BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia saat ini dianggap paling berharga dan memiliki peranan yang sangat penting dalam keberadaan serta kelangsungan hidup suatu perusahaan. Seberapa baik sumber daya manusia dikelola, akan menjadi hal yang makin penting bagi kesuksesan perusahaan di masa mendatang. Pengelolaan sumber daya manusia yang baik dengan sendirinya akan menjadi bagian yang sangat penting dari tugas manajemen perusahaan, sebaliknya jika pengelolaan sumber daya manusia yang baik akan sangat mempengaruhi proses pencapaian tujuan perusahaan. Jika kita perhatikan manajemen sumber daya manusia mengandung dua pengertian utama yaitu pengertian manajemen dan pengertian sumber daya manusia. Manajemen mengandung pengertian sebagai suatu proses pencapaian tujuan yang dilakukan dengan menggunakan bantuan sumber daya manusia, sedangkan sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang kegiatan pengelolaan yang meliputi, pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian 7 8 balas jasa bagi manusia sebagai individu anggota organisasi atau perusahaan bisnis. Menurut Rivai (2006) mengemukakan bahwa “manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segisegi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian”. Dari beberapa pendapat diatas menunjukan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah manajemen yang berhubungan dengan perencanaan pengorganisasian dan pengawasan terhadap berbagai fungsi pelaksanaan usaha selain itu juga sebagai salah satu bidang dari manajemen umum yang mengatur manusia, dan diterima secara universal pada masa sekarang ini. 2.1.1. Tujuan dan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Dengan memahami fungsi manajemen, maka akan memudahkan pula untuk memahami fungsi manajemen sumber daya manusia yang selanjutnya akan memudahkan kita dalam mengidentifikasi tujuan manajemen sumber daya manusia. Adapun tujuan manajemen sumber daya manusia menurut Rivai (2006), yaitu meningkatkan kontribusi produktif orang-orang yang ada dalam perusahaan melalui sejumlah cara yang bertanggung jawab secara strategis, etis dan sosial. Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan pada dasarnya adalah : a. Peningkatan efisiensi b. Peningkatan efektifitas c. Peningkatan produktivitas 9 d. Rendahnya tingkat absensi pegawai e. Rendahnya tingkat perpindahan pegawai f. Tingginya kualitas pelayanan g. Rendahnya komplain dari pelanggan h. Rendahnya komplain dari pelanggan i. Meningkatnya bisnis perusahaan. Fungsi manajemen sumber daya manusia adalah tugas-tugas yang dilakukan oleh manajemen sumber daya manusia dalam rangka menunjang tugas manajemen perusahaan menjalankan roda organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun fungsi manajemen sumber daya manusia menurut Rivai (2006 ) adalah sebagai berikut : 1. Fungsi Manajerial a. Perencanaan (Planning) Perencanaan (human resources planning) adalah merencanakan tenaga kerja agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan efektif serta efisien dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan ini untuk menetapkan program pegawai meliputi pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan, kedisiplinan dan pemberhentian karyawan. Program kepegawaian yang baik akan membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. 10 b. Pengorganisasian (Organizing) Organisasi merupakan kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, delegasi, wewenang, integrasi dan koordinasinya dalam bagan organisasi. Organisasi juga merupakan alat untuk mencapai tujuan, dengan organisasi yang baik maka akan terwujud tujuan yang baik. c. Pengarahan (Directing) Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan agar mau bekerja sama dengan bekerja efektif dan efisien dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Pengarahan dilakukan oleh pemimpin dan dengan kepemimpinannya ia memerintah bawahan agar mengerjakan semua tugasnya dengan baik. d. Pengendalian (Controlling) Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan agar mentaati peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana, bila terdapat penyimpangan atau kesalahan, diadakan tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan ini meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku, kerjasama, pelaksanaan pekerjaan dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan. 11 2. Fungsi Operasional Fungsi Operasional meliputi : a. Pengadaan Tenaga Kerja Pengadaan tenaga kerja (procutement) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan. b. Pengembangan Pengembangan (development) adalah proses peningkatan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan. c. Kompensasi Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung (direct) uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikannya kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya. Layak diartikan dapat memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman kepada batas upah minimum pemerintah dan berdasarkan internal dan eksternal konsistensi. 12 d. Pengintegrasian Pengintegrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba, karyawan dapat memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaannya. Pengintegrasian merupakan hal yang penting dalam manajemen sumber daya manusia karena mempersatukan dua kepentingan yang bertolak belakang. e. Pemeliharaan Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan sebagian besar karyawan serta berpedoman kepada internal dan external konsistensi. f. Kedisiplinan Kedisplinan merupakan fungsi manajemen sumber daya manusia, karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujudnya tujuan yang maksimal. Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturanperaturan perusahaan dan norma-norma sosial. g. Pemberhentian Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari perusahaan. Ini disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun dan sebab-sebab Iainnya. 13 Pelepasan ini diatur oleh Undang-undang No. 12, tahun 1964. Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni dalam mengatur tenaga kerja dengan memakai fungsi-fungsi manajemen yaitu fungsi manajerial dan fungsi operasional. 2.2. Motivasi 2.2.1. Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata latin, yaitu movere, yang artinya penggerak. Sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata motivation yang berarti dorongan. Dengan demikian pengertian dari kata motivasi adalah seuatu dorongan yang diharapkan akan dapat terus untuk meningkatkan semangat dalam bekerja dalam suatu perusahaan. Sedangkan menurut Mc. Donald, menyebutkan bahwa motivasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting yaitu: Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia, Motivasi di tandai dengan munculnya, rasa yang relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, efeksi dan emosi serta dapat menentukan tinggkah-laku manusia, Motivasi akan 14 dirangsang karena adanya tujuan dan tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan. Menurut Sardiman (2007:73), menyebutkan motif dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat dikatakan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak. Kemudian menurut Malayu (2005:143), motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukkan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung prilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. 15 2.2.2. Manfaat dan Tujuan Motivasi Manfaat dari motivasi adalah sebagai pemberi dorongan atau semangat kepada suatu individu dan suatu usaha untuk perbaikan mutu serta peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia. Namun secara spesifik ada beberapa manfaat yang juga bisa diambil oleh pegawai, perusahaan dan masyarakat. Bagi perusahaan hal ini akan meningkatkan keuntungan akibat dari meningkatnya produktivitas pegawai. Bagi pegawai bermanfaat untuk meningkatkan ketrampilan serta kegairahan kerja, agar nantinya mereka lebih giat dan lebih baik dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Sedangkan untuk masyarakat, mendapat kepuasan dari apa yang ditawarkan dan dihasilkan oleh perusahaan. Secara singkat menurut Arep dan (2002:219), manfaat motivasi yang utama adalah terciptanya gairah kerja, sehingga produktivitas kerja meningkat. Adapun tujuan dari motivasi itu sendiri seperti apa yang dikemukakan oleh Hasibuan (2001:149), adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja pegawai. 2. Meningkatkan produktifitas kerja pegawai. 3. Mempertahankan kestabilan pegawai perusahaan. 4. Meningkatkan kedisiplinan pegawai. 5. Mengefektifkan pengadaan pegawai. 6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik. 7. Meningkatkan loyalitas, kreatifitas, dan partisipasi pegawai. 16 8. Meningkatkan kesejahteraan pegawai. 9. Memperkuat rasa tanggung jawab terhadap tugas pegawai. 10. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku. Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa, motivasi bertujuan untuk memberdayakan seluruh asset yang dimiliki oleh suatu perusahaan terutama sumber daya manusia dengan lebih baik, guna meningkatkan mutu dan nilai tambah serta meningkatkan keuntungan untuk semua pihak. 2.2.3. Jenis Motivasi Hasibuan (2001:151), menjelaskan tentang jenis-jenis motivasi, adalah sebagai berikut: 1. Motivasi posesif (Insentif Posesif) Dalam memotivasi, manajer memotivasi dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi diatas prestasi standar. Dengan motivasi ini kinerja bawahan akan meningkat karena pada umumnya manusia senang menerima yang baik-baik saja. 2. Motivasi Negatif (Insentif Negatif) Dalam memotivasi, manajer memotivasi bawahan dengan standar. Maka mereka akan mendapat hukuman. Dengan motivasi negative ini semangat bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat karena mereka takut 17 dihukum, tetapi dalam waktu jangka panjang dapat berakibat kurang baik. Sedangkan menurut Nasution (2000:23), menyatakan bahwa beberapa hal yang termasuk kedalam motivasi positif dan negative dalam lingkungan kerja adalah sebagai berikut : A. Motivasi Positif terdiri dari : 1. Kenaikan gaji berkala 2. Kenaikan pangkat 3. Pemberian fasilitas kerja yang baik 4. Pemberian beberapa jenis penghargaan 5. Promosi jabatan 6. Pendidikan dan latihan baik dalam maupun luar negeri B. Motivasi negative terdiri dari : 1. Teguran-teguran 2. Hukuman 3. Ancaman PHK 4. Skorsing Kedua jenis motivasi tersebut sesungguhnya harus tepat dan seimbang dalam penggunaannya, agar dapat meningkatkan kinerja pegawai secara maksimal dalam suatu perusahaan. 18 2.2.4. Teori Motivasi dari Abraham Maslow Teori ini dinamakan “a theory of human motivation” yang mengikuti teori jamak, yakni seseorang berperilaku/bekerja karena adanya dorongan untuk memenuhi bermacam-macam kebutuhan. Maslow (2000) ”..........dorongan berbagai kebutuhan hidup manusia dari mulai fisik, rasa aman, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri” artinya bahwa kebutuhan yang diinginkan seseorang sifatnya berjenjang, apabila kebutuhan yang pertama telah terpenuhi, maka kebutuhan tingkat kedua akan menjadi yang utama. Selanjutnya, apabila kebutuhan tingkat kedua telah terpenuhi, maka muncul kebutuhan tingkat ketiga dan seterusnya sampai tingkat kebutuhan kelima. 19 Self Actualization Need Esteem Need Belongingness Need Safety and Security Need Physiological Sumber : Maslow : 2000 Gambar 2.1 Hierarki Kebutuhan Dari Maslow Manusia tidak pernah puas sepenuhnya pada tingkat kebutuhan yang manapun, tetapi untuk memunculkan kebutuhan yang lebih tinggi, kebutuhan yang lebih rendah perlu terpenuhi dahulu, artinya bahwa rata-rata warga masyarakat hanya terpuaskan 85% dalam kebutuhan fisiologik, 70% akan kebutuhan rasa aman, 50% akan kebutuhan cinta, 40% dalam kebutuhan harga diri dan hanya 10% dalam kebutuhan aktualisasi diri. 20 2.3. Disiplin Kerja 2.3.1. Pengertian dan Tujuan Disiplin Kerja Disiplin merupakan modal yang diperlukan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Sehingga keberadaan disiplin kerja amat diperlukan dalam suatu perusahaan, karena dalam suasana disiplin sebuah organisasi atau instansi akan dapat melaksanakan program-program kerjanya mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Pegawai yang disiplin dan menaati tata tertib, menaati semua normanorma dan peraturan yang berlaku dalam organisasi atau instansi akan dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktivitas. Sedangkan organisasi atau intansi yang mempunyai pegawai yang tidak disiplin,akan sulit sekali melaksanakan program-programnya untuk meningkatkan produktivitas, dan akan tidak mungkin untuk dapat merealisasikan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh itu seorang pemimpin yang baik harus berusaha agar para bawahannya mempunyai disiplin yang baik dan juga harus memberikan contoh dalam menjalankan disiplin yang baik dalam suatu organisasi. Beberapa pengertian disiplin oleh para ahli diantaranya menurut Siagian (2002:305), disiplin adalah suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku pegawai sehingga para pegawai tersebut secara sukarela berusaha bekerja kooperatif dengan para pegawai yang lain serta meningkatkan prestasi kerja, lalu menurut Hasibuan (2005:193), 21 memberikan definisi kedisiplinan yang baik yaitu kedisiplinan adalah kesadaran atau kesediaan seseorang mentaati semua peraturan organisasi atau perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Disiplin dapat diartikan jika (a) Pegawai selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, (b) mengerjakan semua pekerjaan dengan baik, (c) mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Sedangkan menurut Simamora (2005:611), yang dimaksud disiplin adalah bentuk pengendalian diri pegawai dan pelaksanaan yang teratur menunjukan tingkat kesungguhan tim kerja dalam suatu organisasi. Dari beberapa definisi diatas disimpulkan bahwa disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan mentaati segala peraturan dan tata tertib yang berlaku disekitarnya. Penempatan disiplin dalam kehidupan suatu organisasi ditujukan agar semua pegawai yang dalam organisasi bersedia dengan sukarela mematuhi dan mentaati segala peraturan dan tatatertib yang berlaku tanpa paksaan. Setiap para pegawai dalam organisasi tersebut dapat mengendalikan diri dan mematuhi norma yang berlaku dalam organisasi, maka hal ini akan menjadi modal utama yang amat penting dalam pencapaian tujuan yang diinginkan. Disiplin juga akan tercipta apabila pegawai dapat mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku pada organisasi atau perusahaan, dan hal tersebut dapat di ukur. Disiplin sangat diperlukan untuk mengontrol manajemen. Idealnya harus disajikan sebagai sebuah mekanisme perbaikan untuk menciptakan dan 22 memelihara produktif dan mau mendengarkan tenaga kerja. Dalam usaha menegakkan kedisiplinan, maka perlu dikeluarkan aturan-aturan berupa sanksi hukuman bagi para pegawai yang melanggar tatatertib dan tidak melaksanakan kewajiban dengan baik, sehingga pada akhirnya menimbulkan suasana tertib dalam melaksanakan pekerjaan. Tujuan sanksi dan hukuman tersebut adalah memperbaiki dan mendidik pegawai untuk melakukan pelanggaran disiplin, sehingga diharapkan tercipta tata tertib kelancaran tugas pegawai. Strategi yang perlu diupayakan dalam penegakan disiplin adalah menciptakan kebiasaankebiasaan yang positif seperti kita ketahui bahwa pemberlakuan suatu disiplin tidak mungkin terwujud dalam waktu mendadak, tetapi hanya dapat dilakukan secara berangsur-angsur dan dibiasakan. Disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan dan prosedur. Disiplin merupakan bentuk pengendalian diri pegawai dan pelaksanaan yang teratur dan menunjukan tingkat kesungguhan tim kerja didalam suatu organisasi. Oleh sebab itu, menumbuhkan disiplin membutuhkan kebiasaan-kebiasaan positif dilingkungan dalam suatu organisasi atau perusahaan, sehingga dengan kebiasaan positif itu para pegawai akan terbiasa dengan berdisiplin tanpa merasa terpaksa atau tekanan dari luar. 23 2.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja Disiplin kerja yang tinggi merupakan harapan bagi setiap pimpinan kepada bawahan, karena itu sangatlah perlu bila disiplin mendapat penanganan intensif dari semua pihak yang terlibat dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan dari suatu organisasi dan juga pemimpin mempunyai pengaruh langsung atas sikap kebiasaan yang diperoleh pegawai. Kebiasaan itu ditentukan oleh pimpinan, baik dengan iklim atau suasana kepemimpinan maupun melalui contoh diri pribadi. Oleh karena itu, untuk mendapatkan disiplin yang baik, maka pimpinan harus memberikan kepemimpinan yang baik pula. Menurut Hasibuan (2005), menyatakan bahwa ”Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai suatu organisasi, di antaranya : (1) Tujuan dan kemampuan, (2) Keteladanan pimpinan, (3) Balas jasa, (4) Keadilan, (5) Waskat, (6) Sanksi hukuman, (7) Ketegasan, (8) Hubungan kemanusiaan”. Kemudian, menurut Fathoni (2006,) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat disiplin kerja pegawai suatu organisasi, di antaranya ialah: 1.Tujuan dan Kemampuan Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada pegawai harus sesuai dengan 24 kemampuan pegawai bersangkutan, agar pegawai bekerja dengan sungguhsungguh dan disiplin dalam mengerjakannya. 2. Teladanan Pimpinan Teladanan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan pegawai karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus memberikan contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil serta sesuai kata dengan perbuatannya. Dengan keteladanan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik. 3. Balas Jasa Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan pegawai karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan pegawai terhadap organisasi atau pekerjaannya. Jika kecintaan pegawai semakin baik terhadap kedisiplinan pegawai yang baik, organisasi harus memberikan balas jasa yang relatif besar. Berperan Kedisiplinan pegawai tidak mungkin baik apabila balas jasa yang pegawai terima kurang memuaskan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya beserta keluarga. Jadi, balas jasa berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan pegawai. 4. Keadilan Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan pegawai, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan 25 manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam memberikan balas jasa (pengakuan) atau hukuman akan merangsang terciptannya kedisiplinan pegawai yang baik. 5. Waskat Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan pegawai organisasi. Dengan pengawasan melekat berarti atasan langsung harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu hadir ditempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk, jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelasaikan tugasnya. Waskat efektif merangsang kedisiplinan dan moral kerja pegawai. Pegawai merasa mendapat perhatian, bimbingan, pengarahan, petunjuk, dan pengawasan dari atasannya. Dengan waskat, atasan secara langsung dapat mengetahui kemampuan dan kedisiplinan setiap individu bawahannya, sehingga kondute setiap bawahan dinilai objektif. Jadi waskat menuntut adanya kebersamaan aktif antara pimpinan dan pegawai dalam mencapai tujuan organisasi. 6. Sanksi Hukuman Sanksi hukuman berperan penting dalam memeihara kedisiplinan pegawai. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, pegawai akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan organisasi, sikap, dan perilaku indisipliner pegawai akan berkurang. Berat / ringan saksi hukuman yang akan diterapkan 26 ikut mempengaruhi baik buruknya kedisiplinan pegawai. Sanksi hukuman harus ditetapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal, dan diinformasikan secara jelas kepada semua pegawai. 7. Ketegasan Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan pegawai. Pimpinan harus berani dan tegas untuk menghukum setiap pegawai yang indispliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan. pimpinan yang berani bertindak tegas menerapkan hukuman bagi pegawai indisipliner akan akan disegani dan diakui kepemimpinanya oleh bawahan. 2.4. Kinerja Pegawai 2.4.1. Pengertian Kinerja Pegawai Kinerja sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu (Tika, 2006). Sedangkan menurut Rivai dan Basri (2005), pengertian kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan. menurut Bambang Guritno dan Waridin (2005), kinerja 27 merupakan perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dengan standar yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Hakim (2006), mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja yang dicapai oleh individu yang disesuaikan dengan peran atau tugas individu tersebut dalam suatu perusahaan pada suatu periode waktu tertentu, yang dihubungkan dengan suatu ukuran nilai atau standar tertentu dari perusahaan dimana individu tersebut bekerja. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja merupakan penilaian atau evaluasi dari pimpinan terhadap kinerja karyawan agar dapat mencapai hasil yang diharapkan oleh perusahaan. 2.4.2. Manfaat dan Tujuan Penilaian Kinerja Bagi pegawai, penilaian tersebut berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, keterampilan, kelebihan, kekurangan, dan potensi yang akan berpengaruh kepada seorang karyawan itu sendiri. Sedangkan bagi perusahaan, hasil penilaian kinerja tersebut sangat penting untuk pengambilan keputusan tentang bergabai hal seperti program pendidikan dan pelatihan, recruitment, seleksi, program pengenalan, penempatan, promosi jabatan, system imbalan dan berbagai aspek lain dari proses sumber daya manusia secara efektif. Adapun tujuan diadakannya penilaian kinerja dapat dibagi menjadi dua, yaitu : 28 1. Tujuan evaluasi, seorang manajer menilai dari masa lalu seorang pegawai dengan menggunakan rating deskriptif untuk menilai kinerja dengan data yang telah diperoleh dalam keputusan-keputusan promosi, demosi, terminasi dan kompensasi. 2. Tujuan pengembangan, seorang manajer mencoba untuk meningkatkan kinerja pegawai dimasa yang akan datang 2.4.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Menurut Gibson (2003:39), ada tiga perangkat variabel yang mempengaruhi perilaku dan prestasi kerja atau kinerja, yaitu : 1. Variabel Individual, terdiri dari: kemampuan dan keterampilan, mental dan fisik, latar belakang (keluarga, tingkat sosial), penggajian dan demografis (umur, asal-usul, jenis kelamin). 2. Variabel Organisasional, terdiri dari: sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur desain pekerjaan. 3.Variabel Psikologis, terdiri dari: persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi. Tiga faktor utama yang memengaruhi kinerja individu menurut Mathis dan Robert L (2006:113) adalah kemampuan individu melakukan pekerjaan tersebut, tingkat usaha yang dicurahkan dan dukungan organisasi. Dalam 29 konteks pemerintahan sebagai sektor publik menurut Mahsun (2006), bahwa ada beberapa aspek yang dapat dinilai kinerjanya : 1. Kelompok Masukan ( input ). 2. Kelompok Proses ( Proccess ). 3. Kelompok Keluaran ( Output ). 4. Kelompok Hasil ( Outcome ). 5. Kelompok Manfaat ( Benefit ). 6. Kelompok Dampak ( Impact ). Menurut Mangkunegara (2006), terdapat aspek-aspek standar pekerjaan yang terdiri dari aspek kuantitatif dan aspek kualitatif meliputi : A. Aspek kuantitatif yaitu : 1. Proses kerja dan kondisi pekerjaan, 2. Waktu yang dipergunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan, 3. Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan, dan 4. Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam bekerja B. Aspek kualitatif yaitu : 1. Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan, 2. Tingkat kemampuan dalam bekerja, 3. Kemampuan menganalisis data/informasi, kemampuan/kegagalan menggunakan mesin/peralatan, dan 4. Kemampuan mengevaluasi (keluhan/keberatan konsumen/masyarakat). 30 2.5. Kerangka Pemikiran Dapat menjelaskan tentang adanya hubungan atau pengaruh variable bebas yang terdiri dari motivasi dan disiplin terhadap variable yang tidak bebas yaitu kinerja pegawai. Berikut ini akan dikemukakan kerangka berpikir dalam penelitian yang akan dilakukan : Motivasi H1 (X1) Kinerja Pegawai (Y) Disiplin H2 (X2) Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran 2.6. Hipotesis Hipotesis adalah dugaan sementara dan perlu dibuktikan kebenarannya sehubungan dengan pengertian yang telah diuraikan diatas yaitu pengaruh motivasi dan disiplin kerja terhadap peningkatan kinerja pegawai, maka penulis mengemukakan hipotesis : 31 H1 : Diduga Motivasi mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kinerja pegawai. H2 : Diduga Disiplin Kerja mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kinerja pegawai. 2.7. Kajian Riset Terdahulu Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lucky Wulan Analisa (2011) yang berjudul “Analisis Pengaruh Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang”. menyimpulkan bahwa motivasi kerja dan lingkungan kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan DISPERINDAG Kota Semarang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fajar Kurniadi (2012) yang berjudul “Pengaruh Kompensasi dan Motivasi terhadap Kinerja di Apotek Berkah Kota Bandung, Hasil uji hipotesis secara simultan menunjukkan F-hitung lebih besar dari F-tabel sehingga menunukkan pengaruh signifikan, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel kompensasi dan motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yoga Arsyenda (2013) yang berjudul “Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja PNS di BAPPEDA 32 Kota Malang menyimpulkan bahwa motivasi dan disiplin kerja mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kinerja PNS.