BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu situs jejaring sosial yang terkenal saat ini adalah Facebook, lewat situs ini semua bisa mengakses apapun dan berkomunikasi dengan siapa pun. Fitur-fitur dalam Facebook memudahkan penggunanya untuk berkenalan bahkan menjalin relasi lebih lanjut dengan pengguna lainnya sampai antar negara. Semua aktivitas yang dilakukan pengguna akan tercatat pada profilnya (profile) dan juga beranda (home) sehingga semua teman Facebook lainnya bisa mengetahui aktivitas si pengguna, selain itu juga tercantum keterangan waktu yang menerangkan kapan pengguna melakukan aktivitas tertentu di Facebooknya. Facebook sebagai situs jejaring sosial, menyediakan akses yang mudah untuk mendapatkan informasi tentang teman dan pasangan kita, perubahan terhadap profil, adanya teman-teman baru mereka, pesan apa yang mereka sampaikan pada dinding (wall) mereka di Facebook, termasuk juga status percintaan mereka, yaitu lajang, berpacaran, bertunangan, menikah, rumit, bercerai, menjalin hubungan tanpa status, atau berpisah. Dalam menjalin kasih, pasti seseorang ingin pasangannya mencurahkan perhatian dan kasih sayang hanya untuknya, sedikit saja munculnya orang lain atau saingan dalam hubungan percintaan, dapat membuat seseorang menjadi merasa sangat cemburu dan sedih. Menurut Muise, Christofides, dan Desmarais 1 2 (2009), sebelum ada situs jejaring sosial, hubungan – hubungan dengan orang lain dalam kehidupan sosial selain pasangan biasanya dapat dengan mudah diatur dan tidak dapat selalu dipantau oleh pasangan. Namun perkembangan situs-situs jejaring sosial seperti Facebook telah menciptakan suatu perubahan. Muise, dkk (2009), situs jejaring sosial seperti Facebook telah mengubah ke arah yang lebih terbuka dimana seseorang dapat lebih mudah mengetahui tentang interaksi dan hubungan pasangan dengan orang lain. Hilangnya privasi ini dapat mengakibatkan seseorang dapat lebih mudah mengetahui semua informasi-informasi tentang pasangannya dibandingkan dengan cara tradisional, seperti melalui perbincangan dengan teman-teman pasangannya secara tatap muka atau dengan alat komunikasi lain. Muise, dkk (2009), menambahkan bahwa penunjukan informasi terhadap teman dan interaksi sosial pasangan dapat meningkatkan tingkat kecemburuan seseorang. Ada empat kategori yang dapat menimbulkan kecemburuan: saat pasangan menunjukan ketertarikan terhadap orang lain, saat orang lain menunjukan ketertarikan terhadap pasangan, saat pasangan berbicara tentang atau berinteraksi dengan lawan jenisnya, dan hubungan yang ambigu dari pasangan. Kemudahan berhubungan dalam Facebook, juga dapat mempermudah pasangan dalam berhubungan dengan mantan pacarnya sehingga dapat menimbulkan kecemburuan. Kasus yang terjadi pada L (perempuan berusia 20 tahun) diharapkan akan lebih mendeskripsikan penjelasan yang telah dikemukakan di atas. L pernah menjadi korban atas kecemburuan pasangan temannya terhadapnya. L baru saja menambah teman barunya di Facebook yaitu X (berjenis kelamin laki-laki), lalu setelah mendapat konfirmasi respon dari X, akhirnya mereka mulai 3 berkomunikasi melalui dinding (wall). L memang hanya ingin berteman saja dengan X dan mengetahui juga kala itu X tengah menjalin asmara dengan Y karena tercantum di menu info. Komunikasi yang sempat terjalin kala itu adalah seputar kesibukan masing-masing diselingi candaan. Komunikasi ini tetap berjalan sekitar 3 hari dan mulai berlanjut tidak hanya melalui dinding tetapi kotak obrolan (chat box) dan kotak pesan (inbox). Pada saat L dan X tengah asik ngobrol di dinding tentang obrolan mereka sehari yang lalu di kotak obrolan, yaitu tentang komentar salah satu film yang saat itu sedang gencar-gencarnya diputar di bioskop, tiba-tiba Y menyela pembicaraan mereka dengan ungkapan yang sinis terhadap L. Sikap Y yang langsung melabrak L dengan ungkapan sinis membuat L mengakhiri komunikasi dengan X. Lain lagi dengan W, laki-laki berusia 21 tahun. W telah berpacaran lebih dari satu tahun, ia hampir tidak pernah melakukan pengecekan aktivitas Facebook pasangannya. Sikap W dilandaskan bahwa semua teman Facebook pasangannya tidak mesti diketahuinya dan pasangannya pun bukan termasuk yang selalu aktif di dunia maya tersebut. Konteks yang terjadi antara W dan L jelas berbeda. W memilih untuk tidak ikut campur dalam pergaulan pacarnya, sedangkan L menjadi korban kecemburuan seseorang yang merasa pacarnya dialihkan perhatianya oleh orang lain. Menurut Lubbis dan Nugraheni (dalam Vivanews, 2010), teknologi salah satunya Facebook telah menjadi alasan jarangnya komunikasi tatap muka oleh pasangan. Sebanyak 41% pasangan lebih memilih menggunakan pesan singkat (Short Message Service atau SMS), email, bercakap dengan aplikasi obrolan (chatting) dan situs jejaring sosial untuk menyampaikan pesan daripada berbicara langsung karena kesibukan masing-masing. Hal ini berpengaruh 4 terhadap kecurigaan pasangan tentang aktivitasnya selama tidak berkomunikasi tatap muka. Salah satu situs jejaring sosial, yaitu Facebook telah memberikan sumbangsih sebesar 13 % dari 1000 partisipan yang selalu memeriksa akun Facebook pasangan untuk mengetahui aktivitas mereka. Facebook telah menjadi penyebab retaknya hubungan percintaan hingga ke konteks rumah tangga. Vivanews edisi 3 Desember 2010 memuat berita tentang situs jejaring sosial yang menjadi pemicu retaknya hubungan pernikahan, dalam artikel tersebut dikatakan bahwa berdasarkan survei American Academy of Matrimonial Lawyers, satu dari lima perceraian di Amerika Serikat (AS) disebabkan oleh jejaring sosial Facebook. Mayoritas disebabkan karena foto-foto mesra pasangan dengan lawan jenisnya dan pasangan menemukan lagi mitramitra lamanya lalu berselingkuh melalui dunia maya ini (Vivanews, 2010). Masih dalam Vivanews (2010), Situs jejaring Facebook menempati peringkat atas penyebab retaknya rumah tangga di AS dengan 66% digunakan sebagai sumber bukti kasus perceraian. Kemudian diikuti MySpace dengan 15 % , Twitter 5 % dan lainnya sebesar 14 %. Persch (dalam Muise, dkk, 2009, p. 442) juga mengatakan bahwa Facebook berperan dalam menimbulkan kecemburuan dan rasa curiga terhadap pasangan. Ia mengatakan bahwa Facebook menjadikan kehidupan sosial seseorang sebagai konsumsi publik yang bisa berdampak negatif terhadap hubungan percintaan, misalnya jika ada sepasang kekasih, A (seorang perempuan) dan B (seorang laki-laki), suatu ketika B ditandai di akun Facebooknya pada foto yang diunggah oleh temannya. Foto tersebut memperlihatkan B dan 5 temannya tengah asik berkumpul dan sadar adanya kamera yang akan membidik aksi mereka. Posisi A saat itu bersebelahan dengan C (seorang perempuan) dengan 5 bergaya saling membelakangi punggung yang melekat. Ketika foto ini termuat di beranda (home), A pun melihatnya dan langsung meminta penjelasan B mengenai foto tersebut dengan nada tinggi sambil memarahi B. A cemburu terhadap kedekatan B dan C di foto yang terunggah di Facebook. Dalam contoh kasus ini, Facebook berperan sebagai fasilitas dalam memuat aktivitas seseorang sehingga menjadi konsumsi publik. Berdasarkan berbagai penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan aktivitas Facebook terhadap kecemburuan dalam percintaan pada mahasiswa/ i Universitas “X” di Jakarta. 1.2 Identifikasi Masalah Masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara aktivitas Facebook terhadap kecemburuan dalam percintaan pada mahasiswa/ i Universitas “X” di Jakarta?” 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini mengetahui apakah terdapat hubungan antara aktivitas Facebook terhadap kecemburuan dalam percintaan pada mahasiswa/ i Universitas “X” di Jakarta. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Manfaat teoritis diadakannya penelitian ini adalah memberikan kontribusi dalam memperkaya ilmu psikologi khususnya dalam bidang sosial dan 6 perkembangan ataupun pembuka jalan untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan topik ini. 1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: • Bagi penulis: - Menambah pengetahuan secara praktis tentang fenomena sosial di lingkungan sekitar yang berkaitan dengan bidang psikologi. • Bagi pembaca: - Menambah wawasan pembaca mengenai fenomena sosial tentang situs jejaring sosial dan kaitannya dalam bidang psikologi. • Bagi konselor: - Membantu konselor sebagai referensi untuk memberikan alternatif solusi permasalahan kecemburuan yang terjadi pada kliennya khususnya dewasa muda. • Bagi pasangan dewasa muda: ‐ Membantu mengantisipasi permasalahan kecemburuan yang terjadi dalam hubungan percintaan terlebih dikarenakan situs jejaring sosial.