengan
pelemahan nilai mata uang Rupiah akibat neraca perdagangan yang negatif. Berikut adalah gambaran nilai GDP Indonesia dalam mata uang USD yang memperlihatkan sejak tahun 2011 hingga saat ini GDP Indonesia dalam mata uang USD relatif tetap dan jika tidak
tertangani dengan baik akan menjadi "Middle Income Trap" yang pada negara Afrika Selatan berlangsung selama 22 tahun :
Terlampir adalah neraca perdagangan Indonesia yang mencatatkan defisit sejak tahun
2012 dan menjadi salah satu penyebab utama dari permasalahan malemahnya nilai mata
uang IDR terhadap USD dan mandeknya nilai GDP dalam mata uang USD. Adapun defisit
perdagangan Indonesia terjadi terutama karena membludaknya konsumsi BBM yang tidak terkendali dan peningkatan subsidi akibat konsumsi yang berlebihan.
Page 2
Weekly Report
Page 2
Untuk menangani hal ini maka kami menilai pemerintah telah melakukan
banyak improvement terutama seiring berjalan mulusnya kenaikan harga
BBM dan akan relatif besarnya dana alokasi pembangunan infrastruktur
setidaknya selama 5 tahun kedepan. Selain dari sisi fiskal maka pemerintah
juga kami nilai akan berusaha sekuat tenaga untuk menambah kapasitas
industri Indonesia agar ketergantungan pada barang impor semakin kecil.
Namun tentu saja hal yang tidak boleh dilupakan selanjutnya adalah
penemuan ladang-ladang minyak baru karena bagaimanapun masalah utama pada nilai defisit neraca perdagangan Indoensia adalah karena rendahnya harga komoditas dunia dan tingginya konsumsi BBM oleh masyarakat. Tanpa perbaikan dari sisi neraca perdangangan dan penambahan
produksi serta pengurangan konsumsi BBM maka Middle Income Trap
akan menghantui kita sehingga ekonomi relatif akan stagnan dalam tempo
yang lama.
Terakhir yang menjadi catatan kami adalah tentang target IHSG sapanjang tahun 2014. Kami menggunakan analisa Quantitative dengan faktor
BI rate, nilai inflasi, dan kurs Rupiah untuk mendapatkan gambaran nilai IHSG sepanjang tahun 2015. Dari perhitungan tersebut kami
mendapatkan potensi reward dari IHSG ada pada kisaran 6,447 (sekitar 1,200 point dari saat ini) dengan resiko ada pada level 5,005 (sekitar 250 point dari saat ini) sebagaimana gambaran terlampir :
Dengan gambaran disamping maka itu
berarti investor yang berinvestasi saat
ini memiliki potensi keuntungan sebesar
23% dengan Resiko yang ditanggung
sebesar 4,8%. Angka resiko ini relatif
lebih besar dibandingkan dengan resiko
tahun 2014 yang kurang dari 4% tetapi
dengan nilai Reward : Risk ratio yang berada pada level 4.79 : 1 maka kami
masih menilai investasi di pasar saham
saham relatif menguntungkan dan menjanjikan di sepanjang tahun 2014.
Muncul pertanyaan dari para nasabah
sekalian, apakah dasar dari level IHSG di
level 6,400 tersebut? Apakah sematamata hitungan kalkulator saja? Dalam pasar saham tidak ada kejadian jangka panjang atau valuasi yang terjadi secara kebetulan atau tebaktebakan. Semua berjalan sesuai dengan rasionalitas serta nalar mengingat pasar saham terbentuk dari aktifitas dan kegiatan manusia yang
berada didalamnya. Terkait dengan IHSG level 6,400 maka kami menilai level ini mungkin tercapai di tahun 2015 dengan dua alasan.
Peningkatan Nilai EPS (Earning Per Share) dari emiten-emiten yang ada di pasar saham Indonesia seiring dengan peningkatan belanja
pemerintah dan swasta dalam rangka pembangunan infrasturktur. Sejak kenaikan BBM ditambah turunnya harga minyak dunia maka pertama kali sejak 5 tahun terakhir pemerintah memiliki ruang FISKAL yang lebar untuk bermanufer mendorong pertumbuhan ekonomi. Ditengah turunnya nilai ekspor kami menilai kondisi belanja pemerintah di sepanjang tahun 2015 akan meningkat cukup drastis khususnya untuk
belanja modal. Peningkatan belanja ini pada akhirnya akan menjadi triger multiplikasi bagi banyak perusahaan yang sahamnya dijual di bursa
efek Indonesia untuk memperoleh kenaikan penjualan dan laba bersih.
Membaiknya nilai Yield Risk Free Return (Bunga bebas Resiko) yang pada akhirnya menjadikan instrumen investasi beresiko tinggi seperti
pasar saham menjadi semakin menarik. Untuk Indonesia sendiri kami memperkirakan besarnya ruang fiskal yang dimiliki oleh pemerintah
akan menjadi alasan bagi Bank Indonesia untuk melonggarkan beberapa kebijakan dari sisi moneter yang menjadi domain dari Bank Indonesia. Beberapa hal yang mulai dipertimbangkan oleh Bank Indonesia selaku regulator sisi Moneter diantaranya adalah pelonggaran LTV (Loan
To Value) untuk pinjaman KPR, pelonggaran kebijakan SBI sebagai dana pihak ketiga untuk meningkatkan LDR (Loan Deposit Ratio), dan terakhir adalah adanya kemungkinan untuk penurunan suku bunga BI RATE seiring dengan defisit neraca berjalan yang semakin mengecil hingga
berada dibawah target BI sebesar -2,5% dari GDP Indonesia di tahun 2015.
Sisi kenaikan EPS adalah faktor tulang punggung sedangkan untuk nilai Yield Risk Free Return membuat pasar saham menjadi lebih menarik
dengan faktor pengali yang lebih besar. Kedua hal tersebut yang kami nilai akan mendominasi gerakan dari pasar saham saham Indonesia di
sepanjang tahun 2015. Jika kita menengok kembali kebelakang di sepanjang tahun 2014 maka yang terjadi di tahun 2014 hanyalah sisi kenaikan nilai EPS saja (rata-rata 15%) sedangkan nilai yield risk free return masih relatif flat pada level 7,5% bahkan sempat dinaikkan pada level
7,75% sebagai langkah antisipatif atas kenaikan BBM. Atas hal ini maka IHSG relatif hanya bergerak flat dari titik tertinggi sebelumnya di level
5,200 walaupun nilai laba bersih emiten di IHSG relatif bertumbuh dengan baik. Hal yang berbeda akan dialami oleh market di tahun 2015 dimana bukan saja sisi kenaikan EPS tetapi juga dari sisi perbaikan dari struktur fiskal dan moneter.
Terakhir sebagai catatan dari kami untuk awal tahun ini adalah sektor yang kami nilai akan berkinerja buruk atau setidaknya dibelakang dari
IHSG sepanjang tahun 2015 kedepan. Sektor-sektor ini kami anjurkan untuk dihindari seiring dengan pelemahan harga komoditas ditambah
dengan kesulitan Rusia untuk pendanaan sehingga kemungkinan stock akan relatif membanjir. Beberapa sektor diantaranya adalah Service
pertambangan, CPO, batubara, pertambangan logam, dan juga industri tekstil. Seluruh industri ini relatif kami nilai akan mengalami stagnasi
karena adanya tekanan ekonomi global khususnya permintaan dari Eropa dan China.
Demikian beberapa gambaran dan pandangan kami di awal tahun ini. Semoga memberikan pencerahan dan bermanfaat untuk pengambilan
keputusan investasi para nasabah sekalian. Selamat berinvestasi dan bertransaksi di tahun 2015.
Weekly Report
IHSG
IHSG berhasil break level pisikologi 5200. IHSG masih bergerak dalam trend naik jangka
panjang tetapi cenderung sideways di jangka menegah, sedangkan di jangka pendek
terlihat bergerak naik. Analisa trend line menunjukan naik dan pola peak and trough
untuk jangka panjang memberikan petunjuk naik sejak Agustus 2013. IHSG bergerak
dalam support 5200 sampai 5150 dan resistance di level 5250 sampai 5262. Pola Candle kecil mengindikasi konsolidasi dengan volume mengecil yang mengindikasi
dukungan untuk naik berkurang.
MACD sudah golden cross dan garis MACD diatas garis 0. Sedangkan garis Stochastic
memasuki area overbought. Money flow mengindikasikan aliran dana keluar. Sedangkan harga bergerak menyentuh garis Bollinger band atas. Secara system kami
menunjukan kalau IHSG dalam pola sideways di jangka panjang, tetapi dalam jangka
menegah sudah dalam trend naik.
Dalam jangka pendek IHSG berpeluang terkoreksi karena indicator stochastic oscillator
sudah overbought dan harga membentuk candle kecil serta berada di garis atas Bollinger band. Sedangkan di jangka menegah dalam satu minggu ini IHSG berpeluang
konsolidasi koreksi juga. Cenderung posisi SOS. Trading dengan disiplin.
Weekly Report
USD - IDR
USDIDR dalam pola trend naik di jangka panjang dan jangka menegah. Hal ini di tunjukan dengan trend line. Dan pola peak and trough untuk jangka panjang yang naik sejak pertengahan Maret 2014. Di jangka menegah trend line dan peak and trough juga
memberikan indikasi kenaikan. Target kami sebelumnya : “Tetapi kenaikan di jangka
panjang maupun menegah cenderung berlebih karena sudah keluar dari line atas sehingga berpeluang kembali ke center line. Level 12475 merupakan target penurunan
jangka menegah, sedangkan di jangka panjang berpeluang ke 12350an.”
Level Low USDIDR sudah berada di level 12350 seperti tulisan kami sebelumnya.
USDIDR bergerak dengan support 12465 sampai 12350 sedangkan resistance di 12600
sampai 12700.
MACD terjadi dead cross tetapi masih bergerak diatas garis nol, tetapi kembali ada momentum kenaikan. Sedangkan Stochastic Oscillator (SO) kembali golden crsoss di garis
tengah 50 sehingga USDIDR berpeluang kembali naik. Terlihat adanya aliran keluar
ketika terjadi koreksi, diikuti volume yang turun. Harga bergerak di dekat garis tengah
Bollinger band atas center line (MA20).
USDIDR berpeluang konsolidasi menguat kembali ke level 12600 - 12700an. Cenderung W&S di USDIDR dan kami perkirakan berpeluang bergerak kembali ke atas.
Weekly Report
( ACES )
Revenue *
EBITDA *
EBIT *
Operating Profit *
Pre-tax Profit *
Net Income *
EPS
Dividend per Share
Book Value per Share
ROE
ROA
* dalam milyar rupiah
2009
1.359
218,75
185,6
178,2
206,33
154,44
9,18
0,76
50,6
20,00%
17,50%
2010
1.641
266,37
227,15
217,89
229,17
177,85
10,37
0,92
60,07
18,70%
16,50%
Aktual
2011
2.426
432,86
381,58
363,1
370,87
285,13
16,63
2,5
70,36
25,70%
21,50%
2012
2013
3.223
3.895
631,53 731,03
562,49 651,19
562,49 651,19
537,31 622,99
437,14 508,87
24,98
29,7
2,5
10
93,36 111,05
31,10% 37,20%
26,00% 23,60%
2014
4.772
749,67
658,96
649,19
685,23
554,52
32,4
6,51
135,94
25,90%
19,50%
Prediksi
2015
5.620
871,24
760,6
819,66
790,04
636,76
37,17
8,96
165,26
24,50%
18,60%
2016
6.503
1.009
893,69
995,56
916,94
738,23
42,99
9,6
199,21
24,10%
18,80%
Sumber : Riset Investa Saran Mandiri
Sumber : Perusahaan
Weekly Report
Sumber : Thomson Reuters Eikon
Terlihat dari tahun 2010 kenaikan IHSG hanya sebesar 103%. Sedangkan kenaikan harga
saham ACES sebesar 423%. Dengan kenaikan harga saham ACES yang bisa lebih tinggi daripada kenaikan IHSG maka saham ACES sebagai saham retail konsumen layak untuk dibeli
dan disimpan.
Pada proyeksi riset kami kali ini proyeksi EPS growth ACES hanya 15% dengan pertimbangan mulai stabilnya kurs USD Rupiah di tahun 2015. Pertumbuhan rata rata EPS selama
5 tahun terakhir sekitar 15%.
Kami memprediksi PE tertinggi ACES tahun 2015 ada di level 23, dengan pertimbangan pertumbuhan EPS nya di tahun 2015 tidak lebih dari 15%.
Pada level harga saham ACES saat ini di level 780 kami memberikan rekomendasi BUY untuk ACES. Untuk harga wajar ACES 12 bulan ke depan kami melihatnya ada pada level
1.060.
Kami merekomendasikan beli dengan diskon 30% dari harga wajar ACES, sehingga ketika
harga berada di bawah level 740 menjadi level aman untuk dibeli.
Disclaimer
We have based this document on information obtained from sources we believe to be reliable, but we do not make any representation or warranty nor accept any responsibility or liability as
to its accuracy, completeness or correctness. Expressions of opinion contained herein are those of PT Danpac Sekuritas only and are subject to change without notice. Any recommendation
contained in this document does not have regard to the specific investment objectives, financial situation and the particular needs of any specific addressee. This document is for the information of the addressee only and is not to be taken as substitution for the exercise of judgment by the addressee. This document is not and should not be construed as an offer or a solicitation of an offer to purchase or subscribe or sell any securities.
Download