implementasi pembelajaran kontekstual untuk

advertisement
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014)
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
BERGULING SENAM LANTAI
I.A Trisna Wardani, I Wyn Artanayasa,I Pt Darmayasa.
Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Universitas Pendidikan Ganesha
Jalan Udayana Nomor 11 Singaraja-Bali Telepon (0362) 32559
e-mail: {[email protected],[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai
melalui implementasi model pembelajaran kontekstual pada siswa kelas VIII A10 SMP Negeri 1
Singaraja tahun pelajaran 2013/2014.Jenis penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas dengan
peneliti sebagai guru. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Subjek penelitian adalah siswa
kelas VIII A10 SMP Negeri 1 Singaraja yang berjumlah 24 siswa terdiri dari 12 putra dan 12 putri. Data
dianalisis menggunakan statistik deskriptif.Berdasarkan analisis data hasil penelitian aktivitas dan hasil
belajar teknik dasar berguling senam lantai mengalami peningkatan sebesar 7 orang dari 11orang
observasi awal menjadi menjadi 18 orang siklus I dan 6 orang dari 18 siklus I menjadi 24 siklus II.
Ketuntasan hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai meningkat sebesar 7 orang (29%) dari 6
orang (25%) observasi awal menjadi 13 orang (54%) siklus I, dan 7 orang (29%) dari 13 orang (54%)
siklus I menjadi 20 orang (83%) siklus II. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat
disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar teknik dasar berguling senam lantai meningkat melalui
implementasi model pembelajaran kontekstual pada siswa kelas VIII A10 SMP Negeri 1 Singaraja tahun
pelajaran 2013/2014. Jadi disarankan kepada guru penjasorkes untuk dapat mengimplementasikan
model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran teknik dasar berguling senam lantai.
Kata Kunci : kontekstual, aktivitas, hasil belajar, berguling senam lantai.
Abstract
This study is aimed at improving students’ activity and their learning result of roll technique (foward roll
dan back roll) in gymnastic floor. The technique was application through contextual learning method of
VIII A 10 Class in SMP Negeri 1 Singaraja academic year in 2013/2014. This research is a class action
research in which the teacher’s role as the researcher within two cycles. The subject was 24 students of
VIII A10 SMP Negeri 1 Singaraja consisting 12 girls and 12 boys. The data was analyzed using statistic
descriptive method. The activity result using classical technique was 7 people from 11 people the first
observation became 18 people of the fisrt cyrcle and 6 people as it increased from 18 people in the first
cycles became 24 orang in second cyclye. Meanwhile, the first cycles showed 7 people (29%) from 6
people (25%) in first observation became 13 people (54%) in first cycle as the result of learning. And
7people (29%) from 13 people (54%) in first cycle became 20 people (83%) in second cycle. It can be
concluded that the students’ ability in learning roll technique gymnastic floor was improved through the
application of contextual learning method. It was suggested to the teacher to application the method as it
resulted in improving students’ activity and learning result of roll technique in gymnastic floor..
Keyword : contecstual, activity, learning result, roll of gymnastic floor
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014)
PENDAHULUAN
Kemajuan dunia pendidikan dapat
didapatkan dari pendidikan formal maupun
informal.
Dalam
pendidikan
formal
pendidikan yang diberikan mencangkup
pendidikan umum seperti pendidikan
bahasa Indonesia, pendidikan matematika,
pendidikan kewarganegaraan, pendidikan
alam maupun pendidikan sosial namun
selain itu untuk memajukan dunia
pendidikan juga tak terlepas pada
pendidikan jasmani karena pendidikan
jasmani
olahraga
dan
kesehatan
(Penjasorkes) merupakan bagian integral
dari sistem pendidikan secara keseluruhan.
Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya
mengembangkan ranah jasmani, melainkan
juga mengembangkan aspek kesehatan,
kebugaran jasmani, keterampilan berpikir
kritis, stabilitas emosional, keterampilan
sosial, penalaran dan tindakan moral
melalui kegiatan aktivitas jasmani dan
olahraga. Oleh karena itu, pelaksanaan
pendidikan jasmani harus diarahkan pada
pencapaian
tujuan
tersebut.
Depdiknas,(2006:163)
Pembelajaran merupakan aspek
kegiatan manusia yang kompleks, yang
tidak
sepenuhnya
dapat
dijelaskan.
Pembelajaran
adalah
saat
guru
memperkenalkan
informasi
yang
melibatkan siswa menggunakan konsepkonsep, memberikan waktu yang cukup
untuk
menemukan
ide-ide
dengan
menggunakan pola-pola berpikir formal.
Dari makna ini jelas terlihat bahwa
pembelajaran merupakan interaksi dua
arah dari seorang guru dan peserta didik, di
mana antara keduanya terjadi komunikasi
(transfer) yang intens dan terarah menuju
pada suatu target yang telah ditetapkan
sebelumnya (Trianto, 2007: 17).
Pada
proses
pembelajaran
kesuksesan seorang peserta didik tidak
hanya menitik beratkan pada peserta didik
semata, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh
lembaga pendidikan dan peran serta guru
selaku pendidiknya. Maka dari itu, dalam
hal ini kinerja lembaga pendidikan dan
guru harus ditingkatkan salah satunya
melalui pembaharuan dibidang pendidikan.
Salah satu faktor yang sangat menentukan
keberhasilan pencapaian hasil belajar dan
sekaligus merupakan permasalahan dalam
mencapai hasil belajar yang optimal adalah
model pembelajaran yang digunakan oleh
guru.
Pemahaman
konsep
dan
pemahaman tujuan pembelajaran adalah
kemampuan seseorang untuk mengerti apa
yang diajarkan, menangkap makna apa
yang dipelajari, dapat melaksanakan tugas
pembelajaran dan memecahkan masalah
sesuai dengan materi pembelajaran.
Namun, kenyataan pada observasi awal
yang peneliti lakukan di kelas VIII A10 SMP
Negeri 1 Singaraja Tahun pelajaran
2013/2014 pada tanggal 23 Juli 2013
menunjukan aktivitas dan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran teknik Berguling
senam lantai masih belum aktif dan belum
tuntas dan masih ada beberapa siswa yang
bermasalah dan perlu ditingkatkan karena
secara klasikal masih belum memenuhi
kriteria ketuntasan minimal (KKM) di
sekolah yang sebesar 77.
Aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran merupakan suatu indikator
adanya keinginan siswa untuk belajar.
”Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas,
itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip
atau asas yng sangat penting didalam
interaksi
belajar
mengajar”Sardiman(2005:95).
Aktivitas
belajar sangat beraneka ragam jenisnya,
untuk itu para ahli mengadakan klasifikasi
atau pengelompokan terhadap jenis-jenis
aktivitas belajar tersebut. Menurut Paul D.
Dierich (dalam Hamalik,
2001:172)
membagi kegiatan belajar dalam 8
kelompok yaitu kegiatan visual, audio, lisan,
menulis, menggambarkan, metrik, mental,
dan emosional, namun dalam penelitian ini
peneliti hanya meneliti 6 kegiatan aktivitas
belajar yaitu visual, audio, lisan, mental,
metrik, dan emosional.
Hasil belajar yang dicapai oleh
siswa sangat erat kaitannya dengan
rumusan
tujuan
instruksional
yang
direncanakan oleh guru sebelumnya. Hasil
belajar merupakan suatu puncak dari
proses belajar yang telah dilakukan.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3)
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan mengajar. Dari
sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan
prosess evaluasi belajar, dari sisi siswa
hasil belajar merupakan berakhirnya
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014)
puncak
proses
belajar
mengajar.
Sedangkan
Sudjana
(2006:23)
mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan – kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Kemudian Hamalik (2004:22)
berpendapat bahwa hasil belajar bukan
suatu penguasaan hasil latihan melainkan
perubahan tingkah laku.
Dari pengertian para ahli diatas
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah perubahan dari segi kognitif, afektif,
dan psikomotor yang terjadi akibat adanya
proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi
terutama berkat evaluasi yang dilakukan
oleh guru, dan juga merupakan hasil dari
suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar.
Senam lantai (floor exercise) salah
satu dari rumpun senam. Sesuai dengan
namanya, maka gerakan-gerakan
atau
bentuk latihannya dilakukan di lantai.
Latihan senam lantai juga dapat dilakukan
dalam ruang, dan dapat dilakukan
dilapangan rumput atau pasir pantai,
namun untuk menjga keselamatan paling
nbaik dilakukan diatas matras. Ukuran
matras biasanya 120 x 240 cm, 150 x 300
cm dan 180 x 360 cm. Tebalnya tergantung
dari bahan yang digunakan pada umumnya
± 7,5 cm. Sholeh(1992:26).
Pada hasil observasi awal aktivitas
belajar teknik berguling senam lantai,
tergolong cukup aktif. Aktivitas belajar
siswa secara individu dari jumlah siswa 24
orang, 11 orang (45,8%), yang tergolong
cukup aktif sebanyak 12 orang (50%) dan
tergolong kurang aktif sebanyak 1 orang
(4,16%). Aktivitas belajar siswa dikatakan
berhasil jika berada minimal pada kategori
aktif yaitu antara 7 ≤ X < 9 sesuai kriteria
penggolongan aktivitas belajar yang
dimodifikasi
dari
Nurkancana
dan
Sunartana (1992:100) jadi siswa yang
bermasalah sebanyak 13 orang dengan
persentase 54,16%.
Rata-rata aktivitas belajar siswa
secara klasikal baru mencapai 6,5. Hal
tersebut bermakna, siswa rata-rata mampu
memenuhi 6 dari 12 deskriptor aktivitas
belajar yang diamati. Sedangkan pada data
hasil belajar teknik berguling senam lantai,
siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan
minimal (KKM) sebanyak 6 orang siswa
(25%) dan siswa yang belum memenuhi
KKM sebanyak 19 Orang siswa (75%).
Adapun rincian ketuntasan siswa adalah 6
orang (25%) tergolong baik, 11 orang (46%)
tergolong cukup baik, dan 7 orang (29%)
tergolong
kurang
baik.
Dengan
menganalisa data hasil belajar diatas, maka
hasil belajar teknik dasar berguling (depan
dan belakang) senam lantai siswa kelas VIII
A10 dikategorikan belum tuntas karena
persentase ketuntasan hasil belajar siswa
sebesar 25% dan sedangkan siswa yang
yang masih dalam kategori belum tuntas
atau siswa yang masih bermasalah yaitu
sebanyak 19 orang dengan persentase
75%. Sementara itu hasil belajar dikatakan
tuntas jika mencapai kriteria ketuntasan
minimal yaitu 77% sesuai dengan kriteria
ketuntasan minimal (KKM) di SMP 1
Singaraja.
Faktor-faktor yang dipandang oleh
peneliti
sebagai
penyebab
dari
permasalahan tersebut yaitu dilihat dari
kegiatan-kegiatan aktivitas belajar yang
terdiri dari kegiatan-kegiatan visual, lisan,
audio, metrik, mental dan emosional.
Dimana yang masih banyak bermasalah
kegiatan visual pada poin a, yaitu
mengamati
demostrasi
dari
peneliti.
Kegiatan lisan
pada poin a, yaitu
mengajukan pertanyaan yang jelas, sesuai
dengan materi yang dipelajari, dalam hal ini
tentang teknik dasar berguling (depan dan
belakang) senam lantai. Kegiatan audio
pada poin b, yaitu mendengarkan
penjelasan salah satu teman dalam
kelompok tentang teknik dasar berguling
(depan dan belakang) senam lantai.
Kegiatan metrik pada poin b, yaitu
melakukan gerakan teknik dasar berguling
(depan dan belakang) senam lantai. Dan
dalam kegiatan emosional pada poin b,
yaitu sungguh-sungguh dalam melakukan
gerakan berguling (depan dan belakang)
senam lantai. Dan selain itu hal tersebut
disebabkan juga penggunaan model
pembelajaran yang digunakan dalam
mengajar masih menggunakan model
konvensional seperti ceramah, demontrasi,
dan penugasan. Sehingga minat siswa
dalam
mengikuti proses pembelajaran
pendidikan jasmani khususnya pada materi
berguling (depan dan belakang) senam
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014)
lantai masih tergolong cukup aktif. Dan
untuk hasil belajar nya peneliti menemukan
masalah dalam tiga aspek hasil belajar
yaitu aspek kognifit, aspek afektif, dan
aspek psikomotor. Pada aspek kognitif
banyak siswa yang belum memahami dan
menjelaskan
bagaimana
pelaksanaan
teknik dasar berguling (depan dan
belakang) senam lantai. Pada aspek afektif
banyak siswa yang masih belum percaya
pada dirinya sendiri untuk melakukan
gerakan berguling (depan dan belakang)
senam lantai, belum berani mengemukaan
pendapatnya
karena
tidak
adanya
kepercayaan diri pada dirinya, kurangnya
rasa kerjasama dengan kelompok atau
teman belajar mereka khususnya pada saat
mengerjakan tugas yang di instruksikan
oleh guru, kurangnya tanggung jawab pada
masing-masing pribadi siswa yang masih
belum bisa mentaati peraturan dan tata
tertib yang sudah ditetapkan, sikap
menghargai teman juga belum ditunjukkan
oleh siswa yaitu belum bisa menilai teman
dengan sikap yang positif. Dan banyak
siswa yang belum menunjukan sikap
keselamatan seperti gerakan berguling
yang dilakukan menyamping, tidak bagian
tengkuk yang pertama kali menyentuh
matras. Yang terakhir pada aspek
psikomotor, banyak siswa yang belum bisa
melakukan gerakan berguling senam lantai
baik dari sikap awal, sikap pelaksanaan,
dmaupun sikap akhir. Yang menjadi
permasalahan pada berguling ke depan
yaitu pada sikap pelaksanaan yang tidak
menempelkan tengkuk pertama kali pada
saat akan berguling, kemudian saat
berguling gerakannya masih menyamping
dan pada sikap akhir yang pada saat
mendarat
kaki
tidak
jatuh
secara
bersamaan dan tangan tidak memegang
lutut atau tulang kering. Untuk berguling
kebelakang pada sikap pelaksanaan yaitu
kaki tidak bisa lurus kebelakang melewati
kepala, dan gerakan berguling yang
dilakukan menyamping, sedangkan pada
sikap akhir kedua kaki tidak jatuh secara
bersamaan serta siswa sulit menjaga
keseimbangan.
Dilihat dari permasalahan yang
dipaparkan mengenai aktivitas belajar
berguling senam lantai yang masih cukup
aktif dan hasil belajar yang belum tuntas,
maka dibutuhkan sebuah solusi untuk
mengatasi permasalahan tersebut. Salah
satu Solusi alternative yaitu mengganti
model pembelajaran yang sebelumnya
digunakan dengan mengimplementasikan
model pembelajaran kontekstual, Karena
model
pembelajaran
kontekstual
merupakan suatu konsep belajar guru
menghadirkan situasi dunia nyata kedalam
kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapan dalam
kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga
dan
masyarakat
Nurhadi(2004:13).
Mills (dalam Suprijono, 2009:45-46)
berpendapat bahwa model adalah bentuk
representasi akurat sebagai proses aktual
yang memungkinkan seseorang atau
sekelompok orang mencoba bertindak
berdasarkan model itu. Model merupakan
interpretasi terhadap hasil observasi dan
pengukuran landasan yang diperoleh dari
beberapa sistem.
Model pembelajaran dapat diartikan
sebagai pola yang digunakan untuk
penyusunan kurikulum, mengatur materi,
dan memberi petunjuk kepada guru di
kelas. Salah satu model pembelajaran yang
memberikan
kesempatan
seluasnya
kepada siswa untuk belajar adalah model
kontekstual yang nantinya diharapkan
aktivitas belajar dan hasil belajar dapat
meningkat .
Trianto,(2007:102)
juga
menyatakan,
Pengajaran
kontekstual
adalah pengajaran yang memungkinkan
siswa-siswa TK sampai dengan SMA untuk
menguatkan, memperluas dan menerapkan
pengetahuan dan keterampilan akademik
mereka dalam berbagai macam tatanan
dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat
memecahkan
masalah-masalah
dunia
nyata
atau
masalah-masalah
yang
disimulasikan. Pembelajaran kontesktual
adalah pembelajaran yang terjadi dalam
hubungan yang erat dengan pengalaman
sesungguhnya. Dari sekian banyak model
yang ada peneliti akan menerapkankan
model pembelajaran kontekstual karena
model pembelajaran ini merupakan model
yang yang membantu siswa mengaitkan
pembelajaran dengan dunia nyata yang
dapat mempermudah siswa mempelajari
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014)
atau memahami pembelajaran dalam hal ini
teknik dasar berguling senam lantai.
Adapun tujuan penelitian yang ingin
dicapai adalah:
Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar teknik dasar berguling senam lantai
melalui implementasi model pembelajaran
kontekstual pada siswa kelas VIII A10 SMP
Negeri 1 Singaraja tahun pelajaran
2013/2014.
Selain itu peneitian ini bertujuan
untuk memberikan inovasi-inovasi baru
dalam pembelajaran.
METODE
Jenis penelitian tindakan kelas
(classroom action research) dengan bentuk
guru sebagai peneliti. Karena “Penelitian
tindakan kelas adalah suatu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan-tindakan tertentu agar
dapat memperbaiki dan meningkatkan
praktik-praktik pembelajaran di kelas secara
profesional" (Kanca,2010:108).
Penelitian ini telah dilakukan pada
siswa kelas VIII A10 SMP Negeri 1
Singaraja tahun pelajaran 2013/2014.
Dengan
pembelajaran
teknik
dasar
berguling senam lantai, rencana penelitian
ini telah dilaksanakan di lapangan/aula
SMP Negeri 1 Singaraja, pada jam ke 0 dan
ke 1, yaitu pukul 06.00 – 07.20 wita, dan
penelitian ini telah dilaksanakan pada
semester ganjil.
Adapun prosedur yang harus dilalui
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(a) observasi awal, (b) refleksi awal, (c)
identifikasi masalah, (d) analisis masalah,
(e) perencanaan tindakan, (f) pelaksanaan
tindakan, (g) observasi hasil tindakan, (h)
refleksi.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
pengumpulan data aktivitas dan hasil
belajar. Data aktivitas belajar dikumpulkan
pada setiap pertemuan pada setiap siklus
yang dilakukan oleh 2 orang observer.
Sedangkan data hasil belajar dikumpulkan
pada pertemuan kedua setiap siklus yang
dilakukan oleh 3 orang evaluator.
Dalam penelitian ini, teknik analisis
data yang digunakan adalah analisis
statistik deskriptif. Statistik deskriptif dapat
digunakan untuk mengolah karakteristik
data yang berkaitan dengan menjumlah,
merata-rata, mencari titik tengah, mencari
persentase, dan menyajikan data yang
menarik, mudah dibaca dan diikuti alur
berpikirnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada observasi awal yang dilakukan
di kelas VIII A10 SMP Negeri 1 Singaraja
tahun pelajaran 2013/2014 ditemukan data
aktivitas belajar masih belum aktif dan hasil
belajar yang masih belum tuntas. Hal ini
terlihat secara klasikal siswa masih belum
bisa memenuhi KKM di sekolah yang
sebesar 77. Pada data aktivitas belajar
siswa secara klasikal sebesar 6,5 maka
aktivitas belajar teknik dasar berguling
(depan dan belakang) senam lantai pada
siswa kelas VIII A10 SMP Negeri 1
Singaraja secara klasikal tergolong cukup
aktif. Aktivitas belajar siswa secara individu
dari jumlah siswa 24 orang, 11 orang
(45,8%), yang tergolong cukup aktif
sebanyak 12 orang (50%) dan tergolong
kurang aktif sebanyak 1 orang (4,16%).
Pada penelitian siklus I, tindakan
yang diberikan sesuai dengan tahapan
model pembelajaran kontekstual. Namun
masih terdapat siswa yang masih kesulitan
dalam pembelajaran.
Hasil penelitian siklus I pada
aktivitas belajar yaitu: pada siswa dengan
katagori sangat aktif 3 orang (12,5%), aktif
sebanyak 15 orang (62,5%), cukup aktif
sebanyak 6 orang (25%), kurang aktif tidak
ada (0%), dan sangat kurang aktif tidak ada
(0%).
Rata-rata aktivitas belajar pada
siklus 1 yaitu 7,57 yang berada pada
kategori aktif.
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014)
Tabel 1. Kategori penggolongan aktivitas belajar Teknik dasar berguling senam lantai
pada siklus I.
Kriteria
Kategori
Jml Siswa
X 9
Sangat Akif
3
12,5%
<9
Aktif
15
62,5%
<7
Cukup Aktif
6
25%
<5
Kurang Aktif
0
0%
Sangat Kurang
Aktif
0
0%
24
100%
7
X
5 X
3 X
X<3
Jumlah
Pada data hasil belajar didapatkan bahwa
siswa yang tuntas sebanyak 13 orang
(54%) dan siswa yang tidak tuntas
sebanyak 11 orang (46%). Adapun
rinciannya sebagai berikut pada kategori
Persentase
Ket
Aktif 18 orang
(75%)
Belum aktif 6
orang (25%)
24 (100%)
sangat baik tidak ada (0%), baik sebanyak
13 orang (54%), cukup sebanyak 9 orang
(38%), kurang baik sebanyak 2 orang (8%),
dan sangat kurang tidak ada (0%).
Tabel 2. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Berguling senam lantai pada Siklus 1
Tingkat
Penguasaa
n
Kategori
Jum
Siswa
Persenta
se
Ketuntasan
Siswa
87%-100%
Sangat
Baik
-
7,7%
77%-86%
Baik
13
54,%
13 orang
(54%)
Siswa
Tuntas
67%-76%
Cukup
9
38,%
57%-66%
Kurang
2
8%
0%-56%
Sangat
Kurang
0
0%
24
100%
Jumlah
11 orang
(46%)
Siswa Tidak
Tuntas
24 (100%)
Target
Ketuntasan
≥77%
Siklus I tingkat
ketuntasan belum
mencapai 77% dan
dilanjutkan ke siklus
II, untuk pencapaian
hasil penelitian yang
sesuai dengan KKM
di sekolah yaitu 77%
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014)
Pada siklus II dilakukan tindakan
yang sesuai hasil refleksi dari tindakan
siklus I. Dari tindakan tersebut terjadi
peningkatan pada aktivitas dan hasil belajar
siswa. Hal ini terbukti sesuai data aktivitas
dan hasil belajar pada siklus II.
Pada data aktivitas belajar siswa
yang berada pada katagori sangat aktif
sebanyak 15 orang (62,5%), aktif sebanyak
9 orang (37,5%), cukup aktif sebanyak tidak
ada (0%), kurang aktif tidak ada (0%), dan
sangat kurang aktif tidak ada (0%). Adapun
nilai rata-rata aktivitas belajar teknik dasar
berguling senam lantai secara klasikal yaitu
9,02 (sangat aktif).
Tabel 3. Kategori penggolongan aktivitas belajar Teknik Dasar berguling senam lantai
pada siklus II
Kriteria
X 9
Kategori
Jml Siswa
Persentase
Sangat Akif
15
62,5 %
7
X
<9
Aktif
9
37,5%
5
X
<7
Cukup Aktif
0
0%
3
X
<5
Kurang Aktif
0
0%
Sangat
Kurang Aktif
0
0%
24
100%
X<3
Jumlah
Pada data hasil belajar siswa dapat
disampaikan bahwa pembelajaran semua
siswa tuntas. siswa yang tuntas sebanyak
20 orang (83%) dan siswa yang tidak tuntas
sebanyak 4 orang (17%). Adapun
rinciannya sebagai berikut pada kategori
Ket
Aktif 24 orang
(100%)
Belum aktif 0
orang (0%)
24 (100%)
sangat baik tidak ada (0%), baik sebanyak
20 orang (83%), cukup sebanyak 4 orang
(17%), kurang tidak ada (0%), dan sangat
kurang tidak ada (0%). Ketuntasan belajar
siswa secara klasikal mencapai 83%.
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014)
Tabel 4. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar berguling senam lantai pada Siklus II
Tingkat
Penguasaan
Kategori
Jml
Siswa
Perse
ntase
Ketuntas-an
Siswa
Sangat
Baik
0
0%
75%-84%
Baik
20
83%
20 Orang
(83%)
Tuntas
65%-74%
Cukup
Baik
4
17%
Kurang
Baik
0
0%
Sangat
Kurang
Baik
0
0%
24
100%
85%-100%
55%-64%
0%-54%
Jumlah
Dari hasil penelitian pada siklus I
dan siklus II dilakukan refleksi melalui
diskusi dengan siswa dan guru. Pada
penelitian
ini
ditemukan
adanya
peningkatan aktivitas dan hasil belajar
teknik dasar berguling senam lantai pada
siswa kelas VIII A10 SMP Negeri 1
4 Orang
(17%)
Tidak
Tuntas
Target
Ketuntasan
≥75%
Siklus II
tingkat
ketuntasan
sudah
mencapai 77%
dan tidak
dilanjutkan lagi
karena
keterbatasan
waktu.
24
Singaraja tahun pelajaran 2013/2014 pada
setiap siklus.
Peningkatan tersebut terjadi secara
bertahap dan akhirnya sesuai dengan
tujuan
pembelajaran
dan
mampu
memenuhi KKM di sekolah. Peningkatan
tersebut dapat terlihat pada tabel 5 dan
tabel 6.
Tabel 5 Peningkatan Data Aktivitas Belajar Siswa
Tahapan
Observa
si Awal
Siklus I
Siklus II
Keaktifan
Siswa
Cukup
Aktif
Aktivitas
Belajar
Klasikal
Peningkatan Aktivitas Belajar
Observasi
Observasi
Siklus I ke
Awal ke
ke siklus II
Siklus II
Siklus I
11 orang
(45,8%)
Aktif
18 orang
(75%)
Sangat
Aktif)
24 orang
(100%
Dari data tabel diatas dapat
disampaikan bahwa terjadi peningkatan
sebesar 1,07 dari observasi awal ke siklus
13 orang
(54,2%)
7 orang
(29,2%)
6 orang
(25%)
I. dan terjadi peningkatan sebesar 1,45 dari
siklus I ke siklus II.
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014)
Tabel 6. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Tahapan
Kategori
ketuntasan
Jumlah
siswa
Observasi
Awal
Belum
tuntas
6 orang
(29%)
Siklus I
Siklus II
Belum
tuntas
tuntas
13 orang
(54%)
20 orang
(83%)
Dari data hasil belajar diatas dapat
disampaikan peningkatan dari observasi
awal ke siklus I adalah 29% (7 orang),
sedangkan peningkatan dari siklus I ke
siklus II adalah 29% (7 orang). Berdasarkan
data penelitian di atas maka dapat diyakini
bahwa implementasi model pembelajaran
kontekstual dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar teknik dasar berguling
senam lantai pada siswa kelas VIII A10
SMP Negeri 1 Singaraja tahun pelajaran
2013/2014.
SIMPULAN DAN SARAN
Aktivitas belajar teknik berguling (depan
dan belakang) senam lantai meningkat
melalui implementasi model pembelajaran
kontekstual pada siswa kelas VIII A 10 SMP
Negeri 1 Singaraja tahun pelajaran
2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari analisis
data aktivitas belajar teknik dasar berguling
(depan dan belakang) senam lantai
mengalami peningkatan dari obervasi awal,
siklus I dan siklus II
Hasil belajar teknik dasar berguling
(depan dan belakang) senam lantai
meningkat melalui implementasi model
pembelajaran kontekstual pada siswa kelas
VIII A10 SMP Negeri 1 Singaraja tahun
pelajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat
dari analisis data hasil belajar teknik dasar
berguling (depan dan belakang) senam
Peningkatan Hasil Belajar
Observasi
Observasi
Siklus I ke
Awal ke
awal ke
Siklus II
Siklus I
siklus II
7 orang
(29%)
14 orang
(58%)
7 orang
(29%)
lantai meningkat dari observasi awal, silkus
I hingga siklus II.
Berdasarkan uraian tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil
belajar teknik dasar berguling senam lantai
(depan dan belakang) senam lantai
meningkat melalui implementasi model
pembelajaran kontekstual pada siswa kelas
VIII A10 SMP Negeri 1 singaraja tahun
pelajaran 2013/2014. Untuk itu disarankan
kepada guru penjasorkes untuk berupaya
menerapkan
model
pembelajaran
Kontekstual dalam proses pembelajaran
sebagai salah satu alternatif untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
teknik dasar berguling senam lantai (depan
dan belakang).
Berdasarkan simpulan di atas, dapat
dikemukakan saran-saran sebagai berikut,
kepada guru pendidikan jasmani, olahraga
dan kesehatan dapat menggunakan model
pembelajaran
kontekstual
pada
pembelajaran
berguling
(depan
dan
belakang) senam lantai karena dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
teknik dasar berguling (depan dan
belakang) senam lantai. Bagi peneliti lain
yang akan mengadakan penelitian dapat
menggunakan
model
pembelajaran
kontekstual sesuai dengan materi yang
akan diberikan. Bagi sekolah agar dijadikan
pedoman dalam pembelajaran pendidikan
jasmani,
olahraga
dan
kesehatan
e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol 1 Tahun 2014)
khususnya pada
senam lantai.
materi
pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2006.
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
SMA.
Jakarta:
Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono.2006. Belajar dan
pembelajaran.
Jakarta: PT Asdi
Mahastya
Hamalik, Oemar. 2001 . Proses Belajar
Mengajar . Jakarta:
PT Bumi
Aksara
Kanca,
I Nyoman. 2010. Metodelogi
Penelitian Keolahragaan. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha.
Nana,
Sudjana. 2006. Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Nurhadi, Yasin, Burhan. dkk. 2004.
Pembelajaran
Kontekstual
Penerapannya dalam KBK. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Sardiman,A.M. 2005 Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar.Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sholeh, Mahmudi. 1992. Olahraga Pilihan
Senam. Surakarta: Departemen
Pendidikan
Dan
Kebudayaan
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Proyek
Pembinaan
Tenaga
Kependidikan
Suprijono,
Agus.
2009.
Cooperative
Learning.
Surabaya:
Pustaka
Belajar.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka
Download