1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara maritim, Indonesia mempunyai potensi hasil perikanan laut yang sangat melimpah, seperti udang dan kepiting. Kulit udang mengandung 15-20 % kitin dan kulit kepiting mengandung 18,70-32,20 % kitin (Margonov, 2003). Kitin dikenal sebagai 2-asetamida-2-deoksi-β-D-glukosa melalui ikatan β(1-4). Kitin dianggap sebagai turunan selulosa dengan gugus hidroksil pada posisi C-2 digantikan oleh sebuah gugus asetamido (Kumar, 2000). Sifat kitin yang tidak beracun dan mudah terdegradasi mendorong dilakukannya modifikasi kitin dengan tujuan mengoptimalkan kegunaan maupun memperluas bidang aplikasi kitin. Salah satu senyawa turunan kitin yang banyak dikembangkan karena aplikasinya yang luas adalah kitosan (Bhuvana, 2006). Kitosan merupakan polimer linear β(1-4)-amino-2-deoksi-D-glikopiranosa yang dihasilkan dari N-deasetilasi kitin. Kitosan mudah mengalami biodegradasi, tidak beracun, dan biokompatibel. Adanya gugus amina (-NH2) dan gugus hidroksil (-OH) menyebabkan kitosan mempunyai reaktifitas yang tinggi (Dutta, 2006). Salah satu reaksi yang terjadi pada gugus amin adalah N-alkilasi kitosan yaitu reaksi antara kitosan dengan alkil halida (Roberts,1992). Kitosan hanya larut dalam larutan asam asetat dengan nilai pH dibawah 6,0. Sehingga pengaplikasiannya sebagai biomedikal kurang efektif pada nilai pH 7,4. Kemudian pada tahun-tahun terakhir ini baru dilakukan sintesis turunan kitosan yang larut dalam air (Sieval et. al, 1998). Beberapa peneliti sebelumnya melakukan transformasi kitosan diantaranya pembuatan turunan kitosan larut air yang diperoleh dari hasil reaksi antara kitosan dengan metil iodida menghasilkan garam trimetil kitosan iodida (Dung et.al, 1994). Pembuata kitosan kuarterner dilakukan melalui reaksi antara kitosan dengan aldehid membentuk basa Schiff dalam asam asetat. Basa Schiff yang Universitas Sumatera Utara 2 terbentuk kemudian direduksi dengan natrium borohidrida membentul N-alkil kitosan. Selanjutnya direaksikan kembali dengan metil iodida (Guo et.al, 2007) Bueno et.al. (2014) mensintesis dimetil kitosan dengan mereaksikan kitosan dengan asam formiat dan formaldehid dan dilanjutkan dengan pembuatan kompleks polielektrolit dari dimetil kitosan dan heparin yang digunakan sebagai anti koagulan darah. Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk mensintesis senyawa hasil turunan kitosan yaitu N-alkilasi kitosan dengan asam formiat dan formaldehid menghasilkan dimetil kitosan dan dialkilasi kembali dengan metil iodida menghasilkan trimetil kitosan Iodida. Dimetil kitosan dianalisis dengan spektrofotometer FT-IR sedangkan trimetil kitosan klorida yang diperoleh dianalisis dengan spektrofotometer FT-IR dan 1H-NMR. 1.2 Permasalahan 1. Bagaimanakah proses sintesis dimetil kitosan melalui reaksi alkilasi kitosan dengan formaldehid dan asam formiat? 2. Apakah trimetil kitosan klorida dapat disintesis melalui reaksi alkilasi dimetil kitosan dengan metil iodida yang dilanjutkan dengan reaksi substitusi dengan HCl? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui proses sintesis dimetil kitosan melalui reaksi alkilasi kitosan dengan formaldehid dan asam formiat. 2. Untuk mensintesis trimetil kitosan klorida melalui reaksi alkilasi dimetil kitosan dengan metil iodida yang dilanjutkan dengan reaksi substitusi dengan HCl. Universitas Sumatera Utara 3 1.4 Pembatasan Masalah 1. Kitosan yang digunakan adalah kitosan komersial dari salah satu perusahaan swasta dengan derajat deasetilasi sekitar 80%. 2. Zat pengalkilasi yang digunakan dalam pembuatan dimetil kitosan adalah formaldehid dan asam formiat. 3. Senyawa trimetil kitosan klorida diperoleh dari hasil reaksi alkilasi dimetil kitosan dengan metil iodida yang dilanjutkan dengan reaksi substitusi dengan HCl. 1.5 Manfaat Penelitian Sebagai sumber informasi dalam reaksi sintesis dan pengembangan dari reaksi – reaksi organik dalam reaksi alkilasi untuk menghasilkan senyawa turunan kitosan yang larut dalam air sehingga penggunaannya lebih luas 1.6 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia Organik FMIPA USU. Proses pengeringan dengan freeze dryer dilakukan di laboratorium Kimia Fisika FMIPA USU. Proses sentrifugasi dilakukan di laboratorium Biokimia FMIPA USU. Analisis Spektroskopi FT – IR di laboratorium kimia organik UGM dan 1 H– NMR di laboratorium Kimia Organik Bahan Alam ITB. Universitas Sumatera Utara 4 1.7 Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui eksperimen laboratorium. Dimana kitosan direaksikan dengan asam formiat dan formaldehid dan direfluks pada suhu ±70oC selama 120 jam sehingga diperoleh gel dengan penambahan NaOH, kemudian dilarutkan dalam larutan HCl dan dilanjutkan dengan proses dialisis untuk menghasilkan dimetil kitosan murni yang selanjutnya dianalisis dengan spektroskopi FT-IR. Dimetil kitosan yang diperoleh direaksikan kembali dengan metil iodida dalam pelarut metilpirolidon dan direfluks 60oC, diendapkan dengan alkohol kemudian dilarutkan dalam air suling dan diendapkan kembali dengan HCl 1M dalam alkohol sekaligus untuk pertukaran ion. Sehingga diperoleh trimetil kitosan klorida yang selanjutnya dianalisis dengan spektroskopi FT-IR dan H-NMR. Universitas Sumatera Utara