BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Investasi
Menanamkan uang sekarang, berarti uang tersebut seharusnya dapat
dikonsumsi namun karena kegiatan investasi uang tersebut dialihkan untuk ditanamkan
bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat
dirumuskan sebagai mengorbankan peluang konsumsi saat ini, untuk mendapatkan
manfaat di masa mendatang. Atau dengan kata lain, setiap kegiatan pengalokasian
sumber daya saat ini dengan tujuan manfaat di masa depan disebut dengan investasi
(Noor, 2009:4). Menurut Tandelilin (2010:2), investasi adalah komitmen atas sejumlah
dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan
memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Seorang investor membeli sejumlah
saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham
ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan
risiko yang terkait dengan investasi tersebut. Menurut Noor (2009:10-11), investasi
dapat dikelompokkan berdasarkan jenisnya menjadi investasi langsung (direct
investment) dan investasi tidak langsung (indirect investment), dengan uraian sebagai
berikut:
1
(1) Investasi langsung (direct investment)
Investasi langsung dalah investasi pada aset atau faktor produksi untuk melakukan
usaha (bisnis). Misalnya investasi perkebunan, perikanan, pabrik, toko dan lainlain. Investasi langsung juga biasa disebut dengan investasi pada sektor riil, atau
investasi yang jelas wujudnya, mudah dilihat dan diukur dampaknya terhadap
masyarakat secara keseluruhan. Investasi langsung juga menghasilkan dampak
berganda (multiplier effect) yang besar bagi sektor ekonomi terkait dan masyarakat
secara umum. Investasi langsung akan melahirkan dampak kebelakang berupa
input usaha maupun kedepan dalam bentuk output usaha yang merupakan input
bagi usaha lain.
(2) Investasi tidak langsung (indirect investment)
Investasi tidak langsung adalah investasi bukan pada aset atau faktor produksi,
tetapi pada aset keuangan (financial assets), seperti deposito, surat berharga
(sekuritas) seperti saham atau obligasi, CP (Commercial Paper), reksa dana dan
sebagainya. Investasi tidak langsung juga bertujuan untuk mendapatkan manfaat
di masa mendatang. Manfaat masa mendatang pada investasi tidak langsung ini
lebih dikenal dengan istilah balas jasa investasi berupa dividen atau capital gain
(loss). Investasi tidak langsung pada akhirnya juga diarahkan untuk mendorong
pengembangan investasi langsung. Investasi bisa berkaitan dengan berbagai
macam aktivitas. Menginvestasikan sejumlah dana pada aset riil maupun aset
finansial merupakan aktivitas investasi yang umumnya dilakukan.
2
Menurut Wiagustini (2010:22-23), transaksi investasi di pasar modal dapat
berbentuk:
(1) Utang berjangka (jangka panjang)
Utang berjangka (jangka pendek atau jangka panjang) merupakan salah satu
bentuk pendanaan dalam suatu entitas yang dilakukan dengan menerbitkan surat
berharga dan dijual kepada para investor. Penerbitan surat berharga tersebut
dilakukan dengan cara mengeluarkan janji secara tertulis kepada para pihak untuk
meminjam dana dengan disertai kewajiban membayar sejumlah balas jasa berupa
bunga. Janji tertulis semacam itu dimungkinkan dan dijamin Hukum Dagang dan
Hukum Perdata yang berlaku sah pada suatu negara. Dalam utang jangka panjang
dikenal dua macam surat berharga, yaitu:
a. Surat obligasi, merupakan surat pengakuan utang oleh suatu entitas dengan
disertai janji memberikan imbalan bunga dengan rate tertentu. Obligasi
berjangka biasanya mempunyai hari jatuh tempo yang relatif panjang, di atas
tiga tahun.
b. Sekuritas lainnya, terdiri dari berbagai jenis yang biasanya disebut sekuritas
kredit. Misalnya right, waran, opsi dan future. Sekuritas kredit mempunyai hari
jatuh tempo relatif pendek, yang disebut berjangka menengah, yaitu antara satu
sampai tiga tahun.
3
(2) Penyertaan
Penyertaan merupakan salah satu bentuk penanaman modal pada suatu entitas
yang dilakukan dengan menyetorkan sejumlah dana tertentu dengan tujuan untuk
menguasai sebagian hak pemilikan atas perusahaan tersebut. Entitas yang
membutuhan dana, menerbitkan surat berharga dan dijual kepada investor yang
mengakibatkan para investor tersebut dapat memiliki sebagian perusahaan sebesar
jumlah surat berharga yang dikuasainya. Surat berharga semacam ini umumnya
disebut saham.
2.1.2 Saham
Saham atau disebut juga dengan ekuitas merupakan salah satu tipe sekuritas
yang paling dikenal oleh masyarakat. Menurut Tandelilin (2010:32-37), saham terbagi
menjadi dua bentuk, yakni:
(1) Saham biasa
Saham biasa adalah sertifikat yang menyatakan kepemilikan atau kekuasaan atas
aset suatu perusahaan. Ketika investor membeli sebagian saham suatu perusahaan,
artinya investor berhak atas sebagian kekayaan yang berupa laba atau aktiva
perusahaan. Investor juga memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) terkait pengambilan keputusan untuk kelangsungan hidup
perusahaan tersebut. Jika perusahaan dilikuidasi, investor akan menerima proporsi
atas saham yang dimilikinya setelah semua utang dan kewajiban lain perusahaan
tersebut dibayar. Karakteristik saham biasa adalah tidak memiliki jatuh tempo dan
4
bernilai nominal. Nilai nominal saham biasa di BEI pada umumnya berkisar antara
Rp1.000,- Rp500,- atau Rp100,-. Namun berdasarkan Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, perusahaan dapat mengeluarkan saham
dengan nilai nominal atau tanpa nilai nominal. Manfaat yang akan didapatkan
investor apabila berinvestasi saham biasa diantaranya adalah:
a. Dividen tunai
Pada umumnya (meski tidak semua) perusahaan membayarkan dividen tunai
kepada para investor. Namun besarnya jumlah dividen serta waktu
pembagiannya tidak dijamin. Besarnya jumlah dividen yang dibayarkan dapat
meningkat, menurun atau bahkan tidak dibagikan sewaktu-waktu. Di Indonesia,
keputusan pembagian dividen harus memperoleh persetujuan dalam RUPS.
Setelah itu, perusahaan terbuka akan menyampaikan pengumuman secara resmi
jadwal pelaksanaan dan besarnya pembayaran dividen melalui surat kabar dan
melaporkannya kepada BEI yang telah mencatat sahamnya.
b. Dividen saham
Selain tunai, perusahaan juga dapat membagikan dividen kepada para investor
dalam bentuk saham baru sehingga meningkatkan jumlah saham yang dimiliki
investor. Jenis ini disebut juga dengan dividen saham.
c. Saham bonus
Perusahaan yang tercatat di BEI juga sering memberikan saham bonus, yaitu
saham baru yang diberikan kepada investor dan berasal dari kapitalisasi agio
5
saham. Pada dasarnya saham bonus serupa dengan dividen saham. Bedanya
adalah dividen saham berasal dari laba perusahaan.
(2) Saham preferen
Saham preferen mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa.
Layaknya obligasi yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen
memberikan hasil yang tetap berupa dividen preferen. Layaknya saham biasa,
dalam hal likuidasi pemegang saham preferen mempunyai hak atas dividen tetap
dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Karakteristik saham
preferen terhadap dividen diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen terlebih
dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa.
b. Saham preferen umumnya memberikan hak dividen kumulatif, yaitu
memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen tahun-tahun
sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima
dividennya.
c. Saham preferen mempunyai hak atas aktiva perusahaan yang diutamakan
dibandingkan dengan hak yang dimiliki oleh saham biasa pada saat terjadi
likuidasi. Besarnya hak atas aktiva pada saat likuidasi adalah sebesar nilai
nominal saham preferennya termasuk semua dividen yang belum dibayar jika
bersifat kumulatif.
6
Macam-macam saham preferen menurut Jogiyanto (2013:141) adalah sebagai
berikut:
a. Convertible preferred stock
Saham preferen menambah bentuk di dalamnya yang memungkinkan
pemegangnya untuk menukar saham ini dengan saham biasa dengan rasio
penukaran yang sudah ditentukan. Pertukaran saham preferen ke saham biasa
tidak menimbulkan keuntungan (gain) atau kerugian (loss) di perusahaan
emiten. Nilai yang dicatat saham-saham ini adalah sebesar nilai nominalnya dan
selisih yang diterima yang berbeda dengan nilai nominalnya dicatat sebagai
rekening agio saham. Juga di dalam catatan perusahaan emiten, nilai pasar saat
penukaran tidak diperhitungkan karena alasannya adalah pertukaran saham
tersebut dilakukan langsung dengan perusahaan.
b. Callable preferred stock
Bentuk lain dari saham preferen adalah memberikan hak kepada perusahaan
yang mengeluarkan untuk membeli kembali saham ini dari investor pada
tanggal tertentu di masa mendatang dengan nilai yang tertentu. Harga tebusan
ini biasanya lebih tinggi dari nilai nominal sahamnya.
c. Floating atau adjustable-rate preferred stock
Saham preferen ini tidak membayar dividen secara tetap namun tingkat dividen
yang dibayar tergantung dari tingkat return dari sekuritas treasury bill, atau di
Indonesia disebut dengan SBI.
7
2.1.3 Return Saham
Seperti yang telah disinggung pada bab sebelumnya, tujuan utama investor
berinvestasi adalah memaksimumkan return yang diharapkan. Return merupakan
imbal hasil dalam berinvestasi. Return merupakan motivasi bagi investor dalam
berinvestasi. Return dalam investasi terdiri dari dua komponen (Jones, 2014:139),
yaitu:
(1) Yield
Komponen utama bagi investor ketika mempertimbangkan return saham adalah
arus kas periodik atau pendapatan yang berupa pembagian dividen. Mekanisme
pembayaran dividen adalah emiten membayarkan sejumlah uang tunai kepada
investor. Besarnya dividen yang dibagikan tergantung pada harga saham di pasar.
(2) Capital gain (loss)
Komponen keuda adalah apresiasi (depresiasi) dari harga saham yang disebut juga
capital gain (loss) atau lebih mudah disebut dengan perubahan harga saham.
Ketika investor menjual saham yang dimilikinya pada harga yang lebih tinggi
dibandingkan harga beli, maka saat itulah investor dikatakan memperoleh capital
gain. Sebaliknya, apabila investor menjual saham yang dimilikinya pada harga
yang lebih rendah dibandingkan harga beli, maka saat itulah investor memperoleh
capital loss.
8
2.1.4 Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan metode penilaian saham untuk menghitung
nilai intrinsik saham dengan menguji beberapa faktor yang mempengharuhi, yakni
faktor makroekonomi serta faktor internal perusahaan (Suresh, 2013). Dalam penilaian
saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu: nilai buku, nilai pasar, dan nilai intrinsik
saham. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan yang dibuat
oleh perusahaan penerbit saham. Nilai pasar adalah nilai saham di pasar, yang
ditunjukkan oleh harga saham tersebut di pasar. Sedangkan nilai intrinsik adalah nilai
saham yang sebenarnya atau yang seharusnya terjadi (Tandelilin, 2010:301). Setelah
didapatkan nilai intrinsik saham, investor akan mengetahui saham-saham manakah
yang harga pasarnya lebih rendah dari nilai intrinsiknya (undervalued) sehingga layak
dibeli, serta saham-saham manakah yang harga pasarnya lebih tinggi dari nilai
intrinsiknya (overvalued) sehingga menguntungkan untuk dijual. Menurut Jones
(2014:348), analisis fundamental terdiri dari tiga tahapan pendekatan top-down, yakni:
(1) Analisis ekonomi
Analisis ekonomi perlu dilakukan karena kecenderungan adanya hubungan yang
kuat antara apa yang terjadi pada lingkungan ekonomi makro dan kinerja suatu
pasar modal. Pasar modal mencerminkan apa yang terjadi pada perekonomian
makro karena nilai investasi ditentukan oleh aliran kas yang diharapkan serta
tingkat return yang disyaratkan atas investasi tersebut, dan kedua faktor tersebut
sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan ekonomi makro. Maka dari itu, jika
9
ingin mengestimasi aliran kas, bunga, ataupun premi risiko dari suatu saham, harus
dipertimbangkan analisis ekonomi makro. Salah satu indikator dalam analisis
ekonomi makro yang perlu diketahui investor adalah tingkat bunga. Salah satu
tingkat suku bunga yang mempengaruhi pergerakan harga saham yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga SBI. Sertifikat Bank Indonesia
adalah surat berharga sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia dengan sistem diskonto. SBI merupakan salah
satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan
nilai rupiah. Bank Indonesia menyerap kelebihan uang primer yang beredar
dengan menjual SBI. Sejak awal Juli 2005, Bank Indonesia menggunakan
mekanisme BI rate (suku bunga BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga
SBI yang diinginkan oleh Bank Indonesia untuk pelelangan pada masa periode
tertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar
dalam mengikuti pelelangan. BI rate digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan
operasi pengendalian moneter untuk mengarahkan agar rata-rata tertimbang suku
bunga SBI satu bulan hasil lelang operasi pasar terbuka berada di sekitar BI rate
(www.bi.go.id).
(2) Analisis industri
Investor perlu menilai suatu industri dan menentukan return harapan dari industri
yang akan dianalisis, dengan demikian investor akan dapat menentukan peluang
investasi pada industri yang mempunyai prospek baik. Ada dua langkah yang perlu
10
dilakukan dalam menilai suatu industri, yaitu mengestimasi earning per share
yang diharapkan dari suatu industri dan mengestimasi price earning ratio yang
diharapkan.
(3) Analisis perusahaan
Analisis ekonomi menunjukkan kapan waktu yang tepat bagi investor untuk
berinvestasi saham, sedangkan analisis industri akan memberikan gambaran
industri apa saja yang diharapkan mampu memberikan keuntungan di masa
mendatang. Analisis perusahaan bertujuan menganalisis perusahaan yang ada pada
tiap sektor/industri agar investor dapat memutuskan pada perusahaan mana ia akan
berinvestasi. Analisis perusahaan merupakan langkah terakhir pendekatan topdown dalam analisis fundamental. Investor dituntut untuk memiliki pemahaman
yang baik terhadap faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi return saham.
Analisis fundamental di tingkat perusahaan meliputi analisis pada variabelvariabel dasar keuangan untuk mengestimasi nilai intrinsik perusahaan. Variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah DER, ROA, PBV dan ukuran
perusahaan yang diestimasi menggunakan total aktiva. DER adalah rasio yang
membandingkan utang jangka panjang dengan modal sendiri untuk mengetahui
seberapa besar modal dibiayai oleh pinjaman. ROA adalah rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan memanfaatkan total aktiva
yang dimiliki. PBV adalah rasio perbandingan harga saham dengan nilai bukunya.
Ukuran perusahaan yang digambarkan dengan total aktiva dapat mencerminkan
11
kemampuan perusahaan dalam mengelola aset-asetnya serta menjadi jaminan bagi
pemegang saham bahwa perusahaan tersebut memiliki finansial yang memadai.
Selain analisis pada variabel keuangan, juga dapat dilakukan analisis terhadap
posisi perusahaan dalam persaingan di pasar, ikatan buruh, perubahan teknologi,
manajemen perusahaan, persaingan luar negeri, dan lain-lain. Hasil analisis
perusahaan akan memberikan pemahaman bagi investor mengenai potensi yang
dimiliki perusahaan terkait variabel-variabel keuangannya dan investor dapat
mengkalkulasi nilai intrinsik perusahaan. Investor dalam melakukan analisis
perusahaan berpedoman pada laporan keuangan karena di sana tersedia data
keuangan perusahaan. Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba-rugi dan
laporan arus kas. Neraca menunjukkan portofolio dari aset-aset yang dimiliki
perusahaan, termasuk kewajiban dan kepemilikan saham perusahaan. Laporan
laba-rugi adalah yang paling sering digunakan oleh investor, tidak hanya untuk
menilai kinerja manajemen namun juga sebagai panduan bagi investor dalam
meramalkan profitabilitas perusahaan di masa mendatang. Laporan laba-rugi
menggambarkan pemasukkan dan pengeluaran perusahaan selama suatu periode
tertentu, biasanya satu tahun. Laporan arus kas menggabungkan elemen-elemen
dari neraca dan laporan laba-rugi dengan tujuan untuk melacak keluar masuknya
aliran kas perusahaan. Laporan arus kas terdiri dari tiga bagian, yakni arus kas
operasional, arus kas investasi, dan arus kas finansial. Bagi para investor,
informasi laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan salah satu
12
jenis informasi yang paling mudah dan murah didapatkan dalam melakukan analisis
perusahaan.
Laporan
keuangan
juga
dianggap
sudah
cukup
menggambarkan seberapa besar kekayaan perusahaan, seberapa besar penghasilan
yang diperoleh perusahaan serta transaksi ekonomi apa saja yang telah dilakukan
perusahaan yang dapat mempengaruhi kekayaan dan penghasilan perusahaan.
2.2 Hipotesis Penelitian
2.2.1 Pengaruh DER terhadap Return Saham
DER merupakan rasio yang membandingkan total utang dengan total modal
sendiri. DER juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki
oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu utang.
Semakin besar DER, menunjukkan semakin besar pula beban perusahaan terhadap
pihak luar, baik berupa pokok maupun bunga pinjaman. Jika beban perusahaan
semakin berat maka kinerja perusahaan semakin memburuk dan hal ini berdampak
pada penurunan harga saham di pasar modal. Menurunnya harga saham perusahaan di
pasar modal akan menyebabkan return saham mengalami penurunan.
Beberapa penelitian empiris yang menguji hubungan antara DER dan return
saham diataranya telah dilakukan oleh Putri (2012) dengan hasil bahwa DER secara
signifikan berpengaruh negatif terhadap return saham perusahaan real estate dan
property di BEI periode 2007-2009. Penelitian lain oleh Arista (2012) juga
memberikan hasil bahwa DER secara signifikan berpengaruh negatif terhadap return
saham perusahaan manufaktur di BEI periode 2005-2009. Hasil yang sama juga
13
ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Novitasari (2013) bahwa DER
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham indeks LQ45 di BEI periode
2009-2012. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian:
H1: DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham.
2.2.2 Pengaruh ROA terhadap Return Saham
ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam
menghasilkan
keuntungan
dengan
memanfaatkan
aktiva
yang
dimilikinya.
Meningkatnya ROA berarti kinerja perusahaan semakin baik dan sebagai dampaknya
harga saham perusahaan semakin meningkat, dengan meningkatnya harga saham maka
return saham perusahaan yang bersangkutan juga meningkat. Semakin besar ROA
maka kinerja perusahaan tersebut semakin baik, karena tingkat return semakin besar.
Konsekuensi ROA yang meningkat akan meningkatkan return saham. Penelitian
empiris yang menguji hubungan ROA dan return saham diantaranya dilakukan oleh
Malintan (2010) dengan hasil bahwa ROA secara signifikan berpengaruh positif
terhadap return saham perusahaan pertambangan di BEI periode 2005-2010. Penelitian
lain yang dilakukan oleh Aziz (2012) juga memberikan hasil bahwa ROA secara
signifikan berpengaruh positif terhadap return saham perusahaan perbankan di BEI
periode 2003-2010. Hasil yang sama juga ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan
oleh Prabowo (2013) bahwa ROA secara signifikan berpengaruh positif terhadap
return saham perusahaan manufaktur di BEI periode 2009-2011. Berdasarkan uraian
di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian:
14
H2: ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
2.2.3 Pengaruh PBV terhadap Return Saham
PBV merupakan rasio antara harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Pada
umumnya perusahaan yang beroperasi dengan baik akan mempunyai rasio PBV lebih
besar dari satu (>1). Hal ini disebabkan karena PBV yang semakin besar menunjukkan
harga dari saham tersebut semakin meningkat.
Semakin tinggi rasio PBV suatu perusahaan menunjukkan semakin tinggi pula
penilaian investor terhadap perusahaan yang bersangkutan. Jika harga pasar saham
semakin meningkat maka capital gain atau return realisasi dari saham tersebut juga
meningkat. Hal ini disebabkan karena return realisasi merupakan selisih antara harga
saham periode saat ini dengan harga saham sebelumnya. Penelitian empiris yang
menguji hubungan PBV dan return saham diantaranya dilakukan oleh Sugiarto (2011)
dengan hasil bahwa PBV secara signifikan berpengaruh positif terhadap return saham
perusahaan Main Board Index (MBI). Penelitian lain yang dilakukan oleh Putri (2012)
juga memberikan hasil bahwa PBV secara signifikan berpengaruh positif terhadap
return saham perusahaan real estate dan property di BEI periode 2007-2009. Hasil
yang sama juga ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Arista (2012) bahwa
PBV secara signfikan berpengaruh positif terhadap return saham perusahaan
manufaktur di BEI periode 2005-2009. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan
hipotesis penelitian:
H3: PBV berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
15
2.2.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Return Saham
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang
ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan ratarata total aktiva. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan
total aktiva. Semakin besar total aktiva semakin mampu perusahaan untuk
menghasilkan laba. Semakin besar perusahaan menghasilkan laba, maka semakin besar
pula jumlah dividen yang dibayarkan. Selain itu, jika kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba meningkat, maka harga saham akan meningkat. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa total aktiva yang tinggi akan meningkatkan return saham yang
diharapkan oleh investor. Penelitian emipiris yang menguji pengaruh ukuran
perusahaan dan return saham diantaranya dilakukan oleh Adiwiratama (2010) dengan
hasil bahwa ukuran perusahaan secara signifikan berpengaruh positif terhadap return
saham perusahaan manufaktur di BEI. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Acheampong, dkk. (2014) juga menunjukkan bahwa ukuran perusahaan secara
signifikan berpengaruh positif terhadap return saham perusahaan manufaktur di Bursa
Efek Ghana. Hasil yang sama juga ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh
Sundari (2014) bahwa ukuran perusahaan secara signifikan berpengaruh positif
terhadap return saham perusahaan real estate dan property di BEI periode 2006-2009.
Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian:
H4: Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap return
saham.
16
2.2.5 Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Return Saham
Tingkat suku bunga SBI yang meningkat akan bedampak pada pergerkan harga
saham. Investor lebih memilih untuk berinvestasi di sektor perbankan dibandingkan
pasar modal. Penelitian emipiris yang menguji pengaruh tingkat suku bunga SBI
terhadap return saham diantaranya telah dilakukan oleh Aziz (2012) dengan hasil
bahwa tingkat suku bunga SBI secara signifikan berpengaruh positif terhadap return
saham perusahaan sektor perbankan di BEI periode 2003-2010. Penelitian lain juga
dilakukan oleh Riantani dan Tambunan (2013) yang menunjukkan hasil bahwa tingkat
suku bunga SBI secara signifikan berpengaruh positif terhadap return saham
perusahaan industri otomotif di BEI periode 2007-2011. Hasil yang sama juga
ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2014) yaitu tingkat suku
bunga SBI berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham perusahaan
properti di BEI periode 2007-2011. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan
hipotesis penelitian:
H5: Tingkat suku bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
return saham.
17
Download