BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi memang merupakan suatu hal yang paling dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Sebagai mahkluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Komunikasi biasanya dilakukan tidak hanya di lingkungan masyarakat sekitar saja, keluarga, ataupun di lingkungan pendidikan. Tetapi komunikasi pun dibutuhkan di lingkungan perusahaan, bukan hanya kepada pihak internal saja, komunikasi pun di lakukan kepada pihak eksternal baik itu masyarakat sekitar perusahaan maupun pengguna jasa atau pemakai produk dari perusahaan tersebut. Komunikasi merupakan aktivitas dan kebutuhan dasar manusia yang biasa disebut juga sebagai suatu bentuk penyampaian maksud dari seseorang kepada manusia yang lain untuk suatu tujuan tertentu. Manusia berkomunikasi antar sesamanya baik dalam bidang ekonomi, politik, hukum, sosial, dan budaya. Artinya semua upaya yang dilakukan akan menyangkut dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan adanya komunikasi manusia pun dapat saling berhubungan satu sama lain entah itu didalam kehidupan sehari-hari, di dalam masyarakat, dan dimana saja berada. Tidak ada manusia yang tidak terlibat didalam suatu 1 2 komunikasi. Lebih tepatnya “Seseorang tidak dapat tidak berkomunikasi (A person cannot not communicate)”.1 Dalam berkomunikasi terdapat tiga hal yang penting, yaitu adanya penyampaian pesan (komunikator), adanya komunikan dan isi pesan itu sendiri. Sejak lahir dan selama proses kehidupannya, manusia akan selalu terlibat dalam tindakan-tindakan komunikasi. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia, mulai dari kegiatan yang bersifat individual, di antara dua orang atau lebih, kelompok, keluarga, organisasi dalam konteks publik secara lokal, nasional, regional dan global atau melalui media massa.2 Fungsi komunikasi bukan saja sebagai alat penyampaian ide atau gagasan tetapi juga mengandung unsur persuasif, yakni agar orang lain bersedia menerima suatu pemahaman, bujukan dan lain sebagainya.3 Unsur persuasif sangat dibutuhkan bagi suatu organisasi maupun perusahaan dalam menjalankan berbagai kegiatan-kegiatan perusahaan agar terciptanya kesepahaman di semua pihak Dalam proses persuasif ini dibentuk sebuah pengertian yang dapat dipahami oleh kedua belah pihak. Karena pentingnya komunikasi bagi manusia tidak dapat dipungkiri begitu saja halnya bagi suatu organisasi atau perusahaan. Komunikasi yang efektif adalah sangat penting bagi semua organisasi atau 1 2 3 R. Wayne Pace,. Don F. Faules. Komunikasi Organisasi. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2006 h: 28. Sasa Djuarsa Sendjaja. Pengantar Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka. 2003 h: 16. Deddy Djamaludin Malik,. Iriantara Yosal. Komunikasi Persuasif. Bandung: Remaja Rosda Karya. 1994 h: 82. 3 perusahaan, yaitu komunikasi dua arah yang sifatnya informative dan persuasif kepada publik internal maupun eksternal.4 Keberhasilan dari suatu komunikasi juga didasari atas organisasi yang baik, komunikasi merupakan unsur-unsur dari organisasi. Dalam buku komunikasi organisasi karangan Pace menyatakan bahwa tujuan utama dalam mempelajari komunikasi adalah memperbaiki organisasi. Memperbaiki organisasi biasanya ditafsirkan sebagai ”memperbaiki hal-hal untuk mencapai tujuan manajemen”. Komunikasi Organisasi sendiri yang mempunyai arti proses penciptaan makna atau cara berpikir atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi.5 Selain itu definisi Komunikasi Organisasi juga sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi dan Komunikasi Organisasi terjadi kapan pun setidak-tidaknya seseorang yang menduduki suatu jabatan menafsirkan suatu pertunjukan pesan.6 Karena komunikasi adalah satu dari unsur-unsur organisasi, maka komunikasi pun juga memperbaiki organisasi atau yang biasa disebut sebagai memperbaiki hal-hal untuk mencapai tujuan manajemen. Komunikasi organisasi adalah cara untuk menemukan cara-cara yang dapat memperbaiki kualitas kehidupan kerja yang terdapat suatu disiplin studi yang dapat mengambil sejumlah arah yang sah dan bermanfaat. Komunikasi organisasi juga sebagai landasan kuat bagi karier dalam manajemen, pengembangan sumber daya 4 Arni, Muhammad. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. 2000 h: 37. R. Wayne Pace,. Don F. Faules. Komunikasi Organisasi. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2006 h: 33. 6 Ibid h: 37. 5 4 manusia, komunikasi perusahaan, dan tugas-tugas lain yang berorientasikan manusia dalam organisasi.7 Dalam hal ini proses persuasif yang dilakukan oleh organisasi pemerintah / perusahaan dengan masyarakat dijembatani oleh suatu unit kerja yang bertugas dan bertanggung jawab bagi keberlangsungan hidup suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi organisasi tentu terdapat sebuah unit kerja yang salah satunya bertugas untuk menjalankan komunikasi organisasi tersebut. Pada suatu organisasi baik yang sudah berskala besar maupun kecil pada aktivitasnya memerlukan adanya unit kerja yang dinamakan unit Hubungan Masyarakat (Humas) atau Public Relations (PR). Hubungan Masyarakat (Humas) atau Public Relations (PR) pada dasarnya merupakan salah satu fungsi manajemen yaitu Organising dan Actuating yang berkesinambungan secara terus menerus dengan tujuan utama menciptakan pengertian bersama antara organisasi atau lembaga penyiaran dengan masyarakat. Komunikasi Public Relations berlangsung secara timbal balik antara organisasi dengan publik dan sebaliknya. Hubungan Masyarakat (Humas) atau Public Relations (PR) mempunyai fungsi pekerjaan yang aktif dan dinamis. Kegiatan yang dilakukan oleh Humas harus mampu menumbuhkan komunikasi aktif secara timbal balik antara lembaga dengan publik atau masyarakat sehingga tercipta hubungan kerjasama yang baik. Kerja sama tersebut harus dimulai dari dalam, karena keberhasilan urusan dalam akan menjadi dasar kegiatan Public Relations yang baik. 7 Ibid, h: 25 5 Keberadaan Public Relations di suatu lembaga atau instansi pemerintah merupakan suatu keharusan, baik secara fungsional maupun operasional yang mampu bertindak sebagai Public Informations dalam upaya penyebaran informasi tentang kebijakan, program dan kegiatan kerja instansi pemerintah pada BUMN yang bersangkutan, baik ditujukan kepada publik internal maupun publik eksternal. Hal ini dimaksudkan agar unit kerja ini dapat menyampaikan program kerja pemerintah maupun swasta kepada masyarakat dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh masyarakat. Serta program Public Relations dan program komunikasi lainnya. Karena kredibilitas seorang Humas (PR) diperlukan dalam melaksanakan peran dan kegiatannya. Berbicara tentang BUMN, Menurut Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara, menekankan kewajiban bagi BUMN untuk menerapkan Good Corporate Governance secara konsisten dan atau menjadikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance sebagai landasan operasionalnya. Pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, dan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.8 Sesuai surat Nomor: S-359/MK.05/2001 tanggal 21 Juni 2001 tentang Pengkajian Sistem Manajemen BUMN dengan prinsip-prinsip good corporate governance, 8 Good Corporate Governance tersebut mempunyai tugas: Muh. Arief Effendi. The Power Of Good Corporate Governance. Jakarta: Salemba Empat. 2009 h: 2. 6 "Merumuskan prinsip-prinsip pedoman evaluasi, implementasi dan sosialisasi penerapan good corporate governance, serta memberikan masukan kepada pemerintah dalam mengembangkan sistem pelaporan kinerja dalam rangka penerapan good corporate governance pada BUMN/BUMD dan Badan Usaha Lainnya (BUL)” Mengingat BUMN memegang peranan yang signifikan dan berpengaruh terhadap kinerja perekonomian nasional, maka BUMN perlu dikelola secara efektif dan efisien sesuai dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Pada saat ini, prinsip Good Corporate Governance belum diterapkan sepenuhnya dilingkungan BUMN. Bahkan, masih terdapat beberapa BUMN yang belum memiliki kebijakan operasional tentang penerapan Good Corporate Governance. Good Corporate Governance dapat diartikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan untuk meningkatkan keberhasilan usaha, dan akuntabilitas perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan dalam jangka panjang dengan memperhatikan kepentingan stakeholders serta berlandaskan peraturan perundang-undangan, moral dan nilai etika.9 Begitu pula hal nya untuk menjalankan kebijakan pemerintah mengenai Good Corporate Governance, PT Angkasa Pura II (Persero) yang merupakan salah satu BUMN yang bergerak di bidang jasa kebandar udaraan dan notabene sebagai perusahaan yang hanya memiliki satu pesaing dalam mengelola bandara, juga turut menerapkan kebijakan Good Corporate Governance. Sosialisasi pun telah 9 Ibid, h: 2. 7 dilakukan pada tahun 2006 dan sampai detik ini implementasi dari Good Corporate Governance pun terus berjalan. PT Angkasa Pura II (Persero) merupakan pengelola jasa kebandar udaraan yang mempunyai 12 cabang bandara di wilayah barat. Dalam mengelola bandara, PT Angkasa Pura II (Persero) bertekad untuk memberikan pelayanan jasa kebandar udaraan yang terbaik dan memenuhi standar internasional, dengan menerapkan prinsip keadilan dalam memperlakukan pengguna jasa dan semua pihak yang menjadi pelanggan dan pemasoknya. Di lingkungan internal PT Angkasa Pura II (Persero) dengan sistem, kebijakan dan praktek manajemen dijalankan dengan menumbuhkan rasa aman. Setiap perusahaan apapun pasti tidak ingin mengalami kebangkrutan, ingin tetap eksis dan memiliki citra yang baik. Maka dari itu perusahaan tersebut harus dikelola secara baik, dengan harapan mendapatkannya citra yang baik pula, mempunyai nilai jual serta daya saing yang tinggi. Begitu pun yang di harapkan oleh PT Angkasa Pura II (Persero). Sebelum adanya penerapan Good Corporate Governance di lingkungan PT Angkasa Pura II (Persero), sering terjadinya bias dimana para manajer profesional ini cenderung mengedepankan kepentingannya sendiri dari pada kepentingan pemilik (shareholder) maupun kepentingan pihakpihak terkait, karyawan, supplier, masyarakat, stakeholder, pengguna jasa, dll.10 Selain itu pengelolaannya pun menjadi tidak terstruktur yang berarti tidak adanya aturan yang dibuat, adanya KKN serta para direktur pun bisa berbuat semaunya karena merasa memiliki wewenang tertinggi. Hal ini menimbulkan citra 10 Arsip PT Angkasa Pura II (Persero) 8 yang kurang baik bagi PT Angkasa Pura II (Persero) dan memberikan efek ketidak puasan kepada masyarakat khususnya pengguna jasa kebandarudaraan tersebut. Selain itu pelayanan yang diberikan kepada masyarakat khususnya pengguna jasa menjadi kurang maksimal karena adanya kesulitan dalam memperoleh informasi. Sehingga di PT Angkasa Pura II (Persero) ini perlu diatur dengan menaati peraturan dari kementrian BUMN untuk menerapkan prinsipprinsip Good Corporate Governance di lingkungan perusahaan. Tepat pada tahun 2006 PT Angkasa Pura II (Persero) mensosialisasikan penerapan Good Corporate Governance kepada seluruh karyawan baik di pusat maupun di berbagai cabang bandara yang ada di wilayah barat ini. Sosialisasi pun berjalan lancar dan sukses bahkan PT Angkasa Pura II (Persero) mendapatkan The Best 1 Good Corporate Governance dari menteri BUMN pada tahun 2007. Setelah melakukan sosialisasi pada tahun 2006 serta pada saat ini sudah dalam tahap implementasi Good Corporate Governance, sudah terdapat banyak perubahan. Walaupun sejak tahun 2008 dan 2009 tidak mendapatkan The Best 1 Good Corporate Governance dari menteri BUMN tetapi PT Angkasa Pura II (Persero) tetap terus berusaha dengan meningkatkan pelayanan secara maksimal. Usaha yang dilakukan oleh PT Angkasa Pura II (Persero) tidak diamini oleh masyarakat khususnya pengguna jasa kebandar udaraan tersebut. Pengguna jasa menilai masih banyak yang harus dibenahi, khususnya di areal Bandara International Soekarno-Hatta baik di areal Terminal 1, Terminal 2 maupun di Terminal 3 yang notabene bertaraf internasional ini. Masih banyak keadaankeadaan yang membuat tidak nyaman seperti masih adanya pencopet, calo, 9 pedagang liar, taksi gelap, pungutan liar, parkir penuh, tidak bersih serta fasilitas penyediaan komputer untuk pengguna jasa mencari informasi dengan mengakses internet pun tidak tersedia. Seharusnya dengan sudah diterapkannya Good Corporate Governance serta sudah mendapatkan The Best 1 Good Corporate Governance tidak ada lagi hal-hal yang sangat mengganggu dan membuat tidak nyaman ini. PT Angkasa Pura II (Persero) mempunyai unit kerja Corporate Secretary yang merupakan penghubung antara direksi dengan Manejemen, Dewan Komisaris dan Pemegang Saham serta wakil perusahaan dalam berhubungan dengan stakeholders yang berkaitan dengan perusahaan. Corporate Secretary yang berarti sekretaris perusahaan atau kepanjangan tangan dari direksi yang memiliki peranan penting dalam implementasi Good Corporate Governance. Selain itu, Corporate Secretary juga mempunyai tugas untuk mengingatkan direksi akan tanggung jawab dan akuntabilitas dalam pengimplementasian Good Corporate Governance. Corporate Secretary PT Angkasa Pura II (Persero) dalam implementasi Good Corporate Governance berfungsi sebagai monitoring dan evaluasi yang dibantu oleh auditor independent dari eksternal. Sosialisasi dilakukan dari manajemen kepada karyawan, karyawan pun dapat bertanya baik kepada atasannya langsung maupun kepada manajemen. Diskusi yang dilakukan sesama karyawan pun dapat memperlancar jalannya pengimplementasian Good Corporate Governance, kesulitan-kesulitan yang terjadi dapat dipecahkan bersama dan tidak menggagu jalannya pelaksanaan Good Corporate Governance yang berpengaruh 10 terhadap citra dari PT Angkasa Pura II (Persero). Corporate secretary membawahi tiga divisi, yaitu divisi Board of Directors Secretary adalah divisi yang membantu direksi dalam menangani Good Corporate Governance. Serta salah satunya adalah divisi Public Relations yang berfungsi untuk mensosialisasikan penerapan Good Corporate Governance kepada seluruh karyawan serta sebagai output dari hasil implementasi Good Corporate Governance. Dalam sebuah unit kehumasan sudah barang tentu melaksanakan hasil dari seluruh keagiatan perusahaan, begitu pun dengan Public Relations PT Angkasa Pura II (Persero) agar terbentuknya image yang baik serta mendapatkan nilai tambah untuk PT Angkasa Pura II (Persero) sebagai pengelola bandar udara yang mempunyai 12 cabang bandara di Indonesia ini. Alasan peneliti memilih judul pola komunikasi yang dilakukan oleh public relations PT Angkasa Pura II (Persero) melaksanakan good corporate governance dalam membentuk citra perusahaan adalah karena PT Angkasa Pura II (Persero) pernah mendapatkan The Best 1 Good Corporate Governance dari Menteri BUMN pada tahun 2007 sedangkan tahun 2008 dan tahun 2009 tidak mendapatkan The Best 1. Apakah masih terdapat karyawan yang belum paham mengenai Good Corporate Governance, apakah media penyampaian mengenai Good Corporate Governance yang kurang tepat kepada karyawan ataukah terdapat perubahan kebijakan. Sementara dengan adanya implementasi good corporate governance dan pernah mendapatkan The Best 1 merupakan ujung tombak dari penilaian karyawan terhadap perusahaannya. 11 PT Angkasa Pura II (Persero) adalah sebagai tempat penelitian yang dituju, karena PT Angkasa Pura II (Persero) adalah satu-satunya perusahaan yang bergerak di bidang jasa kebandar udaraan di wilayah barat ini serta perusahaan yang notabene memiliki daya saing yang tinggi. Selain itu PT. Angkasa Pura II (Persero) mempunyai 12 cabang bandara bertaraf internasional yang mampu bersaing di kawasan regional ini tersebar mulai dari Tangerang, Jakarta, Medan, Pontianak, Ketaping, Palembang, Pekanbaru, Bandung, Banda Aceh, Tanjung Pinang, Jambi, serta Pangkal Pinang. Dalam penelitian ini penulis akan menyajikan topik bahasan tentang “pola komunikasi yang dilakukan oleh public relations PT Angkasa Pura II (Persero) melaksanakan good corporate governance dalam membentuk citra perusahaan”. Untuk lebih memahami tulisan ini, peneliti akan mencoba menggambarkan dari visi dan misi PT Angkasa Pura II (Persero), serta pola komunikasi public relations melaksanakan good corporate governance dalam membentuk citra perusahaan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana pola komunikasi yang dilakukan oleh public relations PT Angkasa Pura II (Persero) dalam melaksanakan good corporate governance untuk membentuk citra perusahaan?”. 12 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola komunikasi yang dilakukan oleh public relations PT Angkasa Pura II (Persero) dalam melaksanakan good corporate governance untuk membentuk citra perusahaan. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Akademis Sebagai sumbangan pengetahuan bagi perkembangan dunia Public Relations yang berkaitan dengan pola komunikasi, serta kegiatannya dalam membentuk citra perusahaan. 1.4.2 Kegunaan Praktis Memberi masukan dan sebagai bahan evaluasi bagi Public Relations PT. Angkasa Pura II (Persero) sebagai salah satu Tim Komite Program internalisasi penerapan dan implementasi Good Corporate Governance dalam melaksanakan pola komunikasi untuk membentuk citra perusahaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi unit kerja Corporate Secretary PT. Angkasa Pura II (Persero).