NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN DAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK POST HEMODIALISIS DI UNIT HEMODIALISI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO Disusun Oleh : IKA PURNAMA FITRIA HASANAH J 310 110 073 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016 HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN DAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK POST HEMODIALISIS DI UNIT HEMODIALISI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO Ika Purnama Fitria hasanah (J 310 110 073) Pembimbing : Ahmad Farudin, SKM. M.Si Elida Soviana, S.Gz. M. Gizi Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57102 Email : [email protected] ABSTRACT IKA PURNAMA FITRIA HASANAH. J 310 110 073 CORRELATIONS BETWEEN PROTEIN AND IRON INTAKES AND HEMOGLOBIN LEVEL IN POST HEMODIALYSIS CHRONIC RENAL FAILURE (CRF) PATIENTS AT GENERAL HOSPITAL OF SUKOHARJO Background. CRF is a clinical condition of progressive kidney damage and irreversible with diverse etiology. Hemodialysis is cataboloc process. In the hemodialysis process occurs excretion of amino acids through the dialysate and a decrease in protein synthesis. Severe anemia is also a complication that occurs in patients with CRF. Nutrient intakes play role in the formation of red blood cells. Disruption of the formation of red blood cells can be caused by low consumption of important nutrients like protein and other nutrients. Objective. This study purposed to determine the relationship between the intakes of protein and iron and hemoglobin level in post hemodialysis chronic renal failure patients at General Hospital of Sukaharjo. Research method. The type of research was observational with cross sectional design.Object retrieval technique used consecutive sampling. The number of research subjects were 31 subjects. Intakes of protein and iron data were obtained using semiquantitative food frequency quistionaire, while the hemoglobin level data were obtained trough cyanmethglobin semi-quantitative method test. Correlation test used spearman rank and the person product moment tests. Result. Most respondents had high protein intake (51,6%). Most responden had low intake of iron (41,9%) and high intake of iron (38,7%). There was 74,2% of respondents who had abnormal level of hemoglobin. The relationship between protein intake and hemoglobin level showed p: 0,292 while the corelation between iron intake and hemoglobin level showed p: 0,272. Conclusion. There was no relationship between intakes of protein and iron levels and hemoglobin level in post hemodialysis CRFpatients at general hospital of sukoharjo. ABSTRAK Pendahuluan. Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversible dengan etiologi yang beragam. Hemodialisis merupakan proses katabolik, di dalam proses hemodialisis terjadi pengeluaran asam amino melalui dialisat dan penurunan sintesis protein. Anemia berat juga merupakan salah satu komplikasi yang terjadi pada penderita GGK. Asupan zat gizi berperan dalam pembentukan sel darah merah.Terganggunya pembentukan sel darah merah bias disebabkan makanan yang dikonsumsi kurang mengandung zat gizi penting seperti protein dan zat besi serta zat gizilainnya. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan protein dan zat besi dengan kadar hemoglobin pada pasien gagal ginjal kronik post hemodialisis di unit hemodialisi RSUD Kabupaten Sukoharjo. MetodePenelitian. Jenis penelitian yang digunakan observasion alanalitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan subyek menggunakan consecutive sampling dengan jumlah subyek penelitian sebanyak 31 pasien. Asupan protein dan zat besi diperoleh dengan menggunakan metode food frequency questionnaire semi kuantitatif, sedangkan kadar hemoglobin diperoleh dengan metode cyanmethglobin. Uji korelasi yang digunakan adalah uji Rank Spearman dan pearson product moment. Hasil. Asupan protein responden sebagian besar termasuk dalam kategori lebih (51,6%). Sebagian besar responden memiliki asupan zat besi rendah (41,9%) dan lebih (38,7%). kadar hemoglobin responden (74,2%) tidak normal. Tidak ada hubungan asupan protein dengan kadar hemoglobin (p: 0,292). Tidak ada hubungan asupan zat besi dengan kadar hemoglobin (p: 0,272). Kesimpulan.Tidak ada hubungan asupan protein dan zat besi dengan kadar hemoglobin pada pasien gagal ginjal kronik post hemodialisis di unit hemodialisis RSUD Kabupaten Sukoharjo. dalam PENDAHULUAN pembuluh darah melalui Gagal Ginjal Kronik (GGK) membran semipermeabel atau yang merupakan suatu keadaan klinis disebut dengan Dialyzer (Thomas, kerusakan ginjal yang progresif dan 2003). irreversible dengan etiologi yang mengeluarkan cairan, elektrolit dan beragam. Setiap terjadi pada Hemodialisis efektif penyakit yang sisa metabolisme tubuh, sehingga ginjal akan secara tidak langsung bertujuan menyebabkan terganggunya fungsi untuk memperpanjang umur pasien ginjal terutama berkaitan dengan GGK (Kallenbach, dkk., 2003). fungsi eksresi sisa metabolisme zat Berdasarkan hasil Riskesdas gizi dari tubuh (Price dan Wilson, tahun 2013 sebesar 0,2 % penduduk 2006). Semakin banyak zat sisa Indonesia dengan umur lebih dari 15 metabolisme yang tidak terbuang, tahun menderita penyakit GGK. Di maka akan semakin berat kerja Jawa ginjal. Gagal ginjal kronik tahap 5 didiagnosis dokter menderita GGK merupakan gagal ginjal tahap akhir, yaitu sebesar 0,3%. Angka kejadian yang GGK di Jawa Tengah termasuk mengharuskan pasien Tengah dalam atau transplantasi ginjal (Penefri, melebihi prosentase kejadian GGK 2009). di Indonesia. merupakan tinggi yang memerlukan tindakan hemodialisis Hemodialisis kategori pasien karena Hemodialisis merupakan katabolik (pemecahan suatu metode terapi dialisis yang proses digunakan mengeluarkan senyawa komplek menjadi senyawa produk sisa metabolisme seperti yang lebih sederhana), di dalam ureum, kreatinin dan air yang berada proses untuk 2 hemodialisis terjadi pengeluaran asam amino melalui yang berkurang pada GGK akibat dialisat sintesis defisiensi Selama eritropoietin. Eritropoietin merupakan akan hormon endogen yang dihasilkan dan penurunan (pembentukan) proses protein. hemodilaisis melepaskan otot asam-asam oleh amino. sintesis fibroblas hormon peritubular yang Asupan harian protein seharusnya terdapat di korteks ginjal. Sekitar juga sebagai 90% hormon ini dihasilkan oleh protein, ginjal, ditingkatkan kompensasi yaitu 1,2 kehilangan mg/kg BB sedangkan hepatosit. ideal/hari. sisanya Secara oleh normal Protein yang dikonsumsi hendaknya eritropoietin disintesis jika terjadi 50% mengandung nilai biologi tinggi kehilangan darah akibat perdarahan (Almatsier, Terapi dan hipoksia jaringan, hal ini dapat hemodialisis pada penderita GGK menyebabkan produksi eritropoietin merupakan hal yang penting untuk meningkat sekitar 1000 kali lipat diperhatikan, (Taliercio, 2010;White 2005). 2006). karena jika pasien Pasien tidak patuh akan terjadi penumpukan GGK akan kelainan dalam zat-zat sisa hasil metabolisme dalam mengalami darah (Budiyanto, 2002). konsentrasi asam amino plasma. Hal Anemia berat ini terjadi karena penurunan asam juga merupakan salah satu faktor utama amino yang berperan dalam keterbatasan amino non esensial seperti pola kemampuan pada keadaan malnutrisi. Gangguan rehabilitasi fungsional pada pasien dan esensial. metabolisme dialisis. terhadap asam amino asam akan Faktor utama penyebab terjadinya berpengaruh terhadap penuruanan anemia yaitu pembentukan eritrosit asupan pasien GGK. Pada GGK 3 terjadi kadar plasma asam amino sehingga akan terjadi defisiensi besi rantai panjang (BCAA = branch (Almatsier, 2009). Asupan zat besi, simpanan chained amino acid) seperti valin, menurun. zat besi dan kehilangan zat besi Penurunan terjadi akibat oksidasi merupakan beberapa faktor yang BCAA berpengaruh leucin dan iso pada leusin otot sebagai terhadap konsekuensi dari asidosis metabolik. keseimbangan zat besi. Asupan zat Gangguan metabolisme asam amino besi pada GGK merupakan salah satu berpengaruh terhadap peningkatan penyebab malnutrisi protein untuk absorbsi menghasilkan sintesa yang optimal, memobilisasi sehingga dibutuhkan asam amino dalam baik esensial maupun non esensial transport besi ke sumsum tulang, dengan serta kadar yang mencukupi yang tidak besi tubuh dan akan akan makanan, zat besi mengurangi menurunkan kadar yang akan mengakibatkan Protein merupakan zat gizi dari simpanan hemoglobin (Roesli, 2005). memadai terjadinya anemia yang sangat penting bagi tubuh karena defisiensi zat besi. Anemia karena defisiensi zat besi yang tergolong selain berfungsi sebagai sumber energi dalam tubuh juga berat berfungsi sebagai zat pembangun hemoglobin yang dan mengurangi kapasitas pengatur. Protein berperan menyebabkan penurunan nyata akan membawa penting dalam transportasi zat besi oksigen sehingga terjadi hipoksia dalam tubuh. Kurangnya asupan jaringan yang kronis (Gibney, 2009). protein transportasi akan zat Berdasarkan hasil penelitian mengakibatkan besi yang terhambat 4 dilakukan oleh Ma’sumah dkk.,(2014) ada hubungan positif dan antara asupan protein dengan kadar sebanyak hemoglobin pada penderita GGK memiliki tingkat asupan zat besi dengan hemodialisa rawat jalan di cukup yang menderita anemia yaitu Rumah Sakit Tugurejo Semarang 1,9% semakin sebesar 98,1%. terpenuhi kebutuhan tidak menderita 81,8%. dan Sampel yang tidak Berdasarkan protein maka semakin tinggi kadar anemia yang anemia hasil survey GGK. pendahuluan pada bulan April 2015 dalam catatan pelaporan data rekam medik darah dapat dipengaruhi oleh zat pada tahun 2013 terdapat 8519 kali besi. Zat besi dalam bahan makanan tindakan berbentuk besi heme dan non heme Kabupaten Sukoharjo dan tahun yaitu senyawa besi yang berikatan 2014 terdapat 12.155 kali sehingga dengan protein. Besi heme dapat menyebabkan diperoleh peningkatan hemoglobin pasien Pembentukan hemoglobin dari bahan makanan hemodialis di RSUD terjadinya sebesar 42,68% protein hewani dan besi non heme (Rekam medik RSUD Kabupaten dari bahan makanan nabati. Sukoharjo 2013 dan 2014). Hasil penelitian METODE PENELITIAN yang Penelitian dilakukan oleh Tadete dkk., (2013) menunjukkan bahwa ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain terdapat hubungan yang signifikan antara studi asupan zat besi dengan kejadian Penelitian dilaksanakan di RSUD anemia. Kabupaten Sampel yang memiliki observasi cross sectional. Sukoharjo waktu tingkat asupan zat besi kurang yang penelitian dilakukan pada bulan April menderita anemia sebanyak 18,2% sampai bulan November 2015. 5 Analisis Subyek dalam penelitian ini univariat yang adalah pasien gagal ginjal kronik dilakukan terhadap tiap variabel dari post hemodialisis yang berobat di hasil RSUD Kabupaten Sukoharjo dengan menggmbarkan karakteristik setiap keriteria : Pasien gagal ginjal kronik variabel. Analisis dengan dilakukan terhadap hemodialisis, dapat penelitian. bivariat dua ini yang variabel berkomunikasi dengan baik, pasien yang yang sudah menerima konseling hubungan yang digunakan adalah uji gizi, pasien wanita yang sudah Rank mengalami product moment. menopause. Teknik subyek dengan pengambilan Unit dalam diperoleh foam dengan foam quistionnaire zat semi sedangkan kadar diperoleh dengan besi disfungsi ginjal. Unit hemodialisis RSUD frequency Kabupaten Sukoharjo melayani pasien umum, Jamsoskes, kuantitatif, Jamkesmas dan BPJS. hemoglobin Fasilitas metode prasarana cyanmethemoglobin. pelayanan, serta sarana sumber dan daya manusia (SDM) di unit hemodialisis 6 merupakan proses cuci darah bagi penderita menggunakan food Sukoharjo RSUD yang digunakan untuk melakukan terikatnya adalah kadar hemoglobin. dan Pearson salah satu unit pelayanan kesehatan dan zat besi sedangkan variabel protein dan hemodialisis Kabupaten penelitian ini adalah asupan protein Asupan spearman Uji A. Gambaran Umum dengan jumlah subyek 31 subyek. bebas berhubungan. HASIL DAN PEMBAHASAN menggunakan consecutive sampling Variabel diduga Analisis RSUD Kabupaten Sukoharjo B. Karakteristik Subyek Penelitian 1.Usia dan Jenis Kelamin meliputi : Jumlah a. Unit hemodialisis RSUD Kabupaten adalah hemodialisis yang dioprasikan untuk subyek berdasarkan umur dan jenis dua shift yaitu pagi (07.00-12.00 kelamin dapat dilihat pada Tabel 1 WIB) dan siang (12.00-17.00 WIB). berikut : hemodialisis pasien, penelitian Sukoharjo memiliki 22 unit mesin Proses 31 subyek karakteristik Tabel. 1 berlangsung Distribusi Usia dan Jenis Kelamin selama 4-5 jam. b. Unit hemodialisis RSUD Kabupaten Karakteristik Sukoharjo dilengkapi dengan ruang Usia tunggu pasien, 2 TV LCD dan 2 pendingin ruangan (AC) Jenis Kelamin untuk Kategori N 12-24 25-49 >50 Laki-laki Perempuan 2 11 18 19 12 Hasil penelitian menunjukan menambah kenyamanan pasien jumlah subyek dengan usia remaja selama menjalani hemodialisis sebanyak 6,5%, usia dewasa c. Unit hemodialisis RSUD Kabupaten sebanyak 35,5%, sedangkan subyek Sukoharjo di kepalai oleh dr. berusia lansia berjumlah 58,1 %. Ardyasih, Sp PD dan di bantu oleh Berdasarkan kategori jenis kelamin 12 perawat. presentasi laki-laki lebih tinggi yaitu d. Tidak ada ahli gizi yang bertugas di 61,3 % dan perempuan sebesar unit hemodialisi RSUD Kabupaten 38,7%. Sukoharjo dan pasien yang Hasil penelitian menunjukan menjalani hemodialisis tidak bahwa separuh lebih subyek yang mendapatkan konseling gizi. menderita 7 GGK berusia lansia. % 6,5 % 35,5 % 58,1 % 61,3 % 38,7 % Bersamaan bertambahnya sisanya berupa protein nabati yang usia fungsi ginjal juga akan menurun. mengandung 2. Asupan protein, Zat Besi dan essensial yang kurang lengkap. Kadar Hemoglobin Asupan Tabel. 2 asam-asam zat amino besi kurang (41,9%) Asupan zat besi merupakan Distribusi Asupan Protein, Zat Besi banyaknya zat besi dalam makanan dan Kadar Hemoglobin yang dikonsumsi setiap hari sehingga dapat menjaga kesehatan Variabel Kategori N % Kurang Baik Lebih 11 4 16 35,5 12,9 51,6 Asupan zat besi Kurang Baik Lebih 13 6 12 41,9 19,4 38,7 Kadar hemoglobin Normal Tidak normal 8 23 25,8 74,2 Asupan protein tubuh, jika asupan zat besi kurang dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan anemia (Almatsier, 2006). Kadar Berdasarkan data dari 31 subyek sebagian besar memiliki asupan protein lebih (51,6%) Menurut Mahan (2004) mejelaskan untuk essensial menjelaskan normal O’Callaghan bahwa GGK disebabkan eritopoietin oleh ginjal yang dan pemberian oleh tidak diobati eritropoietin 3. Deskripsi Subyek Penelitian dan menurut 8 tidak subkutan atau intravena. asam-asam lengkap (2007) dengan tinggi atau High biologic value (HBV) amino Menurut adekuat protein yang mempunyai nilai biologi mengandung (74,2%). produksi mengganti protein yang hilang, dianjurkan 50% yang besar pasien penderita GGK dengan hemodialisis penting sebagian subyek rendahnya kadar hemoglobin pada bahwa pemenuhan protein pada sangat hemoglobin Persentase Asupan Protein, Zat Besi dan Kadar hemoglobin tertinggi Kadar adalah 11,4 gr/dl dan terendah 6,0 Hemoglobin. gr/dl dan rata-rata kadar hemoglobin Tabel. 3 subyek yaitu 8,923 gr/dl. Kadar Deskripsi presentase asupan protein, zat besi dan kadar hemohlobin hemoglobin yang rendah sering disebut anemia. Menurut Penefri Variabel Minimal Maksimal Rata-rata Standar deviasi Asupan zat besi % 27,0 190,9 90,11 41.26 Asupan protein % 33,1 173,3 103,44 44.11 Pada hasil Kadar HB (2001) kadar hemoglobin normal 6,0 11,4 8,92 1,43 untuk pasien GGK baik laki-laki atau penelitian ini perempuan adalah 10 mg/dl. C. Analisis Bivariat 1. Hubungan Asupan Protein asupan protein paling rendah masuk dengan Kadar Hemoglobin dalam kategori kurang dan asupan Asupan protein merupakan tertinggi masuk dalam kategori lebih rata-rata jumlah (gram) protein yang sedangkan rata-rata asupan protein dikonsumsi dalam sehari. Asupan pada pasien GGK masuk dalam protein diperoleh dari hasil food kategori lebih. Asupan zat besi paling rendah termasuk frequency dalam kuantitatif. kategori kurang dan asupan tertinggi baik. Menurut Saraswati dan Dieny (2012) apabila dalam rentang 80-100%. 9 korelasi dapat di lihat pada Tabel 4. lebih dan rata-rata asupan zat besi menjelaskan asupan baik Uji semi asupan protein dengan kadar hemoglobin masuk dalam kategori dikatakan termasuk dalam kategori quistionnaire post Tabel.4 hemodialisis di RSUD Kabupaten Sukoharjo. Distribusi Silang Kadar Menurut Hemoglobin Berdasarkan Asupan menjelaskan Protein Linder (2006), bahwa tingkat konsumsi protein perlu diperhatikan Asupan Protein Kadar Hemoglobin Tidak Normal Normal N % N Kurang 2 18,19 Baik 1 Lebih 5 karena Total % N % 9 81,81 11 100 25 3 75 4 100 31,25 11 68,75 16 100 semakin cenderung untuk menderita anemia. Bedasarkan penelitian yang Hemoglobin dilakukan kepada 31 pasien gagal kronik post hemodialisis berfungsi sebagai pengangkut dalam proses pengangkutan zat-zat dibanding gizi termasuk besi dan saluran cerna dengan asupan baik dan kurang. dalam darah, dari darah ke jaringan- Hasil uji hubungan asupan jaringan dan melalui membrane sel protein dengan kadar hemoglobin ke dalam sel-sel sehingga apabila menggunakan uji Rank Sepearman diperoleh p-value= 0,292 sehingga tidak ada hubungan yang signifikan kekurangan protein akan menyebabkan gangguan pada absorbsi dan transportasi. antara asupan zat besi dengan Terapi pengganti yang paling kadar hemoglobin pada pasien GGK banyak 10 pigmen ikatan protein. Protein juga berperan asupan lebih mempunyai prosentasi 31,25% merupakan oksigen dan karbon dioksida adalah hemoglobin normal terlihat bahwa tinggi dalam darah yang berwarna merah dan bahwa pada subyek dengan kadar lebih berfungsi pembentukan ikatan esensial tubuh. 0,292 ginjal tingkat konsumsi protein maka semakin Protein P rendah dilakukan di Indonesia adalah haemodialisis. sehingga Prosedur ginjal tidak haemodialisis dapat menyebabkan mengeluarkannya kehilangan zat gizi seperti protein menjadikannya yang terikat oleh cairan dialisat, (Bastiansyah,2008). sehingga asupan seharusnya sebagai harian juga kompensasi Anemia akan menjadi lebih berat lagi Pada hendaknya Protein bernilai fungsi umumnya penderita seringkali ginjal disebabkan oleh GFR turun hemoglobin dalam sampai dibawah 50 untuk progresi menuju Pembatasan memburuk. anemia pada ginjal kronik gagal dibatasi sampai 0,6/ kg/ hari bila ml/menit ketika kehilangan 50% tinggi. muncul tinggi kreatinin turun kira- kira 40 ml/ mnt. apabila biologi semakin ditingkatkan protein, yaitu 1,2 g/kg BB ideal/ hari. protein dan Anemia protein mampu berkurangnya darah akibat memperlambat pengambilan darah untuk gagal pemeriksaan laboratorium atau darah terperangkap atau protein ginjal. dilakukan yang karena terjadinya disfungsi ginjal tertinggal di alat hemodialisa dengan salah satu cirinya adalah sehingga produksi eritroprotein juga terjadinya uremia. Pada keadaan berkurang. Selain itu, asupan pasien normal ginjal akan mengeluarkan makan yang kurang juga dapat produk sisa metabolisme protein menyebabkan anemia menjadi lebih (ureum) yang berlebihan didalam buruk ( Lewis, 2005 ). tubuh dalam bentuk urin namun Tidak ada hubungan asupan sebaliknya apabila terjadi kerusakan protein dengan kadar hemoglobin pada dalam ginjal maka akan terjadi disebabkan penumpukan ureum didalam darah 11 penelitian ini antaralain prodiksi butir-butir sel darah merah dalam sumsum tulang quistionnaire semi kuantitatif. Uji memerlukan peran asam folat, zat korelasi pada variabel zat besi dan besi, vitamin B12 dan vitamin C kadar hemoglobin dapat dilihat pada dalam Tabel 5 proses sintesis nukleo Tabel.5 Distribusi Silang Kadar Hemoglobin Berdasarkan Asupan Zat Besi protein, meskipun banyak pasien yang memiliki asupan protein lebih namun sebagian besar pasien memiliki asupan zat besi kurang. Zat besi merupakan mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel Asupan Zat Besi % 30,76 33,33 16,67 N 9 4 10 % 69,24 66,67 83,33 0,272 Hasil penelitian menunjukan bahwa pada subyek dengan kadar untuk membentuk mioglobin (protein hemoglobin normal terlihat bahwa yang membawa oksigen ke otot), asupan baik mempunyai prosentasi kolagen (protein yang terdapat di lebih tulang, tulang rawan, dan jaringan tinggi 33,33% dibanding dengan asupan lebih dan kurang . penyambung), serta enzim. Zat besi dalam Kadar Hemoglobin Tidak Normal P ini juga berperan sebagai komponen berfungsi N 4 2 2 Kurang Baik Lebih darah merah (hemoglobin). Mineral juga Normal Hasil uji hubungan asupan zat besi sistem dengan pertahanan tubuh (Hertanto, 2002). kadar hemoglobin menggunakan uji Pearson Product 2. Hubungan Asupan Zat Besi Moment dengan Hadar Hemoglobin diperoleh nilai p-value= 0,272 sehingga tidak ada hubungan Asupan zat besi merupakan yang signifikan antara asupan zat rata-rata jumlah (gram) protein yang besi dengan kadar hemoglobin pada dikonsumsi dalam sehari. Asupan pasien GGK post hemodalisis di protein diperoleh dari food frequency RSUD Kabupaten Sukoharjo. 12 Total N 13 6 12 % 100 100 100 dikonsumsi pasien dapat membantu menurut Suhardjono (2009), menjelaskan bahwa pasien GGK proses produksi hemoglobin. mengalami defisiensi eritropoietin, KESIMPULAN DAN SARAN hal tersebut merupakan penyebab A. Kesimpulan utama terjadinya anemia. Kerusakan 1. Tingkat asupan protein ginjal yang berat mengakibatkan dengan kategori kurang produksi 35,5%(11), eritropoietin di ginjal merah dengan berkurang. Seiring 2. Tingkat ginjal, dengan kerusakan perdarahan defisiensi karena besi derajat anemia zat kategori besi kurang dan lebih 38,7%(12). disertai 3. Kadar hemoglobin dengan penurunan laju filtrasi glomerulus maka asupan 41,9% (13), baik 19,4% (6) trombopati, yang 12,9%(4) dan lebih 51,6% (16). terganggu sehingga produksi sel darah baik kategori normal 25,8% (8), akan tidak normal 74,2%(23). meningkat. Penyebab lain yang juga timbulnya 4. Tidak ada hubungan antara anemia pada pasien GGK yaitu asupan protein dengan kadar defisiensi asam folat. hemoglobin ikut berperan dalam Dalam penelitian ini peneliti tidak hemodialisis melakukan Semiquantitative Food Kabupaten Frequency Questionnaire =0,292). terhadap ginjal kronik post hemodialisis karena asam folat yang 13 RSUD Sukoharjo(p 5. Tidak ada hubungan antara asam folat yang dikonsumsi oleh gagal pasien GGK post hemodialisis di unit D. Keterbatasan Penelitian pasien pada asupan zat besi kadar hemoglobin dengan pada pasien GGK unit Perlu RSUD lebih di hemodialisis Kabupaten dilakukan lanjut yang (p=0,608). mempengaruh B. Saran hemoglobin 1. Bagi instalasi gizi rumah sakit gagal gizi rumah perlunya adanya dengan memperhatikan semua faktor Sukoharjo Instalasi penelitian ginjal menjalani sakit pada kadar pasien kronik yang hemodialisis program dengan variable lebih banyak edukasi bagi pasien tentang semisal zat gizi lain yang pendidikan membantu terstruktur gizi oleh yang ahli pembentukan gizi dalam hemoglobin RSUD Kabupaten Sukoharjo agar penanganan tentang gagal ginjal pola makan pasien kronik yang terutamai makanan sumber menjalani hemodialisis dapat protein dan zat besi dioptimalkan dapat dicegah komplikasinya. 2. Bagi pasien Dianjurkan dan kepada DAFTAR PUSTAKA pasien untuk memperhatikan agar lebih memperhatikan makan dan dikonsumsi jumlah Price S. A dan Wilson, Lorraine M. C. 2006. Patofisiologi Clinical Concepts of Desiase Process (6 ed). Dialihbahasakan oleh Brahm U. ECG. Jakarta pola yang terutama Perhimpunan Nefrologi Indonesia. 2009. Naskah lengkap, workshop & simposium nasional peningkatan pelayanan hemodialisis, penyakit ginjal dan aplikasi indonesian renal registry. Joglosemar 20 (12) : 30-35 makanan sumber protein dan zat besi 3. Bagi penelitian lanjut 14 Ma’ shumah, N., Sufiati, B., Erma H. 2014. Hubungan Asupan Protein Dengan Kadar Ureum, Kreatinin, dan Kadar Hemoglobin Darah pada Penderita Gagal Ginjal Kronik Hemodialisa Rawat Jalan Di RS Tugurejo Semarang. Jurnal Gizi. Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang Thomas, N. 2003. Renal nursing ed). Elsevier Science. (2 Philadelphia. Riset Kesehatan Dasar. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesahatan, Republik Indonesia. Jakarta Kallenbach. 2005. Review Of Hemodialysis For Nurses And Dialysis Personel (7 ed.) Elsevier. USA Tadete, OA., Molanda,NSH., Basuki, A. 2013. Hubungan Antara Asupan Zat Besi, Protein dan Vitamin C dengan kejadian Ane mia pada Anak Sekolah Dasar di Kelurahan Bunaken Kecamatan Bunaken Kepulauan Kota Manado. Skripsi. FKM Universitas Sam Ratulangi Manado. Manado Almatsier, S. 2006. Penuntun Diet Edisi Baru. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Budiyanto, M. 2002. Gizi dan kesehatan. Bayu Media dan UMM Malang. Malang Taliercio, JJ. 2010. Anemia and Chronic Kidney Disease. JFP Mahan, K. 2004. Food, Nutrition & Diet Therapy. Elsevier. USA White, R.B. 2005. Funtional Ability of Patiens on Dialisis The Critical Role of Anemia. Nephrol Nurs Journal. (32) :79-82 O’Callaghan Chris. 2007. At a Galance Sistem Ginjal (2 ed). Erlangga. Jakarta Roesli, R. M.A. 2005. Kenaikan Kadar Hemoglobin setelah Pemberian Epoeitin Alfa selama 12 minggu, pada Penderita Gagal Ginjal yang Menjalani Hemodialisis. Cermin Dunia kedokteran Perhimpunan Nefrologi Indonesia. 2001. Konsensus Manajemen Anemia pada pasien Gagal Ginjal Kronik Saraswati, I dan Dieny, F.F 2012. Perbedaan Karakteristik Usia, Asupan Makan, Aktifitas Fisik, Tingkat Sosial Ekonomi dan Pengetahuan Wanita Dewasa dengan Kelebihan Berat Badan Antara Di Desa dan Di Kota. Journal of Nutrition Collage. 1. (1).606-627 Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Gibney., Michael, J., Marggets., BM., Kearney, JM., Arab, Lenore. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Buku Kedokteran EGC. Jakarta 15 Lewis SM, Heitkemper MM and Dirknes SR. 2000. Medical Surgical Nursing. USA Linder, MC. 2005. Nutritional Biochemistry and Metabolism with Clinical Application. Elsevier. California Hertanto, W. S. 2002. Hubungan antara status vitamin A dan seng ibu hamil dengan keberhasilan suplementasi besi. Skripsi. Universitas Diponegoro Bastiansyah, E. 2008. Panduan Lengkap Membaca Hasil Tes Kesehatan. Jakarta : Penebar Plus. Suhardjono. 2009. Chronic Kidney Disease as a New Global Public Health Challenge Where are We Now. Surabaya . 16 17 17