EFFECT OF MARKET SHARE, LEVERAGE RATIO, AND CAPITAL INTENSITY RATIO ON PROFITABILITY IN MANUFACTURING COMPANY INDONESIA STOCK EXCHANGE (Danu Kuncoro, Drs Supardi, MM, Dhiana Ekowati, SE., MM.) ABSTRACT The stock market is the investment vehicle for those who have surplus funds. Community to invest in the stock market with the aim of generating earnings or return on investment. Investment can be defined as an activity to place funds in one or more assets for a certain period in the hope to earn income and / or increase in value of investment. Purchase of shares in a company through capital market is one of the alternative forms of investment that many do when ini.Profitabilitas also be used to measure the company's position in the competitive high industri.Semakin reflects the higher profitability of firms in the competitive market forces. In this regard, it should improve the profitability of such companies make a positive issue, improved management companies, so investors interested in investing in order to increase the capital and in turn has implications for corporate profitability naikknya. For investors, relating to market share, leverage ratio, the ratio of capital intensity, profitability can be used as a basis for making investment decisions because this ratio measures the company's ability to produce levels of return on the investment made by the company. PENGARUH PANGSA PASAR, RASIO LEVERAGE, DAN RASIO INTENSITAS MODAL TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA (Danu Kuncoro, Drs Supardi, MM, Dhiana Ekowati, SE., MM.) ABSTRAK Pasar modal merupakan sarana investasi bagi pihak yang mempunyai kelebihan dana. Masyarakat melakukan investasi di pasar modal dengan tujuan memperoleh penghasilan atau kembalian atas investasi. Investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih asset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi. Pembelian saham suatu perusahaan melalui pasar modal merupakan salah satu alternatif bentuk investasi yang banyak dilakukan saat ini.Profitabilitas juga dapat digunakan untuk mengukur posisi perusahaan dalam persaingan industri.Semakin tinggi profitabilitas mencerminkan semakin tinggi kekuatan perusahaan dalam persaingan pasar. Sehubungan dengan hal ini, maka sebaiknya perusahaan meningkatkan profitabilitas misalnya membuat isu positif, perbaikan manajemen perusahaan, sehingga investor tertarik melakukan investasi dalam rangka meningkatkan modal dan pada akhirnya berimplikasi terhadap naikknya profitabilitas perusahaan. Bagi investor, berkaitan dengan pangsa pasar, rasio leverage, rasio intensitas modal, profitabilitas dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi karena rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan tingkat laba atas investasi yang dilakukan pada perusahaan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan sarana investasi bagi pihak yang mempunyai kelebihan dana. Masyarakat melakukan investasi di pasar modal dengan tujuan memperoleh penghasilan atau kembalian atas investasi. Investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih asset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi. Pembelian saham suatu perusahaan melalui pasar modal merupakan salah satu alternatif bentuk investasi yang banyak dilakukan saat ini. Saham merupakan penyertaan modal suatu perusahaan. Sebagai bukti dari penyertaan tersebut dikeluarkan surat saham kepada pemegang saham, sehingga seseorang yang memegang atau memiliki saham suatu perusahaan tertentu menjadi pemilik perusahaan. Tujuan utama perusahaan melakukan penanaman modal adalah adanya return. Menurut Husnan (1998), tujuan utama para pemodal menanamkan dananya pada sekuritas antara lain untuk mendapatkan return (tingkat pengembalian) yang maksimal, pada resiko tertentu akan memperoleh hasil tertentu pada resiko minimal. Kinerja perusahaan pada akhir periode dievaluasi untuk mengetahui perkembangan perusahaan. Proses evaluasi memerlukan standar tertentu sebagai dasar perbandingan. Standar yang digunakan dapat bersifat internal atau eksternal. Standar internal pada umumya mengacu pada perbandingan kinerja perusahaan saat ini dengan periode sebelumnya. Standar eksternal mengacu pada perbandingan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain dalam satu industri. Analisis kinerja keuangan perusahaan individual dengan menggunakan pendekatan industri relevan dalam persaingan industri, karena kinerja perusahaan tidak hanya dipengaruhi kegiatan internalnya tapi juga dipengaruhi faktor eksternal. Kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisinya dalam persaingan industri dapat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang bersangkutan. 1 Salah satu indikator penting dalam persaingan industri adalah daya tarik bisnis (bussiness attractiveness). Indikator daya tarik tersebut dapat diukur dari profitabilitas industri. Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba. Investor dan kreditor berkepentingan mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba saat ini maupun di masa yang akan datang. Semakin tinggi rasio ini akan menarik pendatang baru untuk masuk dalam industri (Woelfel, 1995). Indikator lain dalam persaingan industri adalah posisi relatif perusahaan dalam persaingan industri. Indikator posisi perusahaan dalam persaingan industri dapat diukur dari pangsa pasar (market share). Semakin tinggi pangsa pasar mencerminkan kekuatan perusahaan dalam persaingan pasar. Semakin tinggi pangsa pasar atau semakin tinggi penjualan relatif perusahaan dalam industri berarti semakin tinggi penerimaan perusahaan yang merupakan komponen penting dalam perhitungan laba. Dalam persaingan industri, hal penting yang perlu diperhatikan adalah tingkat hambatan keluar masuk industri (barrier to entry). Rasio intensitas modal digunakan sebagai indikator barrier to entry. Semakin tinggi rasio ini menjadi semakin tidak menarik bagi pendatang baru untuk masuk industri karena dibutuhkan lebih banyak asset untuk menghasilkan setiap unit penjualan. Rasio yang digunakan untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan adalah rasio leverage keuangan. Rasio ini berimplikasi dalam pengukuran resiko finansial perusahaan. Kreditor akan melihat modal sendiri perusahaan, atau dana yang disediakan pemilik untuk menetukan besarnya margin pengaman (margin of safety). Jika pemilik menyediakan dana sebagian kecil dari seluruh pembiayaan, maka resiko perusahaan ditanggung oleh para kreditor. Dana yang berasal dari hutang, pemilik memperoleh manfaat mempertahankan kendali perusahaan dengan investasi yang terbatas. Jika perusahaan memperoleh hasil yang lebih besar dari dana yang dipinjam dari pada yang harus dibayar sebagai bunga, maka hasil pengembalian untuk para pemilik akan meningkat. Penelitian ini pernah dilakukan oleh Murtini (2006) dengan judul pengaruh pangsa pasar, rasio leverage dan rasio intensitas modal terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur yang go-public di Indonesia Tahun 2001-2003. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pangsa pasar, rasio leverage, dan rasio intensitas modal berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan yang terdiri dati ROA dan ROE. Penelitian ini mencoba untuk melakukan penelitian ulang dengan perbedaan dengan penelitian terdahulu, dimana tahun penelitian terdahulu adalah 2001-2003, sedangkan penelitian ini dalam Tahun 2006-2008. Sampel perusahaan yang diteliti pada penelitian terdahulu adalah perusahaan manufaktur yang gopublic di Indonesia khususnya bergerak dalam bidang industri Food and Beverage, sedangkan penelitian ini seluruh bidang industri perusahaan manufaktur yang go-public di Indonesia. Pemilihan perusahaan manufaktur secara keseluruhan dengan maksud untuk menggeneralisasikan penelitian di atas. Peneliti yang telah menguji faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas yang dilakukan oleh Agustina (2005) dengan menggunakan variabel yaitu cash position, growth potential, firm, Dividen Payout Ratio tahun sebelumnya, return on equity, debt to equity, dividen payout ratio terhadap profitabilitas. Secara parsial hanya variabel cash position dan dividen payout ratio yang berpengaruh secara signifikan. Penelitian yang dilakukan Ningsih (2006) yang menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2002-2004, dengan variabel yang diteliti cash position, growth potential, Dividen Payout Ratio tahun sebelumnya, return on equity, earning pershare, dividen payout ratio tahun sebelumnya terhadap profitabilitas. Hasilnya, secara simultan variabel berpengaruh secara signifikan, tetapi secara parsial hanya variabel dividen payout ratio tahun sebelumnya yang berpengaruh signifikan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin meneliti kembali tentang pengaruh pangsa pasar, rasio leverage, dan rasio intensitas modal terhadap profitabilitas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Pangsa Pasar, Rasio Leverage, dan Rasio Intensitas Modal terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.Apakah pangsa pasar berpengaruh terhadap ROA? 2. Apakah rasio leverage berpengaruh terhadap ROA? 3.Apakah rasio intensitas modal berpengaruh terhadap ROA? 4.Apakah pangsa pasar, rasio leverage, dan rasio intensitas modal berpengaruh terhadap ROA? 5.Apakah pangsa pasar berpengaruh terhadap ROE? 6.Apakah rasio leverage berpengaruh terhadap ROE? 7.Apakah rasio intensitas modal berpengaruh terhadap ROE? 8.Apakah pangsa pasar, rasio leverage, dan rasio intensitas modal berpengaruh terhadap ROE? C. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan rentang waktu yang digunakan dalam penelitian ini selama Tahun 2006-2008. 2. Variabel keuangan meliputi Pangsa Pasar, Rasio Leverage, Rasio Intensitas Modal, dan Profitabilitas. 3. Periodesasi data penelitian mencakup data Tahun 2006-2008. D. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah : 1.Untuk mengetahui pengaruh pangsa pasar terhadap ROA? 2. Untuk mengetahui pengaruh rasio leverage terhadap ROA? 3.Untuk mengetahui pengaruh rasio intensitas modal terhadap ROA? 4.Untuk mengetahui pengaruh pangsa pasar, rasio leverage, dan rasio intensitas modal terhadap ROA? 5.Untuk mengetahui pengaruh pangsa pasar terhadap ROE? 6. Untuk mengetahui pengaruh rasio leverage terhadap ROE? 7.Untuk mengetahui pengaruh rasio intensitas modal terhadap ROE? 8.Untuk mengetahui pengaruh pangsa pasar, rasio leverage, dan rasio intensitas modal terhadap ROE? E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : 1. Bagi para investor dapat memberikan acuan pengambilan keputusan investasi terkait dengan tingkat dividen perusahaan 2. Bagi manajemen, menyajikan kinerja terbaik dan memperbaiki profitabilitas, rasio pangsa pasar, rasio leverage, dan intensitas modal, sehingga ketertarikan investor jangka panjang meningkat terhadap profitabilitas perusahaan. 3. Bagi akademisi, mengembangkan teori ilmu akuntansi dan keuangan, khususnya mengenai profitabilitas perusahaan. F. Sistematika Penulisan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian BAB II. LANDASAN TEORI A. Landasan Teori B. Kajian Pustaka C. Hipotesis BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Populasi dan Sampel C. Data D. Definisi Operasionalisasi Variabel Penelitian E. Metode Analisis Data BAB IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif B. Analisis Kuantitatif C. Pengujian Hipotesis D. Pembahasan BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Informasi Akuntansi Informasi akuntansi pada dasarnya terdiri dari data keuangan mengenai transaksi usaha yang dinyatakan dalam ukuran uang. Bentuk pencatatan data transaksi dapat bermacammacam, misalnya ditulis tangan dengan pensil atau pena atau dicetak dengan alat-alat mekanik dan elektronik. 2. Pengertian Akuntansi Akuntansi sering dijuluki sebagai “bahasa bisnis” (language of business). Perubahan yang cepat dalam masyarakat kita telah menyebabkan semakin kompleksnya “bahasa” tersebut yang digunakan untuk mencatat, mengikhtisarkan, melaporkan, dan menginterpretasikan data dasar ekonomi untuk keperluan perorangan, pengusaha, pemerintah dan anggota masyarakat lainnya. Dalam A Statement of Basic Accounting Theory, akuntansi telah didefinisikan secara luas sebagai berikut; proses mengenali, mengukur, dan mengkomunikasikan informasi ekonomi untuk memperoleh pertimbangan dan keputusan yang tepat oleh pemakai informasi yang bersangkutan. Keputusan-keputusan tepat yang didasarkan pada informasi yang terpercaya, sangat penting dalam rangka distribusi dan penggunaan sumber daya yang ada. Karena itu akuntansi memainkan peran penting dalam tatanan ekonomi. 3. Penggunaan Informasi Akuntansi Tercantum dalam Baridwan (1999:3), Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) Nomor 1 menyatakan bahwa pelaporan keuangan harus menyediakan informasi : a. Berguna bagi investor dan kreditor yang ada dan potensial, serta pemakai lainnya dalam membuat keputusan investasi, pemberian kredit dan keputusan lainnya. b. Dapat membantu investor dan kreditor yang ada dan potensial, serta pemakai lainnya untuk menaksirkan jumlah, waktu dan ketidakpastian dari penerimaan uang di masa yang akan datang yang berasal dari penjualan, pelunasan atau jatuh temponya surat-surat berharga atau pinjaman-pinjaman. c. Menunjukkan sumber-sumber tersebut (kewajiban perusahaan untuk mentransfer sumbersumber ke perusahaan lain dan ke pemilik perusahaan), dan pengaruh-pengaruh dari transaksi- 8 transaksi, kejadian-kejadian, keadaan-keadaan yang mempengaruhi sumber-sumber serta klaim atas sumber-sumber tersebut. 4. Kualitas Informasi Karena fungsi akuntansi telah menyediakan data kuantitatif yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan, perlu dijaga agar data yang disajikan mempunyai kualitas tertentu. Kriteria informasi akuntansi adalah harus berguna untuk pengambilan keputusan. Agar dapat berguna, informasi itu harus mempunyai dua sifat utama, yaitu relevan dan dapat dipercaya. Agar informasi itu relevan, ada tiga sifat yang harus dipenuhi yaitu mempunyai nilai prediksi, nilai umpan balik dan tepat waktu. Informasi yang dapat dipercaya mempunyai tiga sifat juga yang harus dipenuhi, yaitu dapat diperiksa, netral dan menyajikan yang seharusnya. Disamping dua sifat utama tersebut, informasi akuntansi juga mempunyai dua sifat sekunder yaitu dapat dibandingkan dan konsisten. 5. Laporan Keuangan a. Pengertian dan Arti Penting Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan dan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan bertujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh pemilik perusahaan. Disamping itu laporan keuangan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan, sehingga keberadaan laporan keuangan sangatlah penting guna memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan. b. Tujuan Laporan Keuangan Dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan, manajemen perusahaan memikul tanggungjawab utama dan juga berkepentingan dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan meskipun mempunyai akses terhadap informasi manajemen dan keuangan tambahan yang membantu dalam melaksanakan tanggungjawab perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang diterbitkan didasarkan pada informasi yang digunakan manajemen tentang posisi keuangan, serta perubahan posisi keuangan. Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam menilai kinerja manajemen perusahaan untuk membuat keputusan. Menurut Standart Akuntansi Keuangan (SAK) 2004, tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut : 1) Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2) Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu. 3) Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. c. Pemakai Laporan Keuangan Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembagalembaganya dan masyarakat. Mereka menggunakan beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) 2004, beberapa kebutuhan informasi tersebut meliputi : 1) Investor Pemilik modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada investasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. 2). Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai profitabilitas dari perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, pensiun dan kesempatan kerja. 3). Pemberi Pinjaman Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. d. Pemasok dan Kreditor Usaha Lainnya Pemasok tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang berhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. e. Pelanggan Pelanggan tertarik dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau tergantung pada perusahaan. f. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan. g. Masyarakat Perusahaan mempengaruhi kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya. 6. Pasar Modal (Bursa Efek) Pasar modal pada dasarnya tidak berbeda dengan pasar lainnya. Pada pasar lain umumnya pembeli dapat memperoleh segala keterangan atau informasi dari penjual sedangkan di pasar modal, informasi diperoleh antara lain dengan membaca prospek perusahaan. Hal yang mungkin membedakan pasar modal dengan pasar lainnya adalah pasar modal bersifat abstrak yaitu pembeli tidak mendapat informasi langsung dari penjual dan juga bersifat konkrit yaitu berupa lembar surat berharga yang mempunyai keterikatan dalam investasi. Secara sederhana pasar modal diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli yang terdapat di bursa. Penjual dan pembeli di bursa kemudian mengadakan transaksi jual beli efek. Dalam pasal 1 (13) Undang-undang Republik Indonesia No.8 Tahun 1995 tentang pasar modal memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik yaitu : “Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” Definisi lain pasar modal (Husnan, 1998:3) : “Pasar modal sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang dan bisa diperjualbelikan baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.” Bursa efek merupakan tempat (dalam arti fisik) kegiatan perdagangan sekuritas-sekuritas (secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya). Sebelumnya di Indonesia terdapat dua bursa, yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES), namun mulai Desember 2008, nama BEJ dan BES diubah menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengertian bursa efek dalam pasal 1 (4) Undang-undang Republik Indonesia No.8 Tahun 1995 tentang pasar modal menyebutkan bahwa: “Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.” Kata bursa memberi kesan istilah mengambil kata asing bourse yang berarti tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk komoditi tertentu dan yang menyelenggarakannya melalui prosedur pedagang perantara (Sumarmo, 1990:9). Makin luasnya cakupan perdagangan nasional maupun internasional kita sekarang dapat menyaksikan adanya bursa uang, bursa komoditi dan bursa efek. Dalam kenyataannya pasar modal itu atau dikenal sebagai bursa efek atau dalam bahasa Inggris disebut Securities Exchange atau Stock Market, seperti yang tampak dalam istilahnya berbeda, namun pada intinya sama yaitu merupakan tempat bertemunya penjual dana dan pembeli dana yang di pasar modal atau bursa tersebut diperantarai oleh para anggota bursa selaku pedagang perantara perdagangan efek untuk melakukan transaksi jual beli (Sumarmo, 1990:10). Upaya untuk mengendalikan dan melaksanakan pasar modal di Indonesia diserahkan kepada BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) di bawah Departemen Keuangan yang bertugas untuk mengadakan penilaian terhadap perusahaan yang akan bermasyarakat, juga memberikan perlindungan terhadap kepentingan masyarakat. 7. Teori Keagenan Dalam teori keagenan dijelaskan bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan pemegang saham seringkali bertentangan, sehingga bisa terjadi konflik diantaranya. Hal tersebut terjadi karena manajer cenderung berusaha mengutamakan kepentingan pribadi. Pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer, karena hal tersebut akan menambah cost perusahaan sehingga akan menurunkan keuntungan yang diterima pemegang saham. Pemegang saham menginginkan agar cost tersebut dibiayai oleh utang tetapi manajer tidak menyukai dengan alasan bahwa utang mengandung resiko yang tinggi. Berbagai konflik kepentingan dalam perusahaan baik antara manajer dengan pemilik saham (shareholders), manajer dengan debtholders; dan manajer dengan shareholders dengan debtholders (Brigham, Eugene, dan Gapenski, Luis C, 1999) disebabkan adanya hubungan keagenan atau agency relationship. Menurut Jensen dan Meckling dalam Agus Sartono mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak yang mana satu atau lebih pemilik (principal) menggunakan orang lain atau manajer (agent) untuk menjalankan aktivitas perusahaan. Masalah keagenan potensial terjadi bila proporsi kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari 100 persen sehingga manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepentingannya sendiri, dan bukan memaksimumkan nilai perusahaan dalam pengambilan keputusan pendanaan. Sebagai contoh dari hal tersebut adalah, manajer-pemilik mungkin saja tidak gigih lagi dalam memaksimumkan kekayaan pemegang saham karena jatahnya atas kekayaan tersebut telah berkurang, atau mungkin saja dia menetapkan gaji yang besar bagi dirinya, atau menambah fasilitas eksekutif, karena diantaranya akan menjadi beban pemegang saham lainnya. Kemungkinan timbulnya pertikaian diantara kedua kelompok ini (manajer sebagai agen dan principal sebagai pemegang saham dari luar) merupakan salah satu bentuk dari masalah keagenan. Pertikaian lain yang bisa timbul diantara manajer dan pemegang saham adalah menyangkut leveraged buyout (pengambilalihan saham dengan memanfaatkan fasilitas kredit perseroan itu sendiri), yaitu manajemen mengadakan perjanjian kredit, mengadakan penawaran kepada pemegang saham untuk membeli saham-saham yang belum dimiliki oleh kelompok manajemen (tender-offer) atau mengambil alih hak milik atas perusahaan tersebut setelah semua saham yang beredar dibeli. Dalam keputusan pendanaan, para pemegang saham hanya peduli terhadap resiko sistematik dari saham perusahaan, karena mereka melakukan investasi pada portofolio yang terdiversifikasi dengan baik. Tapi manajer sebaliknya, manajer lebih peduli pada resiko perusahaan secara keseluruhan. Ada 2 alasan yang mendasari, menurut Fama yang terdapat dalam Fauzan (2002) adalah (1) bagian substantif dari kekayaan mereka di dalam spesifik human capital perusahaan, yang membuat mereka non-diversiviabel (2) manajer akan terancam reputasinya, demikian juga kemampuan menghasilkan earning perusahaan, jika perusahaan mengalami kebangkrutan. Kesimpulannya, menurut teori keagenan para manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan mereka sendiri, bukan berdasarkan maksimalisasi nilai dalam pengambilan keputusan pendanaan. Pendapat lain didasarkan pada asumsi bahwa para manajer yang bertanggung jawab terhadap keputusan-keputusan keuangan tidak mampu melakukan diversifikasi dalam human capital (Fama dalam Fauzan 2002). 8. Mekanisme untuk Mengurangi Masalah Keagenan Jensen dan Meckling dalam Erni Masdupi (2005), mengatakan bahwa mekanisme untuk mengatasi konflik keagenan antara lain dengan meningkatkan kepemilikan insider (insider ownership) sehingga dapat mensejajarkan kepentingan pemilik dengan manajer. Utang merupakan suatu mekanisme lain yang bisa digunakan untuk mengurangi atau mengontrol konflik keagenan. Penggunaan utang juga akan meningkatkan resiko, oleh karena itu manajer akan lebih berhati-hati karena resiko utang nondiversiviable manajer lebih besar daripada investor public. Dengan kata lain, perusahaan yang menggunakan utang dalam pendanaannya dan tidak mampu melunasi kembali utang tersebut akan terancam likuiditasnya sehingga pada gilirannya akan mengancam posisi manajemen. Pada penelitian Erni Masdupi (2005), berpendapat bahwa utang yang terlalu besar akan menimbulkan konflik keagenan antara shareholders dengan debtholders sehingga memunculkan biaya keagenan utang. Utang yang terlalu besar meningkatkan keinginan shareholders untuk memilih proyek-proyek yang lebih beresiko dengan harapan akan memperoleh return yang lebih tinggi. Apabila proyek berhasil, maka return akan meningkat dan debtholders hanya menerima sebesar tingkat bunga. Sisanya, jika proyek tersebut gagal maka mereka dapat mengalihkan penaggungan resiko pada pihak kreditur. Menurut Jensen dan Meckling dalam Erni Masdupi (2005), perusahaan yang semakin besar akan potensial terkena agency problem sebagai akibat terjadinya pemisahan fungsi pengambil keputusan dan penanggung resiko (risk beating). Dalam keadaan ini manajer punya kecenderungan untuk melakukan konsumsi atas keuntungan-keuntungan tambahan secara berlebihan, karena resiko yang ditanggungnya relatif sama dan ini disebut agency cost of equity. Untuk meminimumkan konflik kepentingan antara insider dengan pemegang saham, maka diperlukan suatu mekanisme yang dapat mensejajarkan kepentingan yang terkait. Hal ini akan menyebabkan munculnya biaya yang disebut agency cost (biaya keagenan). Suhartono (2004), untuk menjamin agar para manajer melakukan yang terbaik bagi pemegang saham, perusahaan harus menanggung biaya keagenan (agency cost) yang dapat berupa: (1) pengeluaran untuk memantau tindakan manajemen, (2) pengeluaran untuk menata struktur organisasi sehingga kemungkinan timbulnya perilaku manajer yang tidak dikehendaki semakin kecil, (3) biaya kesempatan (opportunity cost) karena hilangnya kesempatan memperoleh laba sebagai akibat dibatasinya kewenangan manajemen sehingga tidak dapat mengambil keputusan dengan tepat waktu. Agency cost dapat diminimalisirkan dengan meningkatkan pengawasan (monitoring) terhadap perusahaan. Monitoring tersebut tidak hanya terbatas dilakukan oleh pihak dari dalam perusahaan, namun juga dapat dilakukan dari pihak eksternal perusahaan (terutama investor institusional). Tingkat kepemilikan insider yang lebih tinggi terbukti lebih efektif dalam menurunkan biaya keagenan. Bathala et al., juga menemukan bahwa kepemilikan institusional dapat berperan sebagai substitusi dari kepemilikan manajerial dan leverage dalam mengendalikan biaya keagenan. Ada beberapa alternatif untuk mengurangi konflik kepentingan dan biaya keagenan (agency cost), alternatif pertama adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen. Kepemilikan ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham. Dengan adanya kepemilikan saham maka insiders akan merasakan langsung akibat dari keputusan yang diambilnya sehingga tidak mungkin manajer bertindak oportunistic lagi. Alternatif kedua adalah dengan meningkatkan pendanaan dengan utang. Peningkatan utang akan menurunkan skala konflik antara pemegang saham dengan manajemen. Hal itu dapat dipahami karena apabila perusahaan memerlukan kredit, maka harus siap untuk dievaluasi dan dimonitor oleh pihak eksternal dan berarti akan mengurangi konflik antara manajemen dengan pemegang saham. Disamping itu utang juga akan menurunkan kelebihan aliran kas (excess cash flow) yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan yang dilakukan manajemen. Alternatif ketiga adalah institusional investor sebagai monitoring agent. Moh’d et al., (1998) menyatakan bahwa bentuk distribusi saham diantara pemegang saham dari luar (outside shareholders) yaitu institusional investor dan shareholders dispersion dapat mengurangi agency cost. Hal ini disebabkan karena kepemilikan merupakan sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya menantang keberadaan manajemen, maka konsentrasi atau penyebaran power menjadi suatu hal yang relevan. Kepemilikan saham oleh institusi merupakan salah satu monitoring agent penting yang memainkan peranan secara aktif dan konsisten dalam melindungi investasi saham yang mereka pertaruhkan di dalam perusahaan. Mekanisme monitoring tersebut akan menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham. 9. Rasio Keuangan Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan rasio yang berhubungan dengan persaingan industri, yaitu rasio profitabilitas, rasio leverage dan rasio intensitas modal. Rasio profitabilitas (Suad Husnan, 1998) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Laba inilah yang akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan apakah dividen tunai atau dividen saham. Laba suatu perusahaan dapat ditahan (sebagai laba ditahan) dan dapat dibagi (sebagai dividen). Oleh karena itu, peningkatan laba bersih suatu perusahaan akan meningkatkan tingkat pengembalian investasi berupa pendapatan dividen. Profitabilitas dapat diukur melalui jumlah laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi/aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik. Rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Ang, 1997). Perusahaan yang memiliki stabilitas keuntungan dapat menetapkan tingkat pembayaran dividen dengan yakin dan mensinyalkan kualitas atas keuntungan mereka. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA dan ROE. ROA digunakan untuk melihat tingkat efisiensi operasi perusahaan secara keseluruhan, sedangkan ROE mengukur pengembalian absolut yang akan diberikan perusahaan kepada pemegang saham. Rasio profitabilitas yang digunakan adalah Return on Asset (ROA). ROA menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti kinerja perusahaan semakin baik dan ROE mengukur seberapa banyak keuntungan yang menajdi hak pemilik modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti kinerja perusahaan semakin baik. Pangsa pasar (market share) digunakan untuk mengukur posisi perusahaan dalam persaingan industri. Semakin tinggi pangsa pasar mencerminkan semakin tinggi kekuatan perusahaan dalam persaingan pasar. Rasio leverage, rasio leverage adalah rasio yang mengukur perbandingan antara dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan dana yang berasal dari kreditor perusahaan. Rasio leverage yang digunakan adalah Total Debt to Total Assets (DTA) dan Debt to Equity (DER). Total Debt to Total Assets (DTA) mengukur besarnya total aktiva yang dibiayai oleh kreditur perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin banyak uang kreditur yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan laba, sedangkan Debt to Equity (DER) merupakan perbandingan antara total hutang dan ekuitas atau pemegang saham perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar resiko yang dihadapi dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva. Rasio intensitas modal adalah perputaran harta (total assets turn over) perputaran seluruh harta perusahaan dan dihitung dari penjualan dibagi dengan jumlah harta. Rasio intensitas modal menunjukkan efisiensi di mana perusahaan menggunakan seluruh aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efisien penggunaan aktiva tersebut. Laba bersih perusahaan dapat diperlakukan menjadi dua, yaitu diinvestasikan kembali kedalam asset yang produktif, dibayar untuk melunasi kewajiban yang dibagikan sebagai dividen (Pratt, 2002 dalam Suharli, 2005). Dividen disebutkan sebagai bagian laba/earning/income yang dibagi. Income berdasarkan penerimaannya dapat diklasifikasikan menjadi 4 konsep yaitu : 1. Konsep Laba Bersih untuk investor (Net Income to Investor) 2. Konsep Laba Bersih perusahaan (Enterprise Net Income Concept) 3. Konsep Laba Bersih untuk pemegang saham (Net Income to Shareholder Concept) 4. Konsep Laba Bersih untuk pemilik residual ekuitas (Net Income to Residual Equity Holders) Dividen adalah merupakan aliran kas yang berupa imbalan yang dibayarkan oleh perusahaan atau emiten kepada pemegang saham atau investor. Persentase dari laba yang akan dibagikan sebagai dividen disebut Dividen Payout Ratio (DPR). Dividen Payout Ratio yang dibagikan, ditentukan oleh perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham setiap tahun yang dilakukan berdasarkan besar kecilnya laba bersih setelah pajak. Jumlah dividen yang dibayarkan akan mempengaruhi harga saham atau kesejahteraan pemegang saham. Rasio profitabilitas dapat diukur dengan return on assets (ROA) dan return on equity (ROE). Rasio profitabilitas industri yang diukur dari ROA dan ROE mencerminkan daya tarik bisnis (business attractiveness). Analisis pangsa pasar mencerminkan kinerja pemasaran yang dikaitkan dengan posisi persaingan perusahaan dalam satu industri. Gale (dalam Suad Husnan, 1998) menyatakan bahwa dalam pertumbuhan yang sangat cepat (fluktuasi yang tinggi), besarnya pangsa pasar cenderung tidak signifikan. Pangsa pasar walaupun berpengaruh tetapi hasilnya tidak signifikan. Artinya terdapat tingkat resiko yang tinggi bila manajemen ingin melakukan ekspansi pasar secara agresif. Fluktuasi bisnis perusahaan berdampak besar terhadap keuntungan pemilik ekuitas bila sebagian modal perusahaan dibiayai oleh hutang. Oleh karena itu leverage keuangan meningkatkan resiko pemilik modal. Martono (2002) menyatakan bahwa resiko leverage keuangan berpengaruh megatif terhadap profitabilitas perusahaan karena semakin tinggi penggunaan hutang menyebabkan manfaat penghematan pajak yang diperoleh dari hutang menjadi berkurang, sebaliknya financial distress perusahaan justru meningkat. Peningkatan tersebut menyebabkan rating obligasi perusahaan menurun dan pada akhirnya biaya hutang menjadi semakin besar. Commanor dan Wilson (dalam Suad Husnan, 1998) menemukan bukti bahwa pada tingkat konsentrasi tinggi rasio ini berpengaruh positif dan signifikan terhadap prifitabilitas. Hal ini tidak sesuai teori bahwa intensitas merupakan hambatan masuk industri sehingga semakin tinggi intensitas modal menyebabkan pendatang baru enggan masuk industri karena tidak menarik. Intensitas modal yang tinggi berarti semakin tinggi aktiva yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menghasilkan setiap unit penjualan sehingga tidak efisien. B. Kajian Pustaka Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Murtini dan Anggraeni (2006) dengan judul Pengaruh Pangsa Pasar, Rasio Leverage dan Rasio Intensitas Modal terhadap Profitabilitas (ROA dan ROE) Perusahaan Manufaktur yang Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 1999-2003. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pangsa Pasar, Rasio Leverage dan Rasio Intensitas Modal berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur yang Go di Indonesia khususnya perusahaan yang bergerak dalam bidang industri food dan beverage. Peneliti yang telah menguji faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas yang dilakukan oleh Agustina (2005) dengan menggunakan variabel yaitu cash position, growth potential, firm, tingkat penjualan, return on equity, debt to equity, dividen payout ratio terhadap profitabilitas. Secara parsial hanya variabel cash position dan dividen payout ratio yang berpengaruh secara signifikan. Penelitian yang dilakukan Ningsih (2006) yang menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2002-2004, dengan variabel yang diteliti cash position, growth potential, tingkat penjualan, return on equity, earning pershare, tingkat penjualan terhadap profitabilitas. Hasilnya, secara simultan variabel berpengaruh secara signifikan, tetapi secara parsial hanya variabel tingkat penjualan yang berpengaruh signifikan. Penelitian yang dilakukan Cyrillius (2005) yang menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, dengan variabel yang diteliti profitabilitas industri, rasio leverage keuangan tertimbang, dan intensitas modal tertimbang, serta pangsa pasar terhadap ROA dan ROE. Hasilnya, secara simultan variabel profitabilitas industri, rasio leverage keuangan tertimbang, dan intensitas modal tertimbang, serta pangsa pasar berpengaruh secara signifikan terhadap ROA dan ROE. Penelitian ini mencoba untuk melakukan penelitian ulang yang pernah dilakukan oleh Murtini (2006) dengan sampel penelitian perusahaan manufaktur secara keseluruhan. C. Hipotesis Dari uraian di atas, maka peneliti menggunakan hipotesis : H1 : Rasio pangsa pasar berpengaruh terhadap ROA. H2 : Rasio leverage berpengaruh terhadap ROA. H3 : Rasio rasio intensitas berpengaruh terhadap ROA. H4 : Pangsa pasar, rasio leverage, dan rasio intensitas modal berpengaruh terhadap ROA. H5 : Rasio pangsa pasar berpengaruh terhadap ROE. H6 : Rasio leverage berpengaruh terhadap ROE. H7 : Rasio rasio intensitas modal berpengaruh terhadap ROE. H8 : Pangsa pasar, rasio leverage, dan rasio intensitas modal berpengaruh terhadap ROE. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian replikasi dengan menggunakan metode survei yakni pengamatan dan penyelidikan secara kritis untuk mendapatkan keterangan yang tepat terhadap suatu persoalan dan obyek tertentu di daerah kelompok komunitas atau lokasi tertentu akan ditelaah (Ruslan, 2004 : 21). B. Populasi dan Sampel Perusahaan yang dijadikan replikasi sampel adalah perusahaan manufaktur yang gopublic di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah : pertama, perusahaan telah mempublikasikan laporan keuangan selama Tahun 20062008, kedua, perusahaan bergerak di bidang manufaktur. Berikut ini sampel penelitian yang memenuhi kriteria : Tabel 3.1 Daftar Perusahaan No. Perusahaan Code 1 PT. AKR. CORPORINDO Tbk. AKRA 2 PT. ARWANA CITRAMULIA Tbk. ARNA 3 PT. ASTRA INTERNATIONAL Tbk. ASII 4 PT. SEPATU BATA Tbk. BATA 5 PT. CAHAYA KALBAR Tbk. CEKA 6 PT. COLORPAK INDONESIA Tbk. CLPI 7 PT. FAST FOOD INDONESIA Tbk. FAST 8 PT. FAJAR SURYA WISESA Tbk. FASW 9 PT. GOODYEAR INDONESIA Tbk. GDYR 10 PT. GUDANG GARAM Tbk. GGRM 11 PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk. INDF 12 PT. INDORAMA SYNTETICS Tbk. INDR 13 PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. INTP 14 PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk. KAEF 15 PT. KALBE FARMA Tbk. KLBF No. Perusahaan Code 16 PT. LAUTAN LUAS Tbk. LTLS 17 PT. MERCK Tbk. MERK 18 PT. MUSTIKA RATU Tbk. MRAT 19 PT. MAYORA INDAH Tbk. MYOR 20 PT. BENTOEL INTERNATIONAL INVESTAMA Tbk. RMBA 21 PT. SUCACO Tbk. SCCO 22 PT. SEKAR LAUT Tbk. SKLT 23 PT. SMAR Tbk. SMAR 24 PT. HOLCIM INDONESIA Tbk. SMCB 25 PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) TbK. SMGR 26 PT. SORINI AGRO ASIA CORPORINDO Tbk. SOBI 27 PT. INDO ACIDATAMA Tbk. SRSN 28 PT. SIANTAR TOP Tbk. STTP 29 PT. TUNAS BARU LAMPUNG Tbk. TBLA 30 PT. TRIAS SENTOSA Tbk. TRST 31 PT. SURYA TOTO INDONESIA TbK. TOTO 32 PT. ULTRA JAYA MILK Tbk. ULTJ 33 PT. VOKSEL ELECTRIC Tbk. VOKS Sumber: ICMD, 2006-2008. C. Data Data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut diambil dari Indonesia Capital Market Dictionary (ICMD) Tahun 2006-2008. Data-data sekunder yang diambil meliputi daftar nama perusahaan, laporan keuangan tahunan perusahaan yang berakhir 31 Desember 2006 sampai dengan 31 Desember 2008 berupa neraca, laporan laba rugi, dan catatan laporan keuangan, dan data yang diambil adalah Pangsa Pasar, Rasio Leverage, Rasio Intensitas Modal, Total Aset, dan Profitabilitas (ROA dan ROE). D. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan rasio yang berhubungan dengan persaingan industri, yaitu rasio profitabilitas, rasio pangsa pasar, rasio leverage, dan rasio intensitas modal. 1. Rasio profitabilitas (Suad Husnan, 1998) Rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA dan ROE. ROA digunakan untuk melihat tingkat efisiensi operasi perusahaan secara keseluruhan, sedangkan ROE mengukur pengembalian absolut yang akan diberikan perusahaan kepada pemegang saham. Rasio profitabilitas yang digunakan adalah : a. Return on Asset (ROA) ROA menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan (Husnan dalam Murtini, 2006). Semakin tinggi rasio ini berarti kinerja perusahaan semakin baik. Earning Afteer Tax x 100% ROA = Total Akktiva b. Return on Equity (ROE) OE menguku ur seberapa banyak keuuntungan yaang menjadii hak pemiliik modal seendiri RO (Suuad Husnan, 1998). Sem makin tinggii rasio ini berarti b kinerjja perusahaaan semakin baik. = Earning After Af Tax ROE x 100% = Modal Sendiri S 2. Pangsaa pasar (Marrket Share) Pangsa pasarr digunakan untuk menngukur posissi perusahaaan dalam persaingan inddustri (Suad Husnan, 19 998). Semakiin tinggi paangsa pasar mencerminkkan semakinn tinggi kekuuatan perusaahaan dalam persaingan pasar. p Pangsa pasar p = Pennjualan x 100% 1 Total Penjualan 3. Rasio leverage Raasio leveragee yaitu rasioo yang menggukur perbanndingan antarra dana yangg disediakann oleh pemilikk perusahaaan dengan daana yang beerasal dari krreditor perusahaan. Rassio leverage yang digunaakan adalah Debt D to Equuity (DER), rasio r ini merrupakan perbbandingan anntara total hu dan ekkuitas atau pemegang p saaham peusahhaan. Semakkin tinggi rasio ini berarrti semakin resiko yang dihad dapi dan invvestor akan meminta tiingkat keunttungan yangg semakin t (Suad Husnan, 19 998). Rasio yang tingggi juga mennunjukkan proporsi p moddal sendiri mbiayai aktivva. rendahh untuk mem D DER 4. Rasio Intensitas Modal M R Rasio Intensittas Modal addalah perputtaran harta (ttotal assets turn t over) peerputaran se harta perusahaan p dan dihitungg dari penjuualan dibagii dengan juumlah harta. Rasio inten modal menunjukk kan efisiensii di mana perusahaan p menggunakkan seluruh aktivanya u