effect of market share, leverage ratio, and capital

advertisement
EFFECT OF MARKET SHARE, LEVERAGE RATIO, AND CAPITAL INTENSITY
RATIO ON PROFITABILITY IN MANUFACTURING COMPANY INDONESIA
STOCK EXCHANGE
(Danu Kuncoro, Drs Supardi, MM, Dhiana Ekowati, SE., MM.)
ABSTRACT
The stock market is the investment vehicle for those who have surplus funds. Community to
invest in the stock market with the aim of generating earnings or return on investment.
Investment can be defined as an activity to place funds in one or more assets for a certain period
in the hope to earn income and / or increase in value of investment. Purchase of shares in a
company through capital market is one of the alternative forms of investment that many do when
ini.Profitabilitas also be used to measure the company's position in the competitive high
industri.Semakin reflects the higher profitability of firms in the competitive market forces. In this
regard, it should improve the profitability of such companies make a positive issue, improved
management companies, so investors interested in investing in order to increase the capital and
in
turn
has
implications
for
corporate
profitability
naikknya.
For investors, relating to market share, leverage ratio, the ratio of capital intensity, profitability
can be used as a basis for making investment decisions because this ratio measures the
company's ability to produce levels of return on the investment made by the company.
PENGARUH PANGSA PASAR, RASIO LEVERAGE, DAN RASIO
INTENSITAS MODAL TERHADAP PROFITABILITAS
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
(Danu Kuncoro, Drs Supardi, MM, Dhiana Ekowati, SE., MM.)
ABSTRAK
Pasar modal merupakan sarana investasi bagi pihak yang mempunyai kelebihan dana.
Masyarakat melakukan investasi di pasar modal dengan tujuan memperoleh penghasilan atau
kembalian atas investasi. Investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menempatkan dana
pada satu atau lebih asset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan
dan atau peningkatan nilai investasi. Pembelian saham suatu perusahaan melalui pasar modal
merupakan salah satu alternatif bentuk investasi yang banyak dilakukan saat ini.Profitabilitas
juga dapat digunakan untuk mengukur posisi perusahaan dalam persaingan industri.Semakin
tinggi profitabilitas mencerminkan semakin tinggi kekuatan perusahaan dalam persaingan pasar.
Sehubungan dengan hal ini, maka sebaiknya perusahaan meningkatkan profitabilitas misalnya
membuat isu positif, perbaikan manajemen perusahaan, sehingga investor tertarik melakukan
investasi dalam rangka meningkatkan modal dan pada akhirnya berimplikasi terhadap naikknya
profitabilitas perusahaan.
Bagi investor, berkaitan dengan pangsa pasar, rasio leverage, rasio intensitas modal,
profitabilitas dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi karena rasio ini
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan tingkat laba atas investasi yang
dilakukan pada perusahaan tersebut.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasar modal merupakan sarana investasi bagi pihak yang mempunyai kelebihan dana.
Masyarakat melakukan investasi di pasar modal dengan tujuan memperoleh penghasilan atau
kembalian atas investasi. Investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menempatkan dana
pada satu atau lebih asset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh
penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi. Pembelian saham suatu perusahaan melalui
pasar modal merupakan salah satu alternatif bentuk investasi yang banyak dilakukan saat ini.
Saham merupakan penyertaan modal suatu perusahaan. Sebagai bukti dari penyertaan tersebut
dikeluarkan surat saham kepada pemegang saham, sehingga seseorang yang memegang atau
memiliki saham suatu perusahaan tertentu menjadi pemilik perusahaan. Tujuan utama
perusahaan melakukan penanaman modal adalah adanya return. Menurut Husnan (1998),
tujuan utama para pemodal menanamkan dananya pada sekuritas antara lain untuk
mendapatkan return (tingkat pengembalian) yang maksimal, pada resiko tertentu akan
memperoleh hasil tertentu pada resiko minimal.
Kinerja perusahaan pada akhir periode dievaluasi untuk mengetahui perkembangan
perusahaan. Proses evaluasi memerlukan standar tertentu sebagai dasar perbandingan. Standar
yang digunakan dapat bersifat internal atau eksternal. Standar internal pada umumya mengacu
pada perbandingan kinerja perusahaan saat ini dengan periode sebelumnya. Standar eksternal
mengacu pada perbandingan kinerja perusahaan dengan perusahaan lain dalam satu industri.
Analisis kinerja keuangan perusahaan individual dengan menggunakan pendekatan industri
relevan dalam persaingan industri, karena kinerja perusahaan tidak hanya dipengaruhi kegiatan
internalnya tapi juga dipengaruhi faktor eksternal. Kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan posisinya dalam persaingan industri dapat berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan yang bersangkutan.
1
Salah satu indikator penting dalam persaingan industri adalah daya tarik bisnis
(bussiness attractiveness). Indikator daya tarik tersebut dapat diukur dari profitabilitas industri.
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba. Investor dan
kreditor berkepentingan mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba saat
ini maupun di masa yang akan datang. Semakin tinggi rasio ini akan menarik pendatang baru
untuk masuk dalam industri (Woelfel, 1995). Indikator lain dalam persaingan industri adalah
posisi relatif perusahaan dalam persaingan industri. Indikator posisi perusahaan dalam
persaingan industri dapat diukur dari pangsa pasar (market share). Semakin tinggi pangsa
pasar mencerminkan kekuatan perusahaan dalam persaingan pasar. Semakin tinggi pangsa
pasar atau semakin tinggi penjualan relatif perusahaan dalam industri berarti semakin tinggi
penerimaan perusahaan yang merupakan komponen penting dalam perhitungan laba. Dalam
persaingan industri, hal penting yang perlu diperhatikan adalah tingkat hambatan keluar masuk
industri (barrier to entry). Rasio intensitas modal digunakan sebagai indikator barrier to entry.
Semakin tinggi rasio ini menjadi semakin tidak menarik bagi pendatang baru untuk masuk
industri karena dibutuhkan lebih banyak asset untuk menghasilkan setiap unit penjualan.
Rasio yang digunakan untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan adalah rasio
leverage keuangan. Rasio ini berimplikasi dalam pengukuran resiko finansial perusahaan.
Kreditor akan melihat modal sendiri perusahaan, atau dana yang disediakan pemilik untuk
menetukan besarnya margin pengaman (margin of safety). Jika pemilik menyediakan dana
sebagian kecil dari seluruh pembiayaan, maka resiko perusahaan ditanggung oleh para
kreditor. Dana yang berasal dari hutang, pemilik memperoleh manfaat mempertahankan
kendali perusahaan dengan investasi yang terbatas. Jika perusahaan memperoleh hasil yang
lebih besar dari dana yang dipinjam dari pada yang harus dibayar sebagai bunga, maka hasil
pengembalian untuk para pemilik akan meningkat.
Penelitian ini pernah dilakukan oleh Murtini (2006) dengan judul pengaruh pangsa
pasar, rasio leverage dan rasio intensitas modal terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur
yang go-public di Indonesia Tahun 2001-2003. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pangsa pasar, rasio leverage, dan rasio intensitas modal berpengaruh terhadap profitabilitas
perusahaan yang terdiri dati ROA dan ROE. Penelitian ini mencoba untuk melakukan
penelitian ulang dengan perbedaan dengan penelitian terdahulu, dimana tahun penelitian
terdahulu adalah 2001-2003, sedangkan penelitian ini dalam Tahun 2006-2008. Sampel
perusahaan yang diteliti pada penelitian terdahulu adalah perusahaan manufaktur yang gopublic di Indonesia khususnya bergerak dalam bidang industri Food and Beverage, sedangkan
penelitian ini seluruh bidang industri perusahaan manufaktur yang go-public di Indonesia.
Pemilihan
perusahaan
manufaktur
secara
keseluruhan
dengan
maksud
untuk
menggeneralisasikan penelitian di atas.
Peneliti yang telah menguji faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas yang
dilakukan oleh Agustina (2005) dengan menggunakan variabel yaitu cash position, growth
potential, firm, Dividen Payout Ratio tahun sebelumnya, return on equity, debt to equity,
dividen payout ratio terhadap profitabilitas. Secara parsial hanya variabel cash position dan
dividen payout ratio yang berpengaruh secara signifikan.
Penelitian yang dilakukan Ningsih (2006) yang menggunakan sampel perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2002-2004, dengan variabel yang diteliti
cash position, growth potential, Dividen Payout Ratio tahun sebelumnya, return on equity,
earning pershare, dividen payout ratio tahun sebelumnya terhadap profitabilitas. Hasilnya,
secara simultan variabel berpengaruh secara signifikan, tetapi secara parsial hanya variabel
dividen payout ratio tahun sebelumnya yang berpengaruh signifikan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin meneliti kembali tentang pengaruh pangsa
pasar, rasio leverage, dan rasio intensitas modal terhadap profitabilitas, maka penulis
melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Pangsa Pasar, Rasio Leverage, dan Rasio
Intensitas Modal terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
(BEI)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.Apakah pangsa pasar berpengaruh terhadap ROA?
2. Apakah rasio leverage berpengaruh terhadap ROA?
3.Apakah rasio intensitas modal berpengaruh terhadap ROA?
4.Apakah pangsa pasar, rasio leverage, dan rasio intensitas modal berpengaruh terhadap
ROA?
5.Apakah pangsa pasar berpengaruh terhadap ROE?
6.Apakah rasio leverage berpengaruh terhadap ROE?
7.Apakah rasio intensitas modal berpengaruh terhadap ROE?
8.Apakah pangsa pasar, rasio leverage, dan rasio intensitas modal berpengaruh terhadap
ROE?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI dengan rentang waktu yang digunakan dalam penelitian ini selama Tahun
2006-2008.
2. Variabel keuangan meliputi Pangsa Pasar, Rasio Leverage, Rasio Intensitas Modal, dan
Profitabilitas.
3. Periodesasi data penelitian mencakup data Tahun 2006-2008.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1.Untuk mengetahui pengaruh pangsa pasar terhadap ROA?
2. Untuk mengetahui pengaruh rasio leverage terhadap ROA?
3.Untuk mengetahui pengaruh rasio intensitas modal terhadap ROA?
4.Untuk mengetahui pengaruh pangsa pasar, rasio leverage, dan rasio intensitas modal
terhadap ROA?
5.Untuk mengetahui pengaruh pangsa pasar terhadap ROE?
6. Untuk mengetahui pengaruh rasio leverage terhadap ROE?
7.Untuk mengetahui pengaruh rasio intensitas modal terhadap ROE?
8.Untuk mengetahui pengaruh pangsa pasar, rasio leverage, dan rasio intensitas modal
terhadap ROE?
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi para investor dapat memberikan acuan pengambilan keputusan investasi terkait
dengan tingkat dividen perusahaan
2. Bagi manajemen, menyajikan kinerja terbaik dan memperbaiki profitabilitas, rasio
pangsa pasar, rasio leverage, dan intensitas modal, sehingga ketertarikan investor jangka
panjang meningkat terhadap profitabilitas perusahaan.
3. Bagi akademisi, mengembangkan teori ilmu akuntansi dan keuangan, khususnya
mengenai profitabilitas perusahaan.
F. Sistematika Penulisan
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
B. Kajian Pustaka
C. Hipotesis
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Populasi dan Sampel
C. Data
D. Definisi Operasionalisasi Variabel Penelitian
E. Metode Analisis Data
BAB IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif
B. Analisis Kuantitatif
C. Pengujian Hipotesis
D. Pembahasan
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Informasi Akuntansi
Informasi akuntansi pada dasarnya terdiri dari data keuangan mengenai transaksi usaha
yang dinyatakan dalam ukuran uang. Bentuk pencatatan data transaksi dapat bermacammacam, misalnya ditulis tangan dengan pensil atau pena atau dicetak dengan alat-alat mekanik
dan elektronik.
2. Pengertian Akuntansi
Akuntansi sering dijuluki sebagai “bahasa bisnis” (language of business). Perubahan yang
cepat dalam masyarakat kita telah menyebabkan semakin kompleksnya “bahasa” tersebut yang
digunakan untuk mencatat, mengikhtisarkan, melaporkan, dan menginterpretasikan data dasar
ekonomi untuk keperluan perorangan, pengusaha, pemerintah dan anggota masyarakat lainnya.
Dalam A Statement of Basic Accounting Theory, akuntansi telah didefinisikan secara luas
sebagai berikut; proses mengenali, mengukur, dan mengkomunikasikan informasi ekonomi
untuk memperoleh pertimbangan dan keputusan yang tepat oleh pemakai informasi yang
bersangkutan. Keputusan-keputusan tepat yang didasarkan pada informasi yang terpercaya,
sangat penting dalam rangka distribusi dan penggunaan sumber daya yang ada. Karena itu
akuntansi memainkan peran penting dalam tatanan ekonomi.
3. Penggunaan Informasi Akuntansi
Tercantum dalam Baridwan (1999:3), Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC)
Nomor 1 menyatakan bahwa pelaporan keuangan harus menyediakan informasi :
a. Berguna bagi investor dan kreditor yang ada dan potensial, serta pemakai lainnya dalam
membuat keputusan investasi, pemberian kredit dan keputusan lainnya.
b. Dapat membantu investor dan kreditor yang ada dan potensial, serta pemakai lainnya untuk
menaksirkan jumlah, waktu dan ketidakpastian dari penerimaan uang di masa yang akan
datang yang berasal dari penjualan, pelunasan atau jatuh temponya surat-surat berharga atau
pinjaman-pinjaman.
c. Menunjukkan sumber-sumber tersebut (kewajiban perusahaan untuk mentransfer sumbersumber ke perusahaan lain dan ke pemilik perusahaan), dan pengaruh-pengaruh dari transaksi-
8
transaksi, kejadian-kejadian, keadaan-keadaan yang mempengaruhi sumber-sumber serta
klaim atas sumber-sumber tersebut.
4. Kualitas Informasi
Karena fungsi akuntansi telah menyediakan data kuantitatif yang akan digunakan untuk
pengambilan keputusan, perlu dijaga agar data yang disajikan mempunyai kualitas tertentu.
Kriteria informasi akuntansi adalah harus berguna untuk pengambilan keputusan.
Agar dapat berguna, informasi itu harus mempunyai dua sifat utama, yaitu relevan dan
dapat dipercaya. Agar informasi itu relevan, ada tiga sifat yang harus dipenuhi yaitu
mempunyai nilai prediksi, nilai umpan balik dan tepat waktu. Informasi yang dapat dipercaya
mempunyai tiga sifat juga yang harus dipenuhi, yaitu dapat diperiksa, netral dan menyajikan
yang seharusnya. Disamping dua sifat utama tersebut, informasi akuntansi juga mempunyai
dua sifat sekunder yaitu dapat dibandingkan dan konsisten.
5. Laporan Keuangan
a. Pengertian dan Arti Penting Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan dan suatu ringkasan
dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan
keuangan bertujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya
oleh pemilik perusahaan. Disamping itu laporan keuangan dapat digunakan untuk memenuhi
tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan, sehingga keberadaan
laporan keuangan sangatlah penting guna memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
berkepentingan.
b. Tujuan Laporan Keuangan
Dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan, manajemen perusahaan memikul
tanggungjawab utama dan juga berkepentingan dengan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan meskipun mempunyai akses terhadap informasi manajemen dan keuangan
tambahan yang membantu dalam melaksanakan tanggungjawab perencanaan, pengendalian
dan pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang diterbitkan didasarkan pada informasi
yang digunakan manajemen tentang posisi keuangan, serta perubahan posisi keuangan.
Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dalam menilai kinerja manajemen perusahaan untuk membuat keputusan.
Menurut Standart Akuntansi Keuangan (SAK) 2004, tujuan laporan keuangan adalah
sebagai berikut :
1) Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
2) Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar
pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa
lalu.
3) Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atas sumber daya
yang dipercayakan kepadanya.
c. Pemakai Laporan Keuangan
Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan,
pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembagalembaganya dan masyarakat. Mereka menggunakan beberapa kebutuhan informasi yang
berbeda.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) 2004, beberapa kebutuhan informasi
tersebut meliputi :
1) Investor
Pemilik modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat
serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan
informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual
investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada investasi yang memungkinkan mereka
untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
2). Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi
mengenai profitabilitas dari perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa,
pensiun dan kesempatan kerja.
3). Pemberi Pinjaman
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka
memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
d. Pemasok dan Kreditor Usaha Lainnya
Pemasok tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan
apakah jumlah yang berhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha
berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi
pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup
perusahaan.
e. Pelanggan
Pelanggan tertarik dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama
kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau tergantung pada perusahaan.
f. Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan
dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan.
Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan
kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan.
g. Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk
jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan
keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi perkembangan terakhir
kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
6. Pasar Modal (Bursa Efek)
Pasar modal pada dasarnya tidak berbeda dengan pasar lainnya. Pada pasar lain umumnya
pembeli dapat memperoleh segala keterangan atau informasi dari penjual sedangkan di pasar
modal, informasi diperoleh antara lain dengan membaca prospek perusahaan. Hal yang
mungkin membedakan pasar modal dengan pasar lainnya adalah pasar modal bersifat abstrak
yaitu pembeli tidak mendapat informasi langsung dari penjual dan juga bersifat konkrit yaitu
berupa lembar surat berharga yang mempunyai keterikatan dalam investasi.
Secara sederhana pasar modal diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli
yang terdapat di bursa. Penjual dan pembeli di bursa kemudian mengadakan transaksi jual beli
efek. Dalam pasal 1 (13) Undang-undang Republik Indonesia No.8 Tahun 1995 tentang pasar
modal memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik yaitu :
“Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan
Perdagangan Efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.”
Definisi lain pasar modal (Husnan, 1998:3) :
“Pasar modal sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka
panjang dan bisa diperjualbelikan baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri, baik yang
diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.”
Bursa efek merupakan tempat (dalam arti fisik) kegiatan perdagangan sekuritas-sekuritas
(secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal untuk memperoleh bagian dari prospek atau
kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang
memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya). Sebelumnya di Indonesia terdapat dua
bursa, yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES), namun mulai
Desember 2008, nama BEJ dan BES diubah menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pengertian bursa efek dalam pasal 1 (4) Undang-undang Republik Indonesia No.8 Tahun
1995 tentang pasar modal menyebutkan bahwa:
“Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau
sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan
memperdagangkan efek diantara mereka.”
Kata bursa memberi kesan istilah mengambil kata asing bourse yang berarti tempat
bertemunya penjual dan pembeli untuk komoditi tertentu dan yang menyelenggarakannya
melalui prosedur pedagang perantara (Sumarmo, 1990:9). Makin luasnya cakupan
perdagangan nasional maupun internasional kita sekarang dapat menyaksikan adanya bursa
uang, bursa komoditi dan bursa efek.
Dalam kenyataannya pasar modal itu atau dikenal sebagai bursa efek atau dalam bahasa
Inggris disebut Securities Exchange atau Stock Market, seperti yang tampak dalam istilahnya
berbeda, namun pada intinya sama yaitu merupakan tempat bertemunya penjual dana dan
pembeli dana yang di pasar modal atau bursa tersebut diperantarai oleh para anggota bursa
selaku pedagang perantara perdagangan efek untuk melakukan transaksi jual beli (Sumarmo,
1990:10).
Upaya untuk mengendalikan dan melaksanakan pasar modal di Indonesia diserahkan
kepada BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) di bawah Departemen Keuangan yang
bertugas untuk mengadakan penilaian terhadap perusahaan yang akan bermasyarakat, juga
memberikan perlindungan terhadap kepentingan masyarakat.
7. Teori Keagenan
Dalam teori keagenan dijelaskan bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan
pemegang saham seringkali bertentangan, sehingga bisa terjadi konflik diantaranya. Hal
tersebut terjadi karena manajer cenderung berusaha mengutamakan kepentingan pribadi.
Pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer, karena hal tersebut akan
menambah cost perusahaan sehingga akan menurunkan keuntungan yang diterima pemegang
saham. Pemegang saham menginginkan agar cost tersebut dibiayai oleh utang tetapi manajer
tidak menyukai dengan alasan bahwa utang mengandung resiko yang tinggi.
Berbagai konflik kepentingan dalam perusahaan baik antara manajer dengan pemilik
saham (shareholders), manajer dengan debtholders; dan manajer dengan shareholders dengan
debtholders (Brigham, Eugene, dan Gapenski, Luis C, 1999) disebabkan adanya hubungan
keagenan atau agency relationship.
Menurut Jensen dan Meckling dalam Agus Sartono mendefinisikan hubungan keagenan
sebagai suatu kontrak yang mana satu atau lebih pemilik (principal) menggunakan orang lain
atau manajer (agent) untuk menjalankan aktivitas perusahaan. Masalah keagenan potensial
terjadi bila proporsi kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari 100 persen
sehingga manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepentingannya sendiri, dan bukan
memaksimumkan nilai perusahaan dalam pengambilan keputusan pendanaan.
Sebagai contoh dari hal tersebut adalah, manajer-pemilik mungkin saja tidak gigih lagi
dalam memaksimumkan kekayaan pemegang saham karena jatahnya atas kekayaan tersebut
telah berkurang, atau mungkin saja dia menetapkan gaji yang besar bagi dirinya, atau
menambah fasilitas eksekutif, karena diantaranya akan menjadi beban pemegang saham
lainnya. Kemungkinan timbulnya pertikaian diantara kedua kelompok ini (manajer sebagai
agen dan principal sebagai pemegang saham dari luar) merupakan salah satu bentuk dari
masalah keagenan.
Pertikaian lain yang bisa timbul diantara manajer dan pemegang saham adalah
menyangkut leveraged buyout (pengambilalihan saham dengan memanfaatkan fasilitas kredit
perseroan itu sendiri), yaitu manajemen mengadakan perjanjian kredit, mengadakan
penawaran kepada pemegang saham untuk membeli saham-saham yang belum dimiliki oleh
kelompok manajemen (tender-offer) atau mengambil alih hak milik atas perusahaan tersebut
setelah semua saham yang beredar dibeli.
Dalam keputusan pendanaan, para pemegang saham hanya peduli terhadap resiko
sistematik dari saham perusahaan, karena mereka melakukan investasi pada portofolio yang
terdiversifikasi dengan baik. Tapi manajer sebaliknya, manajer lebih peduli pada resiko
perusahaan secara keseluruhan. Ada 2 alasan yang mendasari, menurut Fama yang terdapat
dalam Fauzan (2002) adalah (1) bagian substantif dari kekayaan mereka di dalam spesifik
human capital perusahaan, yang membuat mereka non-diversiviabel (2) manajer akan
terancam reputasinya, demikian juga kemampuan menghasilkan earning perusahaan, jika
perusahaan mengalami kebangkrutan.
Kesimpulannya, menurut teori keagenan para manajer cenderung bertindak untuk
mengejar kepentingan mereka sendiri, bukan berdasarkan maksimalisasi nilai dalam
pengambilan keputusan pendanaan. Pendapat lain didasarkan pada asumsi bahwa para manajer
yang bertanggung jawab terhadap keputusan-keputusan keuangan tidak mampu melakukan
diversifikasi dalam human capital (Fama dalam Fauzan 2002).
8. Mekanisme untuk Mengurangi Masalah Keagenan
Jensen dan Meckling dalam Erni Masdupi (2005), mengatakan bahwa mekanisme untuk
mengatasi konflik keagenan antara lain dengan meningkatkan kepemilikan insider (insider
ownership) sehingga dapat mensejajarkan kepentingan pemilik dengan manajer. Utang
merupakan suatu mekanisme lain yang bisa digunakan untuk mengurangi atau mengontrol
konflik keagenan.
Penggunaan utang juga akan meningkatkan resiko, oleh karena itu manajer akan lebih
berhati-hati karena resiko utang nondiversiviable manajer lebih besar daripada investor public.
Dengan kata lain, perusahaan yang menggunakan utang dalam pendanaannya dan tidak
mampu melunasi kembali utang tersebut akan terancam likuiditasnya sehingga pada gilirannya
akan mengancam posisi manajemen.
Pada penelitian Erni Masdupi (2005), berpendapat bahwa utang yang terlalu besar akan
menimbulkan
konflik
keagenan
antara
shareholders
dengan
debtholders
sehingga
memunculkan biaya keagenan utang. Utang yang terlalu besar meningkatkan keinginan
shareholders untuk memilih proyek-proyek yang lebih beresiko dengan harapan akan
memperoleh return yang lebih tinggi. Apabila proyek berhasil, maka return akan meningkat
dan debtholders hanya menerima sebesar tingkat bunga. Sisanya, jika proyek tersebut gagal
maka mereka dapat mengalihkan penaggungan resiko pada pihak kreditur.
Menurut Jensen dan Meckling dalam Erni Masdupi (2005), perusahaan yang semakin
besar akan potensial terkena agency problem sebagai akibat terjadinya pemisahan fungsi
pengambil keputusan dan penanggung resiko (risk beating). Dalam keadaan ini manajer punya
kecenderungan untuk melakukan konsumsi atas keuntungan-keuntungan tambahan secara
berlebihan, karena resiko yang ditanggungnya relatif sama dan ini disebut agency cost of
equity. Untuk meminimumkan konflik kepentingan antara insider dengan pemegang saham,
maka diperlukan suatu mekanisme yang dapat mensejajarkan kepentingan yang terkait. Hal ini
akan menyebabkan munculnya biaya yang disebut agency cost (biaya keagenan).
Suhartono (2004), untuk menjamin agar para manajer melakukan yang terbaik bagi
pemegang saham, perusahaan harus menanggung biaya keagenan (agency cost) yang dapat
berupa: (1) pengeluaran untuk memantau tindakan manajemen, (2) pengeluaran untuk menata
struktur organisasi sehingga kemungkinan timbulnya perilaku manajer yang tidak dikehendaki
semakin kecil, (3) biaya kesempatan (opportunity cost) karena hilangnya kesempatan
memperoleh laba sebagai akibat dibatasinya kewenangan manajemen sehingga tidak dapat
mengambil keputusan dengan tepat waktu.
Agency cost dapat diminimalisirkan dengan meningkatkan pengawasan (monitoring)
terhadap perusahaan. Monitoring tersebut tidak hanya terbatas dilakukan oleh pihak dari dalam
perusahaan, namun juga dapat dilakukan dari pihak eksternal perusahaan (terutama investor
institusional). Tingkat kepemilikan insider yang lebih tinggi terbukti lebih efektif dalam
menurunkan biaya keagenan. Bathala et al., juga menemukan bahwa kepemilikan institusional
dapat berperan sebagai substitusi dari kepemilikan manajerial dan leverage dalam
mengendalikan biaya keagenan.
Ada beberapa alternatif untuk mengurangi konflik kepentingan dan biaya keagenan
(agency cost), alternatif pertama adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan
oleh manajemen. Kepemilikan ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan
kepentingan pemegang saham. Dengan adanya kepemilikan saham maka insiders akan
merasakan langsung akibat dari keputusan yang diambilnya sehingga tidak mungkin manajer
bertindak oportunistic lagi.
Alternatif kedua adalah dengan meningkatkan pendanaan dengan utang. Peningkatan
utang akan menurunkan skala konflik antara pemegang saham dengan manajemen. Hal itu
dapat dipahami karena apabila perusahaan memerlukan kredit, maka harus siap untuk
dievaluasi dan dimonitor oleh pihak eksternal dan berarti akan mengurangi konflik antara
manajemen dengan pemegang saham. Disamping itu utang juga akan menurunkan kelebihan
aliran kas (excess cash flow) yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan
pemborosan yang dilakukan manajemen.
Alternatif ketiga adalah institusional investor sebagai monitoring agent. Moh’d et al.,
(1998) menyatakan bahwa bentuk distribusi saham diantara pemegang saham dari luar (outside
shareholders) yaitu institusional investor dan shareholders dispersion dapat mengurangi
agency cost. Hal ini disebabkan karena kepemilikan merupakan sumber kekuasaan yang dapat
digunakan untuk mendukung atau sebaliknya menantang keberadaan manajemen, maka
konsentrasi atau penyebaran power menjadi suatu hal yang relevan. Kepemilikan saham oleh
institusi merupakan salah satu monitoring agent penting yang memainkan peranan secara aktif
dan konsisten dalam melindungi investasi saham yang mereka pertaruhkan di dalam
perusahaan. Mekanisme monitoring tersebut akan menjamin peningkatan kemakmuran
pemegang saham.
9. Rasio Keuangan
Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan rasio yang
berhubungan dengan persaingan industri, yaitu rasio profitabilitas, rasio leverage dan rasio
intensitas modal.
Rasio profitabilitas (Suad Husnan, 1998) adalah kemampuan perusahaan memperoleh
laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Laba inilah
yang akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan apakah dividen tunai atau dividen
saham. Laba suatu perusahaan dapat ditahan (sebagai laba ditahan) dan dapat dibagi (sebagai
dividen). Oleh karena itu, peningkatan laba bersih suatu perusahaan akan meningkatkan
tingkat pengembalian investasi berupa pendapatan dividen. Profitabilitas dapat diukur melalui
jumlah laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi/aktiva, dan tingkat
pengembalian ekuitas pemilik. Rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas menunjukkan
keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Ang, 1997). Perusahaan yang
memiliki stabilitas keuntungan dapat menetapkan tingkat pembayaran dividen dengan yakin
dan mensinyalkan kualitas atas keuntungan mereka. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ROA dan ROE. ROA digunakan untuk melihat tingkat efisiensi operasi
perusahaan secara keseluruhan, sedangkan ROE mengukur pengembalian absolut yang akan
diberikan perusahaan kepada pemegang saham. Rasio profitabilitas yang digunakan adalah
Return on Asset (ROA). ROA menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh
dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti kinerja
perusahaan semakin baik dan ROE mengukur seberapa banyak keuntungan yang menajdi hak
pemilik modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti kinerja perusahaan semakin baik.
Pangsa pasar (market share) digunakan untuk mengukur posisi perusahaan dalam persaingan
industri. Semakin tinggi pangsa pasar mencerminkan semakin tinggi kekuatan perusahaan
dalam persaingan pasar.
Rasio leverage, rasio leverage adalah rasio yang mengukur perbandingan antara dana
yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan dana yang berasal dari kreditor perusahaan.
Rasio leverage yang digunakan adalah Total Debt to Total Assets (DTA) dan Debt to Equity
(DER). Total Debt to Total Assets (DTA) mengukur besarnya total aktiva yang dibiayai oleh
kreditur perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin banyak uang kreditur yang
digunakan perusahaan untuk menghasilkan laba, sedangkan Debt to Equity (DER) merupakan
perbandingan antara total hutang dan ekuitas atau pemegang saham perusahaan. Semakin
tinggi rasio ini berarti semakin besar resiko yang dihadapi dan investor akan meminta tingkat
keuntungan yang semakin tinggi. Rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri
yang rendah untuk membiayai aktiva.
Rasio intensitas modal adalah perputaran harta (total assets turn over) perputaran seluruh
harta perusahaan dan dihitung dari penjualan dibagi dengan jumlah harta. Rasio intensitas
modal menunjukkan efisiensi di mana perusahaan menggunakan seluruh aktivanya untuk
menghasilkan penjualan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efisien penggunaan aktiva
tersebut.
Laba bersih perusahaan dapat diperlakukan menjadi dua, yaitu diinvestasikan kembali
kedalam asset yang produktif, dibayar untuk melunasi kewajiban yang dibagikan sebagai
dividen
(Pratt,
2002
dalam
Suharli,
2005).
Dividen
disebutkan
sebagai
bagian
laba/earning/income yang dibagi. Income berdasarkan penerimaannya dapat diklasifikasikan
menjadi 4 konsep yaitu :
1. Konsep Laba Bersih untuk investor (Net Income to Investor)
2. Konsep Laba Bersih perusahaan (Enterprise Net Income Concept)
3. Konsep Laba Bersih untuk pemegang saham (Net Income to Shareholder Concept)
4. Konsep Laba Bersih untuk pemilik residual ekuitas (Net Income to Residual Equity
Holders)
Dividen adalah merupakan aliran kas yang berupa imbalan yang dibayarkan oleh
perusahaan atau emiten kepada pemegang saham atau investor. Persentase dari laba yang akan
dibagikan sebagai dividen disebut Dividen Payout Ratio (DPR).
Dividen Payout Ratio yang dibagikan, ditentukan oleh perusahaan untuk membayar
dividen kepada para pemegang saham setiap tahun yang dilakukan berdasarkan besar kecilnya
laba bersih setelah pajak. Jumlah dividen yang dibayarkan akan mempengaruhi harga saham
atau kesejahteraan pemegang saham.
Rasio profitabilitas dapat diukur dengan return on assets (ROA) dan return on equity
(ROE). Rasio profitabilitas industri yang diukur dari ROA dan ROE mencerminkan daya tarik
bisnis (business attractiveness). Analisis pangsa pasar mencerminkan kinerja pemasaran yang
dikaitkan dengan posisi persaingan perusahaan dalam satu industri. Gale (dalam Suad Husnan,
1998) menyatakan bahwa dalam pertumbuhan yang sangat cepat (fluktuasi yang tinggi),
besarnya pangsa pasar cenderung tidak signifikan. Pangsa pasar walaupun berpengaruh tetapi
hasilnya tidak signifikan. Artinya terdapat tingkat resiko yang tinggi bila manajemen ingin
melakukan ekspansi pasar secara agresif.
Fluktuasi bisnis perusahaan berdampak besar terhadap keuntungan pemilik ekuitas bila
sebagian modal perusahaan dibiayai oleh hutang. Oleh karena itu leverage keuangan
meningkatkan resiko pemilik modal. Martono (2002) menyatakan bahwa resiko leverage
keuangan berpengaruh megatif terhadap profitabilitas perusahaan karena semakin tinggi
penggunaan hutang menyebabkan manfaat penghematan pajak yang diperoleh dari hutang
menjadi berkurang, sebaliknya financial distress perusahaan justru meningkat. Peningkatan
tersebut menyebabkan rating obligasi perusahaan menurun dan pada akhirnya biaya hutang
menjadi semakin besar. Commanor dan Wilson (dalam Suad Husnan, 1998) menemukan bukti
bahwa pada tingkat konsentrasi tinggi rasio ini berpengaruh positif dan signifikan terhadap
prifitabilitas. Hal ini tidak sesuai teori bahwa intensitas merupakan hambatan masuk industri
sehingga semakin tinggi intensitas modal menyebabkan pendatang baru enggan masuk industri
karena tidak menarik. Intensitas modal yang tinggi berarti semakin tinggi aktiva yang
dibutuhkan oleh perusahaan untuk menghasilkan setiap unit penjualan sehingga tidak efisien.
B. Kajian Pustaka
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Murtini dan Anggraeni (2006) dengan judul
Pengaruh Pangsa Pasar, Rasio Leverage dan Rasio Intensitas Modal terhadap Profitabilitas
(ROA dan ROE) Perusahaan Manufaktur yang Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun
1999-2003. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa Pangsa Pasar, Rasio Leverage dan Rasio Intensitas Modal
berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur yang Go di Indonesia
khususnya perusahaan yang bergerak dalam bidang industri food dan beverage.
Peneliti yang telah menguji faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas yang
dilakukan oleh Agustina (2005) dengan menggunakan variabel yaitu cash position, growth
potential,
firm, tingkat penjualan, return on equity, debt to equity, dividen payout ratio
terhadap profitabilitas. Secara parsial hanya variabel cash position dan dividen payout ratio
yang berpengaruh secara signifikan.
Penelitian yang dilakukan Ningsih (2006) yang menggunakan sampel perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2002-2004, dengan variabel yang
diteliti cash position, growth potential, tingkat penjualan, return on equity, earning pershare,
tingkat penjualan terhadap profitabilitas. Hasilnya, secara simultan variabel berpengaruh
secara signifikan, tetapi secara parsial hanya variabel tingkat penjualan yang berpengaruh
signifikan.
Penelitian yang dilakukan Cyrillius (2005) yang menggunakan sampel perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, dengan variabel yang diteliti profitabilitas
industri, rasio leverage keuangan tertimbang, dan intensitas modal tertimbang, serta pangsa
pasar terhadap ROA dan ROE. Hasilnya, secara simultan variabel profitabilitas industri, rasio
leverage keuangan tertimbang, dan intensitas modal tertimbang, serta pangsa pasar
berpengaruh secara signifikan terhadap ROA dan ROE.
Penelitian ini mencoba untuk melakukan penelitian ulang yang pernah dilakukan oleh
Murtini (2006) dengan sampel penelitian perusahaan manufaktur secara keseluruhan.
C. Hipotesis
Dari uraian di atas, maka peneliti menggunakan hipotesis :
H1 : Rasio pangsa pasar berpengaruh terhadap ROA.
H2 : Rasio leverage berpengaruh terhadap ROA.
H3 : Rasio rasio intensitas berpengaruh terhadap ROA.
H4 : Pangsa pasar, rasio leverage, dan rasio intensitas modal berpengaruh terhadap ROA.
H5 : Rasio pangsa pasar berpengaruh terhadap ROE.
H6 : Rasio leverage berpengaruh terhadap ROE.
H7 : Rasio rasio intensitas modal berpengaruh terhadap ROE.
H8 : Pangsa pasar, rasio leverage, dan rasio intensitas modal berpengaruh terhadap ROE.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian replikasi dengan menggunakan metode survei yakni
pengamatan dan penyelidikan secara kritis untuk mendapatkan keterangan yang tepat terhadap
suatu persoalan dan obyek tertentu di daerah kelompok komunitas atau lokasi tertentu akan
ditelaah (Ruslan, 2004 : 21).
B. Populasi dan Sampel
Perusahaan yang dijadikan replikasi sampel adalah perusahaan manufaktur yang gopublic di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan kriteria yang digunakan untuk memilih sampel
adalah : pertama, perusahaan telah mempublikasikan laporan keuangan selama Tahun 20062008, kedua, perusahaan bergerak di bidang manufaktur. Berikut ini sampel penelitian yang
memenuhi kriteria :
Tabel 3.1
Daftar Perusahaan
No.
Perusahaan
Code
1
PT. AKR. CORPORINDO Tbk.
AKRA
2
PT. ARWANA CITRAMULIA Tbk.
ARNA
3
PT. ASTRA INTERNATIONAL Tbk.
ASII
4
PT. SEPATU BATA Tbk.
BATA
5
PT. CAHAYA KALBAR Tbk.
CEKA
6
PT. COLORPAK INDONESIA Tbk.
CLPI
7
PT. FAST FOOD INDONESIA Tbk.
FAST
8
PT. FAJAR SURYA WISESA Tbk.
FASW
9
PT. GOODYEAR INDONESIA Tbk.
GDYR
10
PT. GUDANG GARAM Tbk.
GGRM
11
PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk.
INDF
12
PT. INDORAMA SYNTETICS Tbk.
INDR
13
PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.
INTP
14
PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk.
KAEF
15
PT. KALBE FARMA Tbk.
KLBF
No.
Perusahaan
Code
16
PT. LAUTAN LUAS Tbk.
LTLS
17
PT. MERCK Tbk.
MERK
18
PT. MUSTIKA RATU Tbk.
MRAT
19
PT. MAYORA INDAH Tbk.
MYOR
20
PT. BENTOEL INTERNATIONAL INVESTAMA Tbk.
RMBA
21
PT. SUCACO Tbk.
SCCO
22
PT. SEKAR LAUT Tbk.
SKLT
23
PT. SMAR Tbk.
SMAR
24
PT. HOLCIM INDONESIA Tbk.
SMCB
25
PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) TbK.
SMGR
26
PT. SORINI AGRO ASIA CORPORINDO Tbk.
SOBI
27
PT. INDO ACIDATAMA Tbk.
SRSN
28
PT. SIANTAR TOP Tbk.
STTP
29
PT. TUNAS BARU LAMPUNG Tbk.
TBLA
30
PT. TRIAS SENTOSA Tbk.
TRST
31
PT. SURYA TOTO INDONESIA TbK.
TOTO
32
PT. ULTRA JAYA MILK Tbk.
ULTJ
33
PT. VOKSEL ELECTRIC Tbk.
VOKS
Sumber: ICMD, 2006-2008.
C. Data
Data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut diambil dari Indonesia
Capital Market Dictionary (ICMD) Tahun 2006-2008. Data-data sekunder yang diambil
meliputi daftar nama perusahaan, laporan keuangan tahunan perusahaan yang berakhir 31
Desember 2006 sampai dengan 31 Desember 2008 berupa neraca, laporan laba rugi, dan
catatan laporan keuangan, dan data yang diambil adalah Pangsa Pasar, Rasio Leverage, Rasio
Intensitas Modal, Total Aset, dan Profitabilitas (ROA dan ROE).
D. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan rasio yang
berhubungan dengan persaingan industri, yaitu rasio profitabilitas, rasio pangsa pasar, rasio
leverage, dan rasio intensitas modal.
1. Rasio profitabilitas (Suad Husnan, 1998)
Rasio
profitabilitas
adalah
kemampuan
perusahaan
memperoleh
laba
dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah ROA dan ROE. ROA digunakan untuk melihat tingkat
efisiensi operasi perusahaan secara keseluruhan, sedangkan ROE mengukur pengembalian
absolut yang akan diberikan perusahaan kepada pemegang saham.
Rasio profitabilitas yang digunakan adalah :
a. Return on Asset (ROA)
ROA menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh
kekayaan yang dimiliki perusahaan (Husnan dalam Murtini, 2006). Semakin tinggi rasio ini
berarti kinerja perusahaan semakin baik.
Earning Afteer Tax
x 100%
ROA =
Total Akktiva
b. Return on Equity (ROE)
OE menguku
ur seberapa banyak keuuntungan yaang menjadii hak pemiliik modal seendiri
RO
(Suuad Husnan, 1998). Sem
makin tinggii rasio ini berarti
b
kinerjja perusahaaan semakin baik.
=
Earning After
Af Tax
ROE
x 100%
=
Modal Sendiri
S
2. Pangsaa pasar (Marrket Share)
Pangsa pasarr digunakan untuk menngukur posissi perusahaaan dalam persaingan inddustri
(Suad Husnan, 19
998). Semakiin tinggi paangsa pasar mencerminkkan semakinn tinggi kekuuatan
perusaahaan dalam persaingan pasar.
p
Pangsa pasar
p
=
Pennjualan
x 100%
1
Total Penjualan
3. Rasio leverage
Raasio leveragee yaitu rasioo yang menggukur perbanndingan antarra dana yangg disediakann oleh
pemilikk perusahaaan dengan daana yang beerasal dari krreditor perusahaan. Rassio leverage yang
digunaakan adalah Debt
D to Equuity (DER), rasio
r
ini merrupakan perbbandingan anntara total hu
dan ekkuitas atau pemegang
p
saaham peusahhaan. Semakkin tinggi rasio ini berarrti semakin
resiko yang dihad
dapi dan invvestor akan meminta tiingkat keunttungan yangg semakin t
(Suad Husnan, 19
998). Rasio yang tingggi juga mennunjukkan proporsi
p
moddal sendiri
mbiayai aktivva.
rendahh untuk mem
D
DER
4. Rasio Intensitas Modal
M
R
Rasio
Intensittas Modal addalah perputtaran harta (ttotal assets turn
t
over) peerputaran se
harta perusahaan
p
dan dihitungg dari penjuualan dibagii dengan juumlah harta. Rasio inten
modal menunjukk
kan efisiensii di mana perusahaan
p
menggunakkan seluruh aktivanya u
Download