BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku Perilaku adalah

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Perilaku
Perilaku adalah segala sesuatu yang dapat dikerjakan oleh seseorang baik
secara langsung maupun tidak langsung . Pengertian perilaku secara umum adalah
perbuatan atau tindakan yang dilakukan makhluk hidup, sedangkan menurut
ensiklopedia Amerika perilaku adalah suatu aksi dan reaksi dari organisme terhadap
lingkungannya. Departemen Kesehatan RI mendefinisikan perilaku sebagai respon
individu terhadap suatu stimulus atau tindakan yang dapat diamati dan mempunyai
frekuensi spesifik, durasi dan tujuan, baik disadari maupun tidak disadari. Pada
dasarnya perilaku dapat diamati dengan sikap dan tindakan seseorang, hal tersebut
sejalan dengan pernyataan Robert Kwick (1974) bahwa perilaku merupakan tindakan
atau perbuatan yang dapat diamati serta dapat dipelajari.
Ross, Helen dan Mico, Paul tahun 1974 (dalam Sarwono, 1985)
mendefinisikan perilaku manusia sebagai suatu keadaan yang seimbang antara
kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan penahan (restrining forces).
Perilaku menurut teori dari Lawrence Green (1980) yang membedakan masalah
kesehatan menjadi 2 determinan yaitu faktor perilaku dan non perilaku. Untuk faktor
perilaku sendiri bertujuan untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku pada
setiap individu. Green membagi faktor perilaku menjadi 3 faktor utama yaitu faktor
predisposisi, pemungkin dan penguat.
Universitas Sumatera Utara
Faktor predisposisi merupakan faktor yang memotivasi suatu perilaku atau
mempermudah terjadinya perilaku seseorang. Perilaku siswi dalam SADARI dapat
dihubungkan dengan faktor predisposisi seperti umur, pendidikan, pendapatan
keluarga, pengetahuan, sikap, dan riwayat penyakit keluarga. Faktor pemungkin
merupakan faktor lanjutan dari faktor predisposisi, dimana motivasi untuk terjadinya
perubahan perilaku tersebut dapat terwujud. Biaya, informasi kesehatan, pelayanan
kesehatan, dan media informasi menjadi faktor pemungkin bagi setiap individu untuk
berperilaku. Hal ini disebabkan karena seseorang akan mendapat dan mencari
informasi kesehatan maupun mendapat atau mencari informasi mengenai pencegahan
dan pengobatan apabila adanya akses ke informasi dan pelayanan kesehatan tersebut.
Selain informasi kesehatan dan media informasi, faktor lingkungan juga memiliki
andil untuk mempengaruhi perilaku karena faktor lingkungan dapat memfasilitasi
perilaku atau tindakan tersebut seperti biaya akses informasi dan biaya ke fasilitas
kesehatan sehingga individu dapat mencari informasi mengenai perkembangan tren
kesehatan , pencegahan penyakit dan pengobatan yang dibutuhkan (Green et al, 1980
yang dikutip oleh Gielen dan McDonald dalam Glanz, Rimer, Lewis 2002)
Faktor penguat yaitu faktor yang diperoleh dari orang terdekat dan adanya
dukungan sosial yang diberikan ke individu tersebut seperti keluarga, teman, guru
maupun petugas kesehatan yang dapat memperkuat perilaku. Dengan adanya
dukungan yang diberikan dari orang-orang terdekat diharapkan dapat mendorong
terjadinya perubahan perilaku (Green et al, 1980 yang dikutip oleh Gielen dan
McDonald dalam Glanz, Rimer, Lewis 2002).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Green dkk (1999) yang dikutip Gielen, dkk (2002), ada 6 langkah proses
perubahan perilaku kesehatan yaitu :
1. Penilaian Sosial
Penilaian sosial menentukan persepsi orang akan kebutuhan dan kualitas
hidup mereka. Pada tahap ini ahli perencana memperluas pemahaman mereka
pada masyarakat dimana mereka bekerja dengan beragam data, tindakan
terpadu. Penilaian sosial penting untuk berbagai alasan yaitu hubungan antara
kesehatan dan kualitas hidup yang saling berhubungan timbal balik dengan
pengaruh masing-masing.
2. Penilaian Epidemiologi
Penilaian epidemiologi membantu menetapkan permasalahan kesehatan
yang terpenting dalam suatu masyarakat. Penilaian ini dihubungkan dengan
kualitas hidup dari masyarakat, juga sumber daya yang terbatas sebagai
permasalahan kesehatan yang meluas di masyarakat.
3. Penilaian Perilaku dan Lingkungan
Penilaian perilaku dan lingkungan merupakan faktor-faktor yang
memberi konstribusi kepada masalah kesehatan. Dimana faktor perilaku
merupakan gaya hidup perorangan yang beresiko memberikan dukungan
kepada kejadian dan kesulitan masalah kesehatan. Sedangkan faktor
lingkungan merupakan semua faktor-faktor sosial dan fisiologis luar kepada
seseorang, sering tidak mencapai titik kontrol perorangan, yang dapat
dimodifikasi untuk mendukung perilaku atau mempengaruhi hasil kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
4. Mengidentifikasi faktor yang mendahului dan yang dikuatkan yang harus
ditempatkan untuk memulai dan menopang proses perubahan. Faktor ini
diklasifikasikan sebagai pengaruh, penguat dan pemungkin dan secara
bersama-sama
mempengaruhi
kemungkinan
perubahan
perilaku
dan
lingkungan.
5. Penilaian Administrasi dan Kebijakan
Merancang
intervensi
yang
strategis
dan
rencana
akhir
untuk
implementasi. Yaitu, administrasi dan kebijakan. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasikan kebijakan, sumber-sumber dan keadaan umum yang
berlaku dalam konteks program diorganisasi yang dapat memfasilitasi atau
menghalangi program implementasi.
6. Implementasi dan Evaluasi
Dalam langkah ini program kesehatan siap untuk dilaksanakan untuk
mengevaluasi proses, dampak dan hasil dari program, final dari tiga langkah
dalam model perencanaan precede-proceed. Secara halus, proses evaluasi
menentukan tingkat tertentu dari program yang dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan. Penilaian yang berpengaruh kuat berubah pada predisposing,
reinforcing dan enabling faktor sebaik dalam perilaku dan faktor lingkungan.
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang mencakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1). Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan, tingkatan ini adalah mengingat
kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
2). Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai mengingat suatu kemampuan untuk menjelaskan
dengan benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
3). Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4). Analisis (analysis)
Analisis dapat diartikan suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih
ada kaitannya satu sama lain.
5). Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru di
formulasi-formulasi yang udah ada.
6). Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu objek atau materi tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang tidak disadari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum seseorang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) didalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, yaitu:
a. Kesadaran, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek
sudah mulai timbul.
c. Menimbang-nimbang terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adopsi, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Pengetahuan dapat diperoleh melalui proses belajar yang di dapat dari pendidikan
(Soekidjo,2003).
2.1.2. Sikap (attitude)
Definisi sikap menurut Thurstone (2000) yang dikutip Azwar (2003), adalah
derajat efek positif atau efek negatif yang dikaitkan dengan suatu obyek psikologis.
Sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui
pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon
Universitas Sumatera Utara
individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Dari sini sikap
dapat digambarkan sebagai kecenderungan subyek merespon suka atau tidak suka
terhadap suatu obyek. Dobb (1974) menyatakan bahwa sikap pada hakekatnya adalah
tingkah laku yang tersembunyi yang terjadi secara disadari atau tidak disadari.
Tingkah laku tersembunyi ditambahkan dengan faktor-faktor yang lain dari dalam
diri individu seperti dorongan, kehendak, kebebasan akan menimbulkan tingkah laku
nyata (overt behaviour). Dengan demikian maka setiap sikap akan selalu mendahului
tingkah laku nyata tertentu dan selalu menunjuk ke tingkah laku nyata tersebut.
Sikap ini ditunjukkkan dalam berbagai kualitas dan intensitas yang berbeda
dan bergerak secara kontiniu dari positif melalui areal netral ke arah negatif. Kualitas
sikap digambarkan sebagai valensi positif menuju negatif, sebagai hasil penilaian
terhadap obyek tertentu. Sedangkan intensitas sikap digambarkan dalam kedudukan
ekstrim positif atau negatif. Kualitas dan intensitas sikap tersebut menunjukkkan
suatu prosedur pengukuran yang menempatkan sikap seseorang dalam sesuatu
dimensi evaluatif yang bipolar dari ekstrim positif menuju ekstrim negatif.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek. Newcomb, seorang ahli psikologi sosial menyatakan
bahwa sikap ini merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksana motif tertentu.
Menyimak uraian sikap di atas dapat dipahami bahwa sikap merupakan suatu
bentuk evaluasi atau reaksi perasaan terhadap suatu obyek. Seseorang bersikap
terhadap suatu obyek dapat diketahui dari evaluasi perasaannya terhadap obyek
tersebut. Evaluasi perasaan ini dapat berupa perasaan senang-tidak senang, memihak-
Universitas Sumatera Utara
tidak memihak, favorit–tidak favorit, positif–negatif. Walgito (2001) mengemukakan
bahwa sikap adalah faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat mendorong atau
menimbulkan perilaku tertentu. Adapun ciri-ciri sikap yaitu: tidak dibawa sejak lahir,
selalu berhubungan dengan obyek sikap, dapat tertuju pada satu obyek saja maupun
tertuju pada sekumpulan obyek-obyek, dapat berlangsung lama atau sebentar, dan
mengandung faktor perasaan dan motivasi.
Selanjutnya Walgito (2001) mengemukakan tiga komponen yang membentuk
struktur sikap yaitu :
1.
Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan
dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan
dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.
2.
Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan
dengan rasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap. Rasa senang
merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang adalah hal negatif.
3.
Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu
komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak atau berperilaku
terhadap obyek sikap.
Dalam psikologi umum, sikap merupakan ukuran besarnya pengaruh atas
pengalaman subjektif. Anggapan yang mendasarinya adalah bahwa melalui
pengalaman-pengalaman yang spesifik terjadi harapan-harapan, atau dengan kata lain
hal-hal yang pernah dialami akan mempunyai suatu arti tertentu. Dalam arti inilah
didefinisikan Rochracter bahwa sikap
mempunyai pengaruh
memilih
dan
mengemudikan kejadian-kejadian dengan sadar (Wijoto, 1990).
Universitas Sumatera Utara
Allport (1954) menjelaskan sikap itu mempunyai 3 (tiga) komponen pokok,
yaitu:
1. Kepercayaan (keyakinan), ide atau konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).
Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, atau
keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan
sikap, yaitu:
a. Menerima (receiving) artinya bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan oleh objek.
b. Merespon (responding) yaituy memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan
dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing) mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
sesuatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga (kecenderungan untuk
bertindak).
d. Bertanggung jawab (responsible) yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
Faktor yang menyebabkan perubahan sikap, yaitu :
1. Faktor internal : yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri.
Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan
mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor eksternal : yaitu faktor yang terdapat diluar pribadi manusia. Faktor ini
berupa interaksi sosial diluar kelompok.
Adapun fungsi sikap, yaitu :
1. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri
2. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku
3. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman
4. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian (Purwanto, 1999).
2.1.3. Tindakan (Practice)
Suatu sikap belum optimis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya
sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlakukan faktor pendukung/suatu kondisi
yang memungkinkan (Notoatmodjo, 2003).
Tindakan terdiri dari empat tingkatan, yaitu :
1. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respon Terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secar
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai
praktek tingkat tiga.
Universitas Sumatera Utara
4. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
Artinya itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
2.2 Perilaku Kesehatan
Pada dasarnya perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme)
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan-batasan tersebut mempunyai dua
unsur pokok yaitu:
1. Respon atau reaksi manusia, baik yang bersifat pasif meliputi pengetahuan,
persepsi dan sikap, maupun yang bersifat aktif seperti tindakan yang nyata.
2. Stimulus atau rangsangan yang terdiri dari 4 unsur pokok yaitu sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan. Untuk lebih
rinci perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok yaitu:
a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu respon manusia baik
secara pasif (mengetahui, bersikap, dan persepsi terhadap penyakit dan
rasa penyakit) maupun aktif (tindakan yang diambil untuk mengobati sakit
dan penyakitnya).
b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan merupakan respon
seseorang terhadap pelayanan kesehatan (modern/tradisional). Perilaku
tersebut menyangkut fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas
kesehatan dan obat-obatan.
Universitas Sumatera Utara
c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman yaitu respons seseorang terhadap
makanan
dan
minuman
karena
makanan
dan
minuman
dapat
meningkatkan kesehatan bahkan dapat menurunkan kesehatan seseorang.
d. Perilaku kesehatan lingkungan yaitu respons seseorang terhadap
lingkungannya agar mempengaruhi kesehatannnya.
Menurut Gochman (1988) membagi perilaku kesehatan menjadi 2 elemen
yaitu elemen kognitif berupa adanya suatu hubungan antara kepercayaan, harapan,
motivasi, nilai, persepsi dan lainnya, sedangkan yang termasuk dalam elemen afektif
yaitu karakteristik individu, keadaan emosional dan kebiasaan seseorang yang
berhubungan dengan pemulihan kesehatan agar dapat meningkatkan status
kesehatannya. Sehingga perilaku kesehatan dapat diartikan aktivitas seseorang yang
dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati yang berhubungan dengan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatannya.
Becker mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan
(Healt Related Behaviour), sebagai berikut:
1. Perilaku Sehat (Healthy Behaviour) yaitu perilaku untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatannya yang meliputi makan makanan yang bergizi,
kegiatan fisik secara teratur, tidak merokok dan minum minuman keras,
istirahat yang cukup, pengendalian stress dan perilaku hidup sehat.
2. Perilaku Sakit (Illness Bahaviour) yaitu tindakan seseorang untuk mengatasi
masalah kesehatannya dengan mencari pengobatan. Tindakan tersebut antara
lain:
Universitas Sumatera Utara
-
Di diamkan saja ( no action), artinya mengabaikan penyakitnya.
-
Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self
treatment atau self medication).
-
Mencari penyembuhan ke pelayanan kesehatan
3. Perilaku Peran Orang Sakit (The Sick Role Behaviour) yaitu adanya hak dan
kewajiban yang dimiliki orang sakit yang terdiri dari:
-
Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
-
Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang tepat
untuk memperoleh kesembuhan.
-
Melakukan kewajiban sebagai pasien yaitu dengan mematuhi nasihatnasihat dokter atau perawat untuk mempercepat kesembuhannya.
-
Tidak melakukan sesuatu yang merugikan selama proses penyembuhan.
-
Melakukan kewajiban agar penyakitnya tidak kambuh.
Perilaku kesehatan menurut Kosa dan Robertson yaitu perilaku seseorang
yang dipengaruhi dengan kepercayaan mengenai kondisi kesehatannya. Adanya
perbedaan dari setiap individu dalam mengambil tindakan pencegahan/penyembuhan
walaupun masalaha kesehatannya sama, tindakan tersebut diambil berdasarkan dari
penilaian sendiri maupun dibantu orang lain. Menurut Kals dan Cobb (1996) perilaku
kesehatan terdiri dari 3 macam yaitu (dikutip dari Glanz, Rimer, Lewis,2002):
1. Perilaku pencegahan kesehatan yaitu aktivitas yang dilakukan individu yang
sehat untuk mencegah dan mendeteksi penyakit sebelum gejala muncul.
Universitas Sumatera Utara
2. Perilaku sakit yaitu aktivitas yang dilakukan individu yang sakit untuk mencari
penyembuhan.
3. Perilaku peran sakit yaitu aktivitas yang dilakukan individu yang sedang sakit,
untuk penyembuhan dengan menerima pengobatan.
Menurut Elder et al (1994) diperlukan 3 hal untuk berperilaku sehat yaitu
pengetahuan yang tepat, motivasi, dan ketrampilan untuk berperilaku sehat. Apabila
seseorang tidak mempunyai ketrampilan untuk berperilaku sehat maka disebut skill
deficits. Sulitnya seseorang untuk termotivasi untuk berperilaku sehat adalah karena
perubahan perilaku dari yang tidak sehat menjadi sehat sehingga tidak menimbulkan
dampak langsung secara tepat, atau mungkin berdampak terhadap pennyakitnya,
namun hanya mencegah agar tidak menjadi lebih buruk.
2.3 Kanker Payudara
2.3.1 Definisi Kanker Payudara
Kanker atau neoplasma merupakan suatu penyakit akibat adanya pertumbuhan
yang abnormal dari sel-sel jaringan tubuh yang dapat mengakibatkan invasi ke
jaringan-jaringan normal. Definisi yang paling sederhana yang dapat diberikan adalah
pertumbuhan sel-sel yang kehilangan pengendaliannya. Kanker dapat menyebar pada
bagian tubuh tertentu seperti payudara.
Kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu penyakit
neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Kanker payudara oleh WHO
Universitas Sumatera Utara
dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD) dengan kode
nomor 174 untuk wanita dan 175 untuk pria.
Kanker payudara muncul sebagai akibat sel-sel yang abnormal terbentuk pada
payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan. Sel-sel tersebut
merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan-perubahan bentuk, ukuran maupun
fungsinya. Kanker payudara dapat menyebar ke organ lain seperti paru-paru, hati, dan
otak melalui pembuluh darah. Kelenjar getah bening aksila ataupun supraklavikula
membesar akibat dari penyebaran kanker payudara melalui pembuluh getah bening
dan tumbuh di kelenjar getah bening.
2.3.2 Anatomi Payudara
Payudara pada pria dan wanita adalah sama sampai masa pubertas (11-13
tahun) karena hormon estrogen dan hormon lainnya mempengaruhi perkembangan
payudara pada wanita. Pada wanita perkembangan payudara aktif, sedangkan pada
pria kelenjar dan duktus mammae kurang berkembang dan sinus berkembang tidak
sempurna. Payudara yang sensitif terhadap pengaruh hormonal mengakibatkan
payudara cenderung mengalami pertumbuhan neoplastik baik yang bersifat jinak
maupun ganas.
Payudara merupakan bagian dari organ reproduksi yang fungsi utamanya
menyekresi susu untuk nutrisi bayi. Payudara terdiri dari jaringan duktural, fibrosa
yang mengikat lobus-lobus, dan jaringan lemak didalam dan diantara lobus-lobus.
85% jaringan payudara terdiri dari lemak. Sedikit di bawah pusat payudara dewasa
terdapat puting (papila mamaria), tonjolan yang berpigmen dikelilingi oleh areola.
Universitas Sumatera Utara
Puting dan areola biasanya mempunyai warna dan tekstur yang berbeda dari
kulit di sekelilingnya. Warnanya bermacam-macam dari yang merah muda pucat,
sampai hitam dan gelap selama masa kehamilan dan menyusui. Puting susu biasanya
menonjol keluar dari permukaan payudara.
Kanker payudara dapat terjadi dibagian mana saja dalam payudara, tetapi
mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar di mana sebagian besar jaringan payudara
terdapat. Dalam menentukan lokasi kanker payudara, payudara dibagi menjadi empat
kuadran, yaitu kuadran lateral (pinggir atas), lateral bawah, medial (tengah atas), dan
median bawah. Anatomi payudara dan kuadran letak kanker payudara dapat dilihat
pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.1. Anatomi Payudara dan Kuadran Letak Kanker Payudara
Keterangan:
1. Korpus (badan)
I
Lateral atas(pinggir atas)
2. Areola
II
Lateral bawah
3. papilla atau puting,
III
Medial atas (tengah atas)
IV
Median bawah
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Gejala Kanker Payudara
Gejala dan pertumbuhan kanker payudara tidak mudah dideteksi karena awal
pertumbuhan sel kanker payudara tidak dapat diketahui dengan mudah. Gejala
umumnya baru diketahui setelah stadium kanker berkembang agak lanjut, karena
pada tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak
merasa nyeri, dan tidak mengganggu aktivitas.
Gejala-gejala kanker payudara yang tidak disadari dan tidak dirasakan pada
stadium dini menyebabkan banyak penderita yang berobat dalam kondisi kanker
stadium lanjut. Hal tersebut akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil
peluang untuk disembuhkan. Bila kanker payudara dapat diketahui secara dini maka
akan lebih mudah dilakukan pengobatan. Tanda yang mungkin muncul pada stadium
dini adalah teraba benjolan kecil di payudara yang tidak terasa nyeri.
Gejala yang timbul saat penyakit memasuki stadium lanjut semakin banyak,
seperti:
a. Timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan, makin lama
benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.
b. Saat benjolan mulai membesar, barulah menimbulkan rasa sakit (nyeri) saat
payudara ditekan karena terbentuk penebalan pada kulit payudara.
c. Bentuk, ukuran atau berat salah satu payudara berubah kerena terjadi
pembengkakan.
d. Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil
dibawah ketiak.
Universitas Sumatera Utara
e.
Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam dan
yang tadinya berwarna merah muda dan akhirnya menjadi kecoklatan.
f. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang
sedang tidak hamil. Eksim pada puting susu dan sekitarnya sudah lama tidak
sembuh walau sudah diobati.
g. Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah.
h. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peau d’orange) akibat dari
neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan pitting
kulit. Payudara yang mengalami peau d’orange dapat dilihat pada gambar
2.4.3.
Gambar 2.2 Luka pada payudara
Gambar 2.3 peau d’orange
Gejala kanker payudara pada pria sama seperti kanker payudara yang dialami
wanita, mulanya hanya benjolan. Umumnya benjolah hanya dialami di satu payudara,
dan bila diraba terasa keras dan menggerenjil. Bila stadium kanker sudah lanjut, ada
perubahan pada puting dan daerah hitam di sekitar puting. Kulit putingnya bertambah
merah, mengerut, tertarik ke dalam, atau puting mengeluarkan cairan.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Stadium Kanker Payudara
Pembagian stadium menurut Portmann yang disesuaikan dengan aplikasi
klinik yaitu:
Stadium I
:
Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya,
tidak ada fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya
(otot) . Besar tumor 1 - 2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar.
Kelenjar getah bening regional belum teraba. Perawatan yang
sangat sistematis diberikan tujuannya adalah agar sel kanker tidak
dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada
stadium ini, kemungkinan penyembuhan pada penderita adalah
70%.
Stadium II
:
Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5 - 5 cm, sudah ada
satu atau beberapa kelenjar getah bening aksila yang masih bebas
dengan diameter kurang dari 2 cm. Untuk mengangkat sel-sel
kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi dilakukan
penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang
tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita
adalah 30 - 40 %.
Stadium III A :
Tumor sudah meluas dalam payudara, besar tumor 5 - 10 cm,
tapi masih bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening
aksila masih bebas satu sama lain. Menurut data dari Depkes, 87%
kanker payudara ditemukan pada stadium ini.
Universitas Sumatera Utara
Stadium III B :
Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah dan ada
edema (lebih dari sepertiga permukaan kulit payudara), ulserasi,
kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain atau ke
jaringan sekitarnya dengan diameter 2 - 5 cm. Kanker sudah
menyebar ke seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit,
dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.
Stadium IV
:
Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III). Tapi sudah
disertai dengan kelenjar getah bening aksila supra-klavikula dan
Metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah merembet menyerang bagian
tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati, otak, kulit, kelenjar
limfa yang ada di dalam batang leher. Tindakan yang harus
dilakukan adalah pengangkatan payudara. Tujuan pengobatan pada
stadium ini adalah palliatif bukan lagi kuratif (menyembuhkan).
2.3.5. Diagnosis Kanker Payudara
Terdiri dari diagnosis klinis, pemeriksaan penunjang dan diagnosis pasti.
2.3.5.1. Diagnosis Klinis
Diagnosis klinis di dasarkan atas:
a. Wawancara dengan pengajuan pertanyaan umum dan terarah sehubungan
dengan kanker payudara.
b. Pemeriksaan klinis payudara untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya.
Pemerikasaan payudara dilakukan saat ± 1 minggu dari hari terakhir
Universitas Sumatera Utara
menstruasi. Penderita diperiksa dengan badan bagian atas terbuka dan posisi
badan tegak.
c. Insfeksi untuk melihat simetri payudara kanan dan kiri,kelainan papila, letak
dan bentuk, retraksi puting susu, kelainan kulit, tanda radang, dan ulserasi.
Dilakukan dalam keadaan kedua lengan diangkat keatas untuk melihat ada
tidaknya bayangan tumor di bawah kulit yang ikut bergerak atau adakah
bagian yang tertinggal.
d. Palpasi dan pemeriksaan kelenjar getah bening regional atau aksila.
2.3.5.2. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang untuk menuju diagnosis pasti suatu
kanker payudara, yaitu:
a. Termografi yaitu suatu cara yang menggunakan sinar infra merah.
b. Mammografi yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis sinar x yang
diradiasikan pada payudara. Kelebihan mammografi adalah kemampuannya
mendeteksi tumor yang belum teraba (radius 0,5 cm) sekalipun masih dalam
stadium dini. Waktu yang tepat untuk melakukan mammografi pada wanita
usia produktif adalah hari ke 1-14 dari siklus haid. Pada perempuan usia
nonproduktif dianjurkan untuk kapan saja. Ketepatan pemeriksaan ini
berbeda-beda berkisar antara 83%-95%.
c. Ultrasonografi, metode ini dapat membedakan lesi/tumor yang solid dan
kistik, dan hanya dapat membuat diagnosis dugaan berdasarkan pemantulan
gelombang suara.
Universitas Sumatera Utara
d. Scintimammografi
adalah
teknik
pemeriksaan
radionuklir
dengan
menggunakan radioisotop.
Dalam protokol penanganan kanker payudara, pemeriksaan yang dianjurkan
adalah mammografi dan ultrasonografi. Pemeriksaan gabungan ultrasonografi dan
mammografi memberikan angka ketepatan diagnostik yang lebih tinggi.
2.3.5.3 Diagnosis Pasti
Diagnosis pasti hanya ditegakan dengan pemeriksaan histopatologis. Bahan
pemeriksaan dapat diambil dengan berbagai cara, yaitu:
a. Biopsi aspirasi (fine needle biopsy)
b. Needle core biopsy dengan jarum Silverman
c. Excisional biopsy dan pemeriksaan potong beku waktu operasi.
2.4. Determinan Kanker Payudara
Sampai saat ini belum ada penyebab spesifik timbulnya kanker payudara yang
diketahui,
diperkirakan
multifaktorial.
Namun
timbulnya
kanker
payudara
dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko. Faktor risiko ini penting untuk
mengembangkan program-program pencegahan. Faktor risiko timbulnya kanker
payudara terdiri dari faktor risiko yang tidak dapat diubah (unchangeable) dan dapat
diubah (changeable) yaitu:
a.
1)
Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah (Unchangeable)
Umur
Semakin bertambahnya umur meningkatkan risiko kanker payudara. Wanita
paling sering terserang kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur
Universitas Sumatera Utara
di bawah 40 tahun juga dapat terserang kanker payudara, namun risikonya lebih
rendah dibandingkan wanita di atas 40 tahun.Namun saat ini kanker payudara juga
banyak menyerang remaja usia >14 tahun, remaja yang telah masuk masa produktif.
2) Menarche Usia Dini
Risiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami
menstruasi pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal
berhubungan dengan lamanya paparan hormon estrogen dan progesteron pada wanita
yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.
3) Menopause Usia Lanjut
Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan risiko untuk mengalami kanker
payudara. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause
sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya
perubahan klinis.
4) Riwayat Keluarga
Terdapat peningkatan risiko menderita kanker payudara pada wanita yang
keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker
payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1 (Breast Cancer
1) dan BRCA 2 (Breast Cancer 2), yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker
payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50
tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. 10% kanker payudara bersifat familial.
5) Riwayat Penyakit Payudara Jinak
Wanita yang menderita kelainan ploriferatif pada payudara memiliki peningkatan
risiko untuk mengalami kanker payudara. Menurut penelitian Brinton (2008) di
Universitas Sumatera Utara
Amerika Serikat, wanita yang mempunyai tumor payudara (adenosis, fibroadenoma,
dan fibrosis) mempunyai risiko 2,0 kali lebih tinggi untuk mengalami kanker
payudara. Wanita dengan hiperplasia tipikal mempunyai risiko 4,0 kali lebih besar
untuk terkena kanker payudara. Wanita dengan hiperplasia atipikal mempunyai risiko
5,0 kali lebih besar untuk terkena kanker payudara.
b. Faktor Risiko yang Dapat Diubah / Dicegah (Changeable)
1) Riwayat Kehamilan
Usia maternal lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan risiko
mengalami kanker payudara. Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat,
wanita yang kehamilan pertama setelah 35 tahun mempunyai risiko 3,6 kali lebih
besar dibandingkan wanita yang kehamilan pertama sebelum 35 tahun untuk terkena
kanker payudara. Wanita yang nullipara atau belum pernah melahirkan mempunyai
risiko 4,0 kali lebih besar dibandingkan wanita yang multipara atau sudah lebih dari
sekali melahirkan untuk terkena kanker payudara.
2) Obesitas dan Konsumsi Lemak Tinggi
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan kanker payudara
pada wanita pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor
risiko terjadinya kanker payudara.
Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat, laki-laki yang
memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT)
≥ 25 mempunyai risiko 1,79 kali lebih besar
dibandingkan pria yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) < 25 untuk terkena
kanker payudara .
Universitas Sumatera Utara
3) Penggunaan Hormon dan Kontrasepsi Oral
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Wanita
yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami kanker
payudara. Kandungan estrogen dan progesteron pada kontrasepsi oral akan
memberikan efek proliferasi berlebih pada kelenjar payudara. Wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu yang lama mempunyai risiko untuk
mengalami kanker payudara sebelum menopause.
4) Konsumsi Rokok
Wanita yang merokok meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara
daripada wanita yang tidak merokok.
Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat, laki-laki yang merokok
mempunyai risiko 1,26 kali lebih besar dibandingkan laki-laki yang tidak merokok
untuk terkena kanker payudara.
5) Riwayat Keterpaparan Radiasi
Radiasi diduga meningkatkan risiko kejadian kanker payudara. Pemajanan
terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun
meningkatkan risiko kanker payudara.
2.5. Pencegahan Kanker Payudara
Pencegahan merupakan suatu usaha mencegah timbulnya kanker payudara
atau mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan kanker payudara. Usaha
pencegahan dengan menghilangkan dan melindungi tubuh dari karsinogen dan
mengelola kanker dengan baik. Usaha pencegahan kanker payudara dapat berupa
Universitas Sumatera Utara
pencegahan primordial, pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan
tertier.
2.5.1. Pencegahan Primordial
Pencegahan sangat dini atau sangat dasar ini ditujukan kepada orang sehat
yang belum memiliki faktor risiko dengan memberikan kondisi pada masyarakat yang
memungkinkan penyakit tidak berkembang yaitu dengan membiasakan pola hidup
sehat sejak dini dan menjauhi faktor risiko changeable (dapat diubah) kejadian
kanker payudara. Pencegahan primordial yang dapat dilakukan antara lain:
1) Perbanyak konsumsi buah dan sayuran yang banyak mengandung serat
dan vitamin C, mineral, klorofil yang bersifat antikarsinogenik dan
radioprotektif, serta antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas,
berbagai zat kimia dan logam berat serta melindungi tubuh dari bahaya
radiasi.
2) Perbanyak konsumsi kedelai serta olahannya yang
mengandung
fitoestrogen yang dapat menurunkan risiko terkena kanker payudara.
3) Hindari makanan yang berkadar lemak tinggi karena dapat meningkatkan
berat badan menyebabkan kegemukan atau obesitas yang merupakan
faktor risiko kanker payudara.
4) Pengontrolan berat badan dengan berolah raga dan diet seimbang dapat
mengurangi risiko terkena kanker payudara.
5) Hindari alkohol, rokok, dan stress.
6) Hindari keterpaparan radiasi yang berlebihan. Wanita dan pria yang
bekerja di bagian radiasi menggunakan alat pelindung diri.
Universitas Sumatera Utara
2.5.2. Pencegahaan Primer
Pencegahan primer adalah usaha mencegah timbulnya kanker pada orang
sehat yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer
dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan antara lain:
a. Penggunaan Obat-obatan Hormonal
1) Penggunaan obat-obatan hormonal harus sesuai dengan saran dokter.
2) Wanita yang mempunyai riwayat keluarga menderita kanker payudara atau yang
berhubungan, sebaiknya tidak menggunakan alat kontrasepsi yang mengandung
hormon seperti pil, suntikan, dan susuk KB.
b. Pemberian ASI
Memberikan ASI pada anak setelah melahirkan selama mungkin dapat
mengurangi risiko terkena kanker payudara. Hal ini di sebabkan selama proses
menyusui, tubuh akan memproduksi hormon oksitosin yang dapat mengurangi
produksi hormon estrogen. Hormon estrogen memegang peranan penting dalam
perkembangan sel kanker payudara.
c. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI).
SADARI adalah pemeriksaan/ perabaan sendiri untuk menemukan timbulnya
benjolan abnormal pada payudara (Otto, 2005). SADARI adalah pemeriksaan yang
dilakukan sebagai deteksi dini kanker payudara. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan
yang sangat mudah dilakukan oleh setiap wanita untuk mencari benjolan atau
kelainan lainnya. SADARI dilakukan dengan posisi tegak menghadap kaca dan
Universitas Sumatera Utara
berbaring, dilakukan pengamatan dan perabaan payudara secara sistematis
(Dalimartha, 2007).
Berdasarkan
rekomendasi
dari
The
American
Cancer
Society,
menginformasikan bahwa keuntungan untuk melakukan SADARI saat mencapai usia
20 tahun (MayoClinic, 2007). SADARI dilakukan karena dapat membantu untuk
mendeteksi kista, tumor jinak, serta kanker payudara (Hisch, 2007). Pemeriksaan
SADARI dilakukan secara rutin setelah haid, sekitar 1 minggu dari hari pertama haid
terakhir. Karena pada saat itu payudara akan terasa lebih lunak dan longgar sehingga
memudahkan perabaan (Bakar, 2002). Struktur payudara akan berubah seiring dengan
dengan siklus haid (MayoClinic,2007). Menurut uji kesehatan dan Deteksi Dini
Kanker dan Instalasi Radiodiagnostik Rumah Sakit Kanker Dharmais, bila wanita
yang sudah menapouse, dapat dilakukan secara rutin setiap bulan pada tanggal
tertentu yang mudah diingat.
Tujuan dilakukannya skrining kanker payudara adalah untuk deteksi dini.
Wanita yang melakukan SADARI menunjukan tumor yang kecil dan masih pada
stadium awal, hal ini memberikan prognosis yang baik. SADARI hanya untuk
mendeteksi dini adanya ketidak normalan pada payudara, tidak untuk mencegah
kanker payudara. Sebagian wanita berfikir untuk apa melakukan SADARI, apalagi
yang masih berusia dibawah 30 tahun, kebanyakan berangapan bahwa kasus kanker
payudara jarang ditemukan pada usia dibawah 30 tahun. Dengan melakukan SADARI
sejak dini akan membantu deteksi kanker payudara pada stadium dini sehingga
kesempatan untuk sembuh lebih besar (Otto,S, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Mayo Fundation for Medical Education and Research (2005) mengemukakan
bahwa beberapa penelitian memang menunjukan SADARI tidak menurunkan angka
kematian akibat kanker payudara, namun kombinasi antara SADARI dan mamografi
masih dibutuhkan untuk menurunkan resiko kematian akibat kanker payudara.
Kearney dan Murray (2006) mengemukakan bahwa keunggulan SADARI adalah
dapat menemukan tumor/benjolan payudara pada saat stadium awal, penemuan awal
benjolan dipakai sebagai rujukan melakukan mamografi untuk mendeteksi interval
kanker, mendeteksi benjolan yang tidak terlihat saat melakukan mamografi dan
menurunkan kematian akibat kanker payudara.
SADARI dianjurkan dilakukan secara intensif pada wanita mulai usia remaja,
segera ketika mulai pertumbuhan payudara sebagai gejala pubertas. Pada wanita
muda, agak sedikit sulit karena payudara mereka masih berserabut (fibrous), sehingga
dianjurkan sebaiknya mulai melakukan SADARI pada usia remaja karena pada
umumnya pada usia tersebut jaringan payudara sudah terbentuk sempurna. Wanita
sebaiknya melakukan SADARI sekali dalam satu bulan. Jika wanita menjadi familiar
terhadap payudaranya dengan melakukan SADARI secara rutin maka dia akan lebih
mudah mendeteksi keabnormalan pada payudaranya sejak awal atau mengetahui
bahwa penemuanya adalah normal atau tidak berubah selama bertahun - tahun.
Wanita yang belum menopouse sebaiknya melakukan SADARI setelah menstruasi
sebab perubahan hormonal meningkatkan kelembutan dan pembengkakan pada
payudara sebelum menstruasi. SADARI sebaiknya dilakukan sekitar satu minggu
setelah menstruasi. Satelah menopouse SADARI sebaiknya dilakukan pada tanggal
Universitas Sumatera Utara
yang sama setiap bulan sehingga aktifitas rutin dalam kehidupan wanita tersebut
(Burroughs, 1997).
d. Pemeriksaan Mammografi.
Pemeriksaan melalui mammografi memiliki akurasi tinggi yaitu sekitar 90%
dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada
mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
kanker payudara. Karena hal tersebut, menurut American Cancer Society
mammografi dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:
1) Untuk perempuan berumur 35-39 tahun, cukup dilakukan 1 kali
mammografi.
2) Untuk perempuan berumur 40-50 tahun, mammografi dilakukan 1-2 tahun
sekali.
3) Untuk perempuan berumur di atas 50 tahun, mammografi dilakukan setiap
tahun dan pemeriksaan rutin.
2.5.3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan diagnosis dini terhadap
penderita kanker payudara dan biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara agar dapat dilakukan pengobatan dan penanganan yang
tepat. Penanganan yang tepat pada penderita kanker payudara sesuai dengan
stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan, mencegah komplikasi penyakit, dan
memperpanjang harapan hidup penderita Pencegahan sekunder dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan
klinis di mulai dengan mewawancarai penderita kanker
payudara, pemeriksaan klinis payudara, untuk mencari benjolan atau kelainan
lainnya, insfeksi payudara, palpasi, dan pemeriksaan kelenjar getah bening regional
atau aksila. Dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang dilakukan dengan
menggunakan alat-alat tertentu antara lain dengan termografi, ultrasonografi,
scintimammografi, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologis untuk
mendiagnosis secara pasti penderita kanker payudara.
b. Penatalaksanaan Medis yang Tepat
Semakin dini kanker payudara ditemukan maka penyembuhan akan semakin
mudah. Penatalaksanaan medis tergantung dari stadium kanker didiagnosis yaitu
dapat berupa operasi/pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan terapi homonal.
2.5.4. Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier dapat dilakukan dengan perawatan paliatif dengan tujuan
mempertahankan kualitas hidup penderita dan memperlambat progresifitas penyakit
dan mengurangi rasa nyeri dan keluhan lain serta perbaikan di bidang psikologis,
sosial, dan spritual.
Untuk mengurangi ketidakmampuan dapat dilakukan Rehabilitasi supaya
penderita dapat melakukan aktivitasnya kembali. Upaya rehabilitasi dilakukan baik
secara fisik, mental, maupun sosial, seperti menghilangkan rasa nyeri, harus
mendapatkan asupan gizi yang baik, dukungan moral dari orang-orang terdekat
terhadap penderita pasca operasi.
Universitas Sumatera Utara
2.6. Penatalaksanaan Medis
Ada beberapa cara pengobatan kanker payudara yang penerapannya
tergantung pada stadium klinik kanker payudara. Pengobatan kanker payudara
biasanya meliputi pembedahan/operasi, radioterapi/penyinaran, kemoterapi, dan
terapi hormonal. Penatalaksanaan medis biasanya tidak dalam bentuk tunggal, tetapi
beberapa kombinasi.
2.6.1. Pembedahan/Operasi
Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh payudara
yang terserang kanker payudara. Pembedahan paling utama dilakukan pada kanker
payudara stadium I dan II. Pembedahan dapat bersifat kuratif (menyembuhkan)
maupun paliatif (menghilangkan gejala-gejala penyakit).
Tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara dapat dilakukan dengan
3 cara yaitu:
a. Mastektomi radikal (lumpektomi), yaitu operasi pengangkatan sebagian dari
payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya
lumpektomi direkomendasikan pada penderita yang besar tumornya kurang
dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.
b. Mastektomi total (mastektomi), yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara
saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.
c. Modified Mastektomi radikal, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara,
jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta
benjolan di sekitar ketiak.
Universitas Sumatera Utara
2.6.2. Radioterapi
Radioterapi yaitu proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang
masih tersisa di payudara setelah operasi. Tindakan ini mempunyai efek kurang baik
seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara
menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
Pengobatan ini biasanya diberikan bersamaan dengan lumpektomi atau masektomi.
2.6.3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam
bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker.
Sistem ini diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker yang kemungkinan
telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari kemoterapi adalah pasien
mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang
diberikan pada saat kemoterapi.
2.6.4. Terapi Hormonal
Pertumbuhan kanker payudara bergantung pada suplai hormon estrogen, oleh
karena itu tindakan mengurangi pembentukan hormon dapat menghambat laju
perkembangan sel kanker. Terapi hormonal disebut juga dengan therapy antiestrogen karena sistem kerjanya menghambat atau menghentikan kemampuan
hormon estrogen yang ada dalam menstimulus perkembangan kanker pada payudara.
2.7 Ketahanan Hidup 5 Tahun
Menurut Hack (1994) dalam Pane (2002), ketahanan hidup tergantung dari
Universitas Sumatera Utara
adanya metastase ke kelenjar getah bening, besar lesi, kedalaman infiltrasi, adanya
metastase ke parametrium, serta adanya metastase ke pembuluh darah. Menurut
Hawari (2004), angka-angka statistik menunjukkan bahwa para penderita kanker
usianya tidak lebih dari lima tahun untuk bertahan (five years survival rate).
Karnadihardja (1987) menyatakan bahwa jika kanker payudara tidak diobati maka
ketahanan hidup lima tahun sebesar 16%-22% dan 1%-5% dalam 10 tahun.
Karnadihardja (1987) membagi ketahanan hidup lima tahun menurut tingkat
pertumbuhan tumor sebagai berikut:
1. Stadium I, ketahanan hidup lima tahun sebesar 85%
2. Stadium II, ketahanan hidup lima tahun sebesar 65%
3. Stadium III, ketahanan hidup lima tahun sebesar 40%
4. Stadium IV, ketahanan hidup lima tahun sebesar 10%
2.8. Teknis Pelaksanaan SADARI
SADARI diangap sebagai cara termurah, aman, dan sederhana. Meski
demikian pemeriksaan ini haruslah berdasarkan petunjuk dan pedoman yang telah
ada. Dengan SADARI, bukan tidak mungkin akan lebih banyak kanker payudara
stadium dini yang dapat dideteksi. Sayangnya, SADARI diangap masih belum
efektif. Hal ini dikarenakan ketakutan dan kecemasan dalam menghadapi kenyataan,
serta masih sedikitnya wanita yang memakai cara test ini (sekitar 15 hingga 30
persen). Selain itu pemahaman SADARI secara teknis masih belum dikuasai.
Teknis SADARI adalah tata cara atau langkah-langkah dalam melakukan
pemeriksaan payudara sendiri. SADARI baik dilakukan pada saat setelah menstruasi
Universitas Sumatera Utara
pada hari ke 7 sampai dengan hari ke 10 setelah hari pertama haid di rumah secara
rutin dan disarankan dilakukannya pemeriksaan rutin tahunan untuk mendeteksi
benjolan pada payudara. Pemeriksaan payudara sendiri dapat dilakukan pada usia 15
tahun atau lebih.
Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan melihat perubahan di hadapan
cermin dan melihat perubahan bentuk payudara dengan cara berbaring. Pemeriksaan
payudara dapat dilakukan dengan melihat perubahan di hadapan cermin dan melihat
perubahan bentuk payudara dengan cara berbaring.
Langkah-langkah SADARI dapat dilakukan seperti pada gambar 2.6:
Gambar 2.6. Langkah-langkah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dapat di
lakukan dengan 2 cara yaitu:
Tahap I Melihat Perubahan di Hadapan Cermin
(1) Berdiri tegak dengan kedua tangan lurus ke
bawah dan perhatikan apakah ada kelainan
lekukan, kerutan dalam, atau pembengkakan
pada kedua payudara atau puting.
(2) Kedua tangan diangkat ke atas kepala periksa
payudara dari berbagai sudut.
Universitas Sumatera Utara
(3) Tegangkan otot-otot bagian dada dengan
meletakkan kedua tangan di pinggang.
Perhatikan apakah ada kelainan pada kedua
payudara atau puting.
(4) Pijat puting payudara kanan dan tekan
payudara untuk melihat apakah ada cairan
atau darah yang keluar dari puting payudara.
Lakukan hal yang sama pada payudara kiri.
Tahap II Melihat Perubahan dengan Cara Berbaring
(1) Letakkan bantal di bahu kanan dan letakkan
tangan kanan di atas kepala. Gunakan tangan
kiri untuk memeriksa payudara kanan untuk
memeriksa benjolan atau penebalan.
(2) Raba payudara dengan gerakan melingkar
dari sisi luar payudara ke arah puting Buat
sekurang-kurangnya dua putaran kecil
sampai ke puting payudara.
Universitas Sumatera Utara
(3) Raba payudara dengan gerakan lurus dari sisi
luar ke sisi dalam payudara. Gunakan jari
telunjuk,tengah, dan jari manis untuk
merasakan perubahan. Ulangi gerakan 1, 2,
dan 3 untuk payudara kiri.
Universitas Sumatera Utara
2.11. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori dan keterbatasan saya sebagai peneliti, maka peneliti
membatasi hal – hal yang akan diteliti. Hal – hal tersebut dapat dilihat dengan jelas
pada bagan kerangka konsep berikut ini:
Faktor Predisposing:
- Pekerjaan orang tua
- Penghasilan orang tua
- Riwayat penyakit
Keluarga
- Pengetahuan
- Sikap
SADARI
Menurut Green, pengetahuan dan sikap seseorang terhadap kesehatan
merupakan salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang, jadi
ini mempengaruhi hal-hal yang berkaitan dengan kepercayaan dan tradisi yang
berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, gaya hidup dan
tingkat sosial ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
Download