BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah sebuah entitas yang berdiri sendiri dan terpisah dari pemiliknya. Dan sering kali pemilik tidak berada dalam perusahaan untuk ikut serta dalam operasi dan mengawasi jalannya perusahaan dari hari ke hari. Karena adanya keterpisahan ini, maka jembatan emas yang dapat menghubungkan antara pemilik dan para pengelola perusahaan adalah pelaporan keuangan. Laporan keuangan berusaha mengkomunikasikan kepada pemilik bagaimana perusahaan dijalankan dari hari ke hari oleh pengelolanya, juga untuk mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan sebagai dasar pengambilan suatu keputusan untuk pihak-pihak yang berkepentingan. Ada berbagai jenis laporan keuangan yang dapat dihasilkan oleh suatu proses akuntansi yaitu, neraca, laporan laba/rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Sebagaimana halnya seorang dokter mencoba mengetahui kondisi kesehatan seseorang, begitu pula seorang manajer keuangan atau pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk mengetahui kondisi perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut akan menganalisis laporan keuangan dengan metode atau teknik analisis yang disesuaikan keperluan sehingga dapat diketahui kinerja keuangan perusahaan yang dapat berguna dalam pengambilan keputusan yang rasional. Metodemetode maupun teknik-teknik analisis yang biasa digunakan untuk menganalisis 1 laporan keuangan, antara lain analisis breakeven, analisis rasio, analisis sumber dan penggunaan dana dan analisis tren. Namun dalam kesempatan ini penulis hanya membahas analisis rasio keuangan, karena analisis tersebut yang lazim dipakai perusahaan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan. Analisis rasio yang biasanya digunakan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan perbankan adalah dari aspek permodalan, aspek likuiditas, aspek rentabilitas, aspek resiko usaha, dan aspek efisiensi usaha. Dari uraian diatas maka dalam kesempatan ini penulis tertarik untuk mengetahui kinerja keuangan perbankan dengan menggunakan analisis rasio pada judul skripsi ini adalah: ''ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PT.BANK MEGA Tbk. PERIODE 2004 SAMPAI DENGAN 2006” B. Perumusan Masalah Berdasarkan pembahasan di atas, maka rumusan masalah dapat dinyatakan sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan rasio dari aspek permodalan periode 2004 s/d 2006 pada PT. Bank Mega, Tbk? 2. Bagaimana perkembangan rasio dari aspek likuiditas periode 2004 s/d 2006 pada PT. Bank Mega, Tbk? 3. Bagaimana perkembangan rasio dari aspek rentabilitas periode 2004 s/d 2006 pada PT. Bank Mega, Tbk? 2 4. Bagaimana perkembangan rasio dari aspek resiko usaha periode 2004 s/d 2006 pada PT. Bank Mega, Tbk? 5. Bagaimana perkembangan rasio dari aspek efisiensi usaha periode 2004 s/d 2006 pada PT. Bank Mega, Tbk? C. Tujuan dan kegunaan Penelitian a. Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan Untuk memberi masukan bagi perusahaan dalam perbaikan kinerja keuangan perusahaan. 2. Bagi Pembaca Untuk menambah pengetahuan dan wawasan pembaca dalam bidang analisis rasio keuangan dalam pratiknya 3. Bagi Penulis Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai bagaimana peranan rasio keuangan perusahaan. b. Tujuan Penelitian. 1. Untuk mengetahui perkembangan rasio dari aspek permodalan periode 2004 s/d 2006 pada PT Bank Mega, Tbk. 2. Untuk mengetahui perkembangan rasio dari aspek likuiditas periode 2004 s/d 2006 pada PT Bank Mega, Tbk. 3. Untuk mengetahui perkembangan rasio dari aspek rentabilitas periode 2004 s/d 2006 pada PT Bank Mega, Tbk. 3 4. Untuk mengetahui perkembangan rasio dari aspek resiko usaha periode 2004 s/d 2006 pada PT Bank Mega, Tbk. 5. Untuk mengetahui perkembangan rasio dari aspek efisiensi usaha periode 2004 s/d 2006 pada PT Bank Mega, Tbk. 4 BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan menurut Myer yang dikutip oleh S. Munawir (2005:5) adalah : “Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar rugi laba atau daftar pendapatan. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambah daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tidak dibagikan/ laba yang ditahan”. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002: 2) yang dimaksud laporan keuangan adalah : “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan, dan laporan lain seperti materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk diskedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya laporan keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”. Dari pengertian laporan keuangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan memberikan gambaran tentang keadaan posisi keuangan yang tercermin dalam neraca, perhitungan rugi laba, laporan perubahan modal, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan perlu dibandingkan antara satu periode dengan periode berikutnya untuk memperoleh gambaran perubahan yang terjadi di dalam suatu badan usaha yang akan dipergunakan oleh 5 pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam pengambilan keputusan ekonomis. 2. Jenis-jenis Laporan Keuangan Jenis-jenis Laporan Keuangan Utama adalah sebagai berikut : a. Daftar neraca yang menggambarkan ringkasan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu yang menunjukkan total aktiva sama dengan total kewajiban ditambah ekuitas pemilik. b. Perhitungan laba/rugi yang menggambarkan ringkasan pendapatan dan biaya perusahaan selama periode tertentu, diakhiri dengan laba atau kerugian bersih untuk periode tersebut. c. Laporan arus kas yang menggambarkan sumber dan penggunaan kas dalam satu periode. d. Laporan perubahan modal yang menggambarkan perubahan posisi modal baik saham dalam PT atau modal dalam perseroan. e. Catatan atas laporan keuangan yang berisi tentang informasi gambaran umum perusahaan, dan kebijakan akuntasi Laporan keuangan yang biasanya dipakai atau menjadi objek analisis adalah sebagai berikut : 1. Neraca Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada saat tertentu. Menurut Ikatan akuntan Indonesia neraca harus disusun secara sistematis sehingga dapat memberikan gambaran mengenai posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu. tujuan neraca adalah 6 untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan di tentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender, sehingga nerasa sering disebit juga dengan Balance Sheet. Menurut Jumingan (206:13) neraca adalah suatu laporan yang sistematis tentang aktiva (asset), utang (liabilities), dan modal sendiri (owner equity) dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu : a. Asset (Harta, Aktiva) Asset adalah harta yang dimiliki perusahaan yang berperan dalam operasi perusahaan misalnya kas, persediaan, aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, dan lain-lain. FASB dalam Concept Nomor 3 – Elements of financial Statement of Bisiness Enterprise yang terdapat didalam bukunya Zaki Baridwan (2004 : 20) menyatakan bahwa : “Aktiva adalah manfaat ekonomis di masa yang akan datang yang diharapkan akan diterima oleh suatu badan usaha sebagai hasil dari transaksi-transaksi yang terjadi dimasa lalu”. Pada dasarnya, aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama, yaitu : 1) Aktiva Lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat dikonversikan (diubah) menjadi kas dalam waktu singkat, biasanya kurang dari satu tahun. Yang termasuk aktiva lancar adalah : 7 a) Kas atau uang tunai yang dapat dipergunakan untuk membiayai operasi perusahaan. b) Investasi Jangka Pendek (surat-surat berharga atau marketable securities) adalah investasi yang sifatnya sementara dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang untuk sementara belum dibutuhkan dalam operasi. c) Piutang Wesel adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam undang-undang. d) Piutang Dagang adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditur atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit. e) Persediaan, untuk perusahaan menufaktur, persediaan adalah total sisa barang jadi yang dimiliki, bahan mentah. sedangkan untuk pedagang eceran dan agen, persediaan adalah stok atau sisa produk yang akan dijual f) Piutang Penghasilan atau Penghasilan yang Masih Harus Diterima, adalah penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan yang telah memberikan jasa dan prestasinya, tetapi belum diterima pembayarannya, sehingga hal ini merupakan tagihan bagi perusahaan. 8 g) Biaya Dibayar Dimuka atau Persekot, adalah pengeluaran untuk memperoleh jasa/prestasi dari pihak lain dan belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan pada periode berikutnya. 2). Aktiva tetap adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang phisiknya nampak (kongkrit). Yang termasuk dalam kelompok aktiva tetap antara lain: a) Tanah, yang diatasnya didirikan bangunan atau digunakan operasi, misalnya sebagai lapangan, halaman, tempat parker dan lain sebagainya. b). Bangunan, baik bangunan kantor, toko maupun bangunan untuk pabrik. c). Mesin. d). Inventaris. e). Kendaraan dan perlengkapan atau alat-alat lainnya. b. Hutang Menurut Jumingan (2006:25) yang dimaksud dengan hutang adalah semua kewajiban perusahaan kepada pihak lain untuk membayar sejumlah uang atau menyerahkan barang atau jasa pada tanggal tertentu. Pada umumnya, hutang atau kewajiban dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu: 1). Hutang Lancar atau Hutang Jangka Pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasahnya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan 9 menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Hutang lancar meliputi antara lain: a) Hutang Dagang, adalah hutang yang timbul karena adanya pembelian barang dagang secara kredit. b) Hutang Wesel, adalah hutang yang disertai dengan janji tertulis (yang diatur dengan undang-undang) untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu tertentu dimasa yang akan datang. c) Hutang Pajak, baik pajak untuk perusahaan maupun pajak pendapatan karyawan yang belum disetorkan ke Kas Negara. d) Biaya Yang Masih Harus Dibayar, adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya. e) Hutang Jangka Panjang yang Segera Jatuh Tempo, adalah sebagian (seluruh) hutang jangka panjang yang sudah menjadi Hutang jangka pendek, karena harus segera dilakukan pembayarannya. f) Penghasilan Yang Diterima Dimuka (Deferred Revenue), adalah penerimaan uang untuk penjualan barang/jasa yang belum direalisir. 2) Hutang Jangka Panjang, adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh tempo) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca). Hutang Jangka Panjang meliputi antara lain: 10 a). Hutang Obligasi. b). Hutang hipotik c. Modal. Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya. Adapun beberapa bentuk neraca yang umum digunakan menurut Jumingan (2006:14) adalah sebagai berikut: "Neraca disusun dalam salah satu dari dua bentuk : (1) bentuk perkiraan (account form), dengan aktiva disajikan di sebelah kiri dan kewajiban ekuitas pemilik pada sebelah kanan atau (2) bentuk laporan (report form), dengan aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik disusun secara vertikal". Dari pengertian diatas dapat diperjelas lagi bahwa neraca dalam bentuk perkiraan (account form) aktiva (aktiva lancar, investasi/penyertaan, aktiva tetap, aktiva tidak berwujud dan aktiva Iain-lain) diletakkan di sebelah kiri sedangkan kewajiban (kewajiban lancar, kewajiban jangka panjang dan kewajiban Iain-lain) dan modal (modal saham, agio saham, laba di tahan) diletakan disebelah kanan. Neraca dalam bentuk laporan (report form) menyusun aktiva, kewajiban dan modal dengan urutan kebawah. 11 2. Laporan Rugi Laba. Perhitungan rugi/laba merapakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya dan rugi/laba yang diperoleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Menurut PAI (Prinsip Akuntansi Indonesia) yang terdapat dibuku Sofyan Syafri Harahap (2002: 67) perhitungan rugi laba harus disusun dengan cara dan penyajian sebagai berikut: "1. Perhitungan rugi/laba harus disusun sedemikian rupa agar dapat memberikan gambaran mengenai hasil usaha perusahaan dalam periode tertentu. 2. Cara penyajian perhitungan rugi/laba adalah sebagai berikut: a. Harus memuat secara rinci unsur-unsur pendapatan dan biaya. b. Seyogyanya disusun dalam bentuk urutan kebawah (stafel). c. Harus dipisahkan antara hasil bidang usaha lain serta pos luar biasa". Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan rugi/laba, S. Munawir (2000: 26) dalam bukunya menyimpulkan: a. Bagian pertama menunjukan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan ( penjualan barang dagangan atau memberikan jasa/service) diikuti dengan harga pokok dari barang/ service yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor. b. Bagian kedua menunjukan biaya-biaya operasional, terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum/administrasi (operating expanses). c. Bagian tiga menunjukan hasil-hasil yang diperoleh diluar operasi pokok perusahaan yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi diluar usaha pokok perusahaan (non operating/financial income and expenses). d. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insedential (extra ordinary gain or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan. Bentuk dari laporan rugi/laba yang biasa digunakan adalah : a. Multiple step (Bertahap). 12 Bentuk multiple step adalah bentuk laporan rugi/laba dimana dilakukan beberapa pengelompokkan terhadap penghasilan-penghasilan dan biaya-biaya yang disusun dalam urutan-urutan tertentu sehingga bisa dihitung pendapatanpendapatan sebagai berikut: 1. Laba Bruto, yaitu hasil penjualan dikurangi harga pokok penjualan. 2. Pendapatan Usaha Bersih, yaitu laba bruto dikurangi biaya-biaya usaha. 3. Pendapatan Bersih Sebelum Pajak, yaitu pendapatan bersih ditambah dan dikurangi dengan pendapatan dan biaya-biaya diluar usaha. 4. Pendapatan Bersih sesudah Pajak, yaitu pendapatan bersih sebelum pajak dikurangi pajak pendapatan atau pajak perseroan. 5. Pendapatan bersih dan elemen-elemen luar biasa, yaitu pendapatan bersih sesudah pajak ditambah dan atau dikurangi dengan elemenelemen yang tidak biasa (sesudah diperhitungkan pajak penghasilan untuk pos luar biasa). Contoh laporan rugi/laba bentuk Multiple step (Bertahap) dapat dilihat dalam tabel 3. b. Single Step. Dalam bentuk ini tidak dilakukan pengelompokkan terhadap penghasilan dan biaya ke dalam kelompok-kelompok usaha dan di luar usaha, tetapi hanya dipisahkan antara: 1. Pendapatan-pendapatan dan laba-laba 2. Biaya-biaya dan kerugian-kerugian. 13 Dalam single step, semua biaya dikurangkan dari jumlah semua penghasilan. Bentuk ini menguntungkan, karena lebih sederhana dan menekankan pada jumlah penghasilan serta biaya yang merupakan faktor penting dalam penerapan keburukan, serta hubungan antara laporan keuangan dan hasil penjualan dan pendapatan operasi. Hasil penjualan tidak dapat ditetapkan dengan segera, hal ini berbeda dengan multiple step. Mengenai penyajian perhitungan rugi/laba dikenal dua konsep yang dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Current Operating Performance Concept atau Clean Surplus Concept. Menurut konsep ini, semua rugi/laba yang sifatnya luar biasa (extra ordinary) dimasukan kedalam laba yang ditahan (R/E). Laporan rugi/laba hanya menentukan hasil dari operasi normal periode itu, yaitu meliputi pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan usaha pokok perusahaan saja. b. All Inclusive Concept atau Clean Surplus Principles. Menurut konsep ini, semua rugi/laba yang sifatnya luar biasa (extra ordinary) harus diperlihatkan dalam laporan rugi/laba. Jadi semua pendapatan dan biaya baik yang berasal dari usaha pokok atau rutin perusahaan maupun yang sifatnya tidak rutin dan luar biasa masuk dalam laporan rugi/laba. 14 3. Tujuan Laporan Keuangan. Tujuan laporan keuangan menurut Bank Indonesia (2001:II.1) adalah: ” untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, perubahan ekuitas, arus kas, dan informasi lainnya yang bermanfaat bagi pengguna dalam rangka membuat keputasan ekonomi serta menunjukan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.” Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002: 4) tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut: "Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai namun dengan demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian dimasa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan. Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepada pemakainya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi; keputusan ini mungkin mencakup, misalnya keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk menggangkat kembali atau mengganti manajemen". 4. Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia yang dikutip oleh Sofyan Syafri Harahap (2002: 10) menguraikan secara rinci tentang sifat dan keterbatasan laporan keuangan, sebagai berikut: 1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. Karenanya laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. 15 2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu. 3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan. 4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang materiil. Demikian pula penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh yang materiilterhadap kelayakan laporan keuangan. 5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian; bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil. 6. Laporan keuangan telah menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi dari pada bentuk hukumnya (formalitas), (substance over form). 7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan pemakai laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. 8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan. 9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan. Dengan mengingat dan memperhatikan sifat laporan keuangan tersebut diatas, maka kita dapat menarik kesimpulan dimana laporan keuangan itu mempunyai beberapa keterbatasan, antara lain : a. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan merupakan laporan yang final. Sehingga semua jumlah-jumlah atau halhal yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukkan nilai likuidasi atau realisasi. b. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standar nilai yang muungkin berbeda atau berubah-ubah. Sehingga angka 16 yang tercantum dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku (book value) yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun nilai gantinya. c. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu. Sehingga suatu analisa dengan memperbandingkan data beberapa tanpa membuat penyesuaian terhadap perubahan tingkat harga akan diperoleh kesimpulan yang keliru. d. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dalam satuan uang. 5. Pihak-pihak Yang Berkepentingan Atas Laporan Keuangan. Pihak-pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan menurut Jumingan (2006:3) adalah sebagai berikut: 1. Pemilik Perusahaan. Bagi pemilik perusahaan laporan keuangan dimaksudkan untuk: a. Menilai prestasi atau hasil yang diperoleh manajemen. b. Mengetahui hasil dividen yang akan diterima. c. Menilai posisi keuangan perusahaan dan perrumbuhannya. d. Mengetahui nilai saham dan laba perlembar saham e. Sebagai dasar untuk memprediksi kondisi perusahaan di masa datang. 17 f. Sebagai dasar untuk mempertimbangkan menambah atau mengurangi investasi. 2. Manajemen Perusahaan. Bagi Manajemen Perusahaan laporan keuangan ini digunakan untuk: a. Alat untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan kepada pemilik. b. Mengukur tingkat biaya dari setiap kegiatan operasi perusahaan, divisi,bagian, atau segmen. c. Mengukur tingkat efesiensi dan tingkat keuntungan perusahaan, divisi bagian, atau segmen. d. Menilai hasil kerja individu yang diberi tugas dan tanggung jawab e. Untuk menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan perlu tidaknya diambil kebijaksanaan baru. 3. Investor. Bagi investor laporan keuangan dimaksudkan untuk: a. Menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. b. Menilai kemungkinan menanamkan dana dalam perusahaan. c. Menilai kemungkinan melakukan divestasi (menarik investasi) dari perusahaan. d. Menjadi dasar memprediksi kondisi perusahaan di masa datang. 4. Kreditur atau Banker. Bagi kreditur atau Banker laporan keuangan digunakan untuk: a. Menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. 18 b. Menilai kualitas jaminan kredit/investasi untuk menopang kredit yang akan diberikan. c. Melihat dan memprediksi prospek keuntungan yang mungkin diperoleh dari perusahaan atau menilai rate of return perusahaan. d. Menilai kemampuan likuiditas, solvabilitas, sebagai dasar pertimbangan keputusan kredit. k. rentabilitas perusahaan Menilai sejauh mana perasahaan mengikuti perjanjian kredit yang sudah disepakati. 5. Pemerintah dan Regulator. Bagi pemerintah atau regulator laporan keuangan dimaksudkan untuk: a. Menghitung dan menetapkan jumlah pajak yang harus dibayar. b. Sebagai dasar dalam penetapan-penetapan kebijaksanaan baru. c. Menilai apakah perusahaan memerlukan bantuan atau tindakan lain. d. Menilai kepatuhan perusahaan terhadap aturan yang ditetapkan. e. Bagi lembaga pemerintah lainnya bisa menjadi bahan peyusunan data statistik. 6. Analis, Akademis, Pusat Data Bisnis. Para analis, akademis, dan juga lembaga-lembaga pengumpulan data bisnis seperti Standard & Poor laporan keuangan penting sebagai bahan atau sumber informasi primer yang akan diolah sehingga menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi analisa, ilmu pengetahuan, dan komoditi informasi. 19 2. Analisis Laporan Keuangan. A. Pengertian Anlisis Laporan Keuangan. Menurut Jumingan (2006:240) analisis keungan bank merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap keuangan bank menyangkut review data, menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap keuangan bank pada suatu periode tertentu Menurut Sofyan Syafri Harahap ( 2004: 190) juga memberikan pengertian tentang analisis laporan keuangan sebagai berikut: "Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat". Kegiatan analisis laporan keuangan berfungsi untuk mengkonversikan data yang berasal dari laporan keuangan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang lebih berguna, lebih mendalam, dan lebih tajam dengan teknik tertentu. Analisis laporan keuangan merupakan kebalikan dari kegiatan pembukuan. Proses pembukuan dimulai dari transaksi, dicatat kebuku, diproses dan akhirnya menjadi laporan keuangan, tetapi dalam analisis laporan keuangan prosesnya dimulai dari laporan keuangan di telusuri ke buku, sampai ke transaksi perusahaan. 20 B. Tujuan Analisis Laporan Keuangan Tujuan analisis laporan keuangan adalah untuk membantu pengambilan keputusan dalam bidang keuangan agar lebih cepat, cermat, tepat dan akurat. Secara lengkap kegunaan analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam dari pada yang terdapat dari laporan keuangan biasa. 2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan. 3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan. 4. Dapat mengungkapkan hubungannya dengan hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar usaha. 5. Dapat mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating). 6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. 7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut criteria tertentu yang sudah dikenal di dalam dunia bisnis. 8. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, kinerja perusahaan, dan sebagainya. 21 Teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan Adalah metode atau teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih dengan menunjukan: a. Data absolut jumlah-jumlah dalam rupiah. b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah. c. Kenaikan atau penurunan dalam prosentase. d. Perbandingan yang dinyatakan dengan rasio. e. Prosentase dari total. Analisis dengan mengunakan metode ini akan dapat diketahui perubahanperubahan yang terjadi, dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih lanjut. 2. Analisa Trend bertujuan untuk mengetahui tendensi atau kecenderungan keadaan keuangan suatu perusahaan di masa yang akan datang baik kecenderungan naik, turun, maupun tetap. 3. Laporan keuangan dengan prosentase berkomponen atau size statement, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing struktur aktiva terhadap total permodalannya dan aktivanya, juga untuk mengetahui komposisi dihubungkan dengan jumlah penjualannya. 22 perongkosan yang terjadi 4. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisa untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu. 5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash flow statement analysis), adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama period tertentu. 6. Analisis rasio, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pospos tertentu dalam neraca atau laporan rugi-laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. 7. Analisis Breakeven, analisa ini digunakan untuk mengetahui: a. Hubungan antara penjualan, biaya dan laba. b. Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya variable. c. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan memberikan margin untuk menutupi biaya tetap. d. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas di mana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi. 8. Analisis Perubahan Laba Kotor (gross profit analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudget untuk periode tersebut. 23 C. Analisis Rasio Keuangan Laporan Keuangan. Analisis rasio adalah cara analisa dengan menggunakan perhitunganperhitungan perbandingan atas data kuantitatif yang ditunjukan dalam neraca maupun laporan laba rugi. Penggunaan analisis rasio hanya akan ada artinya jika ada suatu standar tertentu sebagai pegangan untuk penilaian. Kalau belum ada maka sebaiknya dikombinasikan dengan analisis komparatif sehingga dengan demikian dapat dilihat perkembangan rasio-rasio tersebut dari waktu ke waktu. Dapat pula rasio-rasio perusahaan lain yang sejenis, yang mempunyai skala dan lingkungan yang kurang lebih sama. Walaupun rasio-rasio merupakan alat yang sangat berguna, tetapi tidak terlepas dari beberapa kerbatasan dan harus digunakan dengan hatihati. Rasio disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh earn penafsiran yang berbeda dan bahkan merupakan hasil dari manupulasi. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004: 298) analisis rasio ini memiliki keunggulan dibandingkan teknik analisis lainnya. Keunggulannya tersebut adalah: 1. Rasio merupakan angka-angka atau iktisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. 2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. 4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi 5. Menstandarisir size perusahaan 6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau "time series". 7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. 24 Disamping keunggulan yang dimiliki, menurut Sofyan Syafri Harahap (2004: 298) analisis rasio ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar tidak salah dalam penggunaannya. Adapun keterbatasan analisis rasio itu adalah: 1. kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya. 2. keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti : a. Bahkan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subyektif. b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar. c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio. d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda. 3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio. 4. Sulit jika data yang tersedia tidak singkron. 5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik danstandar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan. 3. Analisis Rasio Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Kinerja bank merupakan bagian dari kinerja bank secara keseluruhan. Menurut Jumingan (2006:239) kinerja (performence) bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek 25 keuangan, pemasaraa, penghimpunan dan penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia. Berdasarkan apa yang telah dinyatakan diatas, kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasnya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas bank. Berkaitan dengan analisis kinerja keuangan bank mengandung beberapa tujuan yaitu untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal dan profitabilias yang dicapai dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya, dan untuk mengetahui kemampuan bank dalam mendayagunakan semua aset yang dimiliki dalam mengahasilkan profit secara efisien. Analisis kinerja keuangan atau analisis keuangan bank merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap keuangan bank menyangkut review data, menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap keuangan bank pada suatu periode tertentu. Setiap rasio keuangan yang dibentuk memiliki tujuan yang ingin dicapai masingmasing. Ini berarti tidak dijumpai batasan yang jelas dan tegas berapa rasio yang terdapat pada setiap aspek yang di analisis. Namum demikian, yang terpenting dalam penggunan rasio keuangan adalah memahami tujuan penggunaan rasio keungan tersebut. Analisis rasio keuangan pada perusahaan perbankan yang biasa digunakan yaitu: 26 a. Aspek Permodalan Modal Capital Adequacy Ratio = x 100 % ATMR Dipergunakan untuk mengukur kecukupan modal guna menutupi kemungkinan kegagalan dalam pemberian kredit. Hal ini diperkirakan bagian terbesar A T M R (Aktiva Tertimbang Menurut Resiko) berupa kredit. Semakin tinggi ratio CAR suatu bank menandakan tingkat kesehatan bank yang baik, berdasarkan SE BI No.30/2/UPPB/ tanggal 30 April 1997 tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank umum, dijelaskan bahwa penilaian terhadap CAR (Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum/KPMM) dilakukan sebagai berikut. 1. Pemenuhan KPMM sebesar 8% diberi predikat sehat 2. Pemenuhan KPMM kurang dari 8% yaitu 7,99% diberi predikat kurang sehat 3. Pemenuhan KPMM kurang dari 6,92% diberi predikat tidak sehat. Dalam menghitung Capital Adquacy Ratio (CAR) dengan jalan menghitung Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). ATMR dihitung dengan cara mengalikan aktiva neraca dengan bobot masing-masing, sesuai dengan SE BI No.30/2/UPPB/ tanggal 30 April 1997 tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank umum, sebagai berikut. 27 Tabel 1.2 Tabel Perhitungan ATMR Pos-Pos Neraca Risiko (%) Kas Giro pada Bank Indonesia Giro Pada Bank Lain Penempatan pada Bank Lain Surat Berharga Kredit yang diberikan Penyertaan Pendapatan yang diterima Biaya dibayar dimuka Uang muka pajak Aktiva tetap Aktiva lain-lain 0 0 20 0 20 100 100 100 100 100 100 20 Equity Primary Ratio = Total Assets Dipergunakan untuk mengukur kemampuan permodalan Bank dalam menyanggah aset akibat berbagai kerugian yang tidak dapat dihindari. Berdasarkan SE BI No.30/2/UPPB/ tanggal 30 April 1997 tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank umum, minimum Primary Ratio adalah 5%. Equity Capital Ratio I = Total Loan Dipergunakan untuk mengukur kemampuan permodalan Bank dalam menyanggah sejumlah pinjaman pada nasabah. Berdasarkan SE BI No.30/2/UPPB/ tanggal 30 April 1997 tentang tata cara penilaian tingkat 28 kesehatan bank umum, minimum pemenuhan total pinjaman terhadap modal adalah 10%. Equity + Reserve for Loan losses Capital Ratio II = Total Assets Dipergunakan untuk mengukur kemampuan permodalan dan cadangan kerugian pinjaman dalam menyanggah sejumlah pinjaman kepada nasabah. Menurut ukuran industri minimum modal dan cadangan kerugian pinjaman (PPAP) terhadap total pinjaman adalah sebesar 5%. b. Aspek Likuiditas Cash Assets Quick Ratio = Total Deposit Dipergunakan mengetahui kemampuan Bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para deposan dengan sejumlah cash assets yang dimiliki. Menurut ukuran trend industi minimum Quick Ratio adalah 10%. Total Loan Banking Ratio = Total Deposit Dipergunakan untuk mengetahui kemampuan Bank dalam membayar para penyimpan dana dengan jaminan pinjaman yang diberikan. Menurut SE BI No.30/2/UPPB/ tanggal 30 April 1997 tentang tata cara penilaian tingkat 29 kesehatan bank umum, untuk Banking Ratio diatas dibawah 110% diberinilai kredit 100, artinya likuiditas bank tersebut dinilai sehat. Berdasarkan perturan Bank Indonesia LDR harus diatas 50%, apabila kurang dari 50% bank wajib untuk menambah Giro Wajib Minimum (GWM) pada Bank Indonesia sebesar 3%. Total Loan Loan to Assets Ratio = Total Assets Dipergunakan untuk mengukur kemampuan Bank dalam memenuhi permintaan kredit melalui jaminan sejumlah aset yang dimiliki. Menurut SE BI No.30/2/UPPB/ tanggal 30 April 1997 tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank umum, untuk LAR dibawah 110% diberinilai kredit 100, artinya likuiditas bank tersebut dinilai sehat. c. Aspek Rentabilitas Operating Income-Operating Expense Gross Profit Margin = Operating Income Dipergunakan untuk mengetahui kemampuan Bank dalam menghasilkan laba operasi melalui pendapatan operasi yang dihasilkan. Menurut ukuran trend indstri Gross Profit Margin minimum 10% bank tersebut dipredikatkan bank sehat. 30 Net Income Net Profit Margin = Operating Income Dipergunakan untuk mengetahui kemampuan Bank dalam menghasilkan laba bersih melalui pendapatan operasi. Menurut ukuran trend indstri Gross Profit Margin minimum 10%. Net Income Return on Equity = Equty Dipergunakan untuk mengetahui kemampuan, Bank dalam menghasilkan laba bersih melalui penggunaan modal sendiri. Menurut ukuran trend indstri ROE minimum 10% kenaikan ROE akan menyebabkan kenaikan harga saham bank tersebut. d. Aspek Risiko Usaha Bad Debt Credit Risk = Total Loan Dipergunakan untuk mengukur kemampuan Bank dalam menyanggah risiko kegagalan pengembalian kredit oleh kreditur. Dengan standar acuan prinsip kehati-hatian sebesar 2%. e. Aspek Efisiensi Usaha. Total Assets Leverage Multiplier = Total Capital 31 Dipergunakan untuk mengetahui kemampuan manajemen Bank dalam mengelola aktiva yang dimiliki mengingat biaya yang dikeluarkan dalam mengelola aktiva. Menurut ukuran trend indstri Leverage Multiplier minimum 10%. Interest Paid Cost of Fund = Total Fund Dipergunakan untuk mengetahui kemampuan untuk membayar biaya-biaya bunga dibanding rata-rata dana yang dimiliki. Semakin besar cost of fund semakin besar biaya bunga yang dikeluarkan maksimum 50%. 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Obyek dan lokasi penelitian Obyek dari penelitian ini adalah laporan keuangan yaitu : laporan nerca dan laporan rugi laba periode 2004, 2005 dan 2006 di PT. Bank Mega, Tbk yang beralamat di Menara Bank Mega Jl. Kapt. Tendean Kav. 12-14A Jakarta. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah dari bulan April sampai dengan Agustus 2007. 2. Sejarah Singkat Perusahaan Berawal dari sebuah usaha milik keluarga bernama PT.Bank Karman yang didirikan pada tahun 1969 berkedudukan di Surabaya, selanjutnya pada tahun 1992 berubah nama menjadi PT. Mega Bank dan melakukan relokasi Kantor Pusat ke Jakarta. Seiring dengan perkembangannya PT. Mega Bank pada tahun 1996 diambil alih oleh PARA GROUP (PT.GLOBAL INVESTINDO dan PT.Para Rekan Investama). Untuk lebih meningkatkan citra PT. Mega Bank , pada bulan Juni 1997 melakukan perubahan logo dengan tujuan bahwa sebagai lembaga keuangan kepercayaan masyarakat, akan lebih mudah dikenal melalui logo perusahaan yang baru tersebut. Pada tahun 2000 melakukan perubahan nama dari PT. Mega Bank menjadi PT. Bank Mega. Dalam rangka memperkuat struktur permodalan maka pada tahun yang sama PT. Bank Mega melaksanakan Inicial Public Offering dengan menawarkan saham kepada masyarakat, dengan demikian sebagian saham PT. Bank Mega dimiliki oleh Public dan berubah namanya menjadi PT. Bank 33 Mega Tbk. Telah mendapatkan ijin dari Bank Indonesia sebagai Bank Devisa sehingga memperluas dan menjangkau bisnis yang lebih luas lagi. PT. Bank Mega Tbk. yang bersemboyan "Mega Tujuan Anda" tumbuh dengan pesat dan terkendali serta menjadi lembaga keuangan ternarna yang mampu disejajarkan dengan bank-bank terkemuka di Asia Pasifik dan telah mendapatkan berbagai penghargaan dan prestasi baik di tingkat nasional, regional maupun internasional. Dalam upaya mewujudkan kinerja sesuai dengan nama yang disandangnya, PT. Bank Mega Tbk. berpegang pada azas profesionalisme, keterbukaan dan kehati-hatian dengan struktur permodalan yang kuat serta produk dan fasilitas perbankan terkini. Hingga saat ini PT. Bank Mega Tbk. memiliki 151 jaringan kerja yang terdiri dan kantor cabang, kantor cabang pembantu dan kantor kas yang tersebar hampir di seluruh kota besar di Indonesia dan satu buah Priority Banking. Dalam perjalanan usahanya, PT Bank Mega Tbk. mendapat penghargaan dari berbagai pihak diantaranya, Bank Terbaik versi majalah SWA (berdasarkan konsep Economic Value Added), Bank dengan Pelayanan Terbaik (Banking Service Excellence) berdasarkan survey Market Research Indonesia (MRI) bekerjasama dengan Majalah Infobank, Bank dengan Pertumbuhan /issef Tertinggi seAsia-Pasifik versi majalah Asiaweek, dan emiten Terbaik untuk Sektor Perbankan versi Majalah Investor, serta predikat Bank yang Sangat Bagus selama 5 tahun berturut-turut versi majalah Infobank. Setelah melakukan penjualan saham perseroan kepada masyarakat dengan cara penawaran umum melalui Pasar Modal (Go Public) maka berdasarkan Akta Perubahan Dasar Perseroan No.15 tertanggal 17 April 2000 yang dibuat dihadapan Nila 34 Noordjasmani Soeyasa Besar, SH pengganti dari Imas Fátimah SH, notaris di Jakarta, susunan dan kepemilikan saham PT. Bank Mega Tbk. Sebagai : PT. PARA GLOBAL INVESTINDO : 79,99 % PT. PARA REKAN INVESTAMA : 0,01 % MASYARAKAT : 20,00 % Berdasarkan keputusan rapat sebagaimana ditentukan dalam Akta Nomor 34 tanggal 22 Mei 2002, yang dibuat oleh Imah Fatima SH, Notaris di Jakarta, perseroan telah mengadakan Penawaran Terbatas I (Right Issue) yang mengakibatkan perubahan Anggaran Dasar Nomor 18 tanggal 15 juli 2003 yang dibuat oleh Notaris yang sama dengan susunan kepemilikan pemegang saham PT. Bank Mega Tbk. menjadi sebagai berikut : PT. PARA GLOBAL INVESTINDO : 64,51 % PT. MANDIRI SEKURITAS : 19,33 % MASYARAKAT : 16,16 % Selanjutnya terjadi perdagangan saham PT. Bank Mega Tbk. selama tahun 2003 sehingga mengakibatkan perubahan kepemilikan saham menjadi : PT. PARA GLOBAL INVESTINDO : 64,51 % PT. TRIMEGAH SEKURITAS 35 : 6,69 % MASYARAKAT : 28,80 % Selama tahun 2004 terjadi perdagangan saham PT Bank Mega Tbk. sehingga mengakibatkan perubahan kepemilikan saham menjadi : PT. PARA GLOBAL INVESTINDO : 57,28 % MASYARAKAT : 42,72 % 3. Struktur Organisasi dan JobDescription Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yang diselengarakan pada tanggal 24 Maret 2003 telah menyetujui pengangakatan Dewan Komisaris Bank Mega yang terdiri dari 1 (satu) orang Komisaris Utama dan 2 (dua) orang Komisaris Independen serta pengangkatan Dewan Direksi Bank Mega yang terdiri dari 1 (satu) orang Direktur Utama dan 5 (lima) orang Direktur (struktur oraganisasi lampiran 1). Sesuai dengan PBI No.8/4/PBI/2006, komisaris independen hádala anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan atau mempunyai hubungan keluarga dengan anggota dewan komisaris lainya, direksi dan atau pemegang saham pengendali atau hubungan lainyayang dapat memepengaruhi kemempuanya dalam bertindak independen. Tugas dan tanggung jawab dewan komisaris Bank Mega adalah sebagai berikut: 1. Dewan komisaris wajib memastikan terselenggaranya tata kelola perusahaan dalam setiap kegiatan usaha bank , pada seluruh tngkatan atau jenjang organisasi yang ada di Bank Mega. 36 2. Dewan komisaris wajib melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi serta memberikan nasehat kepada direksi. 3. Melakukan pengawsan, pemantauan, dan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijaksanaan strategis bank. 4. Dewan komisaris wajib memastikan bahwa direksi Bank Mega telah menindaklanjuti temuan audit. Dan rekomendasi dari satuan kerja audit intern Bank Mega, auditor eksternal, hasil pengawasan Bank Indonesia serta hasil pengawasan dari pihak lain. Seperti halnya Dewan Komisaris, Dewan Direksi Bank Mega juga mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap roda bisnis perseroan. Pada hakekatnya, Dewan Direksi bertanggung jawab atas pengawasan internal, pamantauan dan pengelolaan resiko-resiko perbankan, menajaga iklim kerja perseroan agar tetap kondusif dan kooperatif, serta mengelola dan mengembangakan kemampuan SDM sehingga tercipta profesionalitas serta produktivitas yang tinggi dari perseroan. Selain itu, Dewan Direksi juga memiliki kewajiban untuk memberikan laporan tentang kinerja bank secara keseluruhan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan. 37 4. Produk a. Simpanan Mega Dana, Mega Maxi, Mega Dollar ( dalam mata uang USD dan SGD ), Mega Pro, Mega Bisnis, Mega Optima, Mega Giro Valas (dalam mata uang USD, SGD dan EUR), Mega Depo, Mega DOC, Mega Depo Valas (dalam mata uang USD dan SGD), Mega Rencana b. Pinjaman Kredit Korporasi dan Sindikasi, Kredit Modal Kerja, Kredit Modal Kerja Hermanen, Kredit Investasi, Kredit Rekening Koran, Kredit Pengusaha Kecil dan Mikro, Kredit Kepada Korperasi dan Anggotanya, Mega Otto Joint Financing, Jaminan dan Bank Garansi, Mega Griya, Mega Guna, Mega Otto, Mega Reno, Mega Medika, Mega Implant, Pembiayaan Fasilitas Ekspor – Impor c. Transaksi Internacional Remittance, Collection, dan Trade Finance d. Card Center Credit Card Mega Visa, Debit dan ATM e. Treasury Foreign Exchange Transaction (Spot, Forward and Swap), Money Market, Marketable Securities/Bonds, SBI 38 f. Jasa Layanan Lainnya Priority Banking, Trustee, Custodian, Securities Agent, Settlement Bank, Mega Cash, Mega O, Mega SDB, Mega Call, Mega Transactional Bank, Mega Payroll, Mega Internet Banking B. Metode penelitian. Metode penelitian merupakan suatu proses berpikir yang sistematis, diawali dengan identifikasi masalah sampai penarikan kesimpulan akhir dari permasalahan yang diteliti. Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif yaitu, penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi sacara sistematis, factual dan akurat mengenai analisis rasio keuangan dalam mengukur kinerja keuangan PT. Bank Mega, Tbk periode tahun 2004 sampai dengan 2006 melalui aspek permodalan, aspek likuiditas, apek rentabilitas, aspek resiko usaha dan aspek efisiensi usaha. C. Teknik Pengumpulan Data. Dalam menyusun skripsi ini, penulis menggunakan 2 (dua) metode pengumpulan data yang terdiri dari : a. Studi Pustaka. Yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mencari dan menyusun landasan teori dimana penelitian ini dilakukan dengan cara membaca buku-buku, majalah39 majalah, surat kabar dan bahan-bahan kuliah yang berhubungan dengan analisis laporan keuangan dan laporan keuangan itu sendiri . b. Studi Lapangan. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan peninjauan langsung ke tempat yang menjadi obyek penelitian, dalam hal ini PT. Bank Mega Tbk untuk memperoleh data primer dan seunder. Penelitian ini dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu : 1. Wawancara (interview). Dilakukan dengan cara mengadakan wawancara penulis dengan pihak-pihak yang berkepentingan di PT. Bank Mega Tbk yang berhubungan dengan ruang lingkup penyusunan skripsi yaitu mengenai laporan keuangan. 2. Pengamatan (observasi). Melakukan pengamatan langsung pada obyek penelitian untuk membuktikan kebenaran dari data dan informasi yang diperoleh. D. Definisi Operasional Variabel 1. Rasio dari aspek permodalan digunakan untuk mengetahui kecukupan modal bank dalam mendukung kegiatan bank secara efisien. 2. Rasio dari aspek likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menyelesaikan kewajiban dalam jangka pendek. 3. Rasio dari aspek rentabilitas digunkan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan profit melalui operasi bank. 4. Rasio dari aspek risiko usaha digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menyanggah risiko dari aktivitas operasi. 40 5. Rasio dari aspek efisiensi uasaha digunakan untuk mengetahui kinerja manajemen dalam menggunakan semua aset secara efisien. E. Metode Analisis Data Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Cara menganalisis kinerja keuangan perusahaan adalah : a. Mengenal perusahaan terlebih dahulu dengan mengetahui bidang usaha, struktur organisasinya dan sejarah singkat perusahaan. b. Mengumpulkan data yang digunakan dalam penelitian yang diperoleh dari perusahaan yaitu laporan neraca dan laporan rugi laba tahun 2004 dan tahun 2005 dan 2006. c. Menghubungkan antara data yang ada di laporan neraca dan data laporan rugi laba per periode sesuai dengan rumus rasio yang sudah dipilih untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. d. Menganalisis hasil perhitungan rasio yang merupakan alat yang digunakan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan dengan membandingkan hasil perhitungan rasio tahun sebelumnya dalam perusahaan yang sama (perbandingan internal). Dilihat juga apakah terjadi peningkatan atau penurunan rasio saat ini dengan rasio tahun sebelumnya. 41 e. Dari hasil analisis rasio tersebut maka akan mendapatkan beberapa kesimpulan mengenai kinerja keuangan perusahaan dan saran-saran perbaikan kinerja keuangan perusahaan untuk masa yang akan datang. 42 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perkembangan Rasio dari Aspek Permodalan Rasio dalam aspek permodalan bertujuan untuk mengetahui kemampuan kecukupan modal bank dalam mendukung kegiatan bank secara efisien. Rasio dalam aspek permodalan yang umum digunakan adalah : a. Capital Adequacy Ratio (Rasio Kecukupan Modal) b. Primary Ratio c. Capital Ratio I d. Capital Ratio II Analisis perkembangan rasio dari aspek permodalan periode 2004 sampai dengan 2006 pada PT. Bank Mega, Tbk adalah sebagai berikut : Tabel 1.4 Rasio dari Aspek Permodalan PT. Bank Mega, Tbk periode 2004 s/d 2006 Rasio Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Aspek Permodalan Capital Adequacy Ratio 12,13% 9,1% 12,5% Primary Ratio 6,5% 5,0% 6,2% 43 Kenaikan/Penurunan Thn’05 turun 3,03% dibandingkan Thn’04, Thn’06 naik 3,4% dibandingkan Thn’05 Thn’05 turun 1,5% dibandingkan Thn’04, Thn’06 naik 31,2% dibandingkan Thn’05 Capital Ratio I 16,3% 11,4% 17,8% Thn’05 turun 4,9% dibandingkan Thn’04, Thn’06 naik 6,4% dibandingkan Thn’05 Capital Ratio II 7,1% 5,6% 6,7% Thn’05 turun 1,5% dibandingkan Thn’04, Thn’06 naik 1,1% dibandingkan Thn’05 Sumber: laporan keuangan PT. Bank Mega, Tbk tahun 2004 s/d 2006 data diolah tahun 2007 Analisa rasio untuk Capital Adequacy Ratio PT. Bank Mega Tbk. tahun 2004 s/d 2006 adalah 12,13%, 9,1% dan 12,5% dikategorikan Bank dengan predikat sehat. Kenaikan jumlah kredit yang diberikan dari 7.467.706 pada tahun 2004 menjadi 11.113.855 pada tahun 2005 serta modal yang tidak mengalami perubahan yang signifikan pada tahun 2005, adalah salah satu faktor penyebab penurunan CAR pada tahun 2005 sebesar 3,03% denganan standar ukuran dari peraturan Bank Indonesia minimum CAR adalah 8%. Analisa rasio untuk Primary Ratio PT. Bank Mega Tbk. Tahun 2004 s/d 2006 mengalami penurunan pada tahun 2005 dibandingkan dengan tahun 2004 dan mengalami kenaikan ditahun 2006 dibandingkan dengan tahun 2005. untuk keseluruhan modal Bank Mega dapat menyanggah asset akibat kerugian yang tidak dapat dihindari dengan minimum rasio 5%. Analisa rasio untuk Capital Ratio I PT. Bank Mega Tbk. Mengalami penurunan di tahun 2005 dibandingkan tahun 2004 dan mengalami kenaikan ditahun 2006, secara keseluruhan kemampuan modal PT. Bank Mega Tbk. Dapat menyanggah total pinjaman sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia minimum rasio adalah sebesar 10%. Analisa rasio untuk Capital Ratio II PT. Bank Mega Tbk. Mengalami penurunan di tahun 2005 dibandingkan tahun 2004 dan mengalami kenaikan di tahun 2006 dibandingkan dengan tahun 2005, secara keseluruhan kemampuan modal dan 44 pencadangan aktiva produktif (pencadangan kerugian pinjaman) terhadap sejmlah pinjaman nasabah dikategorikan bank sehat dengan minimum 5%. B. Analisis Perkembangan Rasio dari Aspek Likuiditas Aspek Likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek, rasio yang digunakan adalah : a. Quick Ratio b. Banking Ratio c. Loan to asset Ratio Analisis perkembangan rasio dari aspek likuiditas periode 2004 sampai dengan 2006 pada PT. Bank Mega, Tbk adalah sebagai berikut: Tabel 2.4 Rasio dari Aspek Likuiditas PT. Bank Mega, Tbk periode 2004 s/d 2006 Rasio Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Kenaikan/Penurunan Aspek Likuiditas Quick Ratio 25,6% 15,4% 14,1% Thn’05 turun 10,2% dibandingkan Thn’04, Thn’06 turun 1,3% dibandingkan Thn’05 Baking Ratio 46% 47% 38% Thn’05 naik 1% dibandingkan Thn’04, Thn’06 turun 9% dibandingkan Thn’05 Loan to Asset Ratio 39% 44% 34% Thn’05 naik 5% dibandingkan Thn’04, Thn’06 turun 10% dibandingkan Thn’05 Sumber: laporan keuangan PT. Bank Mega, Tbk tahun 2004 s/d 2006 data diolah tahun 2007 Analisa rasio untuk Quick Ratio PT. Bank Mega Tbk. Pada tahun 2004 adalah sebesar 25,6% yang berarti total dana pihak ketiga (tabungan, giro, deposito) dapat dapat dbayar 45 kembali sebanyak 25,6% dengan cash asset yang dimiliki PT. Bank Mega Tbk. Untuk tahun 2005 sebesar 15,4% mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2004 dan pada tahun 2006 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2004 dan 2005, hal tersebut dikarenakan bertambahnya dana pihak ketiga dan perluasan jaringan PT. Bank Mega Tbk. Pada tahun 2005 dan 2006 yang tidak diikuti dengan pertambahan cash asset. Untuk keseluruhan Quick Ratio Bank Mega cukup baik dengan ukuran trend industri adalah 10%. Analisa rasio Banking Ratio (Loan to Deposit Ratio) PT. Bank Mega Tbk. Mengalami kenaikan di tahun 2005 dibandingkan dengan tahun 2004 dan mengalami penurunan ditahun 2006, hal tersebut dikarenakan adanya kenaikan jumlah pinjaman pada tahun 2005. secara keseluruhan untuk Banking Ratio PT. Bank Mega Tbk. Dinilai sehat dengan acuan standar Bank Indonesia adalah 50%. Analisa rasio Loan to Asset Ratio PT. Bank Mega Tbk. Megalami kenaikan di tahun 2005 dibandingkan dengan tahun 2004 dan mengalami penurunan di tahun 2006 hal tersebut dikarenakan adanya kenaikan jumlah pinjaman pada tahun 2005. Menurut SE BI No.30/2/UPPB/ tanggal 30 April 1997 tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank umum, untuk LAR dibawah 110% diberinilai kredit 100, artinya likuiditas bank tersebut dinilai sehat C. Analisis Perkembangan Rasio dari Aspek Rentabilitas Tujuan penggunaan rasio aspek rentabilitas adalah untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba (profit) melalui operasional bank. Rasio yang digunakan adalah. 46 a. Gross Profit Margin b. Net Profit Margin d. Return on Equity Analisis perkembangan rasio dari aspek rentabilitas periode 2004 sampai dengan 2006 pada PT. Bank Mega, Tbk adalah sebagai berikut: Tabel 3.4 Rasio dari Aspek Rentabilitas PT. Bank Mega, Tbk periode 2004 s/d 2006 Rasio Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Kenaikan/Penurunan Aspek Rentabilitas Gross Profit Margin 54% 37% 32% Thn’05 turun 17% dibandingkan Thn’04, Thn’06 turun 5% dibandingkan Thn’05 Nett Profit Margin 33% 22% 17% Thn’05 turun 11% dibandingkan Thn’04, Thn’06 turun 5% dibandingkan Thn’05 Return on Equity 26% 14% 7,8% Thn’05 turun 12% dibandingkan Thn’04, Thn’06 turun 6,2% dibandingkan Thn’05 Sumber: laporan keuangan PT. Bank Mega, Tbk tahun 2004 s/d 2006 data diolah tahun 2007 Analisa rasio Gross Profit Margin PT. Bank Mega Tbk. Mengalami penurunan di tahun 2005 dan 2006, hal tersebut dikarenakan tingginya biaya operasional bank pada tahun 2005 dan 2006, secara keseluruhan Gross Profit Margin PT. Bank Mega Tbk. Merupakan bank dengan predikat bank sehat dengan ukuran trend industri minimum rasio adalah 10%. 47 Analisa rasio Nett Profit Margin mengalami penurunan yang disebabkan penurunan pendapatan operasi dikarenakan tingginya biaya bunga (negative spread) yang disebabkan banyaknya dana pihak ketiga yang ditempatkan pada produk deposito yang merupakan salah satu dana mahal. Dengan acuan standart trend industri minimum rasio adalah 10%. Analisa rasio Return on Equity mengamalami penurunan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006, rasio ROE ini merupakan indicator yang amat penting bagi pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yag dikaitakan dalam pembayaran deviden, kenaikan ROE akan menyebabkan kenaikan harga saham. ROE PT. Bank Mega Tbk. Mengalami penurunan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 yang disebabkan berkurangnya net income pada tahun 2006. Untuk keselurah ROE PT. Bank Mega Tbk. dikategorikan bank sehat. D. Analisis Perkembangan Rasio dari Aspek Risiko Usaha Tujuan penggunaan rasio aspek risiko usaha adalah untuk mengukur kemampuan bank dalam menyanggah risiko dari aktivitas operasi. Rasio yang digunakan adalah rasio credit risk, Dipergunakan untuk mengukur kemampuan Bank dalam menyanggah risiko kegagalan pengembalian kredit oleh kreditur. Analisis perkembangan rasio dari aspek risiko usaha periode 2004 sampai dengan 2006 pada PT. Bank Mega, Tbk adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 Rasio dari Aspek Risiko Usaha PT. Bank Mega, Tbk periode 2004 s/d 2006 48 Rasio Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Kenaikan/Penurunan Aspek Risiko Usaha Credit Risk 1,5% 1,45% 1,32% Thn’05 turun 0,05% dibandingkan Thn’04, Thn’06 turun 0,13% dibandingkan Thn’05 Sumber: laporan keuangan PT. Bank Mega, Tbk tahun 2004 s/d 2006 data diolah tahun 2007 Analisa rasio Credit Risk menngalami penuruman menurut perhitungan tetapi mangalami kenaikan dilihat dari prinsip kehati-hatian yang disebabkan penurunan jumlah kredit bermasalah atau non performing loan dari periode 2004 sampai dengan 2006 dengan standar acuan prinsip kehati-hatian sebesar 2% . E. Analisis Perkembangan Rasio dari Aspek Efisiensi Usaha Aspek Efisiensi Usaha digunakan untuk mengetahui kinerja manajemen dalam menggunakan semua asset secara efisien. Rasio yang diganakan adalah: a. Leverage Multiplier b. Cost of Fund Analisis perkembangan rasio dari aspek efisiensi usaha periode 2004 sampai dengan 2006 pada PT. Bank Mega, Tbk adalah sebagai berikut: Tabel 5.4 Rasio dari Aspek Efisiensi Usaha PT. Bank Mega, Tbk periode 2004 s/d 2006 Rasio Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Kenaikan/Penurunan Aspek Efisiensi Usaha Leverage Multiplire 15,3 19,6 16 49 Thn’05 naik 4,3 point dibandingkan Thn’04, Thn’06 turun 3,6 point dibandingkan Thn’05 Cost of Fund 5% 6,6% 8% Thn’05 naik 1,6% dibandingkan Thn’04, Thn’06 naik 1,4% dibandingkan Thn’05 Sumber: laporan keuangan PT. Bank Mega, Tbk tahun 2004 s/d 2006 data diolah tahun 2007 Analisa rasio Leverage Multiple PT. Bank Mega Tbk. mengalami kenaikan di tahun 2005 dibndingkan dengan tahun 2004 yang disebabkan kenaikan total aktiva di tahun 2005 sebesar 74% dibandingkan dengan tahun 2004. secara keseluruhan untuk Leverage Multiple Ratio PT. Bank Mega Tbk. mampu dalam megelola aktiva dengan ukuran trend industri minimum 10 %. Analisa ratio Cost of Fund PT. Bank Mega Tbk. mengalami kenaikan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 yang disebabkan bertambahnya dana pihak ketiga yang sangat signifikan dari tahun 2004, ketahun 2005 dan 2006. Cost of Fund secara keseluruhan cukup sehat dengan ukuran maksimum 50% dari total dana pihak ketiga. Dari hasil analisis laporan keuangan PT. Bank Mega, Tbk periode tahun 2004 sampai dengan 2005 dapat dilihat bahwa kinerja keuangan PT. Bank Mega Tbk, mengalami penurunan di tahun 2005 dan mengalami kenaikan di tahun 2006, tetapi secara keseluruhan kinerja keuangan PT. Bank Mega, Tbk cukup baik dan tergolong Bank dengan predikat sehat. Penurunan dan kenaikan kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari penurunan dan kenaikan hasil perhitungan rasio yaitu: 1. Dari aspek permodalan yaitu CAR (Capital Adequacy Ratio) PT. Bank Mega, Tbk. 50 2. Dari aspek likuiditas yaitu Quick Ratio mengalami penurunan dari tahun 2004 sampai dengan 2006 yaitu, 25,6, 15,4%, dan 14,1% dikarenakan cash asset yang tidak banyak mengalami penambahan sedangkan pertumbuhan peningkatan dana pihak ketiga yang melonjak tinggi seiring dengan expansi perluasan jaringan perusahaan. Dengan standart ukuran trend industri adalah sebesar 10%. Dengan rasio tersebut Bank Mega masih tergolong bisa membayar kembali kewajiban kepada para deposan dengan sejumlah cash assets yang dimiliki. Untuk Loan to Asset Ratio, mengalami penurunan 10% dibandingkan tahun 2005, semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan unutk membiayai kredit semakin besar. Banking Ratio / Loan to Deposit Ratio, mengalami penurunan sebesar 9% dari tahun 2005, semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Menurut SE BI No.30/2/UPPB/ tanggal 30 April 1997 tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank umum, untuk rasio LDR dibawah 110% diberinilai kredit 100, artinya likuiditas bank tersebut dinilai sehat. 3. Dari aspek rentabilitas yaitu Nett Profit Margin mengalami penurunan yang disebabkan penurunan pendapatan operasi dikarenakan tingginya bunga (negative spread) yang disebabkan banyaknya dana pihak ketiga yang ditempatkan pada produk 51 deposito yang merupakan salah satu dana mahal. Return on Equity mengamalami penurunan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006, rasio ROE ini merupakan indicator yang amat penting bagi pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yag dikaitakan dalam pembayaran deviden, kenaikan ROE akan menyebabkan kenaikan harga saham. 4. Dari aspek risiko usaha yaitu Credit Risk mengalami penuruanan secara nominal tetapi mengalami kenaikan secara ukuran trend pasar yang disebabkan penurunan jumlah kredit bermasalah atau non performing loan dari periode 2004 sampai dengan 2006 dengan standar acuan prinsip kehati-hatian sebesar 2%. 5. Dari aspek efisiensi usaha yaitu Cost of Fund mengalami kenaikan yang disebabkan bertambahnya dana pihak ketiga yang sangat signifikan dari tahun 2004, ketahun 2005 dan 2006. 52 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakuakan pada PT. Bank Mega, Tbk penulis dapat mengambil kesimpulan : 1. Analisa rasio keuangan (aspek permodalan, aspek likuiditas, aspek rentabilitas,aspek risiko usaha dan aspek efisiensi usaha) berperan dalam mengukur kinerja keuangan PT. Bank Mega, Tbk yang dapat dilihat dari perubahan hasil perhitungan rasio-rasio keuangan yang dipilih. Analisis keuangan dari aspek permodalan Capital Adequacy Ratio (CAR) PT. Bank Mega, Tbk berperan dalam mengukur kinerja perusahan yang menjadi ukuran masyarakat dalam menempatkan dananya dibank dan sebagai standart bank yang sehat sesuai ketentuan Bank Indonesia dengan nilai terendah adalah 8% sedangkan Capital Adequacy Ratio PT. Bank Mega, Tbk dengan batasan nilai terendah ratio 9,1% padatahun 2005. 2. Ditinjau dari aspek permodalan yaitu, Capital Adequacy Ratio, Capital Ratio I, Primary Ratio dan Capital Ratio II mengalami penurunan di tahun 2005 yang disebabkan kenaikan jumlah kredit yang diberikan pada tahun 2005 sehingga menyebabkan meningkatnya jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR), serta penambahan modal yang tidak terlalu signifikan. 53 3. Ditinjau dari aspek likuiditas yaitu, Quick Ratio, Banking Ratio, dan Loan to Asset Ratio pada tahun 2005 mengalami kenaikan yang disebabkan naiknya jumlah kredit yang tidak sebanding dengan pertumbuhan dana pihak ketiga. 4. Ditinjau dari aspek rentabilitas yaitu, Gross Profit Margin, Net Profit Margin, dan Return on Equity, yang disebabkan penurunan pendapatan operasi. 6. Ditinjau dari aspek risiko usaha yaitu Credit Risk Ratio mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang disebabkan menurunnya jumlah kredit bermasalah atau non performing loan. 5. Ditinjau dari aspek efisiensi usaha yaitu, Leverage Multipler, dan Cost of Fund mengalami kenikan yang disebabkan bertambahnya dana pihak ketiga yang menempatkan dananya kedalam produk deposito yang berbunga tinggi sehingga perusahan mengeluarkan biaya bunga yang besar. B. Saran-Saran Memperhatikan pembahasan dan kesimpulan diatas, penulis mencoba memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Agar rasio dalam aspek permodalan perusahaan semakin baik, maka perusahaan harus menigkatkan modal melalui penerbitan obligasi serta meningkatkan penjualan produk-produk perbankan melalui strategi pemasaran yang lebih baik serta melalui media promosi yang lebih efektif. 2. Agar rasio dalam aspek likuiditas perusahaan semakin baik, maka perusahaan harus meningkatkan cash asset dengan cara meningkatkan dana pihak ketiga. 54 3. Agar rasio dalam aspek rentabilitas perusahaan semakin baik, maka perusahaan harus menaikan pendapatan operasi dengan cara peningkatan pemberian kredit kemasyarakat yang akan meningkatkan pendapatan provisi, komisi serta bunga yang diterima perusahaan. 4. Agar rasio dalam aspek risiko usaha semakin baik, maka perusahaan dapat melakukan beberapa tindakan penyelamatan kredit bermasalah antara lain dengan: Rescheduling, Reconditioning, dan Restructuring kredit-kredit bermasalah. 5. Agar rasio dalam aspek efisiensi usaha perusahaan semakin baik, maka perusahaan dapat melakukan strategi pemasaran dengan membuat produk bank yang berbunga rendah atau dengan cara melakukan joint fund dengan perusahaan capital atau assuransi yang bisa menanggu biaya bunga bersama, dengan cara tersebut perusahaan dapat menekan biaya bunga sehingga dapat maningkatakan efisiensi. 55 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul i Halaman Pengesahan ii Daftar isi iii Daftar Tabel v Daftar Lampiran vi Kata Pengantar vii Bab I. Pendahuluan 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Perumusan Masalah 2 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 3 Bab II. Landasan Teori 4 A. Laporan Keuangan 4 1. Pengertian Laporan Keuangan 4 2. Jenis-jenis Laporan Keuangan 5 3. Tujuan Laporan Keuangan 14 4. Keterbatasan Laporan Keuangan 14 5. Pihak-pihak yang Berkepentingan Atas Laporan Keuangan 15 B. Analisis Laporan Keuangan 19 1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan 19 2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan 20 56 3. Analisis Rasio Laporan Keuangan C. Analisis Rasio Keuangan Pada Perusahaan Perbankan 23 24 Bab III. Metodelogi Penelitian A. Gambaran Umum 33 B. Metode Peneltian 39 C. Teknik Pengumpulan Data 39 D. Definisi Operasional Variabel 40 E. Metode Analisis Data 41 Bab IV. Analisis dan Pembahasan 43 A. Analisis Perkembangan Rasio dari Aspek Permodalan 43 B. Analisis Perkembangan Rasio dari Aspek Likuiditas 45 C. Analisis Perkembangan Rasio dari Aspek Rentabilitas 46 D. Analisis Perkembangan Rasio dari Aspek Risiko Usaha 48 E. Analisis Perkembangan Rasio dari Aspek Efisiensi Usaha 49 Bab V. Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan 53 B. Saran-saran 54 Bagan Struktur Organisasi PT. Bank Mega Tbk. 73 Dafatar Pustaka 74 57 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Bagan Struktur Organisasi PT. Bank Mega Tbk. 58 74 DAFTAR PUSATAKA Bank Indonesia. 2001. Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, Bank Indonesia, Jakarta. Bank Mega. 2005. Annual Report Tahun 2004, Bank Mega, Jakarta. Bank Mega. 2006. Annual Report Tahun 2005, Bank Mega, Jakarta. Bank Mega. 2007. Annual Report Tahun 2006, Bank Mega, Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta. Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan, Bumi Aksara, Jakarta. Lukman Dendawijaya. 2005. Manajemen Perbankan, Edisi 2, Ghalia Indonesia, Jakarta. Mega Web. 2007. Peraturan External, Bank Mega, Jakarta. Moh. Ramly Fuad & M. Rustan DM. 2006. Akuntansi perbankan (Petunjuk Praktis Operasional Bank), Graha Ilmu, Joagyakarta. Zaki Baridwan. 2004. Intermediate Accounting, Edisi 8, BPFE, Yogyakarta. 59 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Neraca PT. Bank Mega Tbk, tahun 2004 56 Tabel 2 Neraca PT. Bank Mega Tbk, tahun 2006 perbandingan 2005 61 Tabel 3 Laporan Laba Rugi PT. Bank Mega Tbk, Tahun 2004 66 Tabel 4 Laporan Laba Rugi PT. Bank Mega Tbk, Tahun 2006 perbandingan tahun 2005 68 Tabel 5 Perhitungan ATMR PT. Bank Mega Tbk, Tahun 2004 71 Tabel 6 Perhitungan ATMR PT. Bank Mega Tbk, Tahun 2005 71 Tabel 7 Perhitungan ATMR PT. Bank Mega Tbk, Tahun 2006 72 60 Tabel 5 Perhitungan ATMR PT Bank Mega Tbk. Thn. 2004 Pos-pos Neraca Nominal Bobot ATMR (Rp) Resiko (%) Kas 108.797 0 Giro pada Bank Indonesia 3.023.248 0 Giro Pada Bank Lain 27.859 20 5.571,8 Penempatan pada Bank Lain 989.303 0 Surat Berharga 6.360.184 20 1.272.036,8 Kredit yang diberikan 7.467.706 100 7.467.706 Penyertaan 100 Pendapatan yang diterima 955.547 100 955.547 Biaya dibayar dimuka 100 Uang muka pajak 100 Aktiva tetap 360.374 100 360.374 Aktiva lain-lain 306.275 20 61.255 Jumlah ATMR 10.061.296,8 Tabel 6 Perhitungan ATMR PT Bank Mega Tbk. Thn. 2005 Pos-pos Neraca Nominal Bobot ATMR (Rp) Resiko (%) Kas 159.499 0 Giro pada Bank Indonesia 2.120.783 0 Giro Pada Bank Lain 28.545 20 5.709 Penempatan pada Bank Lain 1.314.265 0 Surat Berharga 9.321.871 20 1.864.374,2 Kredit yang diberikan 11.113.855 100 11.113.855 Penyertaan 100 Pendapatan yang diterima 817.445 100 817.445 Biaya dibayar dimuka 100 Uang muka pajak 100 Aktiva tetap 564.995 100 564.995 Aktiva lain-lain 390.406 20 78.081,2 Jumlah ATMR 13.935.959,4 61 Tabel 7 Perhitungan ATMR PT Bank Mega Tbk. Thn. 2006 Pos-pos Neraca Nominal Bobot ATMR (Rp) Resiko (%) Kas 301.734 0 Giro pada Bank Indonesia 2.558.285 0 Giro Pada Bank Lain 50.399 20 10.079,8 Penempatan pada Bank Lain 1.056.456 0 Surat Berharga 14.728.533 20 2.945.706,6 Kredit yang diberikan 10.839.026 100 10.839.026 Penyertaan 100 Pendapatan yang diterima 877.986 100 877.986 Biaya dibayar dimuka 100 Uang muka pajak 100 Aktiva tetap 674.675 100 674.675 Aktiva lain-lain 357.208 20 71.441,6 Jumlah ATMR 15.418.915 62 Tabel 1 PT BANK MEGA Tbk. NERACA 31 Desember 2004 (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali data saham) 2004 AKTIVA KAS 108.797 GIRO PADA BANK INDONESIA 3.023.248 GIRO PADA BANK LAIN Penyisihan kerugian 28.137 (278) Bersih 27.859 PENEMPATAN PADA BANK INDONESIA DAN BANK LAIN Penyisihan kerugian 990.519 (1.216) Bersih 989.303 EFEK-EFEK Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Diperdagangkan Pihak ketiga Diperdagangkan Dimiliki hingga jatuh tempo 36.710 6.313.547 Jumlah efek-efek Penyisihan kerugian 6.364.427 (4.243) Bersih 6.360.184 14.170 EFEK YANG DIBELI DENGAN JANJI DIJUAL KEMBALI - KREDIT YANG DIBERIKAN Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Pihak ketiga 8.060 7.573.397 63 PT BANK MEGA Tbk. NERACA (lanjutan) 31 Desember 2004 (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali data saham) 2004 Jumlah kredit yang diberikan Penyisihan kerugian 7.581.457 (113.751) Bersih 7.467.706 TAGIHAN AKSEPTASI Penyisihan kerugian 49.672 (496) Bersih 49.176 AKTIVA PAJAK TANGGUHAN - bersih 10.467 AKTIVA TETAP Harga perolehan Akumulasi penyusutan 539.655 (179.281) Nilai buku 360.374 AKTIVA LAIN-LAIN Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Pihak ketiga 488 305.787 Jumlah aktiva lain-lain 306.275 JUMLAH AKTIVA 18.703.389 64 PT BANK MEGA Tbk. NERACA (lanjutan) 31 Desember 2004 (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali data saham) 2004 KEWAJIBAN DAN EKUITAS KEWAJIBAN KEWAJIBAN SEGERA 17.709 SIMPANAN Giro Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Pihak ketiga 43.014 2.476.541 Jumlah giro 2.519.555 Tabungan Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Pihak ketiga 6.871 1.887.884 Jumlah tabungan 1.894.755 Deposito berjangka Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Pihak ketiga 26.570 11.071.329 Jumlah deposito berjangka 11.097.899 Sertifikat deposito – bersih - Jumlah Simpanan 15.512.209 SIMPANAN DARI BANK LAIN Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Pihak ketiga 332 686.256 Jumlah simpanan dari bank lain 686.588 65 PT BANK MEGA Tbk. NERACA (lanjutan) 31 Desember 2004 (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali data saham) 2004 EFEK YANG DIJUAL DENGAN JANJI DIBELI KEMBALI HUTANG PAJAK 885.159 31.239 KEWAJIBAN PAJAK TANGGUHAN 42 KEWAJIBAN AKSEPTASI 49.672 PINJAMAN YANG DITERIMA 93.898 ESTIMASI KERUGIAN KOMITMEN DAN KONTINJENSI 1.112 KEWAJIBAN LAIN-LAIN 58.511 KEWAJIBAN DIESTIMASI ATAS IMBALAN KERJA 15.836 PINJAMAN SUBORDINASI 105.000 Jumlah Kewajiban 17.456.975 HAK MINORITAS ATAS AKTIVA BERSIH ANAK PERUSAHAAN YANG DIKONSOLIDASI 25.793 EKUITAS Modal saham - nilai nominal Rp 500 per saham Modal dasar - 1.800.000.000 saham Modal ditempatkan dan disetor penuh - 940.230.000 saham Tambahan modal disetor - agio saham Cadangan umum 470.115 143.195 301 66 PT BANK MEGA Tbk. NERACA (lanjutan) 31 Desember 2004 (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali data saham) 2004 Selisih transaksi entitas sepengendali Saldo laba (950) 607.960 Jumlah Ekuitas 1.220.621 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 18.703.389 67 Tabel 2 PT. BANK MEGA Tbk. NERACA 31 Desember 2006 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2005 (Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2006 2005 AKTIVA Kas 301.734 159.499 2.558.285 2.120.783 50.908 (509) 28.830 (285) 50.399 28.545 1.060.108 (3.652) 1.314.770 (505) 1.056.456 1.314.265 14.985 14.718.496 12.996 9.312.431 Jumlah efek-efek Penyisihan penghapusan 14.733.481 (4.948) 9.325.427 (3.556) Bersih 14.728.533 9.321.871 209 (2) 232 (2) 207 230 12.789 10.985.894 10.207 11.252.919 Giro pada Bank Indonesia Giro pada Bank lain – Pihak ketiga Penyisihan penghapusan Bersih Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain – Pihak ketiga Penyisihan penghapusan Bersih Efek-efek Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Pihak ketiga Tagihan DerivatifPihak ketiga Penyisihan penghapusan Bersih Kredit yang Diberikan Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Pihak ketiga 68 PT. BANK MEGA Tbk. NERACA (lanjutan) 31 Desember 2006 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2005 (Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2006 2005 Jumlah Kredit yang Diberikan Penyisihan penghapusan 10.998.683 (159.657) 11.263.126 (149.271) Bersih 10.839.026 11.113.855 396.330 (2.771) 83.580 (836) 393.559 82.744 12.828 12.235 956.457 (281.782) 772.683 (207.688) 674.675 564.995 Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Pihak ketiga 12.169 345.039 2.950 387.456 Jumlah Aktiva Lain-lain 357.208 390.406 30.972.910 25.109.428 Tagihan AkseptasiPihak ketiga Penyisihan penghapusan Bersih Aktiva Pajak Tangguhan – bersih Aktiva Tetap Harga perolehan Akumulasi penyusutan Nilai buku Aktiva lain-lain JUMLAH AKTIVA 69 PT. BANK MEGA Tbk. NERACA (lanjutan) 31 Desember 2006 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2005 dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) (Disajikan 2006 2005 36.579 72.844 41.110 3.305.675 24.130 2.114.204 3.346.785 2.138.334 24.835 4.968 Pihak ketiga 3.269.868 1.757.863 Jumlah tabungan 3.294.703 1.762.831 Deposito Berjangka Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Pihak ketiga 96.988 19.017.524 22.442 18.053.870 Jumlah deposito berjangka 19.114.512 18.076.312 Jumlah Simpanan 25.756.000 21.977.477 Simpanan dari Bank lain Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Pihak ketiga 229 2.296.539 154 1.420.324 2.296.768 1.420.478 KEWAJIBAN DAN EKUITAS KEWAJIBAN Kewajiban Segera Simpanan Giro Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Pihak ketiga Jumlah Giro Tabungan Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Jumlah Simpanan dari Bank Lain 70 Kewajiban Derivatif - PT. BANK MEGA Tbk. NERACA (lanjutan) 31 Desember 2006 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2005 dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2006 Hutang Pajak 89 (Disajikan 2005 64.363 44.744 Kewajiban Akseptasi 396.330 83.580 Pinjaman yang Diterima 135.045 Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontinjensi Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Pihak ketiga - 14 3.912 396 1.564 3.926 1.960 Kewajiban lain-lain Pihak yang mempunyai hubungan istimewa Pihak ketiga 225 259.642 109 121.531 Kewajiban Diestimasi atas Imbalan Kerja 259.867 29.731 121.640 24.991 60.000 85.000 29.038.609 23.832.803 812.722 712.694 Pinjaman Subordinasi Jumlah Kewajiban EKUITAS Modal Saham – nilai nominal Rp 500 persaham Modal Dasar - 1.800.000.000 saham Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh - 1.625.443.188 saham pada tahun 2006 dan 1.425.388.642 saham pada tahun 2005 71 PT. BANK MEGA Tbk. NERACA (lanjutan) 31 Desember 2006 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2005 dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2006 Tambahan Modal Disetor – Agio Saham (Disajikan 2005 777.985 377.876 3.573 3.573 5.841 - 401 333.779 401 182.081 1.934.301 1.276.625 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 30.972.910 25.109.428 Selisih Transaksi Entitas Sepengendali Keuntungan bersih yang belum direalisasi Atas efek yang Tersedia untuk Dijual Saldo Laba Telah ditentukan penggunaannya Belum ditentukan penggunaannya Jumlah Ekuitas 72 Tabel 3 PT BANK MEGA Tbk. LAPORAN LABA RUGI Tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2004 (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali laba bersih per saham dasar) 2004 PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL Pendapatan Bunga Bunga Provisi dan komisi 1.650.575 51.755 Jumlah Pendapatan Bunga 1.702.330 Beban Bunga dan Pembiayaan Lainnya 823.837 Pendapatan Bunga - bersih 878.493 Pendapatan Operasional Lainnya Jasa administrasi Keuntungan bersih efek yang dijual dan jatuh tempo Keuntungan transaksi mata uang asing – bersih Keuntungan perubahan nilai wajar efek yang diperdagangkan bersih Lain-lain 43.521 16.064 4.401 3.812 6.458 Jumlah Pendapatan Operasional Lainnya 74.256 Beban Penyisihan Kerugian Aktiva Produktif 47.849 Beban (Pemulihan) Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontinjensi (121) Beban Operasional Lainnya Umum dan administrasi Gaji dan kesejahteraan karyawan 259.926 172.622 Jumlah Beban Operasional Lainnya 432.548 73 LABA OPERASIONAL 472.473 PT BANK MEGA Tbk. LAPORAN LABA RUGI (lanjutan) Tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2004 (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali laba bersih per saham dasar) 2004 PENDAPATAN DAN BEBAN NON OPERASIONAL Pendapatan Non Operasional 2.798 Beban Non Operasional Amortisasi biaya penyelamatan Bank Amortisasi goodwill Lain-lain 9.125 303 1.018 Jumlah Beban Non Operasional 10.446 BEBAN NON OPERASIONAL BERSIH 7.648 LABA SEBELUM BEBAN (MANFAAT) PAJAK PENGHASILAN 464.825 BEBAN (MANFAAT) PAJAK PENGHASILAN Tahun berjalan Tangguhan 143.672 (3.233) Jumlah Beban Pajak 140.439 LABA BERSIH SEBELUM HAK MINORITAS ATAS LABA BERSIH ANAK PERUSAHAAN YANG DIKONSOLIDASI 324.386 HAK MINORITAS ATAS LABA BERSIH ANAK PERUSAHAAN YANG DIKONSOLIDASI 4.485 LABA BERSIH 319.901 LABA BERSIH PER SAHAM DASAR 340 74 Tabel 4 PT. BANK MEGA Tbk. LAPORAN LABA RUGI Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2006 Angka Perbandingan Untuk Tahun 2005 (Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2006 PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL Pendapatan Bunga Bunga Provisi dan komisi 2. 969.152 68.677 Jumlah Pendapatan Bunga 3.037.829 Dengan 2005 2.230.026 62.718 2.292.744 Beban Bunga dan Pembiayaan Lainnya 2.292.312 1.555.063 PENDAPATAN BUNGA – BERSIH 745.517 737.681 87.246 49.234 12.393 11.947 1.989 1.662 14.188 (1.174) 3.634 6.828 Jumlah Pendapatan Operasional Lainnya 117.478 70.469 Beban Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif 48.251 40.366 Pendapatan Operasional Lainnya Jasa administrasi Keuntungan transaksi mata uang asing - bersih Keuntungan (kerugian) perubahan nilai wajar efek yang diperdagangkan - bersih Keuntungan bersih efek yang dijual Lain-lain Beban Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontinjensi 2.010 75 860 PT. BANK MEGA Tbk. LAPORAN LABA RUGI (lanjutan) Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2006 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2005 (Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2006 2005 326.393 258.428 290.847 210.923 Jumlah Beban Operasional Lainnya 584.821 501.770 LABA OPERASIONAL 227.913 265.154 Pendapatan dan Beban Bukan Operasional Pendapatan Bukan Operasional Pendapatan sewa Lain-lain 9.183 5.808 5.484 3.811 Jumlah Pendapatan Bukan Operasional 14.991 9.295 Beban Bukan Operasional Amortisasi biaya penyelematan Bank Lain-lain 9.099 11.821 9.100 1.658 Jumlah Beban Bukan Operasional 20.920 10.758 (5.929) (1.463) 221.984 263.691 73.382 (3.096) 86.105 (1.767) Beban Operasional Lainnya Umum dan administrasi Gaji dan kesejahteraan karyawan Beban Bukan Operasional - bersih LABA SEBELUM BEBAN (MANFAAT) PAJAK PENGHASILAN Beban (Manfaat) Pajak Penghasilan Tahun berjalan Tangguhan 76 PT. BANK MEGA Tbk. LAPORAN LABA RUGI (lanjutan) Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2006 Dengan Angka Perbandingan Untuk Tahun 2005 (Disajikan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) Beban Pajak - Bersih LABA BERSIH LABA BERSIH PER SAHAM DASAR (dalam Rupiah penuh) 77 2006 2005 70.286 84.338 151.698 179.353 97 129 LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI Nama : Tomy Abdul Malik NIM : 43205110013 Program Studi : Akuntansi Judul Skripsi : Analisis Rasio Keuangan Dalam Mengukur Kinerja Keuangan Pada PT. Bank Mega Tbk. Periode 2004 Samapai Dengan 2006. Tanggal Ujian Skripsi : Disahkan Oleh : Pembimbing (________________________) Tanggal : Dekan, Ketua Jurusan Akuntansi (_____________________) Tanggal : (______________________) Tanggal : 78 ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PT.BANK MEGA Tbk. PERIODE 2004 SAMPAI DENGAN 2006 KRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA EKONOMI Program Studi Akuntansi Na ma : Tomy Abdul Malik NIM : 43205110013 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008 79 ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PT.BANK MEGA Tbk. PERIODE 2004 SAMPAI DENGAN 2006 KRIPSI Program Studi Akuntansi Na ma : Tomy Abdul Malik NIM : 43205110013 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008 80 81