BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
Jaringan Lokal Akses Fiber
Teknologi Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF) merupakan suatu
teknologi penggunaan kabel serat optik sebagai media transmisi dalam pengiriman
data dari sentral ke pelanggan (jaringan akses). Fiber optik dipilih menjadi media
transmisi karena kemampuannya yang dapat mengantarkan data berkapasitas
besar dengan kecepatan tinggi untuk jarak jauh sehingga mampu memenuhi
permintaan bandwidth yang sangat besar. [9]
Penggunaan fiber optik sebagai media transmisi menyebabkan adanya
proses peralihan sinyal elektrik menjadi sinyal optik. Hal itu dilakukan agar sinyal
dapat ditransmisikan melalui fiber optik. Berdasarkan tempat peralihan sinyal
optik menjadi sinyal elektrik di pelanggan maka jarlokaf dibedakan beberapa
arsitektur yaitu:
a. Fiber to the Zone ( FTTZ )
Titik konversi optik (TKO) terletak di Rumah Kabel (RK) dan dari RK
dihubungkan ke pelanggan dengan kawat tembaga melalui Distribution
Point (DP).
b. Fiber to curb ( FTTC )
TKO terletak di DP dan dari DP ke pelanggan menggunakan kabel
tembaga dalam orde ratusan meter.
7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
c. Fiber to the Building ( FTTB )
TKO terletak di sebuah bangunan perkantoran yang besar dengan nomor
telepon yang banyak dan bertindak sebagai RK. Sistem ini mirip dengan
istilah CTL (catuan langsung). Dari FTTB ke pelanggan menggunakan
kabel tembaga. Dalam konfigurasi ini tidak ada lagi DP.
d. Fiber to the Home ( FTTH )
TKO terletak dirumah – rumah pelanggan dan langsung dihubungkan ke
pesawat pelanggan dengan kabel dalam rumah. Ordenya sampai puluhan
meter ( kalau dimensi rumah pelanggan juga puluhan meter ).
Pengiriman data dari sentral ke pelanggan menggunakan konfigurasi point
to multipoint. Oleh karena itu dibutuhkan perangkat Optical Distribution Network
(ODN) yang dapat mendistribusikan data dari sentral ke pelanggan tujuan atau
sebaliknya. Berdasarkan jenis ODN yang digunakan, maka Jarlokaf dibagi
menjadi Active Optical Network (AON), yaitu ODN yang menggunakan
perangkat optik aktif, dan Passive Optical Network (PON), yaitu ODN yang
menggunakan perangkat optik pasif
2.2.
Passive Optical Network (PON)
Passive Optical Network (PON) merupakan arsitektur jaringan akses
pengganti teknologi tembaga untuk narrow-band dan broadband. Berdasarkan
definisinya Passive Optical Network (PON) adalah jaringan point-to-multipoint
berbasis serat optik yang memiliki elemen pembagi optik (optical splitter) yang
berfungsi sebagai penyalur data untuk beberapa tujuan. Elemen pembagi tersebut
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
bersifat pasif artinya tidak melakukan manipulasi sinyal seperti penguatan sinyal
optik. [3]
Karena termasuk jaringan broadband, PON memilki beberapa keunggulan
antara lain jaringan ini mempunyai koneksi kecepatan tinggi yang memungkinkan
akses internet secara cepat dan terkoneksi. Dengan menggunakan system
multiplexer PON bisa menyediakan layanan telepon, data, dan video dalam satu
saluran. Selain itu, PON tidak memerlukan catuan listrik secara langsung dari
sentral sehingga akan lebih menghemat daya. Keunggulan lain yang ditawarkan
oleh teknologi ini adalah PON dapat diintegrasi dengan jaringan tembaga
(copper). Dengan demikian kinerja PON dapat ditingkatkan dan biaya operasi
dapat ditekan
PON pertama kali dibuat oleh FSAN (Full Service Access Network) yang
kemudian distandardisasi oleh ITU-T (A/BPON, GPON) atau IEEE (EPON).
Gambar 2.1 Jaringan Passive Optical Network (PON) [3]
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
Dengan teknologi serat optik beberapa layanan hanya menggunakan satu
saluran kabel, seperti misalnya telepon, data, dan video. Salah satu teknologi
Wavelength Division Multiplexer (WDM) memungkinkan terjadinya beberapa
layanan yang menggunakan satu jalur kabel.
Sinyal optik downstream dan upstream merupakan dua buah sinyal yang
berbeda panjang gelombangnya dan dilewatkan pada jalur yang sama. Sinyal
tersebut digabungkan dan dipisahkan pada ujung jaringan, baik disisi service
provider maupun disisi pelanggan.
Sinyal downstream adalah berupa paket-paket yang dikirimkan dengan
cara broadcast lewat sebuah serat, kemudian optical splitter akan mengirimkan
paket-paket tersebut ke semua end-point.
Jadi setiap ujung (terminal) akan menerima paket data yang sama untuk
dibagikan hanya data tertentu yang akan diproses. Untuk menjaga keamanan data
maka setiap paket atau frame dapat dienkripsi terlebih dahulu. Karena
kemampuan untuk mentransfer dengan bandwith yang tinggi dan jarak yang jauh
(sekitar 20 sampai 30 km), PON biasa digunakan untuk jaringan metro atau untuk
mobile backhaul, yaitu koneksi antara core network satu dengan core network
lainnya.
2.3.
Gigabit Passive Optical Network (GPON)
GPON merupakan salah satu teknologi yang dikembangkan oleh ITU-T
via G.984 dan hingga kini bersaing dengan GEPON (Gigabit Ethernet PON),
yaitu PON versi IEEE yang berbasiskan teknologi Ethernet. Pada GPON, sebuah
atau beberapa OLT yang merupakan interface sentral dari jaringan fiber optik,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
dihubungkan dengan beberapa ONU yang merupakan interface pelanggan dari
jaringan fiber optik, menggunakan pasif optical distribution network (ODN),
seperti splitter, filter, atau perangkat pasif optik lainnya. [4]
GPON mempunyai dominansi pasar yang lebih tinggi dan roll out lebih
cepat dibanding penetrasi GEPON. Standar G.984 mendukung bit rate yang lebih
tinggi, perbaikan keamanan, dan pilihan protokol layer 2 (ATM, GEM, atau
Ethernet). Baik GPON ataupun GEPON, menggunakan serat optik sebagai media
transmisi. Satu perangkat akan diletakkan pada sentral, kemudian akan
mendistribusikan trafik Triple Play (Suara/VoIP, Multi Media/Digital Pay TV dan
Data/Internet) hanya melalui media 1 core kabel optik disisi subscriber atau
pelanggan. Yang menjadi ciri khas dari teknologi ini dibanding teknologi optik
lainnya semacam SDH adalah teknik distribusi trafik dilakukan secara pasif. Dari
sentral hingga ke arah subscribe akan didistribusikan menggunakan splitter pasif
(1:2, 1:4, 1:8, 1:16, 1:32, 1:64). [3]
GPON menggunakan TDMA sebagai teknik multiple access upstream
dengan data rate sebesar 1.2 Gbps dan menggunakan broadcast kearah
downstream dengan data rate sebesar 2.5 Gbps. GPON disyaratkan harus dapat
melayani layanan jenis apapun, baik itu ethernet maupun TDM (PSTN, ISDN, E1,
dll). Jarak antar OLT dengan ONU yang dapat dijangkau adalah 10 km untuk
kecepatan 2.4 Gbps, sedangkan untuk kecepatan 1.2 Gbps dapat mencapai 20 km.
Untuk split ratio, ODN pada GPON dapat mencapai 1:64.
Model paketisasi data menggunakan GEM (GPON Encapsulation
Methode) atau ATM cell untuk membawa layanan TDM dan packet based. GPON
jadi memiliki efisiensi bandwidth yang lebih baik dari BPON (70 %), yaitu 93 %.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
Soft Switch
BRAS
IP TV Server
Router
Metro E
OLT GPON
ONT
Gambar 2.2 Skema Jaringan Pada OLT GPON
Keterangan:
Soft Switch
Berperan sebagai bank data pelanggan, voice source.
BRAS
Berperan sebagai internet source.
IP TV Server
Berperan sebagai TV channel source.
Router
Berperan sebagai penghubung ke berbagai source, pemberi routing
ke router – router yang berada di jaringan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Metro E
Berperan sebagai uplink dari OLT dan penghubung ke router.
OLT GPON
Berperan sebagai uplink dari ONT dan penghubung ke Metro E.
ONT
Berperan sebagai terminal yang mendistribusikan layanan ke pelanggan.
2.3.1 Switching Soft Switch
Soft Switch lahir dari pengembangan teknologi jaringan data yang kini
telah mendominasi. Pengembangan ini merupakan migrasi dari jaringan PSTN
(Public Switch Telephone Network) menuju NGN (Next Generation Network)
yang berbasis data. Layanan telekomunikasi pada NGN (Next Generation
Network) meliputi voice, data, dan multimedia. Pada kenyataannya, bagi industri
jasa telekomunikasi bahwa volume trafik data melebihi volume trafik voice,
namun layanan voice masih merupakan penyumbang pendapatan terbesar dalam
bisnis telekomunikasi. Dengan demikian pengembangan layanan voice pada
jaringan data menjadi aspek penting dalam perkembangan telekomunikasi. [12]
Soft Switch merupakan kumpulan dari beberapa perangkat protokol dan
aplikasi yang memampukan perangkat-perangkat yang lain untuk mengakses
telekomunikasi atau layanan internet berbasis jaringan IP.
Fungsi Soft Switch diantaranya:

Teknologi Soft Switch mampu menghubungkan antara internet,
jaringan wireless, jaringan kabel dan jaringan telepon tradisional.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14

Core network dapat dicapai menggunakan Soft Switch.

Soft Switch memampukan jaringan telepon untuk berkomunikasi
dengan jaringan data / internet dan sebaliknya.
Arsitektur dan Bagian Fungsional (Functional Plane) Soft Switch ISC Reference
Architecture sebagai berikut:
1.
Transport Plane
Transport plane bertanggung jawab untuk pengirirman pesan antar
jaringan VoIP. Pesan ini dapat berupa call signalling, call dan media set up atau
media. Mekanisme pengiriman pesan-pesan ini berdasarkan semua teknologi yang
mampu memenuhi kebutuhan untuk membawa jenis trafik ini. Transport plane
juga menyediakan akses untuk pensinyalan dan media ke jaringan luar, atau
terminal ke jaringan VoIP. Pada umumnya perangkat dan fungsi transport plane
dikendalikan oleh fungsi didalam call control dan signalling plane. Transport
plane dibagi menjadi tiga daerah yaitu IP Transport Domain, Interworking
Domain, dan Non-IP Access Domain.

IP Transport Domain
IP Transport Domain menyediakan transport backbone dan routing /
switching untuk mengangkut paket antar jaringan VoIP. Yang termasuk pada IP
transport domain yakni router dan switch. Perangkat-perangkat (router dan
switch) menyediakan mekanisme QoS dan aturan untuk pengangkutan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15

Interworking Domain
Perangkat Interworking Domain bertanggung jawab untuk perubahan
bentuk pensinyalan atau media penerima dari jaringan eksternal ke dalam suatu
format yang dapat dikirim ke berbagai entity di dalam jaringan VoIP dan
sebaliknya. Interworking Domain terdiri dari perangkat seperti Signalling
Gateway (gerbang signal yang mengangkut konversi antar lapisan pengangkut
yang berbeda), Media Gateway (media konversi antara jaringan transport yang
berbeda atau media yang berbeda, dan Interworking Gateway) signal interworking
pada layer transport yang sama tetapi dengan protokol berbeda.

Non-IP Access Domain
Non-IP Access Domain diterapkan terutama untuk terminal non-IP dan
jaringan radio tanpa kawat yang mengakses ke jaringan VoIP. Non-IP Access
Domain terdiri dari Access Gateway atau gerbang untuk terminal non-IP atau
telepon, terminal ISDN Integrated Access Devices ( IADS) untuk jaringan DSL,
Kabel modem / Multimedia Terminal Adaptor ( MTAs) untuk jaringan HFC, dan
Media Gateway untuk jaringan GSM/3G mobile radio access network (RAN).
2.
Call Control & Signaling Plane
Call Control & Signaling Plane mengontrol elemen utama pada jaringan
VoIP, khususnya pada Transport Plane. Perangkat dan fungsi dalam plane ini
menyelesaikan kendali panggilan berdasarkan pesan / message yang diterima dari
Transport Plane, dan menangani pembangunan dan pemutusan koneksi media
antar jaringan VoIP oleh komponen pengendalian dalam Transport Plane. The
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
Call Control & Signaling Plane terdiri dari perangkat seperti Media Gateway
Controller (Call Agent or Call Controller), Gatekeepers and LDAP servers.
3.
Service & Application Plane
Service
& Application Plane menyediakan kendali, logika dan
pengeksekusi satu atau lebih jasa atau layanan atau aplikasi di dalam suatu
jaringan VoIP. Perangkat-perangkat di dalam control Plane ini mengendalikan
jalannya suatu panggilan berdasarkan layanan atau jasa pengeksekusi logika.
Melalui komunikasi dengan perangkat di dalam Call Control & Signaling Plane.
Jasa atau layanan & aplikasinya terdiri dari perangkat seperti Aplikasi Server dan
Feature Server. Jasa atau layanan & aplikasinya juga mengontrol khususnya
komponen-komponen pembawa seperti Media Server, yang melaksanakan fungsi
seperti conferencing, IVR, tone processing, dan seterusnya.
4.
Management Plane
Management Plane menangani fungsi seperti berlangganan dan ketetapan
jasa atau layanan, dukungan operasional, penagihan dan tugas manajemen
jaringan lainnya. Management plane dapat saling berhubungan dengan beberapa
atau dengan semua ketiga plane lainnya melalui standar industri ( seperti: SNMP)
atau protocol proprietary dan APIs.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Jaringan Soft Switch dibangun oleh 5 komponen penting diantaranya:
1.
MGC (Media Gateway Controller)
MGC (Media Gateway Controller) merupakan salah satu unit fungsi
utama pada Soft Switch. Gateway controller menangani call processing
menggunakan Media Gateway dan Signaling Gateway. Dalam menangani Call
Processing, Signaling Gateway berperan untuk membangun dan membubarkan
koneksi. Gateway Controller sering disebut Call Agent (karena memiliki fungsi
pesan pengontrol panggilan), dan juga disebut Media Gateway Controller (karena
memiliki fungsi pengontrol media gateway). Terkadang Call Agent disebut juga
sebagai Soft Switch (karena dikombinasikan dengan Media Gateway dan
Signalling Gateway sehingga mempresentasikan konfigurasi minimum Soft
Switch). Komponen ini menghubungkan antar komponen dalam jaringan Soft
Switch dan juga menghubungkan ke jaringan luar yang berbeda protokol, seperti
ke jaringan PSTN, SS7 dan jaringan IP.
2.
MG (Media Gateway)
MG (Media Gateway) disebut juga AG (Access Gateway) dan TG (Trunk
Gateway). Access Gateway (AG) sebagai penghubung ke arah jaringan akses yang
berhubungan dengan pengguna. Pada umumnya Access Gateway yang dikenal
adalah perangkat yang berbasis paket (IP) ataupun non-paket yang selanjutnya
diubah menjadi paket untuk dapat dikontrol oleh Soft Switch. Trunk Gateway
(TG) dipergunakan untuk menghubungkan jaringan berbasis Soft Switch kepada
jaringan non-paket dan berfungsi sebagai trunking. Di dalam perangkat ini
terdapat perubahan dari trafik yang non-paket ke paket ataupun sebaliknya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
3.
SG (Signalling Gateway)
SG (Signalling Gateway) melayani sebagai gateway atau gerbang antara
jaringan signal SS7 dengan node - node lain pada jaringan IP yang di manage atau
dikontrol oleh Soft Switch. Sebuah Signalling Gateway secara fisik terhubung ke
jaringan SS7 dan harus mampu melayani berbagai protokol yang telah
distandarkan. Signaling Gateway menyebabkan Soft Switch seperti node - node
yang ada pada jaringan SS7. Signaling Gateway menangani pengiriman signal
SS7, sementara Media Gateway menangani pengiriman voice.
4.
MS (Media Server)
Biasanya terpisah dari Feature Server karena aplikasi Media Server
melibatkan media processing. Artinya Media Server harus mampu mendukung
DSP (Digital Signal Processing).
5.
FS (Feature Server)
FS (Feature Server) menyediakan semua fitur dan layanan seperti tagihan,
multi party conference, dll. Feature Server menggunakan semua sumber layanan
atau jasa yang berkaitan dengan komponen-komponen lain pada Soft Switch.
Dengan adanya Feature Server yang bekerja berbasis jaringan IP maka tidak ada
lagi hambatan bagi Soft Switch untuk membagi dan mengelompokkan komponen
aplikasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
2.4.
Komponen dan Perangkat pada Headend
2.4.1. Headend
Headend merupakan pusat dari sistem distribusi yang berfungsi sebagai
tempat penggabungan, pengolahan, dan menerima sinyal dari satelit maupun dari
terrestrial. Sinyal dari bermacam-macam sumber (seperti sinyal satelit, sinyal offair) diterima dan diubah menjadi bentuk pengantaran sinyal yang semestinya
dengan diproses secara elektronik, agar diperoleh kualitas gambar dan suara yang
baik, dilakukan “scrambling” (pengacakan) untuk mencegah akses dari pihakpihak yang tidak diinginkan serta dilakukan proses penyisipan iklan. Pada saat
sinyal-sinyal telah siap untuk diantarkan, sinyal-sinyal tersebut digabungkan
dalam sebuah kabel coaxial tunggal dan siap untuk dikirim melalui jaringan.
Dalam proses penggabungannya saluran analog dan digital sampai input OTX
perlu diperhatikan, agar tidak terjadinya frekuensi yang saling bertabrakan
(Intermodulation).
Headend ini terdiri atas beberapa bagian, antara lain antena parabola,
antena
teresterial, receiver, demodulator, transmodulator, VDA/ADA, patch
panel, ads inserter, running text, logo inserter, modulator, passive combiner,
splitter, amplifier, dan OTX.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
2.4.2. Konfigurasi Umum Headend Analog dan Digital :
JALUR RF DOWNSTREAM
“ Outdoor “
“ Indoor “
1
2
3
4
Splitter
Satellite Receiver
Power
Supply
LNBC
6
Converter
C
O
M
B
I
N
E
R
Modulator
Satellite Receiver
Line
Amplifier
5
7
8
A/V
Modulator
VDA
ADA
Splitter
O
T
X
Scramble
Baseband
Informasi
Transmodulator
IF
950 – 1750 MHz
Transmodulator
Single Side
Band
VDA
ADA
IF
RF
=
=
=
=
=
RF
50 – 862 MHz
Digunakan jika diperlukan
Video Distribution Amplifier
Audio Distribution Amplifier
Intermediate Frequency
Radio Frequency
Gambar 2.3 Konfigurasi Umum Headend Analog dan Digital
Titik pengukuran pada bagian RF (Test Point) di Headend antara lain :
1.
Pengukuran sinyal IF pada output LNBC (Line Amplifier, Power Supply
LNBC).
2. Pengukuran sinyal IF pada output IF Splitter.
3. Pengecekan / pengukuran kualitas sinyal Video dan Audio pada output
Receiver.
4. Pengecekan / pengukuran kualitas sinyal Video dan Audio pada output Patch
Panel, Converter, VDA / ADA dan Scramble.
5. Pengukuran sinyal RF output Modulator.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
To HUB
21
6. Pengukuran sinyal RF output Combiner.
7. Pengukuran sinyal RF pada output Splitter.
8. Pengukuran sinyal RF pada test point input OTX.
2.4.3. Jenis-jenis dan Fungsi Perangkat Pada Headend
1.
Perangkat Antena
Berbagai sumber informasi diterima dan dirubah di headend sedangkan
yang akan dijelaskan pada Tugas Akhir ini hanya dua penerimaan antena saja,
yaitu :
1) Antena Parabola
Fungsinya adalah menerima dan merubah sinyal elektromagnetik dari
satellite
menjadi
sinyal
Intermediate
Frequency
(IF)
dengan
menggunakan perangkat LNBC.
Perangkat LNBC (Low Noise Block Converter) berfungsi untuk
menangkap dan mengkonversi sinyal downlink dari satellite dengan
orde GigaHertz menjadi orde MegaHertz. Dilengkapi dengan suatu
amplifier wideband (500 MHz) rendah noise yang mempunyai noise
figure sekitar 1 – 2 dB. Secara total mempunyai penguatan (Gain)
sinyal RF sekitar 60 – 65 dB. Beroperasi pada temperatur maksimum
70° C. Mendapat catuan daya sebesar 14/18 Vdc secara remote dari
power supply indoor, dimana sistem penyaluran catuan daya secara
power feeding (disisipkan ke kabel coaxial), dapat juga mendapat
catuan dari receiver.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
2) Antena Terrestrial/Yagi
Sinyal dari bermacam-macam sumber (seperti sinyal satelit, sinyal offair) diterima dan diubah menjadi bentuk pengantaran sinyal yang
semestinya dengan diproses secara elektronik, agar diperoleh kualitas
gambar dan suara yang baik.
2.
Receiver
Fungsinya adalah mengubah sinyal IF ( 950 MHz – 1750 MHz ) dari
antena parabola menjadi sinyal baseband untuk setiap channel.
3.
Demodulator / Decoder
Untuk sumber sinyal yang merupakan sinyal off-air, sebelum sinyal RF
broadcast yang diterima oleh antena tersebut dimasukkan ke modulator maka
sinyal tersebut dipisah terlebih dahulu berdasarkan channelnya. Pemisahan ini
dilakukan oleh demodulator atau decoder.
4.
Transmodulator
Fungsinya adalah menerima dan mengubah sinyal QPSK ( 950 MHz –
1750 MHz ) dari antena parabola menjadi sinyal QAM ( 50 – 862 MHz ),
kemudian nilai frekuensi yang telah ditentukan digabungkan melalui combiner
untuk di distribusikan ke jaringan CATV.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Gambar 2.4 Hirarki Transmodulator
5.
VDA/ADA
Video Distributor Amplifier adalah penguat untuk sinyal video sebelum
sinyal di modulasi oleh perangkat modulator sedangkan Audio Distributor
Amplifier adalah penguat untuk sinyal audio sebelum sinyal di modulasi oleh
perangkat modulator dengan lebar bandwidth 5,5 MHz dari picture carrier ke
sound carrier.
6.
Patch Panel
Berfungsi sebagai switch atau saklar atau by pass jika terjadi gangguan
pada saat komunikasi antar perangkat satu dengan yang lain sehingga sinyal
informasi yang dikirim hingga ke modulator sampai.
7.
Ads Inserter
Perangkat yang berfungsi untuk memasukan iklan pada spot salah satu
program TV yang telah ditentukan melalui cue tone DTMF atau GPI atau dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
trigger di setting secara manual pada saat jam – jam yang diinginkan, agar iklan
tersebut running.
8.
Running Text & Logo Inserter
Perangkat yang berfungsi untuk menampilkan berupa text informasi secara
running atau title box untuk satu layar penuh sedangkan logo inserter adalah logo
brand name dari perusahaan tersebut untuk program TV.
9.
Scrambler
Berfungsi mengacak sinyal RF untuk single/multi channel agar tidak
dapat diterima oleh pesawat TV pelanggan yang tidak berlangganan untuk kanal
tersebut.
10.
Modulator
Berfungsi mengubah sinyal informasi Video dan Audio menjadi sinyal
pembawa RF dengan range antara 5 MHz hingga 1000 MHz.
11.
Passive Combiner
Berfungsi untuk menggabungkan sinyal-sinyal RF dari setiap output
modulator sehingga menjadi satu beam membentuk rangkaian serial sinyal
spektrum RF (FDMA) yang masing-masing menempati alokasi bandwidth
frekuensi sesuai setting parameter nomor kanal masing-masing modulator.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
12.
Splitter
Splitter berfungsi untuk memperbanyak arah distibusi jaringan GPON
untuk headend. Terdapat berbagai jenis splitter seperti spliter 1:2, 1:3, 1:4, baik
yang bersifat seimbang (balanced) maupun tidak seimbang (unbalanced). Splitter
ini akan menimbulkan redaman terhadap sinyal RF yang melaluinya dimana
besarnya redaman juga merupakan fungsi frekuensi.
2.5.
Komponen dan Perangkat pada GPON
2.5.1
Network Management System (NMS)
NMS merupakan perangkat lunak yang berfungsi untuk mengontrol dan
mengkonfigurasi perangkat GPON. Letak NMS ini bersamaan di dekat OLT
namun berbeda ruangan.
Konfigurasi yang dapat dilakukan oleh NMS adalah OLT dan ONT. Selain
itu NMS dapat mengatur layanan GPON seperti POTS, VoIP, dan IPTV. NMS ini
menggunakan platform Windows dan bersifat GUI (Graffic Unit Interface)
maupun command line. NMS memiliki jalur langsung ke OLT, sehingga NMS
dapat memonitoring ONT dari jarak jauh.
2.5.2
Optical Line Terminal (OLT)
OLT menyediakan interface antara sistem PON dengan penyedia layanan
(service provider) data, video, dan jaringan telepon. Bagian ini akan membuat link
ke sistem operasi penyedia layanan melalui Network Management System (NMS).
Optical Line Termination (OLT) dipasang di Central Office, persyaratan umum
untuk OLT yaitu :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26

Backplane OLT menyediakan sistem backup (redudansi) dan koneksi
independent 10 Gigabit Ethernet full duplex untuk masing-masing
servis slot.

Kemampuan switching OLT mempunyai arsitektur non-blocking 150
Gbps full duplex per shelf.

OLT memiliki universal untuk PON card
Gambar 2.5 Optical Line Terminal
Gambar 2.6 Frame layout OLT [8]
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Tabel 2.1 Pembagian Slot Board OLT
Board Type
Silk Screen
Slot
Control board
SCUH/SCUL
Slot 9, 10
Service board
GPFD
Slot 1-8 dan 11-18
TOPA
OPGD
ETHA
Power Input board
PRTE
Slot 21, 22
Uplink Interface board
GICF
Slot 19, 20
GICG
X1CA, X2CA
2.5.3
Optical Distribution Cabinet (ODC)
ODC (Optical Distribution Cabinet) adalah jaringan optik antara
perangkat OLT sampai perangkat ONT. ODC bisa diasumsikan seperti RK
(Rumah Kabel) pada kabel tembaga. Pada ODC terdapat splitter yang digunakan
untuk memecah 1 saluran optik yang berasal dari sentral menjadi beberapa kabel
serat optik. Adapun rasio splitternya
•
1:4
•
1:8
•
1:16
•
1:32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Perlu diperhatikan, semakin banyak pemisahan kabel serat optik akan
memperbesar redaman. ODC menyediakan sarana transmisi optik dari OLT
terhadap pengguna dan sebaliknya. Transmisi ini menggunakan komponen optik
pasif.
Gambar 2.7 Optical Distribution Cabinet
Gambar 2.8 Layout ODC [3]
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
ODC menyediakan peralatan transmisi optik antara OLT dan ONT. Perangkat
interior pada ODC terdiri dari :
1) Konektor
Konektor optik merupakan salah satu perlengkapan kabel serat optik
yang berfungsi sebagai penghubung serat. Dalam operasinya konektor
mengelilingi serat kecil sehingga cahayanya terbawa secara bersamasama tepat pada inti dan segaris dengan sumber cahaya (serat lain).
Konektor yang digunakan pada Optical Access Network (OAN) dapat
dipasang di luar dan di lokasi pelanggan.
2) Splitter
Splitter merupakan komponen pasif yang dapat memisahkan daya optik
dari satu input serat ke dua atau beberapa output serat. Splitter pada
PON dikatakan pasif sebab tidak memerlukan sumber energi eksternal
dan optimasi tidak dilakukan terhadap daya yang digunakan terhadap
pelanggan yang jaraknya berbeda dari node splitter, sehingga cara
kerjanya membagi daya optik sama rata.
Gambar 2.9 Splitter
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Passive splitter atau splitter merupakan optical fiber coupler sederhana
yang membagi sinyal optik menjadi beberapa path (multiple path) atau sinyalsinyal kombinasi dalam satu jalur. Selain itu splitter juga dapat berfungsi untuk
merutekan dan mengkombinasikan berbagai sinyal optik. Alat ini sedikitnya
terdiri dari 2 port dan bisa lebih hingga mencapai 32 port.
Berdasarkan ITU G.983.1 BPON Standard direkomendasikan agar sinyal
dapat dibagi untuk 32 pelanggan, namun rasio meningkat menjadi 64 pelanggan
berdasarkan ITU-T G.984 GPON Standard. Hal ini berpengaruh terhadap redaman
sistem, seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.2 Redaman Passive Splitter
Rasio
Redaman
1:2
2,8 – 4,0 dB
1:4
5,8 – 7,5 dB
1:8
8,8 – 11,0 dB
1:16
10,7 – 14,4 dB
1:32
14,6 – 18,0 dB
2.5.4 Optical Distribution Pack (ODP)
ODP bisa diasumsikan seperti KP (Kotak Pembagi) pada kabel tembaga
dimana mempunyai lokasi yang lebih dekat ke lokasi yang akan dipasang FTTx.
Disini akan ada pelabelan pada setiap kabel optiknya yang mengarah ke lokasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
tempat pemasangan. Instalasi atau terminasi yang bagus dari ODP adalah
persyaratan utama untuk menjamin kemampuan transmisi pada kabel serat optik.
Syarat utama ODP adalah :
a. ODP dapat diubah tanpa mengganggu kabel yang sudah terpasang dengan
cara melebihkan kabel serat optik beberapa meter.
b. Setiap ODP harus punya ruangan untuk memuat splitter.
c. ODP harus memiliki akses dari sisi depan.
d. Setiap ODP harus memiliki penutup depan untuk melindungi orang dari
cahaya laser yang langsung keluar dari ujung serat.
e. ODP harus mempunyai ruang untuk memuat dan memandu kabel serat
optik.
Gambar 2.10 Optical Distribution Pack [1]
2.5.5
Patchcord
Patchcord adalah seutas serat optik berisi 1 (satu) core mempunyai
pelindung serat sendiri dan dilengkapi 2 (dua) buah konektor pada kedua
ujungnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Gambar 2.11 Patch Cord
2.5.6 Pigtail
Pigtail adalah seutas serat optik berisi 1 (satu) core mempunyai pelindung
serat sendiri dan dilengkapi hanya 1 (satu) buah konektor pada salah satu
ujungnya.
Gambar 2.12 Pigtail
2.5.7 Connector
Konektor terdapat pada ujung dari serat optik yang terhubung langsung
pada perangkat. Konektor pada serat optik terbuat dari material sederhana seperti
plastik, karet dan kaca sehingga lebih praktis. Jenis konektor dapat dilihat pada
gambar dibawah ini :
Gambar 2.13 Jenis – jenis konektor [5]
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
Jenis – jenis konektor fiber optik, antara lain :
a) Konektor FC : digunakan untuk jenis kabel single mode dengan akurasi
yang tinggi untuk menghubungkan kabel dengan transmitter maupun
receiver.
b) Konektor SC : digunakan dalam jenis kabel single mode dan bisa dilepas
pasang. Konektor SC, bentuknya persegi dan lebih mudah dihubungkan ke
area yang ditentukan
Gambar 2.14 Konektor SC
c) Konektor ST : bentuknya seperti bayonet berkunci dan hampir mirip
dengan konektor BNC. Umum digunakan pada jenis kabel single mode
maupun multi mode. Konektor ini paling umum dan yang sering
digunakan bersama kabel fiber optik. Berbentuk batang, mirip dengan
konektor BNC.
d) Konektor Biconic : jenis konektor yang pertama kali muncul dalam
komunikasi fiber optik dan jenis ini sekarang sudah sangat jarang
digunakan.
e) Konektor D4 : jenis konektor ini hampir mirip dengan konektor FC, hanya
berbeda ukurannya. Perbedaannya sekitar 2 mm pada bagian ferrule-nya.
f) Konektor SMA : jenis konektor ini lebih dahulu muncul dari konektor ST
yang sama-sama mempunyai penutup dan pelindung.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
g) Konektor yang baru saat ini lebih popular adalah konektor MT-RJ.
Konektor MT-RJ menggunakan model plastik seperti yang digunakan
konektor RJ-45, yang memudahkan untuk dipasang. Dua kabel fiber
terhubung ke dalam satu konektor, sama dengan konsep konektor SC.
Gambar 2.15 Konektor MT-RJ
h) Beberapa jenis konektor lain yang biasanya digunakan dalam jaringan
adalah Konektor FDDI, Konektor LC, Konektor MT Array.
2.6.
Komponen dan Perangkat pada CPE ( Customer Premise Equipment )
2.6.1 Optical Network Termination/Unit (ONT/ONU)
ONU menyediakan interface antara jaringan optik dengan pelanggan.
Sinyal optik yang ditransmisikan melalui ODN diubah oleh ONU menjadi sinyal
elektrik yang diperlukan untuk service pelanggan.
Pada arsitektur FTTH, ONU diletakkan di sisi pelanggan. Perangkat ONU
yang digunakan salah satunya adalah tipe HG8245A yang merupakan pabrikan
merek Huawei.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
Gambar 2.16 Optical Network Termination/Unit
2.6.2 Perangkat Set Top Box (STB)
Set Top Box adalah alat yang dipasang di rumah pelanggan untuk memilih
program, merekam dan menggunakan fasilitas-fasilitas lain yang disediakan oleh
provider. STB antara lain melakukan proses unscrambling sinyal dari channelchannel yang sudah di-subscribe oleh pelanggan.
2.6.3 Perangkat Telepon
Perangkat Telepon bisa pesawat telepon biasa atau perangkat telepon
VOIP. Perangkat ini diletakkan disisi customer sebagai media untuk memberikan
layanan telephone. Biasanya komunikasi ini dilakukan melalui jaringan Cable
Modem dengan men-terjemahkan analog RF dari jaringan GPON ke bentuk digital
yang terkoneksi dengan CM dan kemudian diinterfacekan dengan RJ-11 konektor
ke pesawat telephone biasa. Memiliki karakteristik yang tergantung dari source
(sumber).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
2.6.4 Perangkat ATB (Access Terminal Box)
ATB digunakan untuk menghubungkan kabel optik ke perangkat pasif
ONT yang berada di dalam ruangan. ATB juga menyediakan port optik untuk
akses serat optik dalam hal penyambungan, perlindungan serat optik dan juga
sebagai tempat penyimpanan kelebihan serat optik.
2.7. Kelebihan dan Kekurangan GPON
Adapun beberapa keunggulan yang dimiliki oleh teknologi GPON adalah:
a. Mendukung aplikasi triple play (suara,data, dan video) pada layanan FTTx
yang dilakukan melalui satu core fiber optik.
b. Dapat membagi bandwidth sampai 32 ONT.
c. GPON mengurangi penggunaan banyak kabel dan peralatan pada kantor
pusat bila dibandingkan dengan arsitektur point to point. Hanya satu port
optik di central office (menggantikan multiple port).
d.
Alokasi bandwidth dapat diatur.
e. Biaya maintenance yang murah karena menggunakan komponen pasif.
f. Transparan terhadap laju bit dan format data.
GPON dapat secara fleksibel mentransferkan informasi dengan laju bit dan
format yang berbeda karena setiap laju bit dan format data ditransmisikan
melalui panjang gelombang yang berbeda. Laju bit 1.244 Gbit/s untuk
upstream dan 2.44 Gbit/s untuk downstream.
g. Biaya pemasangan, pemeliharaan dan pengembangan lebih effisien.
Hal ini dikarenakan arsitektur jaringan GPON lebih sederhana dari pada
arsitektur jaringan serat optik konvensional.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
Sedangkan kekurangan yang dimiliki GPON, antara lain:
a. Model layering yang kompleks
b. Lebih mahal dibandingkan GEPON
c. Transceiver pada laju 2.4 Gbps saat ini mahal
d. Bandwidth upstream terbatas pada hingga 622 Mbps saat ini
2.8. Spesifikasi Layanan GPON
Tabel 2.3 Spesifikasi GPON [6]
Items
Performansi layanan dan QoS
Deskripsi Target
Full Services(19/100 Base-T, Voice,
Leased lines)
1.25 Gb/s symmetric dan 155 Mb/s
Bit Rates
& 622 Mb/s upstream
Jarak pencapaian fisik maksimum
Max 20 km dan Max 10 km
Logical Reach
Max 60 km (for ranging protocol)
Max 64 pada layer fisik
Branches
Max 128 pada layer TC
Downstream : 1480 – 1500 nm
Alokasi panjang gelombang
Upstream
Kelas ODN
: 1260 – 1360 nm
Kelas A, B, dan C (sama seperti
persyaratan B-PON)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download