M3817 - Keluarga Berencana (KB)

advertisement
Page 1 of 8
09/14/16 - M3817 - Keluarga Berencana (KB)
Keluarga berencana adalah penggunaan cara- cara pengaturan fertilitas
secara ilmiah untuk membantu pasangan suami-istri untuk merencanakan
beranak, berapa dan kapan.
Kita akan berusaha menyimpulkan persoalan KB ini dalam tiga pertanyaan:
Bolehkah kita merencanakan keluarga?
Adakah Alkitab melarang hal ini?
Kalau boleh, cara-cara mana saja yang tidak bertentangan dengan Firman
Allah?
Bagaimana dengan saya sendiri?
Meskipun secara umum dalam suatu hal itu tidak bertentangan dengan
Firman Tuhan, tetapi kita masih harus mempertimbangkannyasecara pribadi,
sebab mungkin Allah tidak memperkenankannya, sebab Allah mempunyai
rencana yang lain bagi pribadi tersebut.
Begitu juga dengan KB. Karena itu sekalipun pertanyaan-pertanyaan di atas
dapat dijawab dengan "Ya", perlu setiap pasang suami-istri melanjutkan
bertanya pada Tuhan yang memiliki hidup mereka 1Kor 6:19-20 dengan
antara lain sebagai berikut:
Apakah " Tuan" juga menghendaki kami "orang-orang milikMu", memakai
cara-cara KB ?
Apakah Tuhan mau memberi anak pada kami?
Berapa anakkah yang "Tuan" suka kami "hamba-hambaMu" memilikinya?
Berapa tahunkah jarak antara setiap anak yang akan kami peroleh dari
"Tuan"?
Page 2 of 8
Dan lain-lain.
Suami-istri yang hidup didalam Kristus (2Kor 13:5; 1Yoh 3:24) tidaklah sukar
menerima keyakinan dalam hatinya dari Tuhan untuk jawaban-jawaban persoalan
ini. (Ef 5:17).
Kejadian 1: 28.
(Bacalah juga Kej. 9: 1,7/ 12:2/ 15:5/ 26:4/ 28:13-34/ 35:11/46:3 / 47:27 / 48:4 /
Kel 1:7 / Maz 127:3 dll).
Dalam ayat-ayat tsb. di atas berkat Allah dalam pernikahan ialah berkat
berkembang biak. Sebab itu orang2 Israel yang tidak beranak merasa malu
kalau mereka tidak mendapat berkat anak (turunan) dari Tuhan, misalnya
Rachel, Elizabet Luk 1:25.
Beberapa orang menganggap bahwa maksud utama dari pernikahan ialah
berkembang biak sebagaimana tertera dalam ayat-ayat tsb., sehingga rumah
tangga tanpa anak itu menyedihkan, dianggap tidak mencapai tujuannya dan
oleh karena itu berusaha ataumengatur (mengurangi) jumlah anak berarti
melawan berkat berkembang biak dari Allah.
Benarkah tafsiran semacam ini?
Ayat-ayat ini adalah ayat2 Wasiat Lama. Dalam Wasiat Baru kita tidak pernah
menemukan berkat semacam ini? Mengapa? Kita harus membedakan
penafsiran Wasiat Lama (WL) dan Wasiat Baru (WB).
Wasiat Lama dalam kebanyakan hal merupakan: LAMBANG,
BAYANG-BAYANG, IBARAT, TELADAN dan PERUMPAMAAN. Begitu pula
berkat "berkembang biak" dalam WL itu bagi kita sekarang ini yang hidup di
dalam WB mempunyai suatu arti rohani. (Lihat lebih lanjut dalam buku
"Penafsiran Wasiat Lama dan Wasiat Baru, oleh: Pdt. Jusuf BS).
B
Di dalam WB tidak pernah diberikan berkat berkembang biak secara jasmani
Page 3 of 8
(seperti dalam PL) tetapi diberikan berkat berkembang biak secara rohani !
Mat 28:18-20; Mark 16:15; Kis 1:8 / 2:47 / 6:7.
Inilah artinya secara rohani dari berkat-berkat berkembang biak dari Kejadian 1:28
untuk WB! Ayat-ayat ini menunjukkan penggenapan berkat "berkembang biak"
dalam zaman gereja, dari gereja yang mula-mula terus diberikan (digenapi) sampai
dalam zaman kita sekarang ini. Demikian juga, ini adalah penggenapan janji
berkembang biak dari Allah pada Abraham. Bagi kita sekarang, anak2 Abraham
secara rohani Gal 3:7.
Turunan Abraham yang menjadi seperti pasir di pantai laut dan seperti bintang di
langit, adalah kita, orang-orang Kristen, turunan Abraham secara rohani.
Beginilah seharusnya penafsiran atau pengetrapan "berkat berkembang biak" dari
PL bagi kita sekarang. Istri secara rohani, yaitu gereja-gereja yang mandul, yang
tidak mempunyai "anak" harus menangis dan berseru seperti Rachel: " Berikanlah
kepadaku anak; kalau tidak aku akan mati! (Kej 30:1).
Bagi kita sekarang, ini bukan tangisan dan jeritan untuk mendapat anak secara
lahiriah, tetapi tangisan untuk memperoleh anak-anak "rohani". gereja-gereja harus
hidup, subur dan berkembang biak, bertambah-tambah, mendapat banyak
anak-anak rohani seperti Israel Perjanjian Lama, dan seperti gereja mula-mula.
Setiap anak-anak Allah harus pergi mengeluarkan buah, mempunyai anak2 rohani
= memenangkan jiwa2, kalau tidak itu berarti mandul rohani dan tentu itu selalu ada
sebabnya, sangat memalukan. Luk 1:25. Segala macam dosa harus dibuang dan
dibereskan supaya Roh Kudus dapat bekerja menghasilkan "turunan-turunan
rohani".
Kita memerlukan kuasa Roh Kudus; kuasa Rohulkudus adalah kuasa untuk
berkembang biak. Kis 1:8.
Inilah berkat "berkembang biak" yang Tuhan maksudkan untuk zaman sekarang.
Bukan maksudnya "banyak anak" jasmani seperti beberapa orang mengirakannya!
(Ingat, inilah juga pelajaran yang sekarang makin dikenali dimana-mana, yaitu
pelajaran pertumbuhan gereja. Inilah berkat berkembang biak dalam WB bagi
gereja-gereja Tuhan). Biasanya mandul jasmani juga menyedihkan dan tetap boleh
minta anak pada Tuhan dan biasanya Tuhan juga memberikannya!
Manusia diciptakan dengan maksud berkembang biak supaya mengisi
Page 4 of 8
seluruh bumi, ini tertulis di dalam WL. Beberapa orang masih menerima
ayat-ayat ini dalam arti hurufiah, maka akibatnya bagi mereka, adalah tujuan
utama hidup manusia, begitu pula dengan
Tetapi Tuhan Yesus sebagai manusia memberi Teladan Hidup dan Pengajaran
yang sebaliknya.
Dia memberi teladan hidup membujang. Juga Rasul Paulus dll.
Dia mengajar murid-muridNya sampai pada kesimpulan sebagai berikut:
Jikalau demikian halnya hubungan antara suami-istri, lebih baik jangan kawin
(Matius 19:10).
Bahkan untuk kepentingan Kerajaan Surga Tuhan Yesus mengizinkan untuk
tetap membujang. (Mat 19:12).
Paulus juga menasehatkan seperti Tuhan Yesus dalam: 1Kor 7:8.
Apakah:
Teladan hidup dan
Pengajaran Tuhan Yesus (dan Paulus) bertentangan dengan maksud semula
dari "penciptaan manusia untuk berkembang biak" dalam Kejadian 1:28.
Tidak bertentangan ! Mengapa?
Sebab Paulus mengerti bahwa ayat-ayat semacam Kej 1:28 dalam WL, itu
mempunyai arti yang lain dalam WB, yaitu arti rohani yang tidak ada sangkut
pautnya dengan "beranak secara lahiriah". Apa yang diajarkan dan apa yang
dilakukan Putra Manusia (dan Paulus) itu selalu sesuai dengan kehendak
BapaNya (Yoh 5:19,30) dan tidak bertentangan dengan dengan ayat-ayat
dalam WL.
Lalu apa maksud utama pernikahan dalam PB ?
Maksud utama dalam pernikahan adalah KASIH !
Pernikahan adalah suatu gambaran yang paling tepat untuk hubungan Kristus
dengan GerejaNya. Ef 5:31-32.
Page 5 of 8
Jadi: Tujuan Utama hidup manusia itu bukan untuk menikah dan tujuan utama
menikah itu bukan untuk berbiak-biak. Tujuan utama hidup kita ialah: Karena bagiku
HIDUP ADALAH KRISTUS, dan MATI adalah KEUNTUNGAN. (Pil 1:21).
Memang kebanyakan manusia menikah, itu indah (kecuali mereka yang mendapat
karunia membujang dari Tuhan, 1Kor 7:7). Dan mempunyai anak dalam pernikahan
itu baik, itu karunia Tuhan. Tetapi tidak mendapat anak dalam pernikahan itu bukan
berarti pernikahan yang gagal, itu juga bukan berarti hidup yang gagal. Hidup di
dunia ini sementara, satu kali semua orang akan masuk dalam hidup yang kekal
dan gagal menerima keselamatan untuk hidup yang kekal dari Tuhan Yesus itulah
hidup yang gagal total. Juga tidak punya anak itu bukan berarti hidup gagal, tetapi
tidak punya anak rohani, tidak pernah melahirkan anak rohani, itu yang memalukan
dan tidak dapat berkat Tuhan.
Jadi KB yang se-olah2 bertentangan dengan berkat berkembang biak dalam Kej
1:28, itu sebetulnya bagi kita sekarang dalam Wasiat Baru, tidak bertentangan
dengan Kej 1:28 sebab arti ayat ini bagi kita sekarang bukan secara jasmani, tetapi
secara rohani.
Ada 3 tujuan kontrasepsi yaitu:
Menunda kesuburan, atau
Menjarangkan kelahiran.
Mengakhiri kesuburan atau tidak lagi mau melahirkan anak.
Secara umum, orang Kristen boleh memakai KB, asal dengan cara2 yang
benar (misalnya tidak membunuh anaknya, aborsi dll) tetapi juga perlu
menanyakan persetujuan Tuhan secara pribadi.
Kejadian 38:8-10.
Bacalah juga Ul 25:5,6; Luk 20:28-32. Tetapi kita harus ingat Tuhan Yesus
masih hidup dalam zaman Taurat. Ia sedang menggenapi Taurat (Mark 1:44)
sampai semua sudah digenapkan, Yoh 19:30. Peristiwa Onan ini menceritakan
Page 6 of 8
suami istri yang berhubungan tetapi mencegah pertemuan benih suami dan
benih istri.
Dalam peristiwa ini Tuhan menghukum, mengutuki Onan sampai mati, sebab itu
beberapa orang mempergunakan ayat-ayat ini sebagai pegangan prinsip bahwa KB
itu dilarang oleh Tuhan. Bahkan berdasar ayat- ayat ini pula ada yang menganggap
semua cara-cara KB itu dosa dan perbuatan yang sangat jahat dihadapan Tuhan.
Ayat-ayat ini seolah-olah memang tidak menyetujui pelaksanaan KB istimewa
dengan cara-cara khusus seperti Onan. Tetapi tentang peristiwa ini kita harus ingat
bahwa:
Peristiwa ini berada dalam Perjanjian Lama sebab itu kita tidak dapat
menafsirkannya langsung secara jasmani. Lalu apakah artinya peristiwa Onan ini
bagi kita? Allah tidak memaksudkannya bagi kita secara hurufiah, tetapi secara
rohani. Peristiwa Onan (kewajiban ipar) tidak dapat ditaati secara hurufiah dalam
Wasiat Baru sekarang, ini tetap berarti perzinaan dan ini adalah dosa.
Jadi penerapan peristiwa Onan secara HURUFIAH (dalam hubungannya
dengan KB) tidaklah tepat!
Lalu apakah arti peristiwa Onan bagi kita secara rohani?
Tujuan dari kewajiban Onan ialah supaya "Mendapat turunan" bagi kita itu
berarti turunan rohani, yaitu memenangkan jiwa-jiwa, seperti dalam Kis 2: 47 ;
6:7.
atau pekerjaan Tuhan. Tamar mengalami kematian suaminya. Inilah
gambaran Gereja yang kehilangan "suami" (ditinggalkan Tuhan) se-hingga
mengalami suasana kematian dan tidak berkembang biak, mandul, tiada
berbuah-buah.
yang masih hidup menggambarkan orang2 beriman danhamba-hamba Allah
Peraturan WL mewajibkan Onan untuk memberi benih kepada janda
kakaknya yang mati, yang tidak mempunyai turunan, supaya garis turunan
kakaknya itu tidak putus. Secara rohani ini berarti bahwa kalau dalam
lingkungan tanggung jawab kita terdapat Gereja atau pelayanan yang hampir
mati, tidak lagi dapat berkembang, tak dapat beranak-anak rohani lagi, maka
Page 7 of 8
wajiblah hamba Tuhan yang hidup rohaninya, yang dengan dia ikut
bertanggung jawab akan Gereja tersebut, untuk membangunkan, meng
hidupkannya, dengan memberi benih-benih dari Firman Tuhan yang
hidup-hidup, supaya dapat beranak lagi.
Onan memang pergi untuk menghidupkannya, tetapi Onan melakukannya.
Mengapa? Sebab bagi Onan secara pribadi hal itu tidak berfaedah, tidak
mendatangkan hasil, turunan yang akan lahir tidak menjadi miliknya. Oleh
sebab macam-macam alasan ini membuat Onan menggenapi kewajibannya
dengan pura-pura.
Ini amat jahat pada pemandangan Tuhan, sebab ia memakai kuasa Roh Kudus
(kuasa berkembang biak; Kis 1:8) dengan pura-pura, dengan tipu atau
mencari laba yang keji bagi kepentingannya sendiri. Sifat munafik yaitu
pura-pura ini membangkitkan murka Allah. Ini menceritakan kerjasama yang
pura-pura, seolah-olah menolong tetapi diselewengkan untuk
kepentingan-kepentingan pribadi. Ini yang tidak disukai Tuhan dan pasti
dihukum Tuhan.
Tuhan tidak ingin kasih yang munafik. Dari luar tampaknya tolong menolong,
tetapi jauh dalam dasar hatinya mereka sebetulnya lebih mengharapkan
supaya gereja-gereja atau pekerjaan Tuhan yang lain tetap mati, mandul,
macet dan berkurang-kurang supaya mereka sendiri yang unggul, besar dan
dapat keuntungan (pribadi) yang maksimal. Sifat Onan yang manis diluar
tampaknya mau menolong, meng-hidupi, mau menggenapi kewajibannya,
mau pergi, tetapi pura-pura, dalam hatinya sebenarnya justru mengharapkan
kematian dan kerusakan gereja yang lain. Inilah yang jahat dihadapan Allah,
penipu yang sangat manis dan tidak kentara, tetapi Allah memeriksa segala
rahasia hati manusia!
Gereja yang lain, pekerjaan Tuhan yang lain itu juga pekerjaan Bapa.
Sedikit-dikitnya kalau kita tidak dapat ikut membantu pertumbuhannya,
jangan kita menghalang-hala-ngi, apalagi mematikannya.
Cara Onan secara fisik berhubungan dengan kakak iparnya ini termasuk
golongan cara- cara KB yang mencegah pertemuan antara sel- sel benih
suami dengan sel telur istri.
Peristiwa Onan (kewajiban ipar, PL) tidak lagi diterapkan diantara kita secara
Page 8 of 8
hurufiah, tetapi secara rohaniah. Kalau ada saudara yang mati, tidak lagi
saudaranya yang masih hidup memberi benih pada kakak ipar perempuan,
supaya hamil; bahkan kalau ini dilakukan, justru ini merupakan perzinahan.
Begitu pula peristiwa Onan secara hurufiah kurang tepat bila dipakai sebagai
pegangan untuk menyalahkan KB, karena bila ini diterima, berarti kita juga
harus mengizinkan sunat, sabat dll.
Dari peristiwa Onan kita diperingatkan supaya tidak bersikap pura-pura,
tetapi dengan jujur dan tulus mengharapkan supaya Nama Tuhan juga
dipermuliakan di luar lingkungan yang menjadi tanggung jawab kita,
lebih-lebih terhadap yang mati yang kita wajib menghidupinya dan lain-lain
peraturan-peraturan Perjanjian Lama secara harfiah.
Download