SATUAN PENGAMANAN - Lumbung Pustaka UNY

advertisement
PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SATPAM (SATUAN PENGAMANAN) DI GARDA TOTAL SECURITY
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
ROSIDA DWI FITRIANI
NIM 13102244002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
i
PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SATPAM (SATUAN PENGAMANAN) DI GARDA TOTAL SECURITY
YOGYAKARTA
Oleh
Rosida Dwi Fitriani
NIM 13102244002
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyelenggaraan program
pendidikan dan pelatihan SATPAM dilihat dari (1) implementasi pendidikan dan
pelatihan SATPAM, (2) Output pelaksanaan diklat, (3) upaya garda total security
dalam menyalurkan alumni ke lapangan kerja, (4) faktor pendukung dan
penghambat pelaksanaan program, (5) upaya meminimalisir hambatan dan
mengoptimalkan dukungan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan satuan
pengamanan di BUJP Garda Total Security Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Subyek penelitian ini adalah pengelola, instruktur, dan peserta diklat, pengumpulan
data dilakukan dengan metode observasi, metode wawancara, dan metode
dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian
yang dibantu dengan pedoman observasi, pedoman wawancara dan pedoman
dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan. Triangulasi yang dilakukan untuk
menjelaskan keabsahan data dengan menggunakan triangulasi sumber.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) implementasi pendidikan dan
pelatihan (diklat)satuan pengamanan yaitu (a) perencanaan: berdasarkan
perencanaan kurikulum tidak diadakan perencanaan karena sudah turun dari
pemerintah pusat (b) pelaksanaan: pelaksanaan dilihat dari kurikulum, peserta
diklat, pengelola, keuangan, sarana dan prasarana, sudah memenuhi syarat sesuai
dengan peraturan POLRI nomor 24 tahun 2007 (2) output pendidikan dan pelatihan
dapat dilihat dari perubahan sikap, pengetahuan serta ketrampilan dalam bidang
pengamanan, berdasarkan evaluasi yang dilakukan peserta didik mampu
mengerjakan tes tertulis dan menjalankan tes praktik (3) upaya yang dilakukan
garda total security dalam menyalurkan lulusan ke lapangan kerja dapat dilihat dari
benyaknya mitra yang sudah bekerja sama dengan GTS, serta jumlah lulusan yang
sudah bekerja setelah menempuh pendidikan dan pelatihan SATPAM, dari sekian
banyak peserta didik hanya terdapat 40% yang belum memiliki pekerjaan, hal
tersebut karena mereka tidak ingin ditempatkan. (4) faktor pendukung yaitu:
dukungan dari karyawan, instruktur, polres setempat, peserta pendidikan dan
pelatihan serta sarana dan prasarana yang ada. Faktor penghambat yaitu: kurangnya
koordinasi yang baik sehingga terjadinya salah paham, fasilitas MCK di Pusan
pendidikan dan pelatihan Purworejo yang kurang memadai.
Kata kunci: pendidikan dan pelatihan (diklat), SATPAM, Garda Total Security.
ii
IMPLEMENTATION OF EDUCATION AND TRAINING SATPAM
(SECURITY UNITS) PROGRAM IN GARDA TOTAL SECURITY
YOGYAKARTA
By:
Rosida Dwi Fitriani
NIM 13102244002
ABSTRACT
This study aims to find the implementation of SATPAM education and
training programs as seen from (1) SATPAM education and training
implementation, (2) Output of training implementation, (3) total security guard
effort in channeling alumni to employment, (4) supporting and inhibiting factors
Implementation of the program, (5) efforts to minimize obstacles and security at
BUJP Garda Total Security Yogyakarta.
This research is descriptive research with qualitative approach. The subjects
of this research are manager, instructor, and training participant, completion of data
by observation method, interview method and documentation method. Researchers
are the main tool in conducting research assisted. Techniques used in data analysis
are data reduction, data presentation and withdrawal. Triangulation is done to
explain the validity of data by using sources triangulation.
The result of the research shows (1) the implementation of education and
training (training) of security unit that is (a) planning: based on planning there is no
planning because it has come down from central government (b) execution:
implementation seen from curriculum, training participant, manager, And
infrastructures, are in compliance with the Indonesian Police Regulation No. 24 of
2007 (2) The output of education and training can be seen from the change of
attitude, knowledge and skills in the field of security, based on the assessment made
by the students able to do the written test and run the practice test (3 ) The efforts of
the total security guard in channeling graduates to employment can be seen from
the partners who have cooperated with the GTS, and the number of graduates who
have worked after the education and training, of the many learners there are only
40% who do not have Job, it is karen Yang do not want to be placed. (4) supporting
factors are: support from staff, instructors, regular polres, education and training
participants and existing facilities and infrastructure. Inhibiting factors are: good
environment so smoothly misunderstood, MCK facilities in Pusan education and
training Purworejo inadequate.
Keywords: education and training, SATPAM, Garda Total Security.
iii
iv
v
vi
MOTTO
Bismillahirrohmanirrihim
Prof. Djuju Sudjana, M.Ed, Ph.D dalam bukunya, mengutip ayat suci Al-Quran
(Al-Hasyr:18):
”Selalu bertaqwa dan mengevaluasi diri untuk berbuat baik bagi masa depan”
vii
PERSEMBAHAN
Suatu anugrah Tuhan semua umat yang diberikan kepada saya, sehingga
saya bisa menyelesaikan karya ini. Penulis mempersembahkan karya ini kepada:
1.
Almater Universitas Negeri Yogyakarta
2.
Kedua Orang tua bapak Tamin dan Ibu Lasmini
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis. Tuhan lah yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menjalani hidup sebagai mahasiswa dengan segala aktivitas
akademik, organisasi dan lain sebagainya. Sampai pada akhirnya penulis pensiun
sebagai mahasiswa dengan menyelesaikan akripsi ini dengan baik dan lancar.
Peneliti menyadari bahwa karya ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan,
bantuan, saran dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta beserta jajarannya yang telah
memberikan kelancaran dalam perijinan penelitian ini.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta beserta
jajarannya yang telah memberikan kelancaran dalam perijinan penelitian ini
3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Yogyakarta yang
telah memberikan kelancaran di dalam proses penelitian ini.
4. Bapak Dr. Iis Prasetyo, MM. selaku dosen Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan sejak pembuatan proposal sampai dengan penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah mendidik dan
memberikan ilmu pengetahuan sebagai bekal proses pembuatan skripsi ini.
6. Bapak Suradi dan seluruh Karyawan dan instruktur di Garda Total Sucurity
(GTS) yang telah memberikan izin dalam pengambilan data penyusunan skripsi
ini.
ix
7. Seluruh peserta Pendidikan dan Pelatihan SATPAM yang telah bersedia
bekerjasama dalam pengambilan data skripsi ini.
8. Bapak Tamin dan Ibu Lasmini yang senantiasa memberikan dukungan dan doa
selama ini yang tidak ternilai harganya
9. Saudariku tercinta, Bani Jaman yang selalu memberi semangat serta
kebahagian.
10. Teman-teman Prodi Pendidikan Luar Sekolah angkatan 2011, 2012 dan 2013
yag telah memberikan imajinasi dan fantasi yang hebat.
11. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu
persatu.
Akhirnya dengan memohon ridhonya Tuhan Yang Maha Esa, semoga
kebaikan dari seluruh pihak yang telah membantu penulis mendapatkan sebaikbaiknya balasan dari-Nya, aamiin.
Yogyakarta, April 2017
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
ABSTRAK................................................................................................... ..... ii
HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
HALAMAN MOTTO. ..................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ .... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. .... x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... .... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. .... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. .... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 10
C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 10
D. Rumusan Masalah ....................................................................................... 11
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 11
F. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 12
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Tentang Pendidikan ......................................................................... 14
1. Pengertian Pendidikan ................................................................................. 14
2. Tujuan Pendidikan ...................................................................................... 16
3. Unsur-Unsur Pendidikan. ............................................................................ 17
4. Jenis-jenis Pendidikan. ................................................................................ 18
B. Kajian Tentang Pendidikan Nonformal ....................................................... 19
1. Pengertian Pendidikan Nonformal ............................................................... 19
C. Kajian Tentang Pelatihan ............................................................................ 19
1. Pengertian pelatihan .................................................................................... 19
2. Tujuan dan Manfaat Pelatihan ..................................................................... 22
3. Komponen dan Prinsip-Prinsip Pelatihan .................................................... 25
4. Jenis-jenis Pelatihan .................................................................................... 25
5. Langkah-langkah Pelatihan ......................................................................... 27
D. Kajian Tentang Pendidikan dan Pelatihan.................................................... 28
1. Pengertian Pelatihan .................................................................................... 28
2. Menejemen Pendidikan dan Pelatihan ......................................................... 29
3. Tahapan Pendidikan dan Pelatihan .............................................................. 30
a. Perencanaan ........................................................................................... 30
b. Pelaksanaan ............................................................................................ 30
c. Evaluasi ................................................................................................. 32
4. Indikator Pendidikan dan Pelatihan ............................................................. 35
a. Penyelenggaraan DIKLAT ..................................................................... 35
b. Metode Pembelajaran ............................................................................. 35
c. Sarana dan prasarana .............................................................................. 36
xi
5. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan ................................................. 37
6. Penyelenggaraan pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan) ....................... 40
7. Link and match antara dunia diklat dan dunia kerja ..................................... 43
E. Penelitian yang Relevan .............................................................................. 45
F. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 46
G. Pertanyaan Penelitian .................................................................................. 46
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ................................................................................. 49
B. Subjek Penelitian ........................................................................................ 50
C. Setting, Waktu, dan Tempat Penelitian ........................................................ 52
D. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 53
E. Instrumen Penelitian ................................................................................... 56
F. Teknik Analisis Data ................................................................................... 57
G. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data ................................................... 60
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian. .......................................................................................... 62
B. Deskripsi Lokasi, Programdan Subjek Penelitian......................................... 62
C. Data Hasil Penelitian dan Pembahasan ....................................................... 69
1. Implementasi program pendidikan dan Pelatihan SATPAM. ....................... 69
2. Output dari Pendidikan dan Pelatihan SATPAM. ........................................ 84
3. Upaya GTS dalam Menyalurkan lulusan ke dunia kerja............................... 86
4. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung. ................................................. 88
5. Upaya Meminimalisir hambatan dan Mengoptimalkan dukungan ................ 90
D. Pembahasan. ............................................................................................... 92
1. Implementasi Program Pendidikan dan Pelatihan SATPAM. ....................... 92
2. Output dari Pendidikan dan pelatihan SATPAM ......................................... 99
3. Upaya GTS dalam menyalurkan lulusan ke dunia kerja ...............................100
4. Faktor Pendukung dan Penghambat. ............................................................101
5. Upaya Meminimalisir Hambatan dan Mengoptimalkan dukungan ...............103
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan. ................................................................................................104
B. Saran. ..........................................................................................................106
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................108
LAMPIRAN .....................................................................................................111
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data..........................................................
xiii
60
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Berpikir .................................................................
xiv
48
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Instrumen Penelitian ..............................................................
112
Lampiran 2. Pedoman Wawancara Pimpinan GTS ....................................
115
Lampiran 3. Pedoman Wawancara Pengelola GTS ....................................
121
Lampiran 4. Pedoman Wawancara Instruktur DIKLAT .............................
127
Lampiran 5. Pedoman Wawancara Peserta DIKLAT .................................
128
Lampiran 6. Pedoman Observasi ..............................................................
129
Lampiran 7. Pedoman Dokumentasi ..........................................................
131
Lampiran 8. Kurikulum DIKLAT SATPAM GTS.....................................
132
Lampiran 9. Catatan Lapangan .................................................................
134
Lampiran 10. Transkrip Wawancara ..........................................................
150
Lampiran 11. Reduksi, Display, Kesimpulan..............................................
173
Lmpiran 12. Triangulasi ............................................................................
213
Lampiran 13. Data Sarana dan Prasarana ...................................................
245
Lampiran 14. Struktur Pengelola DIKLAT.................................................
246
Lampiran 15. Foto .....................................................................................
247
Lampiran 16 Jadwal DIKLAT. ..................................................................
Lampiran 17 Surat Perintah (SPRIN) ........................................................
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rasa aman merupakan dambaan setiap makluk hidup yang berada di
dunia, Indonesia adalah negara yang sudah merdeka sejak 71 tahun yang lalu,
indonesia sudah mengalami 3 generasi sejak kemerdekaan. Namun berbagai
kondisi yang dialami masyarakat dari zaman ke zaman adalah kebutuhan akan
rasa aman. Penduduk merasa tidak aman tinggal di negara sendiri, bahkan mulai
merasa tidak aman oleh penduduknya sendiri, mulai dari pencurian,
pembunuhan, dan kekerasan yang terjadi di Indonesia.
Keamanan merupakan kebutuhan dasar manusia, status seseorang dalam
keadaan aman yaitu terlindunginya kondisi fisik, sosial, spiritual, finansial,
politik, emosi pekerjaan, psikologis atau berbagai akibat dari sebuah kegagalan,
kerusakan dan Kecelakaan. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur
yang dibutuhkan manusia dalam menjaga keseimbangan baik secara fisiologis
maupun psikologis yang mempunyai tujuan untuk mempertahankan kehidupan
dan kesehatannya. Berdasarkan teori hierarki yang dikemukakan oleh Abraham
Maslow menyatakan bahwa setiap manusia memiliki 5 kebutuhan dasar, yaitu :
kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan rasa
cinta, kebutuhan akan harga diri dan perasaan dihargai, dan kebutuhan akan
aktualisasi diri. Berdasarkan tingkat kebutuhan , rasa aman merupakan
1
kebutuhan yang berada di level dasar karena setiap manusia memiliki naluri
untuk mempertahankan dirinya dari gangguan.
Setiap manusia memiliki kebutuhan untuk bertahan hidup di dunia, untuk
dapat bertahan tentunya harus mencari pekerjaan masing-masing. Pekerjaan
yang dilakukan oleh manusia tidak selalu bernilai positif. Karena tidak semua
manusia memiliki nasib yang baik dalam kehidupannya. Namun tuntutan untuk
tetap bertahan hidup mendorong individu untuk melakukan tindakan
kriminalitas. Seperti yang telah disampaikan oleh AKBP Frido Situmorang dan
AKP Muhammad Firdaus dalam harian analisa pada selasa 10 januari 2017
memaparkan bahwa:
“Dari data kriminalitas dan penyelesaiannya, pada tahun 2014 sebanyak
4.097 dan penyelesaiannya 1.947 atau 47 persen, pada tahun 2015
sebanyak 4.412 dan penyelesaiannya 2.135 atau 48 persen serta pada
tahun 2016 berjumlah 4.663 dan penyelesaiannya sebanyak 2.698 atau 58
persen.”
Berdasarkan informasi di atas kebutuhan akan rasa aman cenderung
semakin tinggi hal tersebut seiring dengan tingginya tindakan kriminalitas.
Penduduk Indonesia merasa tidak aman tinggal di negara sendiri, bahkan merasa
tidak aman oleh penduduknya sendiri, mulai dari pencurian, tindakan klitih,
kekerasan, penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan masih banyak kasus
kriminal lainnya yang terjadi di Indonesia. Tindakan kriminal yang sedang
marak di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah aksi kekerasan oleh pelajar, yaitu
tindakan klitih, seperti yang telah dilansir dalam Tribun Jogja pada Minggu, 21
Agustus
2016 memaparkan bahwa aksi klitih dan brutal yang terjadi di
Yogyakarta kejahatan semacam ini banyak terjadi di kalangan remaja yang
2
masih setara SMA dan sederajat. Pada kasus yang terjadi di Bantul terdapat
segerombolan orang yang berjumlah enam orang, keenam orang tersebut
menghimpit kedua korban di tengah jalan hingga akhirnya kedua korban tersebut
berhasil dihentikan. Pada saat itulah salah satu pelaku mengeluarkan sebilah
pedang dan menyerang korban tersebut dengan menebas tangan kanan salah
seorang korban. “akibat tebasan itu, Hanif mengalami luka robek di bagian
tangan sebelah kiri, dan telapak tangan bagian kanan.” Jelas Kapolsek Bantul,
Kompol Paimun, Minggu (21/8/2016)
Berdasarkan kejadian yang telah dipaparkan di atas Kepolisian yang
dibantu oleh Satuan keamanan bertanggungjawab dalam penuntasan dan
penyelidikan tindakan yang terjadi di satu tempat. Kepolisian adalah salah satu
fungsi pemerintahan negara di bidang keamanan dan ketertiban masyarakat,
penegak kan hukum, perlindungan dan pelayanan terhadap masyarakat. Dalam
rangka pelaksanaan dan fungsi tersebut diperlukan berbagai upaya tidak terbatas
pada polisi. Polri dalam melaksanakan tugas pokoknya dibantu oleh pengaman
swakarsa dalam hal ini yang dimaksud dengan pengaman swakarsa adalah
SATPAM.
Hal tersebut tentunya membutuhkan tenaga pengaman yang memiliki
kompetensi dalam bidang pengamanan. Namun hal tersebut tidak sejalan dengan
Sumber daya manusia (SDM) yang memiliki keterampilan di bidang
pengamanan. Tidak sedikit yang sudah mulai melirik jasa pengamanan mulai
dari lembaga pendidikan, lembaga pemerintahan, perusahaan, mall, bahkan
sudah merambah sampai perumahan hingga lingkungan persekolahan. Seperti
3
yang telah dilansir dalam harian Jogja pada selasa, 08 januari 2015 memaparkan
bahwa :
“Tenaga keamanan, SATPAM, kini tidak hanya dibutuhkan di perkantoran
dan mall saja namun merambah ke perumahan, hingga di lingkungan sekolah,
kata Steven. Didik Rusbiyantara, selaku direktur pemasaran PT Karya Multi
Sejahtera mengatakan, sebanyak 35 orang SATPAM berhasil Lulus dengan
predikat Gada Pratama, yang merupakan tingkatan dasar dalam pengamanan.
pekerjaan SATPAM merupakan salah satu profesi yang menjadi ujung
tombak di dalam perusahaan. Dia (SATPAM) berperan sebagai keamanan,
serta corong perusahaan di depan pintu masuk. SATPAM bukan profesi yang
tercela, imbuh Didik.”
Hal
tersebut
suaramerdeka.com
diperkuat
memaparkan
dengan
informasi
bahwa
kebutuhan
yang
terdapat
satuan
pada
pengamanan
(SATPAM) di berbagai instansi dan lembaga masih sangat minim. Dari sekitar
900 perusahaan, belum termasuk instansi besar, hanya tersedia sekitar 3.060
SATPAM. Kasat Binmas Polres Karanganyar AKP Sutami mengatakan bahwa
“SATPAM yang memiliki keterampilan dan kompetensi karena sudah mengikuti
pendidikan dasar SATPAM baru 10% saja. Hanya sekitar 400-an SATPAM
yang memiliki sertifikat diksar.” Berdasarkan informasi tersebut maka
dibutuhkannya lembaga pendidikan dan pelatihan
yang berkualitas dan
memiliki legalitas untuk mendapatkan tenaga satuan pengamanan yang
berkualitas pula. Dalam hal tersebut bertujan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia, jasa keamanan yang dapat membantu mencetak individu
menjadi sumber daya manusia yang terampil dan memiliki kompetensi dalam
bidang pengamanan sangat dibutuhkan. Keterampilan merupakan kemampuan
yang harus dimiliki oleh setiap makhluk untuk menjadi manusia yang
berkualitas, dewasa kini keterampilan dalam diri selalu menjadi pertimbangan
4
dalam mencari tenaga kerja yang berkompeten. Dalam hal ini lembaga
pendidikan
dan
pelatihan
sangat
berperan
aktif
untuk
mendukung
keberlangsungannya.
Pendidikan di Indonesia mempunyai andil yang sangat penting,
kemajuan dan kesuksesan bangsa indonesia ditentukan oleh sumber daya
manusia yang berkualitas. Bangsa yang berkembang dan melaksanakan
pembangunannya tentu akan membutuhkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Suatu bangsa yang memiliki aset sumber daya manusia yang
berkualitas akan dapat mendukung perkembangan dan pembangunannya.
Sumber daya manusia yang berkualitas tentunya membutuhkan suatu usaha
yang benar-benar mendukung, dalam pembangunan nasional keberadaan
sumber daya yang berkualitas akan mempermudah perkembangan suatu
bangsa.
Usaha yang sungguh-sungguh dalam mencetak sumber daya manusia
yang berkualitas supaya menjadi sumber daya yang produktif, memiliki
keterampilan yang unggul, nilai dalam diri masing-masing, dan lain sebagainya
perlu ada dukungan dari berbagai pihak. Salah satu pihak yang mendukung dan
dapat menjadikan solusi dari permasalahan ini adalah pendidikan.
Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak, hal
tersebut telah tercantum dengan sangat jelas dalam Undang-Undang RI (UU
RI) No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal
5, setiap warga negaera mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu. Pendidikan dimulai sejak dini hingga akhir hayat
5
yang biasa dikenal dengan pendidikan sepanjang hayat. Pada hakekatnya
pendidikan memiliki andil yang sangat besar dalam pengembangan potensi
setiap individu hingga setiap individu mampu menjadi sumber daya manusia
yang berkualitas.
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 13 ayat (1) memaparkan bahwa “Jalur Pendidikan
terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya”. Sumber daya manusia yang unggul tentunya
tidak hanya unggul di bidang akademik saja namun juga harus memiliki
keterampilan yang dapat dijadikan sebagai keunggulan dalam dirinya.
Pendidikan Luar Sekolah merupakan salah satu jalur pendidikan yang masuk
dalam jalur pendidikan Nonformal.
Pendidikan Luar Sekolah diartikan sebagai segala kegiatan pendidikan
yang berlangsung di luar sistem persekolahan (Djauzi,2008:2). Disebutkan pula
dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat 4 bahwasanya satuan
pendidikan nonformal antara lain terdiri atas : Kursus, Kelompok Belajar
(Kejar), Kelompok Bermain (Play Group), Taman Penitipan Anak (TPA),
Majelis Taklim, Pondok Pesantren, Sanggar Kegiatan Belajar Masyarakat
(SKB), dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Selanjutnya dalam
pasal 26 ayat 3 dicantumkan bahwa program-program pendidikan nonformal
antara lain adalah: keaksaraan, kesetaraan, kecakapan hidup (life skills), taman
bacaan masyarakat, pendidikan kepemudaan, pemberdayaan perempuan, dan
pendidikan anak usia dini (PAUD). Satuan yang dimaksud di atas adalah
6
lembaga
penyelenggara.
Kursus
merupakan
lembaga
PLS
sebagai
penyelenggara program pendidikan kecakapan hidup, dapat berupa les, bahasa
komputer, montir, pelatihan SATPAM dan lain sebagainya.
Pengembangan diri berupa kursus dan pelatihan atau yang sering
disebut dengan (life skill) juga lazim disebut dengan training ataupun Diklat
(pendidikan dan pelatihan). Dewasa kini pendidikan dan pelatihan merupakan
sebuah fenomena yang sangat gencar untuk mendapatkan SDM yang
berkualitas. Program pelatihan mula-mula muncul di lingkungan perusahaanperusahaan besar dan pemerintah. Namun sekarang ini, program pendidikan
dan pelatihan sudah meluas ke kalangan sekolah, dan masyarakat.
Tidak banyak tenaga pengaman atau yang lebih familiar disebut
dengan SATPAM (Satuan Pengaman) yang sudah memiliki ijazah pendidikan
dan pelatihan SATPAM. Berdasarkan peraturan Kapolri No: Pol.24 tahun 2007
tentang Sistem Pengamanan Menejemen Perusahaan/Instansi Pemerintahan,
setiap petugas keamanan wajib memiliki sertifikat Gada Pratama. Untuk
mendapatkan sertifikat tersebut tentunya harus mengikuti pendidikan dan
pelatihan (DIKLAT). Sesuai dengan peraturan Kapolri No.Pol.18 Tahun 2006
terdapat tiga tingkatan jenjang
yang harus dilalui satuan pengamanan
(SATPAM). Oleh karenanya lembaga pendidikan dan pelatihan SATPAM
sangat dibutuhkan di era sekarang ini. Peranan Satuan Pengamanan (Security
sangat membantu terciptanya situasi dan lingkungan yang aman, nyaman dan
tenteram serta tertib). SATPAM Resmi, selain mendapatkan sertifikat dari
Polri sebagai pengemban fungsi kepolisian terbatas,tugasnya pun semakin
7
penting yakni sebagai garda terdepan untuk pencitraan perusahaan atau
instansi. PT Garda Total security (GTS) sebagai badan usaha jasa pengamanan
(BUJP) yang berpusat di Yogyakarta menjadi salah satu lembaga penyedia jasa
pendidikan dan pelatihan bagi SATPAM yang belum berertifikat serta bagi
mereka yang belum memiliki pengalaman dan belum
pernah menjadi
SATPAM sekalipun.
Garda Total Security merupakan salah satu lembaga penyedia Jasa
Keamanan yang sudah memiliki cabang di berbagai kota kecil seperti di
Magelang, Purworejo dan Klaten. Upaya GTS dalam membuka cabang di
daerah-daerah tersebut karena minimnya lembaga BUJP (Badan Usaha Jasa
Pengamanan) di kota-kota kecil. Dengan membuka cabang tentunya
mempermudah warga setempat untuk mendapatkan informasi serta pelatihan
SATPAM yang sudah memiliki legalitas.
Dalam pelaksanaannya GTS sebagai badan usaha jasa pengamanan
bertujuan memberikan kompetensi dan legalisasi lewat pendidikan dan
pelatihan (DIKLAT). Dalam pelaksanaannya apabila mengacu pada peraturan
Polri No.Pol.18 Tahun 2006 sudah tertera bahwa isi atau materi pelatihan
terdiri dari teori dan praktik, dengan komposisi 30% teori dan 70% praktek,
dengan tupoksi SATPAM, perundang-undangan, bela diri, tongkat borgol, dan
pengenalan seni, jihandak, penanggulangan kebakaran, bahasa Inggris serta
pelayanan prima. Namun kenyataan dilapakan berkata lain, terdapat pemadatan
jam untuk pengurangan waktu baik dari segi teori ataupun praktiknya.
8
Meskipun hal tersebut sudah dipertimbangkan, namun jika mengacu terhadap
kurikulum yang ada, hal tersebut belum sesuai.
Dalam proses pendidikan tentunya komponen dalam pendidikan harus
terpenuhi, supaya program pendidikan yang dilaksanakan dapat berjalan lancar
sesuai dengan rencana. Salah satu unsur dalam pendidikan adalah pendidik dan
tenaga kependidikan. Dari segi instruktur GTS sudah mencukupi dalam
melaksanakan pembelajaran, namun dari segi administrasi, dalam 1 kantor
tenaga kependidikan memiliki peran ganda dalam pengerjaannya. Meskipun
hal tersebut mampu menyelesaikan permasalahan. Namun sesuai aturan setiap
tenaga kependidikan mempunyai tugas yang paten dan tunggal dalam
melakukan pekerjaannya, supaya lebih fokus.
Komponen
pendidikan selain tenaga kependidikan salah satunya
adalah peserta didik (instrumental input). Peserta didik dalam program
pendidikan dan pelatihan SATPAM berasal dari berbagai daerah dan tentunya
memiliki latar belakang yang beraneka ragam. Tentunya hal tersebut menjadi
salah satu masalah yang harus dipecahkan. Karena dalam pendidikan peserta
didik harus memiliki jiwa korsa. Dalam penyelenggaraan tentunya memiliki
berbagai kendala. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan
dampak dari program yang sudah berjalan.
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas, maka diperlukan
kajian untuk mengungkap proses penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan
yang berlangsung di lembaga BUJP Garda Total Security. Penelitian ini
9
menekankan pada Penyelenggaraan Program Pendidikan dan Pelatihan
SATPAM (Satuan Pengamanan) di Garda Total Security Yogyakarta.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Meningkatnya angka kriminalitas di Daerah Istimewa Yogyakarta
2. Tingginya kebutuhan akan rasa aman tidak seiring dengan sumber daya
manusia yang memiliki keterampilan dalam bidang keamanan
3. Meningkatnya permintaan tenaga SATPAM di Daerah Istimewa Yogyakarta
dan Jawa Tengah
4. Hanya 10% tenaga SATPAM yang memiliki ijazah Pendidikan SATPAM
5. Tuntutan Kerja dan peraturan POLRI mengharuskan SATPAM memiliki
ijazah Gada Pratama
6. Terbatasnya lembaga BUJP (Badan Usaha Jasa Pengamanan) di kota-kota
kecil, seperti Klaten, Magelang, Purworejo dan lainnya.
7. Terhambatnya penyampaian materi karena latar belakang peserta didik yang
berasal dari berbagai daerah dan memiliki berbagai macam karakter
C. PEMBATASAN MASALAH
Berdaskan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, dan supaya
penelitian ini lebih terfokus maka permasalahan dam penelitian ini dibatasi pada
Penyelenggaraan Program Pendidikan dan Pelatihan SATPAM (Satuan
Pengamanan) di Garda Total Security Yogyakarta
10
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat ditarik rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan SATPAM (Satuan
Pengamanan) di Garda Total Security (GTS) ?
2. Bagaimana output dari pendidikan dan pelatihan bagi peserta didik yang
telah mengikuti pendidikan dan pelatihan di Garda Total Security (GTS) ?
3. Apa upaya Garda Total Security (GTS) dalam menyalurkan lulusan ke
lapangan kerja?
4. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pendidikan dan pelatihan di
Garda Total Security (GTS) ?
5. Upaya apa yang dilakukan GTS untuk mengoptimalkan dukungan dan
meminimalisir hambatan dalam pendidikan dan pelatihan ?
E. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas
mengenai
1. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan)
di Garda Total Security
2. Output dari pendidikan dan pelatihan bagi peserta didik yang telah mengikuti
pendidikan dan pelatihan di Garda Total Security (GTS)
3. Upaya Garda Total Security (GTS) dalam menyalurkan lulusan ke lapangan
kerja
11
4. Faktor pendukung dan penghambat pendidikan dan pelatihan di Garda Total
Security (GTS)
5. Upaya Garda Total Security (GTS) untuk mengoptimalkan dukungan dan
meminimalisir hambatan dalam pendidikan dan pelatihan
F. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi pengembangan kegiatan pendidikan nonformal. Berikut manfaat dari
penelitian ini:
1. Segi Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk perkembangan
keilmuan pendidikan nonformal khususnya pengelolaan program pendidikan
nonformal, yaitu pusat pendidikan dan pelatihan SATPAM (Satuan
Pengamanan)
2. Segi Praktis
a. Bagi
pengelola Garda Total Security, manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini adalah dapat digunakan sebagai acuan pengembangangan
dan pengelolaan program berdasarkan deskripsi dari perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi
pusat pendidikan dan pelatihan SATPAM
(Satuan Pengamanan)
12
b. Mengetahui deskripsi dari dampak yang terjadi setelah melakukan
pendidikan dan pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan)
3. Bagi peneliti, dapat mengetahui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pendidikan dan pelatihan serta mengetahui dampak yang terjadi pada alumni
peserta pelatihan diklat. Penelitian ini juga diharapkan membantu peneliti
untuk memperdalam pemahaman mengenai
pendidikan nonformal
khususnya pengelolaan program pendidikan nonformal yaitu pendidikan dan
pelatihan SATPAM (satuan pengaman)
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Menurut Saleh Marzuki (2012:136) pendidikan merupakan upaya
manusia untuk mengubah dirinya ataupun orang lain selama ia masih hidup.
Pendidikan adalah proses berkelanjutan (Education is a continuing process).
Pendidikan dimulai dari bayi hingga dewasa dan berlanjut sampai mati, yang
tentunya memerlukan berbagai metode dan sumber belajar. Menurut John
Dewey dalam Dwi Siswoyo (2011:54) pendidikan adalah rekonstruksi atau
reorganisasi pengalaman yang menambah pengalaman, dan yang menambah
kemampuan untuk mengarah pada pengalaman yang selanjutnya. Sujono
Samba (2007:24) berpendapat juga bahwa, pendidikan adalah manifestasi
kehidupan. Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia. Kehidupan
akan berkembang manakala ada “Pemerdekaan”.
Ki Hadjar Dewantara dalam Dwi Siswoyo (2011:54) berpendapat bahwa:
“yang dinamakan pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup anak-anak.
Adapun pendidikan maksudnya pendidikan yaitu, menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai
manusia
dan
sebagai
anggota
masyarakat
dapatlah
mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.“ Kemudian
14
tertera dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, pendidikan adalah
“usaha sadar dan terncana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara.”
Menurut Fuad Ihsan (2003:22) “pendidikan merupakan usaha manusia
untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik
jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat
dan kebudayaan.” Pendidikan diartikan dengan lebih sederhana oleh UNESCO
bahwasanya pendidikan sebagai proses belajar mengajar yang terorganisir dan
terus menerus dirancang untuk mengkomunikasikan perpaduan pengetahuan,
skill, dan pemahaman yang bernilai untuk seluruh aktivitas hidup.
Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan upaya yang
dilakukan manusia untuk menemukan wawasan yang lebih luas, membentuk
sikap, membentuk nilai-nilai dalam dirinya dan menumbuhkembangkan
potensi bawaannya melalui metode-metode dan sumber-sumber belajar yang
sudah tersedia. Pendidikan juga memberikan kesempatan kepada manusia
melakukan aktualisasi diri dan menemukan pengalaman yang sangat berharga
dalam hidupnya. Hal tersebut membutuhkan dukungan dari berbagai pihak
supaya pendidikan dapat membentuk manusia yang berkualitas.
15
2. Tujuan Pendidikan
Pendidikan dapat terselenggara tentunya tidak terlepas dari tujuan
pendidikan itu sendiri. Dalam pendidikan tujuan pendidikan merupakan salah
satu faktor yang sangat penting dalam terlaksananya pendidikan, karena
tujuan mendidikan dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui arah yang
akan dicapai atau hasil yang diharapkan pendidikan.
Tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana telah tersurat dalam
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab II Pasal 3 bahwa “Pendidikan Nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung
jawab.
”Tujuan pendidikan menurut
Brubacher
dalam
Djumransjah bahwasanya tujuan pendidikan melaksanakan tiga fungsi
penting yang semuanya bersifat normatif yaitu sebagai berikut: tujuan
pendidikan memberikan arah pada proses yang bersifat edukatif, harus
mendorong atau memberikan motivasi sebaik mungkin, memberikan
pedoman atau menyediakan kriteria-kriteria dalam menilai proses pendidikan.
Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan adalah menjadikan
manusia agar lebih beradab menjadi manusia yang mimiliki cita-cita mulia,
karakter terpuji, kreatif, termotivasi menjadi individu yang berguna bagi nusa
dan bangsa serta dapat menjadi teladan yang baik.
16
3.
Unsur-unsur pendidikan
Dalam
pelaksanaannya,
penyelenggaraan
pendidikan
harus
memperhatikan unsur-unsur pendidikan seperti yang telah diungkapkan oleh
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati (2001:94) yaitu :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Komunikasi
Kesengajaan
Kewibawaan
Normatif
Unsur anak
Unsur kedewasaan atau tujuan
Dalam proses pendidikan melibatkan banyak hal diantaranya:
1) Peserta didik yaitu subyek atau pribadi yang otonom yang diakui
keberadaannya
2) Pendidikan ialah orang yang bertanggungjawab terhadap
pelaksanaan pendidikan untuk peserta didik.
3) Interaksi edukatif antara peserta didik dengan pendidik, interaksi
edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antar
peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan
pendidikan.
4) Materi atau isi pendidikan, terdiri materi inti dan materi muatan
lokal. Materi inti bersifat nasional yang mengandung misi
pengendalian dan persatuan bangsa, sedangkan materi muatan
lokal isinya adalah mengembangkan kebinekaan kekayaan budaya
sesuai dengan kondisi lingkungan.
5) Konteks yang mempengaruhi pendidikan yaitu segala sesuatu
yang dilakukan atau diadakan dengan sengaja untuk mencapai
tujuan pendidikan. Ada yang bersifat preventif yaitu bermaksud
mencegah terjadinya hal-hal yang dikehendaki. Serta bersifat
kuratif yaitu bermaksud memperbaiki. Tempat peristiwa
berlangsung (lingkungan pendidikan), biasa disebut tari pusat
pendidikan
keluarga,
sekolah
dan
masyarakat.
(www.academia.edu)
Pemaparan di atas dapat diketahui bahwa unsur-unsur pendidikan
sangatlah penting. Terjalinnya komunikasi yang efektif akan memperlancar
proses pendidikan. Komunikasi yang efektif merupakan adanya interaksi
timbal balik antara pendidik dan peserta didik. Unsur kesengajaan dalam
17
pendidikan menunjukkan bahwa pendidikan tidak dibuat-buat atau dapat
dikatakan pendidikan penuh dengan kewibawaan. Pendidikan memiliki tujuan
untuk mencapai karah yang lebih baik atau normatif. Dalam hal tersebut
mempelajari karakter setiap peserta didik sangatlah penting, hal tersebut
bertujuan untuk dapat mengetahui dan atau menanamkan kedewasaan secara
fisik maupun psikis sesuai dengan norma yang berlaku.
4.
Jenis-jenis pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu upaya yang dilakukan negara dalam
mencerdaskan bangsa, saat ini pemerintah mulai mengusahakan untuk
menerapkan pendidikan sepanjang hayat, serta pendidikan taman anak-kanak
sampai pendidikan tinggi untuk mewujudkan pendidikan yang terdapat dalam
pembukaan UUD 19945 yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa.” Dalam UU
sisdiknas telah disebutkan bahwa terdapat tiga jalur pendidikan, yaitu
pendidikan formal, Nonformal, dan informal. Jalur pendidikan formal adalah
jalur pendidikan yang tersetruktur dan berjenjag terdiri dari pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Jalur pendidikan nonformal
adalah jalur pendidikan diluar sistem pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara tersetruktur dan berjenjang, berfungsi sebagai pengganti,
penambah, pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat. Selain itu juga melayani sesaran didik untuk
mencapai tujuan tertentu sesuai kebutuhan yang diinginkan oleh sasaran
didik. Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan.
18
B. Pendidikan Nonformal
1. Pengertian Pendidikan Nonformal
Menurut Marzuki (2012:137) pendidikan nonformal adalah proses
belajar yang terjadi secara terorganisasikan diluar sistem persekolahan atau
pendidikan formal, baik dilaksanakan terpisah maupun merupakan bagian
penting dari suatu kegiatan yang lebih besar untuk melayani sasaran didik
tertentu dan belajarnya tertentu pula. Dijelaskan pula oleh Soelaiman
(1992:79) pendidikan Nonformal adalah pendidikan yang teratur dengan
sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan-peraturan yang tetap
dan ketat.
2. Pelatihan
1. Pengertian
Istilah pelatihan juga lazim disebut training ataupun Diklat
(pendidikan dan pelatihan) merupakan fenomena yang sudah tidak asing
lagi di masyarakat sekarang. Dewasa kini fenomena tersebut sudah
meluas di masyarakat. Program pelatihan mula-mula hanya muncul di
perusahaan-perusahaan besar dan pemerintah. Training dilaksanakan
untuk para karyawan mulai tingkat operator hingga manajer. Karena
dengan dilaksanakannya pelatihan diharapkan masyarakat sekitar
perusahaan yang bersangkutan memperoleh peningkatan kesejahteraan di
bidang pendidikan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Training
merupakan kegiatan untuk mengembangkan kompetensi manusia. Pada
19
dasarnya Training atau pelatihan merupakan satu program yang terkait
dengan kepentingan pengembangan organisasi dan sekaligus masyarakat.
Senada dengan pemaparan di atas, bahwa pada hakekatnya istilah
pelatihan merupakan terjemahan dari kata “Training” dalam bahasa
Inggris. Secara harfiah akar kata “Training”
adalah “Train”, yang
berarti 1) memberi pelajaran dan praktisi (give teaching And practice), 2)
menjadikan berkembang dalam arah yang dikehendaki (cause do gros Ni
a required direction), 3) persiapan (preparation), 4) praktisi (practice).
Menurut Suwanto dan Donni pelatihan sebagai berikut:
“pelatihan merupakan proses jangka pendek yang mempergunakan
prosedur sistematis dan terorganisasi dimanapegawai nun
manajerial mempelajari pengetahuan dan dan keterampilan dalam
tujuan terbatas. Pelatihan terdiri dari program-program yang
disusun terencana untuk memperbaiki kinerja di level individual,
kelompok, dan organisasi yang dapat diukur perubahannya melalui
pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku sosial dari
karyawan” (Suwanto & Donni, 2011:117)
Menurut Siagian dalam Lubis (2008:28) pelatihan merupakan
proses belajar mengajardengan menggunakan teknik dan metode tertentu
secara konsepsional dapat dikatakan bahwa pelatihan dimaksudkan untuk
meningkatkan keterampilan dan kemampuan kerja seseorang atau
sekelompok orang. Biasanya yang sudah bekerja pada satu organisasi
yang efisien,efektivitas dan produktivitas kerjanya disarankan perlu
untuk ditingkatkan secara terarah dan pragmatik.
Menurut H. John Bernadin dan Joyce E.A. Russel, Mc.Grill dalam
Daryanto (2014:30) pelatihan adalah beberapa usaha untuk memperbaiki
performance pegawai ditempat kerjanya atau yang berhubungan dengan
20
hal tersebut. Agar efektif pelatihan harus melibatkan pengalaman belajar,
merupakan rencana organisasi dan dibentuk untuk mengetahui kebutuhan
kebutuhan. Jadi pelatihan harus dirancang untuk memenuhi tujuan
organisasi yang dihubungkan dengan tujuan pegawai. Bambang Wahyudi
dalam Daryanto (2014:31) juga berpendapat bahwa pendidikan atau
belajar merupakan perubahan tingkah laku secara relatif permanen,
sebagai hasil dari pengalaman dan pelatihan yang dilakukannnya.
Selanjutnya
berdasarkan
Kep.
Menkes
RI
Nomor
725/Menkes/SK/V/2003 pelatihan adalah proses pembelajaran dalam
rangka meningkatkan kinerja, profesionalisme dan atau menunjang
perkembangan karier tenaga kesahatan dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya. Kemudian menurut Impres No 15 tahun 1974 tentang
pelaksanaan Keppres Nomor 34 tahun 1972 pelatihan adalah bagian dari
pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan
meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku,
dalam waktu yang relatif singkat dan metodenya menggunakan praktek
daripada teori. Kemudian menurut Daryanto (2014:31) pelatihan/Diklat
adalah satu proses yang sistematis untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang diperlukan dalam melaksanakan tugas
seseorang serta diharapkan akan dapat mempengaruhi penampilan kerja
baik orang yang bersangkutan maupun organisasi tempat kerja.
Pelatihan menurut peraturan kepala kepolisian negara republik
Indonesia nomor 24 tahun 2007 tentang sistem manajemen pengamanan
21
organisasi,
perusahaan
dan/atau
instansi/lembaga
pemerintahan
bahwasanya, pelatihan adalah proses interaksi antara peserta pelatihan
dengan pelatih untuk memperoleh kompetensi agar mampu membuat dan
terbiasa melakukan sesuatu kegiatan di bidang tertentu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah upaya sadar yang
dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia, dilaksanakan
secara terencana dilaksanakan diluar sistem sekolah dan lebih
menekankan praktik secara langsung daripada teori karena untuk
meningkatkan kompetensi yang dimiliki oleh setiap individu. Terdapat
interaksi antara penyelenggara pelatihan dan peserta pelatihan untuk
memperoleh pengetahuan, keterampilan, meningkatkan pengalaman dan
penampilan kerja melalui proses yang sistematis dan terarah.
2. Tujuan dan Manfaat Pelatihan
Tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan, selain itu tujuan pelatihan adalah buntu mengembangkan
keahlian, sikap, dan potensi yang dimiliki oleh individu. Menurut
Marzuki dan Mustofa Kamil (2010:11) terdapat tiga tujuan yang harus
dicapai dengan pelatihan yaitu:
1) Memenuhi kebutuhan organisasi
2) Memperoleh pengertian dan pemahaman yang lengkap tentang
pekerjaan dengan standar dan kecepatan yang telah ditetapkan
dari dalam keadaan yang normal serta aman.
3) Membantu para pemimpin organisasi dalam melaksanakan
tugasnya.
22
Tujuan pelatihan menurut Moekijat dalam Ikka Kartika bahwa
tujuan umum pelatihan adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif.
2) Untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan
dapat diselesaikan secara rasional.
3) Untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan
kemauan kerja sama dengan teman-teman, pegawai dan
pimpinan (Ikka Kartika, 2011:14).
Menurut Suparno tujuan pelatihan adalah sebagai berikut:
“Untuk meningkatkan produktivitas, meningkatkan kualitas,
mendukung perencanaan SDM, meningkatkan moral anggota,
memberikan kompensasi yang tidak langsung, meningkatkan
kesehatan dan keamanan kerja, mencegah kedaluwarsa
kemampuan
dan
pengetahuan
personil,
menigkatkan
perkembangan kemampuan dan keahlian personil.(Soparno,
2015:84)
Menurut Anwar (2006:166) “tujuan pelatihan adalah untuk
memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan dan
pengetahuan dari para karyawan sesuai dengan kebutuhan perusahaan
yang bersangkutan. Berdasarkan beberapa paparan mengenai tujuan
pelatihan maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pelatihan adalah upaya
untuk melakukan pengembangan potensi dan meningkatkan kompetensi
pada karyawan sesuai dengan pekerjaannya masing-masing.
Menurut Gouzali Saydam (2006:71) pelatihan memiliki manfaat,
antara lain adalah sebagai berikut:
1) Menambah pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan dalam
tugas
2) Meningkatkan percaya diri dan menghilangkan rasa rendah diri
3) Memperlancar pelaksanaan tugas
4) Menambah motivasi kerja untuk pelaksanaan tugas
23
5) Menumbuhkan sikap positif
6) Menimbulkan semangat dan kegairahan kerja
7) Mempertinggi rasa kepedulian
8) Meningkatkan rasa saling menghargai
9) Mendorong karyawan untuk menghasilkan yang terbaik
10) Mendorong karyawan untuk memberikan pelayanan yang
terbaik. (Gouzali Saydam, 2006:71)
Manfaat pelatihan menurut pendapat Johnson dalam Saleh Marzuki
adalah sebagai berikut:
1) Menambah produktivitas
2) Memperbaiki kualitas kerja
3) Mengembangkan keterampilan, pengetahuan, pengertian, dan
sikap-sikap baru
4) Dapat memperbaiki cara penggunaan yang tepat, alat-alat,
mesin, proses, metode dan lain-lain
5) Mengurangi pemborosan, kecelakaan, keterlambatan, kelalaian,
biaya berlebihan, dan ongkos-ongkos yang tidak diperlukan
6) Melaksanakan perubahan atau pembaharuan kebijakan atau
aturan-aturan baru.
7) Mengurangi kejenuhan atau keterlambatan dalam skill
teknologi, metode, produksi, pemasaran, modal, manajemen,
dan lain-lain.
8) Meningkatkan pengetahuan agar sesuai dengan pekerjaannya,
9) Mengembangkan, menempatkan, dan menyiapkan orang untuk
maju memperbaiki pendayagunaan tenaga kerja dan
meneruskan
kepemimpinan
(menjamin
kelangsungan
pemimpin)
10) Menjamin ketahanan dan pertumbuhan perusahaan (Shaleh
Marzuki, 2010:176)
Berdasarkan penjelasan di atas manfaat pelatihan bagi seorang
karyawan
dan
perusahaannya
adalah
untuk
mengembangkan
keterampilan, pengetahuan, dan dapat memperbaiki performa karyawan
serta meningkatkan kualitas supaya dapat melaksanakan tugasnya dengan
baik sesuai dengan yang disampaikan pada pelatihan.
24
3.
Komponen dan Prinsip-prinsip pelatihan
Sudjana menjelaskan bahwa pada dasarnya prinsip pelatihan
adalah:
1) Berdasarkan kebutuhan belajar (learning Seed based)
2) Berorientasi pada tujuan kegiatan belajar (learning goals Ana
objectives oriented)
3) Berpusat pada peserta (partisipan centered)
4) Belajar berdasarkan pengalaman (experiental learning )
(Sudjana, 2001:21)
Komponen-komponen dalam pelaksanaan pelatihan sangatlah
diperlukan supaya pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan
efektif. Komponen penyelenggaraan pelatihan menurut Mustofa Kamil
(2011:11) yaitu :
1) Sumber Daya Manusia (SDM)
a) Penyelenggaraan pelatihan
b) Tenaga pengajar / fasilitator / widyaiswara
c) Peserta pelatihan
2) Kurikulum
3) Metode pembelajaran
4) Waktu pelaksanaan
5) Pelaksanaan praktik kerja lapangan / orientasi lapangan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komponen dalam pelatihan
memiliki tujuan
4.
Jenis-jenis pelatihan
Mengacu pada instruksi Presiden No.15 tahun 1974 bahwasanya
terdapat dua macam pelatihan jika dilihat dari sudut pandang tujuannya, yaitu
pelatihan keahlian dan pelatihan kejuruan. Pelatihan keahlian adalah bagian
dari pendidikan yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan
keterampilan yang digunakan untuk syarat melaksanakan satu pekerjaan yang
pada umumnya bertaraf lebih rendah.
Dilihat dari cara pelaksanaannya
pelatihan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pelatihan formal dan pelatihan
25
pendidikan luar sekolah. Menurut Gouzali Saydam (2006:83) bahwa
pelatihan formal adalah pelatihan yang dilaksanakan secara formal (resmi)
dan dilakukan dalam kelas. Jenis pelatihan formal yaitu 1) pelatihan mandiri,
2) metode belajar kelas, 3) pelatihan ditempat kerja, 4) sistem magang, 5)
pelatihan vestibul, 6) pelatihan laboratorium. Sedangkan pelatihan pendidikan
luar sekolah terdapat berbagai model-model pelatihan. Model-model tersebut
dilihat dari tujuan pelatihan yang selanjutnya menentukan proses pelatihan.
Model-model pelatihan menurut Mustofa Kamil (2010:35) adalah sebagai
berikut :
1) Model magang atau pemagangan (apprenticeship Training/ learning
Bay doing)
2) Model internship (internship trainig)
3) Model pelatihan keaksaraan (literacy training)
4) Model pelatihan kewirausahaan (interprenership training)
5) Model pelatihan manajemen peningkatan mutu (quality Management
Training)
Menurut A.Usmara (2006:83) terdapat model pelatihan delapan poin yaitu:
1) Pengembangan pola pikir bersama untuk membangun kapabilitas
organisasional melalui SDM
2) Harus ada satu komitmen fundamental dan keyakinan dalam
pendidikan, pelatihan, dan pengembangan SDM
3) Aktivitas-aktifitas pelatihan dan pengembangan harus dihungkan
dengan strategi dan sasaran bisnis
4) Pelatihan dan pengembangan berfokus pada kebutuhan
organisasional yang telah didefinisikan dengan jelas
5) Pelatihan dapat meningkatkan keunggulan kompetisi jika
karyawannya mendapat pengetahuan dan keterampilan serta mampu
menggunakan kompetensinya.
6) Penetapan sasaran yang tepat untuk pelatihan berdasarkan perubahan
dan hasil yang diinginkan
7) Pemerincian spesifikasi-spesifikasi pelatihan
8) Pengevaluasian menyeluruh dari pelatihan dan komitmen dari semua
partisipan terhadap proses tersebut.
26
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis
pelatihan sangat beraneka ragam, terdapat pelatihan yang memiliki
beberapa jenis dan model yang dilihat dari sudut pandang tujuan, sudut
pandang pendidikan luar sekolah. Jenis dan model-model tersebut dapat
diaplikasikan dalam berbagai pelatihan yang tepat.
5.
Langkah-langkah pelatihan
Dalam melaksanakan pelatihan tentunya memerlukan tahapantahapan atau langkah-langkah yang digunakan untuk menghasilkan suatu
program pelatihan yang bermutu antara lain sebagai berikut :
a. Mengkaji kebutuhan pelatihan (training need assasment)
b. Merumuskan tujuan Pelatihan
c. Proses merancang program pelatihan
d. Melakukan evaluasi program pelatihan
Untuk
melaksanakan
suatu
program
pelatihan
sangat
perlu
mengorganisasikan atau manajemen. Fungsi manajemen pelatihan itu
sendiri adalah untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
pelatihan. Sudjana (dalam Mustofa Kamil 2011:17) mengembangkan
sepuluh langkah pengelolaan pelatihan sebagai berikut:
1) Rekrutmen peserta pelatihan
2) Identifikasi kebutuhan belajar, sumber belajar dan kemungkinan
hambatan
3) Menentukan dan merumuskan tujuan pelatihan
4) Menyusun alat evaluasi awal dan evaluasi akhir
5) Menyusun urutan kegiatan pelatihan
6) Pelatihan untuk pelatih
7) Melaksanakan evaluasi bagi peserta
27
8) Mengimplementasikan pelatihan
9) Evaluasi akhir
10) Evaluasi program pelatihan
Menurut Ikka Kartika. A. Fauzi (2011:25) tahap-tahap yang digunakan
dalam proses pelatihan adalah sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Tahap pertama menyadari kebutuhan
Tahap kedua menganalisis masalah
Tahap ketiga menentukan pilihan
Tahap keempat menyadari suatu pemecahan
Tahap kelima mengajarkan suatu keterampilan
Tahap keenam integrasi dalam sistem
Berdasarka pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan
pelatihan memerlukan tahapan-tahapan supaya berjalan dengan baik, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi merupakan proses yang harus dilalui.
C. Pendidikan dan pelatihan
1. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan dewasa kini sangatlah berpengaruh bagi
keberlangsungan hidup manusia, kebutuhan akan peningkatan dalam
penguasaan ilmu dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan manusia
dalam penyesuaian dengan tatanan global, mendorong manusia untuk
mencari cara supaya dapat mengimbangi hal tersebut.
Pendidikan dan pelatihan menurut Mustofa amil adalah bagian dari
proses belajar yang dilaksanakan diluar sistem sekolah, memerlukan
waktu yang relatif singkat, dan lebih menekankan pada praktik.
Selanjutnya Oemar Hamalik (2007:10) dalam bukunya manajemen
pelatihan ketenagakerjaan memaparkan pendapatnya, bahwa:
28
“dalam peningkatan, pengembangandan pembentukan tenaga kerja
dilakukan melalui upaya pembinaan, pendidikan dan pelatihan.
Ketiga upaya tersebut saling terkait, secara operasional dapat
dirumuskan, bahwa pelatihan adalah suatu proses yang meliputi
proses serangkaian tindak (upaya) yang dilakukan dengan sengaja
dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang
dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu
yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta
dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan
produktivitas dalam suatu organisasi.”
Pendidikan dan pelatihan menurut Mustofa Kamil (2010:10)
merupakan proses yang disengaja atau direncanakan, bukan kegiatan
yang bersifat kebetulan atau spontan, serta termasuk dari bagian
pendidikan yang menyangkut proses belajar yang dilaksanakan di luar
sistem sekolah, memerlukan waktu yang relatif singkat, dan lebih
menekankan praktik. Penyelenggaraan pendidi
2. Menejemen pendidikan dan pelatihan
Menurut Daryanto (2014:32) pendidikan dan pelatihan adalah satu
proses yang berlangsung seumur hidup, sepanjang kegiatan manusia, dan
dilakukan secara sadar. Pendidikan dapat terjadi di manapun tempatnya,
keberlangsungan pendidikan ataupun pelatihan ada yang disadari dan ada
yang tidak disadari. Segala kegiatan berpikir dimasa lampau, berpikir
dimasa sekarang dan berpikir untuk merencanakan masa depan semua hal
tersebut merupakan proses belajar. Hal tersebut dapat memberikan
penglaman kepada seorang individu.
29
3.
Tahapan Pendidikan dan Pelatihan
Menyelenggaraan pelatihan membutuhkan suatu organisasi yang
secara manajerial memiliki fungsi organizer pelatihan yaitu mulai dari
merencanakan, melaksanakan sampai mengevaluasi. Adapun langkahlangkah penyelenggaraan Diklat. Adapun penjelasan secara rinci sebagai
berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan faktor penting dalam terselenggaranya
pendidikan dan pelatihan. Menurut Roesminingsih (2009:46),
perencanaan pelatihan meliputi:
1) Menetapkan Tujuan pelatihan
Tujuan sangat penting karena berfungsi sebagai pemandu arah
dari seluruh kegiatan Diklat. Tujuan pelatihan yang ingin dicapai
dirumuskan secara jelas, terukur dan dapat dicapai. Dalam hal ini
ditetapkan tujuan Diklat baik tujuan umum yaitu menggambarkan
tujuan yang ingin dicapai Diklat dan tujuan khusus yaitu
menguraikan secara lebih spesifik, tujuan yang ingin dicapai
untuk tercapainya tujuan umum pelatihan. Setelah penetapan
tujuan maka dapat dirumuskan strategi pelatihan yang sesuai.
2) Menyusun Strategi Pelatihan
Menyusun strategi pelatihan ini dilakukan untuk mengatur
mekanisme pelatihan agar pelaksanaannya efektif dan efisien.
3) Menentukan Metode Pelatihan
Ada beberapa metode yang dapat diterapkan dalam kegiatan
diklat yaitu : ceramah, tanya jawab, diskusi kelompok, latihan,
studi kasus, brainstorming, seminar, resitation.
4) Membuat Silabus
5) Menentukan materi pelatihan
Materi pelatihan yang akan diberikan harus sesuai dengan tujuan
pelatihan. Materi pelatihan (modul pelatihan, diktat/buku-buku
referensi, unit-unit kompetensi yang dipilih dan lain-lain) yang
akan diberikan kepada peserta pelatihan disusun berdasarkan
silabus pelatihan
6) Membuat session plan
Session plan ini berisi tentang struktur dan prosedur dari diklat
30
Menurut Notoatmodjo (2011:46) tahapan dalam perencanaan diklat yaitu:
1) Analisis kebutuhan pelatihan (Training Seed assessment)
Tujuan analisis kebutuhan pelatihan ini antara lain untuk mencari
atau mengidentifikasi kemampuan-kemampuan apa yang diperlukan
karyawan dalam rangka menunjang kebutuhan organisasi/ institusi.
Untuk mempertajam analisis ini seyogianya ditunjang dengan survei
penjajakan kebutuhan (need assessment).
2) Menetapkan tujuan pelatihan
Tujuan pelatihan pada hakikatnya ialah perumusan kemampuan yang
diharapkan dari pelatihan tersebut. Karena tujuan pelatihan ini adalah
perubahan kemampuan yang merupakan bagian dari perilaku, maka
tujuan pelatihan dirumuskan dalam bentuk perilaku (behavior
objectives). Misalnya, setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan
peserta dapat melakukan pencatatan dan pelaporan secara benar.
Dasar untuk menyusun dasarpelatihan ini adalah hasil dari analisis
kebutuhan pelatihan yang telah dilakukan. Dalam tujuan pelatihan
dibedakan menjadi 2, yakni:
a) Tujuan umum, yakni rumusan tentang kemampuan umum yang
akan dicapai oleh palatihan tersebut. Misalnya setelah
pelatihan ini peserta pelatihan mampu melakukan deteksi dini
kehamilan beresiko
b) Tujuan khusus, yakni rincian kemampuan yang dirumuskan
dalam tujuan umum ke dalam kemampuan khusus. Misalnya
tujuan umum dalam contoh tersebut ke dalam kemampuan
khusus, misalnya: kemampuan mengenal tanda-tanda
kehamilan beresiko, kemampuan diagnosis kehamilan beresiko
dan lain-lain.
3) Pengembangan Kurikulum
Dari tujuan-tujuan diklat yang telah dirumuskan tadi akan dapat
diketahui kemampuan-kemampuan apa yang harus diberikan
dalam pelatihan. Maka selanjutnya di identifikasi materi-materi
atau bahan-bahan pelajaran yang akan diberikan dalam pelatihan.
Dengan kata lain materi-materi apa yang dapat mengembangkan
atau meningkatkan kemampuan para peserta diklat. Selanjutnya
dilakukan identifikasi waktu yang diperlukan untuk tiap-tiap
materi atau topik/sub topik yang lebih terinci. Setelah itu di
tentukan metoda belajar mengajar yang bagaimana yang akan
digunakan, serta alat bantu belajar mengajar yang diperlukan
dalam pelatihan tersebut. Proses ini disebut pengembangan
kurikulum (curiculum development).
4) Persiapan pelaksanaan diklat
31
Sebelum pendidikan dan pelatihan dilaksanakan terlebih dahulu
dilakukan persiapan, yang pada umumnya mencakup kegiatankegiatan administrasi, antara lain :
a) Menyusun silabus dan jadwal diklat (penjabaran kurikulum ke
dalam kegiatan pembelajaran).
b) Pemanggilan dan seleksi peserta.
c) Menghubungi para pengajar atau pelatih.
d) Penyusunan materi pelatihan serta penyediaan bahan-bahan
referensi.
e) Penyiapan tempat dana akomodasi peserta.
Menurut Mustofa kamil (2010:155) prosedur perencanan diklat
dimulai dengan melakukakn analisis kebutuhan yang mana menjadi
pangkal utama dalam penyususnan program pelatihan. Kemudian
dilanjutkan dengan penyusunan kriteria keberhasilan sebagai tolak ukur
kesesuaian atau kegagalan suatu pelatihan.
b. Pelaksanaan
Suryosubroto (2004:126) menyebutkan dalam tahap pelaksanaan
meliputi hal-hal berikut:
1) Pembukaan
Pembukaan dapat dilakukan secara seremonial artinya
pembukaan mengikuti ketentuan-ketentuan protokoler yang telah
digariskan oleh Departemen yang bersangkutan.
2) Penjelasan
Penjelasan program diklat antara lain mencakup tujuan,
kurikulum, sistem penilaian, masalah kelulusan dan segi-segi
administratif dilakukan oleh panitia penyelenggara.
3) Pembentukan kelompok peserta
Pembentukan kelompok dimaksudkan untuk membangkitkan
semangat kebersamaan dan kerjasama antar peserta.
4) Pelaksanaan perkuliahan
Dalam pelaksanaan perkuliahan ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu pengaturan jadwal, kondisi ruang belajar dan
pengaturan bentuk formasi kursi (tempat duduk) peserta diklat.
5) Pembagian tugas-tugas (peserta)
Bentuk-bentuk tugas yang diberikan kepada peserta diklat
meiputi: menulis kertas kerja, diskusi / seminar, praktek kerja
32
lapangan, dan menyusun laporan baik perorangan maupun
kelompok.
Menurut Risdiyati (2012) menyebutkan bahwasannya dalam
pelaksanaan diklat meliputi :
a.
b.
c.
d.
Pembukaan dan penutupan
Pelaksanaan proses pembelajaran
Evaluasi pembelajaran
Kegiatan administrasi diklat
c. Evaluasi
Selanjutnya Suryosubroto (2004:143) menyebutkan bahwasannya
evaluasi diklat bermaksud untuk mengetahui sejauh mana tujuan
program telah tercapai dan ini merupakan usaha untuk memperoleh
umpan balik bagi penyempurnaan program diklat selanjutnya. Bagian
evaluasi mencakup :
1) Pelaksanaan evaluasi
Pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan sebelum, selama, dan
sesudah program berakhir. Tetapi bisa dilakukan pula secara
berkala beberapa kali sebelum dan sesudah diklat.
2) Aspek evaluasi
Aspek-aspek yang dievaluasi meliputi aspek prestasi akademis
dan aspek sikap, dengan bobot yang berbeda. Dalam
melaksanakan evaluasi harus mempelajari indikator-indikator
penilaian yang sudah ditentukan.
3) Metode evaluasi
Beberapa metode evaluasi antara lain : tes tertulis, angket, dan
lain-lain yang digunakan terkait pula dengan aspek-aspek yang
akan dievaluasi.
4) Sasaran evaluasi
Sasaran evaluasi yaitu evaluasi terhadap instruktur,
penyelenggara, dan antar peserta diklat.
5) Penghargaan evaluasi
Peserta diklat yang dinyatakan berhasil dalam mengikuti program
diklat diberikan tanda penghargaan berupa STTPL (Surat Tanda
Tamat Pendidikan dan Latihan).
6) Laporan evaluasi
33
Hasil evaluasi program diklat secara keseluruhan dilaporkan
kepada instansi terkait dan atasan langsung.
Pendapat lain yang dikemukaan oleh Notoatmodjo (2011:24)
bahwasanya dalam evaluasi mencakup hal-hal berikut :
1) Evaluasi terhadap proses, yang meliputi:
a) Organisasi penyelenggaraan pelatihan, misalnya : administrasi,
konsumsinya, ruangannya, para petugasnya.
b) Penyampaian materi pelatihan, misalnya: relevansinya, ke
dalamannya, pengajarnya.
2) Evaluasi terhadap hasilnya yang mencakup evaluasi sejauh mana
materi yang diberikan itu dapat dikuasai atau diserap oleh peserta
diklat. Lebih jauh lagi apakah ada peningkatan kemampuan atau
keterampilan pengetahuan, sikap dan para peserta pelatihan. Cara
melakukan evaluasi ini dapat secara formal dalam arti dengan
mengedarkan kuesioner yang harus diisi oleh para peserta pelatihan.
Tetapi juga dapat dilakukan secara informal, yakni melalui diskusi
antara peserta dengan penyelenggara pelatihan.
Berdasarkan pemaparan di atas tahapan dalam melakukan pendidikan
dan pelatihan mencakup perencanaan yang meliputi analisis kebutuhan,
menetapkan tujuan pelatihan, menyususn strategi pelatihan, menetapkan
metode pelatihan, menentukan materi dan persiapan administrasi sebelum
pelatihan dilaksanakan.
Tahap pelaksanaan merupakan kegiatan inti dari penyelenggaraan
diklat meliputi pembukaan, penjelasan, pembentukan kelompok, pelaksanaan
proses pembelajaran, pembagian tugas-tugas, evaluasi pembelajaran, dan
penutup. Sedangkan evaluasi merupakan tahap akhir dan penting untuk
perbaikan penyelenggaraan program selanjutnya, yang mancakup evaluasi
sebelum, selama, dan sesudah kegiatan berakhir.
34
4. Indikator Pendidikan dan Pelatihan
a. Penyelenggara Diklat
Penyelenggara diklat atau lembaga pelaksana diklat adalah
instansi Pembina diklat. Penyelenggara diklat adalah pihak yang
bertanggung jawab atas pengaturan, koordinasi, dan penyelenggaraan
diklat
(meliputi
perencanaan,
pelaksanaan,
pengawasan
dan
pengendalian, monitoring dan evaluasi). Tenaga penyelenggara atau
pengelola diklat dengan standar tenaga pengelola telah mengikuti diklat
MT (Master Trainer) dan TC (Training Course). Unsur yang menjadi
penyelenggara diklat terdiri dari :
1) Pengarah / Nara Sumber Pusat yang berasal dari unsur birokrat,
pakar dan akademisi
2) Panitia
3) Fasilitator. Fasilitator dapat berasal dari unsur birokrat, pakar dan
akademisi yang memenuhi kriteria sebagai berikut : Menguasai
substansi / materi, menguasai metode dan strategi pembelajaran,
dapat berkomunikasi dengan baik, direkomendasikan oleh lembaga
tempat bertugas
b.
Metode pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara atau strategi atau mekanisme
bagaimana proses pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam suatu
pelatihan. Ada pun sejumlah alternatif metode pengembangan (pelatihan)
yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan proses pembelajaran
35
yang hendak dilaksanakan oleh instruktur. Hasibuan (2005) memaparkan
metode pengembangan yaitu metode latihan yang diuraikan sebagai
berikut :
1) On the job, dimana para peserta latihan langsung bekerja ditempat
untuk belajar dan meniru suatu pekerjaan di bawah bimbingan
seorang pengawas.
2) Vestibule, adalah metode latihan yang dilakukan dalam kelas atau
bengkel yang biasanya diselenggarakan dalam suatu perusahaan
industri untuk memperkenalkan pekerjaan kepada karyawan baru
dan melatih mereka mengerjakan pekerjaan tersebut.
3) Demonstration and Example, adalah metode latihan yang dilakukan
dengan cara peragaan dan penjelasan bagaimana cara-cara
mengerjakan sesuatu pekerjaan melalui contoh-contoh atau
percobaan yang didemonstrasikan.
4) Simulation, merupakan situasi atau kejadian yang ditampilkan
semirip mungkin dengan situasi yang sebenarnya tapi hanya
merupakan tipuan saja.
5) Apprenticeship, adalah suatu cara untuk mengembangkan keahlian
pertukangan sehingga para karyawan yang bersangkutan dapat
mempelajari segala aspek dari pekerjaannya
6) Classroom methods, metode pertemuan dalam kelas
Berdasarkan penjelasan di atas dalam penyelenggaraan proses
pembelajaran memerlukan metode atau cara supaya proses pembelajaran
tidak selalu monoton. Adapun sejumlah alternatif metode pengembangan
(pelatihan) yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan proses belajar
mengajar.
c. Sarana dan prasarana
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), sarana adalah segala
sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan.
Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang
utama terselenggaranya suatu proses. Sarana prasarana diklat tertuang
36
dalam Keputusan Kepala LAN nomor 193/XIII/10/6/2001 sebagai
berikut:
1) Sarana dan prasarana diklat merupakan alat bantu dan fasilitas
penunjang yang digunakan untuk menjamin efektivitas
pembelajaran.
2) Sarana dan prasarana diklat dapat dimiliki sendiri dan / atau
memanfaatkan sarana dan prasarana diklat lembaga diklat instansi
lain dengan memperhatikan kesesuaian standar persyaratan setiap
jenis, jenjang, dan program diklat serta jumlah peserta diklat.
3) Sarana dan prasarana diklat yang dimiliki oleh setiap instansi dapat
didayagunakan secara optimal baik oleh lembaga diklat instansi yang
bersangkutan maupun lembaga diklat instansi lainnya dengan
dukungan sistem informasi diklat PNS yang dikembangkan oleh
instansi pembina.
Berdasarkan pemaparan di atas bahwasanya sarana dan prasarana
sangat dibutuhkan untuk terselenggaranya proses pendidikan dan
pelatihan. Sarana dan prasarana merupakan komponen yang penting
dalam diklat.
5.
Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
Menurut Oemar Hamalik (2007:75-90) dalam bukunya Manajemen
Pelatihan Ketenagakerjaan dalam penyelenggaraaan pelatihan perlu
diperhatikan hal-hal berikut :
a. Dasar Penyelenggaraan Pelatihan
1) Rencana Harian
Fungsi rencana harian adalah memberikan paduan kepada peserta
dalam melaksanakan unit harian sesuai dengan acuan yang telah
ditentukan dalam rencanan umum pelatihan.
2) Perencanaan Unit Pelajaran (Unit Lesson)
Rencana suatu pelajaran adalah suatu urutan instruksional yang
dikembangankan secara khusus yang umumnya disajikan dalam satu
kali pertemuan kelas.
b. Prosedur Penyelenggaraan Pelatihan
1) Tahap Pendahuluan
37
Tahap ini merupakan tahapan persiapan sebelum peserta
melaksanakan keseluruhan kegiatan.
2) Tahap Pengembangan
Tahap ini merupakan pelaksanaan kegiatan belajar oleh peserta
yang dilakukan oleh balai dan atau di masyarakat sesuai dengan
rencana yang telah disusun oleh tim pelatih.
3) Tahap Kulminasi
Tahap kulminasi dilakukan dalam bentuk pameran, seminar
akhir, pembuatan laporan individual, pembuatan laporan
kelompok.
4) Tahap Tindak Lanjut
Tahap tindak lanjut adalah suatu tahap transisi, di mana
berlangsungnya proses penempatan dan pembinaan terhadap
para lulusan pelatihan.
c. Strategi Belajar Mengajar Terpadu
1) Asas-asas Pengajaran Terpadu
Strategi belajar-mengajar terpadu disusun berdasarkan asas
motivasi, tujuan yang jelas, kegiatan keaktifan siswa, pelayanan
terhadap perbedaan individual, kerja sama, korelasi, integrasi,
relasi, dan latihan praktek.
2) Metode dan teknik
Metode dan teknik merupakan cara-cara yang dilaksanakan
dalam diklat misalnya cara membangkitkan minat dan perhatian
kepada pelajaran, cara memberitahukan tujuan kepada peserta.
3) Pengelolaan Praktrek Lapangan
Dalam pengelolaan praktek lapangan mencakup kegiatan
pendahuluan, pengorganisasian, tepat dan waktu praktek,
fasilitas, perlengkapan, dan biaya.
d. Model Modifikasi Tingkah Laku
1) Tahap-tahap kegiatan
Yang termasuk dalam tahap kegiatan yaitu menjelaskan tujuan,
menerangkan teori, mendemonstrasiakan model tingkah laku,
latihan simulasi dengan balikan dan transfer.
2) Sistem Sosial
Sistem latihan menuntut keterlibatan para peserta secara penuh
dalam suatu sistem sosial, namun tetap diberikan kesempatan
yang luas secara perorangan urutan tugas sesuai kecepatan
belajarnya masing-masing.
3) Prinsip-prinsip reaksi
Para pelatih atau para tutor menggunakan model latihan ini
dengan menyiapkan balikan yang bersifat behavioral.
4) Sistem Penunjang
38
Pelatih supaya berupaya menyediakan tempat latihan yang
memadai esuai dengan kebutuhan program pelatihan serta
peralatan dan fasilitas latihan lainnya yang diberikan oleh
peserta.
5) Penerapan Model
Beberapa yang bisa digunakan adalah model pelatihan
keterampilan dasar, keterampilan teknis, dan keterampilan
sosial.
Sedangkan Balai Pengembangan Latihan Kerja Luar Negeri (2012:01)
menyebutkan bahwasanya dalam prosedur penyelenggaraan pelatihan perlu
diperhatikan hal-hal berikut :
1. Penyelengaraan pelatihan dilakukan berdasaran jadwal pelatihan, kurikulum,
dansilabus yang telah disusun.
2. Perubahan jadwal pelatihan dapat dilakukan bila terjadi force major, terdapat
gangguan peralatan dan mesin atau faktor eksternal.
3. Seksi penyelenggara melaksanakan orientasi peserta yang berisi :
a. Profil Instansi / Lembaga
b. Program Pelatihan
c. Jadwal Program Pelatihan
d. Pelayanan dan fasilitas yang diterima peserta
e. Tata tertib
4. Orientasi bagi pelatihan dasar instruktur dan upgrading.
5. Pelaksanaan pelatihan dilakukan oleh instruktur berdasarkan kepada jadwal
yang telah ditetapkan oleh kejuruan.
6. Instruktur bertanggung jawab penuh terhadap berlangsungnya kegiatan belajarmengajar selama sesi pelatihan baik di kelas, bengkel, laboratorium,
perpustakaan maupun di tempat OJT.
7. Selama pelaksanaan pelatihan peserta wajib mengisi daftar hadir siswa.
8. Apabila terjadi insiden atau kecelakaan, instruktur mengambil tindakan dan
melaporkan kepada seksi penyelenggara, membuat rekaman paling lambat 1
hari setelah kecelakaan.
9. Instruktur melaporkan seluruh kegiatan pelatihan mencakup :
a. Kegiatan saat pelatihan
b. Hasil pengerjaan tugas peserta
c. Hasil evaluasi peserta
d. Kegiatan penilaian ulang
e. Pemakaian alat dan bahan pelatihan
f. Jam mengajar
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasanya dalam
penyelenggaraan diklat yang efektif perlu memperhatikan aspek-aspek
39
dimulai dari dasar penyelenggaraan, prosedur, strategi belajar, sampai model
modifikasi tingkah laku
6.
Penyelenggaraan Pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan)
a.
Pengertian SATPAM
Satuan Pengamanan yang selanjutnya disingkat SATPAM adalah
satuan atau kelompok petugas yang dibentuk oleh instansi/badan usaha
untuk melaksanakan pengamanan dalam rangka menyelenggarakan
keamanan swakarsa di lingkungan kerjanya” (Peraturan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Sistem Manajemen Pengamanan Organisasi,
Perusahaan dan/atau
Instansi/Lembaga Pemerintah, BAB I, Pasal 1, Ayat 6).
Pelatihan pada SATPAM sendiri dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu:
1) Gada Pratama (Dasar)
Gada Pratama (Dasar) merupakan pelatihan dasar wajib bagi calon
anggota SATPAM. Lama pelatihan empat minggu dengan pola 232 jam
pelajaran. Materi pelatihan yaitu :
a) Interpersonal Skill
b) Etika Profesi
c) Tugas Pokok, Fungsi dan Peranan SATPAM
d) Kemampuan Kepolisian Terbatas seperti: Bela Diri, Pengenalan Bahan
Peledak, Barang Berharga dan Latihan Menembak, Pengetahuan
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya, Penggunaan Tongkat
Polri dan Borgol, Pengetahuan Baris Berbaris dan Penghormatan
40
2) Gada Madya (Penyelia)
Gada Madya (Penyelia) merupakan pelatihan lanjutan bagi anggota
SATPAM yang telah memiliki kualifikasi Gada Pratama. Lama pelatihan dua
minggu dengan pola 160 jam pelajaran.
3) Gada Utama (Manajer Keamanan)
Gada Utama (Manajer Keamanan) merupakan pelatihan yang boleh
diikuti oleh siapa saja dalam level setingkat manajer, yaitu chief security
Office atau manajer keamanan dengan pola 100 jam pelajaran. Tujuan dari
pelatihan SATPAM adalah untuk mengatasi segala hal terburuk yang
mungkin bisa terjadi di sekitar rumah atau kantor yang nantinya akan dijaga.
Pelatihan SATPAM sangat bermanfaat untuk memantapkan dan mengajarkan
disiplin bagi calon SATPAM. Ada beberapa hal yang dilakukan untuk
melatih para calon SATPAM tersebut, yaitu kualitas, kuantitas, waktu, dan
pembiayaan.
Materi yang diberikan berdasarkan pada Undang- undang No. 22
Tahun 2009 yang mengatur tentang lalu lintas, etika sopan santun dalam
berlalu lintas, dan angkutan jalan, Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 yang
berisi tentang Peraturan Kepolisian Negara Kesatuan Republik Indonesia, 12
hal tentang pengaturan lalu lintas, diskusi, TPT-KP serta pengamanan gedung
dan perkantoran. Biasanya pelatihan-pelatihan ini berupa diskusi, metode
tutorial, praktek dan tanya jawab. Kepolisian Daerah setempat akan menunjuk
satu perkantoran setiap bulan untuk mengikuti pelatihan ini sehingga semua
SATPAM mempunyai standar yang sama.
41
b.
Tugas Pokok dan Fungsi SATPAM
Maksud dari “Tugas Pokok” adalah :
1) Suatu kewajiban yang harus dikerjakan
2) Pekerjaan yang merupakan tanggungjawab
3) Perintah untuk berbuat atau melakukan sesuatu demi mencapai
sesuatu
Fungsi berarti Manfaat dan Kegunaan. Jadi fungsi SATPAM
adalah “Melindungi dan mengayomi lingkungan/tempat kerjanya dari
setiap gangguan keamanan, serta menegakkan peraturan dan tata tertib
yang berlaku di lingkungan kerjanya”. (Perkapolri No 24 Tahun 2007,
BAB III, Pasal 6, Ayat 2).
Tugas Pokok-nya SATPAM adalah “Menyelenggarakan keamanan
dan ketertiban di lingkungan/tempat kerjanya yang meliputi aspek
pengamanan fisik, personel, informasi dan pengamanan teknis lainnya”
(Perkapolri No 24 Tahun 2007, BAB III, Pasal 6, Ayat 1).
c.
Peran SATPAM (Satuan Pengamanan)
Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pengemban fungsi kepolisian
terbatas, SATPAM berperan sebagai:
1) Unsur pembantu pimpinan organisasi, perusahaan dan/atau instansi/
lembaga pemerintah, pengguna SATPAM di bidang pembinaan
keamanan dan ketertiban lingkungan/tempat kerjanya.
42
2) Unsur pembantu Polri dalam pembinaan keamanan dan ketertiban
masyarakat,
penegakan
peraturan
perundang-undangan
serta
menumbuhkan kesadaran dan kewaspadaan keamanan (security
mindedness dan security awareness) di lingkungan/tempat kerjanya.(
Perkapolri No 24 Tahun 2007, BAB III, Pasal 6, Ayat 2).
7.
Link And Match antara Lembaga Diklat dan Dunia Kerja
Konsep keterkaitan dan kesepadanan (Link and match) antara dunia
pendidikan dan dunia kerja dicetuskan mantan Mendiknas Prof. Dr.
Wardiman. Konsep tersebut bertujuan untuk menekan jumlah pengangguran
lulusan perguruan tinggi yang dari ke hari makin bertambah. Selain itu
konsep tersebut bertujuan untuk meningkatkan relevansi antara pendidikan
dan dunia kerja atau dunia usaha.konsep Link and match meuntut para lulusan
untuk siap kerja.
Konsep link and match menyesuaikan corak penyelenggaraan
pendidikan dan pemajuan kebudayaan dengan tuntutan zaman untuk
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia, menyongsong
tantangan pembangunan yang semakin besar dan kompleks. Sejak awal
diperkenalkan konsep ini memang mengundang pro dan kontra. Baik dari
kalangan pendidik maupun budayawan banyak yang menyatakan bahwa
menteri yang berlatar belakang pendidikan teknik itu hanya akan membuat
siswa sebagai robot dan budak industri bahkan ada yang memelesetkan "link
and match" hanya membuat orang menjadi "ling-ling".
43
Persaingan dalam dunia kerja semakin hari semakin ketat, terbukanya
bursa kerja yang sangat luas, kebutuhan tenaga kerja yang multi skill,
competency, profesional, dan team work, maka langkah-langkah antisipatif
dan proaktif sangatlah diperlukan untuk meningkatkan mutu sumber daya
manusia (SDM). Peningkatan tersebut tentunya harus dipikirkan secara
matang. Hendaknya peningkatan dilakukan secara terprogram, bertahap,
berkelanjutan dan kontekstual (terdapat sinergitas seluruh sumber daya
internal dan eksternal). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan
lembaga pendidikan yang sudah dirancang untuk mempersiapkan SDM yang
sanggup mengisi peluang bursa kerja di berbagai tingkatan sesuai standar
kompetensi Sunia Kerja Usaha dan Industri (DKUI).
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu program
yang dirancang oleh Wardiman untuk implementasi kebijakan Link and
match. Bentuk kegiatannya adalah Praktik Kerja Lapangan (PKL) oleh
peserta didik, untuk memiliki wawasan dan pengalaman praktik kerja yang
memadai dan siap kerja.
44
E. PENELITIAN YANG RELEVAN
1.
Dwi Jayaningrum (2011). Efektivitas Manajemen Penyelenggaraan
Diklat Teknis Fungsional Perencana Muda di Badan Pendidikan dan
Pelatihan Daerah (Bandiklatda) Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini
bertujuan untuk untuk memperoleh data secara jelas dan aktual tentang
bagaimana gambaran Manajemen Penyelenggaraan Diklat Teknis
Fungsional Perencama Muda di Bandiklatda yang menyangkut
Perencanan, penyelenggaraan, dan evaluasi diklat serta mengetahui
permasalahan yang dihadapi dan bagaimana solusi pemencahan masalah
yang dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Efektivitas
Manajemen Penyelenggaraan Diklat Teknis Fungsional Perencana Muda
di (Bandiklatda) Provinsi Jawa Barat dilihat dari keseluruhan aspek baik
perencanaan diklat, penyelenggaraan diklat, dan evaluasi diklat berjalan
secara efektif dan berkategori BAIK. (2) Berdasarkan temuan penelitian
yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa Manajemen
Penyelenggaraan Diklat Teknis Fungsional Perencana Muda di
Bandiklatda Provinsi Jawa Barat berjalan dengan EFEKTIF yang terlihat
dari indikator keberhasilan dari segi evaluasi yaitu dilihat dari prosesnya,
yaitu penyelenggaraan diklat berjalan dengan lancar, seluruh fasilitas
mendukung dalam penyelenggaraan diklat, widyaiswara tepat waktu,
hasil evaluasi akademik maupun siklap dan perilaku peserta diklat
skornya di atas 70
45
F. KERANGKA BERPIKIR
KEBUTUHAN RASA
AMAN
KEBUTUHAN LEMBAGA
AKAN JASA PENGAMAN
MEMBERIKAN
PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN
LEMBAGA BUJP
PERENCANAAN (kurikulum)
PELAKSANAAN
PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN
PELAKSANAAN (pelatihan dan
pendidikan )
EVALUASI
DAMPAK (alumni)
MENGHASILKAN
TENAGA SATPAM
YANG KOMPETEN
Gambar. 1 Kerangka Berpikir
G. PERTANYAAN PENELITIAN
1.
Bagaimana penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan SATPAM
(Satuan Pengamanan) di Garda Total Security?
a. Perencanaan Pendidikan dan pelatihan SATPAM di Garda Total
Security Yogyakarta
1) Bagaimana kurikulum di Garda Total Security Yogyakarta?
2) Bagaimana Peserta Didik di Garda Total Security Yogyakarta?
3) Bagaimana pendidikan dan tenaga kependidikan di Garda Total
Security Yogyakarta?
46
4) Bagaimana keuangan di Garda Total Security Yogyakarta?
5) Bagaimana
sarana dan prasarana
di Garda Total Security
Yogyakarta?
6) Bagaimana hubungan GTS dengan mitra kerjanya?
b. Pelaksanaan Pendidikan dan pelatihan SATPAM di Garda Total
Security Yogyakarta
1) Bagaimana kurikulum di Garda Total Security Yogyakarta?
2) Bagaimana Peserta Didik di Garda Total Security Yogyakarta?
3) Bagaimana pendidikan dan tenaga kependidikan di Garda Total
Security Yogyakarta?
4) Bagaimana keuangan di Garda Total Security Yogyakarta?
5) Bagaimana
sarana dan prasarana
di Garda Total Security
Yogyakarta?
6) Bagaimana hubungan GTS dengan mitra kerjanya?
2. Bagaimana output dari pendidikan dan pelatihan bagi peserta didik yang
yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan di Garda Total Security
(GTS)?
a.
Bagaimana Keluaran Peserta Didik di lembaga pendidikan dan
pelatihan SATPAM di Garda Total Security?
b.
Apa Saja Prestasi yang diraih oleh lembaga pendidikan dan
pelatihan SATPAM di Garda Total Security?
3. Upaya Garda Total Security (GTS) dalam menyalurkan lulusan ke
lapangan kerja
47
a.
Bagaimana upaya Garda Total Securuty dalam menjalin Mitra
Kerja?
b.
Bagaimana cara Garda Total Security menyalurkan alumni
pelatihan kepada Mitra?
4. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
di Garda Total Security (GTS)
c.
Apa saja faktor pendukung pendidikan dan pelatihan di Garda
Total Security (GTS) ?
d.
Apa saja faktor penghambat pendidikan dan pelatihan di Garda
Total Security (GTS) ?
5) Upaya GTS untuk mengoptimalkan dukungan dan meminimalisir
hambatan dalam pendidikan dan pelatihan
a.
Upaya apa yang dilakukan GTS untuk mengoptimalkan dukungan
dalam pendidikan dan pelatihan ?
b.
Upaya apa yang dilakukan GTS untuk meminimalisir hambatan
dalam pendidikan dan pelatihan ?
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan
peneletian yang digunakan untuk meneliti Penyelenggaraan Program Pendidikan
dan Pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan) di Garda Total Security
Yogyakarta adalah dengan metode deskriptif. Metode tersebut dimaksudkan
untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai satu fenomena atau kenyataan sosial,
dengan jalan mendekripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan dengan
masalah dan unit yang diteliti (Sanapiah Faisal, 2010:20). Kemudian menurut
Sudarwan Danim (2002:51) mengungkapkan bahwa penelitian deskriptif
kualitatif adalah pendekatan yang hasil informasinya atau data yang terkumpul
berbentuk kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Data yang diperoleh
meliputi transkip wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen, dan lain-lain.
Maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik,
aktivitas, dan fenomena yang terdapat di dunia. Penelitian ini tidak berkaitan
dengan angka-angka atau untuk menguji teori. Sehingga digunakannya jenis
penelitian deskriptif pada penelitian ini karena peneliti bermaksud untuk
mendeskripsikan secara sistematik Penyelenggaraan Program Pendidikan dan
Pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan) di Garda Total Security Yogyakarta
dalam bentuk kata-kata tertulis dari hasil pengumpulan data selama proses
penelitian.
49
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Penentuan Subjek Penelitian
Penentuan subjek penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan
pupose sampling. Purpose sampling dilakukan dengan mengambil orangorang yang terpilihbetul oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik dan dimiliki
oleh sampel itu serta dipilih dengan cermat hingga relevan dengan desain
penelitian (Nasution, 2006:98). Menurut Sugiono (2012: 56-57), sampel
sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses
enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi
juga dihayati.
b. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat
pada kegiatan yang tengah diteliti.
c. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai
informasi.
d. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil
“kemasannya” sendiri.
e. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan
peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam
guru atau narasumber.
Subjek penelitian sebagai sumber data adalah orang-orang yang dapat
memberikan informasi selengkap-lengkapnya kepada peneliti sesuai dengan
tujuan penelitian. Subjek penelitian yang menjadi key informan atau sumber
informasi dalam proses pebelajaran adalah:
a.
Karyawan atau Penyelenggara Program di
Garda Total Sucurity
(GTS)
Pimpinan GTS sebagai panggung jawab sekaligus orang yang
memiliki wewenang dan kekuasaan penuh terhadap terselenggaranya
50
pendidikan dan pelatihan di Garda Total Security. Informan tersebut dapat
memberikan jin dalam pelaksanaan penelitian serta menjadi informan yang
dapat memberikan informasi yang lengkap terkait tujuan penelitian.
b.
Instruktur dan Pembina
Instruktur sebagai orang yang berperan langsung dalam proses
pendidikan. Sebagai penentu terselenggaranya proses pendidikan dan
pelatihan. Instruktur dan pembina dapat memberikan informasi
yang
lengkap terkait tujuan penelitian.
c.
Peserta Pendidikan dan Pelatihan
Peserta pendidikan dan Pelatihan merupakan komponen dalam
terselenggaranya proses pendidikan dan pelatihan. Peserta pendidikan dan
pelatihan dapat memberikan pendapat mengenai hasil proses pendidikan
dan pelatihan yang dilaksanakan.
Tujuan
peneliti
memilih
informan
tersebut
adalah
untuk
mendapatkan informasi selengkap mungkin dari sember sehingga data
yang diperoleh dapat diakui kebenarannya.
2. Penentuan Objek Penelitian
Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh
Spradley dinamakan “Social Situation” atau situasi sosial yang terdiri atas 3
elemen yaitu: tempat (Place), Pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang
berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai
obyek penelitian yang ingin dipahami secara lebih mendalam (Sugiono, 2012:
49).
51
Berdasarkan pengertian diatas maka objek penelitian ini adalah
Penyelenggaraan Program Pendidikan dan Pelatihan SATPAM (Satuan
Pengamanan) di Garda Total Security Yogyakarta.
C. Setting, Waktu, dan Tempat Penelitian
1.
Setting penelitian
Setting penelitian peneliti mengikuti proses pendidikan dan pelatihan
dari awal sampai akhir, melakukan magang kerja. Tentu saja masuknya
peneliti untuk magang dan penelitian telah dirundingkan terlebih dahulu
dengan pengelola dan pimpinan Lembaga Garda Total Security. Dalam
menjalankan aktifitas magang peneliti sekaligus melakukan penelitian.
2.
Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Garda Total Security, dari bulan
November hingga bulan Januari 2017. Dalam Hal ini penelitian pada bulan
November dilaksanakan di Pusat pendidikan dan pelatihan Jl Jogja-Solo
KM 4 Jogonalan Klaten Jateng, kemudian pada pendidikan dan pelatihan
pada angkatan selanjutnya dilaksanakan di Pusat pendidikan dan pelatihan
cabang Purworejo, Jl brigjenkatamso no 86, Pangenrejo Purworejo.
Sedangkan kantor pusat yang terdapat di Jl. Ringroad barat No.09
Demakijo, Gamping, Sleman, Yogyakarta hanya pada saat pengambilan
data dalam bentuk arsip.
52
D. Metode Pengumpulan Data
Menurut Sugiono (2012: 61) dalam penelitian kualitatif instrumen
utamanya adalah peneliti itu sendiri, namun setelah fokus penelitian menjadi
jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen sederhana, yang
diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah
ditemukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan peneliti untuk
mendapatkan data-data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun metode
yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:
1.
Wawancara
Wawancara merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data
yang banyak digunakan dalam penelitin deskriptif kualitatif maupun
deskriptif kuantitiatif kemudian dilaksanakan secara lisan dan individual
(Nana Syaodih 2007:216). Wawancara bertujuan untuk mendapatkan
informasi yang lengkap terkait dengan tujuan penelitian melalui
percakapan atau lisan. Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu yang dilakukan antara pewawancara dan terwawancara untuk
mendapatkan informasi (Lexy J. Moleong, 2012: 186).
Sebelum melakukan wawancara peneliti menyiapkan instrument
wawancara sebagai pedoman saat melakukan wawancara. Keuntungan dari
mempersiapkan instrument wawancara adalah pelaksanaan wawancara
menjadi lebih efektif dan efisien. Membangun hubungan yang baik dengan
informan juga merupakan salah satu cara agar proses wawancara berjalan
53
lancar. Selain itu, wawancara dilakukan secara mendalam kepada subjek
penelitian sehingga data tersebut terkumpul lengkap. Dalam penelitian ini
wawancara
bertujuan
untuk
memperoleh
informasi
mengenai
penyelenggaraan program pendidikan dan pelatihan di garda total security
melalui proses tanya jawab. Informasi yang akan digali dengan
menggunakan teknik wawancara antara lain mengenai perencanaan
program, pelaksanaan program, faktor pendukung dan faktor penghambat,
Output program, serta upaya lembaga dalam mengoptimalkan faktor
pendukung dan meminimalkan faktor penghambat.
2.
Observasi
Metode observasi adalah metode yang digunakan untuk mengetahui
perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam (Sugiyono, 2012: 145).
Observasi atau pengamatan adalah suatu cara dalam pengumpulan data
melalui pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Nana
Sayodih 2007:220). Jika dilihat dari prosesnya metode pengumpulan data
menggunakan observasi dibagi mejadi dua, yaitu observasi non participant
dan observasi participant. Sedangkan jika dilihat dari instrumen yang
digunakan maka dapat dibagi menjadi observasi terstruktur dan observasi
tidak terstruktur.
Metode observasi ini digunakan untuk mencari data tentang keadaan
umum daerah penelitian dengan memperhatikan keadaan nyata atau
fenomena yang terdapat dilapangan penelitian.
Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan metode observasi partisipan, karena peneliti secara
54
langsung ikut dalam kegiatan yang ada di Pusat pendidikan dan pelatihan
di Garda Total Security untuk magang. Sedangkan instrumen observasi
yang digunakan adalah observasi terstruktur karena peneliti sudah tahu
secara pasti subjek dan objek penelitian.
3.
Studi dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen baik tertulis, gambar, maupun
elektronik (Nana Syaodih 2007:221). Menurut Djama’an dan Aan
(2011:149), studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan datadata yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara
intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan
pembuktian suatu kejadian.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa studi
dokumentasi merupakan salah satu bagian yang berperan dalam
mendukung kebenaran
informasi-informasi yang diperoleh selama
penelitian. Tahap awal studi dokumentasi dimulai dengan mengumpulkan
dokumen-dokumen yang dianggap sesuai dengan tujuan penelitian. Setelah
dokumen yang dianggap perlu sudah terkumpul, maka selanjutnya
dokumen-dokumen tersebut diproses sedemikian rupa mulai dari
pengurutan kelahiran dokumen, penyesuaian kekuatan terhadap tujuan
penelitian, dianalisis, dikaji, dipadukan, dan dibandingkan sehingga
membentuk suatu hasil yang sistematis, padu, dan utuh.
55
Adapun teknik pengumpulan data dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data
No
Aspek
Sumber Data
Teknik
1
Penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan
SATPAM
Output dari pendidikan dan
pelatihan SATPAM
Pengelola, instruktur,
peserta didik,
narasumber
Penyelenggara
program, peserta
didik.
Penyelenggara
program, instruktur,
peserta didik.
Observasi,
wawancara,
dokumentasi
Wawancara,
dokumentasi
2
3
Faktor pendukung dan
penghambat
penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan
SATPAM
Wawancara
dokumentasi,
observasi
E. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2012: 148), instrumen penelitian adalah satu alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Sugiyono (2012: 60) mengemukakan bahwa peneliti kualitatif sebagai human
instrumen berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai
sumber data, melakukan pengumpulan data, menafsirkan data dan membuat
kesimpulan atas temuannya.
Instrument penelitian adalah alat pengumpul data yang berperan dalam
suatu penelitian. Instrument utama dalam penelitian ini adalah peneliti itu
sendiri. Posisi peneliti sebagai instrumen utama dalam penelitian meneuntut agar
instrumen lebih peka terhadap gejala-gejala dilapangan. Selain itu juga peneliti
harus lebih intensif dalam menjalin komunikasi dengan subjek penelitian
56
sehingga dapat membangun kepercayaan dan mempermudah dalam proses
pengumpulan data.
Adapun pedoman wawancara, pedoman observasi dan studi documenter
merupakan instrument pendukung yang digunakan dalam penelitian untuk
mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian.
F. Teknik Analisi Data
Analisis data merupakan proses untuk penyederhanaan data ke dalam
bentuk yang lebih mudah untuk dibaca dan dimengerti. Sugiyono (2007:335)
berpendapat sebagai berikut :
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa menyusun kedalam pola, memilih
mana yang penting dan akan dipelajarai, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Pendapat lain disampaikan oleh Husaini dan Purnomo (2006:86) analisis
data bertujuan untuk mengungkapkan : a) data apa yang masih perlu dicari, b)
hipotesis apa yang perlu diuji, c) pertanyaan apa yang perlu dijawab, d) metode
apa yang harus digunakan untuk mendapatkan informasi baru, dan e) kesalahan
apa yang harus segera diperbaiki. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012:
91) menjelaskan bahwa aktivitas dalam analisis data dilakukan secara interaktif
dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh.
Maka dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah suatu kegiatan
menjabarkan, mengartikan, dan memeknai data yang telah terkumpul selama
57
penelitian untuk memperoleh kepastian kesesuaian antara tujuan penelitian dan
hasil penelitian.
Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk melakukan analisis data,
namun secara garis besar kegiatan analisis data terbagi menjadi empat tahap
yaitu: a) Pengumpulan data b) reduksi data, c) display data, dan d) pengambilan
kesimpulan dan ferifikasi.
1.
Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dari
hasil observasi,
wawancara,
dan
dokumentasi dicatat dalam catatan lapangan setiap kali peneliti melakukan
pengam,bian data. Data yang diperoleh oleh peneliti murni berasal dari apa
yang dilihat, dirasakan, didengar, disaksikan, dan dialami secara langsung
oleh peneliti tanpa adanya pengaruh, pendapat dan penafsiran dari peneliti
tentang fenomena yang ditemui. Catatan refleksi adalah catatan tentang
kesan, pesan, komentar, dan penafsiran peneliti tentang temuan yang
dijumpai dan merupakan bahan rencana pengumpulan data untuk tahap
berikutnya.
2.
Reduksi data
Reduksi data adalah memilih hal-hal pokok dari data-data yang
terkumpul selama melakukan penelitian yang sesuai dengan fokus
penelitian kita. Menurut Sugiyono (2012: 92) mereduksi data merupakan
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya.
58
Reduksi data bertujuan untuk merangkum data, memilih hal-hal
yang pokok, disusun secara sistematis sehingga memberikan gambaran
yang tajam tentang hasil pengamatan, reduksi data juga dapat
mempermudah peneliti untuk mencari data sewaktu-waktu apabila
diperlukan. Selanjutnya membuat abstraksi yang merupakan usaha
membuat rangkuman yang inti agar data yang diperoleh mudah
dikendalikan sesuai dengan kebutuhan penelitian.
3.
Display data
Penyajian data atau display data dalam penelitian kualitatif, dapat
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori,flowchart, dan sejenisnya (Sugiyono, 2012: 95).
Display data adalah kegiatan menyajikan data dalam bentuk matrik,
network, chat, atau grafik, dan sebagainya. Display data bertujuan agar
peneliti dapat menguasai data yang diperoleh selama penelitian dan tidak
terbenam ke dalam setumpuk data.
4.
Pengambilan keputusan dan Verifikasi
Pengambilan keputusan adalah fase dimana peneliti mencoba untuk
mengambil kesimpulan berdasarkan data yang didapatkannya. Kata lain
pengambilan keputusan adalah kegiatan penarikan kesimpulan, menurut
Sugiyono (2012: 99) adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah
ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran satu objek yang
sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti
menjadi jelas.
59
Setelah data dikumpulkan dan diseleksi, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan interpretasi data. Interpretasi data dilakukan dengan
mencari pengertian yang lebih luas mengenai data yang diperoleh dengan
cara membandingkan hasil analisisnya dengan kesimpulan peneliti lain
bila ada dan dengan menghubungkannya kembali dengan teori. Sedangkan
verifikasi dapat dilakukan dengan melakukan pengumpulan data baru
sehingga kesimpulan yang di ambil akan semakin jelas seiring dengan
banyaknya data yang mendukung satu sama lain.
G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Penelitian kualitatif dinyatakan abash apabila memiliki keterpercayaan
(credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan
kepastian (confirmability). Sedangkan untuk memeperoleh keabsahan data
peneliti menggunakan teknik triangulasi data. Sugiyono, (2012: 373-374)
membedakan triangulasi sebagai teknik pemeriksaanyang memanfaatkan
penggunaan sumber, teknik dan waktu.
1. Triangulasi sumber yaitu menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber
2. Triangulasi teknik yaitu menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda
3. Triangulasi waktu yaitu menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam
waktu atau situasi yang berbeda.
60
Menurut Djama’an dan Aan (2011:170) Triangulasi yaitu pengecekan data
dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu, sehingga ada triangulasi
dari sumber, triangulasi dari teknik pengumpulan data dan triangulasi waktu.
Pada penelitian ini, peneliti bermaksud untuk menggunakan dua triangulasi,
yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber adalah cara
meningkatkan kepercayaan penelitian dengan mecari data dari sumber yang
beragam yang masih terkait satu sama lain. Triangulasi teknik adalah
penggunaan beragam teknik pengungkapan data yang dilakukan kepada sumber
data. Penggunaan triangulasi sumber dan triangulasi teknik dimaksudkan agar
informasi dari triangulasi sumber dan informasi dari triangulasi teknik dapat
saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Sehingga nilai keabsahan data
semakin kuat dan terjamin.
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1.
Deskripsi Lokasi, Program dan Subjek Penelitian
a. Sejarah Berdirinya Garda Total Security (GTS)
Kepolisian Negara Republik Indonesia menyadari bahwa Polisi tidak
mungkin bekerja sendiri dalam menciptakan masyarakat dan lingkungan yang
aman dan tertib, hal inilah yang mendorong terbentuknya SATPAM di
Indonesia. Kapolri (ketika itu dijabat Jenderal Polisi (Purn) Prof. DR. Awaloedin
Djamin ) mengeluarkan Surat Keputusan Kapolri; No. SKEP/126/XII/1980
tertanggal 30 Desember 1980 Tentang Pola Pembinaan Satuan Pengamanan.
Selanjutnya, pada 30 Desember 1993, Polri mengukuhkan Jenderal Polisi
(Purn) Prof. DR. Awaloedin Djamin menjadi Bapak SATPAM dan menetapkan
hari lahirnya SATPAM Indonesia pada tanggal 30 Desember. Seiring dengan
berjalannya waktu, SATPAM dituntut untuk lebih profesional baik dari segi
struktur organisasi, perencanaan, tanggungjawab, prosedur, proses dan SDM nya,
maka dikeluarkanlah Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
No 24 Tahun 2007 Tanggal 10 Desember 2007 mengenai Sistem Manajemen
Pengamanan Organisasi, Perusahaan dan/atau Instansi/Lembaga Pemerintah.
Garda Total Security (GTS) adalah Badan Usaha Jasa Pengamanan
(BUJP) yang sudah bersiri sejak tahun 2004 yang merupakan perusahaan swasta
Nasional yang berdiri dengan latar belakang TNI, POLRI, dan HUKUM. Garda
62
Total Security (GTS) bergerak dalam bidang jasa pendidikan dan pelatihan
keamanan, jasa penyedia tenaga keamanan (SATPAM). Selama tiga belas tahun
proses panjang yang dilalui hingga saat ini Garda Total Security menjadi pusat
pendidikan dan pelatihan bagi calon security yang profesional dan tangguh.
b. VISI DAN MISI GARDA TOTAL SECURITY
1) VISI
Sukses menerbangkan layang-layang bukan hanya yang diperlukan benang
yang baik, tetapi juga kemampuan untuk mengendalikan dan memahami
kondisi.
2) MISI
Menjadi yang pertama dalam pengelolaan Diklat security di Yogyakarta dan
menjadi yang terdepan dalam pencapaian outcam para lulusan SATPAM
didik.
Persaingan bisnis semakin terbuka, dan kami membekali diri dengan strategi
komunikasi pengembangan Market yang reintegrasi dalam sebuah proses.
c. Lokasi
BUJP (Badan Usaha Jasa Pengamanan) Garda Total Security pusat berlokasi
di Jl. Ringroad barat No.09 Demakijo, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Pusat
pendidikan dan pelatihan dilaksanakan di Jl. Jogja-Solo KM 4 Jogonalan,
Klaten Jateng, sedangkan yang di cabang Purworejo berada di vanlar
satlantas POLRES Purworejo, namun kantor cabang Purworejo beralamat di
Jl. Brigjen katamso No 86, Pangenrejo, Purworejo, Jateng.
63
d. Tujuan Penyelenggaraan Program
Tujuan diadakannya pendidikan dan pelatihan SATPAM Gada Pratama
adalah:
1) Menguurangi pengangguran
2) Memfasilitasi SATPAM yang belum memiliki ijasah Gada Pratama
3) Mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya
keamanan dan ketertiban masyarakat, dan lingkungan sekitar yang aman.
4) Menghasilkan anggota SATPAM yang memiliki sifat mental kepribadian,
kesamaptaan fisik, dan memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar
sebagai pelaksana tugas SATPAM
e. Sasaran
Sasaran penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Gada Pratama
adalah semua SATPAM yang belum memiliki sertifikat atau lebih sering
dikatakan sertifikasi, serta untuk umum yang memenuhi kualifikasi untuk
mengikuti pendidikan dan pelatihan Gada Pratama. Adapun kualifikasinya
adalah sebagai berikut:
1) Warga negara Indonesia
2) Lulus tes kesehatan dan kesamaptaan
3) Bebas narkoba
4) Lulus psikotes
5) Menyertakan surat keterangan catatan kepolisian (SKCK)
6) Berpendidikan paling rendah Sekolah Menengah Umum (SMU)
dan setara.
64
7) Tinggi badan paling rendah 165 untuk pria dan paling rendah 160
untuk wanita
8) Usia paling rendah 20 tahun dan paing tinggi 30 tahun.
f. Struktur Organisasi Divisi Diklat SATPAM di Garda Total Security
BUJP GARDA TOTAL SECURITY
STRUKTUR ORGANISASI
DIVISI DIKLAT SATUAN PENGAMANAN (SATPAM)
Dr. Sekti
Widodo
Komisaris
Agus
Nurwijanarko
Direktur
Suradi
Kodiv Diklat
Dewi
kumalasari
Ika
Wulandari
Kasi OPS Pusat
KABAG OPS Induk 1
Febriana N
Arma
Hadiyanto
Keuangan
Kasi OPS induk 1
Ika Hartanti
Staff FO
Aninditya
Bangutopo
Staf Administrasi
Rizky Aditya
Staff Operasional
Ary Prasetyo
Staff Operasional
Gambar. 2 Struktur Organisasi
65
Aditya Rifka
Prasetyaa
Staff Admin Pusat
Hari
Fitriyanta
Pembina
GL Tentrem
Kepala PUSDIKLAT
Minharjo
Logistik
g. Layanan yang tersedia di Garda Total Security
1) Diklat Calon Security
Diklat ini menggunakan konsep dan metode pembelajaran yang
disusun dengan segala analisa pemikiran yang baik, menghasilkan kurikulum
pembelajaran yang sangat tepat bagi siswa, didukung oleh sarana dan
prasarana yang memadai, serta ketersediaan instruktur yang sudah
berpengalaman pada materi yang disampaikan. Diklat calon security
bertujuan mampu menghasilkan personil SATPAM/SECURITY professional
(berkepribadian baik, mampu menjalankan peran fungsi dan tugasnya dengan
baik, bisa mendukung kesuksesan bisnis perusahaan dan operasional
perkantoran, mengamankan, melayani dan menjaga simpati/image), juga
mewujudkan standart SATPAM/SECURITY yang berkualitas yang siap
bersaing di era kompetisi. Selain itu diklat calon SATPAM memiliki fungsi
sebagai pengesahan anggota SATPAM atau dengan kata lain seorang
SATPAM memiliki legalitas diri sebagai anggota SATPAM, tanpa mengikuti
diklat maka seorang SATPAM belum bisa dikatakan legal.
1) Up-Grading SATPAM Aktif
Up-Grading SATPAM Aktif dilakukan untuk meningkatkan kualitas
SATPAM yang semakin melemah. Tidak sedikit pemimppin perusahaan atau
perkantoran yang mengeluhkan kualitas SATPAM, seperti melemahnya
loyalitas dan dedikasi kerja, kedisiplinan dan kepribadian yang berkurang,
berkurangnya pelanggan dikarenakan kurangnya simpati dari petugas
66
keamanan. Dengan adanya Up-Grading SATPAM Aktif diharapkan dapat
mengembalikan hakikat SATPAM.
2) Diklat Lanjutan 1
Diklat lanjutan ditujukan untuk pemimpin team, pendidikan dan
pelatihan lanjutan 1 sangat penting karena peran dan fungsi pemimpin
penyelia sangat vital dan merupakan kunci yang menentukan keberhasilan
dalam pencapaian target. Pada hakekatnya seorang komandan regu, shift
leader, dan supervisor diharapkan mampu untuk mengerti dan melaksanakan
peran dan tanggung jawabnya, mengembangkan team karah keberhasilan,
merencanakan,
melaksanakan dan mencapai sasaran kerja,
mampu
membangun komunikasi yang baik. Secara singkat Diklat lanjutan 1
ditujukan kepada shift leader, komandan regu, dan supervisor.
3) Security Audit
Security Audit dilaksanakan oleh sumber daya manusia yang bersertifikat dan
punya licency akan membantu :
1) Menemukan titik kerawanan dan potensi gangguan keamanan bagi
perusahaan Bapak/Ibu.
2) Menganalisa pelatihan yang dibutuhkan untuk peningkatan Sumber Daya
personil SECURITY.
3) Peralatan dan sarana yang pokok dan mendesak untuk membantu
operasional
tugas
SATPAM
kesempurnaan atau titik ideal.
67
atau
SECURITY
hingga
menuju
4) Perincian tugas-tugas dan prosedur operasional SATPAM/SECURITY
yang sesuai dengan Perusahaan atau kantor Bapak/Ibu.
5) Cara-cara efektif dan efisien untuk mewujudkan kesadaran Security dan
Zero Accident.
6) Perhitungan jumlah personil SATPAM/SECURITY (manning guide)
penempatan tugas, pembagian tugas dan penjadwalan tugas.
7) Mewujudkan organisasi kerja yang ideal.
8) Kelengkapan administrasi dan dokument. Dan yang lainnya.
4) Out sourcing
Out sourcing merupakan jasa penyaluran kerja yang dilakukan oleh
Garda Total Security. Dengan banyaknya mitra yang sudah terjalin maka,
semakin mudah bagi Garda Total Security dalam melakukan penyaluran
kerja. Pilihan terbaik dan paling tepat bagi kebijaksanaan peraturan Menteri
Tenaga Kerja Republik Indonesia, tentang status kekaryawanan dan BUJP
Out Sourcing. Dan juga persoalan ketenagakerjaan bagi Perusahaan maupun
perkantoran seperti : Perhitungan hari dan jam kerja disaat kekurangan staff,
dilema penambahan karyawan, tingginya biaya/pengeluaran tunjangantunjangan, kebutuhan mendadak dan mendesak yang hanya dalam jangka
waktu tertentu, juga banyaknya jaminan-jaminan yang harus ditanggung oleh
Perusahaan atau Perkantoran, dan banyak lagi lainnya.
Disisi lain layanan ini memberikan solusi untuk menjawab
permasalahan di atas seperti : biaya yang murah kompetitif dan negosiabel,
garansi penempatan personil sesuai kriteria persyaratan, legalitas perusahaan
68
yang resmi, aman dan terjamin. Segala
permasalahan ketenagakerjaan
SATPAM/SECURITY menjadi tanggung jawab pihak BUJP, variasi
pergantian personil SATPAM/SECURITY bisa kapanpun jika dikehendaki.
Dan masih banyak lagi keuntungan yang didapatkan.
5) Konsultan keamanan
Sebagai konsultan di bidang keamanan Garda Total Security berperan dalam
menangani masalah masalah yang berkaitan dengan keamanan, selain itu
Garda Total Security melayani keluh kesah yang dialami oleh pemimpin
perusahaan.
B. Data Hasil Penelitian
1. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan SATPAM di Garda Total
Security
a. Perencanaan Program Pendidikan dan Pelatihan SATPAM (Satuan
Pengamanan)
1) Kurikulum
Kurikulum merupakan jantung dari pelaksanaan diklat SATPAM, selain itu
merupakan proses sistematis dalam mempersiapkan pembelajaran sehingga
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dapat berjalan secara efektif.
Kurikulum
disusun dan dirancang berdasarkan Peraturan kepala kepolisian negara republik
Indonesia nomor 24 tahun 2007 paragraf 4 pasal 17 dan pasal 14 ayat (3) yang
berbunyi, “pelatihan Gada Pratama dilaksanakan dengan menggunakan minimal
pola 232 (dua ratus tiga puluh dua) jam pelajaran, penambahan disesuaikan dengan
kebutuhan perkembangan industrial security”.
69
Seperti yang telah disampaikan oleh “AIPTU EP” selaku Kanit POLRES
Purworejo yang bertugas sebagai instruktur diklat, dan dilakukan verifikasi, maka
peneliti menyimpulkan bahwa:
“Garda Total Security tidak membuat kurikulum sendiri, karena kurikulum
sudah siap dari pemerintah pusat. Anggota POLRES yang ditunjuk sebagai
instruktur bertugas menyusun jadwal pendidikan dan pelatihan. dengan
bantuan dari pihak Garda Total Security. Penyusunan jadwal diupayakan
sesuai dengan pola yang telah dicantumkan pada kurikulum, yaitu 232 JP,
dengan rincian 30 % teori dan 70% praktik.”
Begitu pula dengan penjelasan yang diungkapkan oleh ibu “IW” selaku Kasi
OPS pusat yang bertanggung jawab dalam operasional dalam pelaksanaan diklat,
mengenai kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan diklat. Setelah peneliti
melakukan verifikasi, dapat disimpulkan bahwa:
“Garda Total Security sebaga BUJP (badan usaha jasa pengamanan) bertugas
sebagai penyedia dan penyelenggara program, yang berkaitan dengan
perencanaan kurikulum tidak dilakukan di GTS. Kurikulum diturunkan
langsung kepada POLRES setempat untuk dapat digunakan sebagai acuan
penyusunan jadwal.”
Sejalan dengan yang disampaikan oleh ibu “DK” selaku Kabag OPS induk 1
yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di wilayah
induk 1 yakni cabang Purworejo, setelah dilakukan verifikasi yang disampaikan oleh
beliau adalah sebagai berikut:
“Kurikulum diturunkan langsung dari pusat, Garda Total Security bersinergi
dengan pihak POLRES melakukan penyusunan jadwal pendidikan dan
pelatihan dengan pola 232 JP. Sebelumnya kami membuat rencana kegiatan
(rengiat), sebagai pedoman dalam melakukan penyusunan jadwal.”
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan verifikasi dapat
disimpulkan bahwa secara tegas, karyawan BUJP (Badan Usaha Jasa Pengamanan)
Garda Total Security dan salah satu anggota POLRES Purworejo menjelaskan bahwa
70
GTS tidak melakukan penyusunan kurikulum karena kurikulum diturunkan oleh
pemerintah pusat untuk dijadikan pedoman dalam pembuatan RENGIAT dan jadwal
program pendidikan dan pelatihan. Penyusunan kurikulum dilakukan oleh pihak
polres yang bersinergi dengan GTS. Alur pembuatan jadwal adalah sebagai berikut,
kurikulum diturunkan pemerintah pusat kemudian ditujukan kepada POLDA, pihak
POLDA menunggu pengajuan Surat perintah (SPRINT) dari polres setempat sebagai
penyelenggara pendidikan dan pelatihan yang bersinergi dengan badan usaha jasa
pengamanan yang mana disebut dengan BUJP Garda Total Security. POLRES dan
pihak BUJP hanya membuat perencanaan kegiatan (RENGIAT) untuk dapat
menentukan dan atau menyusun jadwal pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
SATPAM (Satuan Pengamanan). Secara singkat tidak terdapat perencanaan
mengenai kurikulum namun hanya terdapat perencanaan yang berupa jadwal
pelaksanaan diklat. Setiap lembaga BUJP harus melaksanakan ketentuan pelaksanaan
diklat sebanyak 232 jam pelajaran seperti yang telah tertera dalam kurikulum
pendidikan dan pelatihan SATPAM tingkat Gada Pratama.
2) Peserta Didik (Peserta Diklat)
Peserta didik merupakan salah satu syarat dan unsur pelaksanaan pendidikan
dan pelatihan, serta merupakan bagian yang sangat penting dalam pelaksanaan
program pendidikan dan pelatihan SATPAM Gada Pratam di BUJP Garda Total
Security.
Peserta didik pendidikan dan pelatihan sangat beraneka ragam, karena
berasal dari berbagai daerah dan latar belakang yang berbeda. Peserta didik
digolongkan menjadi 2 bagian yaitu peserta didik yang sudah bekerja sebagai
71
SATPAM namun belum memiliki ijazah Gada Pratama dan peserta didik reguler
(yang belum pernah bekerja). Perbedaan dari keduanya adalah tingkat kepadatan
kegiatan belajar mengajar, meskipun pola kurikulum yang dijalankan adalah 232 JP
dengan rincian praktik perbandingannya lebih besar daripada teori. Untuk peserta
didik sertifikasi atau sudah pernah bekerja perlakuannya melanjutkan pemantapan
praktik, sedangkan untuk peserta didik reguler perlakuannya diberikan dasar teori
dari awal dengan praktik. Maka perencanaan yang berkaitan dengan peserta didik
harus dirancang dengan baik, karena fasilitas dan biaya pendidikan juga berbeda.
Perbedaan pembayaran hanya berpengaruh pada fasilitas yang didapatkan, untuk
SATPAM sertifikasi tidak memperoleh seragam lengkap, sedangkan yang reguler
memperoleh ragam lengkap. Terdapat strategi dalam merekrut peserta didik, karena
BUJP Garda Total Security memiliki sistem marketing yang sangat bagus untuk
memperoleh Peserta didik.
Dari berapa BUJP yang terdapat di daerah istimewa Yogyakarta Garda Total
Security masih berada di level pertama dalam memperoleh peserta pendidikan dan
pelatihan. Seperti yang dijelaskan oleh bapak “AIPTU EP” selaku kanit POLRES
Purworejo telah dilakukan reduksi dan verifikasi beliau menyampaikan bahwa:
“GTS memiliki cara marketing dengan memberikan reward berupa fee bagi
mereka yang memperoleh peserta didik. karena peserta didik bisa berasal dari
GTS, POLRES, dan umum. Tidak sedikit dari alumni yang membawa peserta
didik untuk mengikuti diklat satpam di GTS. Karena sebelum lulus dari GTS
pada saat penyerahan ijazah diberikan pembekalan bahwa bagi peserta didik
atau alumni yang membawa teman untuk mengikuti diklat maka akan
mendapatkan fee.”
72
Pernyatan tersebut juga diperkuat dengan penjelasan yang diberikan oleh
bapak “HY” selaku Kasi OPS induk 1, hasil wawancara ini telah diverifikasi dan
disimpulkan bahwa:
“perencanaan yang berkaitan dengan peserta didik, pihak BUJP
merencanakan untuk teknis pembayaran dan fasilitas yang diberikan, karena
mereka yang sudah bekerja hanya mendapatkan fasilitas berupa topi, kaos dan
Training saja. Namun yang reguler mendapatkan fasilitas lengkap yang
berupa topi, seragam PDH, sampai sepatu PDH. pelaksanaannya mereka
mendapatkan perlakuan yang berbeda, peserta didik yang dikategorikan
sertifikasi lebih ditekankan pada praktiknya, sedangkan yang peserta didik
reguler lebih ditekankan pada dasar-dasarnya kemudian barulah praktik.
Dalam mencari peserta didik BUJP Garda Total Security melakukan publikasi
melalui media cetak, media sosial dan alumni, dan dibantu oleh POLRES.”
Hal senada juga disampaikan oleh ibu “VN” selaku bagian keuangan, beliau
menjelaskan bahwa:
“yang termasuk dalam peserta didik sertifikasi adalah peserta didik dari PT
GATRA, mereka sudah bekerja dan mengikuti pendidikan dan pelatihan
untuk sertifikasi. Sebelumnya GTS melakukan MOU terlebih dahulu dan
melakukan kesepakatan harga per siswa, atau sering disebut dengan tender.”
Berdasarkan hasil wawancara dan verifikasi di atas maka dapat disimpulkan
bahwa perencanaan peserta didik merupakan bagian yang sangat penting dalam
proses pelaksanaan diklat, karena setiap pelaksanaan BUJP memiliki target siswa.
Jika dilihat dari keberagaman peserta didik, dan latar belakang yang berbeda maka
kesadaran pihak instruktur dan pembina sangatlah diperlukan, supaya tidak terjadi
kesalahan dalam berkoordinasi.
BUJP Garda Total Security memiliki strategi untuk mendapatkan siswa.mulai
dari pemberian reward yang berupa fee kepada orang yang mendapatkan siswa, serta
dengan upaya melakukan kerja sama terhadap instansi-instansi di daerah Jateng dan
DIY. Pengelola harus mempersiapkan fasilitas yang diberikan untuk peserta didik
73
yang berbeda statusnya. Karena dalam pemberian fasilitas, untuk peserta didik
reguler mendapatkan fasilitas dan atribut SATPAM lengkap, sedangkan untuk
peserta didik sertifikasi fasilitas yang didapatkan hanya topi satpan, dan kaos training
saja.
3) Pendidik dan tenaga kependidikan
Pendidik dan tenaga kependidikan di BUJP Garda Total Security lebih
dikenal dengan instruktur dan pengelola program pendidikan dan pelatihan.
Instruktur memegang peran yang sangat penting dalam proses pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan di lapangan, serta mempersiapkan segala macam yang
dibutuhkan selama proses pembelajaran.
Instruktur tidak berjalan sendiri, namun dibantu oleh pembina, dalam hal ini
pembina berasal dari team GTS (Garda Total Security). Pembina perannya hampir
sama dengan instruktur namun lebih berperan dalam mempersiapkan proses
pembelajaran, mengkondisikan peserta didik sebelum melakukan pembelajaran.
Wawancara dibawah sudah dilakukan verifikasi dan disimpulkan oleh
peneliti. kegiatan yang berkaitan dengan persiapan proses pendidikan maupun
praktik di lapangan sangatlah penting, proses tersebut tentunya melibatkan instruktur
dan pembina. Bapak “HY” selaku kasi OPS yang bertugas sebagai pembina dalam
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan memaparkan bahwa:
“instruktur berasal dari anggota kepolisian yang sudah ditunjuk oleh
POLRES, tentunya anggota yang memiliki pengalaman di bidangnya. Karena
materi pendidikan dan pelatihan adalah materi yang sudah dimiliki pihak
kepolisian, misalkan untuk materi yang berkaitan dengan penjagaan,
pengawalan, dan patroli, tentunya instruktur yang dipilih harus mumpuni di
bidangnya. GTS disebut dengan team GTS, materi yang diberikan berupa
pembekalan dan penyaluran kerja”
74
Pernyataan tersebut diperkuat oleh pernyataan ibu “DK” selaku kabag OPS
yang menjelaskan bahwa :
“penentuan instruktur dilakukan oleh POLRES, GTS tidak ada perekrutan
dan penentuan kriteria untuk persyaratan menjadi instruktur. BUJP hanya
menyiapkan team yang bertugas sebagai pembina dan pendamping”
Berdasarkan wawancara di atas menjelaskan bahwa tidak terdapat kriteria
untuk penentuan instruktur, dikarenakan instruktur untuk proses pembelajaran sudah
disediakan oleh POLRES setempat. BUJP hanya berperan sebagai pembina yang
membantu persiapan dalam proses pembelajaran. Seperti yang dilihat oleh peneliti
pada saat melakukan observasi, bahwasanya pembina dari team GTS hanya
mempersiapkan sebelum berlangsungnya proses pembelajaran.
4) Keuangan
Keuangan merupakan hal yang sangat vital dalam pelaksanaan program,
pengelolaan keuangan bagi suatu lembaga sangatlah penting karena berdampak
langsung terhadap efisiensi dan ke-efektifan lembaga dalam menjalankan
programnya. Dalam pelaksanaan program tentunya tidak lepas dengan adanya biaya
operasional, secara umum apabila berbicara mengenai perencanaan keuangan maka
secara umum terdapat dua hal yang harus diketahui, yaitu sumber dana serta alokasi
dan pengeluaran.
Data hasil wawancara dibawah sudah dilakukan verifikasi oleh peneliti dan
disampaikan secara epik oleh penulis. Sumber keuangan yang terdapat di Garda
Total Security adalah dari siswa untuk siswa, seperti yang telah dijelaskan oleh ibu
“VN” selaku bagian keuangan di Garda Total Security, menjelaskan bahwa:
75
“dalam melakukan perencanaan keuangan ibu VN selaku bagian keuangan
merancang RAB (Rencana Anggaran Bulanan) untuk pengeluaran, setelah
RAB jadi diajukan kepada kepala divisi, setelah di ACC oleh kepala divisi
barulah diajukan kepada komisaris untuk dapat melakukan pengeluaran cek.
pelaksanaannya proses pembayaran yang meliputi pendaftaran dan
heregistrasi dibantu oleh bagian FO (Front Office). Sumber dana ada
duakelompok, hasil tender kerja sama dengan mitra dan murni pembayaran
dari siswa, kerja sama yang sudah terjalin antara lain dengan dinas sosial,
perusahaan dan dan instansi. Jadi mereka ada SATPAM namun belum
bersertifikasi nanti kita melakukan MOU untuk kesepakatan harga.
Disampaikan pula oleh ibu “IW” selaku Kasi OPS pusat, beliau juga berada
di front Office kantor pusat yang biasanya bertugas menerima uang pendaftaran,
beliau menjelaskan sebagai berikut:
“perencanaan keuangan itu berasal dari hasil pendaftaran siswa, uang
yang di bayarkan siswa kembali untuk siswa, yang masuk kantor pihak
BUJP tidak dapat memberikan informasi. sebelum peserta menyepakati
biaya pendidikan dan pelatihan BUJP menjelaskan fasilitas yang
didapatkan selama berlangsung pendidikan dan pelatihan.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
perencanaan keuangan, maka tentunya yang bertugas di bagian keuangan melakukan
perencanaan perinciaan dana atau membuat RAB untuk keberlangsungan program,
karena RAB tersebut harus diajukan kepada KADIV (Kepala Divisi) terlebih dahulu
sebelum adanya realisasi berupa cek dari komisaris GTS. Sumber dana tidak hanya
berasal dari peserta didik saja namun mitra kerja juga membantu dalam pelaksanaan
program pendidikan dan pelatihan bantuan yang diberikan sesuai dengan perjanjian
yang sudah disepakati sebelumnya.
5) Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan sesuatu yang sangat penting untuk
menunjang proses pendidikan dan pelatihan. Sesuai dengan perkap POLRI, bahwa
76
sarana dan prasana untuk melakukan pendidikan dan pelatihan harus memadai,
seperti yang disampaikan oleh bapak “TR” selaku kepala PUSDIKLAT cabang
Klaten, peneliti menyimpulkan yang disampaikan oleh beliau yaitu:
“sarana dan prasarana sudah dipersiapkan dari dulu. Di pusat pendidikan
dan pelatihan di Klaten sudah lengkap, mulai dari barak barak itu tempat
tidur siswa itu mbak, kemudian kamar mandi, peralatan masak, keperluan
administrasi, lapangan, sampai dengan untuk proses pembelajaran itu ada
LCD, proyektor, sound sistem, dll. Kemudian yang kita masih menyewa
itu misalnya kursi, kemudian peralatan untuk peragaan siswa, sound
System yang digunakan dalam acara pembukaan dan pelepasan.”
Penyataan tersebut sejalan dengan penjelasan yang disampaikan oleh bapak
“MH” selaku bagian logistik cabang Klaten, beliau menyampaikan mengenai sarana
prasarana bahwa:
“pemeliharaan sarana dan prasarana dilakukan oleh bapak MH selaku
bagian logistik dan pemeliharaan, dalam hal ini semua hal yang berkaitan
untuk menunjang berlangsungnya proses pendidikan dan pelatihan harus
menunggu perintah dari atasan, apabila diklatnya di Klaten. Sampai pada
keperluan masak dan keperluan pembelajaran. Kalau dikatakan lengkap
atau belum PUSDIK Klaten berusaha untuk melengkapi sarana yang
dibutuhkan .”
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa sarana dan
prasarana yang terdapat di tempat pendidikan dan pelatihan sudah memadai. Mulai
dari keperluan memasak hingga keperluan pembelajaran, serta fasilitas barak dan
MCK untuk siswa pendidikan dan pelatihan. Sarana yang belum dimiliki oleh pusdik
dan penggunaannya hanya sementara biasanya pihak BUJP menyewa selama
kegiatan diklat berlangsung.
77
b. Pelaksanaan Program Pendidikan dan Pelatihan SATPAM (Satuan
Pengamanan di Garda Total Security)
1) Kurikulum
Kurikulum pada dasarnya sudah ada dan dibuat oleh pemerintah pusat
kemudian diturunkan di POLDA, dari POLDA diturunkan ke POLRES kemudian
dari POLRES akan ditindak lanjuti dengan perancangan RENGIAT (Rencana
Kegiatan), supaya dapat melakukan penyusunan jadwal pelaksanaan, yang
selanjutnya tinggal diimplementasikan dalam bentuk kegiatan pendidikan dan
pelatihan. Namun pembina atau team GTS harus selalu mempersiapkan diri jika
pada pelaksanaannya tidak sesuai dengan jadwan yang disusun. Seperti yang telah
disampaikan oleh bapak AIPTU “EP” selaku kait POLRES Purworejo yang
bertanggung jawab berkenaan dengan instruktur untuk DIKLAT. Peneliti melakukan
verifikasi dan menarik kesimpulan bahwa beliau menjelaskan sebagai berikut:
“pelaksanaan proses pembelajaran peneliti dianjurkan untuk mengamati
sendiri, berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan dilapangan tidak selalu
sesuai dengan yang sudah direncanakan pada jadwal. Karena pada praktiknya
pihak lapangan tidak pernah menduga hal-hal yang akan terjadi selanjutnya.
Misalkan di jadwal materi tongkat borgol jam 11.00 WIB namun narasumber
belum datang, maka team GTS harus memiliki rencana cadangan namun
harus sesuai dengan perincian kurikulum. Perincian pelaksanaan
pembelajaran harus sesuai dengan prosedur yang telah tertera di perkap
POLRI nomor 24 tahun 2007 bahwa jumlah jam pelajaran harus memenuhi
232 JP, baru dapat dinyatakan lulus Gada Pratama. Biasanya pelaksanaannya
yang mengisi tidak melulu dari polres, misalnya mereka punya banyak yel-yel
itu yang memberikan selain dari instruktur juga mendapat dari team GTS,
yakni pemandu atau pendamping.”
Penjelasan AIPTU “EP” diperkuat oleh penjelasan dari pembina selaku kasi OPS
induk 1 beliau menjelaskan bahwa:
“pelaksanaan proses diklat diisi oleh instruktur dari anggota kepolisian namun
terdapat berapa narasumber yang didatangkan dari instansi yang berkaitan
78
dengan materi yang terdapat di jadwal. Contohnya materi DAMKAR kita
bekerja sama dengan petugas pemadam kebakaran untuk dapat memberikan
materi teori dan praktik berupa simulasi. Pemateri tersebut dinamakan
instruktur namun bukan dari pihak kepolisian.”
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
kurikulum sudah sesuai dengan ketentuan 232 JP yang tertera di perkap POLRI
nomor 24 tahun 2007. Melalui jadwal kita dapat mengetahui materi untuk
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Dalam pelaksanaannya narasumber tidak
hanya berasal dari kepolisian namun ada yang berasal dari instansi yang sesuai
dengan materi yang sudah terjadwal, diharapkan materinya dapat disampaikan
dengan baik dan sesuai. Selain itu team GTS yang mana disebut dengan pembina dan
pendamping akan melakukan persiapan sebelum proses pembelajaran dengan
narasumber berlangsung. Misalnya dengan mengisi dengan berlatih yel-yel, mars
SATPAM, dan pembekalan ringan untuk praktik kerja di lapangan.
2) Peserta Didik
Peserta didik merupakan sumber daya manusia penunjang keberlangsungan
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Dalam pelaksanaannya peserta didik harus
mampu menguasai materi dan terdapat ketentuan berkenaan dengan kedisiplinan.
Karena pada pelaksanaannya peserta didik dibimbing dengan semi militer. Supaya
memiliki jiwa yang disiplin, serta dituntut memiliki jiwa korsa (kebersamaan).
Berkenaan dengan hal ini bapak “TR” selaku kepala PUSDIKLAT cabang Klaten
memaparkan bahwa:
“berkenaan dengan peserta didik, siswa dididik supaya memiliki kedisiplinan
yang tinggi, karena ketika mereka sudah bekerja mereka juga harus disiplin.
SATPAM bekerja berdasarkan sift yang sudah dibagi oleh atasannya, jadi
kapanpun sift yang dia peroleh mereka harus selalu siap 86. Kemudian kenapa
kita juga memberikan pendidikan mengenai jiwa korsa, seperti yang mbak rosi
lihat ketika waktu makan, apabila makan satu ya makan semua, kalau tidak
79
makan satu ya semua tidak makan, dihukum satu kena hukuman semua. Pernah
terjadi, pada saat makan ada beberapa orang yang mengambil lauk dobel
kemudian ketahuan, akhirnya tidak jadi makan namun justru dihukum semua
untuk lompat kodok, tapi tidak ada yang protes, itu karena sudah tertanam jiwa
korsa. Selain itu peserta didik juga diajarkan etika, contohnya ketika masuk
ruang akademik, peserta didik harus hormat dulu, ketuk pintu, ijin masuk dan
sebagainya. Supaya etikanya baik.
Senada dengan penjelasan di atas pak “HF” selaku instruktur dari team GTS
menjelaskan bahwa :
“Peserta didik atau siswa dididik untuk bekal di lapangan pekerjaan, jadi di GTS
pendidikan juga dilaksanakan semi militer.”
Berdasarkan pemaparan dari keduanya dapat disimpulkan bahwa dalam
pelaksanaannyan peserta didik atau biasanya disebut siswa tersebut harus mengikuti
proses pendidikan dan pelatihan semi militer dan mematuhi segala kebijakan yang
telah dibuat sebelumnya. Hal tersebut bertujuan untuk mempersiapkan para siswa
dalam memasuki dunia kerja supaya terbiasa.
3) Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidik dan tenaga kependidikan merupakan inti dari keberlangsungan
program pendidikan dan pelatihan. Karena merekalah yang melaksanakan dan
merencanakan proses pembelajarannya. Pendidik yang sering disebut dengan
pembina, pendamping dan instruktur berperan dalam proses pendidikan dan
pelatihan. memberikan pembekalan, materi yang sesuai dengan jadwal yang sudah
tersusun. sedangkan tenaga kependidikan atau yang sering disebut dengan pengelola
bertugas mempersiapkan segala kebutuhan yang menunjang keberlangsungan
pendidikan dan pelatihan termasuk administrasi, seperti BAP, rekapitulasi absen
siswa dll. Untuk lebih jelasnya peneliti melakukan wawancara dengan pak “BT”
selaku staff administrasi kantor induk 1 purworejo, beliau menjelaskan bahwa:
80
“dalam pelaksanaan pendidikan tentunya membutuhkan berkas-berkas yang
berkaitan dengan administrasi, adanya BAP difungsikan untuk mengetahui
kehadiran instruktur supaya pihak GTS dapat dengan mudah menghitung
honor yang akan diberikan kepada instruktur. Instruktur dan atau narasumber
absen setiap hari. Sedangkan untuk siswa ketika ingin ijin keluar dan akan
masuk area pusdik harus ijin dan lapor kembali terlebih dahulu, difungsikan
untuk mengetahui keluar masuknya siswa setiap pagi, siang, sore absen juga
dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan nilai siswa.”
Seiring dengan penjelasan di atas ibu “IH” selaku staf FO kantor induk 1
Purworejo menjelaskan mengenai pendidik dan tenaga kependidikan. Beliau
menyampaikan bahwa:
“pendidik memang berasal dari polres tapi segala macam persiapan berasal
dari GTS, sebagai pengelola program. Yang mana GTS juga memfasilitasi
instruktur mulai dari makannya, snack dll.”
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidik dan tenaga
kependidikan harus saling bersinergi, untuk itu komunikasi dan koordinasi sangatlah
dipentingkan. Pengelola program bertugas mempersiapkan segala macam bentuk
administrasi yang berupa berkas, pembina berperan dalam mempersiapkan
pendidikan dan pelatihan sebelum instruktur datang. Sedangkan instruktur berperan
dalam mengisi materi terhadap siswa dalam proses pendidikan dan pelatihan. Jadi
antara instruktur pengelola program dan pembina memiliki fungsi yang berbedabeda. Mereka bekerja sesuai TUPOKSI yang sudah ada. Namun harus selalu
berkoordinasi.
4) Keuangan
Berbicara masalah keuangan terdapat dua golongan yaitu alokasi untuk
pengeluaran dan pemasukan. Alokasi dan pengeluaran di BUJP Garda Total
Security seperti yang telah direncanakan dalam RAB yang dibuat oleh bagian
81
keuangan dan direalisasikan oleh komisaris. Seperti yang telah dijelaskan oleh ibu
“VN” selaku bagian keuangan. Beliau mengatakan bahwa:
“Alur pengeluaran dan pemasukan GTSvakan tertera jelas dalam sistem.
Segala bentuk pengeluaran harus sesuai dengan RAB yang telah disusun,
apabila tidak sesuai maka harus melalui persetujuan dari komisaris. Sumber
dana GTS ada 2, yaitu dari uang pendaftaran siswa yang difungsikan untuk
memenuhi fasilitas siswa, selain itu ada khas GTS.”
Seperti halnya yang disampaikan oleh ibu “IH” selaku staff FO yang bertugas
melayani pembayaran pendaftaran siswa untuk wilayah induk 1, beliau mengatakan
bahwa:
“untuk alur keuangan induk satu hanya sebagai pelayan pembayaran saja.
Misal tanggal pembayaran sudah selesai kantor induk satu juga harus laporan
ke pusat.”
Sejalan dengan yang disampaikan oleh ibu “IW” selaku Kasi OPS pusat,
beliau mengatakan bahwa:
“pengelolaan keuangan GTS diserahkan kepada ibu VN selaku bagian
keuangan, tapi dalam hal pembayaran dibantu oleh bagian FO dan saya
sendiri kalau di pusat. Kalau di Klaten dengan pak TR, kalau di induk 1
dengan bu ika. Setelah selesai pelunasan barulah diberikan kepada bu VN,
barulah bu VN merekap semuanya, kalau masalah pembagian keuangan GTS
berdasarkan RAB, tidak bisa mengeluarkan uang dengan tiba-tiba tanpa
persetujuan komisaris”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
pelaksanaannya keuangan dikelola oleh bagian keuangan, namun dibantu oleh
karyawan lain diantaranya adalah bagian FO pusat, induk 1, dan cabang Klaten. Alur
selanjutnya barulah diserahkan pada bagian keuangan. Untuk dapat melakukan
pengeluaran bagian keuangan terlebih dahulu membuat perencanaan RAB yang
kemudian diajukan kepada kepala divisi pendidikan dan pelatihan, setelah
82
mendapatkan persetujuan dari kepala divisi selanjutnya diajukan kepada komisaris
untuk dapat direalisasikan berupa cek.
5) Sarana dan Prasarana
Sarana
dan prasarana merupakan alat pendukung dalam pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan SATPAM. Penggunaan sarana dan prasaran yang baik
merupakan salah satu kunci untuk mencapai hasil pendidikan dan pelatihan yang
optimal. Pada dasarnya sarana dan prasarana berfungsi sebagai penunjang proses
pendidikan dan pelatihan , supaya dalam pelaksanaannya lebih efektif dan
efisien.
Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian perencanaan sebelumnya,
bahwa sarana dan prasarana sudah tersedia dari dulu, namun dalam
pelaksanaannya pendidikan dan pelatihan dalam pelaksanaan praktik ataupun
pengenalan lemdik memanfaatkan lingkungan sekitar tempat pendidikan dan
pelatihan. Berkenaan dengan hal tersebut, bapak “HY” selaku KasinOPS induk
satu yang sekaligus sebagai pembina menjelaskan bahwa:
“sarana dan prasarana memang sangat penting, pendidikan dan pelatihan
SATPAM tidak hanya melulu belajar dikelas atau dihalaman depan kelas
namun seperti yang sudah dilihat oleh peneliti, pembelajaran dilakukan
dilapangan, di area sekitar pusdik. Pada saat lemdik, GTS mengajak siswa
pergi ke alun alun, kemudian di sungai, hal tersebut merupakan salah satu
bentuk pemanfaatan lingkungan sekitar dalam hal penggunaan sarpras
mbak. Kalau di Klaten ya kita di lapangan belakang pusdik itu yang
besar.”
Hal lain disampaikan oleh pak “TR” selaku kepala PUSDIK Klaten beliau
menyampaikan bahwa:
83
“berkenaan dengan sarana dan prasarana GTS yang berada di pusdik
Klaten hanya sebagai pengelola dan pemelihara, selain itu untuk
pemanfaatan GTS memanfaatkan semua fasilitas yang tesedia, dan
memanfaatkan lingkungan sekitar. Karena ketika jam pelajaran praktik
terkadang siswa diajak keluar. Biasanya di lapangan, sembari pemanasan
latihan fisik dari pusdik ke lapangan lari kecil-kecil.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sarana
dan prasarana untuk pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tidak hanya
dilakukan di dalam pusat pendidikan dan pelatihan namun siswa juga diajak
untuk keluar pusat pendidikan dan pelatihan. Dalam hal pengelolaan sarana dan
prasarana, dikelola oleh karyawan sendiri.
2. Output dari Pendidikan dan Pelatihan SATPAM di Garda Total Security
a. Keluaran peserta didik
BUJP (Badan Usaha Jasa Pengamanan) Garda Total Security (GTS)
merupakan salah satu lembaga nonformal yang bergerak dibidang pengamanan
yang berupaya menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi SATPAM yang
belum sertifikasi atau memiliki ijasah Gada Pratama, serta bagi calon SATPAM
Gada Pratama. Berdasarkan peraturan kepala kepolisian negara republik
Indonesia nomor 24 tahun 2007 tentang sistem manajemen pengamanan
organisasi, perusahaan dan / atau instansi/ lembaga Pamerintah. Bahwasanya
melakukan pengamanan terbatas, SATPAM harus memiliki ijazah Gada Pratama
yang legal.
Keluaran peserta didik atau siswa berupa keterampilan berpikir, sikap,
dan keterampilan praktik (motorik) yang diterapkan dalam kegiatan pendidikan
dan pelatihan oleh Garda Total Security (GTS) adalah sebagai berikut:
84
1) Siswa mampu menguasai semua materi yang sudah disampaikan, mulai
dari etika profesi, tupoksi SATPAM, perundang-undangan berkenaan
dengan SATPAM, dan pengetahuan lainnya yang berkaitan dengan
SATPAM.
2) Siswa setelah keluar dari Garda Total Security harus memiliki sikap yang
baik, disiplin dan etos kerja yang baik
3) Siswa setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan harus memiliki
keterampilan dalam bidang pengamanan, bela diri dan memiliki
kemampuan kepolisian terbatas.
Mengenai keluaran peserta didik atau siswa bapak “SR” selaku kepala deviasi
menjelaskan bahwa :
“tidak sedikit alumni dari GTS yang langsung mendapatkan kerja, karena
GTSmemberikan fasilitas penempatan kerja, namun tidak semua alumni
mengambil tawaran. Apabila mereka bersedia untuk ditempatkan kerja
alumni harus mengikuti peraturan dari kami. Tentunya mereka harus lolos
kualifikasi yang diinginkan oleh mitra GTS. Jadi setiap ada diklat sebelum
selesai team GTS sudah melakukan pengamatan dalam rangka seleksi fisik
dan pengetahuan, memungkinkan kedisiplinan.”
Hal lain disampaikan oleh salah satu alumni dari Garda Total Security
bernama mbak “WR” menceritakan tentang penempatan kerjanya, bahwa:
“sebelumnya mbak Wuri merasa bas-was jika setelah diklat jadi
pengangguran namun hal tersebut tidak terjadi pada mbak Wuri. Sebelum
kelulusan mbak adi sudah mendapatkan panggilan kerja di sebuah universitas
yang ada di Solo.”
Hal senada disampaikan oleh salah satu siswa yaitu mbak “YS” menceritakan
keberlangsungan pendidikan dan pelatihan sampai ia mendapatkan kerja adalah
sebagai berikut:
85
“mbak Yul mengatakan bahwa dia baru pertama kali mengikuti
pelatihan semi militer, sebelumnya mbak Yul lulusan smk busana,
setelah lulus ia bingung kemudian mencari informasi di facebook,
mengenai diklat SATPAM. akhirnya ia mencoba, ia menyampaikan
bahwa di tempat diklat ia banyak belajar tepat waktu, peduli sesama,
salin itu ia sekarang bisa bela diri, tindakan pemadam kebakaran,
banyak sekali ilmu yang sudah didapatkan. Kebetulan mbak Yula ini
langsung mendapatkan panggilan kerja, disalurkan langsung sama
pihak GTS.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas keluaran yang diharapkan oleh GTS,
sudah terpenuhi, mulai dari sikap disiplin, jiwa korsa harus dimili oleh alumni diklat.
Dilihat dari alumni yang sudah lulus, semua materi yang tertera dalam kurikulum
dilakukan sesuai jadwal yang sudah disusun. Siswa dibekali dengan pengetahuan
mengenai etika profesi, tupoksi SATPAM, kemampuan kepolisian terbatas, bela diri
POLRI, pengenalan bahan peledak, barang berharga, pengenalan narkoba,
penggunaan tongkat POLRI dan borgol, PBB. Dan masih banyak lagi.
3. Upaya GTS dalam menyalurkan lulusan ke lapangan pekerjaan
Dunia pendidikan dan dunia kerja sangat berkaitan erat. Pendidikan berfungsi
untuk menunjang pendidikan, begitupula pekerjaan merupakan kebutuhan setiap
manusia setelah melakukan pendidikan. Persaingan dalam dunia kerja semakin hari
semakin ketat, terbukanya bursa kerja yang sangat luas, kebutuhan tenaga kerja yang
Multi skill , profesional, disiplin merupakan kebutuhan dunia kerja.
Menanggapi hal tersebut, Garda Total Security selaku penyelenggara
pendidikan dan pelatihan memberikan fasilitas bagi alumni yang ingin mengikuti
program penempatan kerja dari GTS. Bagi yang memenuhi kualifikasi akan langsung
ditempatkan kerja. Senada dengan pernyataan di atas bapak “SR” selaku kepala
divisi diklat menyampaikan bahwa:
86
“tidak sedikit alumni dari GTS yang langsung mendapatkan kerja, karena
GTS memfasilitasi penempatan kerja, masalah mereka mau mengambil
tawaran atau tidak itu pilihan mereka. Namun mereka harus mengikuti
peraturan dari GTS. Tentunya alumni harus lolos kualifikasi yang diinginkan
oleh mitra kerja. Jadi setiap ada diklat sebelum selesai team GTS sudah
melakukan pengamatan dalam rangka seleksi fisik dan pengetahuan,
memungkinkan kedisiplinan. Tidak sebatas itu saja, semisal ada alumni yang
sudah lama keluar dari diklat dan ternyata belum memiliki pekerjaan, GTS
juga memberikan fasilitas kepada alumni dapat menitipkan berkas lamaran
kerja, yang nanti apabila ada lowongan kerja akan dipanggil.”
Senada dengan yang disampaikan oleh ibu “IW” menjelaskan bahwa:
“berbicara mengenai penempatan kerja GTS memang memfasilitasi untuk itu,
namun hal tersebut kembali lagi kepada siswa, kalau mereka mau mengambil
dan siap ditempatkan dimanapun mereka langsung kerja, namun jika tidak
mau, mereka biasanya mencari sendiri. Karena GTS memang memiliki
banyak sekali mitra untuk penempatan kerja. Selain itu banyak perusahaan di
bidang outsorching yang datang kepada GTS untuk mencari tenaga
pengaman, contohnya seperti, ISS yang dari Semarang PT Gatra. Dalam
melakukan kerja sama tentunya melakukan penawaran dulu sampai GTS
melakukan MOU”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
melakukan penempatan kerja pihak GTS melakukan penawaran, yang mana di
dalamnyan terdapat perjanjian dan tawaran yang akan didapatkan oleh mitra kerja.
Telah keduanya sepakat barulah melakukan MOU. Penempatan kerja selalu
ditawarka kepada siswa, tentunya akan diberikan kualifikasi yang dibutuhkan oleh
perusahaan yang meminta, namun dengan catatan alumni harus siap ditempatkan di
seluruh wilayah Indonesia. Selain itu GTS juga memfasilitasi bagi alumni yang
sudah lama belum mendapatkan pekrjaan untuk dapat menitipkan berkas lamaran
kerja ke kantor pusat atau kantor cabang.
87
4. Faktor Penghambat dan Pendukung
a. Faktor Penghambat
Pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan tidak selalu sesuai dengan
yang direncanakan, namun terdapat hambatan-hambatan yang harus diselesaikan.
Hambatan yang sering terjadi pada saat pelaksanaan pendidikan dan pelatihan adalah
koordinasi, komunikasi, dan salah paham. Seperti yang disampaikan oleh bapak
“HY” selaku pembina menjelaskan bahwa:
“sebenarnya faktor penghambat itu tergantung bagaimana menyikapinya.
GTS dalam pelaksanaan banyak sekali problem yang terjadi. Karena setiap
keputusan yang diambil di lapangan harus mendapatkan ijin dari atasan. Jadi
apabila bagian lapangan kurang berkoordinasi tentunya akan menghambat
pelaksanaan. Namun selama ini selalu ada pemecahannya, dan bisa
dibicarakan dengan baik. Kalau dari peserta didik biasanya masalah perijinan,
apabila GTS akan memberikan ijin kepada mereka tentunya GTS harus
mempertimbangkan banyak hal, nah terkadang karena hal tersebut banyak
siswa yang keras kepala dengan emosi, jadi team GTS juga harus bisa
menangani. Selain itu ketidakhadiran instruktur tanpa pemberitahuan
membuat team GTS harus memiliki rencana lain”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa kurangnya
koordinasi saat pelaksanaan tentunya akan menghambat proses diklat mulai dari
ketidakhadiran instruktur yang tanpa pemberitahuan sampai dengan memahami
karakteristik setiap siswa. Latar belakang siswa yang beraneka ragam membuat pihak
GTS harus mampu memahami.
b. Faktor Pendukung
Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan SATPAM Gada Pratama di Garda
Total Security dapat terselenggara dengan lancar karena memiliki banyak dukungan
dari berbagai pihak. Baik dari dalam yakni karyawan atau pengelola, pembina dan
bagian administrasi. Maupun luar yaitu pihak POLRES setempat yang bersedia
88
menjadi instruktur, mitra GTS, baik yang menjadi penyalur siswa ataupun mitra
kerja. Seperti yang telah disampaikan oleh bapak “TR” selaksa kepala pusdik Klaten
beliau menyampaikan bahwa:
“berbicara mengenai faktor pendukung sangat banyak sekali, karena kalau
tidak ada dukungan dari siapapun GTS juga tidak mungkin masih eksis.
Mulai dari siswa, infrastruktur yaitu sarana dan prasarana, pengelola, Team
GTS, POLRES setempat, serta mitra kerja. Karena GTS itu bisa dikatakan
BUJP yang baik dari segi pelayanan dan penyaluran kerja.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas jelas sekali bahwa faktor pendukung
sangat berpengaruh dalam terlaksananya pendiidkan dan pelatihan. Mulai dari siswa,
infrastruktur yaitu sarana dan prasarana, pengelola, Team GTS, POLRES setempat,
serta mitra kerja. Karena GTS merupakan BUJP yang baik dari segi pelayanan dan
penyaluran kerja.
5. Upaya Yang Dilakukan Garda Total Security Dalam Meminimalisir
Hambatan Dan Mengoptimalkan Dukungan
Pelaksanaan pendidikan tidak terlepas dari hambatan dalam setiap
pelaksanaannya, namun dalam teknis pelaksanaannya Garda Total Security
memngupayakan setiap hambatan yang terjadi dapat diminimalisir sejak dini,
seperti yang disampaikan oleh bapak “HY” selaku kasi OPS induk 1
menyampaikan bahwa:
“dalam setiap pelaksanaan program pasti ada hambatan entah sekecil
apapun itu, namun hal tersebut perlu disikapi secara positif, GTS selalu
mengusahakan dapat diminimalisir dengan baik,berdasarkan pengalaman
yang sudah terjadi yang menghambat berlangsungnya pelaksanaan adalah
terjadinya miskomunikasi antara yang berada dikantor dan lapangan, serta
kurangnya koordinasi dalam beberapa kegiatan, namun GTS berupaya
untuk saling berkomunikasi dalam setiap hal. Hal tersebut diupayakan
untuk tidak terjadi salah paham. Selain itu, kemoloran kegiatan yang tidak
diduga juga perlu adanya upaya atau antisipasi, karena untuk dapat
mengendalikan kegiatan selanjutnya.”
89
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sudah terdapat
upaya upaya yang dilakukan untuk meminimalisir hambatan yang terjadi selama
pelaksanaan program kegiatan, upaya tersebut berupa memperbanyak koordinasi
dengan atasan, serta melakukan antisipasi untuk kemoloran kegiatan, serta antisipasi
materi yang akan disampaikan kepada peserta didik jika instrukturnya berhalangan
hadir.
Pelaksanaan pendidikan juga tidak akan berjalan lancar apabila tidak adanya
dukungan dari pihak internal ataupun
eksternal. Banyak sekali dukungan yang
mengalir pada tubuh GTS, selama pelaksanaan ataupun paskah pelaksanaan diklat.
Mulai dari partisipasi anggota POLRES yang selalu membantu kami dalam
penjadwalan kegiatan, penurunan surat perintah, dan pendelegasian instruktur. Selain
itu tidak terlepas dari dukungan masyarakat luas yang ikut berpartisipasi dalam
pelaksanaan DIKLAT, baik yang bersedia menjadi peserta maupun yang mencari
siswa. Seperti yang disampaikan oleh bapak “SR” selaku KADIV DIKLAT
menyampaikan sebagai berikut:
“faktor pendukung kita itu banyak, karena tanpa ada dukungan dari berbagai
pihak GTS tidak akan berjalan dengan baik sampai sekarang ini, hal sekecil
apapun dianggap sebagai dukungan. Misalnya alumni, mitra kerja yang sudah
dan atau yang akan bekerjasama dengan kami. Karena banyak permintaan
untuk dapat bekerja sama dalam penyaluran alumni ataupun peserta didik
mbak. Selain itu pihak polres selalu membantu kami dalam hal perijinan dan
pelaksanaan sebagai instruktur. Serta tenaga administrasi dan logistik, ibu
manase semua itu faktor pendukung bagi GTS. Selain itu sarana dan
prasarana yang ada juga dapat menjadi faktor pendukung. GTS
mengupayakan untuk selalu terjalin dengan baik. Dan diperlakukan
sebagaimana mestinya.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat kita ketahui bahwa upaya yang
dilkakukan oleh Garda Total Security dalam mengotimalkan dukungannya adalah
90
dengan menjalin hubungan baik kepada siapapun yang berperan dan perpartisipasi
dalam pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan.
91
C. PEMBAHASAN
1. Penyelenggaraan Pendidikan Dan Pelatihan SATPAM di Garda Total
Security
a. Perencanaan Program Pendidikan dan Pelatihan SATPAM
(Satuan
Pengamanan)
Dalam tahap perencanaan terdiri atas perencanaan kurikulum, perencanaan
peserta didik, perencanaan pendidik dan tenaga kependidikan, perencanaan
keuangan, dan perencanaan sarana dan prasarana. Karena untuk melaksanakan
pendidikan dan pelatihan memerlukan perencanaan yang matang.
Pendidikan upaya manusia untuk mengubah dirinya ataupun orang lain
selama ia masih hidup. Pendidikan menurut John Dewey dalam Dwi Siswoyo
(2011:54) pendidikan adalah rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman yang
menambah pengalaman, dan yang menambah kemampuan untuk mengarah pada
pengalaman yang selanjutnya. Pendidikan merupakan proses berkelanjutan, dimulai
dari bayi hingga dewasa dan berlanjut sampai mati.
“Pendidikan non formal yaitu proses belajar yang terjai secara terorganisir
diluar sistem persekolahan atau pendidikan formal, baik dilaksanakan terpisah
maupun merupakan bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih besar untuk
melayani sasaran didik tertentu dan belajarnya tertentu pula Marzuki (2012:137).
Pendidikan non formal berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta
didik dengan penekanan pada penguatan pengetahuan dan keterampilan fungsional
serta pengembangan sikap yang meliputi pendidikan kecakapan hidup serta
92
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. Pendidikan luar sekolah sebagai salah
satu bentuk pendidikan yang menekankan pada adanya sisi praktis pendidikan yang
inspiratif-pragmatis, salah satunya yaitu adanya kurikulum yang menekankan pada
penyelenggaraan diklat. Diklat sebagai salah satu faktor yang mendukung
keberhasilan dalam meningkatkan kualitas manusia menjadi lebih aktif dan kreatif.
BUJP Garda Total Security (GTS) merupakan lembaga jasa pengamanan
bertugas mengadakan Pendidikan dan pelatihan SATPAM (satuan pengamanan).
Diklat merupakan salah satu bentuk pendidikan non formal yang berfokus pada
pengembangan life skill bagi SATPAM yang belum bersertifikasi maupun calon
SATPAM yang belum memiliki tempat kerja. Oleh karena itu BUJP Garda Total
Security (GTS) akan terus berpartisipasi dalam peyelenggaraan diklat SATPAM.
Dalam hal perencanaan kurikulum yang dilakukan oleh Garda Total Security
sudah sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Notoatmodjo (2011:56) yang
menyatakan bahwa tahap ketiga dalam melakukan perencanaan adalah melakukan
pengembangan kurikulum. Beliau menyatakan bahwa:
Dari tujuan-tujuan diklat yang telah dirumuskan tadi akan dapat
diketahui kemampuan-kemampuan apa yang harus diberikan dalam
pelatihan. Maka selanjutnya di identifikasi materi-materi atau bahanbahan pelajaran yang akan diberikan dalam pelatihan. Dengan kata
lain materi-materi apa yang dapat mengembangkan atau
meningkatkan kemampuan para peserta diklat. Selanjutnya
dilakukan identifikasi waktu yang diperlukan untuk tiap-tiap materi
atau topik/sub topik yang lebih terinci. Setelah itu di tentukan
metoda belajar mengajar yang bagaimana yang akan digunakan,
serta alat bantu belajar mengajar yang diperlukan dalam pelatihan
tersebut. Proses ini disebut pengembangan kurikulum (curiculum
development).
93
Dalam melakukan pengembangan kurikulum Garda Total Security melihat
dari pelaksanaan yang sebelumnya. Pengembangan kurikulum bertujuan untuk
menghasilkan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yang akan datang supaya
menjadi lebih baik.
Perencanaan peserta didik dilakukan dengan melakukan langkah-langkah
sebagai berikut, seperti yang telah disampaikan oleh Sudjana (dalam Mustofa Kamil
2011:17) mengembangkan sepuluh langkah pengelolaan pelatihan sebagai berikut:
1) Rekrutmen peserta pelatihan
2) Identifikasi kebutuhan belajar, sumber belajar dan kemungkinan
hambatan
3) Menentukan dan merumuskan tujuan pelatihan
4) Menyusun alat evaluasi awal dan evaluasi akhir
5) Menyusun urutan kegiatan pelatihan
6) Pelatihan untuk pelatih
7) Melaksanakan evaluasi bagi peserta
8) Mengimplementasikan pelatihan
9) Evaluasi akhir
10) Evaluasi program pelatihan
Pernyataan tersebut senada dengan yang dilakukan oleh BUJP Garda Total
Security (GTS), dalam rangka menciptakan tenaga pengamanan yang berkompeten
dalam bidangnya BUJP Garda Total Security (GTS) sebelum melakukan
penyelenggaraan diklat adalah melakukan perencanaan program pendidikan dan
pelatihan terlebih dahulu.
Dalam melakukan perencanaan terdapat persiapan-persiapan yang harus
dilakukan, mulai dari rapat rutin sebelum pelaksanaan diklat, mensosialisasikan
program diklat dengan menyebarkan brosur, menyiarkan di radio, membuat
pengumuman di media cetak serta melakukan penawaran kerjasama di perusahaanperusahaan atau instansi terkait. Selain itu persiapan yang dilakukan sebelum
94
pelaksanaan adalah koordinasi dengan POLRES setempat, supaya pelaksanaan
berjalan dengan lancar. Namun pelatihan yang ditujukan untuk pelatih, peneliti tidak
menemukan data yang berkenaan dengan hal tersebut.
Selain itu perencanaan keuangan sangat penting dilakukan dalam hal ini
Garda Total Security melakukan perencanaan keuangan sebelum pelaksanaan diklat
dimulai. Pembuatan RAB (rencana anggaran belanja) yang dilakukan oleh bagian
keuangan merupakan proses persiapan atau perencanaan, setelah RAB selesai dibuat,
selanjutnya diajukan kepada kepala divisi, apabila telah disetujui oleh kepala divisi
RAB akan diajukan kepada komisaris, setelah disetujui oleh komisaris maka akan
direalisasikan untuk keberlangsungan diklat.
Sasaran program diklat SATPAM Gada Pratama ditujukan kepada SATPAM
yang sudah bekerja namun belum memiliki sertifikat atau ijazah Gada Pratama dan
masyarakat umum yang berminat dalam mengikuti pelatihan, dengan kriteria pria tau
wanita usia minimal 18 tahun maksimal 35 tahun, pendiidkan minimal SLTA
sederajat, tinggi badan minimal 155 cm (wanita) dan 165cm (pria) sehat jasmani dan
rohani. Dari hasil identifikasi kebutuhan dan survei yang dilakukan ternyata banyak
masyarakat dari berbagai kalangan dan berbagai daerah banyak yang tertarik dengan
program ini, dengan alasan karena langsung penempatan kerja setelah mengikuti
diklat.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti mendapatkan informasi
bahwa jumlah peserta yang mengikuti pendidikan selama 3 periode ini berjumlah
384 dengan rincian, 100 peserta pada angkatan III purworejo, 104 peserta pada
ngkatan XXIV klaten, dan 180 pada angkatan IV purworejo.
95
b. Pelaksanaan Program Pendidikan dan Pelatihan SATPAM
(Satuan
Pengamanan)
Pelaksanaan program merupakan tahap untuk dapat mengetahui tercapai
atau tidaknya program yang telah direncanakan sebelumnya. Menurut Sudjana
(dalam
Mustofa
Kamil
2011:17)
mengembangkan
sepuluh
langkah
pengelolaan pelatihan sebagai berikut:
1) Rekrutmen peserta pelatihan
2) Identifikasi kebutuhan belajar, sumber belajar dan kemungkinan
hambatan
3) Menentukan dan merumuskan tujuan pelatihan
4) Menyusun alat evaluasi awal dan evaluasi akhir
5) Menyusun urutan kegiatan pelatihan
6) Pelatihan untuk pelatih
7) Melaksanakan evaluasi bagi peserta
8) Mengimplementasikan pelatihan
9) Evaluasi akhir
10) Evaluasi program pelatihan
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti,
tempat pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan SATPAM dilakukan di pusat
pendidikan dan pelatihan Klaten, Jalan raya Jogja-Solo KM 4 Jogonalan Klaten,
Jateng, Kemudian pada pendidikan dan pelatihan di Purworejo dilaksanakan di
asrama vanlar satlantas purworejo. Kegiatan ini dilakukan selambat-lambatnya dua
bulan sekali.
Peserta didik dan pendidik atau instruktur merupakan nyawa dari pendidikan
dan pelatihan, sebagai sumber daya penunjang keberlangsungan pelaksanaan
program, maka dari itu keduanya harus saling bersinergi. Tidak hanya pendidik dan
peserta didik saja, hal lain yang perlu diperhatikan adalah, materi diklat, metode
diklat, strategi diklat, sarana dan prasarana diklat, waktu pelaksanaan diklat, serta
96
fasilitas pendukung lainnya yang berkaitan satu sama lain.
Seperti yang telah
disampaikan oleh Suryosubroto (2004:126) menyebutkan dalam tahap pelaksanaan
meliputi hal-hal berikut:
1) Pembukaan
Pembukaan dapat dilakukan secara seremonial artinya pembukaan
mengikuti ketentuan-ketentuan protokoler yang telah digariskan oleh
Departemen yang bersangkutan.
2) Penjelasan
Penjelasan program diklat antara lain mencakup tujuan, kurikulum,
sistem penilaian, masalah kelulusan dan segi-segi administratif
dilakukan oleh panitia penyelenggara.
3) Pembentukan kelompok peserta
Pembentukan kelompok dimaksudkan untuk membangkitkan
semangat kebersamaan dan kerjasama antar peserta.
4) Pelaksanaan perkuliahan
Dalam pelaksanaan perkuliahan ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu pengaturan jadwal, kondisi ruang belajar dan
pengaturan bentuk formasi kursi (tempat duduk) peserta diklat.
5) Pembagian tugas-tugas (peserta)
Bentuk-bentuk tugas yang diberikan kepada peserta diklat meiputi: menulis
kertas kerja, diskusi / seminar, praktek kerja lapangan, dan menyusun laporan baik
perorangan maupun kelompok. Teori tesebut sesuai dalam pelaksanaan pendidikan
dan pelatihan SATPAM dalam pelaksanaan pendidikan terdapat pembukaan,
penjelasan, pembentukan kelompok peserta, pelaksanaan pembelajaran, serta
pembagian tugas. Hal tersebut diaplikasikan dalam materi pengaturan, penjagaan,
pengwalan dan patroli. Pembelajaran dilakukan dengan cara ilustrasi dam kelompok.
Selain hal di atas prinsip prinsip yang dikemukakan oleh Mustofa Kamil
(2011:11) yaitu :
1) Sumber Daya Manusia (SDM)
a) Penyelenggaraan pelatihan
b) Tenaga pengajar / fasilitator / widyaiswara
c) Peserta pelatihan
2) Kurikulum
97
3) Metode pembelajaran
4) Waktu pelaksanaan
5) Pelaksanaan praktik kerja lapangan / orientasi lapangan
c. Evaluasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan SATPAM
Berdasarkan pada teori, pendidikan dan pelatihan memiliki tahap-tahap
yang harus dilakukan supaya menghasilkan suatu pendidikan dan pelatihan yang
memiliki mutu baik. Menurut Risdiyati (2012) menyebutkan bahwasannya
dalam pelaksanaan diklat meliputi :
a.
b.
c.
d.
Pembukaan dan penutupan
Pelaksanaan proses pembelajaran
Evaluasi pembelajaran
Kegiatan administrasi diklat
Evaluasi yang dilakukan oleh GTS terhadap peserta didik adalah
evaluasi berupa sejauh mana materi pembelajaran yang diterima oleh peserta
didik. seperti yang dipaparkan oleh Notoatmodjo (2011:24) bahwasanya
dalam evaluasi mencakup hal-hal berikut :
1) Evaluasi terhadap proses, yang meliputi:
a) Organisasi penyelenggaraan pelatihan, misalnya : administrasi,
konsumsinya, ruangannya, para petugasnya.
b) Penyampaian materi pelatihan, misalnya: relevansinya, ke
dalamannya, pengajarnya.
2) Evaluasi terhadap hasilnya yang mencakup evaluasi sejauh mana materi
yang diberikan itu dapat dikuasai atau diserap oleh peserta diklat. Lebih
jauh lagi apakah ada peningkatan kemampuan atau keterampilan
pengetahuan, sikap dan para peserta pelatihan. Cara melakukan evaluasi
ini dapat secara formal dalam arti dengan mengedarkan kuesioner yang
harus diisi oleh para peserta pelatihan. Tetapi juga dapat dilakukan secara
informal, yakni melalui diskusi antara peserta dengan penyelenggara
pelatihan.
Garda Total Security melakukan evaluasi terhadap proses dengan cara
melakukan meeting setelah selesai pembagian ijazah. Pembahasan meliputi
semua kekurangan selama proses pelaksanaanserta upaya yang akan dilakukan
98
untuk diklat selanjutnya. Sedangkan evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar materi yang diterima oleh peserta didik adalah dengan cara
memberikan tes tertulis untuk peserta dan melakukan tes praktik untuk
mengetahui kemampuan skill yang dimiliki oleh peserta didik.
2. Output dari pendidikan dan pelatihan SATPAM bagi peserta didik yang
telah mengikuti DIKLAT
Garda Total Security merupakan penyedia jasa pengamanan yang bertugas
mempersiapkan tenaga pengamanan. bertugas menciptakan lulusan SATPAM yang
memliki kompetensi yang dapat memenuhi kualifikasi dunia kerja.
Output atau hasil dapat berupa pengetahuan berkaitan dengan pengamanan
dan keterampilan dalam melakukan pengamanan. seperti yang tertera dalam perkap
Polri no 24 tahun 2007 menyebutkan bahwa “Gada Pratama (dasar) merupakan
pelatihan wajib bagi calon anggota SATPAM. Lama pelatihan 4 minggu dengan
pola 232 jam pelajaran. Diharapkan peserta pelatihan nantinya mampu menguasai
interpersonal skill, etika profesi, tugas pokok, fungsi dan peranan SATPAM, serta
kemampuan kepolisian terbatas. Contohnya seperti bela diri, pengenalan bahan
peledak, barang berharga dan latihan menembak, pengetahuan narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lainnya, penggunaan tongkat Polri dan borgol,
pengetahuan baris berbaris dan penghormatan.”
Dalam pelaksanaannya siswa atau peserta didik sudah dibekali dengan
pengetahuan-pengetahiuan yang disebutkan di atas. Sudah terdapat dalam jadwal
yang sudah dilampirkan. Peserta didik setelah lulus dari pelatihan mampu
melakukan baris berbaris dengan baik. Sebagian peserta lolos kriteria dan
99
keterampilan dalam mengikuti tes penempatan kerja. Meskipun dalam pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan tidak sesuai selama empat Minggu, namun pemenuhan jam
pelajaran 232 jp sudah terpenuhi dengan melakukan pemadatan jadwal DIKLAT
(Pendidikan dan Pelatihan).
3. Upaya Garda Total Security (GTS) dalam menyalurkan lulusan ke
lapangan kerja
Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya yang dilakukan oleh manusia
untuk menambah pengetahuan dan keterampilan sesuai yang diinginkan, profesi
sebagai satuan pengamanan merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh
peserta pelatihan setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan. Selain itu lembaga
pendidikan dan pelatihan juga memiliki tujuan. Selain menjadi badan usaha lembaga
diklat berperan sebagai penekan jumlah pengangguran. Sejalan dengan konsep Link
and match yang disampaikan oleh Prof. Dr. Wardiman, bahwasanya konsep Lin and
match berkaitan dengan lembaga diklat dan dunia kerja, supaya dapat menekan
jumlah pengangguran lulusan dari dunia pendidikan yang makin hari makin
bertambah.
Sejalan dengan konsep tersebut upaya yang dilakukan oleh PT. Garda Total
Security menjalin mitra dengan perusahaan-perusahaan penyedia jasa pengamanan,
instansi, lembaga pemerintahan dan lembaga pendidikan, untuk dapat melakukan
penempatan alumni-alumni diklat yang belum mendapatkan pekerjaan. Selain itu
upaya penawaran untuk bekerja sama dengan mitra selalu ditawarkan dengan baik.
Serta menjalin hubungan baik dengan alumni yang sudah mendapatkan pekerjaan
dan yang belum mendapatkan pekerjaan.
100
4. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan DIKLAT SATPAM
a. Faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan
SATPAM di Garda Total Security yaitu:
1) Karyawan Garda Total Security
Hubungan yang terjalin baik antara karyawan akan mempengaruhi
keberlangsungan pelaksanaan, karena tanpa adanya hubungan yang baik,
koordinasi tidak akan berjalan dengan lancar. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti, koordinasi sudah dilakukan dengan baik, meskipun
masih terjadi salah paham. Hal tersebut dapat diselesaikan dengan baik.
Hubungan yang baik antara karyawan juga dapat memperlancar pekerjaan,
mulai dari administrasi sampai dengan keuangan.
2) Peserta Pendidikan dan pelatihan SATPAM
Peserta pendidikan merupakan salah satu faktor
pendukung
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Tanpa adanya peserta diklat,
pendidikan dan pelatihan tidak dapat berjalan. Serta motivasi dan antusias
dari peserta pelatihan pada saat pelaksanaan sangat baik. Seperti yang telah
peneliti amati pada saat mendapatkan materi DAMKAR, para peserta satu
persatu berantusias mencoba melakukan ilustrasi saat memadamkan api. Hal
tersebut memudahkan instruktur dalam melakukan penyampaian materi.
3) Alumni Pendidikan dan Pelatihan SATPAM
Alumni pendidikan dan pelatihan tidak dilepaskan begitu saja oleh Garda
Total Security, dengan adanya alumni merupakan salah satu cara GTS dalam
melakukan marketing.
Karena apabila terdapat
101
alumni yang bisa
mendapatkan peserta pelatihan akan mendapatkan reward. Hal tersebut
dijadikan sebagai peluang yang baik oleh GTS. Selain itu kemampuan
alumni yang baik pada tempat kerja dapat memberikan Citra yang baik
terhadap GTS.
4) POLRES setempat
Polres setempat merupakan salah satu pendukung berjalannya
pendidikan dan pelatihan SATPAM,
karena instruktur juga berasal dari
polres. Penurunan surat perintah juga dari polres. Maka dari itu peran polres
setempat sangatlah penting dalam pelaksanaannya. Berdasarkan pengamatan
peneliti, pihak polres sangat mendukung dan berpartisipasi aktif selama
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan.
5) Sarana dan prasarana
Sarana prasarana merupakan hal kecil yang terkadang diabaikan,
namun tanpa adanya sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan tidak
dapat berjalan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, sarana
dan prasarana sudah memadai. Mulai dari sarana yang digunakan untuk
pembelajaran, tempat tidur, dan fasilitas MCK. Namun untuk pendidikan
dan pelatihan yang terdapat di Purworejo untuk fasilitas MCK kurang
memadai, karena dari sekian banyak peserta hanya terdapat dua kamar
mandi, jadi peserta harus mencari tempat mandi diluar lingkungan DIKLAT.
102
b. Faktor penghambat dalam pelaksanaan DIKLAT SATPAM di Garda Total
Security adalah sebagai berikut:
1) Sering terjadinya salah paham antara pihak lapangan dan kantor. Karena
koordinasi yang kurang baik. Seperti yang peneliti amati bahwa kejadian
dilapangan tidak bisa dipastikan, mulai dari cuaca, kedatangan instruktur dan
keadaan pendidikan. Hal tersebut dapat berubah-ubah. Nah mungkin itu yang
harus diperhatikan oleh karyawan yang berada dikantor. Begitu sebaliknya
karyawan kantor tidak akan tahu keadaan di lapangan apabila tidak adanya
informasi.
5. Upaya Garda Total Security (GTS) untuk mengoptimalkan dukungan dan
meminimalisir hambatan pelaksanaan DIKLAT SATPAM
Hambatan dan dukungan keduanya tidak dapat dipisahkan dalam setiap
penyelenggaraan program tentunya akan ada faktor pendukung dan penghambat.
Garda Total Security mencoba untuk menyikapi hal tersebut secara positif.
Dalam upaya mengoptimalkan Garda Total Security menjalin hubungan baik
kepada semua pihak yang berpartisipasi di dalamnya serta dalam upaya
meminimalisir hambatan, GTS menyikapi dengan positif. Kurangnya koordinasi
selama pelaksanaan didiskusikan bersama pada saat evaluasi kegiatan.
103
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan mengenai
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Satuan Pengamanan (SATPAM)
di BUJP Garda Total Security Yogyakarta dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan implementasi, mulai dari perencanaan dan pelaksanaan
sudah baik. Berdasarkan perencanaan, proses perencanaan secara
keseluruhan dilakukan oleh BUJP garda Total security dan berkolaborasi
dengan kepolisian setempat sudah baik. Karena setiap unsur pendidikan
mulai dari peserta didik, sarana dan prasarana, keuangan, dan hubungan
lembaga dengan mitra, meskipun dalam perencanaan kurikulum BUJP
garda total security tidak memiliki andil didalamnya, karena kurikulum
sudah disiapkan dari pemerintah pusat.
Sedangkan berdasarkan pelaksanaan, pelaksanaan setiap unsur pendidikan
sudah sesuai dengan yang direncanakan,
kecuali dalam pelaksanaan
diklat khusus untuk program sertifikasi dilakukan pemadatan jadwal.
Proses penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan keseluruhan sudah
sesuai dengan peraturan kepolisian nomor 24 tahun 2007. Dalam
pelaksanaannnya Garda Total Security mampu mencetak SATPAM yang
siap pakai.
104
2. Berdasarkan output dari pendidikan dan pelatihan SATPAM, Garda Total
Security memiliki banyak siswa atau peserta didik yang beraneka ragam
latar belakang dan karakternya, namun Garda Total Security mencoba
untuk mendidik dan melatih peserta didik untuk menuju pada tujuan yang
sama tanpa memandang latar belakang dan karakter. Karena diklat satpam
dilakukan dengan semi militer, dimaksudkan supaya memiliki jiwa korsa,
dan disiplin, dan memiliki ketrampilan dalam dunia SATPAM.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan lulusan GTS sebagian besar
alumni sudah memiliki pekerjaan.
3. Berdasarkan upaya GTS dalam penyaluran lulusan ke dunia kerja,
sebagian besar lulusan yang berminat mengikuti program penyaluran
alumni ke dunia kerja, mereka sudah memiliki pekerjaan setelah lulus,
bahkan belum lulus sudah mendapatkan panggilan. GTS berupaya
menjalin relasi yang luas untuk dapat bekerja sama dalam penyeluran
lulusan, salah satunya Universitas Sebelas Maret, AKT, PDAM
Purworejo, dan masih banyak lagi yang lainnya.
4. Berdasarkan faktor pendukung, Garda Total Security merupakan lembaga
swasta yang sudah legal dalam usaha jasa pengamanan. sebagai unsur
yang menjalankan pendidikan dan pelatihan GTS berfungsi sebagai
penyediaan tenaga pengamanan, latihan pengamanan, sehingga banyak
lembaga dan instansi yang membutuhkan jasa pengamanan dan bersedia
untuk bekerja sama. Selain itu kesolid-an antara GTS dengan kepolisian
setempat akan melancarkan proses pendidikan dan pelatihan.
105
Berdasarkan faktor penghambat, terdapat dua faktor yang menghambat
penyelenggaraan diklat satpam. Pertama, kurangnya koordinasi antara
personil yang berada di bagian lapangan dan pihak kantor. Kedua
pembentukan jiwa korsa dan disiplin dalam diri peserta didik memerlukan
waktu, karena berasal dari latar belakang dan karakter yang berbeda-beda.
5. Berdasarkan upaya untuk meminimalisir hambatan, garda total security
melakukan koordinasi sedini mungkin dalam mengambil keputusan antara
pihak lapangan dan kantor pusat, meskipun terkadang masih terjadi salah
paham.
Berdasarkan upaya mengoptimalkan dukungan, garda total security
berusaha untuk selalu menjalin hubungan baik dengan semua mitra yang
bekerja sama.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti memiliki
beberapa saran untuk BUJP Garda Total Security, Yogyakarta.
1. Mengatur, dan mendiskusikan kembali struktur organisasi, supaya dapat
melakukan koordinasi dengan baik dan menghindari salah paham karena
kurangnya koordinasi. Perlu adanya staf keuangan di kantor induk satu
Purworejo.
2. Melakukan standarisasi sarana dan prasarana, serta jadwal pendidikan
dan pelatihan supaya sesuai dengan peratutan kepala kepolisian negara
republik Indonesia nomor 24 tahun 2007.
106
3. Menambah fasilitas MCK untuk pendidikan dan pelatihan di cabang
Purworejo, karena apabila dilihat dari banyaknya peserta sedangkan MCK
hanya tersedia dua maka banyak peserta yang harus keluar lingkungan
diklat untuk mencari MCK.
107
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. (2001). Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Anwar. (2006). Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills education) Konsep dan
Aplikasi. Bandung: Alfabeta.
Anwar Arifin.(2005).Paradigma Baru Pendidikan Nasional.Jakarta:Balai Pustaka
Apri Budianto.(2015).Manajemen Pemasaran.Yogyakarta:Ombak
Ara Hidayat dan Imam Machali.(2010).Pengelolaan Pendidikan Konsep,Prinsip
dan Aplikasi dalam mengelola Sekolah dan Madrasah, Bandung: Pustaka
Educa
Arman Hakim Nasution.(2006).Menejemen Industri. Yogyakarta:CV.Andi Offset
A.Umara. (2006). Praktek Manajemen SDM : Unggul Melalui Orientasi dan
Pelatihan Karyawan. Yogyakarta : Santusta
Daryanto.(2014).Pendekatan
Pembelajaran
2013.Yogyakarta:Gava Media
Saintifik
kurikulum
Djuju Sudjana. (2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah (Untuk
Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Djumransjah.(2006).Filsafat Pendidikan:Malang:Banyumedia
Domi Matutina.(1993).Manajemen Personalia.Jakarta:Rineka Cipta
Dwi Jayaningrum. (2011). Efektivitas Manajemen Penyelenggaraan Diklat Teknis
Fungsional Perencana Muda di Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah
(Bandiklatda) Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Prodi Manajemen
Pendidikan, Jurusan Administrasi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Pendidikan Indonesia.
Dwi Siswoyo, dkk. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press.
Endang Sunarya, dik (2012). Pak Wardiman yang Saya Kenal. Jakarta: badan
kerja sama kesenian Indonesia
Erny Roesminingsih. (2009). Pedoman Model dan Paket Pelatihan Peningkatan
Mutu Guru dalam Prespektif Manajemen Strategik. Disertasi. Prodi
Manajemen Pendidikan, Jurusan Administrasi Pendidikan, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Malang.
Fuad Ihsan. (2003). Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
108
Gouzali Saydam.(2006). Built In Training Jurus Jitu Mengembangkan
Profesionalisme SDM. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Haris
Mujiman.(2006).Manajemen
Pelatihan
Mandiri.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Berbasis
Belajar
Hasibuan. (2005).Menejemen Sumber Daya Manusia.Edisi Revisi.Jakarta:Bumi
Aksara
Husaini
Usman, Purnomo Setiyadi
Sosial.Bandung:Bumi Aksara
Akbar.(2006).Metode
Penelitian
Ikka Kartika Fauzi. (2010). Mengelola Pelatihan Partisipatif. Bandung: Alfabeta.
Joesoef Soelaiman. (1992). Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta:
Bumi Aksara.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.(2002). Departemen Pendidikan Nasional Edisi
ke-3.Balai Pustaka, Jakarta:Gramedia
Lexy J. Moleong.(2005). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja
Rosdakarya
Mustofa Kamil.(2010).Model Pendidikan dan Pelatihan.Bandung:Alfabeta
Marihot
Manullang.(2001).
Yogyakarta:BPFE
Manajemen
Nana
Syaodih(2007).Metode
Rosdakarya
Penelitian
Nanang
Fattah.(2004).Landasan
Rosdakarya
Sumber
Daya
Manusia.
Pendidikan.Bandung:
Manajemen
Remaja
Pendidikan.Bandung:Remaja
Nurani Soyomukti.(2015).Teori-teori Pendidikan dari Tradisional (NEO), liberal,
marxis sosial, hingga postmodern.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media
Nur
Zizin.(2014).Gerakan
Menata
Mutu
Aplikasi.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Pendidikan
Teori
dan
Oemar Hamalik((2007). Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Peraturan Kepala Kepolisian Nomor 24 Tahun 2007 tentang Sistem Manajemen
Pengamanan Organisasi, Perusahaan Dan/AtauInstansi/Lembaga Pemerintah
tahun 2007.Jakarta: Berita Negara Republik Indonesia
Redja Mudyahardji.(2001).Pengantar Pendidikan sebuah studi awal tentang
dasar-dasar pendidikan di Indonesia.Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Risdiyati (2012). Koordinasi dalam penyelengaraan diklat. Diakses dari
http://bdkbanjarmasin.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=24.Pada
tanggal 26 Desember 2016, Jam 06.30 WIB.
109
Saleh Marzuki.(2012). Pendidikan Nonformal dimensi dalam keaksaraan
fungsional, pelatihan dan andragogi.Malang:Rosda
Satori Djam’an, Komariah Aan.(2011).Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta
Siagian. P. Sondang. (1985). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung:
Aksara Baru.
Soekidjo Notoatmodjo. (2011). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Sudarwan Danim.(2002).Menjadi Peneliti Kualitatif.Bandung:Pustaka Setia
Sugoyono.(2012).Metode Penelitian Pendidikan
Kualitatif, dan R&D. Bandung:ALFABETA
Pendekatan
Kuantitatif,
(2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung:ALFABETA
Sujono Samba. (2007). Lebih Baik Tidak Sekolah. Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi
Aksara.
Suryosubroto. (2004). Manajemen Training. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta Press.
Suwatno & Priansa, Donni Juni. (2011). Manajemen SDM dalam Organisasi
Publik dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Soelaiman Yoesoef.(1992).Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah.Jakarta:Bumi
Aksara
Wardiman Djojo Negoro.(2012).
Kebudayaan.Jakarta:BKKI
Link
And
Match
Pendidikan
dan
Muhammad Firdaus.(2017).”meningkatnya kriminalitas” Tanggungjawab pemda
.diakses dari: http://harian.analisadaily.com/das?r=294208 pada tanggal
26 Desember 2016
Usman Hadi.(2016).”Kekerasan Pelajar Kembali Muncul”.Diakses Dari :
http://jogja.tribunnews.com/kekerasan-pelajar-kembali-muncul
pada
tanggal 26 Desember 2016
Sutami.(2016).”kebutuhan
SATPAM
Minim,
baru
10%
yang
berpendidikan”.diakses dari: http://berita.suaramerdeka.com/kebutuhansatpam-minim-baru-10-yang-berpendidikan/ pada tanggal 26 Desember
2016
110
Lampiran 1. INSTRUMEN PENELITIAN
No.
1.
Materi Data
Sub Data
Deskripsi umum
a. Letak geografis lembaga
lembaga
b. Sejarah berdirinya
Metode Pengambilan
Data
a. Studi
Dokumentasi
lembaga
c. Tujuan pendirian
lembaga
d. Struktur pengelola
lembaga
e. Data koleksi dan
perlengkapan
f. Sasaran
g. Data kegiatan atau
program
h. Pendanaan
2.
Implementasi
a. Perencanaan Pendidikan
a. Wawancara
Pendidikan dan
dan Pelatihan
b. Observasi
Pelatihan SATPAM
1)
Kurikulum
c. Studi
(Satuan
2)
peserta didik
Pengamanan) di
3)
pendidik dan tenaga
Garda Total Security
(GTS)
kependidikan
4)
keuangan
5)
sarana dan
prasarana
6) Hubungan GTS
dengan Mitra kerja
yang ada
b. Pelaksanaan Pendidikan
111
Dokumentasi
dan Pelatihan
1) Kurikulum
2) peserta didik
3) pendidik dan tenaga
kependidikan
4)
keuangan
5)
sarana dan
prasarana
6) Hubungan GTS
dengan Mitra kerja
yang ada
2.
3.
4.
Output dari
pendidikan dan
pelatihan SATPAM
Upaya GTS dalam
menyalurkan
Lulusan
a. Keluaran peserta didik
b. Prestasi lembaga
Wawancara,
dokumentasi
a. Upaya GTS menjalin
mitra
b. Cara GTS menyalurkan
lulusan
Wawancara
Dokumentasi
Faktor pendukung
a. Dukungan
dan penghambat
pelaksanaan
pelaksanaan
DIKLAT
DIKLAT
a. Wawancara
b. Observasi
b. hambatan
Pelaksanaan
DIKLAT
5.
Upaya
a. Upaya GTS
meminimalisir
meminimalisir
hambatan dan
hambatan
mengoptimalkan
dukungan
b.
Upaya GTS
mengoptimalkan
dukungan
112
Wawancara,
Observasi
Lampiran 2. Pedoman Wawancara Untuk Pimpinan Lembaga Di
Garda Total Security Yogyakarta
Hari, Tanggal
:
Identitas Responden
a.
Nama
: __________________________
b.
Tempat tanggal lahir
: __________________________
c.
Alamat
: __________________________
Pertanyaan penelitian
Pertanyaan penelitian mengenai identitas lembaga
1. Kapan lembaga Garda Total Security (GTS) didirikan?
2. Bagaimana latar belakang atau sejarah berdirinya GTS?
3. Apa visi dan misi GTS?
4. Bagaimanakah perkembangan usaha BUJP Garda Total Security
(GTS) dari tahun 2013 sampai sekarang?
5. Siapa sajakah mitra kerja Garda Total Security (GTS)?
A. Bagaimana implementasi pendidikan dan pelatihan SATPAM di
GTS?
1. Pertanyaan mengenai Perencanaan pendidikan dan pelatihan
SATPAM
a.
Kurikulum
1) Apa yang dilakukan atau dipersiapkan untuk pembuatan
kurikulum?
2) Siapa yang melaksanakan pembuatan kurikulum?
3) Kapan kurukulum tersebut dibuat?
113
4) Kapan kurikulum tersebut dilaksanakan?
5) Bagaimana isi kurikulum tersebut?
b.
Peserta DIKLAT
1) Apa yang dilakukan/dipersiapkan dalam penerimaan peserta
didik baru?
2) Bagaimana proses penerimaan peserta didik baru?
3) Siapa yang melakukan proses penerimaan peserta didik baru ?
4) Kapan penerimaan peserta didik baru dilaksanakan?
c.
Pendidik dan Tenaga Kependidikam
1) Apa yang dilakukan/dipersiapkan dalam rekrutmen pendidik
dan tenaga kependidikan?
2) Siapa yang melakukan proses rekrutmen pendidik dan tenaga
kependidikan?
3) Bagaimana proses rekrutmen pendidik dan tenaga
kependidikan dilakukan?
4) Apa terdapat kriteria yang sudah ditentukan dalam melakukan
rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan? Jika ada apa
saja?
5) Kapan penerimaan pendidik dan peserta kependidikan
dilakukan?
114
d.
keuangan
1) Apa saja yang dipersiapkan dalam pengelolaan keuangan
lembaga?
2) Siapa yang bertugas mengelola keuangan lembaga?
3) Dari manakah sumber dana yang digunakan dalam pendidikan
dan pelatihan satpam?
4) Apakah ada pihak lain yang bekerjasama dalam membantu
pendanaan?
e.
Sarana dan Prasarana
1) Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses
pendidikan dan pelatihan?
2) Bagaimana persiapan sarana dan prasarana yang akan
digunakan ?
3) Bagaimanakah pengelolaan sarana dan prasarana ?
4) Siapa yang bertugas mengelola sarana dan prasarana?
f. Hubungan GTS dengan Mitra Kerjanya.
1) Apa yang melandasi perlunya hubungan lembaga dengan mitra
kerja?
2) Apa saja persiapan dalam melaksanakan hubungan dengan
mitra kerja?
3) Bagaimana proses dalam menjalin mitra kerja?
115
2. Pertanyaan mengenai Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan
SATPAM
a.
Kurikulum
1) Bagaimanakah implementasi kurikulum yang telah dibuat?
b.
pesta didik
1) Bagaimanakah keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses
pembelajaran?
2) Bagaimanakah interaksi antara pendidik dan peserta didik selama
proses pembelajaran?
c.
pendidik dan tenaga kependidikan
1) Bagaimanakah metode yang dikunakan pendidik dalam
mempersiapkan materi pembelajaran?
2) Dari manakah sumber belajar yang digunakan dalam
penyampaian materi?
3) Apa saja media yang digunakan pendidik dalam melaksanakan
pembelajaran?
d.
keuangan
1) Dari manakah sumber keuangan lembaga?
2) Bagaimana pengelolaan dan pengeluaran keuangan lembaga?
3) Bagaimana pembagian kegunaan keuangan?
e.
sarana dan prasarana
1) Bagaimana pemanfaatan sarana dan prasarana?
2) Siapa yang bertugas pengelolaan sarana dan prasarana?
116
f. Hubungan lembaga dengan mitra kerja
1) Bagaimanakah penyelenggaraan hubungan lembaga dengan
mitra kerja?
B. Bagaimana output dari pendidikan dan pelatihan bagi peserta didik
yang telah mengikuti DIKLAT?
1. Pertanyaan mengenai Keluaran peserta didik
a. Bagaimana ketrampilan berfikir (pengetahuan) peserta pelatihan
setelah mengikuti proses pendidikan di GTS?
b. Bagaimana sikap peserta didik setelah mengikuti proses
pendidikan dan pelatihan di GTS?
c. Bagaimana ketrampilan motorik peserta pelatihan setelah
mengikuti proses pendidikan dan pelatihan di GTS?
2. Pertanyaan mengenai Prestasi lembaga
a. Apa saja prestasi yang telah diraih oleh GTS?
b. Apa saja harapan yang ingin dicapai oleh GTS?
C. Upaya yang dilakukan GTS dalam menyalurkan lulusan ke lapangan
kerja
1. Pertnyaan mengenai upaya GTS dalam menyalurkan lulusan ke
lapangan kerja
a. Bagaimana upaya GTS dalam menjalin mitra kerja?
b. Bagaimana cara GTS menyalurkan alumni DIKLAT kepada mitra?
c. Kriteria apa saja yang harus dipenuhi untuk menjalin mitra kerja?
117
D. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan di GTS
1. Apa saja faktor pendukung pendidikan dan pelatihan di GTS?
2. Apa saja faktor penghambat pendidikan dan pelatihan di GTS?
E. Upaya GTS untuk mengoptimalkan dukungan dan meminimalisir
hambatan dalam pendidikan dan pelatihan
1. Upaya apa yang dilakukan GTS untuk mengoptimalkan dukungan
dalam pendidikan dan pelatihan?
2. Upaya apa yang dilakukan GTS untuk meminimalisir hambatan dalam
pendidikan dan pelatihan?
118
Lampiran 3. Pedoman Wawancara Untuk pengelola /Penyelenggaraan
Diklat Di Garda Total Security Yogyakarta
Hari, Tanggal
1.
:
Identitas Responden
a.
Nama
: __________________________
b.
Tempat tanggal lahir
: __________________________
c.
Alamat
: __________________________
Pertanyaan penelitian mengenai identitas lembaga
1. Kapan lembaga Garda Total Security (GTS) didirikan?
2. Bagaimana latar belakang atau sejarah berdirinya GTS?
3. Apa visi dan misi GTS?
4. Bagaimanakah perkembangan usaha BUJP Garda Total Security
(GTS) dari tahun 2013 sampai sekarang?
5. Siapa sajakah mitra kerja Garda Total Security (GTS)?
A. Bagaimana implementasi pendidikan dan pelatihan SATPAM di
GTS?
1. Pertanyaan mengenai Perencanaan pendidikan dan pelatihan
SATPAM
a.
Kurikulum
1) Apa yang dilakukan atau dipersiapkan untuk pembuatan
kurikulum?
2) Siapa yang melaksanakan pembuatan kurikulum?
3) Kapan kurukulum tersebut dibuat?
119
4) Kapan kurikulum tersebut dilaksanakan?
5) Bagaimana isi kurikulum tersebut?
b.
Peserta DIKLAT
1) Apa yang dilakukan/dipersiapkan dalam penerimaan peserta
didik baru?
2) Bagaimana proses penerimaan peserta didik baru?
3) Siapa yang melakukan proses penerimaan peserta didik baru ?
4) Kapan penerimaan peserta didik baru dilaksanakan?
c.
Pendidik dan Tenaga Kependidikam
1) Apa yang dilakukan/dipersiapkan dalam rekrutmen pendidik
dan tenaga kependidikan?
2) Siapa yang melakukan proses rekrutmen pendidik dan tenaga
kependidikan?
3) Bagaimana proses rekrutmen pendidik dan tenaga
kependidikan dilakukan?
4) Apa terdapat kriteria yang sudah ditentukan dalam melakukan
rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan? Jika ada apa
saja?
5) Kapan penerimaan pendidik dan peserta kependidikan
dilakukan?
d.
keuangan
1) Apa saja yang dipersiapkan dalam pengelolaan keuangan
lembaga?
120
2) Siapa yang bertugas mengelola keuangan lembaga?
3) Dari manakah sumber dana yang digunakan dalam pendidikan
dan pelatihan satpam?
4) Apakah ada pihak lain yang bekerjasama dalam membantu
pendanaan?
e.
Sarana dan Prasarana
1) Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses
pendidikan dan pelatihan?
2) Bagaimana persiapan sarana dan prasarana yang akan
digunakan ?
3) Bagaimanakah pengelolaan sarana dan prasarana ?
4) Siapa yang bertugas mengelola sarana dan prasarana?
f. Hubungan GTS dengan Mitra Kerjanya.
1) Apa yang melandasi perlunya hubungan lembaga dengan mitra
kerja?
2) Apa saja persiapan dalam melaksanakan hubungan dengan
mitra kerja?
3) Bagaimana proses dalam menjalin mitra kerja?
2. Pertanyaan mengenai Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan
SATPAM
a.
Kurikulum
1) Bagaimanakah implementasi kurikulum yang telah dibuat?
121
b.
pesta didik
1) Bagaimanakah keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses
pembelajaran?
2) Bagaimanakah interaksi antara pendidik dan peserta didik
selama proses pembelajaran?
c.
pendidik dan tenaga kependidikan
1) Bagaimanakah metode yang dikunakan pendidik dalam
mempersiapkan materi pembelajaran?
2) Dari manakah sumber belajar yang digunakan dalam
penyampaian materi?
3) Apa saja media yang digunakan pendidik dalam melaksanakan
pembelajaran?
d.
keuangan
1) Dari manakah sumber keuangan lembaga?
2) Bagaimana pengelolaan dan pengeluaran keuangan lembaga?
3) Bagaimana pembagian kegunaan keuangan?
e.
sarana dan prasarana
1) Bagaimana pemanfaatan sarana dan prasarana?
2) Siapa yang bertugas pengelolaan sarana dan prasarana?
f. Hubungan lembaga dengan mitra kerja
1) Bagaimanakah penyelenggaraan hubungan lembaga dengan
mitra kerja?
122
B. Bagaimana output dari pendidikan dan pelatihan bagi peserta didik
yang telah mengikuti DIKLAT?
1. Pertanyaan mengenai Keluaran peserta didik
a. Bagaimana ketrampilan berfikir (pengetahuan) peserta pelatihan
setelah mengikuti proses pendidikan di GTS?
b. Bagaimana sikap peserta didik setelah mengikuti proses
pendidikan dan pelatihan di GTS?
c. Bagaimana ketrampilan motorik peserta pelatihan setelah
mengikuti proses pendidikan dan pelatihan di GTS?
2. Pertanyaan mengenai Prestasi lembaga
a. Apa saja prestasi yang telah diraih oleh GTS?
b. Apa saja harapan yang ingin dicapai oleh GTS?
C. Upaya yang dilakukan GTS dalam menyalurkan lulusan ke lapangan
kerja
1. Pertnyaan mengenai upaya GTS dalam menyalurkan lulusan ke
lapangan kerja
a. Bagaimana upaya GTS dalam menjalin mitra kerja?
b. Bagaimana cara GTS menyalurkan alumni DIKLAT kepada mitra?
c. Kriteria apa saja yang harus dipenuhi untuk menjalin mitra kerja?
D. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan di GTS
1. Apa saja faktor pendukung pendidikan dan pelatihan di GTS?
123
2. Apa saja faktor penghambat pendidikan dan pelatihan di GTS?
E. Upaya GTS untuk mengoptimalkan dukungan dan meminimalisir
hambatan dalam pendidikan dan pelatihan
1. Upaya apa yang dilakukan GTS untuk mengoptimalkan dukungan
dalam pendidikan dan pelatihan?
2. Upaya apa yang dilakukan GTS untuk meminimalisir hambatan dalam
pendidikan dan pelatihan?
124
Lampiran 4. Pedoman Wawancara Untuk Instruktur Pendidikan dan
Pelatihan Di Garda Total Security Yogyakarta
Hari, Tanggal
:
1. Identitas Responden
2.
a.
Nama
: __________________________
b.
Tempat tanggal lahir
: __________________________
c.
Alamat
: __________________________
Pertanyaan penelitian
a.
Metode apa saja yang digunakan untuk menyampaikan materi belajar?
b.
Bagaimana ke-efektifan metode pembelajaran yang digunakan?
c.
Bagaimana keaktifan antar peserta didik?
d.
Bagaimana interaksi yang terbangun antar peserta didik dan peserta
didik dengan pendidik?
125
Lampiran 5. Pedoman Wawancara Untuk Peserta Pendidikan dan Pelatihan
Di Garda Total Security Yogyakarta
Hari, Tanggal
1.
2.
:
Identitas Responden
a.
Nama
: __________________________
b.
Tempat tanggal lahir
: __________________________
c.
Alamat
: __________________________
Pertanyaan penelitian
a.
Bagaimana instruktur dalam menyampaikan materi?
b.
Bagaimana interaksi instruktur dalam menyampaikan materi ?
c.
Apakah metode yang digunakan oleh instruktur sudah sesuai? Jika
belum, harusnya seperti apa?
d.
Apakah anda dapat menangkap materi yang disampaikan oleh
instruktur?
e.
Menurut anda, apa saja hambatan selama proses pelaksanaan Diklat?
f.
Apa saran dan anda terhadap BUJP Garda Total Security?
126
Lampiran 6. Pedoman Observasi Di Garda Total Security Yogyakarta
Dalam observasi yang akan dilakukan adalah observasi mengenai
Penyelenggaraan Program Pendidikan dan Pelatihan SATPAM (Satuan
Pengamanan) di Garda Total Security (GTS) Yogyakarta, meliputi :
1.
2.
Identitas Garda Total Security (GTS) Yogyakarta
a.
Alamat/lokasi lembaga
b.
Bangunan lembaga
c.
Lingkungan Pusat Pendidikan dan Pelatihan (PUSDIK)
Implementasi Pendidikan Alternatif Sekolah Dasar di PKBM Sanggar Anak
Alam (SALAM) Bantul
a. Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan SATPAM di Garda Total Security
(GTS) Yogyakarta
1) Tujuan lembaga
2) Tindakan yang akan di ambil
3) Pengalokasian SDM
b. Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan SATPAM di Garda Total Security
(GTS) Yogyakarta
1) Kurikulum
2) Peserta didik
3) Pendidik dan tenaga kependidikan
4) Keuangan
5) Sarana dan prasarana
127
6) Hubungan sekolah dengan masyarakat
3. Output dari pendidikan dan pelatihan bagi peserta didik yang telah mengikuti
DIKLAT SATPAM di GTS
a.
Keluaran peserta didik
1) Perubahan ketrampilan berfikir (pengetahuan)
2) Perubahan sikap
3) Perubahan ketrampilan motorik
b.
Prestasi lembaga
4.
Upaya GTS dalam menyalurkan lulusan ke lapangan kerja
5.
Faktor penghambat dan pendukung Pendidikan dan Pelatihan SATPAM di
Garda Total Security (GTS)
6.
a.
Faktor penghambat
b.
Faktor pendukung
Upaya meminimalisir hambatan danmengoptimalkan dukungan dalam
pendidikan dan pelatihan
128
Lampiran 7. PEDOMAN DOKUMENTASI
Data dokumen yang diperlukan untuk penelitian mengenai Penyelenggaraan
Program Pendidikan dan Pelatihan SATPAM (Satuan Pengamanan) di Garda
Total Security (GTS) Yogyakarta, adalah sebagai berikut :
1.
2.
Arsip tertulis
a.
Sejarah berdiri dan alamat lembaga
b.
Visi dan misi lembaga
c.
Struktur kepengurusan lembaga
d.
Prestasi lembaga
Arsip gambar
a.
Gedung
b.
Sarana
c.
prasarana
d.
Proses pembelajaran
e.
Prestasi lembaga
129
Lampiran 8.
KURIKULUM PELATIHAN
DIKLAT SATPAM 232 JAM PELAJARAN
BUJP PT. GARDA TOTAL SECURITY
TAHAP
JML
NO
MATA AJARAN / KEGIATAN
JP
A. Pengenalan Lemdik
2
2
B. Pola Kurikulum
2
2
C. Peraturan Urusan Dalam
2
2
D. Inter Personal Skill
12
12
III
(18)
Pembinaan
II
II
(18)
PENGANTAR
I
I
1. Etika Profesi
8
8
2. Tugas Pokok Fungsi Dan Peranan Satpam
10
10
Pengetahuan Dan Ketrampilan
(146)
1. Kemampuan Kepolisian Terbatas
6
6
2. Bela Diri Polri
12
12
3. Pengenalan Bahan Peledak, Barang Berharga
12
12
4. Pengetahuan Narkotika, Psikotropika Dan Zat
4
III
Adiktif Lainnya
4
130
5. Penggunaan Tongkat Polri Dan Borgol
12
6. Pengetahuan Peraturan Baris Berbaris Dan
12
12
Penghormatan
12
7. Bahasa Inggris
4
8. Pengetahuan Keselamatan, Kesehatan Kerja
4
Dan Lingkungan
4
9. Pengetahuan Dasar Komunikasi Radio Dan
Peralatan Security
4
4
10.
Pengetahuan Instansi Masing-Masing
11.
Pengaturan, Penjagaan, Patroli Dan
4
4
Pengawalan (Turjawali)
20
12.
4
Tindakan Pertama Di Tempat Kejadian
20
Perkara
13.
Pembuatan Laporan / Informasi
14.
Kemampuan Memberikan Pelayanan
Prima
12
12
12
15.
Psikologi Massa
16.
Penangkapan Dan Penggeledahan
8
12
8
8
12
8
12
131
(12)
Perundang-Undangan
17.
IV
Kapita Selekta Hukum ( Kuhp, Kuhap,
6
6
6
Dan Peraturan Lain Sesuai Kebutuhan )
18.
Hak Asasi Manusia
(16)
Kesamaptaan
V
6
19.
Pemeriksaan Kesehatan
8
4
4
20.
Test Kesamaptaan Jasmani
8
4
4
(22)
Lain-Lain
21.
Latihan Teknis
12
12
22.
Pembekalan/Ceramah
6
6
23.
Upacara Buka/Tutup Pelatihan
4
2
232
46
VI
JUMLAH
REKAPITULASI :
I.
Pengantar
= 18 Jp
II. Pembinaan Kepriadian
= 18 Jp
III. Pengetahuan Dan Ketrampilan
= 146 Jp
IV. Perundang-Undangan
= 12 Jp
V. Kesamaptaan
= 16 Jp
VI. Lain-Lain
= 22 Jp
Jumlah
= 232 J
132
2
134
52
Lampiran. 9 Catatan Lapangan
Catatan Lapangan
No
:01
Tanggal
: 16 November 2016
Waktu
: 11.15 - 11.35 WIB
Tempat
: Kantor Pusat GTS Jl. Ringroad barat No.99 Demakijo Gamping
Kegiatan
: Observasi Awal dan Mengantar Surat Penelitian
Deskripsi
:
Pada hari Rabu, 16 November 2016 peneliti datang ke kantor pusat Garda
Total Security (GTS) yang beralamat di Jl. Ringroad barat No.99 Demakijo,
Gamping, Sleman Yogyakarta. Maksud dan tujuan peneliti datang ke kantor pusat
adalah melakukan observasi awal dan mengantarkan surat penelitian, sekaligus
meminta ijin melakukan observasi awal dan selanjutnya akan melakukan
penelitian untuk skripsi. Peneliti bertemu dengan ibu IW selaku kasi OPS pusat.
Saat berbincang-bincang peneliti bertanya tentang program yang ada di lembaga
tersebut. Peneliti tertarik dengan program pendidikan dan pelatihan Satpam.
Peneliti langsung mengungkapkan maksud tujuan selanjutnya adalah melakukan
penelitian secara mendalam. Dari pihak GTS mempersilahkan peneliti untuk
melakukan penelitian, namun menunggu dapat disposisi surat penelitian dari
kadiv diklat. Beliau menyampaikan bahwa akan mmberikan informasi kepada
133
peneliti jika surat dan waktu untuk dapat bertemu dengan kadiv melalui telepon.
Pukul 11.35 setelah dirasa cukup, peneliti berpamitan pulang.
Hasil observasi awal adalah peneliti dipersilahkan untuk melakukan
penelitian di GTS, namun untuk pelaksanaan teknis selanjutnya menunggu
konfirmasi supaya dapat bertemu dengan KADIV pendidikan dan pelatihan
SATPAM supaya dapat informasi yang lengkap yang diinginkan oleh peneliti.
134
Catatan Lapangan
No
:02
Tanggal
: 28 November 2016
Waktu
: 11.15 - 11.35 WIB
Tempat
: Pusat Diklat SATPAM JL. jogja-klaten KM 5 Jogonalan Klaten
Kegiatan
: Mengikuti Upacara Penutupan angkatan 31
Deskripsi
:
Pada hari minggu, 28 November 2016 peneliti datang ke Pusat pendidikan
dan pelatihan SATPAM jl. jogja-klaten KM 5 Jogonalan Klaten. Maksud dan
tujuan peneliti datang ke kantor pusat adalah melakukan observasi awal dan
mengantarkan surat penelitian, sekaligus meminta ijin melakukan observasi awal
dan selanjutnya akan melakukan penelitian untuk skripsi. Peneliti bertemu dengan
ibu IW selaku kasi OPS pusat.
135
Catatan Lapangan
No
:03
Tanggal
: 24 November 2016
Waktu
: 04.00 – 20.00 WIB
Tempat
: Pusat Pendidikan dan Pelatihan SATPAM GTS
Kegiatan
: Mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan dan bertemu Kadiv
Deskripsi
:
Pada hari amis, 24 November 2016 menemui Pimpinan yang berada di
pusat pendidikan dan pelatihan yang beralamat di jl. Jogja-Solo KM 4 Jogonalan
Klaten Jawa Tengah. Diana peneliti awalnya bertemu dengan pak kadi namun
beliau belum datang, masih di kantor cabang Purworejo. Jadi sambil peneliti
menunggu beliau, peneliti berbincang-bincang dengan salah satu instruktur yang
terdapat di pusdik. Peneliti bertanya-tanya berkaitan pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan kepada Sdr. HF selaku instruktur, beliau menyampaikan bahwa
pelaksanaan pendidikan yang sedang berlangsung hanya sampai tanggal 28
November 2016. Kemungkinan diadakan lagi dua bulan lagi. Selain berbincangbincang peneliti diajak melihat kegiatan diklat yang sedang berlangsung. Peneliti
mendokumentasi kegiatan tersebut. Pukul 18.00 WIB pak SR selaku KADIV
diklat sampai di pusat diklat dan menemui peneliti.namun tidak dapat langsung
menyampaikan maksud dan tujuan, namun masih ngobrol-ngobrol dan makan
136
terlebih dahulu. Setelah itu peneliti dipersilahkan untuk masuk kelas untuk
mengikuti materi.
137
Catatan Lapangan
No
: 04
Tanggal
: 03 Januari 2017
Waktu
: 12.10 – 12.45 WIB
Tempat
: Kantor Cabang induk 1
Kegiatan
: Jam istirahat dan ngobrol bersama di kantor induk 1
Deskripsi
:
Pada hari amis, tanggal 05 januari 2017 Peneliti bertanya tanya kepada ibu
IH di sela-selah jam istirahat kantor, karena kebetulan peneliti ikut magang di
kantor cabang Purworejo. Kegiatan berlangsung kurang lebih selama 35 menit.
Hasil dari wawancara dengan ibu IH diperoleh informasi terkait fasilitas
yang didaptkan oleh peserta pelatihan serta informasi terkait instruktur pelatihan.
Serta pembiayaan dalam pelatihan, dikarenakan waktu istirahat hampir selesai
maka peneliti memutuskan untuk selesai melakukan wawancara.
138
Catatan Lapangan
No
: 05
Tanggal
: 04 Januari 2017
Waktu
: 12.10 – 12.35 WIB
Tempat
: Kantor Cabang Induk 1
Kegiatan
: Jam istirahat dan ngobrol bersama di kantor induk 1
Deskripsi
:
Pada hari Kamis, tanggal 04 januari 2017 Peneliti bertanya tanya kepada
ibu IH di sela-selah jam istirahat kantor, karena kebetulan peneliti ikut magang di
kantor cabang Purworejo. Kegiatan berlangsung kurang lebih selama 35 menit.
Hasil yang diperoleh peneliti adalah data tentang jumlah peserta serta
jadwal pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Serta teknis administrasi.
Dikarenakan waktu istirahat hampir selesai maka peneliti memutuskan untuk
selesai melakukan wawancara.
139
Catatan Lapangan
No
: 06
Tanggal
: 05 Januari 2017
Waktu
: 12.10 – 12.35 WIB
Tempat
: Kantor Cabang Induk 1
Kegiatan
: Jam istirahat dan ngobrol bersama di kantor induk 1
Deskripsi
:
Pada hari amis, tanggal 05 januari 2017 Peneliti bertanya tanya kepada ibu
DK di sela-selah jam istirahat kantor, karena kebetulan peneliti ikut magang di
kantor cabang Purworejo. Kegiatan berlangsung kurang lebih selama 30 menit
sambil mencari makan siang.
Hasil yang diperoleh dari wawancara tersebut adalah peneliti mendapatkan
informasi berkaitan dengan masukan kurikulum dan penentuan masukan
instruktur. Peneliti mendapatkan informasi bahwa kurikulum sudah turun dari
pemerintah dan dibuat jadwal oleh polres setempat, sedangkan instruktur
disiapkan oleh polres dan dibantu oleh 3 atau 2 personil dari GTS. Dikarenakan
waktu istirahat hampir selesai maka peneliti memutuskan untuk selesai melakukan
wawancara.
140
Catatan Lapangan
No
: 07
Tanggal
: 16 Januari 2017
Waktu
: 09.10 – 12.35 WIB
Tempat
: Kantor Cabang Induk 1
Kegiatan
: wawancara bagian keuangan, KADIV, dan kabag Ops induk 1
Deskripsi
:
Pada hari Senin, tanggal 16 Januari 2017 Peneliti bertanya tanya kepada
ibu DK, ibu VN, dan pak SR di sela-selah jam kantor, karena kebetulan peneliti
ikut magang di kantor cabang Purworejo. Kegiatan berlangsung kurang lebih
selama 35 menit.
Hasil yang diperoleh peneliti setelah melakukan wawancara dengan ibu
VN selaku bagian keuangan adalah pemasukan dan pengeluaran keuangan
didasarkan pada RAB yang telah dibuat dan disetujui sebelum pelaksanaan diklat.
beliau menyampaikan hal yang berkaitan dengan masukan keuangan dari peserta
didik dan perencanaan keuangan. Sedangkan dengan pak SR selaku KADIV
DIKLAT, peneliti memperoleh informasi yang berkaitan dengan faktor
pendukung yaitu seluruh civitas GTS dan sarana prasarana merupakan faktor
pendukung sedangkan faktor penghambat pelaksanaan diklat hanyalah kesalah
pahamapn antar karyawan, yang dapat diselesaikan. Upaya dalam meminimalisir
dan mengoptimalkan faktor tersebut. Serta dengan ibu DK peneliti memperoleh
141
informasi mengenai administrasi yang berada di kantor induk 1 Purworejo,
bahwasanya yang memegang administrasi adalah bapak BT dan ibu IH. Karena
dirasa sudah cukup peneliti mengakhiri wawancara tersebut.
142
Catatan Lapangan
No
: 08
Tanggal
: 17 Januari 2017
Waktu
: 09.10 – 09.25 WIB
Tempat
: Kantor Cabang Induk 1
Kegiatan
: wawancara staf administrasi , kadiv, dan kabag Ops induk 1
Deskripsi
:
Pada hari Selasa, tanggal 17 Januari 2017 Peneliti bertanya kepada pak
BT di sela-selah jam kantor, karena kebetulan peneliti ikut magang di kantor
cabang Purworejo. Kegiatan berlangsung kurang lebih selama 20 menit.
Hasil yang diperoleh peneliti setelah melakukan wawancara dengan pak
BT selaku staf administrasi yaitu diperoleh data sebagai kroscek data sebelumnya
yang telah didapat dari wawancara dengan ibu IH, yaitu :
1. Data terkait dokumen buku induk dan alumni pendidikan dan pelatihan
SATPAM di cabang Purworejo
2. Data terkait kurikulum dan jadwal serta penerimaan siswa baru pendidikan
dan pelatihan SATPAM di cabang Purworejo
3. Data terkait reka BAP untuk instruktur. Tanpa nominal fee
Karena dirasa sudah cukup peneliti mengakhiri wawancara tersebut.
143
Catatan Lapangan
No
: 09
Tanggal
: 13 Maret 2017
Waktu
: 06.15-06.30 WIB
Tempat
: Pusat Diklat Satpam Klaten
Kegiatan
: wawancara Pembina (instruktur dalam)
Deskripsi
:
Pada hari Senin, tanggal 13 Maret 2017 Peneliti bertanya kepada bapak
HF di PUSDIK Klaten, waktu rehat setelah kegiatan sarapan pagi, peneliti
melakukan perbincangan mengenai masukan peserta didik serta perubahan yang
terjadi terhadap peserta Didik setelah dan sebelum mengikuti pelatihan.. Peneliti
melakukan wawancara sembari menunggu peserta diklat yang sedang istirahat
selesai sarapan pagi.
Hasil dari wawancara, peneliti mendapatkan informasi mengenai masukan
peserta didik, kualifikasi yang harus dimiliki oleh peserta didik. serta perubahan
yang terjadi kepada peserta didik sebelum dan setelah mengikuti DIKLAT.
Peneliti sambil mengamati tingkah laku peserta didik pada saat kegiatan diklat.
Sangat terlihat kedisiplinan dan jiwa korsa.
144
Catatan Lapangan
No
: 10
Tanggal
: 20 Maret 2017
Waktu
: 13.45 – 14.25 WIB
Tempat
: Pusat Diklat Satpam Klaten
Kegiatan
: wawancara staf keuangan
Deskripsi
:
Pada hari Kamis, tanggal 20 Maret 2017 Peneliti bertanya kepada bu VN
di sela-selah jam kantor, karena kebetulan mengikuti kegiatan diklat di pusat
diklat cabang klaten. Peneliti melakukan wawancara sembari menyelesaikan
pekerjaan yang dapat disambi.
Hasil yang diperoleh setelah melakukan penelitian adalah informasi
mengenai alur pemasukan dan pengeluaran keuangan, serta menjalin hubungan
baik dan bekerjasama sebagai mitra. Peneliti mengetahui alur penurunan
keuangan sampai dengan terselenggaranya diklat.
145
Catatan Lapangan
No
: 11
Tanggal
: 25 Maret 2017
Waktu
: 16.52 – 17.13 WIB
Tempat
: Pusat Diklat Satpam Klaten
Kegiatan
: Instruktur dari POLRES
Deskripsi
:
Pada hari Sabtu, tanggal 25 Maret 2017 Peneliti melakukan wawancara
kepada instruktur dari POLRES bapak EN. Disela sela waktu istirahat sore.
Bertempat di SATLANTAS lama Purworejo, tempat pelaksanaan diklat.
Peneliti mendapatkan informasi mengenai masukan peserta didik,
pelaksanaan diklat selama di Purworejo. Faktor penghambat dan pendukung
selama pelaksanaan diklat. Bapak EP menjelaskan secara rinci mengenai
pelaksanaan.
Beliau
menceritakan sampai
dengan demonstrasi.
Peneliti
mendapatkan informasi dengan lengkap. Dikarenakan waktu makan malam tiba
peneliti menyudahi wawancara.
146
Catatan Lapangan
No
: 12
Tanggal
: 31 Maret 2017
Waktu
: 13.46 – 14.00 WIB
Tempat
: Kantor Pusat Garda Total Security
Kegiatan
: Kasi OPS Pusat dan Staff FO
Deskripsi
:
Pada hari Jum’at, tanggal 31 Maret 2017 Peneliti melakukan wawancara
kepada ibu IW selaku Kasi OPS Pusat. Bertempat di kantor pusat Garda Total
Security, Jl. Ringroad barat No.99 Demakijo Gamping Sleman Yogyakarta.
Hasil dari wawancara dengan ibu IW adalah peneliti mengetahui silabus
yang digunakan sebagai acuan peyelenggaraan diklat, mengetahui format dan pola
kurikulum 232 JP. Serta mendapatkan gambaran kasar tentang struktur pengelola
divisi diklat satpam gada Pratama. Data sarana dan prasarana.
147
Catatan Lapangan
No
: 13
Tanggal
: 06 April 2017
Waktu
: 13.46 – 14.00 WIB
Tempat
: Kantor induk 1 Purworejo
Kegiatan
: Instruktur POLRES
Deskripsi
:
Pada hari amis, 6 april 2017 Peneliti melakukan wawancara kepada bapak
EP selaku Kanit POLRES Purworejo. Bertempat di SATLANTAS lama POLRES
Purworejo.
Peneliti
menanyakan
mengenai
penjadwalan
diklat,
Serta
alur
terbentuknya jadwal diklat. Mendapatkan informasi mengenai keefektifan
pelaksanaan, keaktifan peserta diklat, serta interaksi yang terjadi dalam proses
pembelajaran.
148
Catatan Lapangan
No
: 14
Tanggal
: 7 April 2017
Waktu
: 10.46 – 11.10 WIB
Tempat
: Kantor induk 1 Purworejo
Kegiatan
: KADIV DIKLAT
Deskripsi
:
Pada hari Jum’at, tanggal 7 april
2017 Peneliti melakukan wawancara
Bapak SR selaku kadi diklat. Bertempat di kantor induk 1 cabang
Purworejo.peneliti dipanggil ke kantor Bapak SR untuk ditanyai mengenai
perkembangan penelitian.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti
memperoleh informasi mengenai faktor pendukung dan penghambat, upaya
meminimalisir dan mengoptimalkan faktor pendukung dan penghambat. Output
peserta didik dan proses menjalin hubungan baik dengan mitra.
149
Lampiran 10. Transkrip Wawancara
Transkrip Wawancara Kasi OPS Pusat
Identitas diri
Nama
: Ibu IW
Jabatan
: Kasi OPS Pusat
Pertanyaan penelitian
A. Implementasi pendidikan dan pelatihan SATPAM
1. Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan SATPAM
a.
kurikulum
1) Apa yang dilakukan atau dipersiapkan untuk pembuatan
kurikulum?
Jadi begini mbak kami pihak BUJP hanya sebagai penyedia dan
penyelenggara jasa keamanan, untuk perencanaan yang berkaitan
dengan kurikulum itu langsung diberikan dari pihak POLRES
setempat, artinya Dimana kami menyelenggarakan diklat, ya dari
situ kami mendapatkan jadwal, misalkan kemarin itu kami
menyelenggarakan di Klaten berarti kita melakukan koordinasi
berkaitan dengan jadwal pelaksanaan dengan POLRES Klaten,
karena nantinya ketika pelaksanaan yang jadi instruktur adalah
anggota POLRES Klaten. nah jadwal itu dibuat berdasarkan
kurikulum yang sudah dibuat oleh POLDA
150
2) Siapa yang melaksanakan pembuatan kurikulum?
Ya itu tadi mbak rosi, yang melaksanakan ya langsung
pemerintah. Kita terima jadi. Itu sudah tertera dalam undangundang eh mbak.
3) Kapan kurikulum tersebut dibuat?
Waaaa..h kita undak Tzu kurikulum Itu dubuatnya kapan mbak
Ros.
4) Kapan kurikulum tersebut dilaksanakan?
Dilaksanakannya ya pas pak ego membuat jadwal mbak, sama pas
kita pelaksanaan diklat. Nah itu Ian setiap 2 bulan sekali diklatnya
bahkan bisa 1 bulan sekali bahkan 1 periode itu sampai dua
angkatan. Atau 3 angkatan. Ada yang di Purworejo, Klaten dan
Wonosobo.
5) Bagaimana isi kurikulum tersebut?
Ya kalau ditanya bagaimana kurikulum ya sudah pas mbak karena
itu Ian mengacu pada peraturan kepolisian. Dan diturunkan
langsung dari pusat.
b.
peserta diklat
1) Apa yang dilakukan dan dipersiapkan dalam penerimaan peserta
didik baru?
Jadi ini mbak kalau persiapan kita rasa sudah berlangsung dengan
sendirinya, karena itu Ian sudah kita jadikan sebagai rutinitas. Jadi
misal Klaten diklat, dengan sendirinya banyak peserta yang datang
151
untuk mendafta, kemudian kita merencanakan untuk diklat lagi,
dan begitu seterusnya. Karena setiap alumni yang keluar itu pasti
ada yang membawa siswa baru.
2) Bagaimana proses penerimaan peserta didik baru?
Proses penerimaan yo ming Koo mono mbak siswa kita suruh
mengisi berkas, kemudian kita jelaskan fasilitas yang diperoleh,
sampai dengan penyerahan syarat-syarat. Kemudian yang terakhir
pelunasan.
3) Siapa yang melakukan proses penerimaan peserta didik baru?
Seluruh karyawan garda total security mbak.
4) Kapan penerimaan peserta didik baru dilaksanakan?
Laaah, njenengan Ii ayo aneh. Ya jelas supaya diklat tetap
berlangsung to mbak rosi. Kita biasanya mengadakan diklat 2
bulan sekali. Tapi kalau seperti kemarin itu kondisional mbak.
Klaten belum selesai pembukaan di Purworejo. Jadi undak bisa
ditebak. Karena kalau kuota peserta memenuhi kita langsung
mengajukan ke polres.
c.
pendidik dan tenaga kependidikan
1) Apa yang dilakukan/dipersiapkan dalam rekrutmen pendidik dan
tenaga kependidikan?
Kalau GTS tidak melakukan rekrutmen tenaga kependidikan
secara khusus karena kebanyakan karyawan kita dari alumni
152
semua. Ada beberapa yang bukan alumni, misalnya bagian
keuangan, administrasi dan FO.
2) Siapa yang melakukan proses rekrutmen pendidik dan tenaga
kependidikan ?
Perintah dari atasan
3) Bagaimana proses rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan?
Langsung ditunjuk kemudian dilakukan Training
4) Apakah terdapat kriteria yang sudah ditentukan dalam melakukan
rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan ? jika ada apa saja?
Kriteria tentu saja ada, namun kriteria tersebut disesuaikan dengan
kebutuhan. Yang jelas semangat yang tinggi dalam bekerja, jujur,
dan cekatan.
d.
keuangan
1) Apa saja yang dipersiapkan dalam pengelolaan keuangan
lembaga?
Dalam melakukan perancangan keuangan kami membuat RAB
terlebih dahulu mbak.
2) Siapa yang bertugas mengelola keuangan lembaga?
Biasanya yang merancang alah mbak VN. Nanti bersinergi
dengan pak komisaris.
3) Dari manakah sumber dana yang digunakan dalam pendidikan
dan pelatihan satpam?
153
Waduh kalau tanya sumber dana yang Tzu bagian keuangan mbak
langsung tanya ke mbak VN saja.
4) Apakah ada pihak lain yang bekerjasama dalam membantu
pendanaan?
Ini juga langsung ke mbak VN ya ...
e.
Sarana dan Prasarana
1) Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses
pendidikan dan pelatihan?
Kalau untuk sarana dan prasarana kita memang tidak memiliki
data. Tapi coba njenengan kalau pas lagi di Klaten stabil
mengamati saja mbak.
2) Bagaimana persiapan sarana dan prasarana yang akan digunakan?
Kalau persiapannya di Klaten ada mbah min yang selalu setia
mempersiapkan segalanya.
3) Bagaimanakah pengelolaan sarana dan prasarana ?
Ya sama mbah min juga dikelola dan dirawat. Mbah min selalu
melaporkan jika ada kekurangan dan tambahan.
4) Siapa yang bertugas mengelola sarana dan prasarana?
Itu semua sebenernya tugas kita bersama. Tapi memang yang
selalu Stand bay ya mbah min.
f. Hubungan GTS dengan Mitra Kerjanya.
1) Apa saja persiapan dalam melaksanakan hubungan dengan mitra
kerja?
154
Kalau persiapan sih undak ada mbak, tapi kalau upaya kita
memang kita lakukan semaksimal mungkin. Karena tanpa mitra
kami bukan apa-apa.
2) Bagaimana proses dalam menjalin mitra kerja?
Kalau masalah ini langsung tanya ke pak kadi atau pak Agus
mbak. Yang lebih paham
2. Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan SATPAM
a.
Kurikulum
1) Bagaimanakah implementasi kurikulum yang telah dibuat?
Ini saya berikan kurikulumnya. Nanti coba njenengan cocokkan
dengan pelaksanaannya saja, biar lebih enak.
b.
pesta didik
1) Bagaimanakah keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses
pembelajaran?
Nah kalau masalah ini, njenengan langsung amati pas
pembelajaran, nanti tanya sama pak ego juga, biar semakin
kuat.
2) Bagaimanakah interaksi antara pendidik dan peserta didik
selama proses pembelajaran?
Sama seperti sebelumnya ya jawabannya you Sea and you Will
know. cie keminggris ayo mbak. Maaf lo mbak ini sebelumnya
saya menjawab yang saya tahu ya.
155
c.
pendidik dan tenaga kependidikan
1) Bagaimanakah metode yang dikunakan pendidik dalam
mempersiapkan materi pembelajaran?
Keinstruktur
2) Dari manakah sumber belajar yang digunakan dalam
penyampaian materi?
Ke instruktur
3) Apa saja media yang digunakan pendidik dalam melaksanakan
pembelajaran?
Ke instruktur
d.
keuangan
1) Dari manakah sumber keuangan lembaga?
Ke bagian keuangan ya
2) Bagaimana pengelolaan dan pengeluaran keuangan lembaga?
Ke bagian keuangan ya
3) Bagaimana pembagian kegunaan keuangan?
Ke bagian keuangan ya
e.
sarana dan prasarana
1) Bagaimana pemanfaatan sarana dan prasarana?
Sarana dan prasarana kami mencoba memanfaatkan
semaksimal mungkin mbak. lingkungan sekitar diklat pun bisa
kita jadikan sebagai sarana dan prasarana.
2) Siapa yang bertugas pengelolaan sarana dan prasarana?
156
Pengelolaan sarpras itu tugas bersama mbak
f. Hubungan lembaga dengan mitra kerja
1) Bagaimanakah penyelenggaraan hubungan lembaga dengan
mitra kerja?
Setiap diklat berlangsung kami selalu mengadakan tender
mbak. kalau ada perusahaan yang ingin mengikutkan anak
buahnya untuk diklat satpam.
B. Output dari pendidikan dan pelatihan bagi peserta didik yang telah
mengikuti DIKLAT
1. Keluaran peserta didik
a. Bagaimana ketrampilan berfikir (pengetahuan) peserta pelatihan
setelah mengikuti proses pendidikan di GTS?
Nah kalau itu coba mbak rosi amati saja. Njenengan Ian ikut dari
awal sampai akhir. Mulai awal itu bagaimana tingkah lakunya.
Kemudian sampai pada upacara penutupan itu bagaimana
sikapnya. Termasuk ketrampilannya.
C. Upaya yang dilakukan GTS dalam menyalurkan lulusan ke lapangan kerja
1. Upaya GTS dalam menyalurkan lulusan ke lapangan kerja
a. Bagaimana upaya GTS dalam menjalin mitra kerja?
Upaya yang kita lakukan yakni dengan melakukan penawaran kerja
sama, dan mempertahankan mitra yang sudah bekerja sama.
b. Bagaimana cara GTS menyalurkan alumni DIKLAT kepada mitra?
157
Tanya ke pak aur ya mbak.
c. Kriteria apa saja yang harus dipenuhi untuk menjalin mitra kerja?
Tanya ke pak sur ya.
D. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan di GTS
1. Apa saja faktor pendukung pendidikan dan pelatihan di GTS?
Faktor pendukungnya banyak mbak. mulai dari tenaga pengelola,
instruktur yang selalu setia. Pak min, sarpras yang memadai.
2. Apa saja faktor penghambat pendidikan dan pelatihan di GTS?
Kalau faktor penghambat sebenere tidak ada sih mbak, palingan cuma
masalah-masalah sedikit biasanyakarena miskom.
E. Upaya GTS untuk mengoptimalkan dukungan dan meminimalisir
hambatan dalam pendidikan dan pelatihan
1. Upaya apa yang dilakukan GTS untuk mengoptimalkan dukungan
dalam pendidikan dan pelatihan?
Kalau upaya ya kita selalumenjalin hubungan baik saja.
2. Upaya apa yang dilakukan GTS untuk meminimalisir hambatan dalam
pendidikan dan pelatihan?
Mencoba untuk saling mengerti dan berkoordinasi, tapi namanya juga
manusia to.
Transkrip Wawancara instruktur Pendidikan dan Pelatihan
158
A. Identitas diri
Nama
: AIPTU EP
Jabatan
: AIPTU, KANIT POLRES Purworejo
B. Pertanyaan penelitian
1. Implementasi pendidikan dan pelatihan SATPAM
a.
kurikulum
1) Apa yang dilakukan atau dipersiapkan untuk pembuatan kurikulum?
Perencanaan kurikulum itu langsung dari pemerintah yang diturunkan
kepada POLDA setempat, kami selaku anggota yang berperan sebagai
instruktur dari pihak POLRES setempat hanya melakukan perintah atau
penyelenggara, sebelumnya kita pihak polres itu ketika akan membuat
perencanaan yang berupa jadwal, kami harus membuat rencana kegiatan
(RENGIAT), setelah bikin rengiat kita mengajukan SPRINT (Surat
Perintah) ke POLDA nanti POLDA menunjuk POLRES setempat
barulah kami berani membuat jadwal kegiatan yang mengacu pada
kurikulum 232 JP nah kemudian dari kurikulum itu nanti polres yang
menentukan jadwal pelaksanaannya mbak, tentunya kamu juga
berkoordinasi dengan pihak BUJP, kalau cabang Purworejo ya sama bu
dewi atau langsung dengan pak Suryadi.
1) Siapa yang melaksanakan pembuatan kurikulum?
Waduuuh kalau kurikulum itu sudah turun dari pusat mbak
2) Kapan kurukulum tersebut dibuat?
Sejak dulu sejak dibuat wacana tentang penyelenggaraan satpam
159
3) Kapan kurikulum tersebut dilaksanakan?
Kalau pelaksanaannya ya setiap pelatihan dilakukakan. Jadi nanti
kurikulum itu baru sebagai desainnya rencana. Nah baru kita buat
jadwalnya.
4) Bagaimana isi kurikulum tersebut?
Isinya sesuai dengan perkap Polri mbak
2. Pertanyaan mengenai Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan SATPAM
a.
Kurikulum
1) Bagaimanakah implementasi kurikulum yang telah dibuat?
Kamu berusaha melakukan sesuai dengan yang tertera di kurikulum
yaitu sebanya 232 jam pelajaran. Namun dalam pelaksanaannya kita
juga tidak bisa menduka yang terjadi. Mungkin bisa jadi faktor
cuaca, bisa jadi faktor manusia. Misal instruktur atau narasumber
berhalangan hadir.
2) Bagaimanakah keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses
pembelajaran?
Seperti yang njenengan liat. Mereka sangat semangat-semangat
3) Bagaimanakah interaksi antara pendidik dan peserta didik selama
proses pembelajaran?
Kami selaku instruktur berusaha untuk menjalin interaksi terhadap
peserta. Ada yang merespon baik dan ada yang biasa saja. Karena
kita juga tidak dapat memaksakan. Kembali lagi karena siswanya Ian
juga berasal dari berbagai macam latar belakang.
160
4) Bagaimanakah metode yang dikunakan pendidik dalam
mempersiapkan materi pembelajaran?
Metodenya menyesuaikan mbak. kalau pas dikelas kita buat seasik
mungkin. Karena kalau dikelas biasanya mereka pada ngantuk.
Seringnya kita menggunkn ilustrasi.
5) Dari manakah sumber belajar yang digunakan dalam penyampaian
materi?
Sumbernya banyak mbak. misalnya ada materi tentang GAM satpam
itu di perkap Polri ada. Bukunya saya juga punya.
6) Apa saja media yang digunakan pendidik dalam melaksanakan
pembelajaran?
Tegantung tempatnya kalau dikelas ya leptop, sound, sama mari
sudah cukup. Kalau dilapangan TOA dan alat peraga yang sudah
ada.
3. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan di GTS
a. Apa saja faktor pendukung pendidikan dan pelatihan di GTS?
Banyak mbak, mulai dari karyawan, pengelola, peserta didik, bu manase.
Kalau Gak ada bu manase kita kelaparan nanti. Sarana dan prasarana.
Tentunya njenengan itu juga salah satu pendukung.
b. Apa saja faktor penghambat pendidikan dan pelatihan di GTS?
161
Waaah undak ada mbak, kita di sini menikmati. Undak ada hambatan yang
berarti. Palingan problem-problem kecil. Tapi semua itu dapat kita atasi.
162
Transkrip Wawancara KADIV DIKLAT
A. Identitas diri
Nama
: Bapak SR
Jabatan
: KADIV DIKLAT
B. Pertanyaan penelitian
Output dari pendidikan dan pelatihan bagi peserta didik yang telah
mengikuti DIKLAT
1. Pertanyaan mengenai Keluaran peserta didik
a. Bagaimana ketrampilan berfikir (pengetahuan) peserta pelatihan setelah
mengikuti proses pendidikan di GTS?
Njenengan bisa melihat sendiri, dengan mengamati, mencermati, pasti.
Saya yakin njenengan bakal menemukan jawabannya. Kalau dari yang
sudah-sudah mereka mengalami perubahan dalam pola pikirnya.
b. Bagaimana sikap peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan dan
pelatihan di GTS?
Perubaan sikap tentu saja terlihat jelas. Jika njenengan perhatikan setelah
Minggu pertama mereka mulai disiplin dan tidak banyak momong, setiap
mau masuk ruang instruktur coba diperhatikjan sikapnya.
c. Bagaimana ketrampilan motorik peserta pelatihan setelah mengikuti proses
pendidikan dan pelatihan di GTS?
Karena memang lebih dari separo ada materi praktik, jadi mereka dituntut
untuk dapat menguasai ketrampilan-ketrampilan untuk dapat menjadi
163
seorang SATPAM yang profesional. Contoh kecil semisal njenengan jadi
satpam terus undak bisa bela diri, kalau ada maling bagaimana. Nah itu.
Upaya yang dilakukan GTS dalam menyalurkan lulusan ke lapangan kerja
1. Pertnyaan mengenai upaya GTS dalam menyalurkan lulusan ke
lapangan kerja
a. Bagaimana upaya GTS dalam menjalin mitra kerja?
Pertama tama kita mngajukan penawaran kemudian loby ke perusahaan
atau instansi mbak, terkadang dari pihak instansi atau lembaga
mengajukan untuk bekerja sama. Karena mereka membutuhkan jasa
pengamanan
b. Bagaimana cara GTS menyalurkan alumni DIKLAT kepada mitra?
Tidak sedikit alumni dari GTS yang langsung mendapatkan kerja, karena
kami memfasilitasi penempatan kerja, masalah mereka mau mengambil
tawaran atau tidak itu pilihan mereka. Namun mereka harus mengikuti
peraturan dari kami. Tentunya mereka harus lolos kualifikasi yang
diinginkanoleh mitra kami mbak. Jadi setiap ada diklat sebelum selesai
kami sudah melakukan pengamatan dalam rangka seleksi fisik dan
pengetahuan, memungkinkan kedisiplinan
c. Kriteria apa saja yang harus dipenuhi untuk menjalin mitra kerja?
Tidak sedikit alumni dari GTS yang langsung mendapatkan kerja, karena
kami memfasilitasi penempatan kerja, masalah mereka mau mengambil
tawaran atau tidak itu pilihan mereka. Namun mereka harus mengikuti
peraturan dari kami. Tentunya mereka harus lolos kualifikasi yang
164
diinginkanoleh mitra kami mbak. Jadi setiap ada diklat sebelum selesai
kami sudah melakukan pengamatan dalam rangka seleksi fisik dan
pengetahuan, memungkinkan kedisiplinan. Tidak sebatas itu saja mbak,
semisal ada alumni yang sudah lama keluar dari diklat dan ternyata belum
memiliki pekerjaan, kamu juga memberikan fasilitas kepada untuk mereka
dapat menitipkan berkas lamaran kerja, yang nanti apabila ada lowongan
kerja akan kita panggil.
Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
di GTS
Faktor pendukung kita itu banyak mbak, karena tanpa ada dukungan dari
berbagai pihak kami tidak akan berjalan dengan baik sampai sekarang ini, hal
sekecil apapun saya anggap sebagai dukungan. Misalnya panjenengan itu
juga termasuk dukungan untuk kami, keberadaan panjenengan di sini itu
tentunya akan diketahui oleh dosen njenengan, temen njenengan, itu tanpa
kita sadari bagian dari pemasaran mbak, selain itu alumni, mitra kerja yang
sudah dan atau yang akan bekerjasama dengan kami. Karena banyak
permintaan untuk dapat bekerja sama dalam penyaluran alumni ataupun
peserta didik mbak. Selain itu pihak polres selalu membantu kami dalam hal
perijinan dan pelaksanaan sebagai instruktur. Serta tenaga administrasi dan
logistik, ibu manase semua itu faktor pendukung bagi kami mbak. Selain itu
sarana dan prasarana yang ada juga dapat menjadi faktor pendukung. Kami
165
mengupayakan untuk selalu terjalin dengan baik. Dan diperlakukan
sebagaimana mestinya mbak
Upaya GTS untuk mengoptimalkan dukungan dan meminimalisir hambatan
dalam pendidikan dan pelatihan
Faktor pendukung kita itu banyak mbak, karena tanpa ada dukungan dari
berbagai pihak kami tidak akan berjalan dengan baik sampai sekarang ini, hal
sekecil apapun saya anggap sebagai dukungan. Misalnya panjenengan itu
juga termasuk dukungan untuk kami, keberadaan panjenengan di sini itu
tentunya akan diketahui oleh dosen njenengan, temen njenengan, itu tanpa
kita sadari bagian dari pemasaran mbak, selain itu alumni, mitra kerja yang
sudah dan atau yang akan bekerjasama dengan kami. Karena banyak
permintaan untuk dapat bekerja sama dalam penyaluran alumni ataupun
peserta didik mbak. Selain itu pihak polres selalu membantu kami dalam hal
perijinan dan pelaksanaan sebagai instruktur. Serta tenaga administrasi dan
logistik, ibu manase semua itu faktor pendukung bagi kami mbak. Selain itu
sarana dan prasarana yang ada juga dapat menjadi faktor pendukung. Kami
mengupayakan untuk selalu terjalin dengan baik. Dan diperlakukan
sebagaimana mestinya mbak
166
Transkrip Wawancara KABAG OPS Induk 1
A. Identitas diri
Nama
: Ibu DK
Jabatan
: Kabag OPS Induk 1
B. Pertanyaan penelitian
Implementasi pendidikan dan pelatihan SATPAM di GTS?
1. Pertanyaan mengenai Perencanaan pendidikan dan pelatihan SATPAM
a.
Kurikulum
1) Apa yang dilakukan atau dipersiapkan untuk pembuatan kurikulum?
Jadi begini mbak Ros, berkaitan dengan kurikulum kita berpegang pada
peraturan kepolisian Negara Republik Indonesia nomor 24 tahun 2007.
Disitu sudah disampaikan bahwa kami selaku BUJP berperan sebagai
penyedia dan pelaksanaan jasa pengamanan, jadi tidak terdapat
perencanaan kurikulum seperti di sekolah-sekolah, namun kami
melakukan perencanaan pelaksanaan yang biasa disebut RENGIAT
(rencana kegiatan) setelah itu kami berkoordinasi dengan pihak POLRES
karena merekalah yang berperan dalam pelaksanaan, para pak polisi pak
polisi itu nantinya ketika pelaksanaan yang akan menjadi instrukturnya.
2) Siapa yang melaksanakan pembuatan kurikulum?
Kalau tanya siapa yang membuat saya tidak tahu mbak, yang jelas
kurikulum itu turun dari Pusat. Kami sudah mengetahui formatnya
kemudian bersama pihak polres kami menyusun jadwal.
167
3) Kapan kurikulum tersebut dilaksanakan?
Ketika kita hendak membuat jadwal.
4) Bagaimana isi kurikulum tersebut?
Isinya sesuai dengan PERKAP POLRI nomor 24 tahun 2007
b.
Peserta DIKLAT
1) Apa yang dilakukan/dipersiapkan dalam penerimaan peserta didik baru?
Yang dilakukan dan dipersiapkan tentunya kita sosialisasikan terlebih
dahulu kepada calon alumni diklat. Ayah bisa dikatakan marketing mbak.
2) Bagaimana proses penerimaan peserta didik baru?
Prosesnya ya sesuai dengan langkah-langkah. Peserta datang, membawa
persyaratan, mendaftar dari kami menjelaskan fasilitas dan kegiatan serta
yang harus ditaati selama diklat berlangsung. Bisa via Online dan ondesk
3) Siapa yang melakukan proses penerimaan peserta didik baru ?
Semua karyawan mbak
4) Kapan penerimaan peserta didik baru dilaksanakan?
Waktu yang telah ditentukan
c.
keuangan
1) Apa saja yang dipersiapkan dalam pengelolaan keuangan lembaga?
Pembuatan RAB mbak
2) Siapa yang bertugas mengelola keuangan lembaga?
Kalau di pusat ya bagian keuangan, kalau dipurworejo saya dan mbak IH.
168
3) Dari manakah sumber dana yang digunakan dalam pendidikan dan
pelatihan satpam?
Banyak sumber mbak terutama dari peserta didik sendiri, mitra dan kas
GTS.
4) Apakah ada pihak lain yang bekerjasama dalam membantu pendanaan?
Ada, yaitu mitra. Tapi tidak selalu setiap angkatan.
d.
Sarana dan Prasarana
1) Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses
pendidikan dan pelatihan?
Banyak mbak, meja, kursi, alat masak, leptop, komputer, waduh kalau
disebutkan semua nanti lama. Njenengan mengamati sendiri ya.
2) Bagaimana persiapan sarana dan prasarana yang akan digunakan ?
Kalau di PWR kita seperti orang boyongan mbak, setiap kali mau
diklat. Karena kita tempatnya Ian nyewa juga to.
3) Bagaimanakah pengelolaan sarana dan prasarana ?
Sarpras dikelola bersama, dirawat.
4) Siapa yang bertugas mengelola sarana dan prasarana?
Semua karyawan mbak karena kalau di PWR tidak ada tenaga khusus
untuk pemeliharaan seperti di Klaten.
e. Hubungan GTS dengan Mitra Kerjanya.
1) Apa yang melandasi perlunya hubungan lembaga dengan mitra kerja?
Keberlangsungan diklat mabk. Kalau kita tidak memiliki mitra nanti
kita tidak bisa menyalurkan alumni dong.
169
2) Apa saja persiapan dalam melaksanakan hubungan dengan mitra
kerja?
Proposal, keberanian, mental. Tentunya bahan yang ingin ditawarkan
mbak.
2. Pertanyaan mengenai Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan SATPAM
a.
Kurikulum
1) Bagaimanakah implementasi kurikulum yang telah dibuat?
Kami berusaha menjalankan kurikulum sesuai dengan perkap Polri
nomor 24 tahun 2007
b.
keuangan
Keuangan dikelola oleh bagian keuangan pusat. Jadi di PWR itu uangnya
hanya transit. Penggunaan keuangan berusaha semaksimal mungkin
sesuai dengan RAB yang telah dirancang.
c.
sarana dan prasarana
1) Bagaimana pemanfaatan sarana dan prasarana?
Semua prasarana kita manfaatkan. Karena kita tempatnya menyewa
jadi kami memanfaatkan mulai dari alun-alun, lapangan tenis, dan
lapangan depan kelas juga kita gunakan.
d. Hubungan lembaga dengan mitra kerja
1) Bagaimanakah penyelenggaraan hubungan lembaga dengan mitra
kerja?
170
Kami selalu berusaha menjalin hubungan baik dengan mitra yang
sudah terjalin, dan berusaha membangun mitra kepada perusahaan
atau instansi yang bisa melakukan timbal balik.
Output dari pendidikan dan pelatihan bagi peserta didik yang telah
mengikuti DIKLAT
2. Pertanyaan mengenai Keluaran peserta didik
a. Bagaimana ketrampilan berfikir (pengetahuan) peserta pelatihan setelah
mengikuti proses pendidikan di GTS?
Mbak rosi amati sendiri ya.
b. Bagaimana sikap peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan dan
pelatihan di GTS?
Ini juga harus mengamati
c. Bagaimana ketrampilan motorik peserta pelatihan setelah mengikuti proses
pendidikan dan pelatihan di GTS?
Amati, dan tanyakan kepada instruktur mbak supaya lebih jelas.
Upaya yang dilakukan GTS dalam menyalurkan lulusan ke lapangan kerja
1. Pertnyaan mengenai upaya GTS dalam menyalurkan lulusan ke lapangan
kerja
a. Bagaimana upaya GTS dalam menjalin mitra kerja?
Untuk lebih jelasnya tanyakan ke kantor pusat saja mbak kalau undak ke
pak Radi
171
b. Bagaimana cara GTS menyalurkan alumni DIKLAT kepada mitra?
Berkaitan dengan penyaluran langsung ke pak adi saja ya
c. Kriteria apa saja yang harus dipenuhi untuk menjalin mitra kerja?
Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
di GTS
1. Apa saja faktor pendukung pendidikan dan pelatihan di GTS?
Faktor pendukungnya adalah semua pihak yang ikut partisipasi dalam
penyelenggaraan mbak, termasuk njenengan.
2. Apa saja faktor penghambat pendidikan dan pelatihan di GTS?
Faktor penghambat?... saya rasa hanya miskom saja mbak, itu karena
kurangnya koordinasi.
Upaya GTS untuk mengoptimalkan dukungan dan meminimalisir hambatan
dalam pendidikan dan pelatihan
1. Upaya apa yang dilakukan GTS untuk mengoptimalkan dukungan dalam
pendidikan dan pelatihan?
Menjalin bai
k hubungan antar karyawan dan peserta diklat.
2. Upaya apa yang dilakukan GTS untuk meminimalisir hambatan dalam
pendidikan dan pelatihan?
Selalu melakukan koordinasi dengan sesama karyawan.
172
Lampiran 11. Reduksi, Display, dan Kesimpulan
No.
1.
Komponen
Implementasi
dari
Reduksi
PERENCANAAN:
pendidikan dilihat dari
perencanaan
Pertanyaan
IW : Jadi begini mbak kami pihak BUJP
Tidak
Apa yang dilakukan atau
hanya
dipersiapkan
penyelenggara jasa keamanan, untuk
kependidikan, peserta
begitu pula dengan
pelaksanaan
dilihat
terdapat perencanaan yang berupa
perencanaan
yang
berkaitan
dengan
jadwal pelaksanaan diklat.jadi setiap
kurikulum itu langsung diberikan dari
lembaga BUJP harus melaksanakan
pihak POLRES setempat, artinya Dimana
ketentuan
kependidikan, peserta
keuangan,
pelaksanaan
diklat
kami menyelenggarakan diklat, ya dari
sebanyak 232 jam pelajaran seperti
situ kami mendapatkan jadwal, misalkan
yang telah tertera dalam kurikulum
kurikulum,
pendidik dan tenaga
perencanaan
dan
keuangan,
sarana dan prasarana,
didik,
penyedia
terdapat
mengenai kurikulum namun hanya
untuk
pendidik dan tenaga pembuatan kurikulum?
dari
sebagai
dilihat
kurikulum,
didik,
Verifikasi
kemarin itu kami menyelenggarakan di
pendidikan dan pelatihan SATPAM
Klaten berarti kita melakukan koordinasi
tingkat Gada Pratama.
Kurikulum
berkaitan dengan jadwal pelaksanaan
sudah tertera dalam perkap POLRI
sarana dan prasarana,
dengan POLRES Klaten, karena nantinya
173
ketika pelaksanaan yang jadi instruktur nomor 24 tahun 2007.
adalah anggota POLRES Klaten. nah tersebut
sudah
jadwal itu dibuat berdasarkan kurikulum pemerintah pusat.
yang sudah dibuat oleh POLDA
EP : Perencanaan kurikulum itu langsung
dari pemerintah yang diturunkan kepada
POLDA setempat, kami selaku anggota
yang berperan sebagai instruktur dari
pihak
POLRES
setempat
hanya
melakukan perintah atau penyelenggara,
sebelumnya kita pihak polres itu ketika
akan membuat perencanaan yang berupa
jadwal, kami harus membuat rencana
kegiatan
(RENGIAT),
174
setelah
bikin
Kurikulum
dibuat
oleh
rengiat kita mengajukan SPRINT (Surat
Perintah) ke POLDA nanti POLDA
menunjuk POLRES setempat barulah
kami berani membuat jadwal kegiatan
yang mengacu pada kurikulum 232 JP
nah kemudian dari kurikulum itu nanti
polres
yang
menentukan
jadwal
pelaksanaannya mbak, tentunya kamu
juga berkoordinasi dengan pihak BUJP,
kalau cabang Purworejo ya sama bu dewi
atau langsung dengan pak Suryadi.
DK : Jadi begini mbak Ros, berkaitan
dengan kurikulum kita berpegang pada
peraturan kepolisian Negara Republik
175
Indonesia nomor 24 tahun 2007. Disitu
sudah disampaikan bahwa kami selaku
BUJP berperan sebagai penyedia dan
pelaksanaan jasa pengamanan, jadi tidak
terdapat perencanaan kurikulum seperti
di
sekolah-sekolah,
melakukan
namun
perencanaan
kami
pelaksanaan
yang biasa disebut RENGIAT (rencana
kegiatan) setelah itu kami berkoordinasi
dengan pihak POLRES karena merekalah
yang berperan dalam pelaksanaan, para
pak polisi pak polisi itu nantinya ketika
pelaksanaan
instrukturnya.
176
yang
akan
menjadi
Kapan
kurikulum IW : Dilaksanakannya ya pas pak eko
Kurikulum
tersebut
sebagai
dilaksanakan membuat jadwal mbak, sama pas kita
acuan
dan
dilaksanakan
Bagaimana
pembuatan
jadwal,
isi pelaksanaan diklat. Nah itu Ian setiap 2
berdasarkan perkap Polri nomor 24
kurikulum tersebut.?
bulan sekali diklatnya bahkan bisa 1 bulan
tahun
2007
kurikulum
untuk
sekali bahkan 1 periode itu sampai dua
pelatihan satpam harus 232 JPL.
angkatan. Atau 3 angkatan. Ada yang di
Purworejo, Klaten dan Wonosobo.
Ya kalau ditanya bagaimana kurikulum ya
sudah pas mbak karena itu Ian mengacu
pada peraturan kepolisian. Dan diturunkan
langsung dari pusat.
EP : Kalau pelaksanaannya ya setiap
pelatihan
dilakukakan.
Jadi
nanti
kurikulum itu baru sebagai desainnya
177
rencana. Nah baru kita buat jadwalnya.
Isinya sesuai dengan perkap Polri mbak
DK : Ketika kita hendak membuat jadwal.
Isinya sesuai dengan PERKAP POLRI
nomor 24 tahun 2007
Apa yang dilakukan /
IW : Jadi ini mbak kalau persiapan kita Perencanaan
dipersiapkan
rasa
dalam
sudah
berlangsung
dengan merupakan
peserta
bagian
yang
didik
sengat
penerimaan peserta didik
sendirinya, karena itu Ian sudah kita penting dalam proses pelaksanaan
baru
jadikan sebagai rutinitas. Jadi misal Klaten diklat, karena setiap pelaksanaan
diklat, dengan sendirinya banyak peserta BUJP memiliki target siswa. Jika
yang datang untuk mendafta, kemudian dilihat dari keberagaman peserta
kita merencanakan untuk diklat lagi, dan didik,
begitu seterusnya. Karena setiap alumni berbeda
178
dan latar
maka
belakang
kesadaran
yang
pihak
yang keluar itu pasti ada yang membawa instruktur dan pembina sangatlah
siswa baru.
diperlukan,
EP : untuk perekrutan siswa itu bisa dari kesalahan
supaya
tidak
terjadi
dalam
berkoordinasi.
GTS, bisa dari POLRES, dan bisa dari BUJP Garda Total Security memiliki
umum. Ow iya mbak tidak sedikit juga strategi
dari
alumni
diklat.
Karena
untuk
mendapatkan
sebelum siswa.mulai dari pemberian reward
mereka lulus dari GTS mereka diberikan kepada orang yang mendapatkan
pembekalan,
dalam
pembekalan
itu siswa,
melakukan
kerja
sama
biasanya disisipkan informasi mengenai terhadap instansi-instansi di daerah
adanya reward
memberikan
untuk alumni yang Jateng dan DIY. Serta pengelola
informasi
mengenai harus mempersiapkan fasilitas yang
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, jadi diberikan untuk peserta didik yang
ketika ada siswa baru pasti ditanya dapat berbeda statusny
informasi dari mana begitu mbak.
179
DK : Yang dilakukan dan dipersiapkan
tentunya kita sosialisasikan terlebih dahulu
kepada calon alumni diklat. Ayah bisa
dikatakan marketing mbak
HY : dalam perencanaan yang berkaitan
dengan peserta didik itu kami pihak BUJP
merencanakan untuk teknis pembayaran
dan
fasilitas
mereka
yang
yang
diberikan,
sudah
bekerja
karena
hanya
mendapatkan fasilitas berupa topi, kaos
dan Training saja. Namun yang reguler
mendapatkan
fasilitas
lengkap
yang
berupa topi, seragam PDH, sampai sepatu
PDH juga mendapat mbak. Namun dalam
180
pelaksanaannya
mereka
mendapatkan
perlakuan yang sama. Dalam mencari
peserta didik kamu melakukan publikasi
melalui media cetak, media sosial dan
alumni, selain itu kami dibantu oleh
POLRES
VN: Peserta didik kita dapatkan dari
berbagai macam daerah dan kalangan,
selain itu kita juga melakukan kerja sama
dengan beberapa pihak, salah satunya
adalah PT GATRA, kami melakukan
MOU terlebih dahulu dan melakukan
kesepakatan harga per siswa, bahasa
kerennya itu tender mbak.
181
Bagaimana
proses IW : Jadi ini mbak kalau persiapan kita Perencanaan
penerimaan peserta didik rasa sudah berlangsung dengan sendirinya, merupakan
baru ?
peserta
bagian
yang
didik
sengat
karena itu Ian sudah kita jadikan sebagai penting dalam proses pelaksanaan
rutinitas. Jadi misal Klaten diklat, dengan diklat, karena setiap pelaksanaan
sendirinya banyak peserta yang datang BUJP memiliki target siswa. Jika
untuk
mendafta,
kemudian
kita dilihat dari keberagaman peserta
merencanakan untuk diklat lagi, dan begitu didik,
seterusnya. Karena setiap alumni yang berbeda
dan latar
maka
belakang
yang
kesadaran
pihak
keluar itu pasti ada yang membawa siswa instruktur dan pembina sangatlah
baru.
diperlukan,
supaya
tidak
terjadi
Proses penerimaan yo ming Koo mono kesalahan dalam berkoordinasi.
mbak siswa kita suruh mengisi berkas,
BUJP Garda Total Security memiliki
kemudian kita jelaskan fasilitas yang
strategi
diperoleh,
sampai
182
dengan penyerahan
untuk
mendapatkan
syarat-syarat. Kemudian yang terakhir siswa.mulai dari pemberian reward
pelunasan.
kepada orang yang mendapatkan
EP : untuk perekrutan siswa itu bisa dari siswa,
melakukan
kerja
sama
GTS, bisa dari POLRES, dan bisa dari terhadap instansi-instansi di daerah
umum. Ow iya mbak tidak sedikit juga dari Jateng dan DIY. Serta pengelola
alumni diklat. Karena sebelum mereka harus mempersiapkan fasilitas yang
lulus
dari
pembekalan,
GTS
mereka
dalam
diberikan diberikan untuk peserta didik yang
pembekalan
itu berbeda statusnya.
biasanya disisipkan informasi mengenai
adanya reward
memberikan
untuk alumni yang
informasi
mengenai
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, jadi
ketika ada siswa baru pasti ditanya dapat
informasi dari mana begitu mbak
183
HY : dalam perencanaan yang berkaitan
dengan peserta didik itu kami pihak BUJP
merencanakan untuk teknis pembayaran
dan fasilitas yang diberikan, karena mereka
yang sudah bekerja hanya mendapatkan
fasilitas berupa topi, kaos dan Training
saja. Namun
yang reguler mendapatkan
fasilitas lengkap yang berupa topi, seragam
PDH, sampai sepatu PDH juga mendapat
mbak.
mereka
Namun
dalam
mendapatkan
pelaksanaannya
perlakuan
yang
sama. Dalam mencari peserta didik kamu
melakukan publikasi melalui media cetak,
media sosial dan alumni, selain itu kami
184
dibantu oleh POLRES
VN : Peserta didik kita dapatkan dari
berbagai macam daerah dan kalangan,
selain itu kita juga melakukan kerja sama
dengan beberapa pihak, salah satunya
adalah PT GATRA, kami melakukan
MOU terlebih dahulu dan melakukan
kesepakatan harga per siswa, bahasa
kerennya itu tender mbak
pendidik
dan
kependidikannya
tenaga HY : instruktur berasal dari anggota Berdasarkan penjelasan bahwa tidak
kepolisian yang sudah ditunjuk oleh terdapat kriteria untuk penentuan
POLRES, tentunya anggota yang memiliki instruktur,
dikarenakan
instruktur
pengalaman di bidangnya. Karena banyak untuk proses pembelajaran sudah
materi pendidikan dan pelatihan adalah disediakan oleh POLRES setempat.
185
materi
yang
sudah
dimiliki
pihak BUJP
hanya
berperan
sebagai
kepolisian, misalkan untuk materi yang pembina yang membantu persiapan
berkaitan dengan penjagaan, pengawalan, dalam proses pembelajaran. Seperti
dan patroli,
tentunya instruktur yang yang dilihat oleh peneliti pada saat
dipilih harus mumpuni di bidangnya. melakukan observasi, bahwasanya
Kalau dari GTS itu disebut dengan team pembina dari team GTS hanya
GTS, biasanya materi yang diberikan mempersiapkan
berupa pembekalan dan penyaluran kerja
DK : penentuan instruktur dilakukan oleh
POLRES, jadi kami tidak ada perekrutan
dan penentuan kriteria untuk persyaratan
menjadi
instruktur.
BUJP
hanya
menyiapkan team yang bertugas sebagai
pembina dan pendamping
186
sebelum
berlangsungnya proses pembelajaran.
Bagaimana
apa
keuangan,
sajakah
dipersiapkan
siapakah
yang
VN
: dalam melakukan perencanaan Dapat disimpulkan bahwa dalam
keuangan saya merancang RAB (atau perencanaan
keuangan,
maka
dan
merinci) untuk pengeluaran setelah RAB tentunya yang bertugas di bagian
yang
jadi diajukan kepada kepala divisi, keuangan melakukan perencanaan
mengelolah keuangan?
setelah di ACC oleh kepala divisi barulah perinciaan dana atau membuat RAB
diajukan kepada komisaris uruk dapat untuk
keberlangsungan
program,
melakukan pengeluaran cek. Memang karena RAB tersebut harus diajukan
saya bagian keuangan saya sendiri, kepada kepala divisi terlebih dahulu
namun untuk pelaksanaannya proses sebelum adanya realisasi berupa cek
pembayaran yang meliputi pendaftaran dari komisaris GTS. Sumber dana
dan heregistrasi dibantu oleh bagian FO tidak hanya berasal dari peserta
(Front Office). Sumber dana sebenernya namun adanya kerja sama akan
ada dua, kalau tidak ada kerja sama pyur membantu.
Untuk
realisasi
dari siswa, kalau yang ada kerja sama pengeluaran itu dari pembayaran
187
misalnya kerja sama dengan dinas sosial, siswa.
perusahaan dan dan instansi. Jadi mereka
ada
SATPAM
namun
belum
bersertifikasi nanti kita melakukan MOU
untuk kesepakatan harga
IW : memang kalau untuk perencanaan
keuangan
itu
berasal
dari
hasil
pendaftaran siswa mbak, jadi uang yang
dibabyarkan siswa nantinya juga untuk
siswa lagi, kalau yang masuk kantor
berapa
itu
menyampaikan.
kami
Yang
tidak
jelas
bisa
sebelum
peserta menyepakati biaya pendidikan
dan pelatihan kami menjelaskan fasilitas
188
yang didapatkan selama berlangsung
pendidikan dan pelatihan, seperti itu
Bagaimanakah
TR : sarana dan prasarana kami sudah Sarana dan prasarana yang terdapat
pengelolaan sarana dan
mempersiapkan dari dulu mbak kalau di di tempat pendidikan dan pelatihan
prasarana?
pusdik Klaten itu sudah lengkap, mulai sudah
dari barak barak itu tempat tidur siswa itu keperluan
mbak, kemudian kamar mandi, peralatan keperluan
memadai.
Mulai
memasak
dari
hingga
pembelajaran,
serta
masak, keperluan administrasi, lapangan, fasilitas barak dan MCK untuk siswa
sampai
dengan
untuk
proses pendidikan dan pelatihan. Sarana
pembelajaran itu ada LCD, proyektor, yang belum dimiliki oleh pusdik dan
sound sistem, dll. Kemudian yang kita penggunaannya
masih menyewa itu misalnya kursi, biasanya
pihak
hanya
BUJP
sementara
menyewa
kemudian peralatan untuk peragaan siswa selama kegiatan diklat berlangsung.
seperti itu mbak
189
MH : pemeliharaan sarana dan prasarana
saya yang bertugas, dalam Hal ini semua
hal yang berkaitan untuk menunjang
berlangsungnya proses pendidikan dan
pelatihan
saya
pastiakan
mendapat
perintah dari atasan. Itu kalau diklatnya
di Klaten mbak. Sampai pada keperluan
masak
dan
keperluan
pembelajaran.
Kalau dikatakan lengkap atau belum
PUSDIK
Klaten
melengkapi
sarana
berusaha
yang
untuk
dibutuhkan
mbak.
PELAKSANAAN :
EP
:
untuk
pelaksanaan
proses
Pelaksanaan kurikulum sudah sesuai
Bagaimana implementasi pembelajaran mbak rosi dapat melihat
190
kurikulum
dibuat?
yang
telah jadwal yang telah dibuat, namun jika lebih dengan ketentuan 232 JP yang tertera
rinci
pelaksanaan
pembelajaran
harus di perkap POLRI nomor 24 tahun
sesuai dengan prosedur yang telah tertera 2007. Melalui jadwal kita dapat
di perkap POLRI nomor 24 tahun 2007 mengetahui
bahwa
jumlah
jam
pelajaran
harus pelaksanaan
memenuhi 232 JP, baru dapat dinyatakan pelatihan.
lulus
Gada
Pratama.
materi
untuk
pendidikan
Dalam
dan
pelaksanaannya
Biasanya narasumber tidak hanya berasal dari
pelaksanaannya yang mengisi tidak melulu kepolisian namun ada yang berasal
dari polres, misalnya mereka punya banyak dari instansi yang sesuai dengan
yel-yel itu yang memberikan selain dari materi
yang
instruktur juga mendapat dari team GTS, diharapkan
yakni pemandu atau pendamping
sudah
terjadwal,
materinya
dapat
disampaikan dengan baik dan sesuai.
HY : pelaksanaan proses diklat garis Selain itu team GTS yang mana
besarnya diisi oleh instruktur dari anggota disebut
191
dengan
pembina
dan
kepolisian
namun
terdapat
berapa pendamping
akan
narasumber yang memang kita datangkan persiapan
sebelum
dari instansi yang berkaitan dengan materi pembelajaran
dengan
yang
terdapat
di
jadwal.
Contohnya berlangsung.
melakukan
proses
narasumber
Misalnya
dengan
kemarin Kan ada materi DAMKAR to mengisi dengan berlatih yel-yel,
mbak?, nah itu kita bekerja sama dengan mars satpam, dan pembekalan ringan
petugas pemadam kebakaran untuk dapat untuk praktik kerja di lapangan.
memberikan materi teori dan praktik
berupa simulasi. Itu juga dinamakan
instruktur
namun
kepolisian.
bukan
Kemarin
mendokumentasi
dari
mbak
kegiatan
pihak
erosi
DAMKAR
bukan, itu dimasukkan saja. Itu salah satu
gaimana pelaksanaan dari kurikulum, atau
192
kegiatan dril tongkat dan borgol atau yang
lainnya.
Bagaiman
peserta
keaktifan TR : berkenaan dengan peserta didik disimpulkan
didik
dalam mbak, siswa di sini itu didik
bahwa
dalam
supaya pelaksanaannyan peserta didik atau
pelaksanaan pendidikan memiliki kedisiplinan yang tinggi, karena biasanya disebut siswa tersebut harus
dan pelatihan?
nanti ketika mereka sudah bekerja mereka mengikuti proses pendidikan dan
juga harus disiplin. Kalau satpam Ian dia pelatihan semi militer dan mematuhi
bekerja berdasarkan sifat yang sudah segala kebijakan yang telah dibuat
dibagi oleh atasannya, jadi kapanpun sifat sebelumnya. Hal tersebut bertujuan
yang dia peroleh mereka harus selalu siap untuk mempersiapkan para siswa
86.
Kemudian
kenapa
kita
juga dalam memasuki dunia kerja supaya
memberikan pendidikan mengenai jiwa terbiasa.
korsa, seperti yang mbak erosi lihat ketika
waktu makan, apabila makan satu ya
193
makan semua, kalau tidak makan satu ya
semua tidak makan, dihukum satu kena
hukuman semua. Pernah juga mbak dulu
pada saat makan ada beberapa orang yang
mengambil lauk dobel kemudian ketahuan.
Mereka akhirnya undak jadi makan terus
dihukum semua untuk lompat kodok, tapi
mereka tidak ada yang protes, itu karena
mereka sudah tertanam jiwa korsa mbak.
Selain itu peserta didik juga diajarkan
etika, contohnya ketika mereka mau masuk
ruang akademik, mereka harus hormat
dulu,
ketuk
pintu,
jin
masuk
sebagainya. Supaya etikanya bah
194
dan
HF : Peserta didik atau siswa itu didik
untuk bekal mereka di lapangan pekerjaan
mbak,
jadi di
sini
pendidikan juga
dilaksanakan semi militer
Bagaiman pendidik dan BT
tenaga kependidikan?
:
tentunya
dalam
pelaksanaan pendidikan Pendidik dan tenaga kependidikan
membutuhkan
berkas-berkas harus saling bersinergi, untuk itu
yang berkaitan dengan administrasi mbak, komunikasi dan koordinasi sangatlah
misal adanya BAP itu difungsikan untuk dipentingkan.
mengetahui kehadiran instruktur supaya bertugas
kami
juga
dapat
dengan
Pengelola
mempersiapkan
program
segala
mudah macam bentuk administrasi yang
menghitung honor yang akan diberikan berupa berkas, pembina berperan
kepada instruktur. Kemudian untuk reka dalam mempersiapkan pendidikan
absen setiap hari yang biasa kita lakukan dan pelatihan sebelum instruktur
itu difungsikan untuk mengetahui keluar datang.
195
Sedangkan
instruktur
masuknya siswa setiap pagi, siang, sore berperan
absen
juga
dapat
digunakan
sebagai terhadap
dalam
mengisi
materi
siswa
dalam
proses
pertimbangan untuk menentukan nilai pendidikan dan pelatihan. Jadi antara
siswa
instruktur pengelola program dan
IH : pendidik memang berasal dari polres pembina
memiliki
fungsi
yang
mbak tapi segala macam persiapan berasal berbeda-beda. Mereka bekerja sesuai
dari kita. Yakni bisa dikatakan sebagai TUPOKSI yang sudah ada. Namun
pengelola program. Yang mana kami juga harus selalu berkoordinasi.
memfasilitasi
instruktur
mulai
dari
makannya, snack
Bagaimana keuangan ?
VN : Alur pengeluaran dan pe kami akan Pelaksanaannya keuangan dikelola
tertera jelas dalam sistem. Segala bentuk oleh
pengeluaran harus sesuai dengan RAB dibantu
bagian
oleh
keuangan,
karyawan
namun
lain
yang telah disusun, apabila tidak sesuai diantaranya adalah bagian FO pusat,
196
maka harus melalui persetujuan dari induk 1, dan cabang Klaten. Alur
komisaris. Sumber dana kita ada 2, yaitu selanjutnya barulah diserahkan pada
dari
uang
pendaftaran
difungsikan untuk
siswa
memenuhi
yang bagian
keuangan.
fasilitas melakukan
siswa, selain itu ada khas GTS
Untuk
pengeluaran
dapat
bagian
keuangan terlebih dahulu membuat
IH : untuk alur keuangan induk satu hanya perencanaan RAB yang kemudian
sebagai pelayan pembayaran mbak. Missal diajukan
kepada
kepala
divisi
tanggal pembayaran sudah selesai kita juga pendidikan dan pelatihan, setelah
harus laporan ke pusat
IW
:
pengelolaan
mendapatkan persetujuan dari kepala
keuangan
kami divisi selanjutnya diajukan kepada
diserahkan kepada mbak Vina selaku komisaris untuk dapat direalisasikan
bagian
keuangan,
tapi
dalam
hal berupa cek.
pembayaran dibantu oleh bagian FO dan
saya sendiri kalau di pusat. Kalau di Klaten
197
sama pak tentrem mbak, kalau di induk 1
dengan bu ika. Setelah selesai pelunasan
barulah diberikan kepada bu Ina, barulah
bu Ina mereka semuanya, kalau masalah
pembagian keuangan itu kami berdasarkan
RAB
jadi
memang
tidak
bisa
mengeluarkan uang dengan tiba-tiba tanpa
persetujuan komisaris
HY : sarana dan prasarana memang sangat Sarana
dan
penting mbak, pendidikan dan pelatihan pelaksanaan
prasarana
untuk
pendidikan
dan
satpam Ian tidak hanya melulu belajar pelatihan tidak hanya dilakukan di
dikelas atau dihalaman depan kelas namun dalam
pusat
pendidikan
dan
seperti yang kemarin kita lakukan pada pelatihan namun siswa juga diajak
saat lemdik itu, kita pergi ke alun alun, untuk keluar pusat pendidikan dan
198
kemudian di sungai. Nah itu salah satu pelatihan. Dalam hal pengelolaan
bentuk pemanfaatan lingkungan sekitar sarana dan prasarana, dikelola oleh
dalam hal penggunaan sarpras mbak. karyawan sendiri.
Kalau di Klaten ya kita di lapangan
belakang pusdik itu mbak yang besar
TR : Berkenaan dengan sarana dan
prasarana kami yang berada di pusdik
Klaten
hanya
pemelihara
sebagai pengelola dan
mbak,
selain
itu
untuk
pemanfaatan kami memanfaatkan semua
fasilitas yang tesedia, dan memanfaatkan
lingkungan mbak. Karena ketika jam
pelajaran praktik terkadang siswa kami
ajak keluar. Biasanya di lapangan, sembari
199
pemanasan latihan fisik dari pusdik ke
lapangan lari kecil-kecil mbak
2.
Bagaimana output
Bagaiman
keluaran SR : tidak sedikit alumni dari GTS yang
Keluaran yang diharapkan oleh GTS,
dari Pendidikan dan
peserta
didik
setelah langsung mendapatkan kerja, karena kami
sudah terpenuhi, mulai dari sikap
Pelatihan SATPAM di mengikuti diklat?
memfasilitasi penempatan kerja, masalah
disiplin, jiwa korsa harus dimili oleh
Garda Total Security
mereka mau mengambil tawaran atau tidak
alumni diklat. Dilihat dari alumni
itu pilihan mereka. Namun mereka harus
yang sudah lulus, semua materi yang
mengikuti peraturan dari kami. Tentunya
tertera dalam kurikulum dilakukan
mereka
harus
lolos
kualifikasi
yang
sesuai jadwal yang sudah disusun.
diinginkanoleh mitra kami mbak. Jadi
Siswa dibekali dengan pengetahuan
setiap ada diklat sebelum selesai kami
mengenai
sudah
melakukan
pengamatan
etika
profesi,
tupoksi
dalam
satpam,
kemampuan
kepolisian
rangka seleksi fisik dan pengetahuan,
terbatas,
memungkinkan kedisiplinan
200
bela
diri
POLRI,
WR : Dulu saya sempat bas bas mbak, pengenalan bahan peledak, barang
karena takutnya saya selesai pendidikan berharga,
pengenalan
narkoba,
dan pelatihan tidak bisa langsung kerja, penggunaan tongkat POLRI dan
karena ini saya mengikuti diklat satpam borgol, PBB. Dan masih banyak lagi.
juga
iseng-iseng
daripada
nganggur,
kemudian setelah saya mengikuti, belum
sampai
selesai
pendidikan
dan
pelatihannya saya mendapat panggilan
untuk menemui kepala divisi diklat untuk
dapat ke kantornya, disitu saya diberikan
banyak wejangan, pengetahuan, dilatih
fisik untuk disiapkan supaya bisa kerja di
solo, tepatnya di UNS mabk. Waktu itu
saya undak pikir panjang ada tawaran saya
201
ambil, jadi yang lain masih diklat saya
harus ke solo menemui pihak UNS. Selesai
diklat saya langsung kerja mbak, hanya
istirahat 2-3 hari saja.
YL : ini pertama kalinya saya mengikuti
pendidikan semi militer, sebelumnya saya
lulusan smk busana, setelah lulus saya
bingung mbak terus cari cari informasi di
facebook ada diklat satpam saya akhirnya
saya nyoba, di sini saya belajar tepat
waktu, peduli sesama, salin itu saya
sekarang bisa bela diri, tindakan pemadam
kebakaran, banyak sekali ilmu yang sudah
saya dapatkan mbak. Yang enaknya lagi
202
kemarin saya langsung dapet panggilan
kerja, disalurkan langsung sama pihak
GTS mbak
3.
Bagaimana Upaya
Bagaimana upaya GTS SR : tidak sedikit alumni dari GTS yang Penempatan
GTS dalam
dalam
menyalurkan lulusan
lulusan di dunia kerja?
kerja
pihak
GTS
menyalurkan langsung mendapatkan kerja, karena kami melakukan penawaran, yang mana di
memfasilitasi penempatan kerja, masalah dalamnyan terdapat perjanjian dan
ke lapangan
mereka mau mengambil tawaran atau tidak tawaran yang akan didapatkan oleh
pekerjaan?
itu pilihan mereka. Namun mereka harus mitra kerja. Telah keduanya sepakat
mengikuti peraturan dari kami. Tentunya barulah
mereka
harus
lolos
kualifikasi
setiap ada diklat sebelum selesai kami diberikan
melakukan
pengamatan
MOU.
yang Penempatan kerja selalu ditawarka
diinginkanoleh mitra kami mbak. Jadi kepada
sudah
melakukan
siswa,
tentunya
kualifikasi
akan
yang
dalam dibutuhkan oleh perusahaan yang
rangka seleksi fisik dan pengetahuan, meminta, namun dengan catatan
203
memungkinkan kedisiplinan. Tidak sebatas alumni harus siap ditempatkan di
itu saja mbak, semisal ada alumni yang seluruh wilayah Indonesia. Selain itu
sudah lama keluar dari diklat dan ternyata GTS juga memfasilitasi bagi alumni
belum memiliki pekerjaan, kamu juga yang
sudah
lama
belum
memberikan fasilitas kepada untuk mereka mendapatkan pekrjaan untuk dapat
dapat menitipkan berkas lamaran kerja, menitipkan berkas lamaran kerja ke
yang nanti apabila ada lowongan kerja kantor pusat atau kantor cabang.
akan kita panggil.
IW : berbicara mengenai penempatan kerja
kami memang memfasilitasi untuk itu,
namun itu kembali lagi kepada siswa
mbak, kalau mereka mau mengambil dan
siap ditempatkan dimanapun ya mereka
langsung kerja, tapi kalau tidak mau
204
mereka biasanya mencari sendiri. Karena
kita memang memiliki banyak sekali mitra
untuk penempatan kerja. Selain itu banyak
perusahaan di bidang outsorching
yang
datang kepada kami untuk mencari tenaga
pengaman,
njenengan
contohnya
lihat
itu
yang
ISS
pernah
yang
dari
Semarang. Dalam melakukan kerja sama
tentunya kita melakukan penawaran dulu
mbak sampai kita melakukan MOU
4.
Faktor pendukung dan
Apa
sajakah
penghambat
pendukung ?
faktor TR
:
mbak
kalau
pendukung itu sangat
berbicara
faktor Faktor
banyak sekali, berpengaruh
pendukung
dalam
sangat
terlaksananya
karena kalau tidak ada dukungandari pendiidkan dan pelatihan. Mulai dari
205
siapapun kami juga tidak mungkin masih siswa, infrastruktur yaitu sarana dan
eksis. Mulai dari siswa, infrastruktur yaitu prasarana, pengelola, Team GTS,
sarana dan prasarana, pengelola, Tan GTS, POLRES setempat, serta mitra kerja.
POLRES setempat, serta mitra kerja. Karena GTS merupakan BUJP yang
Karena GTS itu bisa dikatakan BUJP yang baik
dari
segi
pelayanan
dan
baik darisegi pelayanan dan penyaluran penyaluran kerja.
kerja.
Apa
sajakah
penghambat
pelaksanaan
faktor HY : sebenarnya faktor penghambat itu Hambatan
dalam tergantung bagaimana kita menyikapinya pelaksanaan
terjadi
adalah
selama
kurangnya
program mbak, memang kami dalam pelaksanaan koordinasi saat pelaksanaan tentunya
pendidikan dan pelatihan banyak
satpam?
yang
sekali
problem
yang
terjadi. akan
menghambat
proses
diklat
Karena setiap keputusan yang diambil di mulai dari ketidakhadiran instruktur
lapangan harus seijin atasan kita. Jadi yang tanpa pemberitahuan sampai
apabila kami selaku bagian lapangan dengan
206
memahami
karakteristik
kurang
berkoordinasi
tentunya
akan setiap siswa. Latar belakang siswa
menghambat pelaksanaan. Namun selama yang beraneka ragam membuat pihak
ini selalu ada pemecahannya, dan bisa GTS harus mampu memahami.
dibicarakan dengan baik.
Kalau dari
peserta didik biasanya masalah perijinan
mbak, apabila kami akan memberikan jin
kepada
mereka tentunya
mempertimbangkan
kami
banyak
hal,
harus
nah
terkadang karena hal tersebut banyak siswa
yang keras kepala dengan emosi, jadi kami
juga harus bisa menangani. Selain itu
ketidakhadiran
instruktur
tanpa
pemberitahuan membuat kami berpikir
harus diisi materi apa itu mbak
207
5.
Upaya meminimalisir
Bagaimana upaya gas HY : “dalam setiap pelaksanaan program Sudah terdapat upaya upaya yang
hambatan dan
dalam
mengoptimalkan
hambatan ?
dukungan
meminimalisir pasti ada hambatan entah sekecil apapun dilakukan
itu, namun hal tersebut perlu disikapi hambatan
secara
positif
mbak,
kami
selalu pelaksanaan
mengusahakan dapat diminimalisir dengan upaya
baik,
selama
berlangsungnya
ini
yang
untuk
yang
meminimalisir
terjadi
program
selama
kegiatan,
tersebut
berupa
menghabat memperbanyak koordinasi dengan
pelaksanaan
adalah atasan, serta melakukan antisipasi
terjadinya miskomunikasi antara yang untuk kemoloran kegiatan, serta
berada
dikantor
dan
lapangan,
serta antisipasi
materi
yang
akan
kurangnya koordinasi dalam beberapa disampaikan kepada peserta didik
kegiatan,
namun
kami
selalu jika instrukturnya berhalangan hadir.
mengusahakan untuk saling berkomunikasi
dalam setiap hal. Hal tersebut diupayakan
untuk tidak terjadi salah paham. Selain itu,
208
kemoloran kegiatan yang tidak diduga juga
perlu adanya upaya atau antisipasi mbak,
karena
untuk
dapat
mengendalikan
kegiatan selanjutnya.”
Bagaiman upaya dalam SR : Faktor pendukung kita itu banyak Berdasarkan hasil wawancara diatas
mengoptimalkan
mbak, karena tanpa ada dukungan dari dapat kita ketahui bahwa upaya yang
dukungan yang ada?
berbagai pihak kami tidak akan berjalan dilkakukan oleh garda total security
dengan baik sampai sekarang ini, hal dalam mengotimalkan dukungannya
sekecil
apapun
saya
anggap
sebagai adalah dengan menjalin hubungan
dukungan. Misalnya panjenengan itu juga baik kepada siapapun yang berperan
termasuk
dukungan
keberadaan
panjenengan
tentunya
akan
209
untuk
diketahui
di
kami, dan perpartisipasi dalam pelaksanaan
sini
oleh
itu program pendidikan dan pelatihan.
dosen
njenengan, temen njenengan, itu tanpa kita
sadari bagian dari pemasaran mbak, selain
itu alumni, mitra kerja yang sudah dan atau
yang akan bekerjasama dengan kami.
Karena banyak permintaan untuk dapat
bekerja sama dalam penyaluran alumni
ataupun peserta didik mbak. Selain itu
pihak polres selalu membantu kami dalam
hal perijinan dan pelaksanaan sebagai
instruktur. Serta tenaga administrasi dan
logistik, ibu manase semua itu faktor
pendukung bagi kami mbak. Selain itu
sarana dan prasarana yang ada juga dapat
menjadi
faktor
210
pendukung.
Kami
mengupayakan untuk selalu terjalin dengan
baik.
Dan
diperlakukan
mestinya mbak.”
211
sebagaimana
Lampiran 12. Triangulasi
No.
Pertanyaan
Reduksi
1.
Kesimpulan
IW : Jadi begini mbak kami pihak BUJP
Tidak terdapat perencanaan mengenai
PERENCANAAN:
hanya sebagai penyedia dan penyelenggara
kurikulum
Apa yang dilakukan atau
namun
untuk
terdapat
jasa keamanan, untuk perencanaan yang
perencanaan
dipersiapkan
hanya
yang
berupa
jadwal
berkaitan dengan kurikulum itu langsung
pelaksanaan diklat.jadi setiap lembaga
pembuatan kurikulum?
diberikan dari pihak POLRES setempat,
BUJP harus melaksanakan ketentuan
artinya Dimana kami menyelenggarakan
pelaksanaan diklat sebanyak 232 jam
diklat, ya dari situ kami mendapatkan jadwal,
pelajaran seperti yang telah tertera dalam
misalkan
kemarin
itu
kami
kurikulum pendidikan dan pelatihan
menyelenggarakan di Klaten berarti kita
SATPAM
melakukan
koordinasi
berkaitan
tingkat
Gada
Pratama.
dengan
Kurikulum sudah tertera dalam perkap
jadwal pelaksanaan dengan POLRES Klaten,
POLRI
nomor
24
tahun
2007.
karena nantinya ketika pelaksanaan yang jadi
Kurikulum tersebut sudah dibuat oleh
instruktur adalah anggota POLRES Klaten.
pemerintah pusat.
212
nah jadwal itu dibuat berdasarkan kurikulum
yang sudah dibuat oleh POLDA
EP : Perencanaan kurikulum itu langsung dari
pemerintah yang diturunkan kepada POLDA
setempat, kami selaku anggota yang berperan
sebagai
instruktur
dari pihak
POLRES
setempat hanya melakukan perintah atau
penyelenggara, sebelumnya kita pihak polres
itu ketika akan membuat perencanaan yang
berupa jadwal, kami harus membuat rencana
kegiatan (RENGIAT), setelah bikin rengiat
kita mengajukan SPRINT (Surat Perintah) ke
POLDA nanti POLDA menunjuk POLRES
setempat barulah kami berani membuat
jadwal
kegiatan
yang
213
mengacu
pada
kurikulum 232 JP
nah kemudian dari
kurikulum itu nanti polres yang menentukan
jadwal pelaksanaannya mbak, tentunya kamu
juga berkoordinasi dengan pihak BUJP, kalau
cabang Purworejo ya sama bu dewi atau
langsung dengan pak Suryadi.
DK : Jadi begini mbak Ros, berkaitan dengan
kurikulum kita berpegang pada peraturan
kepolisian Negara Republik Indonesia nomor
24 tahun 2007. Disitu sudah disampaikan
bahwa kami selaku BUJP berperan sebagai
penyedia dan pelaksanaan jasa pengamanan,
jadi tidak terdapat perencanaan kurikulum
seperti di sekolah-sekolah, namun kami
melakukan perencanaan pelaksanaan yang
214
biasa disebut RENGIAT (rencana kegiatan)
setelah itu kami berkoordinasi dengan pihak
POLRES karena merekalah yang berperan
dalam pelaksanaan, para pak polisi pak polisi
itu nantinya ketika pelaksanaan yang akan
menjadi instrukturnya.
Kurikulum dilaksanakan sebagai acuan
Kapan
kurikulum IW : Dilaksanakannya ya pas pak eko membuat
pembuatan jadwal, berdasarkan perkap
tersebut
dilaksanakan jadwal mbak, sama pas kita pelaksanaan diklat.
Polri nomor 24 tahun 2007 kurikulum
dan
Bagaimana
isi Nah itu Ian setiap 2 bulan sekali diklatnya
untuk pelatihan satpam harus 232 JPL.
kurikulum tersebut.?
bahkan bisa 1 bulan sekali bahkan 1 periode itu
sampai dua angkatan. Atau 3 angkatan. Ada
yang di Purworejo, Klaten dan Wonosobo.
Ya kalau ditanya bagaimana kurikulum ya
sudah pas mbak karena itu Ian mengacu pada
215
peraturan kepolisian. Dan diturunkan langsung
dari pusat.
EP : Kalau pelaksanaannya ya setiap pelatihan
dilakukakan. Jadi nanti kurikulum itu baru
sebagai desainnya rencana. Nah baru kita buat
jadwalnya.
Isinya sesuai dengan perkap Polri mbak
DK : Ketika kita hendak membuat jadwal.
Isinya sesuai dengan PERKAP POLRI nomor
24 tahun 2007
Apa yang dilakukan /
IW : Jadi ini mbak kalau persiapan kita rasa Perencanaan peserta didik merupakan
dipersiapkan
sudah berlangsung dengan sendirinya, karena bagian yang sengat penting dalam proses
dalam
penerimaan peserta didik
itu Ian sudah kita jadikan sebagai rutinitas. pelaksanaan
diklat,
baru
Jadi misal Klaten diklat, dengan sendirinya pelaksanaan
BUJP
216
karena
setiap
memiliki
target
banyak peserta yang datang untuk mendafta, siswa. Jika dilihat dari keberagaman
kemudian kita merencanakan untuk diklat lagi, peserta didik, dan latar belakang yang
dan begitu seterusnya. Karena setiap alumni berbeda maka kesadaran pihak instruktur
yang keluar itu pasti ada yang membawa siswa dan
baru.
pembina
sangatlah
diperlukan,
supaya tidak terjadi kesalahan dalam
EP : untuk perekrutan siswa itu bisa dari GTS, berkoordinasi.
bisa dari POLRES, dan bisa dari umum. Ow Security
BUJP
Garda
Total
strategi
untuk
siswa.mulai
dari
memiliki
iya mbak tidak sedikit juga dari alumni diklat. mendapatkan
Karena sebelum mereka lulus dari GTS pemberian reward kepada orang yang
mereka
diberikan
pembekalan,
dalam mendapatkan siswa, melakukan kerja
pembekalan itu biasanya disisipkan informasi sama terhadap instansi-instansi di daerah
mengenai adanya reward untuk alumni yang Jateng dan DIY. Serta pengelola harus
memberikan informasi mengenai pelaksanaan mempersiapkan fasilitas yang diberikan
pendidikan dan pelatihan, jadi ketika ada siswa untuk
baru pasti ditanya dapat informasi dari mana statusny
217
peserta
didik
yang
berbeda
begitu mbak.
DK : Yang dilakukan dan dipersiapkan
tentunya kita sosialisasikan terlebih dahulu
kepada calon alumni diklat. Ayah bisa
dikatakan marketing mbak
HY : dalam perencanaan yang berkaitan
dengan peserta didik itu kami pihak BUJP
merencanakan untuk teknis pembayaran dan
fasilitas yang diberikan, karena mereka yang
sudah bekerja hanya mendapatkan fasilitas
berupa topi, kaos dan Training saja. Namun
yang reguler mendapatkan fasilitas lengkap
yang berupa topi, seragam PDH, sampai sepatu
PDH juga mendapat mbak. Namun dalam
pelaksanaannya
mereka
218
mendapatkan
perlakuan yang sama. Dalam mencari peserta
didik kamu melakukan publikasi melalui
media cetak, media sosial dan alumni, selain
itu kami dibantu oleh POLRES
VN: Peserta didik kita dapatkan dari berbagai
macam daerah dan kalangan, selain itu kita
juga melakukan kerja sama dengan beberapa
pihak, salah satunya adalah PT GATRA, kami
melakukan
MOU
terlebih
dahulu
dan
melakukan kesepakatan harga per siswa,
bahasa kerennya itu tender mbak.
Bagaimana
proses IW : Jadi ini mbak kalau persiapan kita rasa Perencanaan peserta didik merupakan
penerimaan peserta didik sudah berlangsung dengan sendirinya, karena bagian yang sengat penting dalam proses
baru ?
itu Ian sudah kita jadikan sebagai rutinitas. Jadi pelaksanaan
diklat,
misal Klaten diklat, dengan sendirinya banyak pelaksanaan
BUJP
219
karena
setiap
memiliki
target
peserta yang datang untuk mendafta, kemudian siswa. Jika dilihat dari keberagaman
kita merencanakan untuk diklat lagi, dan begitu peserta didik, dan latar belakang yang
seterusnya. Karena setiap alumni yang keluar berbeda maka kesadaran pihak instruktur
itu pasti ada yang membawa siswa baru.
dan
pembina
sangatlah
diperlukan,
Proses penerimaan yo ming Koo mono mbak supaya tidak terjadi kesalahan dalam
siswa kita suruh mengisi berkas, kemudian kita berkoordinasi.
jelaskan fasilitas yang diperoleh, sampai
BUJP Garda Total Security memiliki
dengan penyerahan syarat-syarat. Kemudian
strategi untuk mendapatkan siswa.mulai
yang terakhir pelunasan.
dari pemberian reward kepada orang
EP : untuk perekrutan siswa itu bisa dari GTS,
yang mendapatkan siswa, melakukan
bisa dari POLRES, dan bisa dari umum. Ow
kerja sama terhadap instansi-instansi di
iya mbak tidak sedikit juga dari alumni diklat.
daerah Jateng dan DIY. Serta pengelola
Karena sebelum mereka lulus dari GTS mereka
harus
mempersiapkan fasilitas
yang
diberikan pembekalan, dalam pembekalan itu
diberikan untuk peserta didik yang
biasanya
disisipkan
informasi
220
mengenai
adanya
reward
untuk
alumni
yang berbeda statusnya.
memberikan informasi mengenai pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan, jadi ketika ada siswa
baru pasti ditanya dapat informasi dari mana
begitu mbak
HY : dalam perencanaan yang berkaitan
dengan peserta didik itu kami pihak BUJP
merencanakan untuk teknis pembayaran dan
fasilitas yang diberikan, karena mereka yang
sudah bekerja hanya mendapatkan fasilitas
berupa topi, kaos dan Training saja. Namun
yang reguler mendapatkan fasilitas lengkap
yang berupa topi, seragam PDH, sampai sepatu
PDH juga mendapat mbak. Namun dalam
pelaksanaannya
mereka
221
mendapatkan
perlakuan yang sama. Dalam mencari peserta
didik kamu melakukan publikasi melalui media
cetak, media sosial dan alumni, selain itu kami
dibantu oleh POLRES
VN : Peserta didik kita dapatkan dari berbagai
macam daerah dan kalangan, selain itu kita
juga melakukan kerja sama dengan beberapa
pihak, salah satunya adalah PT GATRA, kami
melakukan
MOU
terlebih
dahulu
dan
melakukan kesepakatan harga per siswa,
bahasa kerennya itu tender mbak
pendidik
dan
kependidikannya
tenaga HY : instruktur berasal dari anggota kepolisian Berdasarkan penjelasan bahwa tidak
yang sudah ditunjuk oleh POLRES, tentunya terdapat
anggota
yang
memiliki
pengalaman
kriteria
untuk
penentuan
di instruktur, dikarenakan instruktur untuk
bidangnya. Karena banyak materi pendidikan proses pembelajaran sudah disediakan
222
dan pelatihan adalah materi yang sudah oleh POLRES setempat. BUJP hanya
dimiliki pihak kepolisian, misalkan untuk berperan
sebagai
materi yang berkaitan dengan penjagaan, membantu
persiapan
pembina
yang
dalam
proses
pengawalan, dan patroli, tentunya instruktur pembelajaran. Seperti yang dilihat oleh
yang dipilih harus mumpuni di bidangnya. peneliti pada saat melakukan observasi,
Kalau dari GTS itu disebut dengan team GTS, bahwasanya pembina dari team GTS
biasanya
materi
yang
diberikan
berupa hanya
pembekalan dan penyaluran kerja
mempersiapkan
sebelum
berlangsungnya proses pembelajaran.
DK : penentuan instruktur dilakukan oleh
POLRES, jadi kami tidak ada perekrutan dan
penentuan kriteria untuk persyaratan menjadi
instruktur. BUJP hanya menyiapkan team yang
bertugas sebagai pembina dan pendamping
Bagaimana
apa
keuangan,
sajakah
yang
VN
: dalam melakukan perencanaan Dapat
keuangan
saya
merancang
223
RAB
disimpulkan
bahwa
dalam
(atau perencanaan keuangan, maka tentunya
dipersiapkan
siapakah
dan
merinci) untuk pengeluaran setelah RAB jadi yang bertugas di bagian keuangan
yang
diajukan kepada kepala divisi, setelah di ACC melakukan perencanaan perinciaan dana
mengelolah keuangan?
oleh kepala divisi barulah diajukan kepada atau
membuat
RAB
untuk
komisaris uruk dapat melakukan pengeluaran keberlangsungan program, karena RAB
cek. Memang saya bagian keuangan saya tersebut harus diajukan kepada kepala
sendiri, namun untuk pelaksanaannya proses divisi terlebih dahulu sebelum adanya
pembayaran yang meliputi pendaftaran dan realisasi berupa cek dari komisaris GTS.
heregistrasi dibantu oleh bagian FO (Front Sumber dana tidak hanya berasal dari
Office). Sumber dana sebenernya ada dua, peserta namun adanya kerja sama akan
kalau tidak ada kerja sama pyur dari siswa, membantu. Untuk realisasi pengeluaran
kalau yang ada kerja sama misalnya kerja itu dari pembayaran siswa.
sama dengan dinas sosial, perusahaan dan dan
instansi. Jadi mereka ada SATPAM namun
belum bersertifikasi nanti kita melakukan
MOU untuk kesepakatan harga
224
IW : memang kalau untuk
perencanaan
keuangan itu berasal dari hasil pendaftaran
siswa mbak, jadi uang yang dibabyarkan
siswa nantinya juga untuk siswa lagi, kalau
yang masuk kantor berapa itu kami tidak bisa
menyampaikan. Yang jelas sebelum peserta
menyepakati biaya pendidikan dan pelatihan
kami menjelaskan fasilitas yang didapatkan
selama berlangsung pendidikan dan pelatihan,
seperti itu
Bagaimanakah
TR : sarana dan prasarana kami sudah Sarana dan prasarana yang terdapat di
pengelolaan sarana dan
mempersiapkan dari dulu mbak kalau di tempat pendidikan dan pelatihan sudah
prasarana?
pusdik Klaten itu sudah lengkap, mulai dari memadai.
barak barak itu tempat tidur siswa itu mbak, memasak
Mulai
dari
hingga
keperluan
keperluan
kemudian kamar mandi, peralatan masak, pembelajaran, serta fasilitas barak dan
225
keperluan administrasi, lapangan, sampai MCK untuk siswa pendidikan dan
dengan untuk proses pembelajaran itu ada pelatihan. Sarana yang belum dimiliki
LCD, proyektor, sound sistem, dll. Kemudian oleh pusdik dan penggunaannya hanya
yang kita masih menyewa itu misalnya kursi, sementara
kemudian peralatan untuk peragaan siswa menyewa
seperti itu mbak
berlangsung.
MH : pemeliharaan sarana dan prasarana saya
yang bertugas, dalam Hal ini semua hal yang
berkaitan untuk menunjang berlangsungnya
proses
pendidikan
dan
pelatihan
saya
pastiakan mendapat perintah dari atasan. Itu
kalau diklatnya di Klaten mbak. Sampai pada
keperluan
masak
dan
keperluan
pembelajaran. Kalau dikatakan lengkap atau
belum PUSDIK Klaten berusaha untuk
226
biasanya
selama
pihak
BUJP
kegiatan
diklat
melengkapi sarana yang dibutuhkan mbak.
PELAKSANAAN :
EP : untuk pelaksanaan proses pembelajaran
Pelaksanaan kurikulum sudah sesuai
Bagaimana implementasi mbak rosi dapat melihat jadwal yang telah
dengan ketentuan 232 JP yang tertera di
kurikulum
yang
telah dibuat, namun jika lebih rinci pelaksanaan
perkap POLRI nomor 24 tahun 2007.
dibuat?
pembelajaran harus sesuai dengan prosedur
Melalui jadwal kita dapat mengetahui
yang telah tertera di perkap POLRI nomor 24
materi untuk pelaksanaan pendidikan
tahun 2007 bahwa jumlah jam pelajaran harus
dan pelatihan. Dalam pelaksanaannya
memenuhi 232 JP, baru dapat dinyatakan lulus
narasumber tidak hanya berasal dari
Gada Pratama. Biasanya pelaksanaannya yang
kepolisian namun ada yang berasal dari
mengisi tidak melulu dari polres, misalnya
instansi yang sesuai dengan materi yang
mereka
punya
banyak
yel-yel
itu
yang
sudah terjadwal, diharapkan materinya
memberikan
selain
dari
instruktur
juga
dapat disampaikan dengan baik dan
mendapat dari team GTS, yakni pemandu atau
sesuai. Selain itu team GTS yang mana
pendamping
disebut
HY : pelaksanaan proses diklat garis besarnya
227
dengan
pembina
dan
diisi oleh instruktur dari anggota kepolisian pendamping akan melakukan persiapan
namun terdapat berapa narasumber
yang sebelum proses pembelajaran dengan
memang kita datangkan dari instansi yang narasumber
berlangsung.
Misalnya
berkaitan dengan materi yang terdapat di dengan mengisi dengan berlatih yel-yel,
jadwal. Contohnya kemarin Kan ada materi mars satpam, dan pembekalan ringan
DAMKAR to mbak?, nah itu kita bekerja sama untuk praktik kerja di lapangan.
dengan petugas pemadam kebakaran untuk
dapat memberikan materi teori dan praktik
berupa simulasi. Itu juga dinamakan instruktur
namun bukan dari pihak kepolisian. Kemarin
mbak
erosi
mendokumentasi
kegiatan
DAMKAR bukan, itu dimasukkan saja. Itu
salah
satu
gaimana
pelaksanaan
dari
kurikulum, atau kegiatan dril tongkat dan
borgol atau yang lainnya.
228
Bagaiman
peserta
keaktifan TR : berkenaan dengan peserta didik mbak, disimpulkan
didik
dalam siswa di sini itu didik
bahwa
supaya memiliki pelaksanaannyan
peserta
dalam
didik
atau
pelaksanaan pendidikan kedisiplinan yang tinggi, karena nanti ketika biasanya disebut siswa tersebut harus
dan pelatihan?
mereka sudah bekerja mereka juga harus mengikuti
disiplin.
Kalau
satpam
Ian
dia
proses
pendidikan
dan
bekerja pelatihan semi militer dan mematuhi
berdasarkan sifat yang sudah dibagi oleh segala kebijakan yang telah dibuat
atasannya, jadi kapanpun sifat yang dia peroleh sebelumnya.
Hal
tersebut
bertujuan
mereka harus selalu siap 86. Kemudian kenapa untuk mempersiapkan para siswa dalam
kita juga memberikan pendidikan mengenai memasuki dunia kerja supaya terbiasa.
jiwa korsa, seperti yang mbak erosi lihat ketika
waktu makan, apabila makan satu ya makan
semua, kalau tidak makan satu ya semua tidak
makan, dihukum satu kena hukuman semua.
Pernah juga mbak dulu pada saat makan ada
beberapa orang yang mengambil lauk dobel
229
kemudian ketahuan. Mereka akhirnya undak
jadi makan terus dihukum semua untuk lompat
kodok, tapi mereka tidak ada yang protes, itu
karena mereka sudah tertanam jiwa korsa
mbak. Selain itu peserta didik juga diajarkan
etika, contohnya ketika mereka mau masuk
ruang akademik, mereka harus hormat dulu,
ketuk pintu, jin masuk dan sebagainya. Supaya
etikanya bah
HF : Peserta didik atau siswa itu didik untuk
bekal mereka di lapangan pekerjaan mbak, jadi
di sini pendidikan juga dilaksanakan semi
militer
Bagaiman pendidik dan BT : dalam pelaksanaan pendidikan tentunya Pendidik dan tenaga kependidikan harus
tenaga kependidikan?
membutuhkan berkas-berkas yang berkaitan saling bersinergi, untuk itu komunikasi
230
dengan administrasi mbak, misal adanya BAP dan koordinasi sangatlah dipentingkan.
itu difungsikan untuk mengetahui kehadiran Pengelola
program
bertugas
instruktur supaya kami juga dapat dengan mempersiapkan segala macam bentuk
mudah menghitung honor yang akan diberikan administrasi
yang
berupa
berkas,
kepada instruktur. Kemudian untuk reka absen pembina berperan dalam mempersiapkan
setiap hari yang biasa kita lakukan itu pendidikan
difungsikan
untuk
mengetahui
dan
pelatihan
sebelum
keluar instruktur datang. Sedangkan instruktur
masuknya siswa setiap pagi, siang, sore absen berperan dalam mengisi materi terhadap
juga dapat digunakan sebagai pertimbangan siswa dalam proses pendidikan dan
untuk menentukan nilai siswa
pelatihan.
IH : pendidik memang berasal dari polres mbak pengelola
Jadi
antara
program
instruktur
dan
pembina
tapi segala macam persiapan berasal dari kita. memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Yakni
bisa
dikatakan
sebagai
pengelola Mereka bekerja sesuai TUPOKSI yang
program. Yang mana kami juga memfasilitasi sudah
instruktur mulai dari makannya, snack
231
ada.
berkoordinasi.
Namun
harus
selalu
Bagaimana keuangan ?
VN : Alur pengeluaran dan pe kami akan Pelaksanaannya keuangan dikelola oleh
tertera jelas dalam sistem. Segala bentuk bagian keuangan, namun dibantu oleh
pengeluaran harus sesuai dengan RAB yang karyawan lain diantaranya adalah bagian
telah disusun, apabila tidak sesuai maka harus FO pusat, induk 1, dan cabang Klaten.
melalui persetujuan dari komisaris. Sumber Alur selanjutnya barulah diserahkan
dana kita ada 2, yaitu dari uang pendaftaran pada bagian keuangan. Untuk dapat
siswa yang difungsikan untuk memenuhi melakukan pengeluaran bagian keuangan
fasilitas siswa, selain itu ada khas GTS
terlebih dahulu membuat perencanaan
IH : untuk alur keuangan induk satu hanya RAB yang kemudian diajukan kepada
sebagai pelayan pembayaran mbak. Missal kepala divisi pendidikan dan pelatihan,
tanggal pembayaran sudah selesai kita juga setelah mendapatkan persetujuan dari
harus laporan ke pusat
kepala
IW : pengelolaan keuangan kami diserahkan kepada
232
divisi
selanjutnya
komisaris
untuk
diajukan
dapat
kepada mbak Vina selaku bagian keuangan, direalisasikan berupa cek.
tapi dalam hal pembayaran dibantu oleh bagian
FO dan saya sendiri kalau di pusat. Kalau di
Klaten sama pak tentrem mbak, kalau di induk
1 dengan bu ika. Setelah selesai pelunasan
barulah diberikan kepada bu Ina, barulah bu
Ina
mereka
semuanya,
kalau
masalah
pembagian keuangan itu kami berdasarkan
RAB jadi memang tidak bisa mengeluarkan
uang
dengan
tiba-tiba
tanpa
persetujuan
komisaris
HY : sarana dan prasarana memang sangat Sarana dan prasarana untuk pelaksanaan
penting
mbak,
pendidikan dan pelatihan pendidikan dan pelatihan tidak hanya
satpam Ian tidak hanya melulu belajar dikelas dilakukan di dalam pusat pendidikan dan
atau dihalaman depan kelas namun seperti pelatihan namun siswa juga diajak untuk
233
yang kemarin kita lakukan pada saat lemdik keluar pusat pendidikan dan pelatihan.
itu, kita pergi ke alun alun, kemudian di sungai. Dalam hal pengelolaan sarana dan
Nah itu salah satu bentuk pemanfaatan prasarana,
lingkungan sekitar dalam hal penggunaan sendiri.
sarpras mbak. Kalau di Klaten ya kita di
lapangan belakang pusdik itu mbak yang besar
TR : Berkenaan dengan sarana dan prasarana
kami yang berada di pusdik Klaten hanya
sebagai pengelola dan pemelihara mbak, selain
itu untuk pemanfaatan kami memanfaatkan
semua
fasilitas
memanfaatkan
yang
lingkungan
tesedia,
mbak.
dan
Karena
ketika jam pelajaran praktik terkadang siswa
kami ajak keluar. Biasanya di lapangan,
sembari pemanasan latihan fisik dari pusdik ke
234
dikelola
oleh
karyawan
lapangan lari kecil-kecil mbak
2.
Bagaiman
keluaran SR : tidak sedikit alumni dari GTS yang
Keluaran yang diharapkan oleh GTS,
peserta
didik
setelah langsung mendapatkan kerja, karena kami
sudah
mengikuti diklat?
memfasilitasi
penempatan
kerja,
terpenuhi,
mulai
dari
sikap
masalah
disiplin, jiwa korsa harus dimili oleh
mereka mau mengambil tawaran atau tidak itu
alumni diklat. Dilihat dari alumni yang
pilihan
mereka.
Namun
mereka
harus
sudah lulus, semua materi yang tertera
mengikuti peraturan dari kami. Tentunya
dalam
mereka
harus
lolos
kualifikasi
kurikulum
dilakukan
sesuai
yang
jadwal yang sudah disusun. Siswa
diinginkanoleh mitra kami mbak. Jadi setiap
dibekali dengan pengetahuan mengenai
ada
diklat
sebelum
selesai
kami
sudah
etika
profesi,
tupoksi
satpam,
melakukan pengamatan dalam rangka seleksi
kemampuan kepolisian terbatas, bela diri
fisik
dan
pengetahuan,
memungkinkan
POLRI,
pengenalan
bahan
peledak,
kedisiplinan
barang berharga, pengenalan narkoba,
WR : Dulu saya sempat bas bas mbak, karena
penggunaan tongkat POLRI dan borgol,
takutnya saya selesai pendidikan dan pelatihan
235
tidak bisa langsung kerja, karena ini
saya PBB. Dan masih banyak lagi.
mengikuti diklat satpam juga iseng-iseng
daripada nganggur, kemudian setelah saya
mengikuti, belum sampai selesai pendidikan
dan pelatihannya saya mendapat panggilan
untuk menemui kepala divisi diklat untuk dapat
ke kantornya, disitu saya diberikan banyak
wejangan, pengetahuan, dilatih fisik untuk
disiapkan supaya bisa kerja di solo, tepatnya di
UNS mabk. Waktu itu saya undak pikir
panjang ada tawaran saya ambil, jadi yang lain
masih diklat saya harus ke solo menemui pihak
UNS. Selesai diklat saya langsung kerja mbak,
hanya istirahat 2-3 hari saja.
YL : ini pertama kalinya saya mengikuti
236
pendidikan semi militer, sebelumnya saya
lulusan smk busana, setelah lulus saya bingung
mbak terus cari cari informasi di facebook ada
diklat satpam saya akhirnya saya nyoba, di sini
saya belajar tepat waktu, peduli sesama, salin
itu saya sekarang bisa bela diri, tindakan
pemadam kebakaran, banyak sekali ilmu yang
sudah saya dapatkan mbak. Yang enaknya lagi
kemarin saya langsung dapet panggilan kerja,
disalurkan langsung sama pihak GTS mbak
3.
Bagaimana upaya GTS SR : tidak sedikit alumni dari GTS yang Penempatan kerja pihak GTS melakukan
dalam
menyalurkan langsung mendapatkan kerja, karena kami penawaran, yang mana di dalamnyan
lulusan di dunia kerja?
memfasilitasi
penempatan
kerja,
masalah terdapat perjanjian dan tawaran yang
mereka mau mengambil tawaran atau tidak itu akan didapatkan oleh mitra kerja. Telah
pilihan
mereka.
Namun
237
mereka
harus keduanya sepakat barulah melakukan
mengikuti peraturan dari kami. Tentunya MOU.
mereka
harus
lolos
kualifikasi
Penempatan
kerja
selalu
yang ditawarka kepada siswa, tentunya akan
diinginkanoleh mitra kami mbak. Jadi setiap diberikan kualifikasi yang dibutuhkan
ada
diklat
sebelum
selesai
kami
sudah oleh perusahaan yang meminta, namun
melakukan pengamatan dalam rangka seleksi dengan
fisik
dan
pengetahuan,
catatan
memungkinkan ditempatkan
kedisiplinan. Tidak sebatas itu saja mbak, Indonesia.
alumni
di
Selain
harus
seluruh
itu
siap
wilayah
GTS
juga
semisal ada alumni yang sudah lama keluar memfasilitasi bagi alumni yang sudah
dari diklat dan ternyata belum memiliki lama belum mendapatkan pekrjaan untuk
pekerjaan, kamu juga memberikan fasilitas dapat menitipkan berkas lamaran kerja
kepada untuk mereka dapat menitipkan berkas ke kantor pusat atau kantor cabang.
lamaran
kerja,
yang
nanti
apabila
ada
lowongan kerja akan kita panggil.
IW : berbicara mengenai penempatan kerja
kami memang memfasilitasi untuk itu, namun
238
itu kembali lagi kepada siswa mbak, kalau
mereka mau mengambil dan siap ditempatkan
dimanapun ya mereka langsung kerja, tapi
kalau tidak mau mereka biasanya mencari
sendiri. Karena kita memang memiliki banyak
sekali mitra untuk penempatan kerja. Selain itu
banyak perusahaan di bidang outsorching
yang datang kepada kami untuk mencari tenaga
pengaman, contohnya yang pernah njenengan
lihat itu ISS yang dari Semarang. Dalam
melakukan kerja sama tentunya kita melakukan
penawaran dulu mbak sampai kita melakukan
MOU
4.
Apa
sajakah
faktor TR : mbak kalau berbicara faktor pendukung Faktor pendukung sangat berpengaruh
239
pendukung ?
itu sangat banyak sekali, karena kalau tidak ada dalam terlaksananya pendiidkan dan
dukungandari
siapapun
kami
juga
tidak pelatihan. Mulai dari siswa, infrastruktur
mungkin masih eksis. Mulai dari siswa, yaitu sarana dan prasarana, pengelola,
infrastruktur
yaitu
sarana dan prasarana, Team GTS, POLRES setempat, serta
pengelola, Tan GTS, POLRES setempat, serta mitra kerja. Karena GTS merupakan
mitra kerja. Karena GTS itu bisa dikatakan BUJP yang baik dari segi pelayanan dan
BUJP yang baik darisegi pelayanan dan penyaluran kerja.
penyaluran kerja.
Apa
sajakah
penghambat
pelaksanaan
faktor HY : sebenarnya faktor penghambat itu Hambatan
dalam tergantung
bagaimana
kita
yang
menyikapinya pelaksanaan
terjadi
adalah
selama
kurangnya
program mbak, memang kami dalam pelaksanaan koordinasi saat pelaksanaan tentunya
pendidikan dan pelatihan banyak sekali problem yang terjadi. Karena akan menghambat proses diklat mulai
satpam?
setiap keputusan yang diambil di lapangan dari ketidakhadiran instruktur yang tanpa
harus seijin atasan kita. Jadi apabila kami pemberitahuan
sampai
dengan
selaku bagian lapangan kurang berkoordinasi memahami karakteristik setiap siswa.
240
tentunya
akan
menghambat
pelaksanaan. Latar belakang siswa yang beraneka
Namun selama ini selalu ada pemecahannya, ragam
membuat
pihak
GTS
harus
upaya
upaya
yang
dan bisa dibicarakan dengan baik. Kalau dari mampu memahami.
peserta didik biasanya masalah perijinan mbak,
apabila kami akan memberikan jin kepada
mereka
tentunya
kami
harus
mempertimbangkan banyak hal, nah terkadang
karena hal tersebut banyak siswa yang keras
kepala dengan emosi, jadi kami juga harus bisa
menangani. Selain itu ketidakhadiran instruktur
tanpa pemberitahuan membuat kami berpikir
harus diisi materi apa itu mbak
5.
Bagaimana
dalam
upaya
gas HY : “dalam setiap pelaksanaan program pasti Sudah terdapat
meminimalisir ada hambatan entah sekecil apapun itu, namun dilakukan
hambatan ?
hal tersebut perlu disikapi secara positif mbak, hambatan
241
untuk
yang
meminimalisir
terjadi
selama
kami selalu mengusahakan dapat diminimalisir pelaksanaan program kegiatan, upaya
dengan baik, selama ini yang menghabat tersebut
berlangsungnya pelaksanaan adalah terjadinya koordinasi
berupa
dengan
memperbanyak
atasan,
serta
miskomunikasi antara yang berada dikantor melakukan antisipasi untuk kemoloran
dan lapangan, serta kurangnya koordinasi kegiatan, serta antisipasi materi yang
dalam beberapa kegiatan, namun kami selalu akan disampaikan kepada peserta didik
mengusahakan untuk saling berkomunikasi jika instrukturnya berhalangan hadir.
dalam setiap hal. Hal tersebut diupayakan
untuk tidak terjadi salah paham. Selain itu,
kemoloran kegiatan yang tidak diduga juga
perlu adanya upaya atau antisipasi mbak,
karena untuk dapat mengendalikan kegiatan
selanjutnya.”
Bagaiman upaya dalam SR : Faktor pendukung kita itu banyak mbak, Berdasarkan hasil wawancara diatas
242
mengoptimalkan
karena tanpa ada dukungan dari berbagai pihak dapat kita ketahui bahwa upaya yang
dukungan yang ada?
kami tidak akan berjalan dengan baik sampai dilkakukan oleh garda total security
sekarang ini, hal sekecil apapun saya anggap dalam
mengotimalkan
dukungannya
sebagai dukungan. Misalnya panjenengan itu adalah dengan menjalin hubungan baik
juga
termasuk
dukungan
untuk
kami, kepada siapapun yang berperan dan
keberadaan panjenengan di sini itu tentunya perpartisipasi
dalam
pelaksanaan
akan diketahui oleh dosen njenengan, temen program pendidikan dan pelatihan.
njenengan, itu tanpa kita sadari bagian dari
pemasaran mbak, selain itu alumni, mitra kerja
yang sudah dan atau yang akan bekerjasama
dengan kami. Karena banyak permintaan untuk
dapat bekerja sama dalam penyaluran alumni
ataupun peserta didik mbak. Selain itu pihak
polres selalu membantu kami dalam hal
perijinan dan pelaksanaan sebagai instruktur.
243
Serta tenaga administrasi dan logistik, ibu
manase semua itu faktor pendukung bagi kami
mbak. Selain itu sarana dan prasarana yang ada
juga dapat menjadi faktor pendukung. Kami
mengupayakan untuk selalu terjalin dengan
baik. Dan diperlakukan sebagaimana mestinya
mbak.”
244
Lampiran 13. Data Sarana dan Prasarana
NO
NAMA
JUMLAH
KEADAAN
1.
Kursi pendidikan
125
Baik
2.
Sound System
1
Baik
3.
Toa
1
Baik
4.
Papan tulis Whiteboard
1
Baik
5.
Barak (tempat tidur)
52
Baik
6.
Karpet
105
baik
7.
Televisi
1
Baik
8.
Komputer
1
Baik
9.
Sprinter
1
Baik
10.
Laptop
1
Baik
11.
Camera digital
1
Baik
12.
Set peralatan memasak
1
Baik
13.
Kompor
5
Baik
14.
Kamar mandi
8
Baik
15.
Dispenser
3
Baik
16.
Alat peraga /set
1
Baik
17.
Front Office
1
Baik
245
Lampiran 14. Struktur Pengelola Divisi DIKLAT SATPAM
Komisaris
: Alm Dr. Sekti Widodo
Direktur
: Agus Nurwijanarko
Kadiv Diklat
: Suradi
Kasi OPS Pusat
: Ika Wulandari
Kabag OPS Induk 1 : Dewi Kumalasari
Kasi OPS Induk 1
: Hadiyanto
Keuangan
: Febriana N Arma
Kepala PUSDIKLAT : CL Tentrem
Staff FO Pusat
: Aditya Rifka Prasetya
Satff FO Induk 1
: Ika Hartanti
Staff Administrasi
: Aninditya Banguntopo
Staff Operasional
: Rizky Aditya dan Ary Prasetyo
Pembina
: Hari Fitriyanta
Logistik
: Minharjo
246
Pembekalan dan Penerimaan Siswa Baru
Antean Potong Rambut Setelah pmbekalan awal
247
Sesi Foto Ijazah
Upacara Pembukaan
248
Pelaksanaan Sarapan Pagi Pukul 06.00
Pelaksanaan lemdik, Orientasi Lingkungan pendidikan
249
Persiapan Ujian Praktik
Orientasi lemdik 2
250
Pembekalan Akhir
Orientasi 1
251
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tampak Depan (Sarpras)
Latihan Peragaan di PUSDIK Klaten
252
Persiapan kegiatan Bela Diri
Praktik Damkar
253
252
253
254
255
256
257
258
259
Download