BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Pasal 2 UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan negara, dan salah satu unsur keuangan negara antara lain kekayaan negara/kekayaan daerah berupa uang , surat berharga, piutang, barang dan hak lain yang dapat dinilai dengan uang termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah. Pemerintah Daerah memerlukan kekayaan tersebut dengan maksud untuk digunakan dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas dan kewenangannya. Untuk itu, perencanaan kebutuhan akan kekayaan yang akan dimiliki atau digunakan perlu mendapatkan perhatian Pemerintah Daerah. Berdasarkan rencana tersebut, Pemerintah Daerah kemudian mengusulkan anggaran pengadaannya. Dalam hal ini, masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) perlu melakukan pengawasan mengenai apakah kekayaan yang direncanakan untuk dimiliki daerah tersebut benar-benar dibutuhkan daerah. Jika barang tersebut dibutuhkan, maka pengadaannya harus diawasi dengan baik sehingga tidak terjadi manipulasi yang akan berdampak pada kerugian negara/daerah. Pemerintah Daerah perlu menetapkan standar kekayaan yang harus dimiliki daerah agar dapat memenuhi cakupan pelayanan yang dibutuhkan masyarakat. Dalam pelaksanaannya baik dalam pemanfaatan maupun pengelolaan kekayaan, kekayaan milik daerah harus dikelola secara optimal dengan memperhatikan prinsip value for money (ekonomis, efisiensi, efektifitas dan transparansi). Pengelolaan menyangkut juga pendistribusian, pengamanan dan perawatan. Pengamanan terhadap kekayaan daerah harus dilakukan secara memadai baik pengamanan fisik maupun sistem pengendalian internalnya. Kekayaan sebagai salah satu komponen pokok yang termuat dalam laporan keuangan yang mempunyai arti penting demi keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah. Oleh karena itu untuk membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintah di daerah, Pemerintah Daerah harus mampu mengelola potensi daerah secara produktif, efisien dan efektif. Untuk itu Pemerintah Daerah perlu melakukan identifikasi dan inventarisasi nilai dan potensi kekayaan daerah. Kegiatan identifikasi dan inventarisasi dimaksudkan untuk mengetahui jumlah dan nilai kekayaan daerah secara akurat. Identifikasi dan inventarisasi kekayaan daerah tersebut penting untuk pembuatan neraca daerah yang akan dilaporkan kepada DPRD dan masyarakat yang ingin mengetahuinya. Salah satu kekayaan yang dimiliki oleh pemerintah daerah adalah aktiva tetap. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan mendefinisikan aktiva tetap sebagai “Aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum”. Penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Pemerintahan, perlu memperhatikan beberapa hal yakni; (1) dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat, (2) rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan penambahan, pelepasan, akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, mutasi aset tetap lainnya, (3) informasi penyusutan, meliputi nilai penyusutan, metode penyusutan yang digunakan, masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan, nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode. Penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan menurut Kepmendagri no. 29 Tahun 2002 antara lain terdiri dari beberapa pasal; (1) aset daerah berupa Aktiva Tetap selain tanah yang digunakan untuk operasional secara langsung oleh Pemerintah Daerah didepresiasi dengan metode garis lurus berdasarkan umur ekonomisnya, (2) Pembukuan Aset Daerah, termasuk perhitungan nilai buku, depresiasi dan kapitalisasi, dilakukan oleh satuan kerja yang melaksanakan fungsi akuntansi Pemerintah Daerah, (3) Aset Daerah yang dicuri atau hilang, rusak atau musnah, dapat dihapuskan dari pembukuan aset dan daftar inventaris aset daerah, (4) Penambahan atau pengurangan nilai aset daerah akibat perubahan status hukum dibukukan pada rekening Aset Daerah yang bersangkutan dan dicatat dalam Daftar Inventaris Barang Daerah. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang dikutip oleh Mursyidi (2009:211) metode penyusutan aktiva tetap yang dapat dipergunakan antara lain: 1) Metode garis lurus (straight line method), 2) Metode saldo menurun ganda (double declining balance method), (3) Metode unit produksi (unit of production method). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa untuk rekening “Akumulasi Penyusutan” tidak terlihat adanya nilai tercatat dalam laporan neraca. Masalah tersebut sebagaimana terlihat pada tabel 1.1 berikut ini. Tabel 1.1 Aktiva Tetap Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lembata per 31 Desember 2008 Jumlah Nama Rekening (Rp) Tanah 0 Peralatan dan Mesin 542.945.500 Gedung dan Bangunan 0 Jalan, Irigasi dan Jaringan 0 Aset Tetap Lainnya 43.117.100 Konstruksi Dalam Pengerjaan 0 Akumulasi Penyusutan 0 586.062.600 Jumlah Aktiva Tetap Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lembata tahun 2008 Berdasarkan data pada tabel 1.1 tersebut di atas, terlihat bahwa aktiva tetap yang dimiliki Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi hanya terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu peralatan dan mesin serta aset tetap lainnya sedangkan jenis aktiva tetap lainnya belum dimiliki. Jumlah aktiva tetap yang dimiliki Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lembata tahun 2008 sebesar Rp 586.062.600. Jumlah tersebut belum menunjukkan jumlah yang sesungguhnya, karena sejak diperolehnya aktiva tetap sampai dengan sekarang belum dilakukan perhitungan penyusutan aktiva tetap yang dimiliki oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lembata. Aktiva tetap yang dimiliki oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi sejak tahun perolehannya sampai dengan tahun 2008 tidak dilakukan penyusutan, Hal ini nampak pada laporan keuangan dalam bentuk neraca daerah per 31 Desember 2008, bahwa pelaporan aktiva tetap oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada setiap periode dinilai berdasarkan harga perolehan, sehingga dengan demikian nilai aktiva tetap pada setiap periode tidak mengalami perubahan (penurunan). Dampaknya, nilai aktiva tetap yang nampak pada neraca pada akhir periode akuntansi adalah nilai yang tidak wajar atau sesungguhnya dimana nilai buku aktiva tetap tersebut tetap pada setiap tahunnya. Berikut ini adalah data pengadaan aktiva tetap peralatan dan mesin pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lembata. Tahun pengadaan 2001- 2007 Tabel 2.1 Daftar Pengadaan Aktiva Tetap Peralatan dan Mesin Pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lembata Tahun 2001 – 2007 Tahun 2001 Jenis Barang Sepeda Motor Sepeda Motor Mrek/Type/CC No. Polisi Waktu Pembelian Harga Perolehan Honda GL Max EB 674 13 Pebruari 10,800,000 Honda Supra X EB 681 13 Pebruari 8,900,000 2003 2005 2006 Sepeda Motor Win EB 743 12 Oktober 10,000,000 Kendaraan Roda Empat Sepeda Motor Toyota EB 890 F 12 Oktober 75,000,000 Win EB 789 18 September 12,700,000 Kendaraan Roda Empat Toyota Dinarium EB 900F 18 September 244,345,826 Win EB 891 23 Maret 13,000,000 Honda Supra X EB 893 23 Maret 15,000,000 16 Nopember 52,000,000 Dump Truk Sepeda Motor Sepeda Motor 2007 Bodi/Sampan dan Dong 15 PK Kelengkapannya Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lembata tahun 2008 Berdasarkan masalah tersebut di atas maka penulis akan melakukan perhitungan penyusutan aktiva tetap berwujud untuk perkiraan peralatan dan mesin yang dimiliki Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lembata tahun 2008, dengan mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) yakni menggunakan metode garis lurus untuk aktiva tetap karena dianggap sederhana dimana nilai penyusutan pada setiap periode akan menghasilkan nilai penyusutan yang jumlahnya sama. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian dengan judul “Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap dan Penyajiannya Dalam Laporan Keuangan Pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lembata tahun 2008”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Seberapa besar jumlah aktiva tetap yang seharusnya disajikan pada neraca Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lembata tahun 2008 setelah dihitung penyusutan peralatan dan mesin dengan menggunakan metode garis lurus?” C. Tujuan Penelitian Tujuan terhadap penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya jumlah aktiva tetap yang seharusnya disajikan pada neraca Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lembata tahun 2008 setelah dihitung penyusutan peralatan dan mesin dengan menggunakan metode garis lurus. D. Kegunaan Penelitian a. Bagi Instansi Sebagai bahan masukan dan bahan informasi bagi pemerintah daerah dalam hal ini Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Lembata dan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lembata dalam pengelolaan aktiva tetap daerah yang dimiliki terutama perhitungan perhitungan penyusutan aktiva tetap sehingga dapat diketahui jumlah aktiva tetap yang seharusnya disajikan dalam laporan neraca. b. Bagi peneliti lainnya Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya.