Katerisasi jantung

advertisement
35
HEALTH
Katerisasi jantung
Edisi Minggu Bisnis Indonesia
2 Januari 2011
KLINIK
lewat tangan
RAHMAYULIS SALEH
DADANG ARIEF PRIMANA
Bisnis Indonesia
Dokter Spesialis Gizi Klinik dan
Kedokteran Olahraga
Terlihat kurus P
Saya, Raditya Setyawan, usia 28 tahun
ingin menanyakan olahraga pembentukan
badan. Dengan tinggi hampir 173 cm dan
badan saya terlihat kurus dengan berat
saat ini sekitar 60 kilogram. Saya tidak
ada masalah dengan makan, bahkan
cenderung banyak tetapi mengapa susah
sekali untuk menaikkan berat badan.
Kira-kira apa yang harus saya lakukan
agar memiliki tubuh yang ideal dan
olahraga apa yang harus saya lakukan?
Terima kasih atas jawabannya, Dok.
RADITYA, Jakarta Barat
Yang terhormat Raditya,
Anda dengan tinggi badan 173 cm dan
berat badan 60 kg mempunyai indeks
massa tubuh (IMT) 20, termasuk kategori
normal tetapi terlihat kurus. Apabila Anda
ingin memiliki tubuh ideal maka IMT
Anda 22 yaitu 66 kg.
Badan kurus dipengaruhi genetik,
faktor internal dan eksternal. Anda tidak
ada masalah dengan makan, bahkan
cenderung banyak tetapi susah sekali
untuk menaikkan berat badan mungkin
disebabkan oleh genetik atau faktor
internal.
Faktor internal penyebab badan kurus
adalah hormon, daya cerna, dan daya serap
makanan. Daya cerna dan daya serap
makanan diperbaiki secara bertahap
menggunakan jenis makanan tertentu dengan
jadual dan jumlah sesuai dengan kebutuhan.
Apabila daya cerna dan daya serap
makanan sudah baik maka Anda harus
mengonsumsi makanan alamiah, gizi
seimbang, beragam dan bervariasi sesuai
kebutuhan. Makanan alamiah
mengandung energi, karbohidrat, lemak,
vitamin dan mineral secara proporsional.
Asupan protein relatif lebih tinggi untuk
menambah komposisi otot sehingga
menaikkan berat badan.
Anda harus melakukan olahraga
aerobik misalnya jogging, renang, senam.
Olahraga aerobik meningkatkan fungsi
jantung-paru dan sistem pencernaan,
mengaktifkan enzim-enzim pengolah zat
gizi sehingga daya cerna dan daya serap
makanan bertambah.
Anda bisa melakukan olahraga
pembentukan badan yaitu olahraga
aerobik diselang-seling latihan beban
menggunakan dumbel atau alat fitnes
machine multipurpose di pusat kebugaran.
Anda melakukan olahraga aerobik dan
latihan beban sesuai dengan pemeriksaan
kesehatan umum, kondisi jantung-paru
dan muskulo-skeletal.
Latihan beban dilakukan pada
kelompok otot sesuai dosis 1-RM (one
repetation maximal), 8-14 kali repetisi
sebanyak tiga set dengan istirahat setiap
set satu menit. Latihan beban dengan
asupan protein relatif lebih tinggi akan
meningkatkan komposisi otot sehingga
Anda bisa memiliki tubuh ideal.
ara pakar penyakit jantung di dunia
terus mencari cara pengobatan terbaik,
aman, dan nyaman bagi pasien. Mereka
memikirkan teknik dan peralatan yang
canggih untuk membantu jalannya
operasi.
Salah satu pengobatan penyakit
jantung mutakhir adalah dengan tindakan
arteri radialis (melalui tangan), atau trans
radial intervention (TRI) sebagai akses
melakukan tindakan invasif.
”Keuntungan akses melalui arteri
radialis ini adalah bisa mengurangi risiko
terjadinya pendarahan dan komplikasi
pada tempat akses. Memberikan rasa
nyaman kepada pasien dengan
kemudahan mobilisasi, dan prosesnya
lebih singkat,” kata Nur Haryono, Ketua
Perhimpunan Intervensi Kardiovaskuler
Indonesia (PIKI), belum lama ini di selasela sebuah seminar di Pusat Jantung
Nasional (PJN) Harapan Kita Jakarta.
Dia menuturkan perkembangan
peralatan dan teknik dalam tindakan
penyakit jantung ini selalu baru, dan
harus terus diikuti oleh pakar jantung.
Untuk itu, katanya, PIKI bekerja sama
dengan Terumo Corporation,
menyelenggarakan seminar tentang
tindakan TRI terbaru di PJN Harapan
Kita, yang diikuti oleh sekitar 70 orang
dokter spesialis penyakit jantung dari
dalam negeri dan luar negeri.
Sebagai pembicara hadir pakar
kardiovaskuler internasional Shigeru
Saito dari Shonna Kamakura General
Hospital Jepang, yang merupakan
direktur TRI Network.
”Dokter Saito dan Terumo Corporation
bekerja sama dengan para ahli jantung
intervensi di Asia, mengadakan seminar
tahunan di berbagai kota besar di Asia.
Diantaranya di Bangkok, Singapura,
Kuala Lumpur, dan Jakarta,” ujar
Haryono.
Iwan Dakota, Direktur Umum dan
SDM PJN Harapan Kita, mengatakan
tindakan intervensi koroner perkutan
saat ini sudah lazim dilaksanakan di
seluruh dunia, sebagai salah satu cara
pengobatan penyakit jantung koroner.
PJN Harapan Kita pertama kali
melakukan tindakan tersebut di
Indonesia pada 1988.
Dia menuturkan pada awal
perkembangan kedokteran kardiologi
invasif, tindakan invasif dilakukan
pengobatan jantung dengan
memasukkan kateter melalui pembuluh
dari femoralis (paha). Tujuannya
mengevaluasi kondisi/sirkulasi
pembuluh darah koroner dengan
menggunakan kateter dengan ukuran
diameter.
Dalam perkembangannya dapat
dilakukan dengan menggunakan kateter
yang berukuran yang lebih kecil. Sejalan
dengan kemajuan teknik dan materi
dalam pembuatan kateter baik untuk
diagnostik maupun intervensi, kata Iwan,
ukuran alat-alat tersebut menjadi lebih
BLOOMBERG
kecil dalam diameter, tetapi memiliki
kemampuan yang setara dengan kateter
berdiameter besar, sehingga dapat
memberikan efek yang lebih nyaman
pada pasien.
Lebih akurat
Menurut Iwan, kateterisasi jantung
atau gold standard, merupakan teknik
yang diakui dunia internasional sebagai
teknik terbaik dan terakurat dalam
mendeteksi adanya sumbatan di
pembuluh darah koroner.
”Kateterisasi jantung adalah tindakan
yang dilakukan untuk mendeteksi
adanya penyumbatan di pembuluh darah
koroner jantung, dengan tingkat
keakuratan tertinggi, bisa mencapai
hampir 100%,” katanya.
Teknik katerisasi melalui pembuluh di
tangan (TRI) ini, ujarnya, dapat
mengurangi risiko perdarahan dan pasien
lebih nyaman. Meskipun diameter
kateter berukuran kecil, lanjutnya, tetapi
kemampuannya sama dengan yang
berdiameter besar.
”Kateterisasi jantung merupakan
pemeriksaan yang bertujuan untuk
melihat struktur serta fungsi jantung,
termasuk ruang jantung, katup jantung,
serta pembuluh darah jantung, termasuk
pembuluh darah koroner. Terutama
untuk medeteksi adanya pembuluh darah
yang tersumbat atau tidak,” ungkapnya.
Tindakan kateterisasi jantung dengan
menggunakan teknik TRI, atau
kateterisasi melalui pembuluh arteri
radial ini dipraktikkan di ruang
kateterisasi PJN Harapan Kita, dan
disaksikan langsung melalui layar oleh
para dokter yang tengah mengikuti
Seminar TRI di Ruang Auditorium rumah
sakit tersebut.
Nur Haryanto menambahkan
tindakan TRI semakin umum
dilaksanakan di seluruh pelayanan
kateterisasi di seluruh rumah sakit
Indonesia. ”Diharapkan lebih banyak lagi
para ahli jantung intervensi menguasai
teknik-teknik radial,” katanya.
Saat ini, lanjutnya, dokter spesialis
jantung di Indonesia ada sekitar 500
Teknik katerisasi melalui
pembuluh di tangan ini
dapat mengurangi risiko
perdarahan dan pasien lebih
nyaman.
orang, sementara untuk spesialis jantung
intervensi baru 100 dokter.
Yoga Yuniadi, Ketua Panitia The 4th
Asian TRI Seminar 2010, mengatakan
perkembangan TRI di Pusat Jantung
Harapan Kita dimulai sejak 2004. Pada
2005, ujarnya, dokter di PJN Harapan
Kita mulai mengerjakan kasus
percutaneous coronary intervension (PCI)
dengan TRI. Kini, pasien rumah sakit ini
yang menggunakan teknik TRI mencapai
6.000 orang per tahun.
Menurut dia, melalui kateterisasi TRI,
dokter lebih mudah untuk melakukan
tindakan selanjutnya. Apakah cukup
dengan obat atau dengan tindakan
pelebaran bagian pembuluh darah
jantung yang menyempit atau tersumbat
dengan menggunakan alat alat tertentu.
Atau, ditiup seperti dengan tindakan PCI,
atau harus dilakukan operasi terbuka.
Dan bisa juga dengan memasang
pembuluh darah jantung yang tersumbat
dengan operasi bypass jantung.
Yoga mengatakan pakar penyakit
jantung terus mengembangkan
penatalaksanaan pengobatan penderita
penyakit jantung koroner, melalui
beberapa pemeriksaan, baik dengan
menggunakan alat yang sederhana
seperti EKG dan treadmill, sampai
dengan alat yang canggih yaitu MS-CT,
serta katerisasi dan balonisasi jantung.
Seperti diketahui, faktor pemicu
penyakit jantung koroner ini, antara lain
kolesterol tinggi, darah tinggi, merokok,
faktor usia, dan keturunan. Penyakit
jantung koroner menjadi salah satu
penyebab kematian utama penduduk
Indonesia. Penyakit ini terjadi akibat
penyempitan pembuluh koroner yang
berfungsi menyuplai darah dan oksigen
ke jantung. ([email protected])
Download