BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh beberapa simpulan antara lain: 1. Reksa dana merupakan salah satu alternatif pilihan bagi masyarakat pemodal dalam melakukan investasi berupa pembelian aset-aset keuangan terutama yang diperdagangkan di pasar uang dan pasar modal. 2. Untuk memperoleh hasil penilaian kinerja suatu reksa dana dengan lebih baik, maka harus dilakukan pertukaran (trade-off) antara imbal hasil dan risiko yang dimiliki oleh reksa dana tersebut. Hasil pengukuran kinerja reksa dana kemudian dibandingkan dengan tolok ukur (benchmark) yang memiliki komposisi portofolio sejenis untuk mengetahui apakah kinerja reksa dana tersebut lebih baik ataukah lebih buruk dibandingkan tolok ukurnya. 3. Pengukuran kinerja Reksa Dana Saham periode tahun 2009-2013 berdasarkan model Sharpe, Treynor dan Jensen memberikan hasil bahwa sebagian besar Reksa Dana Saham yang diteliti masih belum mampu menghasilkan kinerja di atas tolok ukurnya yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Namun, ada beberapa reksa dana yang ternyata secara konsisten cukup mampu menghasilkan imbal hasil (return) yang lebih baik dibandingkan IHSG. Reksa dana-reksa dana tersebut antara lain adalah Panin Dana Maksima, MNC Dana Ekuitas dan Panin Dana Prima. 4. Pengukuran kinerja reksa dana menggunakan model Sharpe, Treynor dan Jensen akan menghasilkan suatu nilai indeks yang berbeda satu sama lain. Agar diperoleh suatu standar pengukuran kinerja yang sama, maka nilai indeks kinerja reksa dana harus diubah dengan cara melakukan transformasi nilai indeks menjadi nilai zscore. Nilai indeks kinerja reksa dana yang telah diubah menjadi nilai z-score selanjutnya digunakan untuk melakukan uji Kruskal Wallis yaitu uji statistik untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil kinerja reksa dana berdasarkan model Sharpe, Treynor dan Jensen. 5. Uji Kruskal Wallis terhadap kinerja Reksa Dana Saham periode 2009-2013 memberikan simpulan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil pengukuran kinerja Reksa Dana Saham antara model Sharpe, Treynor dan Jensen. 5.2 Saran 1. Menyadari banyaknya kekurangan di dalam penelitian ini, maka bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang sejenis, disarankan untuk mempertimbangkan alat analisis kinerja lain yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja suatu reksa dana seperti model M2 dan Rasio Informasi . Selain itu, juga harus diperhitungkan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian, serta periode penelitian yang lebih panjang karena investasi yang memiliki alokasi aset berbentuk ekuitas (saham) umumnya adalah investasi yang memiliki orientasi jangka panjang. 2. Dalam memilih reksa dana sebagai instrumen berinvestasi, masyarakat pemodal hendaknya tidak hanya melihat imbal hasil (return) yang dihasilkan oleh reksa dana tanpa memperhitungkan risiko (risk) yang terdapat di dalamnya. Informasi mengenai Nilai Aktiva Bersih (NAB) dan imbal hasil reksa dana yang dipublikasikan oleh para Manajer Investasi umumnya tidak merepresentasikan kinerja reksa dana secara menyeluruh selama informasi tersebut tidak menyertakan unsur risiko dalam penghitungannya. Perlu diingat oleh masyarakat pemodal, bahwa semakin tinggi imbal hasil suatu investasi, maka semakin tinggi pula risiko yang ada di dalamnya. 3. Model penghitungan Sharpe, Treynor dan Jensen dapat juga digunakan untuk menghitung kinerja suatu saham secara individu. Dengan menggunakan model penghitungan Sharpe, Treynor dan Jensen akan dapat diketahui kinerja saham tersebut secara lebih baik karena imbal hasil saham telah disesuaikan dengan risiko yang terdapat di dalamnya.