1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan adalah sebuah entitas yang berdiri sendiri dan terpisah dari
pemiliknya. Dan sering kali pemilik tidak berada dalam perusahaan untuk ikut serta
dalam operasi dan mengawasi jalannya perusahaan dari hari ke hari. Karena adanya
keterpisahan ini, maka jembatan emas yang dapat menghubungkan antara pemilik dan
para pengelola perusahaan adalah pelaporan keuangan.
Laporan keuangan berusaha mengkomunikasikan kepada pemilik bagaimana
perusahaan dijalankan dari hari ke hari oleh pengelolanya, juga untuk mengetahui
kinerja keuangan suatu perusahaan sebagai dasar pengambilan suatu keputusan untuk
pihak-pihak yang berkepentingan.
Ada berbagai jenis laporan keuangan yang dapat dihasilkan oleh suatu proses
akuntansi yaitu, neraca, laporan laba/rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus
kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Sebagaimana halnya seorang dokter mencoba mengetahui kondisi kesehatan
seseorang, begitu pula seorang manajer keuangan atau pihak-pihak lain yang
berkepentingan
untuk
mengetahui
kondisi
perusahaan.
Pihak-pihak
yang
berkepentingan tersebut akan menganalisis laporan keuangan dengan metode atau
teknik analisis yang disesuaikan keperluan sehingga dapat diketahui kinerja keuangan
perusahaan yang dapat berguna dalam pengambilan keputusan yang rasional. Metodemetode maupun teknik-teknik analisis yang biasa digunakan untuk menganalisis
1
laporan keuangan, antara lain analisis breakeven, analisis rasio, analisis sumber dan
penggunaan dana dan analisis tren. Namun dalam kesempatan ini penulis hanya
membahas analisis rasio keuangan, karena analisis tersebut yang lazim dipakai
perusahaan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan.
Analisis rasio yang biasanya digunakan dalam menilai kinerja keuangan
perusahaan perbankan adalah dari aspek permodalan, aspek likuiditas, aspek
rentabilitas, aspek resiko usaha, dan aspek efisiensi usaha.
Dari uraian diatas maka dalam kesempatan ini penulis tertarik untuk mengetahui
kinerja keuangan perbankan dengan menggunakan analisis rasio pada judul skripsi ini
adalah:
''ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MENGUKUR KINERJA KEUANGAN
PADA PT.BANK MEGA Tbk. PERIODE 2004 SAMPAI DENGAN 2006”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan di atas, maka rumusan masalah dapat dinyatakan
sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan rasio dari aspek permodalan periode 2004 s/d 2006
pada PT. Bank Mega, Tbk?
2. Bagaimana perkembangan rasio dari aspek likuiditas periode 2004 s/d 2006 pada
PT. Bank Mega, Tbk?
3. Bagaimana perkembangan rasio dari aspek rentabilitas periode 2004 s/d 2006 pada
PT. Bank Mega, Tbk?
2
4. Bagaimana perkembangan rasio dari aspek resiko usaha periode 2004 s/d 2006
pada PT. Bank Mega, Tbk?
5. Bagaimana perkembangan rasio dari aspek efisiensi usaha periode 2004 s/d 2006
pada PT. Bank Mega, Tbk?
C. Tujuan dan kegunaan Penelitian
a. Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
Untuk memberi masukan bagi perusahaan dalam perbaikan kinerja keuangan
perusahaan.
2. Bagi Pembaca
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan pembaca dalam bidang analisis
rasio keuangan dalam pratiknya
3. Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai bagaimana
peranan rasio keuangan perusahaan.
b. Tujuan Penelitian.
1. Untuk mengetahui perkembangan rasio dari aspek permodalan periode 2004
s/d 2006 pada PT Bank Mega, Tbk.
2. Untuk mengetahui perkembangan rasio dari aspek likuiditas periode 2004 s/d
2006 pada PT Bank Mega, Tbk.
3. Untuk mengetahui perkembangan rasio dari aspek rentabilitas periode 2004
s/d 2006 pada PT Bank Mega, Tbk.
3
4. Untuk mengetahui perkembangan rasio dari aspek resiko usaha periode 2004
s/d 2006 pada PT Bank Mega, Tbk.
5. Untuk mengetahui perkembangan rasio dari aspek efisiensi usaha periode
2004 s/d 2006 pada PT Bank Mega, Tbk.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan menurut Myer yang dikutip oleh S. Munawir (2005:5) adalah :
“Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu
perusahaan. Kedua daftar itu adalah neraca atau daftar posisi keuangan dan
daftar rugi laba atau daftar pendapatan. Pada waktu akhir-akhir ini sudah
menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambah daftar ketiga
yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tidak dibagikan/ laba yang ditahan”.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002: 2) yang dimaksud laporan keuangan
adalah :
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan rugi laba,
laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara
seperti, misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan,
dan laporan lain seperti materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk diskedul dan informasi
tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya laporan keuangan
segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan
harga”.
Dari pengertian laporan keuangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
laporan keuangan memberikan gambaran tentang keadaan posisi keuangan yang
tercermin dalam neraca, perhitungan rugi laba, laporan perubahan modal, laporan
arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan perlu dibandingkan
antara satu periode dengan periode berikutnya untuk memperoleh gambaran
perubahan yang terjadi di dalam suatu badan usaha yang akan dipergunakan oleh
5
pihak-pihak yang berkepentingan sebagai
bahan
pertimbangan
di
dalam
pengambilan keputusan ekonomis.
2. Jenis-jenis Laporan Keuangan
Jenis-jenis Laporan Keuangan Utama adalah sebagai berikut :
a. Daftar neraca yang menggambarkan ringkasan posisi keuangan
perusahaan pada tanggal tertentu yang menunjukkan total aktiva
sama dengan total kewajiban ditambah ekuitas pemilik.
b. Perhitungan laba/rugi yang menggambarkan ringkasan pendapatan
dan biaya perusahaan selama periode tertentu, diakhiri dengan laba
atau kerugian bersih untuk periode tersebut.
c. Laporan arus kas yang menggambarkan sumber dan penggunaan kas
dalam satu periode.
d. Laporan perubahan modal yang menggambarkan perubahan posisi
modal baik saham dalam PT atau modal dalam perseroan.
e. Catatan atas laporan keuangan yang berisi tentang informasi
gambaran umum perusahaan, dan kebijakan akuntasi
Laporan keuangan yang biasanya dipakai atau menjadi objek analisis adalah
sebagai berikut :
1. Neraca
Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal
dari suatu perusahaan pada saat tertentu. Menurut Ikatan akuntan Indonesia
neraca harus disusun secara sistematis sehingga dapat memberikan gambaran
mengenai posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu. tujuan neraca adalah
6
untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu,
biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan di tentukan sisanya pada
suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender, sehingga nerasa sering disebit juga
dengan Balance Sheet.
Menurut Jumingan (206:13) neraca adalah suatu laporan yang sistematis
tentang aktiva (asset), utang (liabilities), dan modal sendiri (owner equity) dari
suatu perusahaan pada tanggal tertentu.
Neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu :
a.
Asset (Harta, Aktiva)
Asset adalah harta yang dimiliki perusahaan yang berperan dalam
operasi perusahaan misalnya kas, persediaan, aktiva tetap, aktiva tidak
berwujud, dan lain-lain.
FASB dalam Concept Nomor 3 – Elements of financial Statement of
Bisiness Enterprise yang terdapat didalam bukunya Zaki Baridwan (2004 :
20) menyatakan bahwa :
“Aktiva adalah manfaat ekonomis di masa yang akan datang yang
diharapkan akan diterima oleh suatu badan usaha sebagai hasil dari
transaksi-transaksi yang terjadi dimasa lalu”.
Pada dasarnya, aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama,
yaitu :
1) Aktiva Lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat
dikonversikan (diubah) menjadi kas dalam waktu singkat, biasanya
kurang dari satu tahun. Yang termasuk aktiva lancar adalah :
7
a) Kas atau uang tunai yang dapat dipergunakan untuk membiayai
operasi perusahaan.
b) Investasi Jangka Pendek (surat-surat berharga atau marketable
securities) adalah investasi yang sifatnya sementara dengan maksud
untuk memanfaatkan uang kas yang untuk sementara belum
dibutuhkan dalam operasi.
c) Piutang Wesel adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang
dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam
undang-undang.
d) Piutang Dagang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditur
atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan
secara kredit.
e) Persediaan, untuk perusahaan menufaktur, persediaan adalah total
sisa barang jadi yang dimiliki, bahan mentah. sedangkan untuk
pedagang eceran dan agen, persediaan adalah stok atau sisa produk
yang akan dijual
f) Piutang Penghasilan atau Penghasilan yang Masih Harus Diterima,
adalah penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan yang telah
memberikan
jasa
dan
prestasinya,
tetapi
belum
diterima
pembayarannya, sehingga hal ini merupakan tagihan bagi
perusahaan.
8
g) Biaya Dibayar Dimuka atau Persekot, adalah pengeluaran untuk
memperoleh jasa/prestasi dari pihak lain dan belum dinikmati oleh
perusahaan pada periode ini melainkan pada periode berikutnya.
2).
Aktiva tetap adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang
phisiknya nampak (kongkrit). Yang termasuk dalam kelompok aktiva
tetap antara lain:
a)
Tanah, yang diatasnya didirikan bangunan atau digunakan
operasi, misalnya sebagai lapangan, halaman, tempat parker dan
lain sebagainya.
b).
Bangunan, baik bangunan kantor, toko maupun bangunan untuk
pabrik.
c).
Mesin.
d).
Inventaris.
e).
Kendaraan dan perlengkapan atau alat-alat lainnya.
b. Hutang
Menurut Jumingan (2006:25) yang dimaksud dengan hutang adalah
semua kewajiban perusahaan kepada pihak lain untuk membayar sejumlah
uang atau menyerahkan barang atau jasa pada tanggal tertentu.
Pada umumnya, hutang atau kewajiban dapat dibedakan menjadi dua
bagian yaitu:
1). Hutang Lancar atau Hutang Jangka Pendek adalah kewajiban keuangan
perusahaan yang pelunasahnya atau pembayarannya akan dilakukan
dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan
9
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Hutang lancar
meliputi antara lain:
a)
Hutang Dagang, adalah hutang yang timbul
karena adanya
pembelian barang dagang secara kredit.
b)
Hutang Wesel, adalah hutang yang disertai dengan janji tertulis
(yang
diatur
dengan
undang-undang) untuk
melakukan
pembayaran sejumlah tertentu pada waktu tertentu dimasa yang
akan datang.
c)
Hutang Pajak, baik pajak untuk perusahaan
maupun pajak
pendapatan karyawan yang belum disetorkan ke Kas Negara.
d)
Biaya Yang Masih Harus Dibayar, adalah biaya-biaya yang
sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya.
e)
Hutang Jangka Panjang yang Segera Jatuh Tempo, adalah
sebagian (seluruh) hutang jangka panjang yang sudah menjadi
Hutang
jangka
pendek,
karena
harus
segera dilakukan
pembayarannya.
f)
Penghasilan Yang Diterima Dimuka (Deferred Revenue), adalah
penerimaan uang untuk penjualan barang/jasa yang
belum
direalisir.
2) Hutang Jangka Panjang, adalah kewajiban keuangan yang jangka
waktu pembayarannya (jatuh tempo) masih jangka panjang (lebih dari
satu tahun sejak tanggal neraca). Hutang Jangka Panjang meliputi
antara lain:
10
a). Hutang Obligasi.
b). Hutang hipotik
c. Modal.
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan
yang ditunjukan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang
ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan
terhadap seluruh hutang-hutangnya.
Adapun beberapa bentuk neraca yang umum digunakan menurut Jumingan
(2006:14) adalah sebagai berikut:
"Neraca disusun dalam salah satu dari dua bentuk : (1) bentuk perkiraan
(account form), dengan aktiva disajikan di sebelah kiri dan kewajiban ekuitas
pemilik pada sebelah kanan atau (2) bentuk laporan (report form), dengan
aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik disusun secara vertikal".
Dari pengertian diatas dapat diperjelas lagi bahwa neraca dalam bentuk
perkiraan (account form) aktiva (aktiva lancar, investasi/penyertaan,
aktiva tetap, aktiva tidak berwujud dan aktiva Iain-lain) diletakkan di sebelah kiri
sedangkan kewajiban (kewajiban lancar, kewajiban jangka panjang dan
kewajiban Iain-lain) dan modal (modal saham, agio saham, laba di tahan)
diletakan disebelah kanan. Neraca dalam bentuk laporan (report form)
menyusun aktiva, kewajiban dan modal dengan urutan kebawah.
11
2. Laporan Rugi Laba.
Perhitungan rugi/laba merapakan suatu laporan yang sistematis tentang
penghasilan, biaya dan rugi/laba yang diperoleh suatu perusahaan selama periode
tertentu. Menurut PAI (Prinsip Akuntansi Indonesia) yang terdapat dibuku Sofyan
Syafri Harahap (2002: 67) perhitungan rugi laba harus disusun dengan cara dan
penyajian sebagai berikut:
"1. Perhitungan rugi/laba harus disusun sedemikian rupa agar dapat
memberikan gambaran mengenai hasil usaha perusahaan dalam periode
tertentu.
2. Cara penyajian perhitungan rugi/laba adalah sebagai berikut:
a. Harus memuat secara rinci unsur-unsur pendapatan dan biaya.
b. Seyogyanya disusun dalam bentuk urutan kebawah (stafel).
c. Harus dipisahkan antara hasil bidang usaha lain serta pos luar biasa".
Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan rugi/laba, S.
Munawir (2000: 26) dalam bukunya menyimpulkan:
a. Bagian pertama menunjukan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok
perusahaan ( penjualan barang dagangan atau memberikan jasa/service)
diikuti dengan harga pokok dari barang/ service yang dijual, sehingga
diperoleh laba kotor.
b. Bagian kedua menunjukan biaya-biaya operasional, terdiri dari biaya
penjualan dan biaya umum/administrasi (operating expanses).
c. Bagian tiga menunjukan hasil-hasil yang diperoleh diluar operasi pokok
perusahaan yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi diluar usaha
pokok perusahaan (non operating/financial income and expenses).
d. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insedential (extra
ordinary gain or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum
pajak pendapatan.
Bentuk dari laporan rugi/laba yang biasa digunakan adalah :
a. Multiple step (Bertahap).
12
Bentuk multiple step adalah bentuk laporan rugi/laba dimana dilakukan
beberapa pengelompokkan terhadap penghasilan-penghasilan dan biaya-biaya
yang disusun dalam urutan-urutan tertentu sehingga bisa dihitung pendapatanpendapatan sebagai berikut:
1. Laba Bruto, yaitu hasil penjualan dikurangi harga pokok penjualan.
2. Pendapatan Usaha Bersih, yaitu laba bruto dikurangi biaya-biaya
usaha.
3. Pendapatan Bersih Sebelum Pajak, yaitu pendapatan bersih ditambah
dan dikurangi dengan pendapatan dan biaya-biaya diluar usaha.
4. Pendapatan Bersih sesudah Pajak, yaitu pendapatan bersih sebelum
pajak dikurangi pajak pendapatan atau pajak perseroan.
5. Pendapatan bersih dan elemen-elemen luar biasa, yaitu pendapatan
bersih sesudah pajak ditambah dan atau dikurangi dengan elemenelemen yang tidak biasa (sesudah diperhitungkan pajak penghasilan
untuk pos luar biasa).
Contoh laporan rugi/laba bentuk Multiple step (Bertahap) dapat dilihat dalam
tabel 3.
b. Single Step.
Dalam bentuk ini tidak dilakukan pengelompokkan terhadap penghasilan dan
biaya ke dalam kelompok-kelompok usaha dan di luar usaha, tetapi hanya
dipisahkan antara:
1. Pendapatan-pendapatan dan laba-laba
2. Biaya-biaya dan kerugian-kerugian.
13
Dalam single step, semua biaya dikurangkan dari jumlah semua
penghasilan. Bentuk ini menguntungkan, karena lebih sederhana dan
menekankan pada jumlah penghasilan serta biaya yang merupakan faktor
penting dalam penerapan keburukan, serta hubungan antara laporan keuangan
dan hasil penjualan dan pendapatan operasi. Hasil penjualan tidak dapat
ditetapkan dengan segera, hal ini berbeda dengan multiple step.
Mengenai penyajian perhitungan rugi/laba dikenal dua konsep yang dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a. Current Operating Performance Concept atau Clean Surplus Concept.
Menurut konsep ini, semua rugi/laba yang sifatnya luar biasa (extra
ordinary) dimasukan kedalam laba yang ditahan (R/E). Laporan
rugi/laba hanya menentukan hasil dari operasi normal periode itu,
yaitu meliputi pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan usaha
pokok perusahaan saja.
b. All Inclusive Concept atau Clean Surplus Principles.
Menurut konsep ini, semua rugi/laba yang sifatnya luar biasa (extra
ordinary) harus diperlihatkan dalam laporan rugi/laba. Jadi semua
pendapatan dan biaya baik yang berasal dari usaha pokok atau rutin
perusahaan maupun yang sifatnya tidak rutin dan luar biasa masuk
dalam laporan rugi/laba.
14
3. Tujuan Laporan Keuangan.
Tujuan laporan keuangan menurut Bank Indonesia (2001:II.1) adalah:
” untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, perubahan
ekuitas, arus kas, dan informasi lainnya yang bermanfaat bagi pengguna dalam
rangka membuat keputasan ekonomi serta menunjukan pertanggungjawaban
manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.”
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002: 4) tujuan laporan keuangan adalah
sebagai berikut:
"Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama
sebagian besar pemakai namun dengan demikian, laporan keuangan tidak
menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh
keuangan dari kejadian dimasa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan
informasi nonkeuangan.
Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen
(stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepada pemakainya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah
dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat
membuat keputusan ekonomi; keputusan ini mungkin mencakup, misalnya keputusan
untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan
untuk menggangkat kembali atau mengganti manajemen".
4. Keterbatasan Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia yang dikutip oleh Sofyan Syafri Harahap
(2002: 10) menguraikan secara rinci tentang sifat dan keterbatasan laporan
keuangan, sebagai berikut:
1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian
yang telah lewat. Karenanya laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai
satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan
ekonomi.
15
2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan pihak tertentu.
3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran
dan berbagai pertimbangan.
4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang materiil. Demikian pula
penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin
tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh yang
materiilterhadap kelayakan laporan keuangan.
5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian; bila
terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai
penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba
bersih atau nilai aktiva yang paling kecil.
6. Laporan keuangan telah menekankan pada makna ekonomis suatu
peristiwa/transaksi dari pada bentuk hukumnya (formalitas), (substance over
form).
7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan
pemakai laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan
sifat dari informasi yang dilaporkan.
8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan
menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat
kesuksesan antar perusahaan.
9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan
umumnya diabaikan.
Dengan mengingat dan memperhatikan sifat laporan keuangan tersebut diatas,
maka kita dapat menarik kesimpulan dimana laporan keuangan itu mempunyai
beberapa keterbatasan, antara lain :
a. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik merupakan interim report
(laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan
merupakan laporan yang final. Sehingga semua jumlah-jumlah atau halhal yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukkan nilai
likuidasi atau realisasi.
b. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya
bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan
standar nilai yang muungkin berbeda atau berubah-ubah. Sehingga angka
16
yang tercantum dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku
(book value) yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun
nilai gantinya.
c. Laporan
keuangan
disusun
berdasarkan
hasil
pencatatan
transaksi
keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu.
Sehingga suatu analisa dengan memperbandingkan data beberapa tanpa
membuat penyesuaian terhadap perubahan tingkat harga akan diperoleh
kesimpulan yang keliru.
d. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor
tersebut tidak dapat dinyatakan dalam satuan uang.
5. Pihak-pihak Yang Berkepentingan Atas Laporan Keuangan.
Pihak-pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan menurut Jumingan
(2006:3) adalah sebagai berikut:
1. Pemilik Perusahaan.
Bagi pemilik perusahaan laporan keuangan dimaksudkan untuk:
a. Menilai prestasi atau hasil yang diperoleh manajemen.
b. Mengetahui hasil dividen yang akan diterima.
c. Menilai posisi keuangan perusahaan dan perrumbuhannya.
d. Mengetahui nilai saham dan laba perlembar saham
e. Sebagai dasar untuk memprediksi kondisi perusahaan di masa datang.
17
f. Sebagai dasar untuk mempertimbangkan menambah atau mengurangi
investasi.
2. Manajemen Perusahaan.
Bagi Manajemen Perusahaan laporan keuangan ini digunakan untuk:
a. Alat untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada pemilik.
b. Mengukur tingkat biaya dari setiap kegiatan operasi perusahaan,
divisi,bagian, atau segmen.
c.
Mengukur tingkat efesiensi dan tingkat keuntungan perusahaan, divisi
bagian, atau segmen.
d. Menilai hasil kerja individu yang diberi tugas dan tanggung jawab
e.
Untuk menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan perlu tidaknya
diambil kebijaksanaan baru.
3. Investor.
Bagi investor laporan keuangan dimaksudkan untuk:
a. Menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan.
b. Menilai kemungkinan menanamkan dana dalam perusahaan.
c. Menilai kemungkinan melakukan divestasi (menarik investasi) dari
perusahaan.
d. Menjadi dasar memprediksi kondisi perusahaan di masa datang.
4. Kreditur atau Banker.
Bagi kreditur atau Banker laporan keuangan digunakan untuk:
a. Menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan baik dalam jangka
pendek maupun dalam jangka panjang.
18
b. Menilai kualitas jaminan kredit/investasi untuk menopang kredit yang
akan diberikan.
c.
Melihat dan memprediksi prospek keuntungan yang mungkin diperoleh
dari perusahaan atau menilai rate of return perusahaan.
d. Menilai
kemampuan likuiditas,
solvabilitas,
sebagai dasar pertimbangan keputusan kredit. k.
rentabilitas
perusahaan
Menilai sejauh mana
perasahaan mengikuti perjanjian kredit yang sudah disepakati.
5. Pemerintah dan Regulator.
Bagi pemerintah atau regulator laporan keuangan dimaksudkan untuk:
a. Menghitung dan menetapkan jumlah pajak yang harus dibayar.
b. Sebagai dasar dalam penetapan-penetapan kebijaksanaan baru.
c. Menilai apakah perusahaan memerlukan bantuan atau tindakan lain.
d. Menilai kepatuhan perusahaan terhadap aturan yang ditetapkan.
e. Bagi lembaga pemerintah lainnya bisa menjadi bahan peyusunan data
statistik.
6. Analis, Akademis, Pusat Data Bisnis.
Para analis, akademis, dan juga lembaga-lembaga pengumpulan data bisnis
seperti Standard & Poor laporan keuangan penting sebagai bahan atau sumber
informasi primer yang akan diolah sehingga menghasilkan informasi yang
bermanfaat bagi analisa, ilmu pengetahuan, dan komoditi informasi.
19
2. Analisis Laporan Keuangan.
A. Pengertian Anlisis Laporan Keuangan.
Menurut Jumingan (2006:240) analisis keungan bank merupakan proses
pengkajian secara kritis terhadap keuangan bank menyangkut review data,
menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap
keuangan bank pada suatu periode tertentu
Menurut Sofyan Syafri Harahap ( 2004: 190) juga memberikan pengertian
tentang analisis laporan keuangan sebagai berikut:
"Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan
menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat
signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data
kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan
yang tepat".
Kegiatan analisis laporan keuangan berfungsi untuk mengkonversikan data
yang berasal dari laporan keuangan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang
lebih berguna, lebih mendalam, dan lebih tajam dengan teknik tertentu.
Analisis laporan keuangan merupakan kebalikan dari kegiatan pembukuan.
Proses pembukuan dimulai dari transaksi, dicatat kebuku, diproses dan akhirnya
menjadi laporan keuangan, tetapi dalam analisis laporan keuangan prosesnya
dimulai dari laporan keuangan di telusuri ke buku, sampai ke transaksi
perusahaan.
20
B. Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Tujuan analisis laporan keuangan adalah untuk membantu pengambilan
keputusan dalam bidang keuangan agar lebih cepat, cermat, tepat dan akurat.
Secara lengkap kegunaan analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam dari pada yang
terdapat dari laporan keuangan biasa.
2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata dari suatu
laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan.
3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4. Dapat
mengungkapkan
hubungannya dengan
hal-hal
yang
bersifat
tidak
konsisten
dalam
suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan
komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang
diperoleh dari luar usaha.
5. Dapat mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan
model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi,
peningkatan (rating).
6. Dapat
memberikan
informasi
yang
diinginkan
oleh
para
pengambil
keputusan.
7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut criteria tertentu
yang sudah dikenal di dalam dunia bisnis.
8. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik
posisi keuangan, hasil usaha, kinerja perusahaan, dan sebagainya.
21
Teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah
sebagai berikut:
1. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan
Adalah metode atau teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan
keuangan untuk dua periode atau lebih dengan menunjukan:
a. Data absolut jumlah-jumlah dalam rupiah.
b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah.
c. Kenaikan atau penurunan dalam prosentase.
d. Perbandingan yang dinyatakan dengan rasio.
e. Prosentase dari total.
Analisis dengan mengunakan metode ini akan dapat diketahui perubahanperubahan yang terjadi, dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih
lanjut.
2. Analisa Trend bertujuan untuk mengetahui tendensi atau kecenderungan
keadaan
keuangan
suatu perusahaan di
masa yang akan datang baik
kecenderungan naik, turun, maupun tetap.
3. Laporan keuangan dengan prosentase berkomponen atau size statement,
adalah suatu metode analisa untuk mengetahui prosentase investasi pada
masing-masing
struktur
aktiva terhadap total
permodalannya
dan
aktivanya, juga untuk mengetahui
komposisi
dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
22
perongkosan
yang
terjadi
4. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisa untuk
mengetahui
sumber-sumber serta penggunaan
modal
kerja atau
untuk
mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash flow statement analysis), adalah suatu
analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau
untuk
mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama period tertentu.
6. Analisis rasio, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pospos tertentu dalam neraca atau laporan rugi-laba secara individu atau
kombinasi dari kedua laporan tersebut.
7. Analisis Breakeven, analisa ini digunakan untuk mengetahui:
a. Hubungan antara penjualan, biaya dan laba.
b. Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya variable.
c. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan memberikan margin untuk
menutupi biaya tetap.
d. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan
batas di mana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi.
8. Analisis Perubahan Laba Kotor (gross profit analysis), adalah suatu analisis untuk
mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke
periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang
dibudget untuk periode tersebut.
23
C. Analisis Rasio Keuangan Laporan Keuangan.
Analisis rasio adalah cara analisa dengan menggunakan perhitunganperhitungan perbandingan atas data kuantitatif yang ditunjukan dalam neraca
maupun laporan laba rugi. Penggunaan analisis rasio hanya akan ada artinya jika ada
suatu standar tertentu sebagai pegangan untuk penilaian. Kalau belum ada maka
sebaiknya dikombinasikan dengan analisis komparatif sehingga dengan demikian
dapat dilihat perkembangan rasio-rasio tersebut dari waktu ke waktu. Dapat pula
rasio-rasio perusahaan lain yang sejenis, yang mempunyai skala dan lingkungan
yang kurang lebih sama. Walaupun rasio-rasio merupakan alat yang sangat berguna,
tetapi tidak terlepas dari beberapa kerbatasan dan harus digunakan dengan hatihati. Rasio disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh earn
penafsiran yang berbeda dan bahkan merupakan hasil dari manupulasi.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004: 298) analisis rasio ini memiliki
keunggulan dibandingkan teknik analisis lainnya. Keunggulannya tersebut
adalah:
1. Rasio merupakan angka-angka atau iktisar statistik yang lebih mudah dibaca
dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan
laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan
keputusan dan model prediksi
5. Menstandarisir size perusahaan
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau
melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau "time series".
7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa
yang akan datang.
24
Disamping keunggulan yang dimiliki, menurut Sofyan Syafri Harahap
(2004: 298) analisis rasio ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari
sewaktu penggunaannya agar tidak salah dalam penggunaannya. Adapun keterbatasan
analisis rasio itu adalah:
1. kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan pemakainya.
2. keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi
keterbatasan teknik ini seperti :
a. Bahkan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung
taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subyektif.
b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai
perolehan (cost) bukan harga pasar.
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.
d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan
berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan
kesulitan menghitung rasio.
4. Sulit jika data yang tersedia tidak singkron.
5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik danstandar akuntansi yang
dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa
menimbulkan kesalahan.
3. Analisis Rasio Keuangan Pada Perusahaan Perbankan
Kinerja bank merupakan bagian dari kinerja bank secara keseluruhan. Menurut
Jumingan (2006:239) kinerja (performence) bank secara keseluruhan merupakan
gambaran prestasi yang dicapai bank dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek
25
keuangan, pemasaraa, penghimpunan dan penyaluran dana, teknologi maupun sumber
daya manusia.
Berdasarkan apa yang telah dinyatakan diatas, kinerja keuangan bank merupakan
gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek
penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasnya diukur dengan indikator
kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas bank.
Berkaitan dengan analisis kinerja keuangan bank mengandung beberapa tujuan yaitu
untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank terutama kondisi likuiditas,
kecukupan modal dan profitabilias yang dicapai dalam tahun berjalan maupun tahun
sebelumnya, dan untuk mengetahui kemampuan bank dalam mendayagunakan semua
aset yang dimiliki dalam mengahasilkan profit secara efisien.
Analisis kinerja keuangan atau analisis keuangan bank merupakan proses pengkajian
secara kritis terhadap keuangan bank menyangkut review data, menghitung, mengukur,
menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap keuangan bank pada suatu periode
tertentu.
Setiap rasio keuangan yang dibentuk memiliki tujuan yang ingin dicapai masingmasing. Ini berarti tidak dijumpai batasan yang jelas dan tegas berapa rasio yang terdapat
pada setiap aspek yang di analisis. Namum demikian, yang terpenting dalam penggunan
rasio keuangan adalah memahami tujuan penggunaan rasio keungan tersebut. Analisis
rasio keuangan pada perusahaan perbankan yang biasa digunakan yaitu:
26
a. Aspek Permodalan
Modal
Capital Adequacy Ratio =
x 100 %
ATMR
Dipergunakan untuk mengukur kecukupan modal guna menutupi
kemungkinan kegagalan dalam pemberian kredit. Hal ini diperkirakan bagian
terbesar A T M R (Aktiva Tertimbang Menurut Resiko) berupa kredit.
Semakin tinggi ratio CAR suatu bank menandakan tingkat kesehatan bank
yang baik, berdasarkan SE BI No.30/2/UPPB/ tanggal 30 April 1997 tentang
tata cara penilaian tingkat kesehatan bank umum, dijelaskan bahwa penilaian
terhadap CAR (Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum/KPMM) dilakukan
sebagai berikut.
1. Pemenuhan KPMM sebesar 8% diberi predikat sehat
2. Pemenuhan KPMM kurang dari 8% yaitu 7,99% diberi predikat
kurang sehat
3. Pemenuhan KPMM kurang dari 6,92% diberi predikat tidak sehat.
Dalam menghitung Capital Adquacy Ratio (CAR) dengan jalan
menghitung Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). ATMR dihitung
dengan cara mengalikan aktiva neraca dengan bobot masing-masing, sesuai
dengan SE BI No.30/2/UPPB/ tanggal 30 April 1997 tentang tata cara
penilaian tingkat kesehatan bank umum, sebagai berikut.
27
Tabel 1.2
Tabel Perhitungan ATMR
Pos-Pos Neraca
Risiko
(%)
Kas
Giro pada Bank Indonesia
Giro Pada Bank Lain
Penempatan pada Bank Lain
Surat Berharga
Kredit yang diberikan
Penyertaan
Pendapatan yang diterima
Biaya dibayar dimuka
Uang muka pajak
Aktiva tetap
Aktiva lain-lain
0
0
20
0
20
100
100
100
100
100
100
20
Equity
Primary Ratio
=
Total Assets
Dipergunakan untuk mengukur kemampuan permodalan Bank dalam
menyanggah aset akibat berbagai kerugian yang tidak dapat dihindari.
Berdasarkan SE BI No.30/2/UPPB/ tanggal 30 April 1997 tentang tata cara
penilaian tingkat kesehatan bank umum, minimum Primary Ratio adalah 5%.
Equity
Capital Ratio I
=
Total Loan
Dipergunakan untuk mengukur kemampuan permodalan Bank dalam
menyanggah sejumlah pinjaman pada nasabah. Berdasarkan SE BI
No.30/2/UPPB/ tanggal 30 April 1997 tentang tata cara penilaian tingkat
28
kesehatan bank umum, minimum pemenuhan total pinjaman terhadap modal
adalah 10%.
Equity + Reserve for Loan losses
Capital Ratio II
=
Total Assets
Dipergunakan untuk mengukur kemampuan permodalan dan cadangan
kerugian pinjaman dalam menyanggah sejumlah pinjaman kepada nasabah.
Menurut ukuran industri minimum modal dan cadangan kerugian pinjaman
(PPAP) terhadap total pinjaman adalah sebesar 5%.
b. Aspek Likuiditas
Cash Assets
Quick Ratio
=
Total Deposit
Dipergunakan mengetahui kemampuan Bank dalam membayar kembali
kewajiban kepada para deposan dengan sejumlah cash assets yang dimiliki.
Menurut ukuran trend industi minimum Quick Ratio adalah 10%.
Total Loan
Banking Ratio
=
Total Deposit
Dipergunakan untuk mengetahui kemampuan Bank dalam membayar para
penyimpan dana dengan jaminan pinjaman yang diberikan. Menurut SE BI
No.30/2/UPPB/ tanggal 30 April 1997 tentang tata cara penilaian tingkat
29
kesehatan bank umum, untuk Banking Ratio diatas dibawah 110% diberinilai
kredit 100, artinya likuiditas bank tersebut dinilai sehat. Berdasarkan perturan
Bank Indonesia LDR harus diatas 50%, apabila kurang dari 50% bank wajib
untuk menambah Giro Wajib Minimum (GWM) pada Bank Indonesia sebesar
3%.
Total Loan
Loan to Assets Ratio =
Total Assets
Dipergunakan untuk mengukur kemampuan Bank dalam memenuhi
permintaan kredit melalui jaminan sejumlah aset yang dimiliki. Menurut SE BI
No.30/2/UPPB/ tanggal 30 April 1997 tentang tata cara penilaian tingkat
kesehatan bank umum, untuk LAR dibawah 110% diberinilai kredit 100,
artinya likuiditas bank tersebut dinilai sehat.
c. Aspek Rentabilitas
Operating Income-Operating Expense
Gross Profit Margin =
Operating Income
Dipergunakan untuk mengetahui kemampuan Bank dalam menghasilkan
laba operasi melalui pendapatan operasi yang dihasilkan. Menurut ukuran
trend indstri Gross Profit Margin minimum 10% bank tersebut dipredikatkan
bank sehat.
30
Net Income
Net Profit Margin
=
Operating Income
Dipergunakan untuk mengetahui kemampuan Bank dalam menghasilkan
laba bersih melalui pendapatan operasi. Menurut ukuran trend indstri Gross
Profit Margin minimum 10%.
Net Income
Return on Equity
=
Equty
Dipergunakan untuk mengetahui kemampuan, Bank dalam menghasilkan
laba bersih melalui penggunaan modal sendiri. Menurut ukuran trend indstri
ROE minimum 10% kenaikan ROE akan menyebabkan kenaikan harga saham
bank tersebut.
d. Aspek Risiko Usaha
Bad Debt
Credit Risk
=
Total Loan
Dipergunakan untuk mengukur kemampuan Bank dalam menyanggah
risiko kegagalan pengembalian kredit oleh kreditur. Dengan standar acuan
prinsip kehati-hatian sebesar 2%.
e. Aspek Efisiensi Usaha.
Total Assets
Leverage Multiplier =
Total Capital
31
Dipergunakan untuk mengetahui kemampuan manajemen Bank dalam
mengelola aktiva yang dimiliki mengingat biaya yang dikeluarkan dalam
mengelola aktiva. Menurut ukuran trend indstri Leverage Multiplier minimum
10%.
Interest Paid
Cost of Fund
=
Total Fund
Dipergunakan untuk mengetahui kemampuan untuk membayar biaya-biaya
bunga dibanding rata-rata dana yang dimiliki. Semakin besar cost of fund
semakin besar biaya bunga yang dikeluarkan maksimum 50%.
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Gambaran Umum
1. Obyek dan lokasi penelitian
Obyek dari penelitian ini adalah laporan keuangan yaitu : laporan nerca dan laporan
rugi laba periode 2004, 2005 dan 2006 di PT. Bank Mega, Tbk yang beralamat di Menara
Bank Mega Jl. Kapt. Tendean Kav. 12-14A Jakarta. Waktu pelaksanaan penelitian ini
adalah dari bulan April sampai dengan Agustus 2007.
2. Sejarah Singkat Perusahaan
Berawal dari sebuah usaha milik keluarga bernama PT.Bank Karman yang didirikan
pada tahun 1969 berkedudukan di Surabaya, selanjutnya pada tahun 1992 berubah nama
menjadi PT. Mega Bank dan melakukan relokasi Kantor Pusat ke Jakarta. Seiring dengan
perkembangannya PT. Mega Bank pada tahun 1996 diambil alih oleh PARA GROUP
(PT.GLOBAL INVESTINDO dan PT.Para Rekan Investama). Untuk lebih meningkatkan
citra PT. Mega Bank , pada bulan Juni 1997 melakukan perubahan logo dengan tujuan
bahwa sebagai lembaga keuangan kepercayaan masyarakat, akan lebih mudah dikenal
melalui logo perusahaan yang baru tersebut. Pada tahun 2000 melakukan perubahan
nama dari PT. Mega Bank menjadi PT. Bank Mega. Dalam rangka memperkuat struktur
permodalan maka pada tahun yang sama PT. Bank Mega melaksanakan Inicial Public
Offering dengan menawarkan saham kepada masyarakat, dengan demikian sebagian
saham PT. Bank Mega dimiliki oleh Public dan berubah namanya menjadi PT. Bank
33
Mega Tbk. Telah mendapatkan ijin dari Bank Indonesia sebagai Bank Devisa sehingga
memperluas dan menjangkau bisnis yang lebih luas lagi.
PT. Bank Mega Tbk. yang bersemboyan "Mega Tujuan Anda" tumbuh dengan
pesat dan terkendali serta menjadi lembaga keuangan ternarna yang mampu disejajarkan
dengan bank-bank terkemuka di Asia Pasifik dan telah mendapatkan berbagai
penghargaan dan prestasi baik di tingkat nasional, regional maupun internasional. Dalam
upaya mewujudkan kinerja sesuai dengan nama yang disandangnya, PT. Bank Mega
Tbk. berpegang pada azas profesionalisme, keterbukaan dan kehati-hatian dengan
struktur permodalan yang kuat serta produk dan fasilitas perbankan terkini. Hingga saat
ini PT. Bank Mega Tbk. memiliki 151 jaringan kerja yang terdiri dan kantor cabang,
kantor cabang pembantu dan kantor kas yang tersebar hampir di seluruh kota besar di
Indonesia dan satu buah Priority Banking.
Dalam perjalanan usahanya, PT Bank Mega Tbk. mendapat penghargaan dari
berbagai pihak diantaranya, Bank Terbaik versi majalah SWA (berdasarkan konsep
Economic Value Added), Bank dengan Pelayanan Terbaik (Banking Service Excellence)
berdasarkan survey Market Research Indonesia (MRI) bekerjasama dengan Majalah
Infobank, Bank dengan Pertumbuhan /issef Tertinggi seAsia-Pasifik versi majalah
Asiaweek, dan emiten Terbaik untuk Sektor Perbankan versi Majalah Investor, serta
predikat Bank yang Sangat Bagus selama 5 tahun berturut-turut versi majalah Infobank.
Setelah melakukan penjualan saham perseroan kepada masyarakat dengan cara
penawaran umum melalui Pasar Modal (Go Public) maka berdasarkan Akta Perubahan
Dasar Perseroan No.15 tertanggal 17 April 2000 yang dibuat dihadapan Nila
34
Noordjasmani Soeyasa Besar, SH pengganti dari Imas Fátimah SH, notaris di Jakarta,
susunan dan kepemilikan saham PT. Bank Mega Tbk. Sebagai :

PT. PARA GLOBAL INVESTINDO : 79,99 %

PT. PARA REKAN INVESTAMA
: 0,01 %

MASYARAKAT
: 20,00 %
Berdasarkan keputusan rapat sebagaimana ditentukan dalam Akta Nomor 34 tanggal
22 Mei 2002, yang dibuat oleh Imah Fatima SH, Notaris di Jakarta, perseroan telah
mengadakan Penawaran Terbatas I (Right Issue) yang mengakibatkan perubahan
Anggaran Dasar Nomor 18 tanggal 15 juli 2003 yang dibuat oleh Notaris yang sama
dengan susunan kepemilikan pemegang saham PT. Bank Mega Tbk. menjadi sebagai
berikut :

PT. PARA GLOBAL INVESTINDO : 64,51 %

PT. MANDIRI SEKURITAS
: 19,33 %

MASYARAKAT
: 16,16 %
Selanjutnya terjadi perdagangan saham PT. Bank Mega Tbk. selama tahun 2003
sehingga mengakibatkan perubahan kepemilikan saham menjadi :

PT. PARA GLOBAL INVESTINDO : 64,51 %

PT. TRIMEGAH SEKURITAS
35
:
6,69 %

MASYARAKAT
: 28,80 %
Selama tahun 2004 terjadi perdagangan saham PT Bank Mega Tbk. sehingga
mengakibatkan perubahan kepemilikan saham menjadi :

PT. PARA GLOBAL INVESTINDO : 57,28 %

MASYARAKAT
: 42,72 %
3. Struktur Organisasi dan JobDescription
Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yang diselengarakan pada
tanggal 24 Maret 2003 telah menyetujui pengangakatan Dewan Komisaris Bank Mega
yang terdiri dari 1 (satu) orang Komisaris Utama dan 2 (dua) orang Komisaris
Independen serta pengangkatan Dewan Direksi Bank Mega yang terdiri dari 1 (satu)
orang Direktur Utama dan 5 (lima) orang Direktur (struktur oraganisasi lampiran 1).
Sesuai dengan PBI No.8/4/PBI/2006, komisaris independen hádala anggota
dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan
saham dan atau mempunyai hubungan keluarga dengan anggota dewan komisaris lainya,
direksi dan atau pemegang saham pengendali atau hubungan lainyayang dapat
memepengaruhi kemempuanya dalam bertindak independen.
Tugas dan tanggung jawab dewan komisaris Bank Mega adalah sebagai berikut:
1. Dewan komisaris wajib memastikan terselenggaranya tata kelola
perusahaan dalam setiap kegiatan usaha bank , pada seluruh tngkatan atau
jenjang organisasi yang ada di Bank Mega.
36
2. Dewan komisaris wajib melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab direksi serta memberikan nasehat kepada
direksi.
3. Melakukan pengawsan, pemantauan, dan evaluasi terhadap pelaksanaan
kebijaksanaan strategis bank.
4. Dewan komisaris wajib memastikan bahwa direksi Bank Mega telah
menindaklanjuti temuan audit. Dan rekomendasi dari satuan kerja audit
intern Bank Mega, auditor eksternal, hasil pengawasan Bank Indonesia
serta hasil pengawasan dari pihak lain.
Seperti halnya Dewan Komisaris, Dewan Direksi Bank Mega juga mempunyai tugas
dan tanggung jawab terhadap roda bisnis perseroan. Pada hakekatnya, Dewan Direksi
bertanggung jawab atas pengawasan internal, pamantauan dan pengelolaan resiko-resiko
perbankan, menajaga iklim kerja perseroan agar tetap kondusif dan kooperatif, serta
mengelola dan mengembangakan kemampuan SDM sehingga tercipta profesionalitas serta
produktivitas yang tinggi dari perseroan. Selain itu, Dewan Direksi juga memiliki
kewajiban untuk memberikan laporan tentang kinerja bank secara keseluruhan dalam
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan.
37
4. Produk
a. Simpanan
Mega Dana, Mega Maxi, Mega Dollar ( dalam mata uang USD dan SGD ), Mega Pro,
Mega Bisnis, Mega Optima, Mega Giro Valas (dalam mata uang USD, SGD dan
EUR), Mega Depo, Mega DOC, Mega Depo Valas (dalam mata uang USD dan SGD),
Mega Rencana
b. Pinjaman
Kredit Korporasi dan Sindikasi, Kredit Modal Kerja, Kredit Modal Kerja Hermanen,
Kredit Investasi, Kredit Rekening Koran, Kredit Pengusaha Kecil dan Mikro, Kredit
Kepada Korperasi dan Anggotanya, Mega Otto Joint Financing, Jaminan dan Bank
Garansi, Mega Griya, Mega Guna, Mega Otto, Mega Reno, Mega Medika, Mega
Implant, Pembiayaan Fasilitas Ekspor – Impor
c. Transaksi Internacional
Remittance, Collection, dan Trade Finance
d. Card Center
Credit Card Mega Visa, Debit dan ATM
e. Treasury
Foreign Exchange Transaction (Spot, Forward and Swap), Money Market, Marketable
Securities/Bonds, SBI
38
f. Jasa Layanan Lainnya
Priority Banking, Trustee, Custodian, Securities Agent, Settlement Bank, Mega Cash,
Mega O, Mega SDB, Mega Call, Mega Transactional Bank, Mega Payroll, Mega
Internet Banking
B. Metode penelitian.
Metode penelitian merupakan suatu proses
berpikir yang sistematis, diawali
dengan identifikasi masalah sampai penarikan kesimpulan akhir dari permasalahan
yang diteliti. Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif yaitu, penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi sacara
sistematis, factual dan akurat mengenai analisis rasio keuangan dalam mengukur
kinerja keuangan PT. Bank Mega, Tbk periode tahun 2004 sampai dengan 2006
melalui aspek permodalan, aspek likuiditas, apek rentabilitas, aspek resiko usaha dan
aspek efisiensi usaha.
C. Teknik Pengumpulan Data.
Dalam menyusun skripsi ini, penulis menggunakan 2 (dua) metode pengumpulan
data yang terdiri dari :
a.
Studi Pustaka.
Yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mencari dan menyusun landasan teori
dimana penelitian ini dilakukan dengan cara membaca buku-buku, majalah39
majalah, surat kabar dan bahan-bahan kuliah yang berhubungan dengan analisis
laporan keuangan dan laporan keuangan itu sendiri .
b.
Studi Lapangan.
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan peninjauan langsung ke tempat yang
menjadi obyek penelitian, dalam hal ini PT. Bank Mega Tbk untuk memperoleh
data primer dan seunder. Penelitian ini dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu :
1.
Wawancara (interview).
Dilakukan dengan cara mengadakan wawancara penulis dengan pihak-pihak
yang berkepentingan di PT. Bank Mega Tbk yang berhubungan dengan
ruang lingkup penyusunan skripsi yaitu mengenai laporan keuangan.
2.
Pengamatan (observasi).
Melakukan pengamatan langsung pada obyek penelitian untuk membuktikan
kebenaran dari data dan informasi yang diperoleh.
D. Definisi Operasional Variabel
1. Rasio dari aspek permodalan digunakan untuk mengetahui kecukupan modal
bank dalam mendukung kegiatan bank secara efisien.
2. Rasio dari aspek likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
menyelesaikan kewajiban dalam jangka pendek.
3. Rasio dari aspek rentabilitas digunkan untuk mengetahui kemampuan bank
dalam menghasilkan profit melalui operasi bank.
4. Rasio dari aspek risiko usaha digunakan untuk mengukur kemampuan bank
dalam menyanggah risiko dari aktivitas operasi.
40
5. Rasio dari aspek efisiensi uasaha digunakan untuk mengetahui kinerja
manajemen dalam menggunakan semua aset secara efisien.
E. Metode Analisis Data
Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan metode yang digunakan
adalah deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Cara menganalisis kinerja
keuangan perusahaan adalah :
a. Mengenal perusahaan terlebih dahulu dengan mengetahui bidang usaha,
struktur organisasinya dan sejarah singkat perusahaan.
b. Mengumpulkan data yang digunakan dalam penelitian yang diperoleh dari
perusahaan yaitu laporan neraca dan laporan rugi laba tahun 2004 dan tahun
2005 dan 2006.
c. Menghubungkan antara data yang ada di laporan neraca dan data laporan rugi
laba per periode sesuai dengan rumus rasio yang sudah dipilih untuk menilai
kinerja keuangan perusahaan.
d. Menganalisis hasil perhitungan rasio yang merupakan alat yang digunakan
dalam menilai kinerja keuangan perusahaan dengan membandingkan hasil
perhitungan
rasio
tahun
sebelumnya
dalam
perusahaan
yang
sama
(perbandingan internal). Dilihat juga apakah terjadi peningkatan atau
penurunan rasio saat ini dengan rasio tahun sebelumnya.
41
e. Dari hasil analisis rasio tersebut maka akan mendapatkan beberapa kesimpulan
mengenai kinerja keuangan perusahaan dan saran-saran perbaikan kinerja
keuangan perusahaan untuk masa yang akan datang.
42
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Perkembangan Rasio dari Aspek Permodalan
Rasio dalam aspek permodalan bertujuan untuk mengetahui kemampuan kecukupan
modal bank dalam mendukung kegiatan bank secara efisien. Rasio dalam aspek
permodalan yang umum digunakan adalah :
a. Capital Adequacy Ratio (Rasio Kecukupan Modal)
b. Primary Ratio
c. Capital Ratio I
d. Capital Ratio II
Analisis perkembangan rasio dari aspek permodalan periode 2004 sampai dengan
2006 pada PT. Bank Mega, Tbk adalah sebagai berikut
:
Tabel 1.4
Rasio dari Aspek Permodalan
PT. Bank Mega, Tbk
periode 2004 s/d 2006
Rasio
Tahun
2004
Tahun
2005
Tahun
2006
Aspek Permodalan
Capital Adequacy Ratio
12,13%
9,1%
12,5%
Primary Ratio
6,5%
5,0%
6,2%
43
Kenaikan/Penurunan
Thn’05 turun 3,03%
dibandingkan Thn’04,
Thn’06 naik 3,4%
dibandingkan Thn’05
Thn’05 turun 1,5%
dibandingkan Thn’04,
Thn’06 naik 31,2%
dibandingkan Thn’05
Capital Ratio I
16,3%
11,4%
17,8%
Thn’05 turun 4,9%
dibandingkan Thn’04,
Thn’06 naik 6,4%
dibandingkan Thn’05
Capital Ratio II
7,1%
5,6%
6,7%
Thn’05 turun 1,5%
dibandingkan Thn’04,
Thn’06 naik 1,1%
dibandingkan Thn’05
Sumber: laporan keuangan PT. Bank Mega, Tbk tahun 2004 s/d 2006 data diolah tahun 2007
Analisa rasio untuk Capital Adequacy Ratio PT. Bank Mega Tbk. tahun 2004 s/d
2006 adalah 12,13%, 9,1% dan 12,5% dikategorikan Bank dengan predikat sehat.
Kenaikan jumlah kredit yang diberikan dari 7.467.706 pada tahun 2004 menjadi
11.113.855 pada tahun 2005 serta modal yang tidak mengalami perubahan yang
signifikan pada tahun 2005, adalah salah satu faktor penyebab penurunan CAR pada
tahun 2005 sebesar 3,03% denganan standar ukuran dari peraturan Bank Indonesia
minimum CAR adalah 8%.
Analisa rasio untuk Primary Ratio PT. Bank Mega Tbk. Tahun 2004 s/d 2006
mengalami penurunan pada tahun 2005 dibandingkan dengan tahun 2004 dan mengalami
kenaikan ditahun 2006 dibandingkan dengan tahun 2005. untuk keseluruhan modal Bank
Mega dapat menyanggah asset akibat kerugian yang tidak dapat dihindari dengan
minimum rasio 5%.
Analisa rasio untuk Capital Ratio I PT. Bank Mega Tbk. Mengalami penurunan di
tahun 2005 dibandingkan tahun 2004 dan mengalami kenaikan ditahun 2006, secara
keseluruhan kemampuan modal PT. Bank Mega Tbk. Dapat menyanggah total pinjaman
sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia minimum rasio adalah sebesar 10%.
Analisa rasio untuk Capital Ratio II PT. Bank Mega Tbk. Mengalami penurunan di
tahun 2005 dibandingkan tahun 2004 dan mengalami kenaikan di tahun 2006
dibandingkan dengan tahun 2005, secara keseluruhan kemampuan modal dan
44
pencadangan aktiva produktif
(pencadangan kerugian pinjaman) terhadap sejmlah
pinjaman nasabah dikategorikan bank sehat dengan minimum 5%.
B. Analisis Perkembangan Rasio dari Aspek Likuiditas
Aspek Likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menyelesaikan
kewajiban jangka pendek, rasio yang digunakan adalah :
a. Quick Ratio
b. Banking Ratio
c. Loan to asset Ratio
Analisis perkembangan rasio dari aspek likuiditas periode 2004 sampai dengan 2006
pada PT. Bank Mega, Tbk adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4
Rasio dari Aspek Likuiditas
PT. Bank Mega, Tbk
periode 2004 s/d 2006
Rasio
Tahun
2004
Tahun
2005
Tahun
2006
Kenaikan/Penurunan
Aspek Likuiditas
Quick Ratio
25,6%
15,4%
14,1%
Thn’05 turun 10,2%
dibandingkan Thn’04,
Thn’06 turun 1,3%
dibandingkan Thn’05
Baking Ratio
46%
47%
38%
Thn’05 naik 1%
dibandingkan Thn’04,
Thn’06 turun 9%
dibandingkan Thn’05
Loan to Asset Ratio
39%
44%
34%
Thn’05 naik 5%
dibandingkan Thn’04,
Thn’06 turun 10%
dibandingkan Thn’05
Sumber: laporan keuangan PT. Bank Mega, Tbk tahun 2004 s/d 2006 data diolah tahun 2007
Analisa rasio untuk Quick Ratio PT. Bank Mega Tbk. Pada tahun 2004 adalah sebesar
25,6% yang berarti total dana pihak ketiga (tabungan, giro, deposito) dapat dapat dbayar
45
kembali sebanyak 25,6% dengan cash asset yang dimiliki PT. Bank Mega Tbk. Untuk
tahun 2005 sebesar 15,4% mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2004 dan
pada tahun 2006 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2004 dan 2005, hal tersebut
dikarenakan bertambahnya dana pihak ketiga dan perluasan jaringan PT. Bank Mega
Tbk. Pada tahun 2005 dan 2006 yang tidak diikuti dengan pertambahan cash asset.
Untuk keseluruhan Quick Ratio Bank Mega cukup baik dengan ukuran trend industri
adalah 10%.
Analisa rasio Banking Ratio (Loan to Deposit Ratio) PT. Bank Mega Tbk. Mengalami
kenaikan di tahun 2005 dibandingkan dengan tahun 2004 dan mengalami penurunan
ditahun 2006, hal tersebut dikarenakan adanya kenaikan jumlah pinjaman pada tahun
2005. secara keseluruhan untuk Banking Ratio PT. Bank Mega Tbk. Dinilai sehat dengan
acuan standar Bank Indonesia adalah 50%.
Analisa rasio Loan to Asset Ratio PT. Bank Mega Tbk. Megalami kenaikan di tahun
2005 dibandingkan dengan tahun 2004 dan mengalami penurunan di tahun 2006 hal
tersebut dikarenakan adanya kenaikan jumlah pinjaman pada tahun 2005. Menurut SE BI
No.30/2/UPPB/ tanggal 30 April 1997 tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank
umum, untuk LAR dibawah 110% diberinilai kredit 100, artinya likuiditas bank tersebut
dinilai sehat
C. Analisis Perkembangan Rasio dari Aspek Rentabilitas
Tujuan penggunaan rasio aspek rentabilitas adalah untuk mengetahui kemampuan
bank dalam menghasilkan laba (profit) melalui operasional bank. Rasio yang digunakan
adalah.
46
a. Gross Profit Margin
b. Net Profit Margin
d. Return on Equity
Analisis perkembangan rasio dari aspek rentabilitas periode 2004 sampai dengan 2006
pada PT. Bank Mega, Tbk adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4
Rasio dari Aspek Rentabilitas
PT. Bank Mega, Tbk
periode 2004 s/d 2006
Rasio
Tahun
2004
Tahun
2005
Tahun
2006
Kenaikan/Penurunan
Aspek Rentabilitas
Gross Profit Margin
54%
37%
32%
Thn’05 turun 17%
dibandingkan Thn’04,
Thn’06 turun 5%
dibandingkan Thn’05
Nett Profit Margin
33%
22%
17%
Thn’05 turun 11%
dibandingkan Thn’04,
Thn’06 turun 5%
dibandingkan Thn’05
Return on Equity
26%
14%
7,8%
Thn’05 turun 12%
dibandingkan Thn’04,
Thn’06 turun 6,2%
dibandingkan Thn’05
Sumber: laporan keuangan PT. Bank Mega, Tbk tahun 2004 s/d 2006 data diolah tahun 2007
Analisa rasio Gross Profit Margin PT. Bank Mega Tbk. Mengalami penurunan di
tahun 2005 dan 2006, hal tersebut dikarenakan tingginya biaya operasional bank pada
tahun 2005 dan 2006, secara keseluruhan Gross Profit Margin PT. Bank Mega Tbk.
Merupakan bank dengan predikat bank sehat dengan ukuran trend industri minimum
rasio adalah 10%.
47
Analisa rasio Nett Profit Margin mengalami penurunan yang disebabkan penurunan
pendapatan operasi dikarenakan tingginya biaya bunga (negative spread) yang
disebabkan banyaknya dana pihak ketiga yang ditempatkan pada produk deposito yang
merupakan salah satu dana mahal. Dengan acuan standart trend industri minimum rasio
adalah 10%.
Analisa rasio Return on Equity mengamalami penurunan dari tahun 2004 sampai
dengan tahun 2006, rasio ROE ini merupakan indicator yang amat penting bagi
pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam
memperoleh laba bersih yag dikaitakan dalam pembayaran deviden, kenaikan ROE akan
menyebabkan kenaikan harga saham. ROE PT. Bank Mega Tbk. Mengalami penurunan
dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 yang disebabkan berkurangnya net income
pada tahun 2006. Untuk keselurah ROE PT. Bank Mega Tbk. dikategorikan bank sehat.
D. Analisis Perkembangan Rasio dari Aspek Risiko Usaha
Tujuan penggunaan rasio aspek risiko usaha adalah untuk mengukur kemampuan
bank dalam menyanggah risiko dari aktivitas operasi. Rasio yang digunakan adalah rasio
credit risk, Dipergunakan untuk mengukur kemampuan Bank dalam menyanggah risiko
kegagalan pengembalian kredit oleh kreditur.
Analisis perkembangan rasio dari aspek risiko usaha periode 2004 sampai dengan
2006 pada PT. Bank Mega, Tbk adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
Rasio dari Aspek Risiko Usaha
PT. Bank Mega, Tbk
periode 2004 s/d 2006
48
Rasio
Tahun
2004
Tahun
2005
Tahun
2006
Kenaikan/Penurunan
Aspek Risiko
Usaha
Credit Risk
1,5%
1,45%
1,32%
Thn’05 turun 0,05%
dibandingkan Thn’04,
Thn’06 turun 0,13%
dibandingkan Thn’05
Sumber: laporan keuangan PT. Bank Mega, Tbk tahun 2004 s/d 2006 data diolah tahun 2007
Analisa rasio Credit Risk menngalami penuruman menurut perhitungan tetapi
mangalami kenaikan dilihat dari prinsip kehati-hatian yang disebabkan penurunan jumlah
kredit bermasalah atau non performing loan dari periode 2004 sampai dengan 2006
dengan standar acuan prinsip kehati-hatian sebesar 2% .
E. Analisis Perkembangan Rasio dari Aspek Efisiensi Usaha
Aspek Efisiensi Usaha digunakan untuk mengetahui kinerja manajemen dalam
menggunakan semua asset secara efisien. Rasio yang diganakan adalah:
a. Leverage Multiplier
b. Cost of Fund
Analisis perkembangan rasio dari aspek efisiensi usaha periode 2004 sampai dengan
2006 pada PT. Bank Mega, Tbk adalah sebagai berikut:
Tabel 5.4
Rasio dari Aspek Efisiensi Usaha
PT. Bank Mega, Tbk
periode 2004 s/d 2006
Rasio
Tahun
2004
Tahun
2005
Tahun
2006
Kenaikan/Penurunan
Aspek Efisiensi Usaha
Leverage Multiplire
15,3
19,6
16
49
Thn’05 naik 4,3 point
dibandingkan Thn’04,
Thn’06 turun 3,6 point
dibandingkan Thn’05
Cost of Fund
5%
6,6%
8%
Thn’05 naik 1,6%
dibandingkan Thn’04,
Thn’06 naik 1,4%
dibandingkan Thn’05
Sumber: laporan keuangan PT. Bank Mega, Tbk tahun 2004 s/d 2006 data diolah tahun 2007
Analisa rasio Leverage Multiple PT. Bank Mega Tbk. mengalami kenaikan di tahun
2005 dibndingkan dengan tahun 2004 yang disebabkan kenaikan total aktiva di tahun
2005 sebesar 74% dibandingkan dengan tahun 2004. secara keseluruhan untuk Leverage
Multiple Ratio PT. Bank Mega Tbk. mampu dalam megelola aktiva dengan ukuran trend
industri minimum 10 %.
Analisa ratio Cost of Fund PT. Bank Mega Tbk. mengalami kenaikan dari tahun 2004
sampai dengan tahun 2006 yang disebabkan bertambahnya dana pihak ketiga yang sangat
signifikan dari tahun 2004, ketahun 2005 dan 2006. Cost of Fund secara keseluruhan
cukup sehat dengan ukuran maksimum 50% dari total dana pihak ketiga.
Dari hasil analisis laporan keuangan PT. Bank Mega, Tbk periode tahun 2004 sampai
dengan 2005 dapat dilihat bahwa kinerja keuangan PT. Bank Mega Tbk, mengalami
penurunan di tahun 2005 dan mengalami kenaikan di tahun 2006, tetapi secara
keseluruhan kinerja keuangan PT. Bank Mega, Tbk cukup baik dan tergolong Bank
dengan predikat sehat. Penurunan dan kenaikan kinerja keuangan perusahaan dapat
dilihat dari penurunan dan kenaikan hasil perhitungan rasio yaitu:
1. Dari aspek permodalan yaitu CAR (Capital Adequacy Ratio) PT.
Bank Mega, Tbk.
50
2. Dari aspek likuiditas yaitu Quick Ratio mengalami penurunan dari
tahun 2004 sampai dengan 2006 yaitu, 25,6, 15,4%, dan 14,1%
dikarenakan cash asset yang tidak banyak mengalami penambahan
sedangkan pertumbuhan peningkatan dana pihak ketiga yang
melonjak tinggi seiring dengan expansi perluasan jaringan
perusahaan. Dengan standart ukuran trend industri adalah sebesar
10%. Dengan rasio tersebut Bank Mega masih tergolong bisa
membayar kembali kewajiban kepada para deposan dengan
sejumlah cash assets yang dimiliki. Untuk Loan to Asset Ratio,
mengalami penurunan 10% dibandingkan tahun 2005, semakin
tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah
asset yang diperlukan unutk membiayai kredit semakin besar.
Banking Ratio / Loan to Deposit Ratio, mengalami penurunan
sebesar 9% dari tahun 2005, semakin tinggi rasio tersebut
memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas
bank yang bersangkutan. Menurut SE BI No.30/2/UPPB/ tanggal
30 April 1997 tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank
umum, untuk rasio LDR dibawah 110% diberinilai kredit 100,
artinya likuiditas bank tersebut dinilai sehat.
3. Dari aspek rentabilitas yaitu Nett Profit Margin mengalami
penurunan yang disebabkan penurunan pendapatan operasi
dikarenakan tingginya bunga (negative spread) yang disebabkan
banyaknya dana pihak ketiga yang ditempatkan pada produk
51
deposito yang merupakan salah satu dana mahal. Return on Equity
mengamalami penurunan dari tahun 2004 sampai dengan tahun
2006, rasio ROE ini merupakan indicator yang amat penting bagi
pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan
bank dalam memperoleh laba bersih yag dikaitakan dalam
pembayaran deviden, kenaikan ROE akan menyebabkan kenaikan
harga saham.
4. Dari aspek risiko usaha yaitu Credit Risk mengalami penuruanan
secara nominal tetapi mengalami kenaikan secara ukuran trend
pasar yang disebabkan penurunan jumlah kredit bermasalah atau
non performing loan dari periode 2004 sampai dengan 2006
dengan standar acuan prinsip kehati-hatian sebesar 2%.
5. Dari aspek efisiensi usaha yaitu Cost of Fund mengalami kenaikan
yang disebabkan bertambahnya dana pihak ketiga yang sangat
signifikan dari tahun 2004, ketahun 2005 dan 2006.
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakuakan pada PT. Bank Mega, Tbk penulis
dapat mengambil kesimpulan :
1. Analisa rasio keuangan (aspek permodalan, aspek likuiditas, aspek rentabilitas,aspek
risiko usaha dan aspek efisiensi usaha) berperan dalam mengukur kinerja keuangan
PT. Bank Mega, Tbk yang dapat dilihat dari perubahan hasil perhitungan rasio-rasio
keuangan yang dipilih. Analisis keuangan dari aspek permodalan Capital Adequacy
Ratio (CAR) PT. Bank Mega, Tbk berperan dalam mengukur kinerja perusahan yang
menjadi ukuran masyarakat dalam menempatkan dananya dibank dan sebagai
standart bank yang sehat sesuai ketentuan Bank Indonesia dengan nilai terendah
adalah 8% sedangkan Capital Adequacy Ratio PT. Bank Mega, Tbk dengan batasan
nilai terendah ratio 9,1% padatahun 2005.
2. Ditinjau dari aspek permodalan yaitu, Capital Adequacy Ratio, Capital Ratio I,
Primary Ratio dan Capital Ratio II mengalami penurunan di tahun 2005 yang
disebabkan kenaikan jumlah kredit yang diberikan pada tahun 2005 sehingga
menyebabkan meningkatnya jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR),
serta penambahan modal yang tidak terlalu signifikan.
53
3. Ditinjau dari aspek likuiditas yaitu, Quick Ratio, Banking Ratio, dan Loan to Asset
Ratio pada tahun 2005 mengalami kenaikan yang disebabkan naiknya jumlah kredit
yang tidak sebanding dengan pertumbuhan dana pihak ketiga.
4. Ditinjau dari aspek rentabilitas yaitu, Gross Profit Margin, Net Profit Margin, dan
Return on Equity, yang disebabkan penurunan pendapatan operasi.
6. Ditinjau dari aspek risiko usaha yaitu Credit Risk Ratio mengalami penurunan dari
tahun sebelumnya yang disebabkan menurunnya jumlah kredit bermasalah atau non
performing loan.
5. Ditinjau dari aspek efisiensi usaha yaitu, Leverage Multipler, dan Cost of Fund
mengalami kenikan yang disebabkan bertambahnya dana pihak ketiga yang
menempatkan dananya kedalam produk deposito yang berbunga tinggi sehingga
perusahan mengeluarkan biaya bunga yang besar.
B. Saran-Saran
Memperhatikan pembahasan dan kesimpulan diatas, penulis mencoba memberikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Agar rasio dalam aspek permodalan perusahaan semakin baik, maka
perusahaan
harus menigkatkan modal melalui penerbitan obligasi serta meningkatkan
penjualan produk-produk perbankan melalui strategi pemasaran yang lebih baik
serta melalui media promosi yang lebih efektif.
2. Agar rasio dalam aspek likuiditas perusahaan semakin baik, maka perusahaan
harus meningkatkan cash asset dengan cara meningkatkan dana pihak ketiga.
54
3. Agar rasio dalam aspek rentabilitas perusahaan semakin baik, maka perusahaan
harus menaikan pendapatan operasi dengan cara peningkatan pemberian kredit
kemasyarakat yang akan meningkatkan pendapatan provisi, komisi serta bunga
yang diterima perusahaan.
4. Agar rasio dalam aspek risiko usaha semakin baik, maka perusahaan dapat
melakukan beberapa tindakan penyelamatan kredit bermasalah antara lain dengan:
Rescheduling, Reconditioning, dan Restructuring kredit-kredit bermasalah.
5. Agar rasio dalam aspek efisiensi usaha perusahaan semakin baik, maka perusahaan
dapat melakukan strategi pemasaran dengan membuat produk bank yang berbunga
rendah atau dengan cara melakukan joint fund dengan perusahaan capital atau
assuransi yang bisa menanggu biaya bunga bersama, dengan cara tersebut
perusahaan dapat menekan biaya bunga sehingga dapat maningkatakan efisiensi.
55
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
i
Halaman Pengesahan
ii
Daftar isi
iii
Daftar Tabel
v
Daftar Lampiran
vi
Kata Pengantar
vii
Bab I. Pendahuluan
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Perumusan Masalah
2
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
3
Bab II. Landasan Teori
4
A. Laporan Keuangan
4
1. Pengertian Laporan Keuangan
4
2. Jenis-jenis Laporan Keuangan
5
3. Tujuan Laporan Keuangan
14
4. Keterbatasan Laporan Keuangan
14
5. Pihak-pihak yang Berkepentingan Atas Laporan Keuangan
15
B. Analisis Laporan Keuangan
19
1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
19
2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan
20
56
3. Analisis Rasio Laporan Keuangan
C. Analisis Rasio Keuangan Pada Perusahaan Perbankan
23
24
Bab III. Metodelogi Penelitian
A. Gambaran Umum
33
B. Metode Peneltian
39
C. Teknik Pengumpulan Data
39
D. Definisi Operasional Variabel
40
E. Metode Analisis Data
41
Bab IV. Analisis dan Pembahasan
43
A. Analisis Perkembangan Rasio dari Aspek Permodalan
43
B. Analisis Perkembangan Rasio dari Aspek Likuiditas
45
C. Analisis Perkembangan Rasio dari Aspek Rentabilitas
46
D. Analisis Perkembangan Rasio dari Aspek Risiko Usaha
48
E. Analisis Perkembangan Rasio dari Aspek Efisiensi Usaha
49
Bab V. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
53
B. Saran-saran
54
Bagan Struktur Organisasi PT. Bank Mega Tbk.
73
Dafatar Pustaka
74
57
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Bagan Struktur Organisasi PT. Bank Mega Tbk.
58
74
DAFTAR PUSATAKA
Bank Indonesia. 2001. Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, Bank Indonesia,
Jakarta.
Bank Mega. 2005. Annual Report Tahun 2004, Bank Mega, Jakarta.
Bank Mega. 2006. Annual Report Tahun 2005, Bank Mega, Jakarta.
Bank Mega. 2007. Annual Report Tahun 2006, Bank Mega, Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat,
Jakarta.
Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan, Bumi Aksara, Jakarta.
Lukman Dendawijaya. 2005. Manajemen Perbankan, Edisi 2, Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Mega Web. 2007. Peraturan External, Bank Mega, Jakarta.
Moh. Ramly Fuad & M. Rustan DM. 2006. Akuntansi perbankan (Petunjuk Praktis
Operasional Bank), Graha Ilmu, Joagyakarta.
Zaki Baridwan. 2004. Intermediate Accounting, Edisi 8, BPFE, Yogyakarta.
59
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Neraca PT. Bank Mega Tbk, tahun 2004
56
Tabel 2 Neraca PT. Bank Mega Tbk, tahun 2006 perbandingan 2005
61
Tabel 3 Laporan Laba Rugi PT. Bank Mega Tbk, Tahun 2004
66
Tabel 4 Laporan Laba Rugi PT. Bank Mega Tbk, Tahun 2006
perbandingan tahun 2005
68
Tabel 5 Perhitungan ATMR PT. Bank Mega Tbk, Tahun 2004
71
Tabel 6 Perhitungan ATMR PT. Bank Mega Tbk, Tahun 2005
71
Tabel 7 Perhitungan ATMR PT. Bank Mega Tbk, Tahun 2006
72
60
Tabel 5
Perhitungan ATMR
PT Bank Mega Tbk. Thn. 2004
Pos-pos Neraca
Nominal
Bobot
ATMR
(Rp)
Resiko
(%)
Kas
108.797
0
Giro pada Bank Indonesia
3.023.248
0
Giro Pada Bank Lain
27.859
20
5.571,8
Penempatan pada Bank Lain
989.303
0
Surat Berharga
6.360.184
20
1.272.036,8
Kredit yang diberikan
7.467.706
100
7.467.706
Penyertaan
100
Pendapatan yang diterima
955.547
100
955.547
Biaya dibayar dimuka
100
Uang muka pajak
100
Aktiva tetap
360.374
100
360.374
Aktiva lain-lain
306.275
20
61.255
Jumlah ATMR
10.061.296,8
Tabel 6
Perhitungan ATMR
PT Bank Mega Tbk. Thn. 2005
Pos-pos Neraca
Nominal
Bobot
ATMR
(Rp)
Resiko
(%)
Kas
159.499
0
Giro pada Bank Indonesia
2.120.783
0
Giro Pada Bank Lain
28.545
20
5.709
Penempatan pada Bank Lain
1.314.265
0
Surat Berharga
9.321.871
20
1.864.374,2
Kredit yang diberikan
11.113.855
100
11.113.855
Penyertaan
100
Pendapatan yang diterima
817.445
100
817.445
Biaya dibayar dimuka
100
Uang muka pajak
100
Aktiva tetap
564.995
100
564.995
Aktiva lain-lain
390.406
20
78.081,2
Jumlah ATMR
13.935.959,4
61
Tabel 7
Perhitungan ATMR
PT Bank Mega Tbk. Thn. 2006
Pos-pos Neraca
Nominal
Bobot
ATMR
(Rp)
Resiko
(%)
Kas
301.734
0
Giro pada Bank Indonesia
2.558.285
0
Giro Pada Bank Lain
50.399
20
10.079,8
Penempatan pada Bank Lain
1.056.456
0
Surat Berharga
14.728.533
20
2.945.706,6
Kredit yang diberikan
10.839.026
100
10.839.026
Penyertaan
100
Pendapatan yang diterima
877.986
100
877.986
Biaya dibayar dimuka
100
Uang muka pajak
100
Aktiva tetap
674.675
100
674.675
Aktiva lain-lain
357.208
20
71.441,6
Jumlah ATMR
15.418.915
62
Tabel 1
PT BANK MEGA Tbk.
NERACA
31 Desember 2004
(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali data saham)
2004
AKTIVA
KAS
108.797
GIRO PADA BANK INDONESIA
3.023.248
GIRO PADA BANK LAIN
Penyisihan kerugian
28.137
(278)
Bersih
27.859
PENEMPATAN PADA BANK
INDONESIA DAN BANK LAIN
Penyisihan kerugian
990.519
(1.216)
Bersih
989.303
EFEK-EFEK
Pihak yang mempunyai hubungan
istimewa
Diperdagangkan
Pihak ketiga
Diperdagangkan
Dimiliki hingga jatuh tempo
36.710
6.313.547
Jumlah efek-efek
Penyisihan kerugian
6.364.427
(4.243)
Bersih
6.360.184
14.170
EFEK YANG DIBELI DENGAN
JANJI DIJUAL KEMBALI
-
KREDIT YANG DIBERIKAN
Pihak yang mempunyai hubungan
istimewa
Pihak ketiga
8.060
7.573.397
63
PT BANK MEGA Tbk.
NERACA (lanjutan)
31 Desember 2004
(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali data saham)
2004
Jumlah kredit yang diberikan
Penyisihan kerugian
7.581.457
(113.751)
Bersih
7.467.706
TAGIHAN AKSEPTASI
Penyisihan kerugian
49.672
(496)
Bersih
49.176
AKTIVA PAJAK TANGGUHAN - bersih
10.467
AKTIVA TETAP
Harga perolehan
Akumulasi penyusutan
539.655
(179.281)
Nilai buku
360.374
AKTIVA LAIN-LAIN
Pihak yang mempunyai hubungan
istimewa
Pihak ketiga
488
305.787
Jumlah aktiva lain-lain
306.275
JUMLAH AKTIVA
18.703.389
64
PT BANK MEGA Tbk.
NERACA (lanjutan)
31 Desember 2004
(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali data saham)
2004
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN SEGERA
17.709
SIMPANAN
Giro
Pihak yang mempunyai hubungan
istimewa
Pihak ketiga
43.014
2.476.541
Jumlah giro
2.519.555
Tabungan
Pihak yang mempunyai hubungan
istimewa
Pihak ketiga
6.871
1.887.884
Jumlah tabungan
1.894.755
Deposito berjangka
Pihak yang mempunyai hubungan
istimewa
Pihak ketiga
26.570
11.071.329
Jumlah deposito berjangka
11.097.899
Sertifikat deposito – bersih
-
Jumlah Simpanan
15.512.209
SIMPANAN DARI BANK LAIN
Pihak yang mempunyai hubungan
istimewa
Pihak ketiga
332
686.256
Jumlah simpanan dari bank lain
686.588
65
PT BANK MEGA Tbk.
NERACA (lanjutan)
31 Desember 2004
(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali data saham)
2004
EFEK YANG DIJUAL DENGAN JANJI
DIBELI KEMBALI
HUTANG PAJAK
885.159
31.239
KEWAJIBAN PAJAK TANGGUHAN
42
KEWAJIBAN AKSEPTASI
49.672
PINJAMAN YANG DITERIMA
93.898
ESTIMASI KERUGIAN KOMITMEN
DAN KONTINJENSI
1.112
KEWAJIBAN LAIN-LAIN
58.511
KEWAJIBAN DIESTIMASI ATAS
IMBALAN KERJA
15.836
PINJAMAN SUBORDINASI
105.000
Jumlah Kewajiban
17.456.975
HAK MINORITAS ATAS AKTIVA
BERSIH ANAK PERUSAHAAN
YANG DIKONSOLIDASI
25.793
EKUITAS
Modal saham - nilai nominal Rp 500
per saham
Modal dasar - 1.800.000.000 saham
Modal ditempatkan dan disetor
penuh - 940.230.000 saham
Tambahan modal disetor - agio saham
Cadangan umum
470.115
143.195
301
66
PT BANK MEGA Tbk.
NERACA (lanjutan)
31 Desember 2004
(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali data saham)
2004
Selisih transaksi entitas sepengendali
Saldo laba
(950)
607.960
Jumlah Ekuitas
1.220.621
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 18.703.389
67
Tabel 2
PT. BANK MEGA Tbk.
NERACA
31 Desember 2006
Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2005
(Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2006
2005
AKTIVA
Kas
301.734
159.499
2.558.285
2.120.783
50.908
(509)
28.830
(285)
50.399
28.545
1.060.108
(3.652)
1.314.770
(505)
1.056.456
1.314.265
14.985
14.718.496
12.996
9.312.431
Jumlah efek-efek
Penyisihan penghapusan
14.733.481
(4.948)
9.325.427
(3.556)
Bersih
14.728.533
9.321.871
209
(2)
232
(2)
207
230
12.789
10.985.894
10.207
11.252.919
Giro pada Bank Indonesia
Giro pada Bank lain – Pihak ketiga
Penyisihan penghapusan
Bersih
Penempatan pada Bank Indonesia
dan Bank Lain – Pihak ketiga
Penyisihan penghapusan
Bersih
Efek-efek
Pihak yang mempunyai
hubungan istimewa
Pihak ketiga
Tagihan DerivatifPihak ketiga
Penyisihan penghapusan
Bersih
Kredit yang Diberikan
Pihak yang mempunyai
hubungan istimewa
Pihak ketiga
68
PT. BANK MEGA Tbk.
NERACA (lanjutan)
31 Desember 2006
Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2005
(Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2006
2005
Jumlah Kredit yang Diberikan
Penyisihan penghapusan
10.998.683
(159.657)
11.263.126
(149.271)
Bersih
10.839.026
11.113.855
396.330
(2.771)
83.580
(836)
393.559
82.744
12.828
12.235
956.457
(281.782)
772.683
(207.688)
674.675
564.995
Pihak yang mempunyai
hubungan istimewa
Pihak ketiga
12.169
345.039
2.950
387.456
Jumlah Aktiva Lain-lain
357.208
390.406
30.972.910
25.109.428
Tagihan AkseptasiPihak ketiga
Penyisihan penghapusan
Bersih
Aktiva Pajak Tangguhan – bersih
Aktiva Tetap
Harga perolehan
Akumulasi penyusutan
Nilai buku
Aktiva lain-lain
JUMLAH AKTIVA
69
PT. BANK MEGA Tbk.
NERACA (lanjutan)
31 Desember 2006
Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2005
dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
(Disajikan
2006
2005
36.579
72.844
41.110
3.305.675
24.130
2.114.204
3.346.785
2.138.334
24.835
4.968
Pihak ketiga
3.269.868
1.757.863
Jumlah tabungan
3.294.703
1.762.831
Deposito Berjangka
Pihak yang mempunyai
hubungan istimewa
Pihak ketiga
96.988
19.017.524
22.442
18.053.870
Jumlah deposito berjangka
19.114.512
18.076.312
Jumlah Simpanan
25.756.000
21.977.477
Simpanan dari Bank lain
Pihak yang mempunyai
hubungan istimewa
Pihak ketiga
229
2.296.539
154
1.420.324
2.296.768
1.420.478
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
KEWAJIBAN
Kewajiban Segera
Simpanan
Giro
Pihak yang mempunyai
hubungan istimewa
Pihak ketiga
Jumlah Giro
Tabungan
Pihak yang mempunyai
hubungan istimewa
Jumlah Simpanan dari Bank Lain
70
Kewajiban Derivatif
-
PT. BANK MEGA Tbk.
NERACA (lanjutan)
31 Desember 2006
Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2005
dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2006
Hutang Pajak
89
(Disajikan
2005
64.363
44.744
Kewajiban Akseptasi
396.330
83.580
Pinjaman yang Diterima
135.045
Estimasi Kerugian Komitmen dan
Kontinjensi
Pihak yang mempunyai
hubungan istimewa
Pihak ketiga
-
14
3.912
396
1.564
3.926
1.960
Kewajiban lain-lain
Pihak yang mempunyai
hubungan istimewa
Pihak ketiga
225
259.642
109
121.531
Kewajiban Diestimasi atas Imbalan Kerja
259.867
29.731
121.640
24.991
60.000
85.000
29.038.609
23.832.803
812.722
712.694
Pinjaman Subordinasi
Jumlah Kewajiban
EKUITAS
Modal Saham – nilai nominal Rp 500
persaham
Modal Dasar - 1.800.000.000 saham
Modal Ditempatkan dan Disetor
Penuh - 1.625.443.188 saham
pada tahun 2006 dan
1.425.388.642 saham pada
tahun 2005
71
PT. BANK MEGA Tbk.
NERACA (lanjutan)
31 Desember 2006
Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2005
dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2006
Tambahan Modal Disetor – Agio Saham
(Disajikan
2005
777.985
377.876
3.573
3.573
5.841
-
401
333.779
401
182.081
1.934.301
1.276.625
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 30.972.910
25.109.428
Selisih Transaksi Entitas Sepengendali
Keuntungan bersih yang belum direalisasi
Atas efek yang
Tersedia untuk Dijual
Saldo Laba
Telah ditentukan penggunaannya
Belum ditentukan penggunaannya
Jumlah Ekuitas
72
Tabel 3
PT BANK MEGA Tbk.
LAPORAN LABA RUGI
Tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal
31 Desember 2004
(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali laba bersih per saham dasar)
2004
PENDAPATAN DAN BEBAN
OPERASIONAL
Pendapatan Bunga
Bunga
Provisi dan komisi
1.650.575
51.755
Jumlah Pendapatan Bunga
1.702.330
Beban Bunga dan Pembiayaan Lainnya
823.837
Pendapatan Bunga - bersih
878.493
Pendapatan Operasional Lainnya
Jasa administrasi
Keuntungan bersih efek yang
dijual dan jatuh tempo
Keuntungan transaksi mata uang
asing – bersih
Keuntungan perubahan nilai wajar
efek yang diperdagangkan bersih
Lain-lain
43.521
16.064
4.401
3.812
6.458
Jumlah Pendapatan Operasional Lainnya
74.256
Beban Penyisihan Kerugian Aktiva
Produktif
47.849
Beban (Pemulihan) Estimasi Kerugian
Komitmen dan Kontinjensi
(121)
Beban Operasional Lainnya
Umum dan administrasi
Gaji dan kesejahteraan karyawan
259.926
172.622
Jumlah Beban Operasional Lainnya
432.548
73
LABA OPERASIONAL
472.473
PT BANK MEGA Tbk.
LAPORAN LABA RUGI (lanjutan)
Tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal
31 Desember 2004
(Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali laba bersih per saham dasar)
2004
PENDAPATAN DAN BEBAN
NON OPERASIONAL
Pendapatan Non Operasional
2.798
Beban Non Operasional
Amortisasi biaya penyelamatan Bank
Amortisasi goodwill
Lain-lain
9.125
303
1.018
Jumlah Beban Non Operasional
10.446
BEBAN NON OPERASIONAL BERSIH
7.648
LABA SEBELUM BEBAN (MANFAAT)
PAJAK PENGHASILAN
464.825
BEBAN (MANFAAT) PAJAK
PENGHASILAN
Tahun berjalan
Tangguhan
143.672
(3.233)
Jumlah Beban Pajak
140.439
LABA BERSIH SEBELUM HAK
MINORITAS ATAS LABA BERSIH
ANAK PERUSAHAAN YANG
DIKONSOLIDASI
324.386
HAK MINORITAS ATAS LABA
BERSIH ANAK PERUSAHAAN
YANG DIKONSOLIDASI
4.485
LABA BERSIH
319.901
LABA BERSIH PER SAHAM DASAR
340
74
Tabel 4
PT. BANK MEGA Tbk.
LAPORAN LABA RUGI
Tahun yang Berakhir pada
Tanggal 31 Desember 2006
Angka Perbandingan Untuk Tahun 2005
(Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2006
PENDAPATAN DAN BEBAN
OPERASIONAL
Pendapatan Bunga
Bunga
Provisi dan komisi
2. 969.152
68.677
Jumlah Pendapatan Bunga
3.037.829
Dengan
2005
2.230.026
62.718
2.292.744
Beban Bunga dan Pembiayaan Lainnya
2.292.312
1.555.063
PENDAPATAN BUNGA – BERSIH
745.517
737.681
87.246
49.234
12.393
11.947
1.989
1.662
14.188
(1.174)
3.634
6.828
Jumlah Pendapatan Operasional
Lainnya
117.478
70.469
Beban Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif
48.251
40.366
Pendapatan Operasional Lainnya
Jasa administrasi
Keuntungan transaksi mata uang
asing - bersih
Keuntungan (kerugian) perubahan
nilai wajar efek yang
diperdagangkan - bersih
Keuntungan bersih efek yang dijual
Lain-lain
Beban Estimasi Kerugian
Komitmen dan Kontinjensi
2.010
75
860
PT. BANK MEGA Tbk.
LAPORAN LABA RUGI (lanjutan)
Tahun yang Berakhir pada
Tanggal 31 Desember 2006
Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2005
(Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2006
2005
326.393
258.428
290.847
210.923
Jumlah Beban Operasional Lainnya
584.821
501.770
LABA OPERASIONAL
227.913
265.154
Pendapatan dan Beban Bukan
Operasional
Pendapatan Bukan Operasional
Pendapatan sewa
Lain-lain
9.183
5.808
5.484
3.811
Jumlah Pendapatan Bukan
Operasional
14.991
9.295
Beban Bukan Operasional
Amortisasi biaya penyelematan
Bank
Lain-lain
9.099
11.821
9.100
1.658
Jumlah Beban Bukan Operasional
20.920
10.758
(5.929)
(1.463)
221.984
263.691
73.382
(3.096)
86.105
(1.767)
Beban Operasional Lainnya
Umum dan administrasi
Gaji dan kesejahteraan karyawan
Beban Bukan Operasional - bersih
LABA SEBELUM BEBAN (MANFAAT)
PAJAK PENGHASILAN
Beban (Manfaat) Pajak Penghasilan
Tahun berjalan
Tangguhan
76
PT. BANK MEGA Tbk.
LAPORAN LABA RUGI (lanjutan)
Tahun yang Berakhir pada
Tanggal 31 Desember 2006
Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2005
(Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
Beban Pajak - Bersih
LABA BERSIH
LABA BERSIH PER SAHAM DASAR
(dalam Rupiah penuh)
77
2006
2005
70.286
84.338
151.698
179.353
97
129
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Nama
: Tomy Abdul Malik
NIM
: 43205110013
Program Studi
: Akuntansi
Judul Skripsi
: Analisis Rasio Keuangan Dalam Mengukur Kinerja
Keuangan Pada PT. Bank Mega Tbk. Periode 2004
Samapai Dengan 2006.
Tanggal Ujian Skripsi
:
Disahkan Oleh :
Pembimbing
(________________________)
Tanggal :
Dekan,
Ketua Jurusan Akuntansi
(_____________________)
Tanggal :
(______________________)
Tanggal :
78
ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MENGUKUR KINERJA KEUANGAN
PADA PT.BANK MEGA Tbk.
PERIODE 2004 SAMPAI DENGAN 2006
KRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar SARJANA EKONOMI
Program Studi Akuntansi
Na ma
: Tomy Abdul Malik
NIM
: 43205110013
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2008
79
ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MENGUKUR KINERJA KEUANGAN
PADA PT.BANK MEGA Tbk.
PERIODE 2004 SAMPAI DENGAN 2006
KRIPSI
Program Studi Akuntansi
Na ma
: Tomy Abdul Malik
NIM
: 43205110013
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2008
80
81
Download