Media Gizi Pangan, Vol. XIX, Edisi 1, 2015 Pendidikan Orang Tua, pengetahuan Ibu PENDIDIKAN ORANG TUA, PENGETAHUAN IBU, PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN TAROADA KABUPATEN MAROS 1, 2 1 Asmarudin Pakhri Fahrizal R. Pangestu , Salmiah Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar 2 Alumni Diploma III Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar 1 Abstract Background : Nutritional problems in infants and children is a dual problem, which is the discovery of the problem of malnutrition and the problem of excess nutrients. Malnutrition in children under five will lead to impaired growth and development, and susceptible to disease infection, if not addressed early. Objective : This study aims to describe the parent's education, the mother's knowledge of the MP - ASI, the practice of MP - ASI and nutritional status in children aged 6 - 24 months in the Taroada Villages, Districts Turikale, Maros Regency. Methods : This study is a descriptive survey study. Samples were children aged 6-24 months in this study areas, Samples is many as 32 people were selected by purposive sampling. Data of the parent's education, mother's knowledge about the breast feeding's complementary and the practice of breast feeding's complementary was collected using interviews with patents using a questionnaire instrument. Assessment of nutritional status was determined using a computer program WHO Anthro 2005. Results : The results showed that parent's education are lack, which school elementary father 37,5% dan mother 40,6%, mothers' knowledge of breast feeding's complementary 62,5% bad, Practice of breast feeding's complementary on infants under 2th are 78,1% good. But are age granting for the first under 6 month 21,9% and over 6 month 12,5%. Nutritional status based indexes BB/U of 12.5% lack and 18,8 % very less. Based on the index PB/U of 21,9% short and 9,4% short very short. Based on the BB/PB by 21,9 % thin and 9.4% very thin. The mother's education related with nutritional status based indexes BB/U but the father'education not. Mothers' knowledge of breast feeding's complementary no related nutritional status based indexes PB/U but related with BB/PB. Suggestion : to promoted nutritional status of infants need integrated with stakeholders for health education and the health care workers to providing frequent information about breast feeding's complementary on that mother. Keywords : Parent Education, Mother Knowledge, Giving Practice MPASI and Infants Nutritional Status PENDAHULUAN Permasalahan gizi pada balita dan anak merupakan masalah gizi ganda, yaitu selain ditemukannya masalah gizi kurang, juga muncul masalah kelebihan gizi. Kurang gizi pada anak balita akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan, apabila 96 tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Dampak status gizi kurang khususnya pada anak baduta dapat mengakibatkan anak menjadi status gizi buruk dan mudah terserang penyakit infeksi serta lambatnya pertumbuhan (Rochimiwati dkk, 2011). Media Gizi Pangan, Vol. XIX, Edisi 1, 2015 Masalah gizi secara garis besar disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor secara langsung dan faktor tidak langsung. Menurut Soekirman (2000) faktor yang langsung adalah asupan makanan (energi dan protein) dan penyakit infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung adalah tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pola asuh, sosial, budaya, ketersediaan pangan, pelayanan kesehatan dan faktor lingkungan. Pemberian makanan pendamping air susu ibu (MPASI) pada bayi tergolong faktor langsung. Pemberian MPASI terlalu dini pada anak dapat menyebabkan gangguan pencernaann pada bayi seperti diare, konstipasi, muntah dan alergi serta mengganggu pemberian ASI. Hal ini lebih sering terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian MPASI (Depkes RI, 2007). Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan status gizi pada balita berdasarkan indikator BB/U di Indonesia sebesar 5,7% gizi buruk, 13,0% gizi kurang. Menurut indikator TB/U sebesar 18,0% sangat pendek, 19,2% pendek. Menurut indikator BB/TB sebesar 5,3% sangat kurus, 6,8% kurus (Balitbangkes, 2014). Status gizi pada baduta di Sulawesi Selatan menurut Riskesdas 2007 berdasarkan golongan umur, indikator BB/U umur 0 – 5 bulan 1,0% gizi buruk, 0,9% gizi kurang, umur 6 – 11 bulan 0,8% gizi buruk, 4,2% gizi kurang, umur 12–23 bulan 3,3% gizi buruk, 7,3% gizi kurang. Berdasarkan indikator TB/U umur 0–5 bulan 3,5% sangat pendek, 1,4% pendek, umur 6 – 11 bulan 10,7% sangat pendek, 10,7% pendek, umur 12 – 23 bulan 9,6% sangat pendek, 8,9% pendek. Berdasarkan indikator BB/TB umur 0 – 5 bulan 6,8% sangat kurus, 9,2% kurus, umur 6 – 11 bulan 0,5% sangat kurus, 5,2% kurus, umur 12 – 23 bulan 7,0% sangat kurus, 7,4% kurus. Sedangkan di daerah Maros menunjukkan menurut BB/U 3,9% gizi buruk, 12,9% gizi kurang,menurut TB/U 12,6% sangat pendek, 15,2% pendek,dan menuruy BB/TB 11,4% sangat kurus dan 10,3% kurus (Balitbangkes, 2008). Proses penyapihan menimbulkan perubahan tertentu, terutama yang terkait gizi. Seharusnya pada masa penyapihan, ibu memberikan makanan yang mengandung protein tinggi pada bayi.Ibu perlu mengetahui bahwa periode penyapihan, volume ASI menurun dan konsumsi makanan tambahan bayi tergantung pada jumlah dan jenis makanan yang diberikan ibu kepada bayinya (Prasetyono, 2009). Pendidikan Orang Tua, pengetahuan Ibu Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa presentase pemberian MP – ASI pada anak usia 6 – 24 bulan di Indonesia yaitu baik sebesar 44,3%. Sedangkan di Sulawesi sebesar 47,4% baik dan di Sulawesi Selatan sebesar 40,7% baik (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013). Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2008, disebutkan bahwa kurang lebih 40% bayi usia kurang dari dua bulan sudah diberikan MP – ASI. Disebutkan juga bahwa bayi usian nol sampai dua bulan mulai diberikan makanan pendamping cair (21,3%), makanan lunak/lembek (20,2%) dan makanan padat (13,7%). Pada bayi usia tiga sampai lima bulan yang mulai diberi makanan pendamping cair (60,2%), lunak/lembik (66,3%) dan padat (44,5%) (Depkes, 2009). Peranan ibu sangat penting dalam upaya pemberian makanan bergizi untuk anak. Memburuknya gizi anak dapat terjadi akibat ketidaktahuan ibu mengenai pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP – ASI) kepada anak. Ketidaktahuan ibu mengenai Makanan Pendamping ASI (MP – ASI) biasa disebabkan karena beberapa sebab seperti budaya yang diterapkan sebagian masyarakat dalam keluarga secara turun-temurun, yang memberikan makanan tambahan atau makanan keluarga kepada bayi usia dibawah 6 bulan dengan alasan ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dan tidak memberikan rasa kenyang terhadap anak. Berdasarkan uraian diatas dilakukan penelitian mengenai pendidikan, pengetahuan Ibu, Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI dan Status Gizi Anak Usia 6 – 24 bulan. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah berbentuk survey dengan pendekatan deskriptif untuk memperoleh gambaran tentang pengetahuan ibu, pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) dan status gizi pada bayi usia 6 sampai 24 bulan (Notoatmodjo, 2006). Sampel adalah keluarga yang memiliki anak usia 6 – 24 bulan yang ada di Kelurahan Taroada Kecamatan Turikale Kabupaten Maros sebanyak 32 keluarga. Penentuan sampel dengan metode purposive, dengan kriteria : keluarga yang memiliki anak usia 6 – 24 bulan, penduduk tetap di wilayah penelitian, anak dan ibu dalam kondisi sehat, memiliki kartu menuju sehat dan bersedia menjadi sampel. 97 Media Gizi Pangan, Vol. XIX, Edisi 1, 2015 Pendidikan Orang Tua, pengetahuan Ibu Instrumen penelitian yang digunakan adalah timbangan berat badan, microtoice, papan piksasi, kuesioner dan alat tulis. Kuesioner yang digunakan telah dipakai dalam praktek lapangan mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Makassar. Penentuan status gizi menggunakan indeks BB/U, PB/U dan BB/PB dan penilaian dengan program WHO anthro 2005 (Supariasa, 2012). HASIL PENELITIAN Karakteristik Sampel Tabel. 01 Distribusi umur orang tua sampel di Kelurahan Taroada Umur 19-29 30-49 Total Ayah n 13 19 32 Ibu % 40.6 59.4 100.0 n 24 8 32 % 75.0 25.0 100.0 Berdasarkan data dari 32 sampel pada tabel 01 menunjukkan ayah yang berumur 19–29 tahun sebanyak 40,6% dan yang berumur 30 – 49 tahun sebanyak 59,4%. Sedangkan ibu yang berumur 19 – 29 tahun sebanyak 75% dan yang berumur 30 – 49 tahun 25%. Tabel. 02 Distribusi pekerjaan orang tua sampel di Kelurahan Taroada Pekerjaan Karyawan swasta Pedagang Petani pemilik Buruh Ibu rumah tangga Total n ayah % Ibu n % 7 21.9 0 0 8 1 16 25.0 3.1 50.0 2 0 0 6.3 0 0 - - 30 93.8 32 100 32 100 Tabel 02 memperlihatkan pekerjaan ayah umumnya sebagai buruh sebanyak 50,0%, lainnya adalah karyawan swasta 21,9%, pedagang 25,0%, petani 3,1%. Sedangkan ibu umumnya sebagai ibu rumah tangga sebanyak 93,8%, lainnya adalah pedagang 6,3%. 98 Tabel. 03 Distribusi pendidikan orang tua sampel di Kelurahan Taroada Pendidikan Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Total Ayah n 12 7 13 32 % 37,5 21.9 40,6 100.0 Ibu n 13 14 5 32 % 40.6 43.8 15.6 100.0 Tingkat pendidikan orang tua masih sebagian tamat SD. Ayah yang memiliki tingkat pendidikan tamat SD sebanyak 12 orang (37,5%), tamat SMP 7 orang (21,9%) dan tamat SMA 13 orang (40,6%). Sedangkan ibu yang memiliki tingkat pendidikan tamat SD sebanyak 13 orang (40,6%), tamat SMP 14 orang (43,8%) dan tamat SMA 5 orang (15,6%). Tabel.04 Distribusi anak berdasarkan umur dan jenis kelamin di Kelurahan Taroada Umur (bulan) 06-08 09-11 12-24 Total n 3 5 6 14 Laki % 21,4 35,7 42,9 100,0 Perempuan n % 3 16,7 6 33,3 9 50,0 18 100,0 n 6 11 15 32 Total % 18,8 34,4 46,9 100.0 Berdasarkan tabel 04 menunjukkan sampel anak laki umumnya berumur 12 – 24 bulan sebanyak 6 anak (42,9%).dan yang berumur 09-11 bulan sebanyak 5 anak (35,7%). Anak perempuan kebanyakan berumur 12-24 bulan yaitu 9 orang (50,0%). Pengetahuan ibu tentang MPASI Tabel 05 Distribusi pengetahuan ibu berdasarkan umur anak di KelurahanTaroada Umur (bulan) 06-08 09-11 12-24 Total n 0 4 8 12 Baik % 0 12,5 25,0 37,5 Kurang n % 6 18,8 7 21,9 7 21,9 20 62,5 n 6 11 15 32 Total % 18,8 34,4 46,9 100.0 Tabel 05 terlihat pengetahuan ibu tentang MPASI umumnya kurang yaitu 20 orang (62,5%). Jika dilihat dari golongan umur pengetahuan ibu yang kurang hampir sama pada ketiga golongan umur yaitu 7 orang (21,9%). Pengetahuan ibu tentang MPASI Media Gizi Pangan, Vol. XIX, Edisi 1, 2015 yang baik paling banyak pada sampel anak umur 12-24 bulan yaitu 8 orang (25,0%). Praktek pemberian makanan pendamping ASI Pendidikan Orang Tua, pengetahuan Ibu (21,9%) yang memperkenalkan MP – ASI pertama pada umur <6 bulan. Namun masih ada sebanyak 7 orang (21,9%) yang memperkenalkan MP – ASI pada umur <6 bulan. Tabel 08 Distribusi umur berdasarkan praktek pemberian makanan pendamping ASI Umur 06-08 09-11 12-24 Total n 5 8 12 25 Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI Baik Kurang Total % n % n % 15,6 1 3,1 6 18,8 25,0 3 9,4 11 34,4 37,5 3 9,4 15 46,9 78,1 7 21,9 32 100.0 Praktek pemberian MPASI pada anak di bawah dua tahun umumnya sudah baik yaitu 25 anak (78,1%). Menurut golongan umur MPASI sudah baik12 anak (37,5%) pada umur 12-24 bulan dan 8 anak (25,0%) pada umur 09-11 bulan. Namun masih ada 9,4 % praktek pemberian makanan pendamping ASI pada golongan umur tersebut belum baik. Umur pertama MP – ASI diberikan Tabel. 06 Distribusi umur anak pertama pemberian MPASI di Kelurahan Taroada Umur pemberian <6 bulan 6 bulan >6 bulan Total n 7 21 4 32 % 21.9 65.6 12.5 100.0 Tabel 06 menunjukkan sebanyak 21 orang (65,6%) yang memperkenalkan MP – ASI pada umur 6 bulan. sebanyak 7 orang Bentuk/konsistensi MP – ASI Tabel. 07 Distribusi umur berdasarkan bentuk/konsistensi MP-ASI di KelurahanTaroada Pemberian MP-ASI Umur (bulan) 6-8 9-11 12-24 Total Baik n 5 3 12 20 % 15.6 9,4 37,5 62.5 Total Kurang n 4 5 3 12 % 12,5 15,6 9,4 37.5 n 9 8 15 32 % 28,1 25,0 46,9 100.0 Berdasarkan tabel 07 menunjukkan kategori baik dalam pemberian bentuk/konsistensi MP – ASI paling banyak pada umur 12 – 24 bulan yaitu 12 orang (37,5%). Sedangkan kategori kurang paling banyak dalam pemberian bentuk/konsistensi MP – ASI pada umur 9 – 11 bulan sebanyak 5 orang (15,6%). Status gizi anak Tabel. 09 Distribusi anak berdasarkan status gizi BB/U di Kelurahan Taroada Umur (bulan) 6-8 9-11 12-24 Total Baik n 6 11 5 22 % 18,8 34,4 15,6 68,7 Status Gizi Kurang n % 1 3,1 0 0 3 9,4 4 12.5 Berdasarkan tabel 09 status gizi status gizi pada anak masih banyak yang kurang dan sangat kurang yaitu 4 orang (12,5% dan 6 orang (18,8%). Status gizi kurang dan sangat Sangat Kurang n % 0 0 0 0 6 18,8 6 18,8 Total n 7 11 14 32 % 21,9 34,4 43,7 100.0 kurang paling banyak pada umur 12 – 24 bulan yaitu sebanyak 4 anak (12,5%) dan 6 anak (18,8%). 99 Media Gizi Pangan, Vol. XIX, Edisi 1, 2015 Pendidikan Orang Tua, pengetahuan Ibu Tabel. 10 Distribusi anak berdasarkan status gizi PB/U di Kelurahan Taroada Umur (bulan) 6-8 9-11 12-24 Total Status Gizi Pendek n % 1 3,1 4 12,5 2 6,2 7 21,9 Normal n % 3 9,4 7 21,9 12 37,5 22 68,7 Tabel 10 menunjukkan status gizi pendek dan sangat pendek menurut indeks PB/U masih cukup tinggi yaitu 7 anak (21,9%) dan 3 anak(9,4%). Status gizi pendek paling Total Sangat Pendek n % 2 6,2 0 0 1 3,1 3 9,4 n 6 11 15 32 % 18,8 34,4 46,9 100.0 banyak pada umur 12 – 24 bulan sebanyak 12 anak (37,5%).. Tabel. 11 Distribusi anak berdasarkan status gizi BB/PB di Kelurahan Taroada Umur (bulan) 6-8 9-11 12-24 Total Status Gizi Kurus n % 1 3,1 4 12,5 2 6,2 7 21,9 Normal n % 3 9,4 7 21,9 12 37,5 22 68,7 Status gizi anak menurut indeks BB/PB masih tinggi yang kurus dan sangat kurus yaitu 7 anak (21,9%) dan 3 anak (9,4%). Status gizi kurus paling banyak pada umur 9- Total Sangat Kurus n % 2 6,2 0 0 1 3,1 3 9,4 n 6 11 15 32 % 18,8 34,4 46,9 100.0 11 bulan sebanyak 4 anak (12,5%) dan sangat kurus usia 6-8 bulan 2 orang (6,2%). Hubungan Pendidikan Orang Tua dengan Status Gizi Anak indeks PB/U Tabel. 12 Distribusi anak berdasarkan pendidikan orang tua dan status gizi PB/U Pendidikan Normal n % Status Gizi Pendek n % Total P n % Ibu SD SMP keatas Ayah SD SMP Keatas Total 6 16 18,8 50,0 7 3 21,9 9,4 13 19 40,6 59,4 0,023 9 13 22 28,1 40,6 68,7 3 7 10 9,4 21,9 31,3 12 20 32 37,5 62,5 100.0 0,555 Pendidikan ibu berkaitan dengan status gizi anak menurut PB/U sedangkan pendidikan ayah tidak berkaitan. Uji statistik kaikuadrat menunjukkan pendidikan ibu memperoleh nilai P 0,023 <0,05 yang berarti 100 berhubungan signifikan, sedangkan pendidikan ayah memperoleh nilai 0,555 > 0,05 yang berarti berhubungan tidak signifikan. Media Gizi Pangan, Vol. XIX, Edisi 1, 2015 Pendidikan Orang Tua, pengetahuan Ibu Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi anak menurut PB/U dan BB/PB Tabel. 13 Distribusi anak berdasarkan pengetahuan gizi ibu dan status gizi Status gizi BB/U Baik Kurang BB/PB Normal Kurus Total Pengetahuan gizi ibu Baik Kurang n % n % n % 10 2 31,3 6,2 10 10 31,3 31,3 20 12 62,5 37,5 0,059 11 1 12 34,4 3,1 37,5 11 9 20 34,4 28,1 62,5 22 10 32 68,7 31,3 100.0 0,030 Pengetahuan gizi ibu tentang MPASI tidak berkaitan dengan status gizi anak menurut PB/U, namun berkaitan dengan status gizi anak menurut BB/PB. Uji kaikuadrat menunjukkan pengetahuan ibu dan status gizi anak menurut PB/U memperoleh nilai P 0,059 >0,05 yang berarti tidak berhubungan signifikan, sedangkan status gizi anak menurut BB/PB memperoleh nilai 0,030 < 0,05 yang berarti berhubungan signifikan. PEMBAHASAN Pendidikan Orang Tua dan Status Gizi Anak Tingkat pendidikan orang tua masih sebagian tamat SD. Ayah yang memiliki tingkat pendidikan tamat SD sebanyak 12 orang (37,5%), tamat SMP 7 orang (21,9%) dan tamat SMA 13 orang (40,6%). Sedangkan ibu yang memiliki tingkat pendidikan tamat SD sebanyak 13 orang (40,6%), tamat SMP 14 orang (43,8%) dan tamat SMA 5 orang (15,6%). Pendidikan ibu berkaitan dengan status gizi anak menurut PB/U sedangkan pendidikan ayah tidak berkaitan. Status gizi pendek dan sangat pendek menurut indeks PB/U masih cukup tinggi yaitu 7 anak (21,9%) dan 3 anak(9,4%). Status gizi pendek paling banyak pada umur 12 – 24 bulan sebanyak 12 anak (37,5%), Uji statistik kaikuadrat pendidikan ibu dan status gizi anak menurut PB/U memperoleh nilai P 0,023 <0,05 yang berarti berhubungan signifikan, sedangkan pendidikan ayah memperoleh nilai 0,555 > 0,05 yang berarti berhubungan tidak signifikan. Menurut Adisasmito (2008) semakin tinggi tingkat pengetahuan, pendidikan dan keterampilan orang tua terdapat kemungkinan semakin baik tingkat ketahanan pangan keluarga dalam memberikan MPASI. Sebaliknya kurangnya pengetahuan, pendidikan dan keterampilan orang tua Total P kemungkinan tidak mampu menyediakan bahan makanan yang baik berupa MPASI bagi anak sehingga beresiko tinggi menderita kurang gizi. Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI dan Status Gizi Anak Pengetahuan ibu tentang MPASI umumnya masih kurang yaitu 62,5%. Jika dilihat dari golongan umur anak, pengetahuan ibu yang kurang hampir sama pada ketiga golongan umur yaitu 21,9%. Hal ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arifin, 2013 di Desa Bowong Cindea Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping ASI (MP – ASI) berada pada tingkat kategori kurang dengan jumlah 30 orang (60.0%). Hal ini disebabkan karena masih banyak ibu-ibu di lokasi penelitian yang tingkat pendidikannya Tamat SD dan tidak bekerja. Pengetahuan gizi ibu tentang MPASI tidak berkaitan dengan status gizi anak menurut PB/U, namun berkaitan dengan status gizi anak menurut BB/PB. Status gizi pada anak menurut indeks BB/U masih banyak yang kurang dan sangat kurang yaitu 12,5% dan 18,8%. Status gizi kurang dan sangat kurang paling banyak pada umur 12 – 24 bulan yaitu sebanyak 12,5% dan 18,8%. Status gizi anak menurut indeks BB/PB juga masih tinggi yang kurus dan sangat kurus yaitu 21,9% dan 9,4%. Status gizi kurus paling banyak pada umur 911 bulan sebanyak 12,5% dan sangat kurus pada usia 6-8 bulan sebanyak 6,2 %. Uji statistik kaikuadrat menunjukkan pengetahuan gizi ibu dan status gizi anak menurut PB/U memperoleh nilai P 0,059 >0,05 yang berarti tidak berhubungan signifikan, sedangkan status gizi anak menurut BB/PB 101 Media Gizi Pangan, Vol. XIX, Edisi 1, 2015 memperoleh nilai 0,030 < 0,05 yang berarti berhubungan signifikan. Praktek Pemberian MP-ASI Praktek pemberian MPASI pada anak di bawah dua tahun umumnya sudah baik yaitu 78,1%. Makanan Pendamping ASI (MPASI) adalah makanan tambahan selain ASI yang diberikan kepada bayi sejak 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Peranan makanan pendamping ASI sama sekali bukan menghentikan ASI melainkan hanya melengkapi ASI (Waryana, 2010). Namun masih ada ibu-ibu yang memperkenalkan MPASI pada umur <6 bulan yaitu 21,9% dan pada umur >6 bulan 12,5%. MPASI sebaiknya diberikan pada umur 6 bulan karena pada saat itu kebutuhan akan zat gizi semakin meningkat sedangkan produksi ASI semakin berkurang (Sulistyoningsih, 2011). Bentuk/konsistensi dari makanan yang diberikan pada anak, menunjukkan sebanyak 62,5% yang telah tepat dan 37,5% kurang tepat. Menurut Proverawati (2010) MP – ASI dibuat dari makanan pokok yang disiapkan secara khusus untuk bayi dan diberikan 2 – 4 kali sehari sebelum anak berusia 12 bulan kemudian pemberian ditingkatkan 4 – 5 kali sehari sebelum anak berusia 24 bulan. MP – ASI harus bergizi tinggi dan mempunyai bentuk yang sesuai dengan umur anak. Sementara itu ASI harus tetap diberikan secara teratur dan sering hingga anak berusia 24 bulan KESIMPULAN 1. Tingkat pendidikan orang tua sebagian masig kurang, yaitu ayah yang memiliki tingkat pendidikan tamat SD 37,5%, tamat SMP 21,9% dan tamat SMA 40,6%. Sedangkan pendidikat ibu tamat SD 40,6%, tamat SMP 43,8% dan tamat SMA 15,6%. 2. Pengetahuan ibu tentang MPASI umumnya kurang 62,5%. Jika dilihat dari golongan umur pengetahuan ibu yang kurang hampir sama pada ketiga golongan umur yaitu 21,9%. 3. Praktek pemberian makanan pendamping ASI pada anak di bawah dua tahun umumnya sudah baik yaitu 78,1%. Namun masih ada ibu-ibu yang memperkenalkan MPASI pada umur <6 bulan yaitu 21,9% dan pada umur >6 bulan 12,5%. 4. Status gizi anak menurut BB/U masih banyak yang kurang dan sangat kurang yaitu 12,5% dan 18,8%. Menurut indeks PB/U yang pendek dan sangat pendek yaitu 102 Pendidikan Orang Tua, pengetahuan Ibu 21,9% dan 9,4%. Menurut indeks BB/PB yang kurus dan sangat kurus yaitu 21,9% dan 9,4%. 5. Pendidikan ibu berkaitan dengan status gizi anak menurut PB/U sedangkan pendidikan ayah tidak berkaitan. Pengetahuan gizi ibu tentang MPASI tidak berkaitan dengan status gizi anak menurut PB/U, namun berkaitan dengan status gizi anak menurut BB/PB. SARAN 1. Mengingat pendidikan dan pengetahuan gizi ibu-ibu masih banyak yang kurang maka diharapkan para petugas kesehatan untuk lebih sering memberikan informasi kepada ibu-ibu tentang pentingnya pemberian MP – ASI yang tepat. 2. Untuk memperbaiki status gizi yang masih kurang perlu dijalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk mengadakan penyuluhan secara terpadu. DAFTAR PUSTAKA Adisasmito, W. (2008). Sistem kesehatan. Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada Arifin, 2013. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang MPASI dan Status Gizi anak umur 6-24 bulan di Desa Bowong Cindea Kabupaten Pangkep. KTI Jur.Gizi Poltekkes Makasar Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2008). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar tahun 2007. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2014). Riset Kesehatan Dasar tahun 2013. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Depkes RI. (2007). Buku pedoman Pemberian MP-ASI. Jakarta. Notoatmodjo S. (2006). Metode penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Prasetyono DS. (2009). Buku Pintar ASI Eksklusif. Jogjakarta: DIVA Press. Proverawati A dan Kusumawati E. (2010). Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Jogjakarta: Graha Ilmu. Rochimiwati SN, Fany L, dkk, (2011). Pembuatan Aneka Jajanan Pasar Dengan Subtitusi Tepung Wortel Untuk Anak. Media Gizi Pangan. Jur. Gizi Poltekkes Makassar. Soekirman (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta, Dirjen Dikti Depdiknas RI Media Gizi Pangan, Vol. XIX, Edisi 1, 2015 Pendidikan Orang Tua, pengetahuan Ibu Sulistyoningsih H. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Jogjakarta: Graha Ilmu. Supariasa IDN. (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Waryana. (2010). Gizi Reproduksi. Jogjakarta: Pustaka Rehama. 103