bab ii tinjauan pustaka

advertisement
 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Produk
Menurut Stanton dalam Alma (2010) dan Simamora dalam Wahyudi (2005)
pengertian produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar baik perti jasa,
pengalaman, events, orang, tempat, kepemilikan, organisasi, informasi dan ide
yang didalamnya termasuk masalah warna, harga, nama baik pabrik yang
memuaskan keinginan pembelinya.
Jadi produk bukan hanya berbentuk sesuatu yang berwujud, tetapi juga sesuatu
yang tidak berwujud seperti pelayanan jasa. Semua diperuntukkan bagi pemuasan
kebutuhan dan keinginan dari konsumen.
2.1.1 Tingkatan Produk
Menurut Saladin (2007) dan Tjiptono (2008) menyebutkan bahwa tingkatan
produk terdiri dari:
1. Produk utama (core benefit) yaitu manfaat yang sebenarnya dibutuhkan dan
akan dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk.
2. Produk generik yaitu produk dasar yang mampu memenuhi fungsi produk
yang paling dasar (rancangan produk minimal agar dapat berfungsi).
3. Produk harapan (expected product) yaitu produk formal yang ditawarkan
dengan berbagai atribut dan kondisinya secara normal (layak) diharapkan
dan disepakati untuk dibeli.
4. Produk pelengkap (augmented product) yaitu berbagai atribut produk yang
dilengkapi atau ditambahi berbagai manfaat dan layanan, sehingga dapat
memberikan tambahan kepuasan dan bisa dibedakan dengan pesaing.
5. Produk potensial yaitu segala macam tambahan dan perubahan yang
mungkin dikembangkan untuk suatu produk di masa yang akan datang.
Produk Potensial
Prod. Tambahan
Produk yang
Diharapakan
Produk Dasar
Manfaat Inti
Gambar 2.1 Tingkatan Produk
Jadi dalam suatu produk tidak hanya ditawarkan manfaat inti dari produk
tersebut, tetapi juga pelengkap yang menghiasi inti atau manfaat dari produk
tersebut, seperti produk generik, produk harapan, produk pelengkap dan produk
potensial.
2.1.2 Klasifikasi Produk
Pemasar biasanya melakukan klasifikasi produk berdasarkan karakteristik
dari produk itu sendiri yang meliputi daya tahan, keberwujudan, dan
penggunaan (konsumen atau industri).
1) Daya Tahan dan Keberwujudan
Menurut Kotler (2008) produk dapat diklasifikasikan kedalam tiga
kelompok menurut daya tahan dan wujudnya.
a. Barang yang tidak tahan lama (nondurable goods) yaitu barang yang tidak
tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya di konsumsi dalam satu
atau beberapa kali penggunaan.
b. Barang tahan lama (durable goods), barang tahan lama adalah barang
berwujud yang biasanya digunakan berkali-kali.
c. Jasa (services), jasa bersifat tidak berwujud tidak dapat dipisahkan dan
mudah habis. Akibatnya, jasa biasanya memerlukan lebih banyak
pengendalian mutu, kredibilitas pemasok, dan kemampuan penyesuaian
Barang Konsumen
2)
Banyaknya jenis barang yang dibeli konsumen dapat dapat diklasifikasikan
berdasarkan kebiasaan berbelanja konsumen.
a. Barang convenience adalah barang–barang yang biasanya sering dibeli
konsumen, segera dan dengan usaha yang minimum. contohnya rokok,
sabun dan surat kabar.
b. Barang
shopping
adalah
barang-barang
yang
karakteristiknya
dibandingkan berdasarkan kesesuaian, kualitas, harga dan gaya dalam
proses pemilihan dan pembelian. Contohnya seperti furniture, pakaian,
mobil bekas, dan peralatan rumah tangga yang besar.
c. Barang khusus yaitu barang-barang dengan karakteristik unik dan atau
identifikasi
merek
dimana
untuk
memperoleh
barang-barang itu
sekelompok pembeli yang cukup besar bersedia melakukan usaha khusus
untuk membelinya. Contohnya meliputi merek, mobil, dan jenis barang
mewah.
d. Barang unsought yaitu barang-barang yang tidak diketahui konsumennya
atau diketahui namun secara normal konsumen tidak tidak berpikir untuk
membelinya. Contohnya adalah asuransi jiwa, tanah kuburan dan batu
nisan.
3) Barang Industri
Barang industri merupakan produk yang dibeli oleh individu-individu atau
organisasi-organisasi untuk diproses kembali atau digunakan dalam
menjalankan kegiatan bisnis kembali. Dengan kata lain industrial Product
merupakan barang mentah ataupun barang jadi yang diproses terlebih dahulu
oleh pihak kedua sebelum akhirnya menjual ke pasar untuk dikonsumsi oleh
konsumen akhir.
Menurut Kotler (2008) barang industri terbagi kedalam tiga kelompok
yaitu:
Bahan baku dan suku cadang adalah barang-barang yang sepenuhnya
memasuki produk yang dihasilkan. Barang-barang itu terbagi menjadi
dua kelas: bahan mentah serta bahan dan suku cadang hasil manufaktur.
a. Bahan baku dan suku cadang (materials and parts)
b. Bahan mentah
Bahan mentah terbagi menjadi dua kelas utama: produk pertanian
(misalnya gandum, kapas, ternak, buah, dan sayuran) dan produk alam
(misalnya ikan, kayu, minyak mentah, bijih besi). Produk-produk
pertanian dipasok oleh banyak produsen yang menyerahkannya kepada
perantara pemasaran, yang menyediakan jasa perakitan, penghalusan,
penyimpanan, pengangkutan, dan penjualan. Sifat produksi pertanian
yang mudah rusak dan musiman menimbulkan praktek pemasaran
khusus. Sifat komoditas tersebut hanya memerlukan iklan dan kegiatan
promosi yang relatif sedikit, kecuali untuk beberapa produk.Dari waktu
ke waktu, berbagai kelompok produsen komoditas akan meluncurkan
kampanye untuk meningkatkan konsumsi produk mereka seperti kentang,
buah prem, susu, dan beberapa produsen memberi mereka atas produk
seperti jeruk Sunkist, pisang Chiquita.
c. Supplies and Services
Barang dan jasa jangka pendek yang memfasilitasi pengembangan
atau pengelolaan produk jadi, dimana supplies terdiri atas perlengkapan
operasi (seperti minyak pelumas, batu bara, pita mesin ketik, pensil),
bahan pemeliharaan dan reparasi (seperti cat, batu, sapu, sikat) dan untuk
business service terdiri atas jasa pemeliharaan dan reparasi (seperti
reparasi mesin ketik, pembersih kaca/ruangan) dan jasa konsultasi bisnis
(seperti konsultasi manajemen, hukum, perpajakan, dan periklanan).
2.1.3 Hierarki Produk
Kotler (2008) dan Tjiptono (2008), menyebutkan bahwa tiap produk
berkaitan dengan produk-produk lain tertentu. Hierarki produk terentang dari
mulai kebutuhan dasar sampai produk-produk khusus yang memuaskan
kebutuhan khusus. Hierarki produk tersebut terdiri dari :
a. Need Family yaitu kebutuhan inti atau dasar yang membentuk product
family.
b. Product Family yaitu seluruh kelas produk yang dapat memuaskan suatu
kebutuhan inti/dasar dengan tingkat efektifitas yang memadai.
c. Kelas produk yaitu sekumpulan produk dalam produk family yang dianggap
memiliki hubungan tertentu. Misalnya instrumen finansial.
d. Lini produk yaitu sekumpulan produk yang ada di dalam kelas produk yang
berhubungan erat. Misalnya asuransi jiwa. Hubungan yang erat ini bisa
dikarenakan salah satu dari empat faktor berikut:
1. Fungsinya yang sama
2. Dijual kepada kelompok konsumen yang sama.
3. Dipasarkan melalui saluran yang sama.
4. Harganya berada dalam skala yang sama.
e. Tipe produk, yaitu item-item dalam suatu lini produk yang memiliki bentuk
tertentu dari sebagian banyak bentuk kemungkinan produk.
f. Merek yaitu nama yang bisa dihubungkan atau diasosiasikan dengan satu
atau
lebih
item
dalam
lini
produk
yang
digunakan
untuk
mengidentifikasikan sumber atau karakter item tersebut.
g. Item, yaitu suatu unit khusus dalam suatu merek atau lini produk yang dapat
dibedakan berdasarkan ukuran, harga, penampilan, atau atribut lainnya.
Jadi hierarki produk berawal dari kebutuhan yang paling mendasar dari
suatu produk dan berujung pada kebutuhan yang memiliki nilai yang khusus
seperti harga dan kualitas.
2.1.4 Product Life Cycle
Product Life Cycle atau siklus kehidupan produk terdiri dari 4 fase.
Product Life Cycle merupakan siklus kehidupan dari suatu produk mulai dari
awal
keberadaan sampai produk tersebut ditinggalkan oleh konsumennya.
Menurut Tjiptono (2008) dan Stanton dalam Alma (2011) siklus tersebut
meliputi :
1. Tahap pengenalan (introduction)
Pada tahap ini suatu produk yang masih tergolong baru, mulai
diperkenalkan ke pasar dengan tujuan agar konsumen mengetahui mengenai
produk baru yang mulai akan dipasarkan.
2. Tahap pertumbuhan (growth)
Pada tahap ini produk yang telah diperkenalkan ke pasar mulai merangkak
tumbuh dan mengalami kemajuan.
3. Tahap kematangan (maturity)
Pada tahap ini produk yang dipasarkan sedang berada di puncak kejayaan
dengan kematangan dari produk yang membuat konsumen membeli dan
mempergunakan produk tersebut.
4. Tahap menurun (decline)
Pada tahap ini produk yang sebelumnya sangat digemari dan dibeli oleh
konsumen mulai mengalami penurunan, konsumen merasa jenuh dengan
produk tersebut.
Tjiptono (2008) menambahkan bahwa tahap akhir dari siklus hidup produk
adalah tahap ditinggalkan (abandonmen). Pada tahap ini produk tersebut yang
sudah dirasakan konsumen mengalami kejenuhan, sedikit demi sedikit mulai
ditinggalkan oleh konsumennya dan beralih kepada produk lain.
Fase Kehidupan Produk
SELLING
STAGE
Perkenalan
Pertumbuhan Kematangan
Menurun
Sumber: Stanton dalam Alma (2011)
Gambar 2.2 ilustrasi siklus kehidupan produk
2.1.5 Atribut Produk
Menurut Tjiptono (2008); Simamora dalam Wahyudi (2005) dan Kotler
dan Armstrong (2006) pengertian atribut produk adalah unsur-unsur yang
dianggap penting oleh konsumen seperti kualitas, kemasan, fitur, desain, harga,
merek, jaminan dan layanan pendukung yang menjadikan pertimbangan bagi
konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian.
Dalam suatu produk yang ditawarkan tidak hanya kualitas, tetapi unsurunsur lain yang melekat dalam produk tersebutpun menjadi pertimbangan
tersendiri oleh konsumen. Hal ini dikarenakan konsumen menginginkan suatu
produk tanpa ada kekurangan sedikitpun didalamnya.
Dimensi Atribut Produk :
1. Merek
Menurut Kotler dan Armstrong dalam Alma (2011) merek merupakan
nama, istilah, tanda, simbol/lambang, desain, warna, gerak, atau kombinasi
atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas
dan diferensiasi terhadap produk pesaing. Pada dasarnya merek juga
merupakan janji penjual untuk secara konsisten menyampaikan serangkaian
ciri-ciri, manfaat atau jasa tertentu kepada pembeli. Merek yang baik
menyampaikan jaminan tambahan berupa jaminan kualitas.
Tujuan merek :
a. Sebagai
identitas,
yang
bermanfaat
dalam
diferensiasi
atau
membedakan produk suatu perusahaan dengan produk dari pesaing.
b. Alat promosi, yaitu sebagai daya tarik produk.
c. Untuk membina citra yaitu dengan memberikan keyakinan yang,
jaminan kualitas, serta prestise tersendiri kepada konsumen.
d. Untuk mengendalikan pasar.
Ada enam makna yang bisa disampaikan melalui suatu merek
(Kotler
dalam Tjiptono 2008).
a. Atribut
Sebuah merek menyampaikan atribut-atribut tertentu, misalnya
Mercedez Benz mengisyaratkan mahal, tahan lama, berkualitas, nilai jual
kembali yang tinggi, dan cepat.
b. Manfaat
Merek bukanlah sekedar sekumpulan atribut, karena yang dibeli
konsumen
adalah
manfaat
bukannya
atribut.
Atribut
harus
diterjemahkan kedalam manfaat-manfaat fungsional dan emsiaonal.
Misalnya atribut mahal dapat diterjemahkan ke dalam manfaat
emosional seperti mobil ini dapat menambah prestise tersendiri bagi
penggunanya.
c. Nilai-nilai
Merek juga dapat menyatakan nilai-nilai produsennya. Seperti
Mercedez yang menyatakan kinerja tinggi dan prestisius.
d. Budaya
Merek juga mungkin mencerminkan budaya tertentu. Mercedez
mencerminkan budaya Jerman yang terorganisasi rapi, efisien dan
berkualitas tinggi.
e. Kepribadian
Merek juga dapat memproyeksikan kepribadian tertentu, apalagi
merek itu menyangkut orang, binatang atau suatu obyek. Seperti
Mercedez member kesan pimpinan yang baik (orang), singa yang
berkuasa (binatang) atau istana yang megah (obyek).
f. Pemakai
Merek memberi kesan mengenai jenis konsumen yang membeli atau
menggunakan produknya.
2. Kualitas
Menurut Kotler (2006); Juran dan Corby dalam Nasution (2004)
menjelaskan bahwa kualitas produk merupakan kemampuan suatu produk
dalam melaksanakan fungsinya dengan baik termasuk daya tahan,
keandalan, ketetapan, mudah dalam pengoperasian dan perbaikan untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan.
3. Kemasan
Menurut Tjiptono (2008) Pengemasan merupakan proses yang berkaitan
dengan perancangan dan pembuatan wadah atau pembungkus untuk suatu
produk.
Tujuan penggunaan kemasan adalah :
1) Sebagai
pelindung
isi,
misalnya
berkurangnya kadar, dan sebagainya.
dari
kerusakan,
kehilangan,
2) Untuk memberikan kemudahan dalam penggunaan, misalnya supaya
tidak tumpah, sebagai alat pemegang, mudah menyemprotkannya, dan
3) Bermanfaat dalam pemakaian ulang, misalnya untuk diisi kembali, atau
wadah lainnya.
4) Memberikan daya tarik yaitu aspek artistik, warna, bentuk, maupun
desainnya.
lain-lain.
5) Sebagai identitas produk, misalnya berkesan kokoh, lembut atau
mewah.
6) Distribusi, misalnya mudah disusun, dihitung dan ditangani.
7) Informasi, yaitu menyangkut pemakaian, dan kualitas.
8) Sebagai cermin inovasi produk, berkaitan dengan kemajuan teknologi
dan daur ulang.
Jadi kemasan merupakan hal yang penting dalam suatu produk
sebagai pelindung dan pembungkus dan mencegah konten yang ada
didalamnya dari kerusakan.
4. Fitur
Menurut Kotler dan Armstrong (2006) dan Tjiptono (2004) fitur
merupakan karakteristik yang ditawarkan oleh suatu produk yang
merupakan competitive tools sebagai pelengkap suatu produk yang tidak
dimiliki oleh produk pesaing.
Jadi fitur merupakan karakteristik yang dimiliki oleh suatu produk/jasa
yang melengkapi manfaat inti dari suatu produk/jasa tersebut dengan
menawarkan sesuatu yang berbeda dibandingkan dengan pesaing lain.
5. Desain
Menurut Kotler dkk (2001) dalam suatu desain yang ditawarkan adalah
sesuatu yang berbeda dan memposisikan suatu elemen yang terlihat yang
ada di dalam produk itu, seperti bentuk, model, fitur-fitur yang ada, warna,
dan lain-lain.
6. Layanan pelengkap
Menurut
Tjiptono
(2008)
menyebutkan
bahwa
fasilitas-fasilitas
penunjang yang diberikan oleh produsen kepada konsumen terkait
permasalahan produk, seperti layanan informasi, konsultasi, order taking,
dan sebagainya.
Menurut Lovelock dalam Tjiptono (2008) menyebutkan bahwa layanan
pelengkap dapat diklasifikasikan menjadi delapan kategori. diantaranya:
a. Informasi,
yaitu
meliputi
petunjuk
mengenai
produsen,
jadwal
pendistribusian produk, harga. Instruksi mengenai tata cara penggunaan
produk peringatan, kondisi penjualan, pemberitahuan adanya perubahan,
dokumentasi dll. Jadi dalam informasi ini semua yang menyangkut
mengenai asal dan keterangan mengenai produk serta penyampaiannya
dijelaskan secara lengkap.
b. Konsultasi, yaitu melakukan komunikasi dengan pihak penjual mengenai
saran, auditing, konseling pribadi ataupun konsultasi menganai teknis.
c. Order taking, yaitu meliputi aplikasi keanggotaan di klub atau program
tertentu, jasa langganan, jasa berbasis kualifikasi, order entry, dan
reservasi.
Dengan demikian layanan pendukung ini menyediakan informasi
tambahan yang membuat nilai plus dan memberikan kemudahan kepada
konsumen dalam hal pembelian suatu produk/jasa tersebut.
7. Garansi
Menurut Tjiptono (2008) menjelaskan jaminan adalah janji yang
merupakan kewajiban produsen atas produknya kepada konsumen, dimana
konsumen akan diberi ganti rugi bila produk ternyata tidak bisa berfungsi
sebagaimana yang diharapkan atau dijanjikan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bahwa atribut produk
merupakan sisi lain dari produk yang bersifat melengkapi inti dari suatu
produk yang memiliki nilai tambah dengan tujuan untuk menarik minat
konsumen untuk membeli suatu produk atau jasa.
2.2 Minat Beli
Mehta dalam Samuel dan Wijaya (2008) mendefinisikan minat beli sebagai
kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan
yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan
konsumen melakukan pembelian.
Sedangkan
menurut
Howard
dalam
Samuel
dan
Wijaya
(2008)
mengemukakan
bahwa minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan
rencana konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak unit
produk yang dibutuhkan pada periode tertentu.
Dengan demikian minat beli merupakan sikap dari konsumen yang
menunjukkan ketertarikan terhadap suatu barang atau jasa yang akan dibelinya
pada waktu yang akan datang. Minat beli aini merupkan tahap kecenderungan
konsumen untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan.
Minat beli menurut Ferdinand dalam Samuel dan Wijaya (2008) dapat
diidentifikasikan melalui indikator-indikator sebagai berikut :
1. Minat transaksional, yaitu kecenderungan seorang untuk membeli produk.
2. Minat referensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan
produk kepada orang lain.
3. Minat prefensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku sesorang
yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut.
Preferensi ini
hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk preferensinya.
4. Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang
selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari
informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.
Minat Beli menurut Assael dalam Samuel dan Wijaya (2008) adalah
kecenderungan konsumen untuk membeli suatu produk atau mengambil tindakan
yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan
konsumen melakukan pembelian.
Sedangkan
menurut
Bearman
dalam
Samuel
dan
Wijaya
(2008)
mengungkapkan bahwa timbulnya minat beli seseorang dapat dapat diakibatkan
oleh beberapa unsur, diantaranya :
Rangsangan
1)
Rangsangan merupakan suatu pertanda yang menyebabkan seseorang untuk
ingin bertindak.
2) Kesadaran
Kesadaran merupakan sesuatu yang merasuk ke dalam pikiran seseorang
yang disebabkan oleh produk /jasa tersebut.
3) Pencarian informasi
a. Informasi Intern, yaitu sesuatu yang bersumber dari dalam diri konsumen
dalam memilih produk/jasa yang akan dibelinya.
b. Informasi Ekstern, yaitu sesuatu yang diperoleh dari luar diri konsumen
seperti iklan, televisi, atau informasi dari kerabat.
4) Pemilihan alternatif
Dalam hal ini yaitu pada saat konsumen mengalami pilihan yang sulit yang
membuat dilematis untuk memilih suatu produk.
5) Pembelian
Dalam hal ini konsumen bertindak sebagai eksekutor untuk melakukan
pembelian terhadap produk/jasa.
2.3 Kerangka Berpikir
Sekaran dalam Sugiyono (2008) mengemukakan bahwa kerangka berpikir
adalah model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai
faktor yang yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Menurut Haryoko dalam Sugiyono (2008) kerangka berpikir dalam suatu
penelitian perlu diungkapkan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua
variabel atau lebih. Apabila variabel hanya satu yang ada dalam penelitian, maka
yang dilakukan peneliti selain mengemukakan deskripsi teoritis untuk masingmasing variabel juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti.
A. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir yang mendasari penelitian ilmiah ini berawal dari
fenomena yang terjadi pada saat penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan di
Telkom Indonesia setelah mendapatkan fenomena yang ada kemudian
PT.
penulis
melakukan
studi
literatur,
dalam
studi
literatur
ini
penulis
mengumpulkan referensi dari buku, artikel, internet, jurnal dan penelitian
terdahulu sebagai dasar teori yang dijadikan dasar pembuatan penelitian ilmiah
ini. Pada tahap selanjutnya, penulis melakukan penyusunan kuesioner dengan
menyusun
pernyataan-pernyataan dari indikator variabel yang sebelumnya telah
penulis rumuskan. Setelah kuesioner dirasa baik dan dimengerti lalu penulis
menyebarkan kuesioner (pilot testing) sebanyak 30 eksemplar. Setelah
menganalisis data dari pilot testing, dan item-item dalam kuesioner masih ada
yang kurang dipahami responden maka penulis melakukan perbaikan dari
pernyataan dalam kuesioner. Setelah dirasa cukup baik maka penulis lakukan
penyebaran kembali kuesioner yang telah diperbaiki sebelumnya. Dari kuesioner
data
responden
terkumpul
sebanyak
200
eksemplar
dan
melakukan
pengumpulan serta analisis data, penulis menggunakan bantuan software SPSS
Versi 19.0 sebagai alat bantu dalam melakukan pengolahan data. Setelah
melakukan input dan mendapatkan hasil dari pengolahan data yang penulis
lakukan, lalu penulis menyimpulkan hasil penelitian dan membuat laporan
penelitian ilmiah.
Fenomena
Literature Review
INPUT
Jurnal
Penelitian Terdahulu
Referensi/Buku
Pemilihan
Topik
Pengumpulan
Data
Pengajuan
Proposal
PROCESS
Pengolahan dan
Analisis Data
Perumusan
Masalah
Penentuan
Judul
Pembuatan
Kuesioner
Mengidentifikasi Atribut
Berbayar TelkomVision
OUTPUT
Pelaporan Hasil
Penelitian
Produk
TV
Mengidentifikasi minat beli konsumen
terhadap produk TV Berbayar TelkomVision
Mengidentifikasi pengaruh atribut produk
TV berbayar TelkomVision terhadap minat
beli konsumen
B. Model Penelitian
Model penelitian yang penulis buat adalah sebagai berikut :
ATRIBUT PRODUK
MINAT BELI
KUALITAS
MEREK
MINAT TRANSAKSIONAL
HARGA
MINAT REFERENSIAL
DESAIN
MINAT PREFERENSIAL
FITUR
MINAT EKSPLORATIF
LAYANAN PENDUKUNG
JAMINAN
Sumber: Tjiptono (2008); Simamora dalam Wahyudi (2005) dan Kotler dan Armstrong (2006)
Gambar 2.4 Model Penelitian
2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai atribut produk adalah
sebagai berikut :
1) Handri Dian Wahyudi.
Penelitian yang dilakukannya berjudul Pengaruh Atribut Produk terhadap
Keputusan Konsumen Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Malang. Dengan variabel independent yaitu harga, kualitas dan kemasan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa atribut produk yang terdiri dari variabel harga,
kualitas, dan kemasan berpengaruh positif terhadap keputusan konsumen
mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang, baik secara simultan
maupun partial. Pada distribusi frekuensi harga menunjukkan bahwa 3.41%
responden menyatakan tidak terpengaruh dengan harga produk, 0.90%
responden menyatakan kurang terpengaruh dengan harga produk, 57.68%
responden menyatakan terpengaruh dengan harga produk, dan 29.01%
menyatakan sangat terpengaruh dengan harga produk. Pada distribusi frekuensi
kualitas menunjukkan bahwa 56.31% responden menyatakan terpengaruh
dengan kualitas produk, dengan 43.69% menyatakan sangat terpengaruh dengan
kualitas produk. Pada distribusi frekuensi kemasan menunjukkan bahwa 31.41%
responden menyatakan tidak terpengaruh dengan kemasan produk, 16.72%
responden
menyatakan kurang terpengaruh dengan kemasan produk, 76.45%
responden menyatakan terpengaruh dengan kemasan produk, dan 3.41%
menyatakan sangat terpengaruh dengan kemasan produk, Hasil analisis regresi
menunjukkan bahwa koefisien beta untuk harga sebesar 0.538, kualitas sebesar
0.387, kemasan sebesar 0.226, ketiganya mempunyai nilai signifikansi 0.000.
tersebut menunjukkan bahwa atribut produk (harga, kualitas, dan kemasan)
Hal
secara partial berpengaruh terhadap keputusan konsumen mahasiswa Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Malang. Sedangkan nilai F sebesar 69.780 dengan
nilai signifikansi 0.000 menunjukkan bahwa atribut produk (harga, kualitas, dan
kemasan) secara simultan berpengaruh
terhadap keputusan konsumen
mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.
2) Mustafid dan Aan Gunawan
Penelitian yang dilakukannya berjudul Pengaruh Atribut Produk terhadap
keputusan Pembelian Kripik Pisang “Kenali” pada PD Asa Wira di Bandar
Lampung. Variabel independent terdiri dari rasa (X1), kemasan (X2), merek
(X3), dan ukuran (X4) dengan variabel dependent Keputusan pembelian.
Keputusan konsumen ketika melakukan pembelian kripik pisang “Kenali”
dipengaruhi oleh rasa, kemasan, merek dan ukuran. Hal ini ditunjukkan oleh
nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 77.7% sedangkan sisanya
22.3%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diidentifikasi. Angka pengaruh sebesar
77.7% menunjukkan bahwa, keputusan konsumen untuk membeli kripik pisang
“Kenali” yang diproduksi oleh PD Asa Wira Perkasa
semakin meningkat,
sehingga akan berpengaruh juga pada meningkatkan
volume penjualan
perusahaan. Berdasarkan perhitungan elastisitas, didapatkan bahwa atribut
produk yang terdiri dari rasa berpengaruh
sebesar 0.328%, kemasan
berpengaruh sebesar 0.444%, merek berpengaruh sebesar 0.558% dan ukuran
berpengaruh sebesar -0.970.%
terhadap keputusan pembelian kripik pisang
“Kenali”. Hasil pengujian hipotesis
secara menyeluruh dengan uji F pada
tingkat kepercayaan 95% atau denga nilai ∂ = 5 % diperoleh F hitung = 17, 371
>F tabel 2,87, berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan secara
statistik
bahwa semua variabel bebas yaitu rasa (X1), kemasan (X2), merek
(X3), dan ukuran (X4) secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan
pembelian kripik pisang “Kenali” (Y) yang diproduksi oleh PD Asa Wira
Perkasa di Bandarlampung dapat diterima.
3) Marhayanie dan Eka Laniasti Sihite
Penelitian yang dilakukan berjudul Pengaruh Atribut Produk terhadap
konsumen pada Green Cosmetics. Variabel independent dari penelitian ini yaitu
merek (X1), kualitas (X2), desain (X3), label (X4), kemasan (X5) sedangkan
variabel dependent yaitu sikap konsumen (Y).
Hasil dari penelitian ini adalah :
a) Menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh paling dominan adalah
kemasan produk, Sedangkan kualitas berpengaruh secara signifikan setelah
kemasan
b) Menunjukkan bahwa variabel merek dan label berpengaruh secara positif,
sedangkan variabel desain berpengaruh negatif
4) Erna Ferrinadewi
Penelitian
yang
dilakukannya
berjudul
Atribut
Produk
yang
Dipertimbangkan dalam Pembelian Kosmetik dan Pengaruhnya pada Kepuasan
Konsumen di Surabaya. Hasil fokus group yang dilakukan sebelumnya terhadap
30 orang berhasil mengidentifikasikan 13 atribut produk kosmetik. Selanjutnya
konsumen diminta menilai tingkat pentingnya atribut-atribut tersebut dalam
kuesioner yang terstruktur. Konsumen
diminta membandingkan 13 atribut
tersebut dengan gambaran ideal kosmetik dalam benak mereka. Setelah
dilakukan analisis maka terdapat tiga faktor yang terbentuk, ketiga faktor atribut
yang dipertimbangkan dalam pembelian konsumen yaitu faktor kualitas, faktor
resiko dan faktor merek kemudian dinilai apakah memiliki pengaruh yang linier
terhadap kepuasan konsumen secara keseluruhan.
5) Saepudin Zuhdi dan Denny Supardi
Penelitian yang dilakukannya berjudul Pengaruh Atribut Produk terhadap
Persepsi Konsumen. Hasil dari penelitian tersebut menghasilkan bahwa atribut
produk
berpengaruh sebesar 16.4% dalam pembentukan konsumen sepeda motor
Honda Vario, sedangkan sisanya sebesar 84.6% dipengaruhi oleh faktor lain
diluar atribut produk.
Download