UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

advertisement
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, CADANGAN
DEVISA DAN SUKU BUNGA SBI TERHADAP JUMLAH UANG
BEREDAR DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan oleh:
Nur Khoiriyah Daulay
040501067
Ekonomi Pembangunan
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
2008
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Universitas Sumatera Utara
Fakultas Ekonomi
Medan
Analisis Pengaruh pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa dan
Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia
Skripsi
Diajukan oleh:
Nur Khoiriyah Daulay
040501067
Ekonomi Pembangunan
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Medan
2008
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Universitas Sumatera Utara
Fakultas Ekonomi
Medan
Penanggung Jawab Skripsi
Nama
: Nur Khoiriyah Daulay
Nim
: 040501067
Departemen
: Ekonomi Pembangunan
Konsentrasi
: Ekonomi Moneter
Judul Skripsi
: Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, cadangan
devisa dan Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Uang
Beredar di Indonesia
Tanggal,
Pembimbing,
(Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, PhD)
NIP: 132 306 534
Universitas Sumatera Utara
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Fakultas Ekonomi
Medan
Berita Acara Ujian
Hari
Tanggal
Nama
:
:
: Nur Khoiriyah Daulay
Nim
: 040501067
Departemen
: Ekonomi Pembangunan
Konsentrasi
: Ekonomi Moneter
Judul Skripsi
: Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, cadangan
devisa dan Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Uang
Beredar di Indonesia
Ketua Departeman,
(Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec)
PhD)
NIP: 132 206 574
Penguji I,
(Paidi Hidayat, SE, M.Si)
NIP: 132 307 086
Pembimbing,
(Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc,
NIP: 132 306 534
Penguji II,
(T. Diana Bakti, SE, M.Si)
NIP: 131 568 370
Universitas Sumatera Utara
Fakultas Ekonomi
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Medan
Persetujuan Administrasi Akademik
Nama
: Nur Khoiriyah Daulay
Nim
: 040501067
Departemen
: Ekonomi Pembangunan
Konsentrasi
: Ekonomi Moneter
Judul Skripsi
:Analisis
Pengaruh
Pengeluaran
Pemerintah,
cadangan devisa dan Suku Bunga SBI Terhadap
Jumlah Uang Beredar di Indonesia
Tanggal,
Ketua Departemen,
(Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec)
NIP: 132 206 574
Tanggal,
Dekan,
(Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec)
NIP: 131 285 985
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
ABSTRACT
The purposes of this research is to analyze the influence of expenditure
government, foreign exchange reserve and SBI rate of interest to money supply.
The data in this research are collected from the annual report of Bank
Indonesia and Statistical Body Center with use the annual time series data, namely
in the period 1988 to 2007. The model analysis is Linier Regression Model with
employs the Ordinary Least Square (OLS) method.
In the equation model, the money supply is the dependent variable and
expenditure government, foreign exchange reserve and SBI rate of interest are
independent variables. The quantitative analysis recommends that the money
supply is influenced by expenditure government, foreign exchange reserve and
SBI rate of interest.
The determination coefficient (R2) showed that about 99.09%. it means
that the money supply could be explained by the independent of variables in the
model. The result indicate that the significant variable are expenditure government
(α = 2%), the foreign exchange reserve (α = 1%), and SBI rate of interest (α =
2%). The overall test shows that the expediture government, foreign exchange
reserve and SBI rate of interest simultaneously influenced on the increasing of the
money supply. { F-test > F- table (583,9094 > 6,11)}.
Keywords: The money supply, expenditure government, foreign exchange reserve
and SBI rate of interest.
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh dari
pengeluaran pemerintah, cadangan devisa dan suku bunga SBI terhadap jumlah
uang beredar.
Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari laporan
tahunan Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik dengan menggunakan urutan
waktu periode tahun 1988 sampai dengan tahun 2007. Model analisis data adalah
regresi linier berganda dengan memakai metode Ordinary Least Square (OLS).
Dalam persamaan model, jumlah uang beredar adalah sebagai variabel
terikat sedangkan pengeluaran pemerintah, cadangan devisa dan suku bunga SBI
adalah sebagai variabel bebas. Analisis perhitungan merekomendasikan bahwa
jumlah uang beredar dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah, cadangan devisa
dan suku bunga SBI.
Koefisien determinasi menunjukkan bahwa sekitar 99,09%. Hal ini berarti
bahwa jumlah uang beredar dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang ada di
dalam model. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel pengeluaran pemerintah
( α = 2%), cadangan devisa ( α = 1%) dan suku bunga SBI ( α = 2%) berpengaruh
signifikan terhadap jumlah uang beredar. Hasil tes keseluruhan menunjukkan
bahwa pengeluaran pemerintah, cadangan devisa dan suku bunga SBI secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar {F-hitung >
F-tabel (583,9094 > 6,11)}.
Kata kunci: Jumlah uang beredar, Pengeluaran pemerintah, Cadangan devisa
dan Suku bunga SBI.
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Segenap ucapan puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
karena berkat rahmat dan hidayahNya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini, dan juga shalawat dan salam buat junjungan ummat Nabi Besar
Muhammad SAW yang sama-sama kita harapkan syafa’atnya.
Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Pengaruh Pengeluaran
Pemerintah, Cadangan Devisa dan Suku Bnga SBI terhadap Jumlah Uang Beredar
di Indonesia” ditujukan sebagai salah satu syarat dalam rangka meraih gelar
Sarjana Ekonomi dari program pendidikan Srata-1 Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini sangat jauh dari kata
sempurna, karena penulis hanyalah seorang manusia biasa yang tak lepas dari
kekhilafan dan kekurangan serta kesalahan. Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharapkan masukan yang bersifat membangun yang sangat penulis perlukan
sebagai acuan bagi penulis di masa yang akan datang.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, baik berupa dorongan semangat maupun sumbangan materi dan
pemikiran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan bimbingan, yaitu kapada:
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
1. Teristimewa
buat kedua orang tua penulis yang tercinta dan tersayang,
Ayahanda H. Zulfan Daulay, SAg dan Ibunda Almh Roslaini Tanjung yang
telah banyak memberikan kasih sayang, dukungan, didikan, do’a dan
semangat serta motivasi baik moril maupun materi kepada penulis selama ini.
Sarta tak lupa juga kepada Adik-adik penulis tersayang terima kasih atas
dukungan, semangat dan kasih sayangnya.
2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.
4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, PhD, selaku dosen pembimbing penulis
yang telah dengan keikhlasan hati membimbing penulis dengan banyak
memberikan waktu, tenaga, masukan, saran, dan pemikiran selama proses
penulisan skripsi ini
5. Bapak Paidi Hadayat, SE, M.Si selaku dosen pembanding I dan Ibu T. Diana
Bakti, SE, M.Si selaku dosen pembanding II yang telah memberikan saran dan
masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.
6. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si, selaku Dosen wali Penulis yang telah
memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.
7. Seluruh Dosen, Staf pengajar dan staf Administrasi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan,
yang telah memberikan Ilmu dan perhatiannya kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
8. Seluruh Staf pegawai Bank Indonesia cabang Medan dan Badan Pusat
Statistik Sumatera Utara, yang telah banyak membantu penulis dalam
memperoleh data yang berhubungan dengan skripsi penulis.
9. Kepada
sahabat-sahabatku,
teman-temanku
Departemen
Ekonomi
Pembangunan khususnya stambuk 2004 yang tidak bisa disebutkan satu
persatu terima kasih atas semua dukungannya.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan pengorbanan yang
telah diberikan kepada penulis. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi
para pembaca sekalian.
Medan,
Mei 2008
Penulis
(Nur Khoiriyah Daulay)
DAFTAR ISI
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
ABSTRACT .....................................................................................................
i ABSTRAK.................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................
iii
DAFTAR ISI .....................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ..............................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
x
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................
xii
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................
1
1.1 Latar Belakang .................................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah ..........................................................................
6
1.3 Hipotesa ...........................................................................................
6
1.4 Tujuan Penelitian ..............................................................................
7
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................
7
BAB II. URAIAN TEORITIS............................................................................
8
2.1 Uang .................................................................................................
8
2.1.1 Pengertian uang .......................................................................
8
2.1.2 Syarat-syarat uang ....................................................................
8
2.1.3 Fungsi uang .............................................................................
9
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
2.1.4 Jenis-Jenis uang .......................................................................
10
2.1.5 Teori Nilai Uang .....................................................................
11
2.1.6 Jumlah Uang Beredar ...............................................................
14
2.1.7 Teori Permintaan Uang ............................................................
15
2.1.7.1 Teori Klasik Tentang Permintaan Uang .......................
............................................................................................... 1
5
2.1.7.2 Teori Permintaan Uang Keynes ...................................
............................................................................................... 1
9
2.1.8 Teori Penawaran Uang .............................................................
20
2.1.9 Keseimbangan di Pasar Uang ...................................................
22
2.2 Pengeluaran Pemerintah....................................................................
24
2.2.1 Teori Pengeluaran Pemerintah..................................................
......................................................................................................... 2
8
2.3 Cadangan Devisa ..............................................................................
............................................................................................................... 3
5
2.4 Tingkat Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) .......................
39
2.4.1 Penertian Tingkat Bunga ..........................................................
......................................................................................................... 3
9
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
2.4.2 Teori Tingkat Bunga ................................................................
......................................................................................................... 3
9
2.4.3 Sertifikat Bank Indonesia .........................................................
......................................................................................................... 4
1
2.4.3.1 Pengertian dan Sejarah Penerbitan SBI ........................
41
2.4.3.2 Tujuan Penerbitan SBI.................................................
............................................................................................... 4
2
2.4.3.3 Dasar Hukum Penerbitan SBI ......................................
............................................................................................... 4
3
2.4.3.4 Pihak yang Berhak Memiliki SBI ...............................
............................................................................................... 4
3
2.4.3.5 Karakteristik SBI .........................................................
............................................................................................... 4
4
2.4.3.6 Tata Cara Transaksi Penjualan SBI ..............................
............................................................................................... 4
4
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................
............................................................................................................................ 4
6
3.1 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................
............................................................................................................... 4
6
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
3.2 Jenis dan Sumber Data......................................................................
............................................................................................................... 4
6
3.3 Pengolahan Data ...............................................................................
............................................................................................................... 4
6
3.4 Model Analisa Data ..........................................................................
............................................................................................................... 4
7
3.5 Test Godness Fit ...............................................................................
............................................................................................................... 4
8
3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik.....................................................
............................................................................................................... 5
0
3.7 Defenisi Operasional Variabel ..........................................................
............................................................................................................... 5
2
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................
............................................................................................................................ 5
3
4.1 Gambaran Perekonomian dan Ekonomi Makro Indonesia .................
............................................................................................................... 5
3
4.2 Perkembangan Jumlah Uang Beredar Indonesia ................................
............................................................................................................... 5
6
4.3 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah ...........................................
............................................................................................................... 5
8
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
4.4 Perkembangan Cadangan Devisa ......................................................
............................................................................................................... 6
2
4.5 Perkembangan Suku Bunga SBI .......................................................
............................................................................................................... 6
4
4.6 Hasil dan Pembahasan ......................................................................
............................................................................................................... 6
8
4.6.1 Pengujian Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat
......................................................................................................... 6
8
4.6.2 Interpretasi Model Linier .........................................................
......................................................................................................... 6
9
4.6.3 Uji Kesesuaian ........................................................................
......................................................................................................... 7
0
4.6.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ............................................
......................................................................................................... 7
6
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................
............................................................................................................................ 7
9
5.1 Kesimpulan .....................................................................................
............................................................................................................... 7
9
5.2 Saran ................................................................................................
............................................................................................................... 8
1
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Judul
Halaman
4.1
Perkembangan Jumlah Uang Beredar
58
4.2
Perkembangan Pengeluaran Pemerintah
61
4.3
Perkembangan Cadangan Devisa
62
4.4
Perkembangan Suku Bunga SBI
67
4.5
Hasil Estimasi Pengeluaran Pemerintah (X1), Cadangan
68
Devisa (X2) dan Suku Bunga SBI (X3) Terhadap
Jumlah Uang Beredar (Y)
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Judul
Halaman
2.1
Keseimbangan Pasar Uang
24
2.2
Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Menurut Wagner
32
2.3
Teori Peacock dan Wiseman
34
2.4
Perkembangan Pengeluaran Pemerintah
35
2.5
Teori Klasik Tentang Tingkat Bunga
40
2.6
Proses Pembelian SBI
43
4.1
Uji t- Statistik Variabel Pengeluaran Pemerintah (X1)
71
4.2
Uji t- Statistik Variabel Cadangan Devisa (X2)
72
4.3
Uji t- Statistik Variabel Suku Bunga SBI (X1)
74
4.4
Uji F-Statistik
75
4.5
Uji Durbin-Watson
78
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR SINGKATAN
APBN
: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
APC
: Average Propensity to Consume
BBM
: Bahan Bakar Minyak
DAU
: Dana Alikasi Umum
DD
: Demand Deposit
GDP
: Gross National Product
GFA
: Gross Foreign Assets
IRFCL
: International Reserves and Foreign Currency Liquidity
PDB
: Produk Domestik Bruto
PDN
: Pendapatan Dalam Negeri
PNBP
: Penerimaan Negara Bukan Pajak
QM
: Quasi Money
RAPBN
: Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
SBI
: Sertifikat Bank Indonesia
SD
: Saving Deposit
SOR
: Stop Out Rate
TD
: Time Deposit
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran
1
Data Variabel
2
Hasil Regresi Jumlah Uang Beredar (Y) Terhadap Pengeluaran
Pemerintah (X1), Cadangan Devisa (X2) dan Suku Bunga SBI (X3)
3
Hasil Regresi Pengeluaran Pemerintah (X1) Terhadap Cadangan
Devisa (X2) dan Suku Bunga SBI (X3)
4
Hasil Regresi Cadangan Devisa (X2) Terhadap Pengeluaran
Pemerintah (X1) dan Suku Bunga SBI (X3)
5
Hasil Regresi Suku Bunga SBI (X3) Terhadap Pengeluaran
Pemerintah (X1) dan Cadangan Devisa (X2)
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seluruh aspek kehidupan dalam peradaban modern saat ini tidak terlepas
dan ditopang sepenuhnya oleh uang. Tidak ada satu peradaban di dunia ini yang
tidak mengenal dan menggunakan uang. Kalaupun ada, maka perekonomian
dalam peradaban tersebut pasti stagnan dan tidak berkembang.
Dilihat
dari sejarah perkembangan uang, pertama sekali uang
dikembangkan sebagai alat pembayaran dan fungsi ini merupakan fungsi pokok
dari uang. Pada awalnya masyarakat hanya mengenal uang yang terdiri dari uang
kertas dan uang logam, yang sering juga disebut dengan uang kartal. Pada
perkembangannya, pembayaran dalam transaksi ekonomi dapat dilakukan dalam
bentuk non-tunai, khususnya setelah dimulainya evolusi perbankan pada abad ke18 (Henri, 2006: 1).
Dewasa ini dalam sistem pembayaran dikenal uang giral yakni uang yang
berada dalam rekening giro di bank. Sejalan dengan perkembangan industri
perbankan, sekarang ini disamping uang giral terdapat pula uang kuasi.
Sebagai lembaga keuangan, peranan perbankan dalam perekonomian
suatu negara sangat besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan
berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank. Oleh karena itu, kita
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
tidak dapat lepas dari dunia perbankan jika hendak menjalankan aktivitas
keuangan baik perorangan maupun lembaga sosial atau perusahaan. Begitu
pentingnya dunia perbankan, sehingga ada anggapan yang menyatakan bahwa
bank merupakan urat nadi dalam menggerakkan roda perekonomian suatu negara.
Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari kegiatan
pembayaran uang. Lalu lintas pembayaran uang berarti menyangkut jumlah uang
beredar. Jumlah uang beredar dapat memperlihatkan kondisi perekonomian suatu
negara. Sering dikatakan bahwa jumlah uang beredar yang terlalu banyak akan
menimbulkan inflasi. Untuk ini disadari perlunya pengelolaan pengedaran uang
dan adanya suatu lembaga khusus yang menanganinya, umumnya dilakukan oleh
Bank Sentral atau untuk Indonesia Bank Indonesia yang menurut undang-undang
keberadaannya adalah independen.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah melalui kebijakan moneter
untuk menstabilkan jumlah uang beredar. Idealnya, jumlah uang yang tercipta
atau tersedia harus seimbang dengan jumlah uang yang dibutuhkan atau diminta
masyarakat sehingga tidak terdapat kelebihan atau kekurangan jumlah uang yang
beredar. Pengendalian jumlah uang beredar pada hakekatnya merupakan salah
satu bagian dari kerangka kebijakan moneter yang dilaksanakan oleh otoritas
moneter. Pengendalian jumlah uang beredar pada umumnya ditujukan untuk
menjaga kestabilan nilai uang dan mendorong kegiatan ekonomi.
Pembangunan ekonomi di Indonesia tidak lepas dari keterlibatan sektor
moneter dan perbankan. Sebagai salah satu unsur penting, sektor moneter dan
perbankan sering dianggap mampu untuk memecahkan berbagai masalah
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
ekonomi. Masyarakat secara positif masih memiliki pemahaman bahwa kebijakan
pemerintah atas sektor moneter dan perbankan memiliki kekuatan yang lebih dari
apa yang secara efektif dapat tercapai melalui instrumen tersebut, akibatnya
timbullah anggapan sektor moneter dan sektor perbankan mempunyai fungsi yang
mampu memberikan pelayanan bagi berlangsungnya sektor riil; kegiatan
investasi; kegiatan produksi; kegiatan distribusi; maupun konsumsi.
Sangat beralasan, tentang upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk
memacu pertumbuhan ekonomi, dengan cara merangsang pertumbuhan sektor riil.
Dengan demikian secara elastik dapat digambarkan adanya pertumbuhan sektor
riil yang memacu peningkatan belanja (pengeluaran) pemerintah akan turut pula
memacu meningkatnya jumlah uang beredar.
Pada umumnya pemerintah memiliki dua kebijakan yang terkait yaitu,
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Salah satu unsur yang menjadi sangat
penting adalah campur tangan pemerintah agar stabilitas perekonomian nasional
tetap terjaga, antara lain dengan mengedalikan belanja (pengeluaran). Upaya
pengendalian tersebut secara langsung akan menunjukkan kenaikan pendapatan
nasional. Sebagai contoh jika pemerintah akan menaikkan belanja pegawai, maka
tentu saja harus melihat dari kemampuan “membayar” yang terkait dengan pundi
pendapatan nasional (saat itu anggaran belanja pemerintah lebih banyak dibiayai
dari hutang luar negeri). Sedangkan cadangan devisa yang merupakan stok mata
uang asing justru lebih banyak digunakan untuk transaksi pembayaran
internasional dan kewajiban-kewajiban pemerintah.
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Melihat kenyataan tersebut di atas, maka posisi cadangan devisa menjadi
ukuran kredibilitas pemerintah suatu negara (critical) dalam hal pengelolaan
ekonomi negara. Seandainya cadangan devisa menipis, maka dikhawatirkan pada
jangka pendek akan menurunkan kemampuan pemerintah untuk melunasi
kewajiban hutang luar negerinya, lebih jauh dampak politik akan menimbulkan
ketidak-percayaan masyarakat dan pelaku ekonomi/ bisnis karena akan
menimbulkan ketidakpastian nilai tukar mata uang rupiah terhadap hard
currencies dan memancing kebijakan tidak populer pemerintah yaitu menetapkan
devaluasi.
Operasi moneter untuk menopang rupiah terus menggerogoti cadangan
devisa Indonesia. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), cadangan devisa
Indonesia pada minggu kedua September 2005 tercatat US$ 30.244 miliar. Angka
tersebut berarti turun US$ 91 juta dibandingkan posisi pada minggu pertama
september sebesar US$ 31.154 miliar.
Cadangan devisa Indonesia tahun 2006 diperkirakan bakal terus tergerus
untuk mengimpor BBM. Pemerintah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (RAPBN) 2006 memperkirakan cadangan devisa hanya US$
27.07 miliar atau turun US$ 3.814 miliar dibandingkan perkiraan realisasi tahun
2005 sebesar US$ 30.721 miliar.
Kebijakan moneter adalah tindakan pemerintah (Bank Sentral) untuk
mempengaruhi situasi makro ekonomi yang dilaksanakan melalui pasar uang.
Secara khusus, kebijakan moneter dapat diartikan sebagai tindakan makro
pemerintah (Bank Sentral) dengan cara mempengaruhi proses penciptaan uang.
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Proses penciptaan uang ini dapat mempengaruhi jumlah uang beredar. Dengan
mempengaruhi jumlah uang beredar pemerintah dapat mempengaruhi tingkat suku
bunga yang berlaku di pasar uang. Dan melalui tingkat suku bunga pemerintah
dapat mempengaruhi pengeluaran investasi (I), dan selanjutnya permintaan
agregat (AD), dan pada akhirnya tingkat harga (P), dan output (Azhar, 2003: 5).
Sesuai dengan UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Bank
Indonesia merupakan otoritas moneter yang mempunyai tugas menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, antara lain dengan mengendalikan jumlah uang
beredar (Hendri, 2006: 3). Bank Indonesia mengendalikan jumlah uang beredar
dengan menggunakan piranti moneter melalui pendekatan kuantitatif secara tidak
langsung yaitu operasi pasar terbuka, penentuan tingkat diskonto dan penetapan
cadangan wajib minimum (Mulia, 1998: 24).
Pada
dasarnya dengan operasi pasar
terbuka,
Bank
Indonesia
menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk menyedot kelebihan jumlah
uang beredar jika kondisi moneter dinilai terlalu ekspansif atau terlalu panas.
Tingkat diskonto, yaitu tingkat diskonto yang terbentuk dari hasil lelang SBI.
Tingkat diskonto yang tinggi memberikan sinyal bahwa kebijakan uang ketat
ditempuh Bank Indonesia dalam upaya menurunkan jumlah uang beredar. Apabila
tingkat suku bunga SBI naik maka bank-bank umum akan menaikkan suku bunga
deposito guna memperoleh likuiditas dari masyarakat dalam jumlah besar, karena
tingkat
suku
bunga
yang
tinggi
maka
masyarakat
cenderung
untuk
mengalokasikan dana yang dimiliki dalam bentuk deposito. Dengan demikian
jumlah uang beredar dimasyarakat akan mengalami penurunan.
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka penulis
mencoba untuk membahas lebih lanjut mengenai hubungan diantara variabelvariabel tersebut dengan mengangkat judul “Analisis Pengaruh Pengeluaran
Pemerintah, Cadangan Devisa dan Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Uang
Beredar di Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka penulis
mengemukakan masalah yang menjadi objek analisis. Adapun perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap jumlah uang
beredar?
2.
Bagaimana pengaruh cadangan devisa terhadap jumlah uang beredar?
3. Bagaimana pengaruh suku bunga SBI terhadap jumlah uang beredar?
1.3 Hipotesis
Hipotesa merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada
yang masih perlu dikaji kebenarannya melalui data-data yang terkumpul.
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesanya adalah sebagai berikut:
1. Pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap jumlah uang
beredar.
2.
Cadangan devisa berpengaruh positif terhadap jumlah uang beredar.
3. Suku bunga SBI berpengaruh positif terhadap jumlah uang beredar.
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap
jumlah uang beredar.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh cadangan devisa terhadap jumlah
uang beredar.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh suku bunga SBI terhadap jumlah
uang beredar.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai tambahan informasi dan masukan bagi otoritas moneter terhadap
penyusunan kebijakan moneter yang berkaitan dengan jumlah uang
beredar.
2. Sebagai bahan masukan maupun perbandingan bagi kalangan akademisi
dan peneliti lainnya yang menganalisa masalah yang berkenaan dengan
jumlah uang beredar.
3. Sebagai bahan studi atau tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa/i
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya mahasiswa/i
Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian
selanjutnya.
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
4. Sebagai tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang penelitian
bagi penulis.
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Uang
2.1.1 Pengertian Uang
Menurut Robertson, Uang adalah segala sesuatu yang diterima umum
sebagai alat pembayaran barang-barang. Sedangkan R. S. Sayers mendefenisikan
uang sebagai segala sesuatu yang diterima umum untuk membayar hutang
(Prathama, 1993 : 6). A. C. Pigou memberikan defenisi bahwa uang adalah segala
sesuatu yang diterima umum untuk dapat dipergunakan sebagai alat penukar.
Menurut Albert Gailort Hart, uang adalah kekayaan dengan mana pemiliknya
dapat melunaskan hutangnya dalam jumlah yang tertentu pada waktu itu juga.
Dengan demikian, uang adalah segala sesuatu yang diterima umum sebagai alat
pembayaran barang-barang, alat penukar, merupakan kekayaan dan dapat
digunakan untuk membayar hutang.
2.1.2 Syarat-syarat Uang
Suatu benda dapat dijadikan sebagai uang jika benda tersebut telah
memenuhi syarat-syarat tertentu. Pertama, benda itu harus diterima secara umum
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
(acceptability). Bahan yang dijadikan uang juga harus tahan lama (durability),
kualitasnya cenderung sama (uniformity), jumlahnya dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat serta tidak mudah dipalsukan (scarcity). Uang juga harus mudah
dibawa (portable), dan mudah dibagi tanpa mengurangi nilai (divisibility), serta
memiliki nilai yang cenderung stabil dari waktu ke waktu (stability of value)
(Iswardono, 1994: 4).
2.1.3 Fungsi Uang
Secara umum, uang memiliki fungsi sebagai perantara untuk pertukaran
barang dengan barang, juga untuk menghindarkan perdagangan dengan cara
barter. Secara lebih rinci, fungsi uang dibedakan menjadi dua: fungsi asli dan
fungsi turunan. Fungsi asli uang ada tiga, yaitu sebagai alat tukar, sebagai satuan
hitung, dan sebagai penyimpan nilai (Iswarsono, 1994: 6).
Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat
mempermudah pertukaran. Uang juga berfungsi sebagai satuan hitung (unit of
account) karena uang dapat digunakan untuk menunjukkan nilai berbagai macam
barang dan jasa yang diperjualbelikan, menunjukkan besarnya kekayaan, dan
menghitung besar kecilnya pinjaman. Uang juga dipakai untuk menentukan harga
barang dan jasa (alat penunjuk harga). Sebagai alat satuan hitung, uang berperan
untuk memperlancar pertukaran. Selain itu, uang berfungsi sebagai alat
penyimpan nilai (valuta) karena dapat digunakan untuk mengalihkan daya beli
dari masa sekarang ke masa mendatang.
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Selain ketiga hal di atas, uang juga memiliki fungsi lain yang disebut
sebagai fungsi turunan. Fungsi turunan itu antara lain uang sebagai alat
pembayaran utang, sebagai alat penimbun atau pemindah kekayaan (modal), dan
alat untuk meningkatkan status sosial.
2.1.4 Jenis-Jenis Uang
Uang yang beredar dalam masyarakat dapat dibedakan dalam dua jenis,
yaitu uang kartal (sering pula disebut sebagai common money) dan uang giral
(Iswarsono,1994: 10). Uang kartal adalah alat bayar yang sah dan wajib
digunakan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi jual-beli sehari-hari.
Sedangkan yang dimaksud dengan uang giral adalah uang yang dimiliki
masyarakat dalam bentuk simpanan (deposito) yang dapat ditarik sesuai
kebutuhan.
Jenis-jenis uang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Menurut Bahan Pembuatannya
a. Uang logam, yaitu uang yang terbuat dari logam biasanya dari emas
atau perak karena kedua logam itu memiliki nilai yang cenderung tinggi
dan stabil, bentuknya mudah dikenali, sifatnya yang tidak mudah
hancur, tahan lama, dan dapat dibagi menjadi satuan yang lebih kecil
tanpa mengurangi nilai.
b. Uang kertas, yaitu uang yang terbuat dari kertas dengan gambar dan cap
tertentu dan merupakan alat pembayaran sah. Menurut penjelasan UU
No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang dimaksud dengan uang
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
kertas adalah uang dalam bentuk lembaran yang terbuat dari bahan
kertas atau dari bahan lainnya (yang menyerupai kertas).
2. Menurut nilainya
a. Uang Penuh (full bodied money). Nilai uang dikatakan sebagai uang
penuh apabila nilai yang tertera di atas uang tersebut sama nilainya
dengan bahan yang digunakannya.
b. Uang Tanda (token money). Sedangkan yang dimaksud dengan uang
tanda adalah apabila nilai yang tertera diatas uang lebih tinggi dari
bahan yang digunakan.
3. Menurut lembaga/ badan pembuatnya
a. Uang kartal yaitu uang yang dicetak/ dibuat dan diedarkan oleh Bank
Sentral.
b. Uang giral yaitu uang yang dibuat dan diedarkan oleh Bank-bank umum
(komersial) dalam bentuk Demand Deposit atau yang lebih dikenal
dengan Check.
2.1.5 Teori Nilai Uang
Teori nilai uang membahas masalah-masalah keuangan yang berkaitan
dengan nilai uang. Nilai uang menjadi perhatian para ekonom, karena tinggi atau
rendahnya nilai uang sangat berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi. Hal ini
terbukti dengan banyaknya teori uang yang disampaikan oleh beberapa ahli yaitu
sebagai berikut:
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
1. Teori uang statis.
Teori ini disebut statis karena tidak mempersoalkan perubahan nilai
yang diakibatkan oleh perkembangan ekonomi. Yang termasuk teori uang
statis adalah:
•
Teori Metalisme (Interinsik). Uang bersifat seperti barang, nilainya
tidak dibuat-buat, melainkan sama dengan nilai logam yang dijadikan
uang itu, contoh: uang emas dan uang perak.
•
Teori Konvensi (perjanjian). Teori ini menyatakan bahwa uang dibentuk
atas dasar pemufakatan masyarakat untuk mempermudah pertukaran.
•
Teori Nominalisme. Uang diterima berdasarkan nilai daya belinya.
•
Teori Negara. Asal mula uang karena negara, apabila negara
menetapkan apa yang menjadi alat tukar dan alat bayar maka timbullah
uang. Jadi uang bernilai karena adanya kepastian dari negara berupa
undang-undang pembayaran yang disyahkan.
2. Teori uang dinamis.
Teori yang mempersoalkan sebab terjadinya perubahan dalam nilai uang.
Teori dinamis antara lain:
•
Teori kuantitas dari David Ricardo. Teori ini menyatakan bahwa kuat
atau lemahnya nilai uang sangat tergantung pada jumlah uang yang
beredar. Apabila jumlah uang berubah menjadi dua kali lipat, maka nilai
uang akan menurun menjadi setengah dari semula dan juga sebaliknya.
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
•
Teori kuantitas dari Irving Fisher. Teori yang telah dikemukakan David
Ricardo disempurnakan oleh Irving Fisher yang memasukkan unsur
kecepatan peredaran uang, barang dan jasa sebagai faktor yang
mempengaruhi nilai uang.
•
Teori persediaan kas. Teori ini di lihat dari jumlah uang yang tidak
dibelikan barang-barang.
•
Teori ongkos produksi. Teori ini menyatakan nilai uang dalam
peredaran yang berasal dari logam dan uang itu dapat dipandang sebagai
barang.
Uang merupakan barang yang mempunyai nilai. Ada 2 teori yang
mengungkapkan alasan mengapa masyarakat menerima uang yaitu teori barang
dan teori nominalisme, yang dapat diperinci sebagai berikut (Harry, 1997: 32):
A. Teori Barang
1. Teori Logam (Katalistis), seperti logam emas yang diterima masyarakat
sebagai uang, karena di dalamnya mengandung nilai interinsik yang disukai
umum, tidak berkurang nilainya bila disimpan sepanjang masa.
2. Teori Nilai Batas, yaitu penilaian terhadap uang berdasarkan keperluan
akan barang dan pandangan terhadap uang.
B. Teori Nominalisme (Akatalistis)
Yaitu penilaian terhadap uang tidak berdasarkan bahan yang terkandung
di dalamnya, tetapi nilai uang dengan sengaja ditetapkan.
1. Teori Nominalisme Formal
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
a. Teori Perjanjian, yaitu penilaian terhadap uang berdasarkan perjanjian
(conventional) untuk memakai benda dalam pertukaran, misalnya
kurang dari jumlah tertentu diganti permen.
b. Teori Kebiasaan, yaitu Penilaian terhadap uang didasarkan kebiasaan
dalam menggunakan suatu benda tertentu sebagai alat pertukaran
(intermediair = perantara) yang menimbulkan paksaaan bagi orang
untuk menerima benda sebagai uang.
c. Teori Kenegaraan, dimana pemerintah memberikan kekuatan resmi
kepada uang yang dijadikan alat pertukaran.
2. Teori Nominalisme Petunjuk
a. Teori
petunjuk,
penilaian
terhadap
uang
karena
masyarakat
mempunyai tuntutan (claim) terhadap barang-barang yang dihasilkan
oleh masyarakat. Di sini uang sebagai indikator bahwa masyarakat
menghasilkan jasa-jasa produktif sebagai andil dalam produksi
nasional.
b. Teori Rasialisme dan Toeri Modern, penilaian terhadap uang
berdasarkan teori realisme (fungsional), sedangkan teori modern
berdasarkan analisis makro. Secara mikro, uang mempunyai fungsi
tertentu
dalam
masyarakat
yaitu
sebagai
intermediair
dalam
pertukaran. Secara makro, setiap orang mempunyai penghargaan
terhadap suatu benda sebagai uang, maka uang mempunyai fungsi
yang tertentu.
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
2.1.6 Jumlah Uang Beredar
Ada beberapa defenisi dari uang beredar (Boediono, 1998: 4) diantaranya
adalah:
1. Narrow Money (Uang dalam arti sempit) dan disimbolkan dengan M1
yang meliputi currency yaitu uang tunai yang berada di tangan
masyarakat umum dan disebut juga uang kartal (uang kertas dan uang
logam) dan uang giral atau Demand Deposit (DD).
Persamaannya : M1=C+DD…………….(1)
2. Board Money (uang dalam arti luas) dan disimbolkan dengan M2 yang
meliputi M1, deposito berjangka atau time deposit dan saving deposit
(SD).
Persamaannya: M1+SD+TD……………(2)
3. Defenisi uang beredar lebih luas lagi disimbolkan dengan M3, yang
mencakup semua TD dan SD, mata uang domestik atau mata uang asing
penduduk negara yang bersangkutan yang terdapat pada lembagalembaga keuangan. Semua TD dan SD ini disebut uang kuasi atau quasy
money (QM). TD dan SD dalam mata uang asing yang merupakan milik
penduduk negara yang bersangkutan tidak termasuk dalam defenisi uang
kuasi.
Persamaannya: M1+QM………………..(3)
4. Liquiditas Total (L), yang mencakup semua alat liquid yang ada di
dalam masyarakat. Jadi, selain TD dan SD juga termasuk obligasi
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
pemerintah dan swasta jangka pendek, wesel perusahaan (commercial
papers), cek mundur, aksep bankir, deposito luar negeri dan sebagainya.
Secara garis besar dapat disebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi
perubahan uang beredar, antara lain tingkat pendapatan masyarakat, suku bunga,
kebijakan meneter yang dikeluarkan oleh otoritas moneter, dan faktor-faktor lain
yang mencerminkan kekuatan struktur dan perkembangan ekonomi suatu negara.
2.1.7 Teori Permintaan Uang
2.1.7.1 Teori Klasik Tentang Permintaan Uang
1. Pendapat Irving Fisher
Teori permintaan uang kaum klasik yang dikeluarkan Irving Fhiser ini
dapat dirumuskan (Mulia, 1998: 44):
MV = PT…………………….(1)
Dimana:
M = jumlah uang beredar
V = perputaran pada perekonomian dalam suatu periode
P = tingkat harga barang
T = volume barang dan jasa yang diperdagangkan dalam satu periode
Pada persamaan di atas dapat diketahui, jumlah uang yang diterima
penjual sama dengan yang dibayarkan pembeli. Ini berlaku untuk seluruh
perekonomian, nilai barang dan jasa yang terjual harus sama dengan barang yang
dibeli dalam jangka waktu tertentu. Nilai barang dan jasa yang terjual sama
dengan volume transaksi (V) dikalikan dengan harga rata-rata barang dan jasa
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
tersebut. Disisi lainnya nilai barang dan jasa yang diperjualbelikan harus sama
pula dengan volume uang yang beredar di tangan masyarakat (M) dikalikan ratarata uang berpindah tangan dari tangan yang satu ke tangan lainnya atau laju
perputaran uang dalam periode yang bersangkutan (Vt) sehingga rumus di atas
dapat diubah menjadi:
MVt = PT………………..………(2)
Vt adalah laju kecepatan perputaran transaksi (transaction velocity of
circulation) merupakan variabel yang dipengaruhi (ditentukan) faktor-faktor
lembaga yang ada dalam masyarakat, dan dianggap tetap dalam jangka pendek. T
(volume transaction) sangat ditentukan oleh pendapatan nasional (output dalam
masyarakat), ini mempunyai nilai tertentu dalam satu tahun. Persamaan di atas
dapat dirumuskan dalam permintaan uang, yaitu:
Md =
PT
....................................(3)
Vt
Karena volume transaksi dan harga yang terjadi dianggap konstan (PT
tetap), maka keseimbangan moneter dapat diketahui, yaitu:
Md = Ms
Dimana: M = penawaran uang yang beredar sehingga menghasilkan
Ms =
PT
………………………(4)
Vt
Dari persamaan (4) dapat diartikan dalam jangka pendek variabel P
(harga umum) akan berubah secara proporsional dengan adanya perubahan uang
yang beredar. T ditentukan oleh tingkat output ekuilibrium masyarakat.
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Variabel Vt (V dianggap konstan dalam jangka pendek) ini ditentukan
oleh:
a. Bentuk transaksi yang terjadi dalam masyarakat
b. Sistem lembaga yang terjadi dalam perekonomian
c. Bilamana dalam perekonomian terjadi pemberian perdagangan dengan
sistem kredit, sehingga kebutuhan uang akan menurun.
2. Pendapat Marshall (Cambridge)
Alfred Marshall dalam memandang pendapat Irving Fisher dengan
perbedaan, dimana ia menekankan pada pendapatan nasional yang diwujudkan
dalam uang kas atau penguasaan bukan pada perputaran uang (V) atau
pembelanjaan.
Persamaan Marshall dalam transaksi adalah:
M = k (PT)
k = bagian dari transaksi yang dilakukan dalam bentuk uang tunai
P = tingkat harga rata-rata setiap transaksi
T = jumlah transaksi yang terjadi
M = jumlah uang beredar
Persamaan Marshall dalam versi pendapatan adalah:
M = k (PY)
Y = Pendapatan nasional
M = Jumlah uang beredar
P = Tingkat harga rata-rata setiap transaksi
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
k = Proporsi pendapatan dalam bentuk uang tunai
Dengan adanya penambahan uang beredar akan meningkatkan harga
barang dan jasa.
3. Teori Kuantitas Modern (Milton Friedman)
Friedman menyatakan teori kuantitas adalah teori tentang permintaan
uang bukan teori penentuan produk, pendapatan maupun harga. Menurut
Friedman, uang adalah satu bentuk kekayaan seperti bentuk kekayaan lainnya
(obligasi, kepandaian, tanah). Defenisi kekayaan yang diberikan Frietman adalah
seluruh kekayaan yang merupakan sumber pendapatan. Maka tingkat suku bunga
memperlihatkan hubungan jumlah kekayaan dengan aliran pendapatan. Hubungan
ini diformulasikan:
W=
Y
i
W
= kekayaan
Y
= aliran pendapatan
i
= tingkat bunga
Fridman mengelompokkan bentuk kekayaan sebagai berikut:
1) Uang tunai (M), dimana pendapatan dari uang tunai adalah berupa
keamanan dan kemudahan.
2) Obligasi (bond), pendapatan yang diharapkan dari obligasi adalah
perubahan harga obligasi dan bunga yang diterima secara berkala.
3) Pendapatan seluruhnya dari kekayaan berupa saham seharga Rp1,00.
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
4) Pendapatan kekayaan berupa barang fisik tergangtung perubahan harga
barang tersebut.
5) Kekayaan yang berbentuk manusia berupa kecakapan atau keahlian (w).
2.1.7.2 Teori Permintaan Uang Keynes
Keynes dalam teorinya tentang permintaan akan uang kas didasarkan
pada 3 motif (Harry, 1993: 37):
1) Transaction Motive
Menahan uang kas adalah untuk memungkinkan bagi sektor Rumah
Tangga atau sektor bisnis untuk menjalankan usahanya membeli dan
menjual. Membiayai pembayaran/ kewajiban yang harus dibayarkannya
agar usaha/ bisnis berjalan lancar.
2) Precautionary motive
Menahan uang kas terutama berhubungan dengan ramalan pengeluaran
untuk menghadapi keadaan yang darurat (emergency). Motiv pencegahan
ini mengakibatkan banyak uang kas yang ditahan. Misalnya untuk
berobat.
3) Speculative motive
Menahan uang kas adalah untuk mendapat kesempatan mendapat
keuntungan yang mungkin melalui ramalan keadaan pasar yang akan
datang. Misalnya mengharapkan Dollar akan naik, maka menahan uang
Dollar memperoleh keuntungan bila terjadi devaluasi.
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
2.1.8 Teori Penawaran Uang
Penawaran uang dalam teori moneter mempunyai arti yang sama dengan
jumlah uang beredar. Pada zaman standar emas, penawaran uang hanya bisa
ditambah dengan jalan menaikkan produksi emas, tapi memproduksi emas
memerlukan biaya. Penawaran uang tidak bisa ditambah menurut kehendak
pemerintah, tapi secara otomatis dibatasi oleh adanya biaya untuk menambah
“uang” tersebut. Bila harga emas naik, yaitu bila harga barang-barang lain adalah
rendah kalau dinyatakan dalam satuan emas, maka produsen emas akan cenderung
menaikkan produksi emasnya. Ini berarti bahwa penawaran uang (atau jumlah
uang beredar) semakin banyak, dan ini berarti selanjutnya akan menurunkan harga
emas (atau menaikkan harga barang-barang lain). Keadaan sebaliknya akan terjadi
kalau harga emas terlalu rendah.
Jumlah uang yang beredar ada diluar kekuasaan pemerintah. Setelah
sistem standar kertas semakin meluas penggunaannya, keadaan menjadi sangat
berbeda, uang yang beredar dapat ditambah sebanyak yang dikehendaki
pemerintah dengan biaya yang cukup rendah. Produksi uang kertas adalah
monopoli pemerintah dan jumlah uang yang beredar menjadi sepenuhnya
pencerminan kehendak pemerintah (P. Rahardja, 1997: 25).
Dalam perekonomian modern perkembangan uang semakin pesatnya
sehingga yang dapat dikategorikan sebagai uang berbeda-beda menurut
defenisinya. Dengan kata lain, sesuatu defenisi uang atau mempengaruhi jenisjenis uang apa saja yang masuk dalam defenisi tersebut.
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Pada mulanya yang dimasukkan dalam defenisi uang hanyalah uang
kartal yang terdiri dari uang kertas dan uang logam yang beredar di masyarakat
dan di edarkan oleh Bank Indonesia yang berfungsi sebagai otoritas moneter.
Kemudian dengan perkembangannya peranan bank, yang termasuk sebagai uang
adalah uang kartal dan uang giral (Demand deposit yakni yang berada dalam
rekening giro di Bank umum) dan juga adanya uang kuasi (Near money yaitu uang
yang disimpan dalam rekening tabungan dan deposito berjangka).
Dari ketiga jenis uang tersebut terdapat perbedaan dalam penggunaannya.
Uang kartal dan uang giral digunakan sebagai alat pembayaran sedangkan uang
kuasi tidak dapat langsung digunakan sebagai alat pembayaran. Dengan kata lain
uang kartal dan uang giral lebih likuid dibandingkan uang kuasi (Suseno, 2002:
12).
Sesuai dengan cakupan uang beredar yang beragam maka yang dimaksud
dengan jumlah uang beredar di Indonesia adalah nilai keseluruhan uang yang
berada ditangan masyarakat. Pengertian jumlah uang beredar dibagi dua yaitu
jumlah uang beredar dalam arti sempit dan dalam arti luas.
Jumlah uang beredar dalam arti sempit (Narrow money atau M1) adalah
jumlah uang beredar yang terdiri dari uang kartal dan uang giral.
M1 = C + D
Dimana:
M = jumlah uang beredar dalam arti sempit
C = uang kartal (uang kertas dan uang logam)
D = uang giral/ cek
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Jumlah uang beredar dalam arti luas (Broad money atau M2) adalah M1
ditambah deposito berjangka (Time deposit).
M2 = M1 + TD
Dimana:
M2 = Jumlah uang beredar dalam arti luas
TD = Deposito berjangka
Dalam perkembangan selanjutnya pengertian jumlah uang beredar telah
berubah sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan di sektor
keuangan dan perbankan di masing-masing negara.
Secara garis besar dapat disebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi
perubahan uang beredar antara lain: tingkat pendapatan masyarakat, suku bunga,
kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh otoritas moneter, dan faktor- faktor lain
yang mencerminkan kekuatan struktur dan perkembangan ekonomi suatu negara.
2.1.9 Keseimbangan di Pasar Uang
Jika permintaan uang disimbolkan dengan Md, dan penewaran uang
disimbolkan dengan Ms, maka kondisi keseimbangan pasar uang dapat
disimbolkan sebagai berikut:
Ms = Md
Setelah kedua sisi dibagi dengan tingkat harga, maka dapat dirumuskan kondisi
keseimbangan pasar uang dalam bentuk persamaan permintaan uang riil agregat
sebagai berikut:
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Ms
= L (r,Y)
p
Terlepas dari soal tingkat harga dan output, keseimbangan suku bunga menjadi
satu-satunya faktor yang menunjukkan penawaran uang riil sama dengan
permintaan agregat.
Kurva permintaan uang riil agregat memotong garis lurus vertikal (yang
melambangkan penawaran uang riil) di titik E. pada titik inilah, suku bunga riil
keseimbangan tercipta. Kurva yang melambangkan penawaran uang berbentuk
tegak lurus pada
Ms
, karena Ms diatur secara tetap oleh bank sentral sedangkan
p
pengaruh harga diabaikan.
Secara grafis keseimbangan digambarkan sebagai berikut:
r
Penawaran uang
r2
r1
r0
Permintaan uang riil
agregat
0
P0
P1
P2
Tingkat harga
uang riil
Gambar 2.1 Keseimbangan Pasar Uang
2.2. Pengeluaran Pemerintah
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Dalam kebijakan fiskal dikenal ada beberapa kebijakan anggaran, yaitu
anggaran berimbang, anggaran surplus dan anggran defisit. Dalam pengertian
umum, anggaran berimbang adalah suatu kondisi dimana penerimaan sama
dengan pengeluaran (G = T). Anggaran surplus yaitu pengeluaran lebih kecil dari
penerimaan (G < T) sedangkan anggaran defisit adalah anggaran dimana
komposisi pengeluaran lebih besar daripada penerimaan (G > T).
Anggaran surplus digunakan jika pemerintah ingin mengatasi masalah
inflasi sedangkan anggaran defisit digunakan jika pemerintah ingin mengatasi
masalah pengangguran dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Jika pemerintah
merencanakan peningkatan pertumbuhan ekonomi untuk mengurangi angka
pengangguran, pemerintah dapat meningkatkan pengeluarannya. Pengeluaran
pemerintah terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Sampai
dengan tahun 2004, rincian belanja pemerintah pusat masih terdiri dari: (1)
pengeluaran rutin dan (2) pengeluaran pembangunan. Namun sejak tahun 2005
mulai diterapkan penyatuan anggaran (unified budged) antara pengeluaran rutin
dan pengeluaran pembangunan.
1. Pengeluaran Rutin
Pengeluaran rutin yaitu pengeluaran yang digunakan untuk pemeliharaan
dan penyelenggaraan pemerintah yang meliputi belanja pegawai, belanja barang,
pembayaran bunga utang, subsidi, dan pengeluaran rutin lainnya. Melalui
pengeluaran rutin, pemerintah dapat menjalankan misinya dalam rangka menjaga
kelancaran penyelenggaraan pemerintah, kegiatan operasional dan pemeliharaan
aset negara, pemenuhan kewajiban pemerintah kepada pihak ketiga, perlindungan
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
kepada masyarakat miskin dan kurang mampu, serta menjaga stabilitas
perekonomian (Djunasien dan Hidayat, 1989).
Besarnya pengeluaran rutin dipengaruhi oleh berbagai langkah kebijakan
yang ditempuh pemerintah dalam rangka pengelolaan keuangan negara dan
stabilitas perekonomian, seperti perbaikan pendapatan aparatur pemerintah,
penghematan pembayaran bunga utang, dan pengalihan subsidi agar lebih tepat
sasaran. Kenaikan pengeluaran pemerintah terutama dari pos belanja pegawai
yang dialokasikan untuk menaikkan gaji pegawai dan pensiunan. Selain itu,
lonjakan pengeluaran pemerintah yang terjadi pada pos pembayaran bunga utang
luar negeri dan dalam negeri. Perbedaan karakteristik yang paling mendasar antara
pinjaman dari dalam dan luar negeri yaitu pada implikasi disaat pengembalian
(amortisasi).
Dalam kasus pinjaman dalam negeri, pembayaran bunga utang oleh
pemerintah akan kembali dinikmati oleh masyarakat Indonesia kerena terjadi
transfer pendapatan dari kelompok masyarakat yang membayar pajak kepada
kelompok masyarakat yang menjadi kreditur. Dampak dari aliran dana ini masih
berputar di dalam negeri karena masing-masing pihak adalah warga negara
Indonesia. Sedangkan dalam kasus pinjaman luar negeri, terjadi aliran dampak
ekonomi (multiplier effect) yang berbeda. Pihak-pihak yang menerima
pengembalian pinjaman adalah pihak kreditur di luar negeri (Mangkoesoebroto,
1994).
Jumlah utang luar negeri yang semakin besar menyebabkan anggaran
yang digunakan untuk membayar bunga utang juga semakin meningkat.
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Meningkatnya jumlah pembayaran bunga utang tersebut selain disebabkan oleh
membengkaknya jumlah utang jatuh tempo juga dipengaruhi oleh perubahan nilai
tukar rupiah terhadap mata uang asing. Selain pengeluaran untuk belanja pegawai
dan pembayaran bunga utang, pos lain yang menarik adalah pengeluaran
pemerintah untuk berbagai subsidi. Satu pos diantaranya yang berperan cukup
besar adalah subsidi bahan bakar minyak (BBM). Subsidi ini muncul pada tahun
1997/1998 sebagai akibat dari melonjaknya harga minyak mentah di pasar dunia
menyebabkan meningkatnya biaya pengadaan BBM hingga melebihi hasil
penjualan BBM itu sendiri, akibatnya pemerintah terpaksa memberikan subsidi
terutama terhadap minyak tanah dan solar.
2. Pengeluaran Pembangunan
Pengeluaran pembangunan yaitu pengeluaran yang digunakan untuk
membiayai pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan umum baik
pembangunan secara fisik maupun non fisik. Peranan anggaran pembangunan
lebih ditekankan pada upaya penciptaan kondisi yang stabil dan kondusif bagi
berlangsungnya proses pemulihan ekonomi dengan tetap memberikan stimulus
bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam kaitan dengan pengelolaan APBN
secara keseluruhan dengan keterbatasan sumber pembiayaan yang tersedia, maka
pencapaian sasaran-sasaran pembangunan harus dilakukan seoptimal mungkin
(Nota Keuangan dan APBN, 2004). Sehubungan dengan hal tersebut, formulasi
distribusi alokasi dan penentuan besarnya pengeluaran memegang peranan
penting dalam pencapaian target kebijakan fiskal.
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Di samping itu, pengelolaan anggaran pembangunan juga harus tetap
ditempatkan sebagai bagian yang utuh dari upaya menciptakan anggaran
pendapatan dan belanja negara yang sehat, melalui upaya mengurangi secara
bertahap peran pembiayaan yang bersumber dari luar negeri tanpa mengurangi
upaya
menciptakan
pertumbuhan
yang
berkesinambungan.
Pembiayaan
pembangunan rupiah dibiayai dari sumber-sumber pembiayaan dalam negeri, dan
pinjaman program. Pengelolaan dana tersebut akan dialokasikan kepada
departemen dan lembaga pemerintah non departemen di tingkat pusat termasuk
Departemen Hankam, dan pemerintah daerah, yang diklasifikasikan ke dalam
dana pembangunan yang dikelola oleh instansi pusat, dan dana pembangunan
yang dikelola daerah (Djamin, 1993).
Dalam rangka menutupi kesenjangan antara kebutuhan pembangunan
dengan kemampuan dana dalam negeri, maka pembiyaan proyek masih tetap
dibutuhkan. Pada tahun 1999-2004 pembiayaan pembangunan dengan dana yang
bersumber dari luar negeri diupayakan untuk secara bertahap dikurangi. Untuk itu,
pembiayan proyek harus dimanfaatkan secara lebih optimal terutama bagi
kegiatan ekonomi yang produktif dan dilaksanakan secara lebih transparan, efektif
dan efesien. Dengan demikian, pemilihan proyek-proyek yang pembiayaan
bersumber dari pinjaman luar negeri harus dilakukan berdasarkan prioritas
sehingga dapat mendukung penciptaan sasaran.
Persentase pembiayaan proyek terhadap PDB terus diupayakan menurun
sebagai cerminan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pinjaman luar
negeri,
sekaligus
mencerminkan
adanya
upaya
untuk
mencapai
fiscal
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
sustainability sebagai sasaran strategis dari APBN. Pembiayaan proyek
dimanfaatkan untuk pembangunan sumber daya manusia di bidang pendidikan,
kesehatan, dan kesejahteraan sosial dalam rangka mendukung program jaringan
pengaman sosial, penyediaan sarana dan prasarana transportasi, pembangunan di
bidang pertanian, tenaga listrik, dan pengairan. Di samping itu juga akan
dimanfaatkan untuk pengadaan prasarana pendukung Hankam, telekomunikasi,
dan pembangunan prasarana perkotaan.
2.2.1. Teori Pengeluaran Pemerintah
1. Pengeluaran Pemerintah Versi Keynes
Identitas keseimbangan pendapatan nasional Y = C + I + G merupakan
pandangan kaum keynesian akan relevansi campur tangan pemerintah dalam
perkonomian tertutup. Formula ini dikenal sebagai identitas pendapatan nasional.
Variabel Y (pendapatan nasional), C (pengeluaran konsumsi) dan G (pengeluaran
pemerintah). Dengan membandingkan nilai G terhadap Y serta mengamati dari
waktu ke waktu dapat diketahui seberapa besar kontribusi pengeluaran pemerintah
dalam pembentukan pendapatan nasional (Dumairy, 1997). Apabila ruas kiri dan
ruas kanan dibagi dengan Y, maka diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y C I G
= + +
Y Y Y Y
1 = APC +
I G
+
Y Y
Menurut
Keynes
untuk
menghindari timbulnya
stagnasi
dalam
perekonomian, pemerintah berusaha untuk meningkatkan jumlah pengeluaran
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
pemerintah (G) dengan tingkat yang lebih tinggi dari pendapatan nasional,
sehingga dapat mengimbangi penerunan nilai APC (Average Propensity to
Consume) dalam perekonomian. Pendapatan setelah diperhitungkan transfer
pemerintah dan pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah disebut sebagai
disposable income. Dengan perkataan lain, besarnya disposable income suatu
masyarakat sama dengan besarnya transfer pemerintah (Tr) dikurangi besarnya
pajak (Tax) yang dipungut oleh pemerintah. Persamaannya adalah sebagai berikut
(Reksoprayitno, 1985):
Yd = Y – Tx + Tr
Dari persamaan tersebut, dapat diturunkan persamaan di bawah ini:
Y = Yd + Tr – Tx
Maka:
C + I + G = Y = Yd + Tr – Tx
Perpajakan dan pengeluaran pemerintah saling berkaitan dalam
pengertian fiskal atau anggaran pendapatan dan belanja pemerintah secara
keseluruhan. Pengeluaran total dalam perekonomian dikurangi efek pengganda
dari peningkatan pajak dan pemotongan pajak merupakan kebijakan dimana
pemerintah melaksanakan anggaran surplus dalam menekan pengeluaran
pemerintah. Jika tujuannya adalah untuk meningkatkan pengeluaran, maka
pemerintah mengoperasikan anggaran defisit dengan mengurangi pajak dan
meningkatkan pengeluaran pemerintah. Suatu penurunan dalam pengeluaran
pemerintah dan peningkatan dalam pajak dari aliran sirkulasi pendapatan nasional
akan mengurangi permintaan agregat dan melalui proses pengganda (multiplier)
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
akan memberikan penurunan tekanan inflasi ketika perekonomian mengalami
peningkatan kegiatan yang berlebihan (over-heating). Sebaliknya adanya
peningkatan dalam pengeluaran pemerintah dan penurunan dalam pajak, maka
suatu suntikan (injection) ke dalam aliran sirkulasi pendapatan nasional akan
menaikkan permintaan agregat dan melalui efek pengganda menciptakan
tambahan lapangan pekerjaan (Kamaluddin, 1999).
2. Teori Wagner
Teori mengenai perkembangan persentase pengeluaran pemerintah yang
semakin besar terhadap GNP. Wagner menyatakan dalam suatu perekonomian
apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah
pun akan meningkat. Terutama disebabkan karena pemerintah harus mengatur
hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi,
kebudayaan dan sebagainya (Mangkoesoebroto, 2001). Hukum tersebut dapat
diformulasikan sebagai berikut:
PkPPt − n
PkPP PkPPt −1 PkPPt − 2
>
>
> ...... >
PPk
PPk t −1
PPk t − 2
PPk t − n
Keterangan:
PkPP
= Pengeluaran Pemerintah per kapita
PPk
= Pendapatan Nasional per kapita
1,2…..n = Indeks Waktu (tahun)
Wagner mendasarkan pandangannya pada suatu teori yang disebut
organic theory of state yaitu teori yang menganggap pemerintah sebagai individu
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
yang bebas bertindak, terlepas dengan masyarakat yang lain. Sebagaimana
ditunjukkan dalam gambar 2.2 secara relatif peranan pemerintah semakin
meningkat. Menurut Wagner ada lima hal yang menyebabkan pengeluaran
pemerintah selalu meningkat yaitu: tuntutan peningkatan perlindungan keamanan
dan pertahanan, kenaikan tingkat pendapatan masyarakat, urbanisasi yang
mengiringi pertumbuhan ekonomi, perkembangan demografi dan ketidakefesienan
birokrasi yang mengiringi perkembangan pemerintah (Dumairy, 1997).
Pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan hubungan antara industriindustri dan hubungan industri dengan masyarakat akan semakin rumit dan
kompleks sehingga potensi terjadinya kegagalan eksternalitas negatif menjadi
semakin besar. Namun hukum Wagner terdapat kelemahan yaitu tidak didasar
pada suatu teori pemilihan barang-barang publik. Hukum Wagner ini ditunjukkan
dalam gambar 2.2, dimana kenaikan pengeluaran pemerintah mempunyai bentuk
eksponensial yang ditunjukkan oleh kurva 1 di bawah ini:
Pengeluaran pemerintah/GDP
Kurva 1
Kurva 2
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Waktu
Sumber: Mangkoesoebroto, 2001
Gambar 2.2. Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Menurut Wagner
3. Teori Peacock dan Wiseman
Teori ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah selalu
berusaha memperbesar pengeluarannya dengan mengandalkan penerimaan dari
pajak, padahal masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar.
Peacock dan wiseman menyatakan sebagai berikut: masyarakat mempunyai suatu
tingkat toleransi pajak yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami
besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai
pengeluaran pemerintah.
Perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin
meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah dan meningkatnya penerimaan
pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Jadi dalam
keadaan normal kenaikan pendapatan nasional meningkatkan penerimaan dan
pengeluaran pemerintah. Apabila keadaan normal terganggu misalnya disebabkan
oleh perang atau eksternalitas lain, maka pemerintah terpaksa harus memperbesar
pengeluarannya untuk mengatasi gangguan tersebut.
Konsekuensinya menimbulkan tuntutan untuk memperoleh penerimaan
dari pajak yang lebih besar. Pungutan pajak yang lebih besar menyebabkan dana
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
swasta untuk investasi dan modal kerja menjadi berkurang. Efek ini disebut
sebagai efek pergantian (displacement effect) yaitu adanya suatu gangguan sosial
menyebabkan aktivitas swasta dialihkan pada aktivitas pemerintah. Pengentasan
gangguan tidak cukup dibiayai semata-mata dengan pajak sehingga pemerintah
harus meminjam dana dari luar negeri. Setelah gangguan teratasi muncul
kewajiban melunasi utang dan membayar bunga. Pengeluaran pemerintah yang
semakin bertambah, bukan hanya karena GNP meningkat, tetapi karena adanya
kewajiban baru tersebut.
Akibat lebih lanjut adalah pajak tidak menurun kembali ke tingkat
semula meskipun gangguan telah berakhir. Selain itu banyak aktivitas pemerintah
yang baru kelihatan setelah terjadinya perang dan ini disebut efek inspeksi
(inspection effect). Adanya gangguan sosial juga akan menyebabkan terjadinya
konsentrasi kegiatan ke tangan pemerintah, efek ini disebut sebagai efek
konsentrasi (concentration effect). Dengan adanya ketiga efek tersebut
menyebabkan bertambahnya aktivitas pemerintah sehingga setelah perang selesai,
tingkat pajak tidak menurun kembali pada tingkat sebelum terjadi perang. Hal ini
dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut ini (Mangkoesoebroto, 2001):
Pengeluaran pemerintah/ GDP
D
C
A
Pengeluaran
F pemerintah
G
B Pengeluaran
swasta
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Tahun
0
t
t+1
Sumber: Mangkoesoebroto, 2001
Gambar 2.3. Teori Peacock dan Wiseman
Dalam keadaan normal dari t ke t+1, pengeluaran pemerintah dalam
persentase terhadap GNP meningkat sebagaimana ditunjuk garis AG. Apabila
pada tahun t terjadi perang maka pengeluaran pemerintah meningkat sebesar AC
dan kemudian meningkat seperti yang ditunjukkan pada segmen CD. Setelah
perang selesai (pada tahun t+1), pengeluaran pemerintah tidak menurun ke G. Hal
ini disebabkan karena setelah perang, pemerintah memerlukan tambahan dana
untuk mengembalikan pinjaman pemerintah yang digunakan dalam pembiayaan
pemerintah.
Kenaikan tarif pajak tersebut dimaklumi oleh masyarakat sehingga
tingkat toleransi pajak meningkat dan pemerintah dapat memungut pajak yang
lebih basar tanpa menimbulkan gangguan dalam masyarakat. Secara grafik
perkembangan pengeluaran pemerintah versi Peacock dan Wiseman bukanlah
berpola seperti kurva mulus berslope positif sebagaimana tersirat dalam pendapat
Rostow dan Musgrave, melainkan berslope positif dengan bentuk patah-patah
seperti tangga yang dapat dilihat pada gambar 2.4 di bawah ini:
Pengeluaran pemerintah/ GDP
Wagner Rostow
Musgrave
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah,
Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Peacock dan Wiseman
Tahun
0
Sumber : Mangkoesoebroto, 2001
Gambar 2.4. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah
2.3 Cadangan Devisa
Devisa adalah alat pembayaran luar negeri yang antara lain berupa emas,
uang kertas asing dan tagihan lainnya dalam valuta asing kepada pihak luar negeri
(Rachbini, 2000: 113). Sedangkan cadangan devisa merupakan posisi bersih
aktiva luar negeri pemerintah dan bank-bank devisa, yang harus dipelihara untuk
keperluan transaksi internasional.
Devisa diperlukan untuk membiayai impor dan membayar utang luar
negeri. Cadangan devisa dikelola oleh Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23
tahun 1999 pasal 13. Pengelolaan itu dilakukan dengan melalui berbagai jenis
transaksi devisa yaitu menjual, membeli, dan atau menempatkan devisa, emas dan
surat-surat berharga secara tunai atau berjangka termasuk pemberian pinjaman.
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Pengelolaan dan pemeliharaan cadangan devisa didasarkan pada prinsip untuk
memperoleh pendapatan yang optimal. Tujuan pengelolaan dan pemeliharaan
cadangan devisa ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya menjaga
nilai tukar, dimana menipisnya cadangan devisa akan mengundang spekulasi
rupiah dari pada spekulator.
Menurut Bank Dunia, peranan cadangan devisa adalah (www. Pikiran
rakyat. Com):
1) Untuk melindungi negara dari guncangan eksternal. Krisis keuangan
pada akhir 1990-an membuat para pembuat kebijakan memperbaiki
pandangannya atas nilai dari cadangan devisa sebagai proteksi dalam
melindungi dari krisis mata uang.
2) Tingkat cadangan devisa merupakan faktor penting dalam penilaian
kelayakan kredit dan kredibilitas kebijakan secara umum, sehingga
negara dengan tingkat cadangan devisa yang cukup dapat mencari
pinjaman dengan kondisi yang lebih nyaman.
3) Kebutuhan likuiditas untuk mempertahankan stabilitas nilai tukar.
Selain berbagai kelebihan diatas, kebijakan untuk mempertahankan
cadangan devisa juga memerlukan biaya, saat level cadangan devisa menjadi lebih
besar, biaya yang diperlukan juga semakin besar. Membengkaknya cadangan
devisa kinerja moneter terekspansi melebihi kapasitas produksi ekonomi yang
berakhir pada inflasi.
Untuk meningkatkan cadangan devisa, sejak tahun 1970 pemerintah telah
menerapkan sistem devisa bebas. Peraturan tentang sistem devisa bebas tersebut
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
dituangkan dalam UU No. 24 tahun 1999 tentang lalu lintas devisa dan sistem
nilai tukar menggantikan UU lama yaitu UU No. 32 tahun 1964.
Dalam
mengelola
cadangan
devisa
ini,
Bank
Indonesia
lebih
mengutamakan tercapainya tujuan likuiditas dan keamanan dari pada keuntungan
yang tinggi. Walaupun demikian, Bank Indonesia tetap mempertimbangkan
perkembangan yang terjadi di pasar internasional, sehingga tidak tertutup
kemungkinan terjadinya pergeseran dalam portopolio komposisi jenis penempatan
cadangan devisa.
Dalam pengelolaan cadangan devisa yang optimal, Bank Indonesia
menerapkan sistem diversifikasi, baik berdasarkan jenis valuta asing maupun
berdasarkan jenis investasi surat berharga. Dengan cara tersebut diharapkan
penurunan nilai dalam salah satu mata uang dapat dikompensasi oleh jenis mata
uang lainnya atau penempatan lain yang mempunyai nilai yang lebih baik.
Posisi cadangan devisa resmi yang dikuasai Bank Indonesia perlu
dipertahankan pada tingkat yang wajar. Hal ini terutama untuk menjaga kestabilan
ekonomi dan moneter serta untuk menghindari terjadinya gejolak kurs mata uang
asing dan pelarian modal keluar negeri. Dalam hubungan ini sebagai ukuran yang
lazim digunakan oleh rasio cadangan resmi terhadap impor. Jika cadangan devisa
itu cukup untuk menutup impor selama tiga bulan pada lazimnya dipandang
sebagai titik yang aman, dan jika hanya untuk dua bulan atau kurang, maka akan
menimbulkan tekanan terhadap neraca pembayaran (Rustian Kamaluddin, 1999:
187).
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Mulai bulan Juli tahun 2000, Bank Indonesia mengubah konsep
pencatatan cadangan devisa. Angka cadangan devisa yang dilaporkan hanya
menggunakan konsep Internasional Reserve and Foreign Currency Liquidity
(IRFCL) yang merupakan standar pelaporan secara internasional (SDDS-IMF).
Perbedaan antara angka cadangan devisa yang berdasarkan konsep GFA dengan
yang berdasarkan IRFCL terjadi karena perbedaan defenisi.
Dalam konsep IRFCL, hanya aset yang tergolong likuid yang
diperhitungkan sebagai komponen internasional reserve dan penilaiannya
menggunakan kurs yang berlaku saat tanggal pelaporan. Sedangkan dalam konsep
yang lama, GFA tidak dibedakan tingkat likuiditas tersebut, serta tidak digunakan
kurs yang berlaku pada saat pelaporan melainkan kurs mata uang asing per 31
Maret 1998.
Konsep IRFCL berangkat dari standar penyebaran data khusus (special
data dissemination standars/ SDDS), yang merupakan bentuk penyajian data
ekonomi melalui internet dengan menggunakan standar penyajian data dana
moneter internasional (IMF). Cakupan SDDS adalah sektor riil, sektor fiskal,
sektor keuangan, dan sektor eksternal. Mengenai IRFCL, struktur mode tersebut
terbagi menjadi devisa internasional (Internasional Reserve), perkiraan aliran
bersih devisa yang terjadwal (predetermined short-term net drains), perkiraan
aliran devisa yang bersifat siaga (contingent short-term net drains), dan meno
item (sumber: Bank Indonesia).
2.4 Tingkat Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia)
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
2.4.1 Pengertian Tingkat Bunga
Menurut Kashmir, suku bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa
yang diberikan kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Tingkat
suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau bisa juga dipandang sebagai
sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Harga atas penggunaan
uang biasanya dinyatakan dalam persentase (%) dalam jangka waktu tertentu
misalnya 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, 24 bulan. Harga penggunaan uang
per unit waktu disebut “tingkat bunga”.
Naik turunnya tingkat bunga dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran
uang. Tingkat suku bunga cenderung naik bila permintaan pinjaman atau debitur
lebih besar dari pada jumlah uang atau dana yang ditawarkan kreditur (biasanya
bank dan lembaga keuangan bukan bank). Sebaliknya tingkat suku bunga
cenderung menurun bila permintaan debitur lebih kecil daripada jumlah uang atau
dana yang ditawarkan kreditur.
2.4.2 Teori Tingkat Suku Bunga
1. Teori Klasik
Menurut teori klasik, tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga.
Dimana makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk
menabung (Nopirin, 2000: 70). Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
bunga dimana makin tinggi bunga maka akan mendorong para investor untuk
berinvestasi karena biaya yang ditanggung semakin kecil dengan harapan profit
yang maksimum.
Tingkat bunga dalam keadaan seimbang akan tercapai apabila keinginan
menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan
investasi dalam pasar yang seimbang pada keadaan Yfull
employment
(kondisi
pendapatan yang dicapai dengan menggunakan resources yang ada secara
maksimal) dimana pasar secara bebas tanpa ada campur tangan pemerintah (teori
Laissez-faire: Adam smith).
Tingkat bunga
Tabungan
i1
i0
I1
I0
Jumlah Rupiah yang di tabung
dan di investasikan
0
S0
S1
Gambar 2.5. Teori Klasik Tentang Tingkat Suku Bunga
Berdasarkan gambar 2.5 di atas bahwa tingkat suku bunga akan
mengalami keseimbangan (S0,i0) jika jumlah tabungan sama dengan investasi, dan
jika tingkat suku bunga lebih besar dari I0 akan berdampak terhadap jumlah
tabungan lebih besar dari jumlah investasi.
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
2. Teori Keynes
Dalam teori keynes, tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter.
Maksudnya, tingkat bunga ditentukan oleh pasar uang yaitu permintaan dan
penawaran uang (Demand and Supply of Money).
Menurut teori keynes ada kemungkinan jumlah tabungan lebih besar dari
investasi pada national income dan bahwa tingkat bunga bukan media untuk
menyamakan tabungan (s) dan investasi (I), dan ini merupakan tugas Bank
Sentral, di Indonesia yaitu Bank Indonesia dalam menciptakan kestabilan harga
melalui kebijakan tingkat bunga yang selayaknya (Nopirin, 2000: 78). Bank
sentral mengatasi tingkat inflasi yang tinggi dengan menaikkan tingkat suku
bunga yang tinggi. Akibatnya jumlah tabungan meningkat sehingga jumlah uang
beredar
di
masyarakat
berkurang.
Naiknya
tingkat
bunga
juga
akan
mengakibatkan investasi menurun, sehingga GNP menurun. Begitu sebaliknya.
Pertumbuhan ekonomi akan meningkat jika tingkat bunga meningkat (diskonto)
Bank Sentral mengalami penurunan karena dengan turunnya tingkat bunga Bank
Sentral akan memacu para investor dalam menanamkan modalnya.
2.4.3 Sertifikat Bank Indonesia
2.4.3.1 Pengertian dan Sejarah Penerbitan SBI
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) pada prinsipnya adalah surat berharga
atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Sentral sebagai pengakuan
utang berjangka waktu pendek dan diperjualbelikan dengan sistem diskonto.
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Sertifikat Bank Indonesia pertama kali diterbitkan pada tahun 1970
dengan sasaran utama untuk menciptakan pasar uang yang hanya diperdagangkan
antar
bank-bank.
Namun
setelah
dikeluarkannya
kebijaksanaan
yang
memperkenalkan bank-bank menerbitkan sertifikat deposito pada tahun 1972,
dengan terlebih dahulu memperoleh izin dari Bank Indonesia, maka SBI tidak lagi
diterbitkan karena sertikat deposito dianggap akan menggantikan SBI. Oleh
karena itu, SBI sebenarnya hanya sempat beredar kurang lebih satu tahun. Namun
sejalan dengan burubahnya pendekatan kebijakan moneter, maka Bank Indonesia
kembali menerbitkan SBI sebagai instrumen kebijakan operasi pasar terbuka
terutama untuk kontraksi moneter.
Selain sebagai piranti operasi pasar terbuka, penggunaan SBI pada
dasarnya sama dengan penggunaan Treasury Bills (T-Bills) di pasar uang
Amerika Serikat. Melalui penggunaan SBI tersebut, Bank Indonesia dapat secara
tidak langsung mempengaruhi tingkat suku bunga di pasar uang dengan cara
mengumumkan Stop Out Rate (SOR). SOR adalah suatu tingkat suku bunga yang
diterima Bank Indonesia atas penawaran tingkat suku bunga dari peserta lelang.
Selanjutnya SOR tersebut akan dapat dipakai sebagai indikator bagi tingkat suku
bunga transaksi di pasar uang pada umumnya.
2.4.3.2 Tujuan Penerbitan SBI
Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia berkewajiban memelihara
kestabilan nilai rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang
kartal ditambah uang giral di Bank Indonesia) yang berlebihan dapat mengurangi
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
kestabilan nilai rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh Bank Indonesia untuk
mengurangi kelebihan uang tersebut.
2.4.3.3 Dasar Hukum Penerbitan SBI
Adapun dasar hukum penerbitan Sertifikat Bank Iindonesia adalah surat
keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998
tentang penerbitan dan perdagangan SBI serta intervensi Rupiah.
2.4.3.4 Pihak yang Berhak Memiliki SBI
Sejalan dengan ide dasar penerbitan SBI sebagai salah satu piranti
operasi pasar terbuka, penjualan SBI diprioritaskan pada lembaga perbankan.
Tetapi tidak tertutup kemungkianan masyarakat baik perorangan maupun
perusahaan untuk dapat memiliki SBI. Pembelian SBI oleh masyarakat tidak
dapat dilakukan secara langsung kepada Bank Indonesia, melainkan harus melalui
bank umum serta pialang pasar uang dan pialang pasar modal yang ditunjuk Bank
Indonesia. Proses pembelian SBI dapat digsebag ambarkan ai berikut:
Pialang Pasar
uang/ modal
Perusahaan/
Perorangan
Bank Indonesia
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Bank
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Gambar 2.6. Proses Pembelian SBI
2.4.3.5 Karakteristik SBI
a) Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya
diterbitkan untuk jangka waktu 1 bulan dan 3 bulan.
b) Denominasi dari yang terendah Rp. 50 juta sampai tertinggi Rp. 100
Milyar.
c) Pembelian SBI oleh masyararakat minimal Rp. 100 juta dan selebihnya
dengan kelipatan Rp. 50 juta.
d) SBI diterbitkan dan diperdagangkan dengan sistem diskonto.
e) Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai yang diperoleh dari rumus:
Nilai tunai =
Nilai nominal × 360
360 × (tingkat diskonto × jangka waktu)
f) Nilai diskonto dihitung sebagai berikut:
Nilai diskonto: Nilai nominal – Nilai tunai
2.4.3.6 Tata Cara Transaksi Penjualan SBI
a) Penjualan SBI dilakukan melalui lelang.
b) BI mengumumkan rencana lelang selambat-lambatnya pada satu (1)
hari kerja sebelum pelaksanaan lelang SBI.
c) Jumlah SBI yang akan dilelang diumumkan setiap hari Selasa.
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
d) Lelang SBI dilakukan setiap hari rabu atau pada hari kerja berikutnya
dan dapat diikuti oleh seluruh Bank umum, pialang pasar uang, dan
pialang pasar modal dengan penyelesaian transaksi pada hari Kamis.
e) Dalam pelaksanaan lelang SBI, masing-masing peserta mengajukan
penawaran jumlah SBI yang ingin dibeli serta tingkat diskontonya.
Pemenang lelang adalah peserta yang mengajukan penawaran tingkat
diskonto yang terendah sampai dengan jumlah SBI lelang yang
diumumkan tercapai.
f) Untuk menjaga keamanan dari kehilangan atau pencurian serta
menghindari pemalsuan, maka pihak SBI memperoleh Bilyet Depot
simpanan sebagai bukti atas penghimpunan fisik warkat SBI pada BI
tanpa dipungut biaya penyimpanan.
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
BAB III
METODOLOGI PENILITIAN
Metodologi penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan
dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan
dan menguji hipotesis penelitian.
3.1 Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengkaji Pengeluaran
Pemerintah, Cadangan Devisa dan Suku Bunga SBI terhadap Jumlah Uang
Beredar di Indonesia.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari Bank Indonesia (BI) Medan, dan Badan Pusat Statistik (BPS)
Sumatera utara, dan dari berbagai sumber lainnya yang mendukung.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series pada
kurun waktu tahun 1988 sampai 2007 (sampel data selama 20 tahun).
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
3.3 Pengolahan Data
Penulis menggunakan program komputer E-Views 4.1 untuk mengolah
data dalam penulisan skripsi ini.
3.4 Model Analisis Data
Model analisis yang digunakan dimulai dengan pembentukan model
matematis, yaitu suatu pernyataan matematis yang digunakan dalam menentukan
hubungan yang berlaku diantara Pengeluaran pemerintah, Cadangan devisa dan
Suku bunga SBI terhadap Jumlah uang beredar.
Dalam mengalisis besarnya pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen digunakan alat analisis ekonometrika yaitu meregresikan
variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa
(Ordinary least square/ OLS).
Adapun persamaan fungsi dasarnya adalah sebagai berikut:
Y = f (X1, X2, X3)……………………………….(1)
Kemudian fungsi tersebut diatas dispesifikasikan kedalam model
ekonometrika dengan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Ŷ = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + μ…………..…..…(2)
Dimana:
Ŷ
= Jumlah Uang Beredar (Milyar Rupiah)
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
α
= intercept
β1, β2, β3
= koefisien regresi
X1
= Pengeluaran pemerintah (Milyar Rupiah)
X2
= Cadangan devisa (Juta USD)
X3
= Suku Bunga SBI (%)
μ
= Term of error
Secara otomatis, maka bentuk hipotesisnya sebagai berikut:
∂Y
> 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (Pengeluaran pemerintah), maka Y
∂X 1
(Jumlah Uang Beredar) mengalami kenaikan, cateris paribus.
∂Y
> 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (Cadangan devisa), maka Y
∂X 2
(Jumlah Uang Beredar) akan mengalami kenaikan, cateris paribus.
∂Y
> 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X3 (Suku Bunga SBI), maka Y
∂X 3
(Jumlah Uang Beredar) akan mengalami kenaikan, cateris paribus.
3.5 Test of godness fit (uji kesesuaian)
1. koefisien determinasi R2
Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabelvariabel independen secara bersama-sama mampu memberi penjelasan terhadap
variabel dependen. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0<R2<1).
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
2. Uji F- Statistik
Uji F-statistik adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara bersama-sama terhadap variabel
dependen.
Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus:
R 2 / (k − 1)
F* =
1 − R 2 / (n − k )
(
)
Keterangan:
R2 = Koefisisen determinasi
K = Jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model persamaan
n = Jumlah sampel
Hipotesis yang digunakan:
H0: β1: β2: β3= 0
Artinya
variabel
independen
secara
bersama-sama
berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Ha: β1: β2: β3≠ 0
Artinya variabel independen secara bersama-sama tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
3. Uji t- Statistik
Uji t-statistik merupakan pengujian yang bertujuan untuk mengetahui
apakah koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan
menganggap variabel independen lainnya konstan.
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Nilai t-hitung dapat diperoleh dengan rumus:
(bi − b )
t* =
Sbi
Keterangan:
bi
= Koefisien regresi dari variabel independen yang diuji
b
= Nilai hipotesis nol
Sbi = simpanan baku dari variabel independen yang diuji
Hipotesis yang digunakan:
H0 : bi = 0
artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh nyata
terhadap variabel dependen.
Ha : bi ≠ 0
artinya variabel independen secara parsial berpengaruh nyata
terhadap variabel independen.
Hipotesis ini diterima apabila t-hitung > t-tabel (α)
3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
1. Multikolinearity
Uji multikolinearity digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
korelasi variabel independen diantara satu sama lainnya. Untuk mendeteksi ada
tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari R-square, F-hitung serta standar error.
Keberadaan multikolinearity ditandai dengan adanya standart error yang
tidak terhingga, tidak ada satupun t-statistik yang signifikan, terjadi perubahan
tanda, dan R2 sangat tinggi.
2.Serial Correlation /Autokorelasi
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Autokorlasi terjadi bila term of error (µ) dari periode waktu yang
berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa Error term berkorelasi atau mengalami
korelasi atau mengalami korelasi serial apabila variabel (ei, ≠ej)0 u ntu k i ≠ j,
dalam hal ini dapat dikatakan memiliki masalah autokorelasi.
Ada beberapa cara untuk mengetahui keberadaan autokorelasi, yaitu:
a. Dengan memplot grafik.
b. Dengan Durbin-Watson (uji D-W test).
∑(et − et −1 )
D- hitung =
∑ e2t
2
( )
Dengan hipotesis sebagai berikut:
Ho : D- W = 0, artinya tidak ada autokorelasi
Ho : D-W ≠ 0, artinya ada autokorelasi
Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu
diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-watson untuk
berbagai nilai α.
inconclusive
Autokorelasi (+)
Autokorelasi (-)
H0
diterima
0
dl
du
2
4-du
4-dl
0
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Dimana:
Ho
= tidak ada autokorelasi
DW < dl
= tolak Ho (ada korelasi positif)
DW > 4- dl
= tolak Ho (ada korelasi positif)
du < DW < 4-du = terima Ho (tidak ada korelasi)
dl ≤ DW ≤ du
= pengujian tidak dapat disimpulkan (inconclusive)
(4- du) ≤ DW ≤ ( 4- dl) = pengujian tidak dapat disimpulkan (inconclusive)
3.7 Defenisi Operasional Variabel
1. Jumlah Uang Beredar adalah jumlah uang dalam arti luas (broad money)
dengan menggunakan uang M2 (M1 dan uang kuasi) (Milyar Rupiah).
2. Pengeluaran
pemerintah
adalah
pengeluaran
rutin
dan
pengeluaran
pembangunan pemerintah dalam periode tertentu biasanya satu tahun (Milliar
Rupiah).
3. Cadangan Devisa merupakan posisi bersih aktiva luar negeri pemerintah dan
Bank-bank devisa (Juta USD).
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
4. Suku Bunga SBI merupakan suku bunga dalam bentuk persen yang ditentukan
oleh Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dalam upaya pengendalian
jumlah uang beredar (%).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Perekonomian dan Ekonomi Makro Indonesia
Pertumbuhan ekonomi tahun 2006 tidak lebih baik dari pertumbuhan
ekonomi tahun 2005. Meskipun stabilitas ekonomi makro dapat terjaga dengan
cukup baik, namun hal tersebut tidak berhasil membangkitkan rasa optimis
dikalangan masyarakat. Tingginya tingkat ketidakpastian dikalangan dunia usaha
merupakan penyebab utama dari rendahnya tingkat pertumbuhan sepanjang tahun
2006 lalu, dan ini tidak lepas dari tidak kunjung kondusifnya iklim usaha di sektor
produksi riil. Berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dapat dikatakan
tidak efektif untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif karena seringkali
dibayangi oleh keragu-raguan pemerintah dalam mengimplementasikan berbagai
kebijakan yang dikeluarkan tersebut.
Dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang hanya sekitar 5,48% selama
tahun 2006, pertumbuhan investasi fisik (pembentukan modal tetap bruto) hanya
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
sekitar 2,9% yang jauh lebih rendah dari pertumbuhannya pada tahun 2005 yang
mencapai 10,8%. Rendahnya peningkatan investasi ini telah berlangsung sejak
triwulan pertama tahun 2006, terutama investasi dalam bentuk mesin dan
perlangkapan luar negeri yang turun sebesar 25,7%, jika dibandingkan dengan
kondisi tahun 2005 yang mencatat kenaikan sebesar 31% pada investasi mesin dan
perlengkapan luar negeri, maka penurunan investasi yang berkaitan dengan
barang modal ini sangatlah signifikan selama tahun 2006 lalu. Kondisi ini tidak
saja menggambarkan betapa tidak berkembangnya minat investasi sepanjang
tahun 2006 lalu, tetapi bisa juga menjadi isyarat penting bagaimana
perkembangan sektor riil pada beberapa tahun mendatang.
Berkaitan
dengan
kenyataan
ini
selayaknya
pemerintah
segera
mewaspadai kondisi perekonomian secara keseluruhan. Pemerintah jangan hanya
merasa aman jika stabilitas nilai tukar dapat tercapai dan tingkat inflasi dapat
dikendalikan. Harus disadari bahwa kondisi sektor riil saat ini betul-betul dalam
kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Terjadinya penurunan produksi beras
dalam negeri merupakan salah satu bukti bahwa sektor pertanian jauh dari
perbaikan yang cukup berarti, padahal telah dicanangkan revitalisasi sektor
pertanian. Pertumbuhan sektor industri manufaktur yang hanya sekitar 4,63%
menunjukkan tidak berkembangnya kegiatan produksi di sektor ini, karena pada
tahun 2005 sektor ini juga tumbuh sekitar 4,6% pada tahun 2004 masih tumbuh
sekitar 6,2 %, dan yang paling memprihatinkan adalah penurunan pada industri
tekstil, barang kulit dan dan alas kaki, yang merupakan industri padat karya yang
selama masa orde baru menjadi tumpuan penting bagi perkembangan industri dan
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
kehidupan masyarakat. Pada tahun 2006 pertumbuhan pada industri tekstil, barang
kulit, dan alas kaki tercatat hanya sekitar 1,23% yang turun dari 1,31% pada tahun
2005. Sedangkan pada tahun 2004 industri ini masih mencatat pertumbuhan
sekitar 4,1%.
Industri tekstil selayaknya juga menjadi prioritas perhatian pemerintah
jika pemerintah benar-benar ingin membangun kembali sektor industri nasional.
Selain bersifat padat karya yang bisa menciptakan lapangan kerja baru, industri ini
merupakan industri yang sudah pernah teruji keberhasilannya menjadi motor
pertumbuhan ekonomi. Industri ini tidak hanya didukung oleh pengalaman para
pengusahanya di masa lalu, tetapi juga didukung oleh pengalaman para
pengusahanya di masa lalu, tetapi juga didukung oleh ragam budaya Indonesia
yang mempunyai ciri khas tertentu untuk memperkaya ragam produk tekstil
Indonesia. Sayangnya, pemerintah belum terlihat serius menangani berbagai
persoalan yang semakin menghambat perkembangan industri ini pada tahun-tahun
terakhir ini. Industri tekstil tidak terlindung tidak saja oleh serbuan impor ilegal
barang-barang tekstil, tetapi juga oleh kebijakan yang tidak kondusif. Undangundang ketenagakerjaan yang berlaku dewasa ini telah menjadikan industri tekstil
tidak lagi kompetitif karena mahalnya upah tenaga kerja disektor ini. Sementara
itu tidak adanya kebijakan yang bisa menjadi pendorong peningkatan investasi di
industri ini, menyebabkan industri tekstil masih banyak yang bergantung pada
mesin-mesin yang sudah tua dan tidak efesien.
Meskipun
perbaikan
investasi
belum
seperti
yang
diharapkan,
fundamental ekonomi Indonesia sudah berada pada jalur yang tepat (on the right
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
track). Stabilitas makro ekonomi dapat terjaga dengan baik dengan kurs rupiah
yang cenderung menguat, sehingga tingkat inflasi dapat terus ditekan dan suku
bunga perbankan terus diturunkan. Selama tahun 2006 kurs rupiah mengalami
apresiasi sekitar 8,2% dan selama dua bulan pertama tahun 2007 dapat dikatakan
relatif stabil pada kisaran sekitar Rp. 9.100 per dolar AS. Angka inflasi yang
melonjak tinggi pada tahun 2005 (17,1%) turun menjadi 6,6% pada tahun 2006,
dan diperkirakan akan terus terkendalikan selama tahun 2007. Selama JanuariFebruari 2007 angka inflasi hanya mencapai 1,67% yang lebih rendah dari angka
inflasi pada periode yang sama tahun 2006 sebesar 1,95%.
Dengan terkendalikannya tingkat inflasi, maka tingkat suku bunga
perbankan juga dapat terus diturunkan, sehingga memberi harapan akan kembali
berfungsinya perbankan sebagai lembaga intermediasi. Dengan BI rate yang
dewasa ini telah berada pada level 9%, maka suku bunga SBI sudah berada
disekitar 9,25% dan suku bunga deposito berjangka (satu bulan) juga terus turun
mendekati 8,6%. penurunan ini diharapkan pada gilirannya akan memicu
penurunan suku bunga kredit sehingga dapat meningkatkan investasi dalam
negeri.
Secara singkat kondisi ekonomi sampai tahun 2007 dapat disimpulkan
sebagai berikut:
4.2.Perkembangan Jumlah uang beredar Indonesia
Dalam mekanisme penciptaan uang beredar, pada dasarnya ditentukan
oleh otorites moneter yaitu Bank Indonesia, bank umum dan masyarakat. Jumlah
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
uang beredar yang tercipta merupakan jumlah uang beredar yang ditinjau dari sisi
penawaran. Sedangkan dari sisi permintaan, masyarakat membutuhkan uang
kartal maupun uang giral untuk membiayai semua kegiatan ekonominya. Dengan
demikian, jumlah uang beredar yang tercipta atau tersedia harus seimbang dengan
jumlah yang dibutuhkan masyarakat, sehingga tidak terjadi kelebihan/ kekurangan
jumlah uang beredar.
Kondisi moneter selama tahun 2004 relatif stabil, baik untuk uang kartal
maupun uang giral bergerak naik searah pertumbuhan jumlah uang beredar.
Selama tahun 2004 secara rata-rata uang primer tumbuh 1,68% per tahun. Jumlah
uang beredar dalam arti sempit (M1) misalnya, di awal tahun tercatat sebesar Rp
235.818 miliar, sedangkan untuk jumlah uang beredar dalam arti luas (M2)
sebesar Rp.1.003.527 miliar.
Seiring
dengan
meningkatnya
kepercayaan
masyarakat
terhadap
perbankan, dua bulan berikutnya terjadi pergeseran komposisi pada uang giral
sehingga porsinya sekitar 60%. Sementara untuk M1 yang umumnya banyak
menggambarkan kebutuhan transaksi masyarakat, selama februari 2004 mencapai
angka Rp. 219,03 triliun. Di bulan berikutnya M1 tetap tak jauh dari angka
tersebut. Hal ini berarti besaran moneter tidak hanya naik sekitar Rp. 0,05 trilin.
Jika dilihat dari sisi permintaan, diwarnai dengan terjadinya permintaan
masyarakat terhadap uang kartal cukup tinggi.
Selanjutnya perkembangan jumlah uang beredar dalam arti luas M2
mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan industri perbankan. Untuk
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
lebih jelasnya perkembangan jumlah uang beredar dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Perkembangan Jumlah uang beredar
(Miliar Rupiah)
Tahun
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Jumlah Uang
Beredar
41998
58705
84630
99058
119053
145202
174512
222638
288632
355643
577381
646205
747028
844053
883908
955692
1033527
1203215
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
2006
1382074
2007
1643203
Sumber: Bank Indonesia, Laporan tahunan (1988-2007).
4.3. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah
Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai salah satu jangkar
pangaman perekonomian nasional, harus dijaga keseimbangannya antara tujuan
untuk mengamankan kesinambungan fiskal dengan tujuan untuk mendorong
perekonomian. Peranan APBN tersebut hingga saat ini masih dalam batas ramburambu yang menjamin kesinambungan fiskal, sedangkan stimulus ekonomi yang
terbesar tetap diandalkan dari masyarakat dan dunia usaha untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi.
Kebijakan fiskal ditujukan untuk melanjutkan dan memantapkan
konsolidasi fiskal dan penyehatan APBN. Disisi lain, perkembangan penerimaan
negara bukan pajak (PNBP) sangat dipengaruhi antara lain oleh perkembangan
harga dan produksi minyak mentah Indonesia, perbaikan kinerja BUMN (yang
memberikan kontribusi melalui pay out ratio dari laba BUMN), serta efektifitas
pengumpulan berbagai pungutan dari Departeman dan Lembaga pemerintah non
Departemen melalui pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Dari
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
perkembangan berbagai faktor diatas, dalam tiga tahun terakhir perkembangan
PNBP terus mengalami fluktuasi, yakni dari Rp. 88,4 triliun (5,5% terhadap PDB)
dalam tahun 2003, namun dalam APBN 2004 ditetapkan Rp. 77,1 triliun (3,9%
terhadap PDB) atau turun 22,1% dari realisasinya dalam tahun sebelumnya.
Demikian pula, perkembangan belanja negara secara nominal juga terus
mengalami peningkatan dari Rp 322,2 triliun dalam tahun 2002 menjadi Rp. 374,4
triliun dalam APBN 2004. Peningkatan ini terutama berkaitan dengan upaya
perbaikan kesejahteraan aparatur pemerintah dan peningkatan pelayanan kepada
masyarakat, pemberian stimulus fiskal secara terbatas pada perekonomian, dan
peningkatan alokasi anggaran ke daerah sejalan dengan pelaksanaan kebijakan
desentralisasi fiskal. Namun demikian, rasio belanja negara terhadap PDB dalam
periode tersebut justru menunjukkan penurunan yang sangat signifikan, yaitu dari
20% pada tahun 2002 menjadi 18,7% dalam APBN 2004. Penurunan ini terutama
disebabkan oleh penurunan beban pembayaran bunga utang dari 5,4% terhadap
PDB pada tahun 2002 menjadi 3,3% terhadap PDB dalam APBN 2004.
Sementara tahun 2006, peningkatan belanja negara diwarnai oleh upaya
peningkatan stimulus fiskal dan pemulihan daya beli masyarakat. Pada 2006
peningkatan belanja negara mencapai 32%, lebih tinggi dari peningkatan pada
2005 yang mencapai 19%. Peningkatan tersebut mencapai 20,1% dari PDB, terdiri
dari belanja pemerintah pusat sebesar 13,3% dari PDB dan belanja untuk daerah
sebesar 6,8% dari PDB. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya
rasio Dana Alokasi Umum (DAU) dari 25,5% pada tahun 2005 menjadi 26% pada
2006 dari pendapatan dalam negeri (PDN) bersih serta kebijakan untuk
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
meningkatkan dana alokasi khusus terutama untuk kegiatan infrasruktur. Realisasi
tahun 2006 juga menunjukkan perbaikan signifikan dibandingkan realisasi tahun
2005 dimana realisasi belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan belanja
lainnya masing-masing hanya mencapai 89%, 69%, 60% dan 78% dari APBNPII
2005.
Sementara realisasi APBN 2007 semester I diperkirakan mencapai Rp.
2,0 triliun atau lebih tinggi dari realisasi defisit pada semester I 2006 sebesar Rp.
1,6 triliun. Realisasi pendapatan negara dan hibah selama semester I 2007
diperkirakan mencapai Rp. 286,4 triliun atau 39,6% dari target APBN 2007.
Angka tersebut juga lebih tinggi dari realisasi semester I tahun 2006 yang
mencapai Rp. 236,5 triliun (mencapai 35,9%). Sementara realisasi belanja negara
dalam semester I 2007 diperkirakan Rp. 288,4 triliun atau 37,8% dari APBN
2007). Angka tersebut juga lebih tinggi dari realisasi semester I 2006 yang
mencapai
Rp.
238,1
triliun.
Sedangkan pada semester II pemerintah mengajukan prognosis realisasi defisit
sebesar Rp. 59,9 triliun sehingga total defisit mencapai Rp. 61,9 triliun.
Pendapatan negara dan hibah pada semester II 2007 diperkirakan mencapai Rp.
398,1 triliun sedangkan belanja negara diperkirakan mencapai Rp. 458,0 triliun,
sebelumnya pemerintah memperkirakan defisit APBN 2007 akan naik menjadi
1,6% dari PDB dari sebelumnya 1,1% dari PDB atau naik dari Rp. 40,5 triliun
menjadi Rp. 62 triliun.
Untuk lebih jelasnya perkembangan pengeluaran pemerintah dapat dilihat
pada tabel 4.2 berikut:
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Tabel 4.2
Perkembangan Pengeluaran pemerintah
(Miliar Rupiah)
Tahun
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Pengeluaran
pemerintah
32995
38169
49450
51990
58066
64460
74761
79216
98513
127969
215586
245192
221468
341564
322180
376505
427177
509400
669900
771100
Sumber: Bank Indonesia, Laporan tahunan (1988-2007).
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
4.4. Perkembangan Cadangan Devisa
Cadangan devisa merupakan posisi bersih aktiva luar negeri pemerintah
dan bank-bank devisa yang harus dipelihara untuk keperluan transaksi
internasional. Pada akhir Mei tahun 2000, sesuai dengan kesempatan dalam Letter
of Credit (Loc) tanggal 20 Januari 2000, Bank Indonesia mulai mengumumkan
angka cadangan devisa yang menggunakan konsep Internasional Reserves and
Foreign Currency Liquidity (IRFCL), menggantikan konsep lama yaitu Gross
Foreign Assets (GFA). Sejak saat itu, terjadi perubahan jumlah cadangan devisa
Indonesia. Menurut Miranda, cadangan devisa susut karena perubahan sistem
pencatatan diawal tahun 2000, dari Gross Foreign Assets (GFA) ke Internasional
Reserves and Foreign Currency Liquidity (IRFCL), karena bertambah susut atau
berkurang sangat rentan jika digunakan sebagian untuk memutuskan hubungan
dengan IMF dengan membayar lunas utang ke lembaga tersebut. Sedangkan
menurut situs Bapekki (Badan Pengkajian Ekonomi, Keuangan dan kerja sama
Internasional), besar susutnya adalah US$ 3 Miliar setara Rp. 30 Triliun, dari US$
27 Miliar menjadi US$ 24 Miliar.
Tabel 4.3 Cadangan Devisa Indonesia 1999-2002 (dalam juta US$).
Akhir periode
1999
Gross Foreign Asset (GFA)
IRFCL
27,305.0
n.a
n.a
24,352.1
29,393.7
28,015.1
n.a
n.a
n.a
n.a
n.a
Sumber: www.fiskal.depkeu.go.id
27,771.3
27,937.0
28,003.5
28,151.1
28,756.2
2000
2001
2002
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Pada minggu keempat Desember 2002, cadangan devisa Indonesia
meningkat US$ 801 juta menjadi US$ 31,57 Miliar. Peningkatan ini terutama
berasal dari penerimaan hasil privatisasi dan migas. Sedangkan rekening
pemerintah bersih di Bank Indonesia naik sebesar Rp. 4,27 Triliun menjadi Rp.
168,52 triliun. Kenaikan ini terutama berasal dari penerimaan hasil privatisasi,
pajak dan hasil migas.
Berdasarkan data Bank Indonesia, sampai dengan 15 November 2005,
jumlah cadangan devisa US$ 32,36 miliar. Jumlah tersebut turun tipis US$ 34 juta
dari kondisi pekan sebelumnya sebesar US$ 32,70. Dengan kondisi ini, berarti
posisi cadangan devisa sudah lima pekan berturut-turut bertahan pada level US$
32 miliar. Memasuki pekan kedua September, cadangan devisa menjadi US$
30,244 miliar. Bank Indonesia mengumumkan bahwa pada minggu kedua
September 2005, cadangan devisa negara berkurang US$ 91 juta. Posisi cadangan
devisa pada pekan pertama September 2005 tercatat US$ 31,15 miliar, turun US$
25,5 juta dari posisi pekan sebelumnya US$ 31,18 miliar. Pembayaran utang
memberikan kontribusi paling besar bagi penurunan cadangan devisa.
Cadangan devisa meningkat pada akhir Agustus 2006, berdasarkan data
Bank Indonesia per 31 Agustus, naik dari level US$ 41,12 miliar ke level US$
41,99 miliar (naik US$ 0,86 miliar). Tercapainya stabilitas nilai tukar selama
Agustus 2006 terutama ditopang oleh membaiknya indikator makroekonomi.
Perkembangan positif tersebut telah menjadi pendorong masuknya aliran dana
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
asing ke pasar keuangan domestik. Dengan perkembangan yang positif ini
cadangan devisa meningkat pada bulan ini.
4.5. Perkembangan Suku bunga SBI
Sejak krisis ekonomi tahun 1997, prioritas kebijakan moneter diarahkan
untuk mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas nilai Rupiah. Kebijakan
tersebut dilakukan melalui pengendalian laju pertumbuhan jumlah uang beredar
sesuai kebutuhan riil perekonomian. Dengan demikian piranti operasi pasar
terbuka sangat menentukan keberhasilan pengendalian jumlah uang beredar
tersebut. Menyadari hal ini maka Bank Indonesia berupaya memberikan
instrumen operasi pasar terbuka, salah satunya melalui pembelian dan penjualan
SBI.
Penurunan suku bunga SBI sebenarnya sudah terjadi sejak tiga tahun
lalu, yang dimulai pada Desember 2001. Saat itu suku bunga SBI baik jangka
waktu 1 bulan maupun 3 bulan, masing-masing berada pada posisi 17,62% dan
17,63%. turunnya suku bunga SBI terjadi seiring dengan membaiknya ekspektasi
inflasi dan relatif stabilnya nilai tukar Rupiah.
Pada tahun 2002 dan 2003 tingkat suku bunga cenderung menurun akibat
dari kelebihan likuiditas yang disebabkan kondisi moneter yang tidak menentu
maka pihak yang menyediakan dana (bank) maupun yang menggunakan dana
(Pengusaha, debitur) selalu bersifat hati-hati. Kalaupun ada penjualan dana
(pemberian kredit oleh bank) jumlahnya sangat terbatas, karena bank dan
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
pengguna dana (pengusaha,debitur) berupa untuk memperkecil terjadinya resiko
atas dana yang dimaksud. Akibatnya perekonomian berjalan tidak ekspansif.
Permintaan akan uang (Demand for money) menjadi rendah. Hal ini akan
menekan suku bunga yang berlaku.
Dengan turunnya suku bunga instrumen moneter (SBI) maka akan
berpengaruh pula pada suku bunga perbankan seperti deposito dan tabungan.
Potensi menurunnya suku bunga SBI yang akan mendorong menurunnya suku
bunga kredit terus berlangsung. Menurunnya suku bunga perbankan (kredit
konsumsi, kredit modal kerja, maupun kredit investasi) akan mendorong gerak
perekonomian dan mampu mendinamiskan kegiatan para pelaku ekonomi.
Pada tahun 2004 tingkat suku bunga SBI terus menurun akibat
perekonomian yang tidak dinamis yang semakin menyulitkan perbankan untuk
menyalurkan dana ke sektor produktif sehingga pelemparan dana ke SBI akan
dilanjutkan terus, akibatnya suku bunga SBI menurun.
Tekanan suku bunga SBI, juga diiringi penurunan suku bunga untuk
semua jenis deposito. Seperti untuk deposito berjangka waktu 1 bulan, sampai dua
bulan terakhir triwulan I tahun 2004 masing-masing berada di level 5,99 % dan
5,86 %. Sementara untuk deposito berjangka 3 bulan, pada saat yang sama berada
pada level 6,38 % lalu merosot lagi menjadi 6,38 %.
Sejak Januari 2002, baik SBI 1 bulan maupun 3 bulan sudah
menampakkan tanda-tanda penurunan. Dilihat kilas baliknya, saat itu SBI 1 bulan
turun cukup signifikan bagi bps dan menempatkan diri di posisi 16,93 %.
Tampaknya penurunan suku bunga SBI saat itu merupakan salah satu strategi
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
otoritas moneter untuk menekan jumlah uang beredar secara drastis hingga
mencapai tingkat yang diinginkan. Hasilnya, jumlah uang beredar saat itu bisa
ditekan hingga Rp. 160,29 triliun. Setelah itu, kecenderungan suku bunga terus
merosot hingga akhirnya mencapai batas bawah.
Berbarengan dengan terapresesiasinya Rupiah hingga triwulan I, Bank
Indonesia berhasil menahan kemerosotan suku bunga instrumen moneter. Seperti
terlihat pada tabel suku bunga SBI jangka waktu 1 bulan dan 3 bulan, secara
perlahan-lahan tertahan hingga di level 7,33 % dan 7,25 % selama April 2004.
Mengakhiri tahun 2004, instrumen moneter relatif stabil meskipun untuk
suku bunga SBI 1 bulan kembali menampakkan gejala-gejala peningkatan.
Stabilitas instrumen moneter ini, diikuti oleh stabilitas suku bunga simpanan, baik
untuk deposito jangka waktu 1 bulan maupun 3 bulan, tidak mengalami perubahan
dari posisi terakhirnya.
Di tahun 2005 suku bunga SBI meningkat karena inflasi yang muncul
yang disebabkan kenaikan harga minyak dunia. Kenaikan suku bunga diharapkan
akan dapat menarik kembali jumlah uang beredar yang jumlahnya diperkirakan
sangat besar. Kebijakan Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga SBI
(Sertifikat Bank Indonesia) guna meredam melemahnya nilai tukar, mendapat
tentangan dari pemerintah karena bisa merangsang bank-bank menyimpan
dananya dalam surat berharga ini sehingga alokasi kredit ke sektor riil akan
berkurang. Suku bunga yang tinggi memang tidak memberikan iklim yang
kondusif bagi pemulihan ekonomi, namun justru sebaliknya dapat mendorong
kegiatan perekonomian. Hal ini disesuaikan keadaan perekonomian.
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Untuk lebih jelasnya perkembangan suku bunga SBI dapat dilihat pada
tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4
Perkembangan suku bunga SBI
(%)
Tahun
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Tingkat suku bunga
SBI
15.3
11.64
17.87
22.03
19.88
13.99
13
14.5
14
13.5
35.52
11.93
14.53
17.62
12.93
8.31
7.43
12.75
9.75
8
Sumber: Bank Indonesia, laporan tahunan (1986-2007)
4.6. Hasil Evaluasi dan Interpretasi Data
4.6.1. Pengujian Pengaruh Variable Bebas Terhadap Variabel Terikat
Analisis pembahasan ini dimaksud untuk mengetahui korelasi antara
kedua variabel yakni variabel bebas dan variabel terikat untuk membuktikan
kebenaran hipotesis yang dibuat, penulis mengajukan dalam bentuk analisis
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
matematik apakah peningkatan jumlah uang beredar dipengaruhi oleh pengeluaran
pemerintah, cadangan devisa dan suku bunga SBI. Seberapa jauh tingkat
pencapaian data yang tersedia dalam pencapaian kebenaran akan dijelaskan dalam
perhitungan serta pengujian terhadap masing-masing koefisien regresi yaitu uji F,
uji-t yang diperoleh dengan menggunakan alat bantu komputer.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dan telah diolah
dengan menggunakan program komputer Eviews 4.1 dapat dilihat hasilnya dalam
tabel dibawah ini:
Tabel 4.5
Hasil Estimasi Pengeluaran Pemerintah (X 1 ), Cadangan Devisa (X2), dan
Tingkat Suku Bunga SBI (X 3 ) Terhadap Jumlah Uang Beredar.
Y = - 4,427008 + 0,311556 X 1 + 1,314385 X 2 + 0,192637 X 3
Std.error
(0,715)
(0,138)
(0,218)
(0,078)
t- statistik
(-6,189)
(2,245)**
(6,026)*
(2,463)**
2
R
= 0,990
2
Adjusted R = 0,989
Dw-statistik = 1,495
F-statistik
= 583,909
Keterangan: (*) : signifikan pada α = 1%
(**) : signifikan pada α = 2%
4.6.2. Interpretasi Model Linier
Bentuk persamaan:
Y = f (X1,X2,X3)
Bentuk umum regresi linier berganda yaitu:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + µ
Berdasarkan hasil regresi linier berganda dengan menggunakan program
komputer Eviews 4.1 dapat diperoleh hasil estimasi sebagai berikut:
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Y = -4,427008 + 0,311556X1 + 1,314385 X2 + 0,192637X3 + µ
Hasil estimasi diatas dapat menjelaskan pengaruh variabel independen
yaitu pengeluaran pemerintah, cadangan devisa dan suku bunga SBI, adalah
sebagai berikut:
1. Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran Pemerintah mempunyai pengaruh yang positip terhadap
jumlah uang beredar dengan koefisien sebesar 0,311556. Artinya, apabila
pengeluaran pemerintah mengalami peningkatan 10%, maka akan mengakibatkan
jumlah uang beredar meningkat sebesar 3,11%. Hal ini sesuai dengan hipotesa
yang menyatakan bahwa apabila terjadi kenaikan pengeluaran pemerintah maka
jumlah uang beredar akan meningkat, cateris paribus.
2. Cadangan Devisa
Cadangan devisa mempunyai pengaruh yang positip terhadap jumlah
uang beredar dengan koefisien sebesar 1,314385. Artinya, apabila cadangan
devisa mengalami peningkatan 10%, maka akan mengakibatkan jumlah uang
beredar meningkat sebesar 13,14%. Hal ini sesuai dengan hipotesa yang
menyatakan bahwa apabila terjadi kenaikan Cadangan devisa maka jumlah uang
beredar akan meningkat, cateris paribus.
3. Suku Bunga SBI
Suku bunga SBI mempunyai pengaruh yang positip terhadap jumlah
uang beredar dengan koefisien sebesar 0,192637. Artinya, apabila suku bunga SBI
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
mengalami peningkatan 10%, maka akan mengakibatkan jumlah uang beredar
meningkat sebesar 1,92%. Hal ini sesuai dengan hipotesa yang menyatakan bahwa
apabila terjadi kenaikan Suku bunga SBI maka jumlah uang beredar akan
meningkat, cateris paribus.
4.6.3 Uji Kesesuaian ( Test Of Goodness of Fit )
1. Uji t-statistik (uji parsial)
Uji t-statistik ini dilakukan untuk menguji apakah variabel-variabel
independen diatas secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
1. Variabel Pengeluaran pemerintah (X1)
Hipotesis
: H0 : b1 = 0
Ha : b1 ≠ 0
Kriteria: Jika nilai uji t-statistik bernilai positif:
H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel
Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel
Jika nilai uji t-statistik bernilai negatif:
H0 diterima apabila t-hitung > t-tabel
Ha diterima apabila t-hitung < t-tabel
Dari hasil analisis regresi diketahui t-hitung = 2,245475
α = 2%; df = n-k-1
n = 20; k = 3
df = 17
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Maka t-tabel = 2,120
Ha diterima
Ha diterima
H0 diterima
-1,120
0
+1,120
2,.245475
Gambar 4.1 Uji t-statistik variabel Pengeluaran Pemerintah (X1)
Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa X1 signifikan pada α = 2%
dengan t-hitung > t-tabel (2,245 > 2,120). Dengan demikian Ha diterima. Artinya
variabel Pengeluaran Pemerintah (X1) berpengaruh nyata terhadap jumlah uang
beredar pada tingkat kepercayaan 98% (α = 2%).
2. Variabel Cadangan Devisa
Hipotesis
: H0 : b1 = 0
Ha : b1 ≠ 0
Kriteria: Jika nilai uji t-statistik bernilai positif:
H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel
Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel
Jika nilai uji t-statistik bernilai negatif:
H0 diterima apabila t-hitung > t-tabel
Ha diterima apabila t-hitung < t-tabel
Dari hasil analisis regresi diketahui t-hitung = 6,026278
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
α = 1%; df = n-k-1
n = 20; k = 3
df = 17
Maka t-tabel = 2,583
Ha diterima
Ha diterima
H0 diterima
-2,583
0
+2,583
6,026278
Gambar 4.2 Uji t-statistik variabel Cadangan Devisa (X2)
Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa X2 signifikan pada α = 1%
dengan t-hitung > t-tabel (6,026 > 2,583). Dengan demikian Ha diterima. Artinya
variabel Cadangan Devisa (X2) berpengaruh nyata terhadap jumlah uang beredar
pada tingkat kepercayaan 99% (α = 1%).
3. Variabel Suku Bunga SBI
Hipotesis
: H0 : b1 = 0
Ha : b1 ≠ 0
Kriteria: Jika nilai uji t-statistik bernilai positif:
H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel
Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel
Jika nilai uji t-statistik bernilai negatif:
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
H0 diterima apabila t-hitung > t-tabel
Ha diterima apabila t-hitung < t-tabel
Dari hasil analisis regresi diketahui t-hitung = 2,463693
α = 2%; df = n-k-1
n = 20; k = 3
df = 16
Maka t-tabel = 2,120
Ha diterima
Ha diterima
H0 diterima
-2,120
0
+2,120
2,463693
Gambar 4.3 Uji t-statistik variabel Suku bunga SBI (X3)
Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa X3 signifikan pada α = 2%
dengan t-hitung > t-tabel (2,463 > 2,120). Dengan demikian Ha diterima. Artinya
variabel Suku bunga SBI (X3) berpengaruh nyata terhadap jumlah uang beredar
pada tingkat kepercayaan 98% (α = 2%).
2. Uji F-statistik
Uji F-statistik dilakukan untuk mengetahui apakah variabel Pengeluaran
pemerintah (X1), Cadangan devisa (X2) dan Suku bunga SBI (X3) mampu secara
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
serentak atau bersama-sama mempengaruhi Jumlah uang beredar (Y). Uji ini
melihat seberapa besar pengaruh variabel Pengeluaran pemerintah (X1), Cadangan
devisa (X2) dan Suku bunga SBI (X3) secara bersama-sama terhadap Jumlah uang
beredar (Y).
Hipotesis
: H0 : b1 = 0
Ha : b1 ≠ 0
: H0 diterima apabila F-hitung < F-tabel
Kriteria
Ha diterima apabila F-hitung > F-tabel
Dari hasil analisis regresi diketahui F-hitung = 583.9094
α = 1%; df1 = k-1; df2 = n-k
n = 20; k = 3
df1 = 2;df2 = 17
Maka F-tabel = 6,11.
H0 diterima
Ha diterima
0
6,11
583,9094
Gambar 4.4 Uji F-statistik
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Berdasarkan hasil model estimasi (regresi) disimpulkan bahwa F-hitung
> F-tabel (583,90 > 6,11), dengan demikian Ha diterima. Artinya secara bersamasama variabel Pengeluaran pemerintah (X), Cadangan devisa (X) dan Suku bunga
SBI (X) berpengaruh nyata (signifikan) terhadap Jumlah uang beredar (Y) pada
tingkat kepercayaan 99% (α = 1%).
4.6.4
Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
1. Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terdapat
variabel
independen diantara satu dengan lainnya.
Dalam penelitian ini tidak terdapat multikolinearitas diantara variabelvariabel independen. Hal ini dapat terlihat dari setiap koefisien masing-masing
variabel sesuai dengan hipotesa yang telah ditentukan.
Dari model analisis:
Log Y = α + β1logX 1+ β2logX 2 + β3 logX 3 + µ....................(1)
R2 = 0,990949
Maka dilakukan pengujian diantara masing-masing variabel independen,
hal ini untuk melihat apakah ada hubungan antara masing-masing variabel
independen.
a. Pengeluaran Pemerintah (X1) = f (X2,X3)
β1logX 1 = β2logX 2 + β3 logX 3 + µ....................(2)
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Maka didapatkan R2 =0,96, artinya variabel Cadangan devisa (X2) dan
Suku bunga SBI (X3) mampu memberi penjelasan sebesar 96% terhadap variabel
Pengeluaran pemerintah (X1).
Dari hasil R2 (persamaan 2) ini maka dapat disimpulkan tidak ada
multikolinearitas diantara variabel-variabel independen, karena R2 (persamaan 2)
lebih kecil dari R2 model analisis (persamaan 1).
b. Cadangan Devisa (X2) = f (X1,X3)
Β2 logX 2 = β1logX 1 + β3 logX 3 + µ....................(3)
Maka didapatkan R2 =0,96, artinya variabel Pengeluaran pemerintah (X1)
dan Suku bunga SBI (X3) mampu memberi penjelasan sebesar 96% terhadap
variabel Cadangan devisa (X2).
Dari hasil R2 (persamaan 3) ini maka dapat disimpulkan tidak ada
multikolinearitas diantara variabel-variabel independen, karena R2 (persamaan 3)
lebih kecil dari R2 model analisis (persamaan 1).
c. Suku Bunga SBI (X3) = f (X1,X2)
β3logX 3 = β1logX 1 + β2 logX 2 + µ....................(4)
Maka didapatkan R2 =0,10, artinya variabel Pengeluaran pemerintah (X2)
dan Cadangan devisa (X3) mampu memberi penjelasan sebesar 10% terhadap
variabel Suku bunga SBI (X3).
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Dari hasil R2 (persamaan 4) ini maka dapat disimpulkan tidak ada
multikolinearitas diantara variabel-variabel independen, karena R2 (persamaan 4)
lebih kecil dari R2 model analisis (persamaan 1).
2. Autokorelasi / serial correlation
Uji Durbin Watson (Uji D-W)
a. Hipotesa
H0 : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi
Ha : ρ ≠ 0, artinya ada autokorelasi
b. K = 3 dan n = 20
α = 1%
du = 1,41 4-du = 2,59
dl = 0,77 4-dl = 3,23
c. Kriteria
H0 diterima apabila du < DW < 4-du
Ha diterima apabila - DW < dl
- DW > 4- dl
d. Kesimpulan
Berdasarkan hasil regresi dapat diperoleh bahwa D-W = 1,49, berada
pada posisi du < D-W < 4-du. Ini berarti tidak terdapat serial korelasi
pada tingkat kepercayaan 99% (α = 1%).
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
inconclusive
Autokorelasi (+)
Autokorelasi (-)
H0
diterima
O
0,77
1,41
2
2,59
3,23
0
Gambar: 4.5
Uji Durbin-Watson
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pengeluaran pemerintah,
cadangan devisa dan suku bunga SBI terhadap jumlah uang beredar di indonesia,
maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel pengeluaran pemerintah (X1), cadangan devisa (X2), dan tingkat
suku bunga SBI (X3) ternyata berpengaruh signifikan terhadap jumlah
uang beredar.
2. Koefisien variabel pengeluaran pemerintah (X1), ternyata berpengaruh
positif terhadap jumlah uang beredar. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien
regresi (X1) yaitu sebesar 0,311. Artinya, setiap terjadi kenaikan
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
pengeluaran pemerintah sebesar 1%, ceteris paribus maka jumlah uang
beredar akan mengalami peningkatan sebesar 0,311%.
Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa pengeluaran pemerintah
signifikan pada α = 2%, dengan t-hitung > t-tabel (2,245 > 2,120). Dengan
demikian,
Ho
ditolak.
Artinya,
variabel pengeluaran pemerintah
berpengaruh nyata terhadap jumlah uang beredar pada tingkat kepercayaan
98%.
3. Koefisien variabel cadangan devisa (X2), ternyata berpengaruh positif
terhadap jumlah uang beredar. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi
(X2) yaitu sebesar 1,314. Artinya, setiap terjadi kenaikan cadangan devisa
sebesar 1%, ceteris paribus maka jumlah uang beredar akan mengalami
peningkatan sebesar 1,314%.
Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa cadangan devisa signifikan
pada α = 1%, dengan t-hitung > t-tabel (6,026 > 2,583). Dengan demikian,
Ho ditolak. Artinya, variabel cadangan devisa berpengaruh nyata terhadap
jumlah uang beredar pada tingkat kepercayaan 99%.
4. Koefisien variabel suku bunga SBI (X3), ternyata berpengaruh positif
terhadap jumlah uang beredar. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi
(X3) yaitu sebesar 0,192. Artinya, setiap terjadi kenaikan tingkat suku
bunga SBI sebesar 1%, ceteris paribus maka jumlah uang beredar akan
mengalami peningkatan sebesar 0,192 %.
Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa tingkat suku bunga SBI
signifikan pada α = 2%, dengan t-hitung > t-tabel (2,463 > 2,120). Dengan
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
demikian, Ho ditolak. Artinya, variabel tingkat suku bunga SBI
berpengaruh nyata terhadap jumlah uang beredar pada tingkat kepercayaan
98%.
5. Koefisien determinasi (R
2
) adalah sebesar 0,990. Artinya, variabel
pengeluaran pemerintah (X1), cadangan devisa (X2), dan tingkat suku
bunga SBI (X3) secara bersama menjelaskan variabel jumlah uang beredar
sebesar 99%, sedangkan sisanya sebesar 1% dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam model estimasi.
6. Hasil uji F-statistik berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan
bahwa diperoleh F-hitung > F-tabel (583,90 > 6,11), dengan demikian Ho
ditolak. Artinya, secara bersama-sama pengeluaran pemerintah (X1),
cadangan devisa (X2), dan suku bunga SBI (X3) berpengaruh nyata
terhadap jumlah uang beredar, pada tingkat kepercayaan 99% (α = 1%).
5.2. Saran
1. Bagi pemerintah, perlu lebih bijaksana dalam menerapkan kebijakan yang
berkaitan dengan pertumbuhan sektor riil, moneter dan memacu
perekonomian nasional.
2. Pemerintah perlu mencari tambahan sumber pendapatan yang baru untuk
menghindari terjadinya defisit anggaran.
3. Pemerintah sebaiknya mengelola pinjaman luar negeri dengan sebaikbaiknya di bidang yang dapat menghasilkan devisa secara maksimal,
dengan demikian cadangan yang bersumber dari utang luar negeri
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
berkurang sehingga ketergantungan Indonesia dengan luar negeri lebih di
minimalkan.
4. Bank
Indonesia sebagai otoritas
moneter perlu
hati-hati dalam
meningkatkan suku bunga SBI sebagai indikator utama dalam penentuan
tingkat suku bunga deposito dan juga harus tetap menjaga fungsinya dalam
menetapkan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar di
Indonesia dalam upaya meredam tingginya inflasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bafadal, Azhar, 2002. Kebijakan Moneter Dalam Pembangunan. Makalah
Falsafah Sains. Bogor: PS EPN IPB.
Bodiono, 1998. Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Departeman Keuangan, 2004. Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran
Pendapatan Belanja Negara <http://www.djapk.depkeu.go.id/APBN/NK
RAPBN/2004.
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
----------------------------, 2007. Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran
pendapatan Belanja Negara <http://www.djapk.depkeu.go.id/APBN/NK
RAPBN/2007.
Djamin, Z, 1993. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia.
Djunasien dan Hidayat, 1989. Ekonomi Indonesia: Masalah dan Prospek
1989/1990. Jakarta: Universitas Indonesia.
Dumairy, 1997. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Hendri, 2006. Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro terhadap Permintaan
Uang Kartal di Indonesia. Skripsi, Medan: Fakultas Ekonomi USU.
Iswarsono, 1990. Uang dan Bank. Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta.
Kamaluddin, R, 1999. Pengantar Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Manurung, Mandala, 2004. Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter (kajian
Kontekstual Indonesia). Jakarta: FE UI.
Mangkoesoebroto, Guritno, 1994. Kebijakan Ekonomi Publik di Indonesia,
Substansi dan Urgensi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
--------------------------------, 2001. Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE UGM.
Marzuki, 2005. Metologi Riset. Yogyakarta: Ekonisia.
Nachrowi, D. N dan Hardius, 2006. Ekonometrika. Jakarta: LPFE UI.
Nasution, Mulia, 1998. Ekonomi moneter Uang dan Bank. Jakarta: Djambata.
Nopirin, 2000. Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Raharja, Prathama, 1997. Uang dan Perbankan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
----------------------, dan Mandala Manurung, 2004. Uang, Perbankan dan
Ekonomi Moneter. Fakultas Ekonomi: Jakarta.
Reksoprayitno, S, 1985. Ekonomi Makro: Pengantar Analisa Pendapatan
Nasional. Yogyakarta: Liberty.
Soenhadji, Iman M, 2003. Jumlah Uang Beredar dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, No. 2, Hal 56-64.
Suseno, Solikin, 2002. Uang: Pengertian, penciptaan dan Pengaruhnya dalam
Perekonomian, Jakarta: PPSK Bank Indonesia.
Waluya, Harry, 1993. Ekonomi Moneter, Uang dan Perbankan. Jakarta: Rineka
Cipta.
……… Badan Pusat Statistik, Statistik Indonesia (1988-2007).
……… Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (1988-2007).
……….www.fiskal.depkeu.go.id
……….www. Pikiran rakyat. Com.
Lampiran: I
Data Variabel
Tahun
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
Jumlah Uang
Beredar M2
(Y)
41998
58705
84630
99059
119053
145202
174512
Pengeluaran
Pemerintah
(X1)
32995
38169
49450
51990
58066
64460
74761
Cadangan
Devisa (X2)
Suku Bunga
SBI (X3)
6191
6561
8661
9868
11611
12352
13158
15.3
11.64
17.87
18.03
13.79
9.08
11.59
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
222638
288632
355643
577381
646205
747280
844053
883968
955692
1033527
1203215
1382074
1643202
79216
98513
127969
215586
245192
221468
341564
322180
376505
427177
509419
647668
763571
14674
19125
17427
23762
27054
29394
28016
32039
36296
36320
34724
42586
56920
13.34
12.26
17.38
37.84
12.64
14.31
17.63
13.12
8.34
7.29
12.83
9.75
8
Lampiran: II
Hasil Regresi Jumlah Uang Beredar (Y) terhadap Pengeluaran Pemerintah
(X1), Cadangan Devisa (X2) dan Suku Bunga SBI
Dependent Variable: LY
Method: Least Squares
Date: 03/19/08 Time: 08:58
Sample: 1988 2007
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Included observations: 20
Variable
Coefficient Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
LX1
LX2
LX3
-4.427008
0.311556
1.314385
0.192637
0.715222
0.138748
0.218109
0.078190
-6.189700
2.245475
6.026278
2.463693
0.0000
0.0392
0.0000
0.0255
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.990949
0.989252
0.118384
0.224238
16.52905
1.495643
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
12.76820
1.141892
-1.252905
-1.053758
583.9094
0.000000
Lampiran: III
Hasil Regresi Pengeluaran Pemerintah (X1) terhadap Cadangan Devisa (X2)
dan Suku Bunga SBI
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Dependent Variable: LX1
Method: Least Squares
Date: 03/19/08 Time: 09:00
Sample: 1988 2007
Included observations: 20
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
LX2
LX3
-3.396889
1.539030
0.051915
0.940378
0.077649
0.136098
-3.612258
19.82043
0.381452
0.0022
0.0000
0.7076
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.962150
0.957698
0.206939
0.728004
4.753040
1.079754
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
11.93593
1.006142
-0.175304
-0.025944
216.0730
0.000000
Lampiran: IV
Hasil Regresi Cadangan devisa (X2) terhadap Pengeluaran Pemerintah (X1)
dan Suku Bunga SBI
Dependent Variable: LX2
Method: Least Squares
Date: 03/19/08 Time: 09:02
Sample: 1988 2007
Included observations: 20
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
LX1
LX3
2.584944
0.622809
-0.055525
0.489368
0.031423
0.085898
5.282209
19.82043
-0.646400
0.0001
0.0000
0.5267
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.962742
0.958359
0.131643
0.294606
13.79972
1.066640
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
9.875825
0.645112
-1.079972
-0.930613
219.6400
0.000000
Lampiran: V
Hasil Regresi Suku Bunga SBI (X3) terhadap Pengeluaran Pemerintah (X1)
dan Cadangan Devisa (X2)
Dependent Variable: LX3
Method: Least Squares
Date: 03/19/08 Time: 09:03
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Sample: 1988 2007
Included observations: 20
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
LX1
LX2
4.889638
0.163470
-0.432040
1.874947
0.428547
0.668379
2.607881
0.381452
-0.646400
0.0184
0.7076
0.5267
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.109382
0.004604
0.367211
2.292350
-6.717222
1.374208
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
2.574052
0.368059
0.971722
1.121082
1.043937
0.373574
Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi
Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
Download