UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH, CADANGAN DEVISA DAN SUKU BUNGA SBI TERHADAP JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan oleh: Nur Khoiriyah Daulay 040501067 Ekonomi Pembangunan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi 2008 Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi Medan Analisis Pengaruh pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa dan Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia Skripsi Diajukan oleh: Nur Khoiriyah Daulay 040501067 Ekonomi Pembangunan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Medan 2008 Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi Medan Penanggung Jawab Skripsi Nama : Nur Khoiriyah Daulay Nim : 040501067 Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Moneter Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, cadangan devisa dan Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia Tanggal, Pembimbing, (Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, PhD) NIP: 132 306 534 Universitas Sumatera Utara Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Fakultas Ekonomi Medan Berita Acara Ujian Hari Tanggal Nama : : : Nur Khoiriyah Daulay Nim : 040501067 Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Moneter Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, cadangan devisa dan Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia Ketua Departeman, (Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec) PhD) NIP: 132 206 574 Penguji I, (Paidi Hidayat, SE, M.Si) NIP: 132 307 086 Pembimbing, (Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, NIP: 132 306 534 Penguji II, (T. Diana Bakti, SE, M.Si) NIP: 131 568 370 Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Medan Persetujuan Administrasi Akademik Nama : Nur Khoiriyah Daulay Nim : 040501067 Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Moneter Judul Skripsi :Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, cadangan devisa dan Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia Tanggal, Ketua Departemen, (Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec) NIP: 132 206 574 Tanggal, Dekan, (Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec) NIP: 131 285 985 Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 ABSTRACT The purposes of this research is to analyze the influence of expenditure government, foreign exchange reserve and SBI rate of interest to money supply. The data in this research are collected from the annual report of Bank Indonesia and Statistical Body Center with use the annual time series data, namely in the period 1988 to 2007. The model analysis is Linier Regression Model with employs the Ordinary Least Square (OLS) method. In the equation model, the money supply is the dependent variable and expenditure government, foreign exchange reserve and SBI rate of interest are independent variables. The quantitative analysis recommends that the money supply is influenced by expenditure government, foreign exchange reserve and SBI rate of interest. The determination coefficient (R2) showed that about 99.09%. it means that the money supply could be explained by the independent of variables in the model. The result indicate that the significant variable are expenditure government (α = 2%), the foreign exchange reserve (α = 1%), and SBI rate of interest (α = 2%). The overall test shows that the expediture government, foreign exchange reserve and SBI rate of interest simultaneously influenced on the increasing of the money supply. { F-test > F- table (583,9094 > 6,11)}. Keywords: The money supply, expenditure government, foreign exchange reserve and SBI rate of interest. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh dari pengeluaran pemerintah, cadangan devisa dan suku bunga SBI terhadap jumlah uang beredar. Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari laporan tahunan Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik dengan menggunakan urutan waktu periode tahun 1988 sampai dengan tahun 2007. Model analisis data adalah regresi linier berganda dengan memakai metode Ordinary Least Square (OLS). Dalam persamaan model, jumlah uang beredar adalah sebagai variabel terikat sedangkan pengeluaran pemerintah, cadangan devisa dan suku bunga SBI adalah sebagai variabel bebas. Analisis perhitungan merekomendasikan bahwa jumlah uang beredar dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah, cadangan devisa dan suku bunga SBI. Koefisien determinasi menunjukkan bahwa sekitar 99,09%. Hal ini berarti bahwa jumlah uang beredar dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang ada di dalam model. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel pengeluaran pemerintah ( α = 2%), cadangan devisa ( α = 1%) dan suku bunga SBI ( α = 2%) berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar. Hasil tes keseluruhan menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah, cadangan devisa dan suku bunga SBI secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar {F-hitung > F-tabel (583,9094 > 6,11)}. Kata kunci: Jumlah uang beredar, Pengeluaran pemerintah, Cadangan devisa dan Suku bunga SBI. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 KATA PENGANTAR Segenap ucapan puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahNya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan juga shalawat dan salam buat junjungan ummat Nabi Besar Muhammad SAW yang sama-sama kita harapkan syafa’atnya. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa dan Suku Bnga SBI terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia” ditujukan sebagai salah satu syarat dalam rangka meraih gelar Sarjana Ekonomi dari program pendidikan Srata-1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini sangat jauh dari kata sempurna, karena penulis hanyalah seorang manusia biasa yang tak lepas dari kekhilafan dan kekurangan serta kesalahan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan masukan yang bersifat membangun yang sangat penulis perlukan sebagai acuan bagi penulis di masa yang akan datang. Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa dorongan semangat maupun sumbangan materi dan pemikiran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kapada: Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 1. Teristimewa buat kedua orang tua penulis yang tercinta dan tersayang, Ayahanda H. Zulfan Daulay, SAg dan Ibunda Almh Roslaini Tanjung yang telah banyak memberikan kasih sayang, dukungan, didikan, do’a dan semangat serta motivasi baik moril maupun materi kepada penulis selama ini. Sarta tak lupa juga kepada Adik-adik penulis tersayang terima kasih atas dukungan, semangat dan kasih sayangnya. 2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara. 3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara. 4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, PhD, selaku dosen pembimbing penulis yang telah dengan keikhlasan hati membimbing penulis dengan banyak memberikan waktu, tenaga, masukan, saran, dan pemikiran selama proses penulisan skripsi ini 5. Bapak Paidi Hadayat, SE, M.Si selaku dosen pembanding I dan Ibu T. Diana Bakti, SE, M.Si selaku dosen pembanding II yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. 6. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si, selaku Dosen wali Penulis yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan. 7. Seluruh Dosen, Staf pengajar dan staf Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan, yang telah memberikan Ilmu dan perhatiannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan hingga selesainya skripsi ini. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 8. Seluruh Staf pegawai Bank Indonesia cabang Medan dan Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data yang berhubungan dengan skripsi penulis. 9. Kepada sahabat-sahabatku, teman-temanku Departemen Ekonomi Pembangunan khususnya stambuk 2004 yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih atas semua dukungannya. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Medan, Mei 2008 Penulis (Nur Khoiriyah Daulay) DAFTAR ISI Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 ABSTRACT ..................................................................................................... i ABSTRAK................................................................................. ii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 6 1.3 Hipotesa ........................................................................................... 6 1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................. 7 1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 7 BAB II. URAIAN TEORITIS............................................................................ 8 2.1 Uang ................................................................................................. 8 2.1.1 Pengertian uang ....................................................................... 8 2.1.2 Syarat-syarat uang .................................................................... 8 2.1.3 Fungsi uang ............................................................................. 9 Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 2.1.4 Jenis-Jenis uang ....................................................................... 10 2.1.5 Teori Nilai Uang ..................................................................... 11 2.1.6 Jumlah Uang Beredar ............................................................... 14 2.1.7 Teori Permintaan Uang ............................................................ 15 2.1.7.1 Teori Klasik Tentang Permintaan Uang ....................... ............................................................................................... 1 5 2.1.7.2 Teori Permintaan Uang Keynes ................................... ............................................................................................... 1 9 2.1.8 Teori Penawaran Uang ............................................................. 20 2.1.9 Keseimbangan di Pasar Uang ................................................... 22 2.2 Pengeluaran Pemerintah.................................................................... 24 2.2.1 Teori Pengeluaran Pemerintah.................................................. ......................................................................................................... 2 8 2.3 Cadangan Devisa .............................................................................. ............................................................................................................... 3 5 2.4 Tingkat Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) ....................... 39 2.4.1 Penertian Tingkat Bunga .......................................................... ......................................................................................................... 3 9 Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 2.4.2 Teori Tingkat Bunga ................................................................ ......................................................................................................... 3 9 2.4.3 Sertifikat Bank Indonesia ......................................................... ......................................................................................................... 4 1 2.4.3.1 Pengertian dan Sejarah Penerbitan SBI ........................ 41 2.4.3.2 Tujuan Penerbitan SBI................................................. ............................................................................................... 4 2 2.4.3.3 Dasar Hukum Penerbitan SBI ...................................... ............................................................................................... 4 3 2.4.3.4 Pihak yang Berhak Memiliki SBI ............................... ............................................................................................... 4 3 2.4.3.5 Karakteristik SBI ......................................................... ............................................................................................... 4 4 2.4.3.6 Tata Cara Transaksi Penjualan SBI .............................. ............................................................................................... 4 4 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ ............................................................................................................................ 4 6 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ ............................................................................................................... 4 6 Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 3.2 Jenis dan Sumber Data...................................................................... ............................................................................................................... 4 6 3.3 Pengolahan Data ............................................................................... ............................................................................................................... 4 6 3.4 Model Analisa Data .......................................................................... ............................................................................................................... 4 7 3.5 Test Godness Fit ............................................................................... ............................................................................................................... 4 8 3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik..................................................... ............................................................................................................... 5 0 3.7 Defenisi Operasional Variabel .......................................................... ............................................................................................................... 5 2 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ ............................................................................................................................ 5 3 4.1 Gambaran Perekonomian dan Ekonomi Makro Indonesia ................. ............................................................................................................... 5 3 4.2 Perkembangan Jumlah Uang Beredar Indonesia ................................ ............................................................................................................... 5 6 4.3 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah ........................................... ............................................................................................................... 5 8 Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 4.4 Perkembangan Cadangan Devisa ...................................................... ............................................................................................................... 6 2 4.5 Perkembangan Suku Bunga SBI ....................................................... ............................................................................................................... 6 4 4.6 Hasil dan Pembahasan ...................................................................... ............................................................................................................... 6 8 4.6.1 Pengujian Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat ......................................................................................................... 6 8 4.6.2 Interpretasi Model Linier ......................................................... ......................................................................................................... 6 9 4.6.3 Uji Kesesuaian ........................................................................ ......................................................................................................... 7 0 4.6.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ............................................ ......................................................................................................... 7 6 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. ............................................................................................................................ 7 9 5.1 Kesimpulan ..................................................................................... ............................................................................................................... 7 9 5.2 Saran ................................................................................................ ............................................................................................................... 8 1 Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 DAFTAR TABEL No. Tabel Judul Halaman 4.1 Perkembangan Jumlah Uang Beredar 58 4.2 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah 61 4.3 Perkembangan Cadangan Devisa 62 4.4 Perkembangan Suku Bunga SBI 67 4.5 Hasil Estimasi Pengeluaran Pemerintah (X1), Cadangan 68 Devisa (X2) dan Suku Bunga SBI (X3) Terhadap Jumlah Uang Beredar (Y) Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 DAFTAR GAMBAR No. Gambar Judul Halaman 2.1 Keseimbangan Pasar Uang 24 2.2 Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Menurut Wagner 32 2.3 Teori Peacock dan Wiseman 34 2.4 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah 35 2.5 Teori Klasik Tentang Tingkat Bunga 40 2.6 Proses Pembelian SBI 43 4.1 Uji t- Statistik Variabel Pengeluaran Pemerintah (X1) 71 4.2 Uji t- Statistik Variabel Cadangan Devisa (X2) 72 4.3 Uji t- Statistik Variabel Suku Bunga SBI (X1) 74 4.4 Uji F-Statistik 75 4.5 Uji Durbin-Watson 78 Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 DAFTAR SINGKATAN APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APC : Average Propensity to Consume BBM : Bahan Bakar Minyak DAU : Dana Alikasi Umum DD : Demand Deposit GDP : Gross National Product GFA : Gross Foreign Assets IRFCL : International Reserves and Foreign Currency Liquidity PDB : Produk Domestik Bruto PDN : Pendapatan Dalam Negeri PNBP : Penerimaan Negara Bukan Pajak QM : Quasi Money RAPBN : Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara SBI : Sertifikat Bank Indonesia SD : Saving Deposit SOR : Stop Out Rate TD : Time Deposit Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran 1 Data Variabel 2 Hasil Regresi Jumlah Uang Beredar (Y) Terhadap Pengeluaran Pemerintah (X1), Cadangan Devisa (X2) dan Suku Bunga SBI (X3) 3 Hasil Regresi Pengeluaran Pemerintah (X1) Terhadap Cadangan Devisa (X2) dan Suku Bunga SBI (X3) 4 Hasil Regresi Cadangan Devisa (X2) Terhadap Pengeluaran Pemerintah (X1) dan Suku Bunga SBI (X3) 5 Hasil Regresi Suku Bunga SBI (X3) Terhadap Pengeluaran Pemerintah (X1) dan Cadangan Devisa (X2) Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seluruh aspek kehidupan dalam peradaban modern saat ini tidak terlepas dan ditopang sepenuhnya oleh uang. Tidak ada satu peradaban di dunia ini yang tidak mengenal dan menggunakan uang. Kalaupun ada, maka perekonomian dalam peradaban tersebut pasti stagnan dan tidak berkembang. Dilihat dari sejarah perkembangan uang, pertama sekali uang dikembangkan sebagai alat pembayaran dan fungsi ini merupakan fungsi pokok dari uang. Pada awalnya masyarakat hanya mengenal uang yang terdiri dari uang kertas dan uang logam, yang sering juga disebut dengan uang kartal. Pada perkembangannya, pembayaran dalam transaksi ekonomi dapat dilakukan dalam bentuk non-tunai, khususnya setelah dimulainya evolusi perbankan pada abad ke18 (Henri, 2006: 1). Dewasa ini dalam sistem pembayaran dikenal uang giral yakni uang yang berada dalam rekening giro di bank. Sejalan dengan perkembangan industri perbankan, sekarang ini disamping uang giral terdapat pula uang kuasi. Sebagai lembaga keuangan, peranan perbankan dalam perekonomian suatu negara sangat besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank. Oleh karena itu, kita Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 tidak dapat lepas dari dunia perbankan jika hendak menjalankan aktivitas keuangan baik perorangan maupun lembaga sosial atau perusahaan. Begitu pentingnya dunia perbankan, sehingga ada anggapan yang menyatakan bahwa bank merupakan urat nadi dalam menggerakkan roda perekonomian suatu negara. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari kegiatan pembayaran uang. Lalu lintas pembayaran uang berarti menyangkut jumlah uang beredar. Jumlah uang beredar dapat memperlihatkan kondisi perekonomian suatu negara. Sering dikatakan bahwa jumlah uang beredar yang terlalu banyak akan menimbulkan inflasi. Untuk ini disadari perlunya pengelolaan pengedaran uang dan adanya suatu lembaga khusus yang menanganinya, umumnya dilakukan oleh Bank Sentral atau untuk Indonesia Bank Indonesia yang menurut undang-undang keberadaannya adalah independen. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah melalui kebijakan moneter untuk menstabilkan jumlah uang beredar. Idealnya, jumlah uang yang tercipta atau tersedia harus seimbang dengan jumlah uang yang dibutuhkan atau diminta masyarakat sehingga tidak terdapat kelebihan atau kekurangan jumlah uang yang beredar. Pengendalian jumlah uang beredar pada hakekatnya merupakan salah satu bagian dari kerangka kebijakan moneter yang dilaksanakan oleh otoritas moneter. Pengendalian jumlah uang beredar pada umumnya ditujukan untuk menjaga kestabilan nilai uang dan mendorong kegiatan ekonomi. Pembangunan ekonomi di Indonesia tidak lepas dari keterlibatan sektor moneter dan perbankan. Sebagai salah satu unsur penting, sektor moneter dan perbankan sering dianggap mampu untuk memecahkan berbagai masalah Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 ekonomi. Masyarakat secara positif masih memiliki pemahaman bahwa kebijakan pemerintah atas sektor moneter dan perbankan memiliki kekuatan yang lebih dari apa yang secara efektif dapat tercapai melalui instrumen tersebut, akibatnya timbullah anggapan sektor moneter dan sektor perbankan mempunyai fungsi yang mampu memberikan pelayanan bagi berlangsungnya sektor riil; kegiatan investasi; kegiatan produksi; kegiatan distribusi; maupun konsumsi. Sangat beralasan, tentang upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memacu pertumbuhan ekonomi, dengan cara merangsang pertumbuhan sektor riil. Dengan demikian secara elastik dapat digambarkan adanya pertumbuhan sektor riil yang memacu peningkatan belanja (pengeluaran) pemerintah akan turut pula memacu meningkatnya jumlah uang beredar. Pada umumnya pemerintah memiliki dua kebijakan yang terkait yaitu, kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Salah satu unsur yang menjadi sangat penting adalah campur tangan pemerintah agar stabilitas perekonomian nasional tetap terjaga, antara lain dengan mengedalikan belanja (pengeluaran). Upaya pengendalian tersebut secara langsung akan menunjukkan kenaikan pendapatan nasional. Sebagai contoh jika pemerintah akan menaikkan belanja pegawai, maka tentu saja harus melihat dari kemampuan “membayar” yang terkait dengan pundi pendapatan nasional (saat itu anggaran belanja pemerintah lebih banyak dibiayai dari hutang luar negeri). Sedangkan cadangan devisa yang merupakan stok mata uang asing justru lebih banyak digunakan untuk transaksi pembayaran internasional dan kewajiban-kewajiban pemerintah. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Melihat kenyataan tersebut di atas, maka posisi cadangan devisa menjadi ukuran kredibilitas pemerintah suatu negara (critical) dalam hal pengelolaan ekonomi negara. Seandainya cadangan devisa menipis, maka dikhawatirkan pada jangka pendek akan menurunkan kemampuan pemerintah untuk melunasi kewajiban hutang luar negerinya, lebih jauh dampak politik akan menimbulkan ketidak-percayaan masyarakat dan pelaku ekonomi/ bisnis karena akan menimbulkan ketidakpastian nilai tukar mata uang rupiah terhadap hard currencies dan memancing kebijakan tidak populer pemerintah yaitu menetapkan devaluasi. Operasi moneter untuk menopang rupiah terus menggerogoti cadangan devisa Indonesia. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), cadangan devisa Indonesia pada minggu kedua September 2005 tercatat US$ 30.244 miliar. Angka tersebut berarti turun US$ 91 juta dibandingkan posisi pada minggu pertama september sebesar US$ 31.154 miliar. Cadangan devisa Indonesia tahun 2006 diperkirakan bakal terus tergerus untuk mengimpor BBM. Pemerintah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2006 memperkirakan cadangan devisa hanya US$ 27.07 miliar atau turun US$ 3.814 miliar dibandingkan perkiraan realisasi tahun 2005 sebesar US$ 30.721 miliar. Kebijakan moneter adalah tindakan pemerintah (Bank Sentral) untuk mempengaruhi situasi makro ekonomi yang dilaksanakan melalui pasar uang. Secara khusus, kebijakan moneter dapat diartikan sebagai tindakan makro pemerintah (Bank Sentral) dengan cara mempengaruhi proses penciptaan uang. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Proses penciptaan uang ini dapat mempengaruhi jumlah uang beredar. Dengan mempengaruhi jumlah uang beredar pemerintah dapat mempengaruhi tingkat suku bunga yang berlaku di pasar uang. Dan melalui tingkat suku bunga pemerintah dapat mempengaruhi pengeluaran investasi (I), dan selanjutnya permintaan agregat (AD), dan pada akhirnya tingkat harga (P), dan output (Azhar, 2003: 5). Sesuai dengan UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia merupakan otoritas moneter yang mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, antara lain dengan mengendalikan jumlah uang beredar (Hendri, 2006: 3). Bank Indonesia mengendalikan jumlah uang beredar dengan menggunakan piranti moneter melalui pendekatan kuantitatif secara tidak langsung yaitu operasi pasar terbuka, penentuan tingkat diskonto dan penetapan cadangan wajib minimum (Mulia, 1998: 24). Pada dasarnya dengan operasi pasar terbuka, Bank Indonesia menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk menyedot kelebihan jumlah uang beredar jika kondisi moneter dinilai terlalu ekspansif atau terlalu panas. Tingkat diskonto, yaitu tingkat diskonto yang terbentuk dari hasil lelang SBI. Tingkat diskonto yang tinggi memberikan sinyal bahwa kebijakan uang ketat ditempuh Bank Indonesia dalam upaya menurunkan jumlah uang beredar. Apabila tingkat suku bunga SBI naik maka bank-bank umum akan menaikkan suku bunga deposito guna memperoleh likuiditas dari masyarakat dalam jumlah besar, karena tingkat suku bunga yang tinggi maka masyarakat cenderung untuk mengalokasikan dana yang dimiliki dalam bentuk deposito. Dengan demikian jumlah uang beredar dimasyarakat akan mengalami penurunan. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka penulis mencoba untuk membahas lebih lanjut mengenai hubungan diantara variabelvariabel tersebut dengan mengangkat judul “Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa dan Suku Bunga SBI Terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia”. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka penulis mengemukakan masalah yang menjadi objek analisis. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap jumlah uang beredar? 2. Bagaimana pengaruh cadangan devisa terhadap jumlah uang beredar? 3. Bagaimana pengaruh suku bunga SBI terhadap jumlah uang beredar? 1.3 Hipotesis Hipotesa merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada yang masih perlu dikaji kebenarannya melalui data-data yang terkumpul. Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesanya adalah sebagai berikut: 1. Pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap jumlah uang beredar. 2. Cadangan devisa berpengaruh positif terhadap jumlah uang beredar. 3. Suku bunga SBI berpengaruh positif terhadap jumlah uang beredar. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap jumlah uang beredar. 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh cadangan devisa terhadap jumlah uang beredar. 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh suku bunga SBI terhadap jumlah uang beredar. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai tambahan informasi dan masukan bagi otoritas moneter terhadap penyusunan kebijakan moneter yang berkaitan dengan jumlah uang beredar. 2. Sebagai bahan masukan maupun perbandingan bagi kalangan akademisi dan peneliti lainnya yang menganalisa masalah yang berkenaan dengan jumlah uang beredar. 3. Sebagai bahan studi atau tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya mahasiswa/i Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 4. Sebagai tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang penelitian bagi penulis. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Uang 2.1.1 Pengertian Uang Menurut Robertson, Uang adalah segala sesuatu yang diterima umum sebagai alat pembayaran barang-barang. Sedangkan R. S. Sayers mendefenisikan uang sebagai segala sesuatu yang diterima umum untuk membayar hutang (Prathama, 1993 : 6). A. C. Pigou memberikan defenisi bahwa uang adalah segala sesuatu yang diterima umum untuk dapat dipergunakan sebagai alat penukar. Menurut Albert Gailort Hart, uang adalah kekayaan dengan mana pemiliknya dapat melunaskan hutangnya dalam jumlah yang tertentu pada waktu itu juga. Dengan demikian, uang adalah segala sesuatu yang diterima umum sebagai alat pembayaran barang-barang, alat penukar, merupakan kekayaan dan dapat digunakan untuk membayar hutang. 2.1.2 Syarat-syarat Uang Suatu benda dapat dijadikan sebagai uang jika benda tersebut telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Pertama, benda itu harus diterima secara umum Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 (acceptability). Bahan yang dijadikan uang juga harus tahan lama (durability), kualitasnya cenderung sama (uniformity), jumlahnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat serta tidak mudah dipalsukan (scarcity). Uang juga harus mudah dibawa (portable), dan mudah dibagi tanpa mengurangi nilai (divisibility), serta memiliki nilai yang cenderung stabil dari waktu ke waktu (stability of value) (Iswardono, 1994: 4). 2.1.3 Fungsi Uang Secara umum, uang memiliki fungsi sebagai perantara untuk pertukaran barang dengan barang, juga untuk menghindarkan perdagangan dengan cara barter. Secara lebih rinci, fungsi uang dibedakan menjadi dua: fungsi asli dan fungsi turunan. Fungsi asli uang ada tiga, yaitu sebagai alat tukar, sebagai satuan hitung, dan sebagai penyimpan nilai (Iswarsono, 1994: 6). Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat mempermudah pertukaran. Uang juga berfungsi sebagai satuan hitung (unit of account) karena uang dapat digunakan untuk menunjukkan nilai berbagai macam barang dan jasa yang diperjualbelikan, menunjukkan besarnya kekayaan, dan menghitung besar kecilnya pinjaman. Uang juga dipakai untuk menentukan harga barang dan jasa (alat penunjuk harga). Sebagai alat satuan hitung, uang berperan untuk memperlancar pertukaran. Selain itu, uang berfungsi sebagai alat penyimpan nilai (valuta) karena dapat digunakan untuk mengalihkan daya beli dari masa sekarang ke masa mendatang. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Selain ketiga hal di atas, uang juga memiliki fungsi lain yang disebut sebagai fungsi turunan. Fungsi turunan itu antara lain uang sebagai alat pembayaran utang, sebagai alat penimbun atau pemindah kekayaan (modal), dan alat untuk meningkatkan status sosial. 2.1.4 Jenis-Jenis Uang Uang yang beredar dalam masyarakat dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu uang kartal (sering pula disebut sebagai common money) dan uang giral (Iswarsono,1994: 10). Uang kartal adalah alat bayar yang sah dan wajib digunakan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi jual-beli sehari-hari. Sedangkan yang dimaksud dengan uang giral adalah uang yang dimiliki masyarakat dalam bentuk simpanan (deposito) yang dapat ditarik sesuai kebutuhan. Jenis-jenis uang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Menurut Bahan Pembuatannya a. Uang logam, yaitu uang yang terbuat dari logam biasanya dari emas atau perak karena kedua logam itu memiliki nilai yang cenderung tinggi dan stabil, bentuknya mudah dikenali, sifatnya yang tidak mudah hancur, tahan lama, dan dapat dibagi menjadi satuan yang lebih kecil tanpa mengurangi nilai. b. Uang kertas, yaitu uang yang terbuat dari kertas dengan gambar dan cap tertentu dan merupakan alat pembayaran sah. Menurut penjelasan UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang dimaksud dengan uang Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 kertas adalah uang dalam bentuk lembaran yang terbuat dari bahan kertas atau dari bahan lainnya (yang menyerupai kertas). 2. Menurut nilainya a. Uang Penuh (full bodied money). Nilai uang dikatakan sebagai uang penuh apabila nilai yang tertera di atas uang tersebut sama nilainya dengan bahan yang digunakannya. b. Uang Tanda (token money). Sedangkan yang dimaksud dengan uang tanda adalah apabila nilai yang tertera diatas uang lebih tinggi dari bahan yang digunakan. 3. Menurut lembaga/ badan pembuatnya a. Uang kartal yaitu uang yang dicetak/ dibuat dan diedarkan oleh Bank Sentral. b. Uang giral yaitu uang yang dibuat dan diedarkan oleh Bank-bank umum (komersial) dalam bentuk Demand Deposit atau yang lebih dikenal dengan Check. 2.1.5 Teori Nilai Uang Teori nilai uang membahas masalah-masalah keuangan yang berkaitan dengan nilai uang. Nilai uang menjadi perhatian para ekonom, karena tinggi atau rendahnya nilai uang sangat berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi. Hal ini terbukti dengan banyaknya teori uang yang disampaikan oleh beberapa ahli yaitu sebagai berikut: Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 1. Teori uang statis. Teori ini disebut statis karena tidak mempersoalkan perubahan nilai yang diakibatkan oleh perkembangan ekonomi. Yang termasuk teori uang statis adalah: • Teori Metalisme (Interinsik). Uang bersifat seperti barang, nilainya tidak dibuat-buat, melainkan sama dengan nilai logam yang dijadikan uang itu, contoh: uang emas dan uang perak. • Teori Konvensi (perjanjian). Teori ini menyatakan bahwa uang dibentuk atas dasar pemufakatan masyarakat untuk mempermudah pertukaran. • Teori Nominalisme. Uang diterima berdasarkan nilai daya belinya. • Teori Negara. Asal mula uang karena negara, apabila negara menetapkan apa yang menjadi alat tukar dan alat bayar maka timbullah uang. Jadi uang bernilai karena adanya kepastian dari negara berupa undang-undang pembayaran yang disyahkan. 2. Teori uang dinamis. Teori yang mempersoalkan sebab terjadinya perubahan dalam nilai uang. Teori dinamis antara lain: • Teori kuantitas dari David Ricardo. Teori ini menyatakan bahwa kuat atau lemahnya nilai uang sangat tergantung pada jumlah uang yang beredar. Apabila jumlah uang berubah menjadi dua kali lipat, maka nilai uang akan menurun menjadi setengah dari semula dan juga sebaliknya. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 • Teori kuantitas dari Irving Fisher. Teori yang telah dikemukakan David Ricardo disempurnakan oleh Irving Fisher yang memasukkan unsur kecepatan peredaran uang, barang dan jasa sebagai faktor yang mempengaruhi nilai uang. • Teori persediaan kas. Teori ini di lihat dari jumlah uang yang tidak dibelikan barang-barang. • Teori ongkos produksi. Teori ini menyatakan nilai uang dalam peredaran yang berasal dari logam dan uang itu dapat dipandang sebagai barang. Uang merupakan barang yang mempunyai nilai. Ada 2 teori yang mengungkapkan alasan mengapa masyarakat menerima uang yaitu teori barang dan teori nominalisme, yang dapat diperinci sebagai berikut (Harry, 1997: 32): A. Teori Barang 1. Teori Logam (Katalistis), seperti logam emas yang diterima masyarakat sebagai uang, karena di dalamnya mengandung nilai interinsik yang disukai umum, tidak berkurang nilainya bila disimpan sepanjang masa. 2. Teori Nilai Batas, yaitu penilaian terhadap uang berdasarkan keperluan akan barang dan pandangan terhadap uang. B. Teori Nominalisme (Akatalistis) Yaitu penilaian terhadap uang tidak berdasarkan bahan yang terkandung di dalamnya, tetapi nilai uang dengan sengaja ditetapkan. 1. Teori Nominalisme Formal Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 a. Teori Perjanjian, yaitu penilaian terhadap uang berdasarkan perjanjian (conventional) untuk memakai benda dalam pertukaran, misalnya kurang dari jumlah tertentu diganti permen. b. Teori Kebiasaan, yaitu Penilaian terhadap uang didasarkan kebiasaan dalam menggunakan suatu benda tertentu sebagai alat pertukaran (intermediair = perantara) yang menimbulkan paksaaan bagi orang untuk menerima benda sebagai uang. c. Teori Kenegaraan, dimana pemerintah memberikan kekuatan resmi kepada uang yang dijadikan alat pertukaran. 2. Teori Nominalisme Petunjuk a. Teori petunjuk, penilaian terhadap uang karena masyarakat mempunyai tuntutan (claim) terhadap barang-barang yang dihasilkan oleh masyarakat. Di sini uang sebagai indikator bahwa masyarakat menghasilkan jasa-jasa produktif sebagai andil dalam produksi nasional. b. Teori Rasialisme dan Toeri Modern, penilaian terhadap uang berdasarkan teori realisme (fungsional), sedangkan teori modern berdasarkan analisis makro. Secara mikro, uang mempunyai fungsi tertentu dalam masyarakat yaitu sebagai intermediair dalam pertukaran. Secara makro, setiap orang mempunyai penghargaan terhadap suatu benda sebagai uang, maka uang mempunyai fungsi yang tertentu. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 2.1.6 Jumlah Uang Beredar Ada beberapa defenisi dari uang beredar (Boediono, 1998: 4) diantaranya adalah: 1. Narrow Money (Uang dalam arti sempit) dan disimbolkan dengan M1 yang meliputi currency yaitu uang tunai yang berada di tangan masyarakat umum dan disebut juga uang kartal (uang kertas dan uang logam) dan uang giral atau Demand Deposit (DD). Persamaannya : M1=C+DD…………….(1) 2. Board Money (uang dalam arti luas) dan disimbolkan dengan M2 yang meliputi M1, deposito berjangka atau time deposit dan saving deposit (SD). Persamaannya: M1+SD+TD……………(2) 3. Defenisi uang beredar lebih luas lagi disimbolkan dengan M3, yang mencakup semua TD dan SD, mata uang domestik atau mata uang asing penduduk negara yang bersangkutan yang terdapat pada lembagalembaga keuangan. Semua TD dan SD ini disebut uang kuasi atau quasy money (QM). TD dan SD dalam mata uang asing yang merupakan milik penduduk negara yang bersangkutan tidak termasuk dalam defenisi uang kuasi. Persamaannya: M1+QM………………..(3) 4. Liquiditas Total (L), yang mencakup semua alat liquid yang ada di dalam masyarakat. Jadi, selain TD dan SD juga termasuk obligasi Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 pemerintah dan swasta jangka pendek, wesel perusahaan (commercial papers), cek mundur, aksep bankir, deposito luar negeri dan sebagainya. Secara garis besar dapat disebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan uang beredar, antara lain tingkat pendapatan masyarakat, suku bunga, kebijakan meneter yang dikeluarkan oleh otoritas moneter, dan faktor-faktor lain yang mencerminkan kekuatan struktur dan perkembangan ekonomi suatu negara. 2.1.7 Teori Permintaan Uang 2.1.7.1 Teori Klasik Tentang Permintaan Uang 1. Pendapat Irving Fisher Teori permintaan uang kaum klasik yang dikeluarkan Irving Fhiser ini dapat dirumuskan (Mulia, 1998: 44): MV = PT…………………….(1) Dimana: M = jumlah uang beredar V = perputaran pada perekonomian dalam suatu periode P = tingkat harga barang T = volume barang dan jasa yang diperdagangkan dalam satu periode Pada persamaan di atas dapat diketahui, jumlah uang yang diterima penjual sama dengan yang dibayarkan pembeli. Ini berlaku untuk seluruh perekonomian, nilai barang dan jasa yang terjual harus sama dengan barang yang dibeli dalam jangka waktu tertentu. Nilai barang dan jasa yang terjual sama dengan volume transaksi (V) dikalikan dengan harga rata-rata barang dan jasa Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 tersebut. Disisi lainnya nilai barang dan jasa yang diperjualbelikan harus sama pula dengan volume uang yang beredar di tangan masyarakat (M) dikalikan ratarata uang berpindah tangan dari tangan yang satu ke tangan lainnya atau laju perputaran uang dalam periode yang bersangkutan (Vt) sehingga rumus di atas dapat diubah menjadi: MVt = PT………………..………(2) Vt adalah laju kecepatan perputaran transaksi (transaction velocity of circulation) merupakan variabel yang dipengaruhi (ditentukan) faktor-faktor lembaga yang ada dalam masyarakat, dan dianggap tetap dalam jangka pendek. T (volume transaction) sangat ditentukan oleh pendapatan nasional (output dalam masyarakat), ini mempunyai nilai tertentu dalam satu tahun. Persamaan di atas dapat dirumuskan dalam permintaan uang, yaitu: Md = PT ....................................(3) Vt Karena volume transaksi dan harga yang terjadi dianggap konstan (PT tetap), maka keseimbangan moneter dapat diketahui, yaitu: Md = Ms Dimana: M = penawaran uang yang beredar sehingga menghasilkan Ms = PT ………………………(4) Vt Dari persamaan (4) dapat diartikan dalam jangka pendek variabel P (harga umum) akan berubah secara proporsional dengan adanya perubahan uang yang beredar. T ditentukan oleh tingkat output ekuilibrium masyarakat. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Variabel Vt (V dianggap konstan dalam jangka pendek) ini ditentukan oleh: a. Bentuk transaksi yang terjadi dalam masyarakat b. Sistem lembaga yang terjadi dalam perekonomian c. Bilamana dalam perekonomian terjadi pemberian perdagangan dengan sistem kredit, sehingga kebutuhan uang akan menurun. 2. Pendapat Marshall (Cambridge) Alfred Marshall dalam memandang pendapat Irving Fisher dengan perbedaan, dimana ia menekankan pada pendapatan nasional yang diwujudkan dalam uang kas atau penguasaan bukan pada perputaran uang (V) atau pembelanjaan. Persamaan Marshall dalam transaksi adalah: M = k (PT) k = bagian dari transaksi yang dilakukan dalam bentuk uang tunai P = tingkat harga rata-rata setiap transaksi T = jumlah transaksi yang terjadi M = jumlah uang beredar Persamaan Marshall dalam versi pendapatan adalah: M = k (PY) Y = Pendapatan nasional M = Jumlah uang beredar P = Tingkat harga rata-rata setiap transaksi Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 k = Proporsi pendapatan dalam bentuk uang tunai Dengan adanya penambahan uang beredar akan meningkatkan harga barang dan jasa. 3. Teori Kuantitas Modern (Milton Friedman) Friedman menyatakan teori kuantitas adalah teori tentang permintaan uang bukan teori penentuan produk, pendapatan maupun harga. Menurut Friedman, uang adalah satu bentuk kekayaan seperti bentuk kekayaan lainnya (obligasi, kepandaian, tanah). Defenisi kekayaan yang diberikan Frietman adalah seluruh kekayaan yang merupakan sumber pendapatan. Maka tingkat suku bunga memperlihatkan hubungan jumlah kekayaan dengan aliran pendapatan. Hubungan ini diformulasikan: W= Y i W = kekayaan Y = aliran pendapatan i = tingkat bunga Fridman mengelompokkan bentuk kekayaan sebagai berikut: 1) Uang tunai (M), dimana pendapatan dari uang tunai adalah berupa keamanan dan kemudahan. 2) Obligasi (bond), pendapatan yang diharapkan dari obligasi adalah perubahan harga obligasi dan bunga yang diterima secara berkala. 3) Pendapatan seluruhnya dari kekayaan berupa saham seharga Rp1,00. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 4) Pendapatan kekayaan berupa barang fisik tergangtung perubahan harga barang tersebut. 5) Kekayaan yang berbentuk manusia berupa kecakapan atau keahlian (w). 2.1.7.2 Teori Permintaan Uang Keynes Keynes dalam teorinya tentang permintaan akan uang kas didasarkan pada 3 motif (Harry, 1993: 37): 1) Transaction Motive Menahan uang kas adalah untuk memungkinkan bagi sektor Rumah Tangga atau sektor bisnis untuk menjalankan usahanya membeli dan menjual. Membiayai pembayaran/ kewajiban yang harus dibayarkannya agar usaha/ bisnis berjalan lancar. 2) Precautionary motive Menahan uang kas terutama berhubungan dengan ramalan pengeluaran untuk menghadapi keadaan yang darurat (emergency). Motiv pencegahan ini mengakibatkan banyak uang kas yang ditahan. Misalnya untuk berobat. 3) Speculative motive Menahan uang kas adalah untuk mendapat kesempatan mendapat keuntungan yang mungkin melalui ramalan keadaan pasar yang akan datang. Misalnya mengharapkan Dollar akan naik, maka menahan uang Dollar memperoleh keuntungan bila terjadi devaluasi. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 2.1.8 Teori Penawaran Uang Penawaran uang dalam teori moneter mempunyai arti yang sama dengan jumlah uang beredar. Pada zaman standar emas, penawaran uang hanya bisa ditambah dengan jalan menaikkan produksi emas, tapi memproduksi emas memerlukan biaya. Penawaran uang tidak bisa ditambah menurut kehendak pemerintah, tapi secara otomatis dibatasi oleh adanya biaya untuk menambah “uang” tersebut. Bila harga emas naik, yaitu bila harga barang-barang lain adalah rendah kalau dinyatakan dalam satuan emas, maka produsen emas akan cenderung menaikkan produksi emasnya. Ini berarti bahwa penawaran uang (atau jumlah uang beredar) semakin banyak, dan ini berarti selanjutnya akan menurunkan harga emas (atau menaikkan harga barang-barang lain). Keadaan sebaliknya akan terjadi kalau harga emas terlalu rendah. Jumlah uang yang beredar ada diluar kekuasaan pemerintah. Setelah sistem standar kertas semakin meluas penggunaannya, keadaan menjadi sangat berbeda, uang yang beredar dapat ditambah sebanyak yang dikehendaki pemerintah dengan biaya yang cukup rendah. Produksi uang kertas adalah monopoli pemerintah dan jumlah uang yang beredar menjadi sepenuhnya pencerminan kehendak pemerintah (P. Rahardja, 1997: 25). Dalam perekonomian modern perkembangan uang semakin pesatnya sehingga yang dapat dikategorikan sebagai uang berbeda-beda menurut defenisinya. Dengan kata lain, sesuatu defenisi uang atau mempengaruhi jenisjenis uang apa saja yang masuk dalam defenisi tersebut. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Pada mulanya yang dimasukkan dalam defenisi uang hanyalah uang kartal yang terdiri dari uang kertas dan uang logam yang beredar di masyarakat dan di edarkan oleh Bank Indonesia yang berfungsi sebagai otoritas moneter. Kemudian dengan perkembangannya peranan bank, yang termasuk sebagai uang adalah uang kartal dan uang giral (Demand deposit yakni yang berada dalam rekening giro di Bank umum) dan juga adanya uang kuasi (Near money yaitu uang yang disimpan dalam rekening tabungan dan deposito berjangka). Dari ketiga jenis uang tersebut terdapat perbedaan dalam penggunaannya. Uang kartal dan uang giral digunakan sebagai alat pembayaran sedangkan uang kuasi tidak dapat langsung digunakan sebagai alat pembayaran. Dengan kata lain uang kartal dan uang giral lebih likuid dibandingkan uang kuasi (Suseno, 2002: 12). Sesuai dengan cakupan uang beredar yang beragam maka yang dimaksud dengan jumlah uang beredar di Indonesia adalah nilai keseluruhan uang yang berada ditangan masyarakat. Pengertian jumlah uang beredar dibagi dua yaitu jumlah uang beredar dalam arti sempit dan dalam arti luas. Jumlah uang beredar dalam arti sempit (Narrow money atau M1) adalah jumlah uang beredar yang terdiri dari uang kartal dan uang giral. M1 = C + D Dimana: M = jumlah uang beredar dalam arti sempit C = uang kartal (uang kertas dan uang logam) D = uang giral/ cek Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Jumlah uang beredar dalam arti luas (Broad money atau M2) adalah M1 ditambah deposito berjangka (Time deposit). M2 = M1 + TD Dimana: M2 = Jumlah uang beredar dalam arti luas TD = Deposito berjangka Dalam perkembangan selanjutnya pengertian jumlah uang beredar telah berubah sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan di sektor keuangan dan perbankan di masing-masing negara. Secara garis besar dapat disebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan uang beredar antara lain: tingkat pendapatan masyarakat, suku bunga, kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh otoritas moneter, dan faktor- faktor lain yang mencerminkan kekuatan struktur dan perkembangan ekonomi suatu negara. 2.1.9 Keseimbangan di Pasar Uang Jika permintaan uang disimbolkan dengan Md, dan penewaran uang disimbolkan dengan Ms, maka kondisi keseimbangan pasar uang dapat disimbolkan sebagai berikut: Ms = Md Setelah kedua sisi dibagi dengan tingkat harga, maka dapat dirumuskan kondisi keseimbangan pasar uang dalam bentuk persamaan permintaan uang riil agregat sebagai berikut: Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Ms = L (r,Y) p Terlepas dari soal tingkat harga dan output, keseimbangan suku bunga menjadi satu-satunya faktor yang menunjukkan penawaran uang riil sama dengan permintaan agregat. Kurva permintaan uang riil agregat memotong garis lurus vertikal (yang melambangkan penawaran uang riil) di titik E. pada titik inilah, suku bunga riil keseimbangan tercipta. Kurva yang melambangkan penawaran uang berbentuk tegak lurus pada Ms , karena Ms diatur secara tetap oleh bank sentral sedangkan p pengaruh harga diabaikan. Secara grafis keseimbangan digambarkan sebagai berikut: r Penawaran uang r2 r1 r0 Permintaan uang riil agregat 0 P0 P1 P2 Tingkat harga uang riil Gambar 2.1 Keseimbangan Pasar Uang 2.2. Pengeluaran Pemerintah Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Dalam kebijakan fiskal dikenal ada beberapa kebijakan anggaran, yaitu anggaran berimbang, anggaran surplus dan anggran defisit. Dalam pengertian umum, anggaran berimbang adalah suatu kondisi dimana penerimaan sama dengan pengeluaran (G = T). Anggaran surplus yaitu pengeluaran lebih kecil dari penerimaan (G < T) sedangkan anggaran defisit adalah anggaran dimana komposisi pengeluaran lebih besar daripada penerimaan (G > T). Anggaran surplus digunakan jika pemerintah ingin mengatasi masalah inflasi sedangkan anggaran defisit digunakan jika pemerintah ingin mengatasi masalah pengangguran dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Jika pemerintah merencanakan peningkatan pertumbuhan ekonomi untuk mengurangi angka pengangguran, pemerintah dapat meningkatkan pengeluarannya. Pengeluaran pemerintah terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Sampai dengan tahun 2004, rincian belanja pemerintah pusat masih terdiri dari: (1) pengeluaran rutin dan (2) pengeluaran pembangunan. Namun sejak tahun 2005 mulai diterapkan penyatuan anggaran (unified budged) antara pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. 1. Pengeluaran Rutin Pengeluaran rutin yaitu pengeluaran yang digunakan untuk pemeliharaan dan penyelenggaraan pemerintah yang meliputi belanja pegawai, belanja barang, pembayaran bunga utang, subsidi, dan pengeluaran rutin lainnya. Melalui pengeluaran rutin, pemerintah dapat menjalankan misinya dalam rangka menjaga kelancaran penyelenggaraan pemerintah, kegiatan operasional dan pemeliharaan aset negara, pemenuhan kewajiban pemerintah kepada pihak ketiga, perlindungan Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 kepada masyarakat miskin dan kurang mampu, serta menjaga stabilitas perekonomian (Djunasien dan Hidayat, 1989). Besarnya pengeluaran rutin dipengaruhi oleh berbagai langkah kebijakan yang ditempuh pemerintah dalam rangka pengelolaan keuangan negara dan stabilitas perekonomian, seperti perbaikan pendapatan aparatur pemerintah, penghematan pembayaran bunga utang, dan pengalihan subsidi agar lebih tepat sasaran. Kenaikan pengeluaran pemerintah terutama dari pos belanja pegawai yang dialokasikan untuk menaikkan gaji pegawai dan pensiunan. Selain itu, lonjakan pengeluaran pemerintah yang terjadi pada pos pembayaran bunga utang luar negeri dan dalam negeri. Perbedaan karakteristik yang paling mendasar antara pinjaman dari dalam dan luar negeri yaitu pada implikasi disaat pengembalian (amortisasi). Dalam kasus pinjaman dalam negeri, pembayaran bunga utang oleh pemerintah akan kembali dinikmati oleh masyarakat Indonesia kerena terjadi transfer pendapatan dari kelompok masyarakat yang membayar pajak kepada kelompok masyarakat yang menjadi kreditur. Dampak dari aliran dana ini masih berputar di dalam negeri karena masing-masing pihak adalah warga negara Indonesia. Sedangkan dalam kasus pinjaman luar negeri, terjadi aliran dampak ekonomi (multiplier effect) yang berbeda. Pihak-pihak yang menerima pengembalian pinjaman adalah pihak kreditur di luar negeri (Mangkoesoebroto, 1994). Jumlah utang luar negeri yang semakin besar menyebabkan anggaran yang digunakan untuk membayar bunga utang juga semakin meningkat. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Meningkatnya jumlah pembayaran bunga utang tersebut selain disebabkan oleh membengkaknya jumlah utang jatuh tempo juga dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Selain pengeluaran untuk belanja pegawai dan pembayaran bunga utang, pos lain yang menarik adalah pengeluaran pemerintah untuk berbagai subsidi. Satu pos diantaranya yang berperan cukup besar adalah subsidi bahan bakar minyak (BBM). Subsidi ini muncul pada tahun 1997/1998 sebagai akibat dari melonjaknya harga minyak mentah di pasar dunia menyebabkan meningkatnya biaya pengadaan BBM hingga melebihi hasil penjualan BBM itu sendiri, akibatnya pemerintah terpaksa memberikan subsidi terutama terhadap minyak tanah dan solar. 2. Pengeluaran Pembangunan Pengeluaran pembangunan yaitu pengeluaran yang digunakan untuk membiayai pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan umum baik pembangunan secara fisik maupun non fisik. Peranan anggaran pembangunan lebih ditekankan pada upaya penciptaan kondisi yang stabil dan kondusif bagi berlangsungnya proses pemulihan ekonomi dengan tetap memberikan stimulus bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam kaitan dengan pengelolaan APBN secara keseluruhan dengan keterbatasan sumber pembiayaan yang tersedia, maka pencapaian sasaran-sasaran pembangunan harus dilakukan seoptimal mungkin (Nota Keuangan dan APBN, 2004). Sehubungan dengan hal tersebut, formulasi distribusi alokasi dan penentuan besarnya pengeluaran memegang peranan penting dalam pencapaian target kebijakan fiskal. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Di samping itu, pengelolaan anggaran pembangunan juga harus tetap ditempatkan sebagai bagian yang utuh dari upaya menciptakan anggaran pendapatan dan belanja negara yang sehat, melalui upaya mengurangi secara bertahap peran pembiayaan yang bersumber dari luar negeri tanpa mengurangi upaya menciptakan pertumbuhan yang berkesinambungan. Pembiayaan pembangunan rupiah dibiayai dari sumber-sumber pembiayaan dalam negeri, dan pinjaman program. Pengelolaan dana tersebut akan dialokasikan kepada departemen dan lembaga pemerintah non departemen di tingkat pusat termasuk Departemen Hankam, dan pemerintah daerah, yang diklasifikasikan ke dalam dana pembangunan yang dikelola oleh instansi pusat, dan dana pembangunan yang dikelola daerah (Djamin, 1993). Dalam rangka menutupi kesenjangan antara kebutuhan pembangunan dengan kemampuan dana dalam negeri, maka pembiyaan proyek masih tetap dibutuhkan. Pada tahun 1999-2004 pembiayaan pembangunan dengan dana yang bersumber dari luar negeri diupayakan untuk secara bertahap dikurangi. Untuk itu, pembiayan proyek harus dimanfaatkan secara lebih optimal terutama bagi kegiatan ekonomi yang produktif dan dilaksanakan secara lebih transparan, efektif dan efesien. Dengan demikian, pemilihan proyek-proyek yang pembiayaan bersumber dari pinjaman luar negeri harus dilakukan berdasarkan prioritas sehingga dapat mendukung penciptaan sasaran. Persentase pembiayaan proyek terhadap PDB terus diupayakan menurun sebagai cerminan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pinjaman luar negeri, sekaligus mencerminkan adanya upaya untuk mencapai fiscal Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 sustainability sebagai sasaran strategis dari APBN. Pembiayaan proyek dimanfaatkan untuk pembangunan sumber daya manusia di bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial dalam rangka mendukung program jaringan pengaman sosial, penyediaan sarana dan prasarana transportasi, pembangunan di bidang pertanian, tenaga listrik, dan pengairan. Di samping itu juga akan dimanfaatkan untuk pengadaan prasarana pendukung Hankam, telekomunikasi, dan pembangunan prasarana perkotaan. 2.2.1. Teori Pengeluaran Pemerintah 1. Pengeluaran Pemerintah Versi Keynes Identitas keseimbangan pendapatan nasional Y = C + I + G merupakan pandangan kaum keynesian akan relevansi campur tangan pemerintah dalam perkonomian tertutup. Formula ini dikenal sebagai identitas pendapatan nasional. Variabel Y (pendapatan nasional), C (pengeluaran konsumsi) dan G (pengeluaran pemerintah). Dengan membandingkan nilai G terhadap Y serta mengamati dari waktu ke waktu dapat diketahui seberapa besar kontribusi pengeluaran pemerintah dalam pembentukan pendapatan nasional (Dumairy, 1997). Apabila ruas kiri dan ruas kanan dibagi dengan Y, maka diperoleh persamaan sebagai berikut: Y C I G = + + Y Y Y Y 1 = APC + I G + Y Y Menurut Keynes untuk menghindari timbulnya stagnasi dalam perekonomian, pemerintah berusaha untuk meningkatkan jumlah pengeluaran Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 pemerintah (G) dengan tingkat yang lebih tinggi dari pendapatan nasional, sehingga dapat mengimbangi penerunan nilai APC (Average Propensity to Consume) dalam perekonomian. Pendapatan setelah diperhitungkan transfer pemerintah dan pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah disebut sebagai disposable income. Dengan perkataan lain, besarnya disposable income suatu masyarakat sama dengan besarnya transfer pemerintah (Tr) dikurangi besarnya pajak (Tax) yang dipungut oleh pemerintah. Persamaannya adalah sebagai berikut (Reksoprayitno, 1985): Yd = Y – Tx + Tr Dari persamaan tersebut, dapat diturunkan persamaan di bawah ini: Y = Yd + Tr – Tx Maka: C + I + G = Y = Yd + Tr – Tx Perpajakan dan pengeluaran pemerintah saling berkaitan dalam pengertian fiskal atau anggaran pendapatan dan belanja pemerintah secara keseluruhan. Pengeluaran total dalam perekonomian dikurangi efek pengganda dari peningkatan pajak dan pemotongan pajak merupakan kebijakan dimana pemerintah melaksanakan anggaran surplus dalam menekan pengeluaran pemerintah. Jika tujuannya adalah untuk meningkatkan pengeluaran, maka pemerintah mengoperasikan anggaran defisit dengan mengurangi pajak dan meningkatkan pengeluaran pemerintah. Suatu penurunan dalam pengeluaran pemerintah dan peningkatan dalam pajak dari aliran sirkulasi pendapatan nasional akan mengurangi permintaan agregat dan melalui proses pengganda (multiplier) Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 akan memberikan penurunan tekanan inflasi ketika perekonomian mengalami peningkatan kegiatan yang berlebihan (over-heating). Sebaliknya adanya peningkatan dalam pengeluaran pemerintah dan penurunan dalam pajak, maka suatu suntikan (injection) ke dalam aliran sirkulasi pendapatan nasional akan menaikkan permintaan agregat dan melalui efek pengganda menciptakan tambahan lapangan pekerjaan (Kamaluddin, 1999). 2. Teori Wagner Teori mengenai perkembangan persentase pengeluaran pemerintah yang semakin besar terhadap GNP. Wagner menyatakan dalam suatu perekonomian apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat. Terutama disebabkan karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya (Mangkoesoebroto, 2001). Hukum tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut: PkPPt − n PkPP PkPPt −1 PkPPt − 2 > > > ...... > PPk PPk t −1 PPk t − 2 PPk t − n Keterangan: PkPP = Pengeluaran Pemerintah per kapita PPk = Pendapatan Nasional per kapita 1,2…..n = Indeks Waktu (tahun) Wagner mendasarkan pandangannya pada suatu teori yang disebut organic theory of state yaitu teori yang menganggap pemerintah sebagai individu Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 yang bebas bertindak, terlepas dengan masyarakat yang lain. Sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 2.2 secara relatif peranan pemerintah semakin meningkat. Menurut Wagner ada lima hal yang menyebabkan pengeluaran pemerintah selalu meningkat yaitu: tuntutan peningkatan perlindungan keamanan dan pertahanan, kenaikan tingkat pendapatan masyarakat, urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi, perkembangan demografi dan ketidakefesienan birokrasi yang mengiringi perkembangan pemerintah (Dumairy, 1997). Pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan hubungan antara industriindustri dan hubungan industri dengan masyarakat akan semakin rumit dan kompleks sehingga potensi terjadinya kegagalan eksternalitas negatif menjadi semakin besar. Namun hukum Wagner terdapat kelemahan yaitu tidak didasar pada suatu teori pemilihan barang-barang publik. Hukum Wagner ini ditunjukkan dalam gambar 2.2, dimana kenaikan pengeluaran pemerintah mempunyai bentuk eksponensial yang ditunjukkan oleh kurva 1 di bawah ini: Pengeluaran pemerintah/GDP Kurva 1 Kurva 2 Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Waktu Sumber: Mangkoesoebroto, 2001 Gambar 2.2. Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Menurut Wagner 3. Teori Peacock dan Wiseman Teori ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah selalu berusaha memperbesar pengeluarannya dengan mengandalkan penerimaan dari pajak, padahal masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar. Peacock dan wiseman menyatakan sebagai berikut: masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi pajak yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Jadi dalam keadaan normal kenaikan pendapatan nasional meningkatkan penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Apabila keadaan normal terganggu misalnya disebabkan oleh perang atau eksternalitas lain, maka pemerintah terpaksa harus memperbesar pengeluarannya untuk mengatasi gangguan tersebut. Konsekuensinya menimbulkan tuntutan untuk memperoleh penerimaan dari pajak yang lebih besar. Pungutan pajak yang lebih besar menyebabkan dana Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 swasta untuk investasi dan modal kerja menjadi berkurang. Efek ini disebut sebagai efek pergantian (displacement effect) yaitu adanya suatu gangguan sosial menyebabkan aktivitas swasta dialihkan pada aktivitas pemerintah. Pengentasan gangguan tidak cukup dibiayai semata-mata dengan pajak sehingga pemerintah harus meminjam dana dari luar negeri. Setelah gangguan teratasi muncul kewajiban melunasi utang dan membayar bunga. Pengeluaran pemerintah yang semakin bertambah, bukan hanya karena GNP meningkat, tetapi karena adanya kewajiban baru tersebut. Akibat lebih lanjut adalah pajak tidak menurun kembali ke tingkat semula meskipun gangguan telah berakhir. Selain itu banyak aktivitas pemerintah yang baru kelihatan setelah terjadinya perang dan ini disebut efek inspeksi (inspection effect). Adanya gangguan sosial juga akan menyebabkan terjadinya konsentrasi kegiatan ke tangan pemerintah, efek ini disebut sebagai efek konsentrasi (concentration effect). Dengan adanya ketiga efek tersebut menyebabkan bertambahnya aktivitas pemerintah sehingga setelah perang selesai, tingkat pajak tidak menurun kembali pada tingkat sebelum terjadi perang. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut ini (Mangkoesoebroto, 2001): Pengeluaran pemerintah/ GDP D C A Pengeluaran F pemerintah G B Pengeluaran swasta Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Tahun 0 t t+1 Sumber: Mangkoesoebroto, 2001 Gambar 2.3. Teori Peacock dan Wiseman Dalam keadaan normal dari t ke t+1, pengeluaran pemerintah dalam persentase terhadap GNP meningkat sebagaimana ditunjuk garis AG. Apabila pada tahun t terjadi perang maka pengeluaran pemerintah meningkat sebesar AC dan kemudian meningkat seperti yang ditunjukkan pada segmen CD. Setelah perang selesai (pada tahun t+1), pengeluaran pemerintah tidak menurun ke G. Hal ini disebabkan karena setelah perang, pemerintah memerlukan tambahan dana untuk mengembalikan pinjaman pemerintah yang digunakan dalam pembiayaan pemerintah. Kenaikan tarif pajak tersebut dimaklumi oleh masyarakat sehingga tingkat toleransi pajak meningkat dan pemerintah dapat memungut pajak yang lebih basar tanpa menimbulkan gangguan dalam masyarakat. Secara grafik perkembangan pengeluaran pemerintah versi Peacock dan Wiseman bukanlah berpola seperti kurva mulus berslope positif sebagaimana tersirat dalam pendapat Rostow dan Musgrave, melainkan berslope positif dengan bentuk patah-patah seperti tangga yang dapat dilihat pada gambar 2.4 di bawah ini: Pengeluaran pemerintah/ GDP Wagner Rostow Musgrave Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Peacock dan Wiseman Tahun 0 Sumber : Mangkoesoebroto, 2001 Gambar 2.4. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah 2.3 Cadangan Devisa Devisa adalah alat pembayaran luar negeri yang antara lain berupa emas, uang kertas asing dan tagihan lainnya dalam valuta asing kepada pihak luar negeri (Rachbini, 2000: 113). Sedangkan cadangan devisa merupakan posisi bersih aktiva luar negeri pemerintah dan bank-bank devisa, yang harus dipelihara untuk keperluan transaksi internasional. Devisa diperlukan untuk membiayai impor dan membayar utang luar negeri. Cadangan devisa dikelola oleh Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 tahun 1999 pasal 13. Pengelolaan itu dilakukan dengan melalui berbagai jenis transaksi devisa yaitu menjual, membeli, dan atau menempatkan devisa, emas dan surat-surat berharga secara tunai atau berjangka termasuk pemberian pinjaman. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Pengelolaan dan pemeliharaan cadangan devisa didasarkan pada prinsip untuk memperoleh pendapatan yang optimal. Tujuan pengelolaan dan pemeliharaan cadangan devisa ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya menjaga nilai tukar, dimana menipisnya cadangan devisa akan mengundang spekulasi rupiah dari pada spekulator. Menurut Bank Dunia, peranan cadangan devisa adalah (www. Pikiran rakyat. Com): 1) Untuk melindungi negara dari guncangan eksternal. Krisis keuangan pada akhir 1990-an membuat para pembuat kebijakan memperbaiki pandangannya atas nilai dari cadangan devisa sebagai proteksi dalam melindungi dari krisis mata uang. 2) Tingkat cadangan devisa merupakan faktor penting dalam penilaian kelayakan kredit dan kredibilitas kebijakan secara umum, sehingga negara dengan tingkat cadangan devisa yang cukup dapat mencari pinjaman dengan kondisi yang lebih nyaman. 3) Kebutuhan likuiditas untuk mempertahankan stabilitas nilai tukar. Selain berbagai kelebihan diatas, kebijakan untuk mempertahankan cadangan devisa juga memerlukan biaya, saat level cadangan devisa menjadi lebih besar, biaya yang diperlukan juga semakin besar. Membengkaknya cadangan devisa kinerja moneter terekspansi melebihi kapasitas produksi ekonomi yang berakhir pada inflasi. Untuk meningkatkan cadangan devisa, sejak tahun 1970 pemerintah telah menerapkan sistem devisa bebas. Peraturan tentang sistem devisa bebas tersebut Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 dituangkan dalam UU No. 24 tahun 1999 tentang lalu lintas devisa dan sistem nilai tukar menggantikan UU lama yaitu UU No. 32 tahun 1964. Dalam mengelola cadangan devisa ini, Bank Indonesia lebih mengutamakan tercapainya tujuan likuiditas dan keamanan dari pada keuntungan yang tinggi. Walaupun demikian, Bank Indonesia tetap mempertimbangkan perkembangan yang terjadi di pasar internasional, sehingga tidak tertutup kemungkinan terjadinya pergeseran dalam portopolio komposisi jenis penempatan cadangan devisa. Dalam pengelolaan cadangan devisa yang optimal, Bank Indonesia menerapkan sistem diversifikasi, baik berdasarkan jenis valuta asing maupun berdasarkan jenis investasi surat berharga. Dengan cara tersebut diharapkan penurunan nilai dalam salah satu mata uang dapat dikompensasi oleh jenis mata uang lainnya atau penempatan lain yang mempunyai nilai yang lebih baik. Posisi cadangan devisa resmi yang dikuasai Bank Indonesia perlu dipertahankan pada tingkat yang wajar. Hal ini terutama untuk menjaga kestabilan ekonomi dan moneter serta untuk menghindari terjadinya gejolak kurs mata uang asing dan pelarian modal keluar negeri. Dalam hubungan ini sebagai ukuran yang lazim digunakan oleh rasio cadangan resmi terhadap impor. Jika cadangan devisa itu cukup untuk menutup impor selama tiga bulan pada lazimnya dipandang sebagai titik yang aman, dan jika hanya untuk dua bulan atau kurang, maka akan menimbulkan tekanan terhadap neraca pembayaran (Rustian Kamaluddin, 1999: 187). Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Mulai bulan Juli tahun 2000, Bank Indonesia mengubah konsep pencatatan cadangan devisa. Angka cadangan devisa yang dilaporkan hanya menggunakan konsep Internasional Reserve and Foreign Currency Liquidity (IRFCL) yang merupakan standar pelaporan secara internasional (SDDS-IMF). Perbedaan antara angka cadangan devisa yang berdasarkan konsep GFA dengan yang berdasarkan IRFCL terjadi karena perbedaan defenisi. Dalam konsep IRFCL, hanya aset yang tergolong likuid yang diperhitungkan sebagai komponen internasional reserve dan penilaiannya menggunakan kurs yang berlaku saat tanggal pelaporan. Sedangkan dalam konsep yang lama, GFA tidak dibedakan tingkat likuiditas tersebut, serta tidak digunakan kurs yang berlaku pada saat pelaporan melainkan kurs mata uang asing per 31 Maret 1998. Konsep IRFCL berangkat dari standar penyebaran data khusus (special data dissemination standars/ SDDS), yang merupakan bentuk penyajian data ekonomi melalui internet dengan menggunakan standar penyajian data dana moneter internasional (IMF). Cakupan SDDS adalah sektor riil, sektor fiskal, sektor keuangan, dan sektor eksternal. Mengenai IRFCL, struktur mode tersebut terbagi menjadi devisa internasional (Internasional Reserve), perkiraan aliran bersih devisa yang terjadwal (predetermined short-term net drains), perkiraan aliran devisa yang bersifat siaga (contingent short-term net drains), dan meno item (sumber: Bank Indonesia). 2.4 Tingkat Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 2.4.1 Pengertian Tingkat Bunga Menurut Kashmir, suku bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau bisa juga dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Harga atas penggunaan uang biasanya dinyatakan dalam persentase (%) dalam jangka waktu tertentu misalnya 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, 24 bulan. Harga penggunaan uang per unit waktu disebut “tingkat bunga”. Naik turunnya tingkat bunga dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran uang. Tingkat suku bunga cenderung naik bila permintaan pinjaman atau debitur lebih besar dari pada jumlah uang atau dana yang ditawarkan kreditur (biasanya bank dan lembaga keuangan bukan bank). Sebaliknya tingkat suku bunga cenderung menurun bila permintaan debitur lebih kecil daripada jumlah uang atau dana yang ditawarkan kreditur. 2.4.2 Teori Tingkat Suku Bunga 1. Teori Klasik Menurut teori klasik, tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga. Dimana makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung (Nopirin, 2000: 70). Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 bunga dimana makin tinggi bunga maka akan mendorong para investor untuk berinvestasi karena biaya yang ditanggung semakin kecil dengan harapan profit yang maksimum. Tingkat bunga dalam keadaan seimbang akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi dalam pasar yang seimbang pada keadaan Yfull employment (kondisi pendapatan yang dicapai dengan menggunakan resources yang ada secara maksimal) dimana pasar secara bebas tanpa ada campur tangan pemerintah (teori Laissez-faire: Adam smith). Tingkat bunga Tabungan i1 i0 I1 I0 Jumlah Rupiah yang di tabung dan di investasikan 0 S0 S1 Gambar 2.5. Teori Klasik Tentang Tingkat Suku Bunga Berdasarkan gambar 2.5 di atas bahwa tingkat suku bunga akan mengalami keseimbangan (S0,i0) jika jumlah tabungan sama dengan investasi, dan jika tingkat suku bunga lebih besar dari I0 akan berdampak terhadap jumlah tabungan lebih besar dari jumlah investasi. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 2. Teori Keynes Dalam teori keynes, tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter. Maksudnya, tingkat bunga ditentukan oleh pasar uang yaitu permintaan dan penawaran uang (Demand and Supply of Money). Menurut teori keynes ada kemungkinan jumlah tabungan lebih besar dari investasi pada national income dan bahwa tingkat bunga bukan media untuk menyamakan tabungan (s) dan investasi (I), dan ini merupakan tugas Bank Sentral, di Indonesia yaitu Bank Indonesia dalam menciptakan kestabilan harga melalui kebijakan tingkat bunga yang selayaknya (Nopirin, 2000: 78). Bank sentral mengatasi tingkat inflasi yang tinggi dengan menaikkan tingkat suku bunga yang tinggi. Akibatnya jumlah tabungan meningkat sehingga jumlah uang beredar di masyarakat berkurang. Naiknya tingkat bunga juga akan mengakibatkan investasi menurun, sehingga GNP menurun. Begitu sebaliknya. Pertumbuhan ekonomi akan meningkat jika tingkat bunga meningkat (diskonto) Bank Sentral mengalami penurunan karena dengan turunnya tingkat bunga Bank Sentral akan memacu para investor dalam menanamkan modalnya. 2.4.3 Sertifikat Bank Indonesia 2.4.3.1 Pengertian dan Sejarah Penerbitan SBI Sertifikat Bank Indonesia (SBI) pada prinsipnya adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Sentral sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dan diperjualbelikan dengan sistem diskonto. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Sertifikat Bank Indonesia pertama kali diterbitkan pada tahun 1970 dengan sasaran utama untuk menciptakan pasar uang yang hanya diperdagangkan antar bank-bank. Namun setelah dikeluarkannya kebijaksanaan yang memperkenalkan bank-bank menerbitkan sertifikat deposito pada tahun 1972, dengan terlebih dahulu memperoleh izin dari Bank Indonesia, maka SBI tidak lagi diterbitkan karena sertikat deposito dianggap akan menggantikan SBI. Oleh karena itu, SBI sebenarnya hanya sempat beredar kurang lebih satu tahun. Namun sejalan dengan burubahnya pendekatan kebijakan moneter, maka Bank Indonesia kembali menerbitkan SBI sebagai instrumen kebijakan operasi pasar terbuka terutama untuk kontraksi moneter. Selain sebagai piranti operasi pasar terbuka, penggunaan SBI pada dasarnya sama dengan penggunaan Treasury Bills (T-Bills) di pasar uang Amerika Serikat. Melalui penggunaan SBI tersebut, Bank Indonesia dapat secara tidak langsung mempengaruhi tingkat suku bunga di pasar uang dengan cara mengumumkan Stop Out Rate (SOR). SOR adalah suatu tingkat suku bunga yang diterima Bank Indonesia atas penawaran tingkat suku bunga dari peserta lelang. Selanjutnya SOR tersebut akan dapat dipakai sebagai indikator bagi tingkat suku bunga transaksi di pasar uang pada umumnya. 2.4.3.2 Tujuan Penerbitan SBI Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia berkewajiban memelihara kestabilan nilai rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal ditambah uang giral di Bank Indonesia) yang berlebihan dapat mengurangi Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 kestabilan nilai rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh Bank Indonesia untuk mengurangi kelebihan uang tersebut. 2.4.3.3 Dasar Hukum Penerbitan SBI Adapun dasar hukum penerbitan Sertifikat Bank Iindonesia adalah surat keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998 tentang penerbitan dan perdagangan SBI serta intervensi Rupiah. 2.4.3.4 Pihak yang Berhak Memiliki SBI Sejalan dengan ide dasar penerbitan SBI sebagai salah satu piranti operasi pasar terbuka, penjualan SBI diprioritaskan pada lembaga perbankan. Tetapi tidak tertutup kemungkianan masyarakat baik perorangan maupun perusahaan untuk dapat memiliki SBI. Pembelian SBI oleh masyarakat tidak dapat dilakukan secara langsung kepada Bank Indonesia, melainkan harus melalui bank umum serta pialang pasar uang dan pialang pasar modal yang ditunjuk Bank Indonesia. Proses pembelian SBI dapat digsebag ambarkan ai berikut: Pialang Pasar uang/ modal Perusahaan/ Perorangan Bank Indonesia Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Bank Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Gambar 2.6. Proses Pembelian SBI 2.4.3.5 Karakteristik SBI a) Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan untuk jangka waktu 1 bulan dan 3 bulan. b) Denominasi dari yang terendah Rp. 50 juta sampai tertinggi Rp. 100 Milyar. c) Pembelian SBI oleh masyararakat minimal Rp. 100 juta dan selebihnya dengan kelipatan Rp. 50 juta. d) SBI diterbitkan dan diperdagangkan dengan sistem diskonto. e) Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai yang diperoleh dari rumus: Nilai tunai = Nilai nominal × 360 360 × (tingkat diskonto × jangka waktu) f) Nilai diskonto dihitung sebagai berikut: Nilai diskonto: Nilai nominal – Nilai tunai 2.4.3.6 Tata Cara Transaksi Penjualan SBI a) Penjualan SBI dilakukan melalui lelang. b) BI mengumumkan rencana lelang selambat-lambatnya pada satu (1) hari kerja sebelum pelaksanaan lelang SBI. c) Jumlah SBI yang akan dilelang diumumkan setiap hari Selasa. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 d) Lelang SBI dilakukan setiap hari rabu atau pada hari kerja berikutnya dan dapat diikuti oleh seluruh Bank umum, pialang pasar uang, dan pialang pasar modal dengan penyelesaian transaksi pada hari Kamis. e) Dalam pelaksanaan lelang SBI, masing-masing peserta mengajukan penawaran jumlah SBI yang ingin dibeli serta tingkat diskontonya. Pemenang lelang adalah peserta yang mengajukan penawaran tingkat diskonto yang terendah sampai dengan jumlah SBI lelang yang diumumkan tercapai. f) Untuk menjaga keamanan dari kehilangan atau pencurian serta menghindari pemalsuan, maka pihak SBI memperoleh Bilyet Depot simpanan sebagai bukti atas penghimpunan fisik warkat SBI pada BI tanpa dipungut biaya penyimpanan. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 BAB III METODOLOGI PENILITIAN Metodologi penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengkaji Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa dan Suku Bunga SBI terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia. 3.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia (BI) Medan, dan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera utara, dan dari berbagai sumber lainnya yang mendukung. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series pada kurun waktu tahun 1988 sampai 2007 (sampel data selama 20 tahun). Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 3.3 Pengolahan Data Penulis menggunakan program komputer E-Views 4.1 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini. 3.4 Model Analisis Data Model analisis yang digunakan dimulai dengan pembentukan model matematis, yaitu suatu pernyataan matematis yang digunakan dalam menentukan hubungan yang berlaku diantara Pengeluaran pemerintah, Cadangan devisa dan Suku bunga SBI terhadap Jumlah uang beredar. Dalam mengalisis besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan alat analisis ekonometrika yaitu meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary least square/ OLS). Adapun persamaan fungsi dasarnya adalah sebagai berikut: Y = f (X1, X2, X3)……………………………….(1) Kemudian fungsi tersebut diatas dispesifikasikan kedalam model ekonometrika dengan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Ŷ = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + μ…………..…..…(2) Dimana: Ŷ = Jumlah Uang Beredar (Milyar Rupiah) Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 α = intercept β1, β2, β3 = koefisien regresi X1 = Pengeluaran pemerintah (Milyar Rupiah) X2 = Cadangan devisa (Juta USD) X3 = Suku Bunga SBI (%) μ = Term of error Secara otomatis, maka bentuk hipotesisnya sebagai berikut: ∂Y > 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (Pengeluaran pemerintah), maka Y ∂X 1 (Jumlah Uang Beredar) mengalami kenaikan, cateris paribus. ∂Y > 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (Cadangan devisa), maka Y ∂X 2 (Jumlah Uang Beredar) akan mengalami kenaikan, cateris paribus. ∂Y > 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X3 (Suku Bunga SBI), maka Y ∂X 3 (Jumlah Uang Beredar) akan mengalami kenaikan, cateris paribus. 3.5 Test of godness fit (uji kesesuaian) 1. koefisien determinasi R2 Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabelvariabel independen secara bersama-sama mampu memberi penjelasan terhadap variabel dependen. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0<R2<1). Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 2. Uji F- Statistik Uji F-statistik adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus: R 2 / (k − 1) F* = 1 − R 2 / (n − k ) ( ) Keterangan: R2 = Koefisisen determinasi K = Jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model persamaan n = Jumlah sampel Hipotesis yang digunakan: H0: β1: β2: β3= 0 Artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Ha: β1: β2: β3≠ 0 Artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. 3. Uji t- Statistik Uji t-statistik merupakan pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Nilai t-hitung dapat diperoleh dengan rumus: (bi − b ) t* = Sbi Keterangan: bi = Koefisien regresi dari variabel independen yang diuji b = Nilai hipotesis nol Sbi = simpanan baku dari variabel independen yang diuji Hipotesis yang digunakan: H0 : bi = 0 artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Ha : bi ≠ 0 artinya variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel independen. Hipotesis ini diterima apabila t-hitung > t-tabel (α) 3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 1. Multikolinearity Uji multikolinearity digunakan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi variabel independen diantara satu sama lainnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari R-square, F-hitung serta standar error. Keberadaan multikolinearity ditandai dengan adanya standart error yang tidak terhingga, tidak ada satupun t-statistik yang signifikan, terjadi perubahan tanda, dan R2 sangat tinggi. 2.Serial Correlation /Autokorelasi Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Autokorlasi terjadi bila term of error (µ) dari periode waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa Error term berkorelasi atau mengalami korelasi atau mengalami korelasi serial apabila variabel (ei, ≠ej)0 u ntu k i ≠ j, dalam hal ini dapat dikatakan memiliki masalah autokorelasi. Ada beberapa cara untuk mengetahui keberadaan autokorelasi, yaitu: a. Dengan memplot grafik. b. Dengan Durbin-Watson (uji D-W test). ∑(et − et −1 ) D- hitung = ∑ e2t 2 ( ) Dengan hipotesis sebagai berikut: Ho : D- W = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ho : D-W ≠ 0, artinya ada autokorelasi Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-watson untuk berbagai nilai α. inconclusive Autokorelasi (+) Autokorelasi (-) H0 diterima 0 dl du 2 4-du 4-dl 0 Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Dimana: Ho = tidak ada autokorelasi DW < dl = tolak Ho (ada korelasi positif) DW > 4- dl = tolak Ho (ada korelasi positif) du < DW < 4-du = terima Ho (tidak ada korelasi) dl ≤ DW ≤ du = pengujian tidak dapat disimpulkan (inconclusive) (4- du) ≤ DW ≤ ( 4- dl) = pengujian tidak dapat disimpulkan (inconclusive) 3.7 Defenisi Operasional Variabel 1. Jumlah Uang Beredar adalah jumlah uang dalam arti luas (broad money) dengan menggunakan uang M2 (M1 dan uang kuasi) (Milyar Rupiah). 2. Pengeluaran pemerintah adalah pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan pemerintah dalam periode tertentu biasanya satu tahun (Milliar Rupiah). 3. Cadangan Devisa merupakan posisi bersih aktiva luar negeri pemerintah dan Bank-bank devisa (Juta USD). Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 4. Suku Bunga SBI merupakan suku bunga dalam bentuk persen yang ditentukan oleh Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dalam upaya pengendalian jumlah uang beredar (%). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Perekonomian dan Ekonomi Makro Indonesia Pertumbuhan ekonomi tahun 2006 tidak lebih baik dari pertumbuhan ekonomi tahun 2005. Meskipun stabilitas ekonomi makro dapat terjaga dengan cukup baik, namun hal tersebut tidak berhasil membangkitkan rasa optimis dikalangan masyarakat. Tingginya tingkat ketidakpastian dikalangan dunia usaha merupakan penyebab utama dari rendahnya tingkat pertumbuhan sepanjang tahun 2006 lalu, dan ini tidak lepas dari tidak kunjung kondusifnya iklim usaha di sektor produksi riil. Berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dapat dikatakan tidak efektif untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif karena seringkali dibayangi oleh keragu-raguan pemerintah dalam mengimplementasikan berbagai kebijakan yang dikeluarkan tersebut. Dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang hanya sekitar 5,48% selama tahun 2006, pertumbuhan investasi fisik (pembentukan modal tetap bruto) hanya Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 sekitar 2,9% yang jauh lebih rendah dari pertumbuhannya pada tahun 2005 yang mencapai 10,8%. Rendahnya peningkatan investasi ini telah berlangsung sejak triwulan pertama tahun 2006, terutama investasi dalam bentuk mesin dan perlangkapan luar negeri yang turun sebesar 25,7%, jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2005 yang mencatat kenaikan sebesar 31% pada investasi mesin dan perlengkapan luar negeri, maka penurunan investasi yang berkaitan dengan barang modal ini sangatlah signifikan selama tahun 2006 lalu. Kondisi ini tidak saja menggambarkan betapa tidak berkembangnya minat investasi sepanjang tahun 2006 lalu, tetapi bisa juga menjadi isyarat penting bagaimana perkembangan sektor riil pada beberapa tahun mendatang. Berkaitan dengan kenyataan ini selayaknya pemerintah segera mewaspadai kondisi perekonomian secara keseluruhan. Pemerintah jangan hanya merasa aman jika stabilitas nilai tukar dapat tercapai dan tingkat inflasi dapat dikendalikan. Harus disadari bahwa kondisi sektor riil saat ini betul-betul dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Terjadinya penurunan produksi beras dalam negeri merupakan salah satu bukti bahwa sektor pertanian jauh dari perbaikan yang cukup berarti, padahal telah dicanangkan revitalisasi sektor pertanian. Pertumbuhan sektor industri manufaktur yang hanya sekitar 4,63% menunjukkan tidak berkembangnya kegiatan produksi di sektor ini, karena pada tahun 2005 sektor ini juga tumbuh sekitar 4,6% pada tahun 2004 masih tumbuh sekitar 6,2 %, dan yang paling memprihatinkan adalah penurunan pada industri tekstil, barang kulit dan dan alas kaki, yang merupakan industri padat karya yang selama masa orde baru menjadi tumpuan penting bagi perkembangan industri dan Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 kehidupan masyarakat. Pada tahun 2006 pertumbuhan pada industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki tercatat hanya sekitar 1,23% yang turun dari 1,31% pada tahun 2005. Sedangkan pada tahun 2004 industri ini masih mencatat pertumbuhan sekitar 4,1%. Industri tekstil selayaknya juga menjadi prioritas perhatian pemerintah jika pemerintah benar-benar ingin membangun kembali sektor industri nasional. Selain bersifat padat karya yang bisa menciptakan lapangan kerja baru, industri ini merupakan industri yang sudah pernah teruji keberhasilannya menjadi motor pertumbuhan ekonomi. Industri ini tidak hanya didukung oleh pengalaman para pengusahanya di masa lalu, tetapi juga didukung oleh pengalaman para pengusahanya di masa lalu, tetapi juga didukung oleh ragam budaya Indonesia yang mempunyai ciri khas tertentu untuk memperkaya ragam produk tekstil Indonesia. Sayangnya, pemerintah belum terlihat serius menangani berbagai persoalan yang semakin menghambat perkembangan industri ini pada tahun-tahun terakhir ini. Industri tekstil tidak terlindung tidak saja oleh serbuan impor ilegal barang-barang tekstil, tetapi juga oleh kebijakan yang tidak kondusif. Undangundang ketenagakerjaan yang berlaku dewasa ini telah menjadikan industri tekstil tidak lagi kompetitif karena mahalnya upah tenaga kerja disektor ini. Sementara itu tidak adanya kebijakan yang bisa menjadi pendorong peningkatan investasi di industri ini, menyebabkan industri tekstil masih banyak yang bergantung pada mesin-mesin yang sudah tua dan tidak efesien. Meskipun perbaikan investasi belum seperti yang diharapkan, fundamental ekonomi Indonesia sudah berada pada jalur yang tepat (on the right Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 track). Stabilitas makro ekonomi dapat terjaga dengan baik dengan kurs rupiah yang cenderung menguat, sehingga tingkat inflasi dapat terus ditekan dan suku bunga perbankan terus diturunkan. Selama tahun 2006 kurs rupiah mengalami apresiasi sekitar 8,2% dan selama dua bulan pertama tahun 2007 dapat dikatakan relatif stabil pada kisaran sekitar Rp. 9.100 per dolar AS. Angka inflasi yang melonjak tinggi pada tahun 2005 (17,1%) turun menjadi 6,6% pada tahun 2006, dan diperkirakan akan terus terkendalikan selama tahun 2007. Selama JanuariFebruari 2007 angka inflasi hanya mencapai 1,67% yang lebih rendah dari angka inflasi pada periode yang sama tahun 2006 sebesar 1,95%. Dengan terkendalikannya tingkat inflasi, maka tingkat suku bunga perbankan juga dapat terus diturunkan, sehingga memberi harapan akan kembali berfungsinya perbankan sebagai lembaga intermediasi. Dengan BI rate yang dewasa ini telah berada pada level 9%, maka suku bunga SBI sudah berada disekitar 9,25% dan suku bunga deposito berjangka (satu bulan) juga terus turun mendekati 8,6%. penurunan ini diharapkan pada gilirannya akan memicu penurunan suku bunga kredit sehingga dapat meningkatkan investasi dalam negeri. Secara singkat kondisi ekonomi sampai tahun 2007 dapat disimpulkan sebagai berikut: 4.2.Perkembangan Jumlah uang beredar Indonesia Dalam mekanisme penciptaan uang beredar, pada dasarnya ditentukan oleh otorites moneter yaitu Bank Indonesia, bank umum dan masyarakat. Jumlah Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 uang beredar yang tercipta merupakan jumlah uang beredar yang ditinjau dari sisi penawaran. Sedangkan dari sisi permintaan, masyarakat membutuhkan uang kartal maupun uang giral untuk membiayai semua kegiatan ekonominya. Dengan demikian, jumlah uang beredar yang tercipta atau tersedia harus seimbang dengan jumlah yang dibutuhkan masyarakat, sehingga tidak terjadi kelebihan/ kekurangan jumlah uang beredar. Kondisi moneter selama tahun 2004 relatif stabil, baik untuk uang kartal maupun uang giral bergerak naik searah pertumbuhan jumlah uang beredar. Selama tahun 2004 secara rata-rata uang primer tumbuh 1,68% per tahun. Jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) misalnya, di awal tahun tercatat sebesar Rp 235.818 miliar, sedangkan untuk jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) sebesar Rp.1.003.527 miliar. Seiring dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, dua bulan berikutnya terjadi pergeseran komposisi pada uang giral sehingga porsinya sekitar 60%. Sementara untuk M1 yang umumnya banyak menggambarkan kebutuhan transaksi masyarakat, selama februari 2004 mencapai angka Rp. 219,03 triliun. Di bulan berikutnya M1 tetap tak jauh dari angka tersebut. Hal ini berarti besaran moneter tidak hanya naik sekitar Rp. 0,05 trilin. Jika dilihat dari sisi permintaan, diwarnai dengan terjadinya permintaan masyarakat terhadap uang kartal cukup tinggi. Selanjutnya perkembangan jumlah uang beredar dalam arti luas M2 mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan industri perbankan. Untuk Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 lebih jelasnya perkembangan jumlah uang beredar dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Perkembangan Jumlah uang beredar (Miliar Rupiah) Tahun 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jumlah Uang Beredar 41998 58705 84630 99058 119053 145202 174512 222638 288632 355643 577381 646205 747028 844053 883908 955692 1033527 1203215 Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 2006 1382074 2007 1643203 Sumber: Bank Indonesia, Laporan tahunan (1988-2007). 4.3. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai salah satu jangkar pangaman perekonomian nasional, harus dijaga keseimbangannya antara tujuan untuk mengamankan kesinambungan fiskal dengan tujuan untuk mendorong perekonomian. Peranan APBN tersebut hingga saat ini masih dalam batas ramburambu yang menjamin kesinambungan fiskal, sedangkan stimulus ekonomi yang terbesar tetap diandalkan dari masyarakat dan dunia usaha untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Kebijakan fiskal ditujukan untuk melanjutkan dan memantapkan konsolidasi fiskal dan penyehatan APBN. Disisi lain, perkembangan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sangat dipengaruhi antara lain oleh perkembangan harga dan produksi minyak mentah Indonesia, perbaikan kinerja BUMN (yang memberikan kontribusi melalui pay out ratio dari laba BUMN), serta efektifitas pengumpulan berbagai pungutan dari Departeman dan Lembaga pemerintah non Departemen melalui pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Dari Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 perkembangan berbagai faktor diatas, dalam tiga tahun terakhir perkembangan PNBP terus mengalami fluktuasi, yakni dari Rp. 88,4 triliun (5,5% terhadap PDB) dalam tahun 2003, namun dalam APBN 2004 ditetapkan Rp. 77,1 triliun (3,9% terhadap PDB) atau turun 22,1% dari realisasinya dalam tahun sebelumnya. Demikian pula, perkembangan belanja negara secara nominal juga terus mengalami peningkatan dari Rp 322,2 triliun dalam tahun 2002 menjadi Rp. 374,4 triliun dalam APBN 2004. Peningkatan ini terutama berkaitan dengan upaya perbaikan kesejahteraan aparatur pemerintah dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat, pemberian stimulus fiskal secara terbatas pada perekonomian, dan peningkatan alokasi anggaran ke daerah sejalan dengan pelaksanaan kebijakan desentralisasi fiskal. Namun demikian, rasio belanja negara terhadap PDB dalam periode tersebut justru menunjukkan penurunan yang sangat signifikan, yaitu dari 20% pada tahun 2002 menjadi 18,7% dalam APBN 2004. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan beban pembayaran bunga utang dari 5,4% terhadap PDB pada tahun 2002 menjadi 3,3% terhadap PDB dalam APBN 2004. Sementara tahun 2006, peningkatan belanja negara diwarnai oleh upaya peningkatan stimulus fiskal dan pemulihan daya beli masyarakat. Pada 2006 peningkatan belanja negara mencapai 32%, lebih tinggi dari peningkatan pada 2005 yang mencapai 19%. Peningkatan tersebut mencapai 20,1% dari PDB, terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar 13,3% dari PDB dan belanja untuk daerah sebesar 6,8% dari PDB. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya rasio Dana Alokasi Umum (DAU) dari 25,5% pada tahun 2005 menjadi 26% pada 2006 dari pendapatan dalam negeri (PDN) bersih serta kebijakan untuk Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 meningkatkan dana alokasi khusus terutama untuk kegiatan infrasruktur. Realisasi tahun 2006 juga menunjukkan perbaikan signifikan dibandingkan realisasi tahun 2005 dimana realisasi belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan belanja lainnya masing-masing hanya mencapai 89%, 69%, 60% dan 78% dari APBNPII 2005. Sementara realisasi APBN 2007 semester I diperkirakan mencapai Rp. 2,0 triliun atau lebih tinggi dari realisasi defisit pada semester I 2006 sebesar Rp. 1,6 triliun. Realisasi pendapatan negara dan hibah selama semester I 2007 diperkirakan mencapai Rp. 286,4 triliun atau 39,6% dari target APBN 2007. Angka tersebut juga lebih tinggi dari realisasi semester I tahun 2006 yang mencapai Rp. 236,5 triliun (mencapai 35,9%). Sementara realisasi belanja negara dalam semester I 2007 diperkirakan Rp. 288,4 triliun atau 37,8% dari APBN 2007). Angka tersebut juga lebih tinggi dari realisasi semester I 2006 yang mencapai Rp. 238,1 triliun. Sedangkan pada semester II pemerintah mengajukan prognosis realisasi defisit sebesar Rp. 59,9 triliun sehingga total defisit mencapai Rp. 61,9 triliun. Pendapatan negara dan hibah pada semester II 2007 diperkirakan mencapai Rp. 398,1 triliun sedangkan belanja negara diperkirakan mencapai Rp. 458,0 triliun, sebelumnya pemerintah memperkirakan defisit APBN 2007 akan naik menjadi 1,6% dari PDB dari sebelumnya 1,1% dari PDB atau naik dari Rp. 40,5 triliun menjadi Rp. 62 triliun. Untuk lebih jelasnya perkembangan pengeluaran pemerintah dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut: Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Tabel 4.2 Perkembangan Pengeluaran pemerintah (Miliar Rupiah) Tahun 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Pengeluaran pemerintah 32995 38169 49450 51990 58066 64460 74761 79216 98513 127969 215586 245192 221468 341564 322180 376505 427177 509400 669900 771100 Sumber: Bank Indonesia, Laporan tahunan (1988-2007). Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 4.4. Perkembangan Cadangan Devisa Cadangan devisa merupakan posisi bersih aktiva luar negeri pemerintah dan bank-bank devisa yang harus dipelihara untuk keperluan transaksi internasional. Pada akhir Mei tahun 2000, sesuai dengan kesempatan dalam Letter of Credit (Loc) tanggal 20 Januari 2000, Bank Indonesia mulai mengumumkan angka cadangan devisa yang menggunakan konsep Internasional Reserves and Foreign Currency Liquidity (IRFCL), menggantikan konsep lama yaitu Gross Foreign Assets (GFA). Sejak saat itu, terjadi perubahan jumlah cadangan devisa Indonesia. Menurut Miranda, cadangan devisa susut karena perubahan sistem pencatatan diawal tahun 2000, dari Gross Foreign Assets (GFA) ke Internasional Reserves and Foreign Currency Liquidity (IRFCL), karena bertambah susut atau berkurang sangat rentan jika digunakan sebagian untuk memutuskan hubungan dengan IMF dengan membayar lunas utang ke lembaga tersebut. Sedangkan menurut situs Bapekki (Badan Pengkajian Ekonomi, Keuangan dan kerja sama Internasional), besar susutnya adalah US$ 3 Miliar setara Rp. 30 Triliun, dari US$ 27 Miliar menjadi US$ 24 Miliar. Tabel 4.3 Cadangan Devisa Indonesia 1999-2002 (dalam juta US$). Akhir periode 1999 Gross Foreign Asset (GFA) IRFCL 27,305.0 n.a n.a 24,352.1 29,393.7 28,015.1 n.a n.a n.a n.a n.a Sumber: www.fiskal.depkeu.go.id 27,771.3 27,937.0 28,003.5 28,151.1 28,756.2 2000 2001 2002 Januari Februari Maret April Mei Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Pada minggu keempat Desember 2002, cadangan devisa Indonesia meningkat US$ 801 juta menjadi US$ 31,57 Miliar. Peningkatan ini terutama berasal dari penerimaan hasil privatisasi dan migas. Sedangkan rekening pemerintah bersih di Bank Indonesia naik sebesar Rp. 4,27 Triliun menjadi Rp. 168,52 triliun. Kenaikan ini terutama berasal dari penerimaan hasil privatisasi, pajak dan hasil migas. Berdasarkan data Bank Indonesia, sampai dengan 15 November 2005, jumlah cadangan devisa US$ 32,36 miliar. Jumlah tersebut turun tipis US$ 34 juta dari kondisi pekan sebelumnya sebesar US$ 32,70. Dengan kondisi ini, berarti posisi cadangan devisa sudah lima pekan berturut-turut bertahan pada level US$ 32 miliar. Memasuki pekan kedua September, cadangan devisa menjadi US$ 30,244 miliar. Bank Indonesia mengumumkan bahwa pada minggu kedua September 2005, cadangan devisa negara berkurang US$ 91 juta. Posisi cadangan devisa pada pekan pertama September 2005 tercatat US$ 31,15 miliar, turun US$ 25,5 juta dari posisi pekan sebelumnya US$ 31,18 miliar. Pembayaran utang memberikan kontribusi paling besar bagi penurunan cadangan devisa. Cadangan devisa meningkat pada akhir Agustus 2006, berdasarkan data Bank Indonesia per 31 Agustus, naik dari level US$ 41,12 miliar ke level US$ 41,99 miliar (naik US$ 0,86 miliar). Tercapainya stabilitas nilai tukar selama Agustus 2006 terutama ditopang oleh membaiknya indikator makroekonomi. Perkembangan positif tersebut telah menjadi pendorong masuknya aliran dana Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 asing ke pasar keuangan domestik. Dengan perkembangan yang positif ini cadangan devisa meningkat pada bulan ini. 4.5. Perkembangan Suku bunga SBI Sejak krisis ekonomi tahun 1997, prioritas kebijakan moneter diarahkan untuk mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas nilai Rupiah. Kebijakan tersebut dilakukan melalui pengendalian laju pertumbuhan jumlah uang beredar sesuai kebutuhan riil perekonomian. Dengan demikian piranti operasi pasar terbuka sangat menentukan keberhasilan pengendalian jumlah uang beredar tersebut. Menyadari hal ini maka Bank Indonesia berupaya memberikan instrumen operasi pasar terbuka, salah satunya melalui pembelian dan penjualan SBI. Penurunan suku bunga SBI sebenarnya sudah terjadi sejak tiga tahun lalu, yang dimulai pada Desember 2001. Saat itu suku bunga SBI baik jangka waktu 1 bulan maupun 3 bulan, masing-masing berada pada posisi 17,62% dan 17,63%. turunnya suku bunga SBI terjadi seiring dengan membaiknya ekspektasi inflasi dan relatif stabilnya nilai tukar Rupiah. Pada tahun 2002 dan 2003 tingkat suku bunga cenderung menurun akibat dari kelebihan likuiditas yang disebabkan kondisi moneter yang tidak menentu maka pihak yang menyediakan dana (bank) maupun yang menggunakan dana (Pengusaha, debitur) selalu bersifat hati-hati. Kalaupun ada penjualan dana (pemberian kredit oleh bank) jumlahnya sangat terbatas, karena bank dan Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 pengguna dana (pengusaha,debitur) berupa untuk memperkecil terjadinya resiko atas dana yang dimaksud. Akibatnya perekonomian berjalan tidak ekspansif. Permintaan akan uang (Demand for money) menjadi rendah. Hal ini akan menekan suku bunga yang berlaku. Dengan turunnya suku bunga instrumen moneter (SBI) maka akan berpengaruh pula pada suku bunga perbankan seperti deposito dan tabungan. Potensi menurunnya suku bunga SBI yang akan mendorong menurunnya suku bunga kredit terus berlangsung. Menurunnya suku bunga perbankan (kredit konsumsi, kredit modal kerja, maupun kredit investasi) akan mendorong gerak perekonomian dan mampu mendinamiskan kegiatan para pelaku ekonomi. Pada tahun 2004 tingkat suku bunga SBI terus menurun akibat perekonomian yang tidak dinamis yang semakin menyulitkan perbankan untuk menyalurkan dana ke sektor produktif sehingga pelemparan dana ke SBI akan dilanjutkan terus, akibatnya suku bunga SBI menurun. Tekanan suku bunga SBI, juga diiringi penurunan suku bunga untuk semua jenis deposito. Seperti untuk deposito berjangka waktu 1 bulan, sampai dua bulan terakhir triwulan I tahun 2004 masing-masing berada di level 5,99 % dan 5,86 %. Sementara untuk deposito berjangka 3 bulan, pada saat yang sama berada pada level 6,38 % lalu merosot lagi menjadi 6,38 %. Sejak Januari 2002, baik SBI 1 bulan maupun 3 bulan sudah menampakkan tanda-tanda penurunan. Dilihat kilas baliknya, saat itu SBI 1 bulan turun cukup signifikan bagi bps dan menempatkan diri di posisi 16,93 %. Tampaknya penurunan suku bunga SBI saat itu merupakan salah satu strategi Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 otoritas moneter untuk menekan jumlah uang beredar secara drastis hingga mencapai tingkat yang diinginkan. Hasilnya, jumlah uang beredar saat itu bisa ditekan hingga Rp. 160,29 triliun. Setelah itu, kecenderungan suku bunga terus merosot hingga akhirnya mencapai batas bawah. Berbarengan dengan terapresesiasinya Rupiah hingga triwulan I, Bank Indonesia berhasil menahan kemerosotan suku bunga instrumen moneter. Seperti terlihat pada tabel suku bunga SBI jangka waktu 1 bulan dan 3 bulan, secara perlahan-lahan tertahan hingga di level 7,33 % dan 7,25 % selama April 2004. Mengakhiri tahun 2004, instrumen moneter relatif stabil meskipun untuk suku bunga SBI 1 bulan kembali menampakkan gejala-gejala peningkatan. Stabilitas instrumen moneter ini, diikuti oleh stabilitas suku bunga simpanan, baik untuk deposito jangka waktu 1 bulan maupun 3 bulan, tidak mengalami perubahan dari posisi terakhirnya. Di tahun 2005 suku bunga SBI meningkat karena inflasi yang muncul yang disebabkan kenaikan harga minyak dunia. Kenaikan suku bunga diharapkan akan dapat menarik kembali jumlah uang beredar yang jumlahnya diperkirakan sangat besar. Kebijakan Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) guna meredam melemahnya nilai tukar, mendapat tentangan dari pemerintah karena bisa merangsang bank-bank menyimpan dananya dalam surat berharga ini sehingga alokasi kredit ke sektor riil akan berkurang. Suku bunga yang tinggi memang tidak memberikan iklim yang kondusif bagi pemulihan ekonomi, namun justru sebaliknya dapat mendorong kegiatan perekonomian. Hal ini disesuaikan keadaan perekonomian. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Untuk lebih jelasnya perkembangan suku bunga SBI dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4 Perkembangan suku bunga SBI (%) Tahun 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tingkat suku bunga SBI 15.3 11.64 17.87 22.03 19.88 13.99 13 14.5 14 13.5 35.52 11.93 14.53 17.62 12.93 8.31 7.43 12.75 9.75 8 Sumber: Bank Indonesia, laporan tahunan (1986-2007) 4.6. Hasil Evaluasi dan Interpretasi Data 4.6.1. Pengujian Pengaruh Variable Bebas Terhadap Variabel Terikat Analisis pembahasan ini dimaksud untuk mengetahui korelasi antara kedua variabel yakni variabel bebas dan variabel terikat untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang dibuat, penulis mengajukan dalam bentuk analisis Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 matematik apakah peningkatan jumlah uang beredar dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah, cadangan devisa dan suku bunga SBI. Seberapa jauh tingkat pencapaian data yang tersedia dalam pencapaian kebenaran akan dijelaskan dalam perhitungan serta pengujian terhadap masing-masing koefisien regresi yaitu uji F, uji-t yang diperoleh dengan menggunakan alat bantu komputer. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dan telah diolah dengan menggunakan program komputer Eviews 4.1 dapat dilihat hasilnya dalam tabel dibawah ini: Tabel 4.5 Hasil Estimasi Pengeluaran Pemerintah (X 1 ), Cadangan Devisa (X2), dan Tingkat Suku Bunga SBI (X 3 ) Terhadap Jumlah Uang Beredar. Y = - 4,427008 + 0,311556 X 1 + 1,314385 X 2 + 0,192637 X 3 Std.error (0,715) (0,138) (0,218) (0,078) t- statistik (-6,189) (2,245)** (6,026)* (2,463)** 2 R = 0,990 2 Adjusted R = 0,989 Dw-statistik = 1,495 F-statistik = 583,909 Keterangan: (*) : signifikan pada α = 1% (**) : signifikan pada α = 2% 4.6.2. Interpretasi Model Linier Bentuk persamaan: Y = f (X1,X2,X3) Bentuk umum regresi linier berganda yaitu: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + µ Berdasarkan hasil regresi linier berganda dengan menggunakan program komputer Eviews 4.1 dapat diperoleh hasil estimasi sebagai berikut: Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Y = -4,427008 + 0,311556X1 + 1,314385 X2 + 0,192637X3 + µ Hasil estimasi diatas dapat menjelaskan pengaruh variabel independen yaitu pengeluaran pemerintah, cadangan devisa dan suku bunga SBI, adalah sebagai berikut: 1. Pengeluaran Pemerintah Pengeluaran Pemerintah mempunyai pengaruh yang positip terhadap jumlah uang beredar dengan koefisien sebesar 0,311556. Artinya, apabila pengeluaran pemerintah mengalami peningkatan 10%, maka akan mengakibatkan jumlah uang beredar meningkat sebesar 3,11%. Hal ini sesuai dengan hipotesa yang menyatakan bahwa apabila terjadi kenaikan pengeluaran pemerintah maka jumlah uang beredar akan meningkat, cateris paribus. 2. Cadangan Devisa Cadangan devisa mempunyai pengaruh yang positip terhadap jumlah uang beredar dengan koefisien sebesar 1,314385. Artinya, apabila cadangan devisa mengalami peningkatan 10%, maka akan mengakibatkan jumlah uang beredar meningkat sebesar 13,14%. Hal ini sesuai dengan hipotesa yang menyatakan bahwa apabila terjadi kenaikan Cadangan devisa maka jumlah uang beredar akan meningkat, cateris paribus. 3. Suku Bunga SBI Suku bunga SBI mempunyai pengaruh yang positip terhadap jumlah uang beredar dengan koefisien sebesar 0,192637. Artinya, apabila suku bunga SBI Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 mengalami peningkatan 10%, maka akan mengakibatkan jumlah uang beredar meningkat sebesar 1,92%. Hal ini sesuai dengan hipotesa yang menyatakan bahwa apabila terjadi kenaikan Suku bunga SBI maka jumlah uang beredar akan meningkat, cateris paribus. 4.6.3 Uji Kesesuaian ( Test Of Goodness of Fit ) 1. Uji t-statistik (uji parsial) Uji t-statistik ini dilakukan untuk menguji apakah variabel-variabel independen diatas secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. 1. Variabel Pengeluaran pemerintah (X1) Hipotesis : H0 : b1 = 0 Ha : b1 ≠ 0 Kriteria: Jika nilai uji t-statistik bernilai positif: H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel Jika nilai uji t-statistik bernilai negatif: H0 diterima apabila t-hitung > t-tabel Ha diterima apabila t-hitung < t-tabel Dari hasil analisis regresi diketahui t-hitung = 2,245475 α = 2%; df = n-k-1 n = 20; k = 3 df = 17 Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Maka t-tabel = 2,120 Ha diterima Ha diterima H0 diterima -1,120 0 +1,120 2,.245475 Gambar 4.1 Uji t-statistik variabel Pengeluaran Pemerintah (X1) Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa X1 signifikan pada α = 2% dengan t-hitung > t-tabel (2,245 > 2,120). Dengan demikian Ha diterima. Artinya variabel Pengeluaran Pemerintah (X1) berpengaruh nyata terhadap jumlah uang beredar pada tingkat kepercayaan 98% (α = 2%). 2. Variabel Cadangan Devisa Hipotesis : H0 : b1 = 0 Ha : b1 ≠ 0 Kriteria: Jika nilai uji t-statistik bernilai positif: H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel Jika nilai uji t-statistik bernilai negatif: H0 diterima apabila t-hitung > t-tabel Ha diterima apabila t-hitung < t-tabel Dari hasil analisis regresi diketahui t-hitung = 6,026278 Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 α = 1%; df = n-k-1 n = 20; k = 3 df = 17 Maka t-tabel = 2,583 Ha diterima Ha diterima H0 diterima -2,583 0 +2,583 6,026278 Gambar 4.2 Uji t-statistik variabel Cadangan Devisa (X2) Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa X2 signifikan pada α = 1% dengan t-hitung > t-tabel (6,026 > 2,583). Dengan demikian Ha diterima. Artinya variabel Cadangan Devisa (X2) berpengaruh nyata terhadap jumlah uang beredar pada tingkat kepercayaan 99% (α = 1%). 3. Variabel Suku Bunga SBI Hipotesis : H0 : b1 = 0 Ha : b1 ≠ 0 Kriteria: Jika nilai uji t-statistik bernilai positif: H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel Jika nilai uji t-statistik bernilai negatif: Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 H0 diterima apabila t-hitung > t-tabel Ha diterima apabila t-hitung < t-tabel Dari hasil analisis regresi diketahui t-hitung = 2,463693 α = 2%; df = n-k-1 n = 20; k = 3 df = 16 Maka t-tabel = 2,120 Ha diterima Ha diterima H0 diterima -2,120 0 +2,120 2,463693 Gambar 4.3 Uji t-statistik variabel Suku bunga SBI (X3) Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa X3 signifikan pada α = 2% dengan t-hitung > t-tabel (2,463 > 2,120). Dengan demikian Ha diterima. Artinya variabel Suku bunga SBI (X3) berpengaruh nyata terhadap jumlah uang beredar pada tingkat kepercayaan 98% (α = 2%). 2. Uji F-statistik Uji F-statistik dilakukan untuk mengetahui apakah variabel Pengeluaran pemerintah (X1), Cadangan devisa (X2) dan Suku bunga SBI (X3) mampu secara Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 serentak atau bersama-sama mempengaruhi Jumlah uang beredar (Y). Uji ini melihat seberapa besar pengaruh variabel Pengeluaran pemerintah (X1), Cadangan devisa (X2) dan Suku bunga SBI (X3) secara bersama-sama terhadap Jumlah uang beredar (Y). Hipotesis : H0 : b1 = 0 Ha : b1 ≠ 0 : H0 diterima apabila F-hitung < F-tabel Kriteria Ha diterima apabila F-hitung > F-tabel Dari hasil analisis regresi diketahui F-hitung = 583.9094 α = 1%; df1 = k-1; df2 = n-k n = 20; k = 3 df1 = 2;df2 = 17 Maka F-tabel = 6,11. H0 diterima Ha diterima 0 6,11 583,9094 Gambar 4.4 Uji F-statistik Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Berdasarkan hasil model estimasi (regresi) disimpulkan bahwa F-hitung > F-tabel (583,90 > 6,11), dengan demikian Ha diterima. Artinya secara bersamasama variabel Pengeluaran pemerintah (X), Cadangan devisa (X) dan Suku bunga SBI (X) berpengaruh nyata (signifikan) terhadap Jumlah uang beredar (Y) pada tingkat kepercayaan 99% (α = 1%). 4.6.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 1. Multikolinearitas Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terdapat variabel independen diantara satu dengan lainnya. Dalam penelitian ini tidak terdapat multikolinearitas diantara variabelvariabel independen. Hal ini dapat terlihat dari setiap koefisien masing-masing variabel sesuai dengan hipotesa yang telah ditentukan. Dari model analisis: Log Y = α + β1logX 1+ β2logX 2 + β3 logX 3 + µ....................(1) R2 = 0,990949 Maka dilakukan pengujian diantara masing-masing variabel independen, hal ini untuk melihat apakah ada hubungan antara masing-masing variabel independen. a. Pengeluaran Pemerintah (X1) = f (X2,X3) β1logX 1 = β2logX 2 + β3 logX 3 + µ....................(2) Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Maka didapatkan R2 =0,96, artinya variabel Cadangan devisa (X2) dan Suku bunga SBI (X3) mampu memberi penjelasan sebesar 96% terhadap variabel Pengeluaran pemerintah (X1). Dari hasil R2 (persamaan 2) ini maka dapat disimpulkan tidak ada multikolinearitas diantara variabel-variabel independen, karena R2 (persamaan 2) lebih kecil dari R2 model analisis (persamaan 1). b. Cadangan Devisa (X2) = f (X1,X3) Β2 logX 2 = β1logX 1 + β3 logX 3 + µ....................(3) Maka didapatkan R2 =0,96, artinya variabel Pengeluaran pemerintah (X1) dan Suku bunga SBI (X3) mampu memberi penjelasan sebesar 96% terhadap variabel Cadangan devisa (X2). Dari hasil R2 (persamaan 3) ini maka dapat disimpulkan tidak ada multikolinearitas diantara variabel-variabel independen, karena R2 (persamaan 3) lebih kecil dari R2 model analisis (persamaan 1). c. Suku Bunga SBI (X3) = f (X1,X2) β3logX 3 = β1logX 1 + β2 logX 2 + µ....................(4) Maka didapatkan R2 =0,10, artinya variabel Pengeluaran pemerintah (X2) dan Cadangan devisa (X3) mampu memberi penjelasan sebesar 10% terhadap variabel Suku bunga SBI (X3). Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Dari hasil R2 (persamaan 4) ini maka dapat disimpulkan tidak ada multikolinearitas diantara variabel-variabel independen, karena R2 (persamaan 4) lebih kecil dari R2 model analisis (persamaan 1). 2. Autokorelasi / serial correlation Uji Durbin Watson (Uji D-W) a. Hipotesa H0 : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ha : ρ ≠ 0, artinya ada autokorelasi b. K = 3 dan n = 20 α = 1% du = 1,41 4-du = 2,59 dl = 0,77 4-dl = 3,23 c. Kriteria H0 diterima apabila du < DW < 4-du Ha diterima apabila - DW < dl - DW > 4- dl d. Kesimpulan Berdasarkan hasil regresi dapat diperoleh bahwa D-W = 1,49, berada pada posisi du < D-W < 4-du. Ini berarti tidak terdapat serial korelasi pada tingkat kepercayaan 99% (α = 1%). Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 inconclusive Autokorelasi (+) Autokorelasi (-) H0 diterima O 0,77 1,41 2 2,59 3,23 0 Gambar: 4.5 Uji Durbin-Watson BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pengeluaran pemerintah, cadangan devisa dan suku bunga SBI terhadap jumlah uang beredar di indonesia, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Variabel pengeluaran pemerintah (X1), cadangan devisa (X2), dan tingkat suku bunga SBI (X3) ternyata berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar. 2. Koefisien variabel pengeluaran pemerintah (X1), ternyata berpengaruh positif terhadap jumlah uang beredar. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi (X1) yaitu sebesar 0,311. Artinya, setiap terjadi kenaikan Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 pengeluaran pemerintah sebesar 1%, ceteris paribus maka jumlah uang beredar akan mengalami peningkatan sebesar 0,311%. Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa pengeluaran pemerintah signifikan pada α = 2%, dengan t-hitung > t-tabel (2,245 > 2,120). Dengan demikian, Ho ditolak. Artinya, variabel pengeluaran pemerintah berpengaruh nyata terhadap jumlah uang beredar pada tingkat kepercayaan 98%. 3. Koefisien variabel cadangan devisa (X2), ternyata berpengaruh positif terhadap jumlah uang beredar. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi (X2) yaitu sebesar 1,314. Artinya, setiap terjadi kenaikan cadangan devisa sebesar 1%, ceteris paribus maka jumlah uang beredar akan mengalami peningkatan sebesar 1,314%. Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa cadangan devisa signifikan pada α = 1%, dengan t-hitung > t-tabel (6,026 > 2,583). Dengan demikian, Ho ditolak. Artinya, variabel cadangan devisa berpengaruh nyata terhadap jumlah uang beredar pada tingkat kepercayaan 99%. 4. Koefisien variabel suku bunga SBI (X3), ternyata berpengaruh positif terhadap jumlah uang beredar. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi (X3) yaitu sebesar 0,192. Artinya, setiap terjadi kenaikan tingkat suku bunga SBI sebesar 1%, ceteris paribus maka jumlah uang beredar akan mengalami peningkatan sebesar 0,192 %. Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa tingkat suku bunga SBI signifikan pada α = 2%, dengan t-hitung > t-tabel (2,463 > 2,120). Dengan Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 demikian, Ho ditolak. Artinya, variabel tingkat suku bunga SBI berpengaruh nyata terhadap jumlah uang beredar pada tingkat kepercayaan 98%. 5. Koefisien determinasi (R 2 ) adalah sebesar 0,990. Artinya, variabel pengeluaran pemerintah (X1), cadangan devisa (X2), dan tingkat suku bunga SBI (X3) secara bersama menjelaskan variabel jumlah uang beredar sebesar 99%, sedangkan sisanya sebesar 1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi. 6. Hasil uji F-statistik berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa diperoleh F-hitung > F-tabel (583,90 > 6,11), dengan demikian Ho ditolak. Artinya, secara bersama-sama pengeluaran pemerintah (X1), cadangan devisa (X2), dan suku bunga SBI (X3) berpengaruh nyata terhadap jumlah uang beredar, pada tingkat kepercayaan 99% (α = 1%). 5.2. Saran 1. Bagi pemerintah, perlu lebih bijaksana dalam menerapkan kebijakan yang berkaitan dengan pertumbuhan sektor riil, moneter dan memacu perekonomian nasional. 2. Pemerintah perlu mencari tambahan sumber pendapatan yang baru untuk menghindari terjadinya defisit anggaran. 3. Pemerintah sebaiknya mengelola pinjaman luar negeri dengan sebaikbaiknya di bidang yang dapat menghasilkan devisa secara maksimal, dengan demikian cadangan yang bersumber dari utang luar negeri Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 berkurang sehingga ketergantungan Indonesia dengan luar negeri lebih di minimalkan. 4. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter perlu hati-hati dalam meningkatkan suku bunga SBI sebagai indikator utama dalam penentuan tingkat suku bunga deposito dan juga harus tetap menjaga fungsinya dalam menetapkan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar di Indonesia dalam upaya meredam tingginya inflasi. DAFTAR PUSTAKA Bafadal, Azhar, 2002. Kebijakan Moneter Dalam Pembangunan. Makalah Falsafah Sains. Bogor: PS EPN IPB. Bodiono, 1998. Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Departeman Keuangan, 2004. Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara <http://www.djapk.depkeu.go.id/APBN/NK RAPBN/2004. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 ----------------------------, 2007. Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran pendapatan Belanja Negara <http://www.djapk.depkeu.go.id/APBN/NK RAPBN/2007. Djamin, Z, 1993. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia. Djunasien dan Hidayat, 1989. Ekonomi Indonesia: Masalah dan Prospek 1989/1990. Jakarta: Universitas Indonesia. Dumairy, 1997. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga. Hendri, 2006. Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro terhadap Permintaan Uang Kartal di Indonesia. Skripsi, Medan: Fakultas Ekonomi USU. Iswarsono, 1990. Uang dan Bank. Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta. Kamaluddin, R, 1999. Pengantar Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Manurung, Mandala, 2004. Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter (kajian Kontekstual Indonesia). Jakarta: FE UI. Mangkoesoebroto, Guritno, 1994. Kebijakan Ekonomi Publik di Indonesia, Substansi dan Urgensi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. --------------------------------, 2001. Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE UGM. Marzuki, 2005. Metologi Riset. Yogyakarta: Ekonisia. Nachrowi, D. N dan Hardius, 2006. Ekonometrika. Jakarta: LPFE UI. Nasution, Mulia, 1998. Ekonomi moneter Uang dan Bank. Jakarta: Djambata. Nopirin, 2000. Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Raharja, Prathama, 1997. Uang dan Perbankan. Jakarta: Rineka Cipta. Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 ----------------------, dan Mandala Manurung, 2004. Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter. Fakultas Ekonomi: Jakarta. Reksoprayitno, S, 1985. Ekonomi Makro: Pengantar Analisa Pendapatan Nasional. Yogyakarta: Liberty. Soenhadji, Iman M, 2003. Jumlah Uang Beredar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, No. 2, Hal 56-64. Suseno, Solikin, 2002. Uang: Pengertian, penciptaan dan Pengaruhnya dalam Perekonomian, Jakarta: PPSK Bank Indonesia. Waluya, Harry, 1993. Ekonomi Moneter, Uang dan Perbankan. Jakarta: Rineka Cipta. ……… Badan Pusat Statistik, Statistik Indonesia (1988-2007). ……… Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (1988-2007). ……….www.fiskal.depkeu.go.id ……….www. Pikiran rakyat. Com. Lampiran: I Data Variabel Tahun 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 Jumlah Uang Beredar M2 (Y) 41998 58705 84630 99059 119053 145202 174512 Pengeluaran Pemerintah (X1) 32995 38169 49450 51990 58066 64460 74761 Cadangan Devisa (X2) Suku Bunga SBI (X3) 6191 6561 8661 9868 11611 12352 13158 15.3 11.64 17.87 18.03 13.79 9.08 11.59 Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 222638 288632 355643 577381 646205 747280 844053 883968 955692 1033527 1203215 1382074 1643202 79216 98513 127969 215586 245192 221468 341564 322180 376505 427177 509419 647668 763571 14674 19125 17427 23762 27054 29394 28016 32039 36296 36320 34724 42586 56920 13.34 12.26 17.38 37.84 12.64 14.31 17.63 13.12 8.34 7.29 12.83 9.75 8 Lampiran: II Hasil Regresi Jumlah Uang Beredar (Y) terhadap Pengeluaran Pemerintah (X1), Cadangan Devisa (X2) dan Suku Bunga SBI Dependent Variable: LY Method: Least Squares Date: 03/19/08 Time: 08:58 Sample: 1988 2007 Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Included observations: 20 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C LX1 LX2 LX3 -4.427008 0.311556 1.314385 0.192637 0.715222 0.138748 0.218109 0.078190 -6.189700 2.245475 6.026278 2.463693 0.0000 0.0392 0.0000 0.0255 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.990949 0.989252 0.118384 0.224238 16.52905 1.495643 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 12.76820 1.141892 -1.252905 -1.053758 583.9094 0.000000 Lampiran: III Hasil Regresi Pengeluaran Pemerintah (X1) terhadap Cadangan Devisa (X2) dan Suku Bunga SBI Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Dependent Variable: LX1 Method: Least Squares Date: 03/19/08 Time: 09:00 Sample: 1988 2007 Included observations: 20 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C LX2 LX3 -3.396889 1.539030 0.051915 0.940378 0.077649 0.136098 -3.612258 19.82043 0.381452 0.0022 0.0000 0.7076 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.962150 0.957698 0.206939 0.728004 4.753040 1.079754 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 11.93593 1.006142 -0.175304 -0.025944 216.0730 0.000000 Lampiran: IV Hasil Regresi Cadangan devisa (X2) terhadap Pengeluaran Pemerintah (X1) dan Suku Bunga SBI Dependent Variable: LX2 Method: Least Squares Date: 03/19/08 Time: 09:02 Sample: 1988 2007 Included observations: 20 Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C LX1 LX3 2.584944 0.622809 -0.055525 0.489368 0.031423 0.085898 5.282209 19.82043 -0.646400 0.0001 0.0000 0.5267 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.962742 0.958359 0.131643 0.294606 13.79972 1.066640 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 9.875825 0.645112 -1.079972 -0.930613 219.6400 0.000000 Lampiran: V Hasil Regresi Suku Bunga SBI (X3) terhadap Pengeluaran Pemerintah (X1) dan Cadangan Devisa (X2) Dependent Variable: LX3 Method: Least Squares Date: 03/19/08 Time: 09:03 Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Sample: 1988 2007 Included observations: 20 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C LX1 LX2 4.889638 0.163470 -0.432040 1.874947 0.428547 0.668379 2.607881 0.381452 -0.646400 0.0184 0.7076 0.5267 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.109382 0.004604 0.367211 2.292350 -6.717222 1.374208 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 2.574052 0.368059 0.971722 1.121082 1.043937 0.373574 Nur Khoiriyah Daulay : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Cadangan Devisa Dan Suku Bunga Sbi Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009