e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014) IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BERGULING SENAM LANTAI I.A Trisna Wardani, I Wyn Artanayasa,I Pt Darmayasa. Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas Pendidikan Ganesha Jalan Udayana Nomor 11 Singaraja-Bali Telepon (0362) 32559 e-mail: {[email protected],[email protected], [email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai melalui implementasi model pembelajaran kontekstual pada siswa kelas VIII A10 SMP Negeri 1 Singaraja tahun pelajaran 2013/2014.Jenis penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas dengan peneliti sebagai guru. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII A10 SMP Negeri 1 Singaraja yang berjumlah 24 siswa terdiri dari 12 putra dan 12 putri. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif.Berdasarkan analisis data hasil penelitian aktivitas dan hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai mengalami peningkatan sebesar 7 orang dari 11orang observasi awal menjadi menjadi 18 orang siklus I dan 6 orang dari 18 siklus I menjadi 24 siklus II. Ketuntasan hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai meningkat sebesar 7 orang (29%) dari 6 orang (25%) observasi awal menjadi 13 orang (54%) siklus I, dan 7 orang (29%) dari 13 orang (54%) siklus I menjadi 20 orang (83%) siklus II. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai meningkat melalui implementasi model pembelajaran kontekstual pada siswa kelas VIII A10 SMP Negeri 1 Singaraja tahun pelajaran 2013/2014. Jadi disarankan kepada guru penjasorkes untuk dapat mengimplementasikan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran teknik dasar berguling senam lantai. Kata Kunci : kontekstual, aktivitas, hasil belajar, berguling senam lantai. Abstract This study is aimed at improving students’ activity and their learning result of roll technique (foward roll dan back roll) in gymnastic floor. The technique was application through contextual learning method of VIII A 10 Class in SMP Negeri 1 Singaraja academic year in 2013/2014. This research is a class action research in which the teacher’s role as the researcher within two cycles. The subject was 24 students of VIII A10 SMP Negeri 1 Singaraja consisting 12 girls and 12 boys. The data was analyzed using statistic descriptive method. The activity result using classical technique was 7 people from 11 people the first observation became 18 people of the fisrt cyrcle and 6 people as it increased from 18 people in the first cycles became 24 orang in second cyclye. Meanwhile, the first cycles showed 7 people (29%) from 6 people (25%) in first observation became 13 people (54%) in first cycle as the result of learning. And 7people (29%) from 13 people (54%) in first cycle became 20 people (83%) in second cycle. It can be concluded that the students’ ability in learning roll technique gymnastic floor was improved through the application of contextual learning method. It was suggested to the teacher to application the method as it resulted in improving students’ activity and learning result of roll technique in gymnastic floor.. Keyword : contecstual, activity, learning result, roll of gymnastic floor e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Kemajuan dunia pendidikan dapat didapatkan dari pendidikan formal maupun informal. Dalam pendidikan formal pendidikan yang diberikan mencangkup pendidikan umum seperti pendidikan bahasa Indonesia, pendidikan matematika, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan alam maupun pendidikan sosial namun selain itu untuk memajukan dunia pendidikan juga tak terlepas pada pendidikan jasmani karena pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan ranah jasmani, melainkan juga mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui kegiatan aktivitas jasmani dan olahraga. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan tersebut. Depdiknas,(2006:163) Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran adalah saat guru memperkenalkan informasi yang melibatkan siswa menggunakan konsepkonsep, memberikan waktu yang cukup untuk menemukan ide-ide dengan menggunakan pola-pola berpikir formal. Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya (Trianto, 2007: 17). Pada proses pembelajaran kesuksesan seorang peserta didik tidak hanya menitik beratkan pada peserta didik semata, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh lembaga pendidikan dan peran serta guru selaku pendidiknya. Maka dari itu, dalam hal ini kinerja lembaga pendidikan dan guru harus ditingkatkan salah satunya melalui pembaharuan dibidang pendidikan. Salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan pencapaian hasil belajar dan sekaligus merupakan permasalahan dalam mencapai hasil belajar yang optimal adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Pemahaman konsep dan pemahaman tujuan pembelajaran adalah kemampuan seseorang untuk mengerti apa yang diajarkan, menangkap makna apa yang dipelajari, dapat melaksanakan tugas pembelajaran dan memecahkan masalah sesuai dengan materi pembelajaran. Namun, kenyataan pada observasi awal yang peneliti lakukan di kelas VIII A10 SMP Negeri 1 Singaraja Tahun pelajaran 2013/2014 pada tanggal 23 Juli 2013 menunjukan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran teknik Berguling senam lantai masih belum aktif dan belum tuntas dan masih ada beberapa siswa yang bermasalah dan perlu ditingkatkan karena secara klasikal masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) di sekolah yang sebesar 77. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran merupakan suatu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. ”Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas, itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yng sangat penting didalam interaksi belajar mengajar”Sardiman(2005:95). Aktivitas belajar sangat beraneka ragam jenisnya, untuk itu para ahli mengadakan klasifikasi atau pengelompokan terhadap jenis-jenis aktivitas belajar tersebut. Menurut Paul D. Dierich (dalam Hamalik, 2001:172) membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok yaitu kegiatan visual, audio, lisan, menulis, menggambarkan, metrik, mental, dan emosional, namun dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti 6 kegiatan aktivitas belajar yaitu visual, audio, lisan, mental, metrik, dan emosional. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan oleh guru sebelumnya. Hasil belajar merupakan suatu puncak dari proses belajar yang telah dilakukan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3) Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan prosess evaluasi belajar, dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014) puncak proses belajar mengajar. Sedangkan Sudjana (2006:23) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Kemudian Hamalik (2004:22) berpendapat bahwa hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan tingkah laku. Dari pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi akibat adanya proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi yang dilakukan oleh guru, dan juga merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Senam lantai (floor exercise) salah satu dari rumpun senam. Sesuai dengan namanya, maka gerakan-gerakan atau bentuk latihannya dilakukan di lantai. Latihan senam lantai juga dapat dilakukan dalam ruang, dan dapat dilakukan dilapangan rumput atau pasir pantai, namun untuk menjga keselamatan paling nbaik dilakukan diatas matras. Ukuran matras biasanya 120 x 240 cm, 150 x 300 cm dan 180 x 360 cm. Tebalnya tergantung dari bahan yang digunakan pada umumnya ± 7,5 cm. Sholeh(1992:26). Pada hasil observasi awal aktivitas belajar teknik berguling senam lantai, tergolong cukup aktif. Aktivitas belajar siswa secara individu dari jumlah siswa 24 orang, 11 orang (45,8%), yang tergolong cukup aktif sebanyak 12 orang (50%) dan tergolong kurang aktif sebanyak 1 orang (4,16%). Aktivitas belajar siswa dikatakan berhasil jika berada minimal pada kategori aktif yaitu antara 7 ≤ X < 9 sesuai kriteria penggolongan aktivitas belajar yang dimodifikasi dari Nurkancana dan Sunartana (1992:100) jadi siswa yang bermasalah sebanyak 13 orang dengan persentase 54,16%. Rata-rata aktivitas belajar siswa secara klasikal baru mencapai 6,5. Hal tersebut bermakna, siswa rata-rata mampu memenuhi 6 dari 12 deskriptor aktivitas belajar yang diamati. Sedangkan pada data hasil belajar teknik berguling senam lantai, siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebanyak 6 orang siswa (25%) dan siswa yang belum memenuhi KKM sebanyak 19 Orang siswa (75%). Adapun rincian ketuntasan siswa adalah 6 orang (25%) tergolong baik, 11 orang (46%) tergolong cukup baik, dan 7 orang (29%) tergolong kurang baik. Dengan menganalisa data hasil belajar diatas, maka hasil belajar teknik dasar berguling (depan dan belakang) senam lantai siswa kelas VIII A10 dikategorikan belum tuntas karena persentase ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 25% dan sedangkan siswa yang yang masih dalam kategori belum tuntas atau siswa yang masih bermasalah yaitu sebanyak 19 orang dengan persentase 75%. Sementara itu hasil belajar dikatakan tuntas jika mencapai kriteria ketuntasan minimal yaitu 77% sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) di SMP 1 Singaraja. Faktor-faktor yang dipandang oleh peneliti sebagai penyebab dari permasalahan tersebut yaitu dilihat dari kegiatan-kegiatan aktivitas belajar yang terdiri dari kegiatan-kegiatan visual, lisan, audio, metrik, mental dan emosional. Dimana yang masih banyak bermasalah kegiatan visual pada poin a, yaitu mengamati demostrasi dari peneliti. Kegiatan lisan pada poin a, yaitu mengajukan pertanyaan yang jelas, sesuai dengan materi yang dipelajari, dalam hal ini tentang teknik dasar berguling (depan dan belakang) senam lantai. Kegiatan audio pada poin b, yaitu mendengarkan penjelasan salah satu teman dalam kelompok tentang teknik dasar berguling (depan dan belakang) senam lantai. Kegiatan metrik pada poin b, yaitu melakukan gerakan teknik dasar berguling (depan dan belakang) senam lantai. Dan dalam kegiatan emosional pada poin b, yaitu sungguh-sungguh dalam melakukan gerakan berguling (depan dan belakang) senam lantai. Dan selain itu hal tersebut disebabkan juga penggunaan model pembelajaran yang digunakan dalam mengajar masih menggunakan model konvensional seperti ceramah, demontrasi, dan penugasan. Sehingga minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pendidikan jasmani khususnya pada materi berguling (depan dan belakang) senam e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014) lantai masih tergolong cukup aktif. Dan untuk hasil belajar nya peneliti menemukan masalah dalam tiga aspek hasil belajar yaitu aspek kognifit, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Pada aspek kognitif banyak siswa yang belum memahami dan menjelaskan bagaimana pelaksanaan teknik dasar berguling (depan dan belakang) senam lantai. Pada aspek afektif banyak siswa yang masih belum percaya pada dirinya sendiri untuk melakukan gerakan berguling (depan dan belakang) senam lantai, belum berani mengemukaan pendapatnya karena tidak adanya kepercayaan diri pada dirinya, kurangnya rasa kerjasama dengan kelompok atau teman belajar mereka khususnya pada saat mengerjakan tugas yang di instruksikan oleh guru, kurangnya tanggung jawab pada masing-masing pribadi siswa yang masih belum bisa mentaati peraturan dan tata tertib yang sudah ditetapkan, sikap menghargai teman juga belum ditunjukkan oleh siswa yaitu belum bisa menilai teman dengan sikap yang positif. Dan banyak siswa yang belum menunjukan sikap keselamatan seperti gerakan berguling yang dilakukan menyamping, tidak bagian tengkuk yang pertama kali menyentuh matras. Yang terakhir pada aspek psikomotor, banyak siswa yang belum bisa melakukan gerakan berguling senam lantai baik dari sikap awal, sikap pelaksanaan, dmaupun sikap akhir. Yang menjadi permasalahan pada berguling ke depan yaitu pada sikap pelaksanaan yang tidak menempelkan tengkuk pertama kali pada saat akan berguling, kemudian saat berguling gerakannya masih menyamping dan pada sikap akhir yang pada saat mendarat kaki tidak jatuh secara bersamaan dan tangan tidak memegang lutut atau tulang kering. Untuk berguling kebelakang pada sikap pelaksanaan yaitu kaki tidak bisa lurus kebelakang melewati kepala, dan gerakan berguling yang dilakukan menyamping, sedangkan pada sikap akhir kedua kaki tidak jatuh secara bersamaan serta siswa sulit menjaga keseimbangan. Dilihat dari permasalahan yang dipaparkan mengenai aktivitas belajar berguling senam lantai yang masih cukup aktif dan hasil belajar yang belum tuntas, maka dibutuhkan sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu Solusi alternative yaitu mengganti model pembelajaran yang sebelumnya digunakan dengan mengimplementasikan model pembelajaran kontekstual, Karena model pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar guru menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat Nurhadi(2004:13). Mills (dalam Suprijono, 2009:45-46) berpendapat bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran landasan yang diperoleh dari beberapa sistem. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan seluasnya kepada siswa untuk belajar adalah model kontekstual yang nantinya diharapkan aktivitas belajar dan hasil belajar dapat meningkat . Trianto,(2007:102) juga menyatakan, Pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa-siswa TK sampai dengan SMA untuk menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan. Pembelajaran kontesktual adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman sesungguhnya. Dari sekian banyak model yang ada peneliti akan menerapkankan model pembelajaran kontekstual karena model pembelajaran ini merupakan model yang yang membantu siswa mengaitkan pembelajaran dengan dunia nyata yang dapat mempermudah siswa mempelajari e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014) atau memahami pembelajaran dalam hal ini teknik dasar berguling senam lantai. Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai melalui implementasi model pembelajaran kontekstual pada siswa kelas VIII A10 SMP Negeri 1 Singaraja tahun pelajaran 2013/2014. Selain itu peneitian ini bertujuan untuk memberikan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran. METODE Jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan bentuk guru sebagai peneliti. Karena “Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional" (Kanca,2010:108). Penelitian ini telah dilakukan pada siswa kelas VIII A10 SMP Negeri 1 Singaraja tahun pelajaran 2013/2014. Dengan pembelajaran teknik dasar berguling senam lantai, rencana penelitian ini telah dilaksanakan di lapangan/aula SMP Negeri 1 Singaraja, pada jam ke 0 dan ke 1, yaitu pukul 06.00 – 07.20 wita, dan penelitian ini telah dilaksanakan pada semester ganjil. Adapun prosedur yang harus dilalui dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) observasi awal, (b) refleksi awal, (c) identifikasi masalah, (d) analisis masalah, (e) perencanaan tindakan, (f) pelaksanaan tindakan, (g) observasi hasil tindakan, (h) refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pengumpulan data aktivitas dan hasil belajar. Data aktivitas belajar dikumpulkan pada setiap pertemuan pada setiap siklus yang dilakukan oleh 2 orang observer. Sedangkan data hasil belajar dikumpulkan pada pertemuan kedua setiap siklus yang dilakukan oleh 3 orang evaluator. Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif dapat digunakan untuk mengolah karakteristik data yang berkaitan dengan menjumlah, merata-rata, mencari titik tengah, mencari persentase, dan menyajikan data yang menarik, mudah dibaca dan diikuti alur berpikirnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada observasi awal yang dilakukan di kelas VIII A10 SMP Negeri 1 Singaraja tahun pelajaran 2013/2014 ditemukan data aktivitas belajar masih belum aktif dan hasil belajar yang masih belum tuntas. Hal ini terlihat secara klasikal siswa masih belum bisa memenuhi KKM di sekolah yang sebesar 77. Pada data aktivitas belajar siswa secara klasikal sebesar 6,5 maka aktivitas belajar teknik dasar berguling (depan dan belakang) senam lantai pada siswa kelas VIII A10 SMP Negeri 1 Singaraja secara klasikal tergolong cukup aktif. Aktivitas belajar siswa secara individu dari jumlah siswa 24 orang, 11 orang (45,8%), yang tergolong cukup aktif sebanyak 12 orang (50%) dan tergolong kurang aktif sebanyak 1 orang (4,16%). Pada penelitian siklus I, tindakan yang diberikan sesuai dengan tahapan model pembelajaran kontekstual. Namun masih terdapat siswa yang masih kesulitan dalam pembelajaran. Hasil penelitian siklus I pada aktivitas belajar yaitu: pada siswa dengan katagori sangat aktif 3 orang (12,5%), aktif sebanyak 15 orang (62,5%), cukup aktif sebanyak 6 orang (25%), kurang aktif tidak ada (0%), dan sangat kurang aktif tidak ada (0%). Rata-rata aktivitas belajar pada siklus 1 yaitu 7,57 yang berada pada kategori aktif. e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014) Tabel 1. Kategori penggolongan aktivitas belajar Teknik dasar berguling senam lantai pada siklus I. Kriteria Kategori Jml Siswa X 9 Sangat Akif 3 12,5% <9 Aktif 15 62,5% <7 Cukup Aktif 6 25% <5 Kurang Aktif 0 0% Sangat Kurang Aktif 0 0% 24 100% 7 X 5 X 3 X X<3 Jumlah Pada data hasil belajar didapatkan bahwa siswa yang tuntas sebanyak 13 orang (54%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 11 orang (46%). Adapun rinciannya sebagai berikut pada kategori Persentase Ket Aktif 18 orang (75%) Belum aktif 6 orang (25%) 24 (100%) sangat baik tidak ada (0%), baik sebanyak 13 orang (54%), cukup sebanyak 9 orang (38%), kurang baik sebanyak 2 orang (8%), dan sangat kurang tidak ada (0%). Tabel 2. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Berguling senam lantai pada Siklus 1 Tingkat Penguasaa n Kategori Jum Siswa Persenta se Ketuntasan Siswa 87%-100% Sangat Baik - 7,7% 77%-86% Baik 13 54,% 13 orang (54%) Siswa Tuntas 67%-76% Cukup 9 38,% 57%-66% Kurang 2 8% 0%-56% Sangat Kurang 0 0% 24 100% Jumlah 11 orang (46%) Siswa Tidak Tuntas 24 (100%) Target Ketuntasan ≥77% Siklus I tingkat ketuntasan belum mencapai 77% dan dilanjutkan ke siklus II, untuk pencapaian hasil penelitian yang sesuai dengan KKM di sekolah yaitu 77% e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014) Pada siklus II dilakukan tindakan yang sesuai hasil refleksi dari tindakan siklus I. Dari tindakan tersebut terjadi peningkatan pada aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti sesuai data aktivitas dan hasil belajar pada siklus II. Pada data aktivitas belajar siswa yang berada pada katagori sangat aktif sebanyak 15 orang (62,5%), aktif sebanyak 9 orang (37,5%), cukup aktif sebanyak tidak ada (0%), kurang aktif tidak ada (0%), dan sangat kurang aktif tidak ada (0%). Adapun nilai rata-rata aktivitas belajar teknik dasar berguling senam lantai secara klasikal yaitu 9,02 (sangat aktif). Tabel 3. Kategori penggolongan aktivitas belajar Teknik Dasar berguling senam lantai pada siklus II Kriteria X 9 Kategori Jml Siswa Persentase Sangat Akif 15 62,5 % 7 X <9 Aktif 9 37,5% 5 X <7 Cukup Aktif 0 0% 3 X <5 Kurang Aktif 0 0% Sangat Kurang Aktif 0 0% 24 100% X<3 Jumlah Pada data hasil belajar siswa dapat disampaikan bahwa pembelajaran semua siswa tuntas. siswa yang tuntas sebanyak 20 orang (83%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 4 orang (17%). Adapun rinciannya sebagai berikut pada kategori Ket Aktif 24 orang (100%) Belum aktif 0 orang (0%) 24 (100%) sangat baik tidak ada (0%), baik sebanyak 20 orang (83%), cukup sebanyak 4 orang (17%), kurang tidak ada (0%), dan sangat kurang tidak ada (0%). Ketuntasan belajar siswa secara klasikal mencapai 83%. e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014) Tabel 4. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar berguling senam lantai pada Siklus II Tingkat Penguasaan Kategori Jml Siswa Perse ntase Ketuntas-an Siswa Sangat Baik 0 0% 75%-84% Baik 20 83% 20 Orang (83%) Tuntas 65%-74% Cukup Baik 4 17% Kurang Baik 0 0% Sangat Kurang Baik 0 0% 24 100% 85%-100% 55%-64% 0%-54% Jumlah Dari hasil penelitian pada siklus I dan siklus II dilakukan refleksi melalui diskusi dengan siswa dan guru. Pada penelitian ini ditemukan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai pada siswa kelas VIII A10 SMP Negeri 1 4 Orang (17%) Tidak Tuntas Target Ketuntasan ≥75% Siklus II tingkat ketuntasan sudah mencapai 77% dan tidak dilanjutkan lagi karena keterbatasan waktu. 24 Singaraja tahun pelajaran 2013/2014 pada setiap siklus. Peningkatan tersebut terjadi secara bertahap dan akhirnya sesuai dengan tujuan pembelajaran dan mampu memenuhi KKM di sekolah. Peningkatan tersebut dapat terlihat pada tabel 5 dan tabel 6. Tabel 5 Peningkatan Data Aktivitas Belajar Siswa Tahapan Observa si Awal Siklus I Siklus II Keaktifan Siswa Cukup Aktif Aktivitas Belajar Klasikal Peningkatan Aktivitas Belajar Observasi Observasi Siklus I ke Awal ke ke siklus II Siklus II Siklus I 11 orang (45,8%) Aktif 18 orang (75%) Sangat Aktif) 24 orang (100% Dari data tabel diatas dapat disampaikan bahwa terjadi peningkatan sebesar 1,07 dari observasi awal ke siklus 13 orang (54,2%) 7 orang (29,2%) 6 orang (25%) I. dan terjadi peningkatan sebesar 1,45 dari siklus I ke siklus II. e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014) Tabel 6. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tahapan Kategori ketuntasan Jumlah siswa Observasi Awal Belum tuntas 6 orang (29%) Siklus I Siklus II Belum tuntas tuntas 13 orang (54%) 20 orang (83%) Dari data hasil belajar diatas dapat disampaikan peningkatan dari observasi awal ke siklus I adalah 29% (7 orang), sedangkan peningkatan dari siklus I ke siklus II adalah 29% (7 orang). Berdasarkan data penelitian di atas maka dapat diyakini bahwa implementasi model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai pada siswa kelas VIII A10 SMP Negeri 1 Singaraja tahun pelajaran 2013/2014. SIMPULAN DAN SARAN Aktivitas belajar teknik berguling (depan dan belakang) senam lantai meningkat melalui implementasi model pembelajaran kontekstual pada siswa kelas VIII A 10 SMP Negeri 1 Singaraja tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari analisis data aktivitas belajar teknik dasar berguling (depan dan belakang) senam lantai mengalami peningkatan dari obervasi awal, siklus I dan siklus II Hasil belajar teknik dasar berguling (depan dan belakang) senam lantai meningkat melalui implementasi model pembelajaran kontekstual pada siswa kelas VIII A10 SMP Negeri 1 Singaraja tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari analisis data hasil belajar teknik dasar berguling (depan dan belakang) senam Peningkatan Hasil Belajar Observasi Observasi Siklus I ke Awal ke awal ke Siklus II Siklus I siklus II 7 orang (29%) 14 orang (58%) 7 orang (29%) lantai meningkat dari observasi awal, silkus I hingga siklus II. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai (depan dan belakang) senam lantai meningkat melalui implementasi model pembelajaran kontekstual pada siswa kelas VIII A10 SMP Negeri 1 singaraja tahun pelajaran 2013/2014. Untuk itu disarankan kepada guru penjasorkes untuk berupaya menerapkan model pembelajaran Kontekstual dalam proses pembelajaran sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai (depan dan belakang). Berdasarkan simpulan di atas, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut, kepada guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dapat menggunakan model pembelajaran kontekstual pada pembelajaran berguling (depan dan belakang) senam lantai karena dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar berguling (depan dan belakang) senam lantai. Bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian dapat menggunakan model pembelajaran kontekstual sesuai dengan materi yang akan diberikan. Bagi sekolah agar dijadikan pedoman dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014) khususnya pada senam lantai. materi pembelajaran DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA. Jakarta: Depdiknas. Dimyati dan Mudjiono.2006. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT Asdi Mahastya Hamalik, Oemar. 2001 . Proses Belajar Mengajar . Jakarta: PT Bumi Aksara Kanca, I Nyoman. 2010. Metodelogi Penelitian Keolahragaan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Nana, Sudjana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nurhadi, Yasin, Burhan. dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Sardiman,A.M. 2005 Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sholeh, Mahmudi. 1992. Olahraga Pilihan Senam. Surakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Surabaya: Pustaka Belajar. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka