BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Pemasaran mempunyai fungsi yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan perusahaan. Suatu bisnis mungkin harus mengubah tujuan dan strategi pemasarannya ketika posisi persaingan industri dan bisnisnya matang dan stabil. Strategi pemasaran harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga memberikan nilai kepada konsumen dan menjaga keunggulan kompetitif yang abadi dengan mengkombinasikan elemen-elemen dalam bauran pemasaran. Oleh sebab itu, bauran pemasaran digunakan sebagai variabel-variabel pemasaran untuk mengimplementasikan dan merakit program demi menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai bagi konsumen. Bauran pemasaran menurut Kotler (2009:24) adalah “aktivitas-aktivitas pemasaran atau program pemasaran yang terintegrasi penuh untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan mengantarkan nilai kepada pelanggan”. Ada empat variabel dalam bauran pemasaran, yaitu: produk (product), harga (price), tempat (place), promosi (promotion). 11 Universitas Sumatera Utara BAURAN PEMASARAN Tempat Produk Ragam produk Kualitas Desain Fitur Nama merek Kemasan Ukuran Layanan Jaminan Pengembalian Harga Promosi Harga terdaftar Diskon Potongan harga Periode pembayaran Syarat kredit Promosi penjualan Periklanan Tenaga penjual Humas Pemasaran langsung Saluran Cakupan Pilihan Lokasi Persediaan Transportasi Sumber: Kotler (2009:24) Gambar 2.1 Bauran Pemasaran 2.1.2 Harga Harga merupakan salah satu bagian dari bauran pemasaran (marketing mix) yang penting dalam pemasaran produk. Menurut Tjiptono (1997:151) “agar dapat sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa, setiap perusahaan harus menetapkan harganya secara tepat”. 2.1.2.1 Pengertian Harga Harga adalah jumlah uang (kemungkinan ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya (Stanton dalam Angiopora, 1999:174). Sedangkan menurut Tjiptono (1997:151) pengertian harga adalah“satu-satunya bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsur 12 Universitas Sumatera Utara lainnya (produk, distribusi, dan promosi) menyebabkan timbulnya biaya (pengeluaran)”. Tjiptono (1997:147) menyatakan bahwa dari sudut pandang konsumen, harga sering kali digunakan sebagi indikator nilai bagaimana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa. 2.1.2.2 Peranan Harga Peranan harga menurut Tjiptono (1997:152), yaitu: 1. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi dari harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian, adanya harga dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki. 2. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam ‘mendidik’ konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi di mana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara objektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi. 13 Universitas Sumatera Utara 2.1.2.3 Tujuan Penetapan Harga Tujuan penetapan harga menurut Situmorang (2011:163) , yaitu : 1. Tujuan berorientasi pada laba Tujuan ini mengandung makna bahwa perusahaan akan mengabaikan harga para pesaing. Pilihan ini cocok dalam tiga kondisi yaitu, tidak ada pesaing, perusahaan beroperasi pada kapasitas maksimum, harga bukanlah merupakan atribut yang penting bagi pembeli. 2. Tujuan berorientasi pada volume Tujuan ini dilandaskan pada strategi mengalahkan atau mengalahkan pesaing. Pada tujuan ini perusahaan akan melihat harga yang dipatok oleh kompetitor kemudian menetapkan harga diatas atau dibawahnya. 3. Tujuan berorientasi pada citra (image) Dalam tujuan ini, perusahaan berusaha menghindari persaingan dengan jalan melakukan diferensiasi produk atau melayani pasar khusus. Biasanya perusahaan memiliki value tinggi akan menerapkan premium pricing. 4. Tujuan stabilisasi harga Tujuan ini dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga satu perusahaan dan harga pemimpin industri. 5. Tujuan-tujuan lainnya Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah. 14 Universitas Sumatera Utara 2.1.3 Kualitas Produk 2.1.3.1 Pengertian Kualitas Menurut Goetsch dan Davis (1994:4) dalam Tjiptono, dkk.(2003:4) “kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”.Garvin dalam Tjiptono, dkk. (2003:24) mengidentifikasikan adanya lima alternatif perspektif kualitas yang biasa digunakan, yaitu: 1. Transcendental Approach, kualitas dalam pendekatan ini dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit didefenisikan dan dioperasionalkan. 2. Product-based Approach, pendekatan ini menganggap kualitas sebagai karakteristik atau atribut yang dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur. 3. User-based Approach, pendekatan didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang memandangnya, dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang merupakan produk yang berkualitas paling tinggi. 4. Manufacturing-based Approach, perspektif ini bersifat supply-based dan terutama memperhatikan praktik-praktik perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefenisikan kualitas sebagai sama dengan persyaratannya (conformance to requirements). 5. Value-based Approach, pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga. 15 Universitas Sumatera Utara 2.1.3.2 Pengertian Produk Menurut Tjiptono (1997:95) menyatakan bahwa secara konseptualproduk adalah “pemahaman subyektif dari produsen atas ‘sesuatu’ yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemahaman kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar”.Situmorang (2011:170)juga menyatakan bahwa “produk adalah apa saja yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, diperoleh, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan ataupun kebutuhan”. Dalam mencari strategi pemasaran untuk tiap produk, pemasar mengembangkan beberapa susunan klasifikasi produk yang didasarkan pada karakteristik produk. Karakteristik produk tersebut adalah sebagai berikut: 1. Barang tahan lama, barang tidak tahan lama, dan jasa Barang tahan lama adalah barang konsumsi yang digunakan selama kurun waktu yang panjang dan yang biasanya tetap bertahan hingga banyak kali penggunaan.Barang tidak tahan lama adalah barang konsumsi yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan dan jasa adalah kegiatan, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. 2. Barang konsumsi Barang konsumsi adalah barang yang dibeli oleh konsumen akhir untuk konsumsi pribadi. Barang yang termasuk ke dalam barang konsumsi adalah barang konveniens, barang toko, barang spesial, dan barang yang tidak dicari. 16 Universitas Sumatera Utara 3. Barang industrial Barang industrial adalah barang yang dibeli oleh individu dan organisasi untuk diolah lebih lanjut atau digunakan dalam menjalankan suatu bisnis.Terdapat tiga kelompok barang industrial, yakni bahan dan suku cadang, barang modal, serta suplais dan jasa. 2.1.3.3 Pengertian Kualitas Produk Ketatnya persaingan suatu industri menyebabkan setiap perusahaan harus selalu berusaha meningkatkan kualitasnya agar kepuasan pelanggan dapat terwujud. Kualitas yang dipenuhi harus dilihat dari sudut pandang pelanggan.Pelanggan sebagai penilai akhir dari suatu produk itu sulit mendefinisikan sejauh mana kualitasproduk tersebut. Namun, kualitas itu sendiri sering dipersepsikan sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk atau jasa yang diukur dari atas desain kualitas dan kualitas kesesuaian. Kualitas produk merupakan hal yang perlu mendapat perhatian di perusahaan, karena kualitas produk berkaitan dengan kepuasan konsumen.Laksana (2008:89) menyatakan bahwa “kualitas terdiri dari dari sejumlah keistimewaan produk, yang memenuhi keinginan pelanggan, dengan demikian memberikan kepuasan atas penggunaan produk”. Produk dibuat atau dihasilkan untuk memenuhi keinginan pelanggan sehingga suatu produk dapat dikatakan berkualitas apabila sesuai dengan keinginan pelanggan. Garvin (Lovelock, 1987:367) dalam Laksana (2008:89) menemukan delapan dimensi kualitas produk yang terdiri dari: 17 Universitas Sumatera Utara 1. Performance berkaitan dengan aspek fungsional dari produk itu dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk, yaitu meliputi Faster berkaitan dengan dimensi waktu yang menggambarkan kecepatan dan kemudahan atau bagaimana untuk memperoleh produk ini, dan aspek Cheaper berkaitan dengan dimensi biaya yang menggambarkan harga atau ongkos dari suatu produk yang harus dibayarkan oleh pelanggan. 2. Feature merupakan aspek kedua dari performansi yang menambah fungsi dasar berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannya. 3. Reliabilityberkaitan dengan tingkat probabilitas atau kemungkinan suatu produk melaksanakan fungsinya secara berhasil dalam periode waktu tertentu, dengan demikian kehandalan merupakan karakteristik yang merefleksikan kemungkinan atau probabilitas tingkat keberhasilan dalam penggunaan produk itu. 4. Conformance berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan, konformansi merefleksikan derajat dimana karakteristik desain produk dan karakteristik operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan, serta sering didefenisikan sebagai konformansi terhadap kebutuhan (Conformance of Requirements). 5. Durability merupakan ukuran masa pakai suatu produk. Karakteristik ini berkaitan dengan daya tahan produk itu. 18 Universitas Sumatera Utara 6. Service Ability merupakan karakteristik yang berkaitan dengan dengan kecepatan, keramahan / kesopanan, kompetensi, kemudahan serta akurasi dalam perbaikan. 7. Aesthetics merupakan karakteristik yang bersifat subyektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari referensi atau pilihan individual. Dengan demikian estetika dari suatu produk lebih banyak berkaitan dengan perasaan pribadi dan mencakup karakteristik tertentu. 8. Perceived Quality bersifat subyektif berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk. 2.1.4 Citra Merek 2.1.4.1 Pengertian Merek Menurut Kotler (2009:258) “merek adalah sebuah nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasinya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok penjual dan mendiferensiasikan mereka dari para pesaing “. Menurut Keegan (1995:318) dalam Ferrinadewi (2008:137) “merek adalah sejumlah citra dan pengalaman dalam benak konsumen yang mengkomunikasikan manfaat yang dijanjikan produk yang diproduksi oleh perusahaan tertentu”. Adapun elemen–elemen Merek menurut Durianto,dkk (2004 : 165) dalam Manurung (2012) memiliki tiga bagian penting, yaitu: 19 Universitas Sumatera Utara 1. Brand Platform Brand Platform adalah suatu blue print perencanaan merek yang strategis yang meliputi visi dan misi merek, serta wilayah kekuasaan dari suatu merek dan lain-lain. 2. Identitas merek (Brand identity and naming) Brand identity mengidentifikasikan keunikan dan differensiasi suatu merek, sehingga suatu merek akan diidentifikasikan berbeda dengan merek pesaing. Berikut adalah tugas penting dalam mengelola brand identity: a. Mengembangkan nama merek yang tepat dan berbeda dan mencerminkan strategi. b. Mengembangkan sistem identifikasi visual yang komprehensif yang meliputi grafik, lingkungan dan produk. c. Mengembangkan brand identity dalam proses pembedaan dengan merek pesaing terutama dikaitkan dengan brand association. 3. Komunikasi merek (Brand Communication) Suatu merek harus dapat dikomunikasikan dengan terencana dan stratejik, artinya bahwa seluruh aspek kreatif dalam komunikasi harus disesuaikan dengan platform merek, sehingga komunikasi merek in-line dengan platform mereknya. Jadi,komunikasi harus diarahkan untuk melayani merek, bukan produknya sehingga tercipta brand differentiation, bukan product differentiation. 2.1.4.2 Manfaat Merek Merek memegang peranan sangat penting, salah satunya adalah menjembatani harapan konsumen pada saat kita menjanjikan kepada konsumen. 20 Universitas Sumatera Utara Situmorang (2011:192) juga menyatakan bahwa “selain sebagai pembeda dan identitas sebuah produk di tengah - tengah lautan produk sejenis, sebuah brand mempunyai makna psikologis dan simbolis yang istimewa di mata konsumen”. Beberapa faktor yang membuat merek menjadi sangat penting saat ini menurut Durianto,dkk (2004 : 2) adalah sebagai berikut : 1. Emosi konsumen terkadang turun naik. Merek mampu membuat janji emosi menjadi konsisten dan stabil. 2. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar. 3. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen. 4. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen. 5. Merek memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen. 6. Merek berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaan. Saat ini merek memainkan peran penting yang meningkatkan hidup konsumen dan meningkatkan nilai keuangan perusahaan. Peran merek menurut Kotler (2009:259), antara lain: 1. Merek mengidentifikasi sumber atau pembuat produk dan memungkinkan konsumen untuk menuntut tanggung jawab atas kinerjanya kepada pabrikan atau distributor tertentu. 2. Merek membantu mengatur catatan persediaan dan catatan akuntansi 3. Merek menawarkan perlindungan hukum kepada perusahaan untuk fitur-fitur atau aspek unik produk. Hal ini dapat dilakukan melalui nama dagang 21 Universitas Sumatera Utara terdaftar untuk melindungi nama merek, hak paten untuk melindungi proses manufaktur, hak cipta dan rancangan hak milik untuk melindungi kemasan. Perlindungan ukum ini memastikan bahwa perusahaan dapat berinvestasi dengan aman dalam merek tersebut dan mendapatkan keuntungan dari sebuah aset yang berharga. 4. Merek menandakan tingkat kualitas tertentu sehingga pembeli yang puas dapat dengan mudah memilih produk kembali. Hal ini menciptakan loyalitas merek 5. Loyalitas merek memberikan tingkat permintaan yang aman dan dapat diperkirakan bagi perusahaan, dan menciptakan penghalang yang mempersulit perusahaan lain untuk memasuki pasar. 2.1.4.3 Membangun Merek Yang Kuat Situmorang (2011:193) menyatakan bahwa “dari sebuah produk dapat lahir sebuah brand jika produk itu menurut persepsi konsumen mempunyai keunggulan fungsi (functional brand), menimbulkan asosiasi dan citra yang diinginkan konsumen (image brand), serta membangkitkan pengalaman tertentu ketika konsumen berinteraksi dengannya (experiental brand)”. Rangkuti (2002:222) juga menyatakan “suatu merek disebut kuat apabila merek tersebut memiliki brand equity yang tinggi, seperti brand preference, brand loyalty, brand assosiation dan brand assets yang didukung oleh brand value yang bersifat khusus serta sesuai dengan nilai – nilai yang terdapat dalam diri pelanggan”. Ada sepuluh pedoman membangun merek yang dinyatakan oleh Rangkuti (2002:229), yaitu: 22 Universitas Sumatera Utara 1. Brand Identity Identitas merek merupakan seperangkat asosiasi merek yang sering digunakan oleh ahli strategi merek.Asosiasi – asosiasi ini mewakili arti dari suatu merek dan secara tidak langsung merupakan janji kepada para konsumen. 2. Value Proposition Nilai proposisi merek adalah sebuah pertanyaan secara fungsional, emosional dari suatu merek yang disampaikan kepada pelanggan. 3. Brand Position Posisi merek adalah bagian dari identitas merek dan nilai proposisi yang selalu aktif dikomunikasikan kepada pasar sasaran, sehingga dapat memperoleh keuntungan melalui persaingan merek. 4. Execution Pelaksanaan program komunikasi, yang tidak hanya ditargetkan pada identitas dan positioning, tetapi juga sampai memperoleh kecemerlangan secara terus-menerus. 5. Consistency Over Time Memiliki identitas yang konsisten merupakan kekuatan untuk tetap memiliki merek yang kuat. 6. Brand System Sebuah brand system dapat digunakan sebagai panggung peluncuran bagi produk-produk baru atau merek baru. 23 Universitas Sumatera Utara 7. Brand Leverage Satu resep agar ahli strategi berhasil adalah menciptakan dan mengembangkan aset-aset yang ada.Mengidentifikasi jarak antarmerek, serta membangun identitas masing-masing merek sesuai dengan perbedaan produk. 8. Tracking Brand Equity Mengamati secara terus-menerus brand equity, termasuk brand awarness, perceived quality, brand loyalty dan khususnya brand association. 9. Brand Responsibility Mempunyai seseorang yang bertanggung jawab atas merek, sehingga ia dapat selalu memelihara, menciptakan, dan menjaga identitas dari posisi merek serta mengkoordinasikan keputusan-keputusan yang akan dilakukan oleh masing-masing fungsi manajemen. 10. Invest in Brands Tetap secara konsisten melanjutkan investasi dalam merek walaupun tujuan finansial perusahaan belum terpenuhi. 2.1.4.4 Asosiasi Merek (Brand Association) Asosiasi Merek (Brand Association) adalah segala kesan yang muncul di benak seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek.Menurut Durianto,dkk (2004:69) “berbagai asosiasi merek yang saling berhubungan akan menimbulkan suatu rangkaian yang disebut brand image”. Asosiasi-asosiasi yang terkait dengan suatu merek umumnya dihubungkan dengan berbagai hal berikut: 24 Universitas Sumatera Utara 1. Atribut Produk (Product attributes) Mengembangkan asosiasi atribut produk ini efektif karena jika atribut tersebut bermakna. 2. Atribut tak berwujud (Intangibles attributes) Suatu faktor tak berwujud merupakan atribut umum, seperti halnya persepsi kualitas, kemajuan teknologi, atau kesan nilai yang mengikhtisarkan serangkaian atribut yang objektif. 3. Manfaat bagi pelanggan (Customer’s benefits) Karena sebagian besar atribut produk memberikan manfaat bagi pelanggan, maka biasanya terdapat hubungan antarkeduanya. 4. Harga relatif (Relative price) Evaluasi terhadap suatu merek di sebagian kelas produk ini akan diawali dengan penentuan posisi merek tersebut dalam satu atau dua dari tingkat harga. 5. Penggunaan (Application) Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan merek tersebut dengan suatu penggunaan atau aplikasi tertentu 6. Pengguna/pelanggan (User/customer) Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan sebuah merek dengan sebuah tipe pengguna atau pelanggan dari produk tersebut. 7. Orang terkenal/khalayak (Celebrity/person) Mengaitkan orang terkenal atau artis dengan sebuah merek dapat mentransfer asosiasi kuat yang dimiliki oleh orang terkenal ke merek tersebut. 25 Universitas Sumatera Utara 8. Gaya hidup/kepribadian (Life style/personality) Asosiasi sebuah merek dengan suatu gaya hidup dapat diilhami oleh asosiasi para pelanggan merek tersebut dengan aneka kepribadian dan karakteristik gaya hidup yang hampir sama. 9. Kelas produk (Product class) Mengasosiasikan sebuah merek menurut kelas produknya. 10. Para pesaing (Competitors) Mengetahui pesaing dan berusaha untuk menyamai atau bahkan mengungguli pesaing. 11. Negara/wilayah geografis (Country/geographic are) Sebuah negara dapat menjadi simbol yang kuat asalkan memiliki hubungan yang erat dengan produk, bahan, dan kemampuan. 2.1.4.5 Pengertian Citra Merek Feldwick dalam Tjiptono (2005:49) menyatakan bahwa “Brand image atau brand description, yakni deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu".Kotler dan Keller (2009:346) juga menyatakan bahwa “citra merek adalah persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti yang tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam ingatan konsumen”.Dari kedua pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa citra merek adalah sekumpulan asosiasi merek yang terjadi dalam ingatan konsumen. 2.1.4.6 Pengukuran Citra Merek Menurut Aaker dalam Dewi (2011:33), terdapat empat hal pokok yang harus diperhatikan dalam membentuk sebuah brand yaitu: 26 Universitas Sumatera Utara 1. Recognition, tingkat dikenalnya sebuah merek (brand) oleh konsumen. 2. Reputattion, tingkat atau status yang cukup tinggi bagi sebuah merek (brand) karena lebih terbukti mempunyai “track record” yang baik. 3. Affinity, semacam emotional relationship yang timbul antar sebuah merek (brand) dengan konsumennya. 4. Brand loyalty, ukuran dari kesetiaan pelanggan terhadap suatu merek. 2.1.5 Faktor Pribadi Menurut Kotler (2009:172), faktor pribadi meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup pembeli, pekerjaan, keadaan ekonomi, kepribadian, serta gaya hidup dan nilai. 1. Umur dan tahap siklus hidup Selera akan makanan, pakaian, dan rekreasi sering kali berhubungan dengan umur. Maka dari itu, seseorang akan mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama hidupnya. Menurut Setiadi (2010:64), pembelian juga dibentuk oleh tahap daur hidup dari sebuah keluarga. Daur hidup keluarga terdiri dari: a. Daur hidup keluarga tradisional Terdiri atas sembilan tahap, antara lain: tahap membujang, pasangan muda yang baru menikah dan belum punya anak, keluarga penuh I, keluarga penuh II, keluarga penuh III, keluarga kosong I, keluarga kosong II, dan hidup sendirian. 27 Universitas Sumatera Utara b. Daur hidup keluarga non tradisional Terdiri dari : pasangan yang tidak menikah, pasangan yang menikah di kemudian hari, pasangan tanpa anak, orang tua tunggal, orang tua dengan anak dewasa yang pulang lagi ke rumah, dan lain-lain. 2. Pekerjaan Pekerjaan juga mempengaruhi barang dan jasa yang akan dibeli oleh seseorang. Dengan demikian pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa mereka. Sebuah perusahaan bahkan dapat mengkhususkan produknya untuk kelompok pekerjaan tertentu. 3. Keadaan ekonomi Pembelian tehadap sebuah produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang. Keadaan ekonomi meliputi pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan aset, hutang, kekuatan pinjaman, dan sikap terhadap pengeluaran dan tabungan. Pemasar produk yang peka terhadap harga terusmenerus mengamati kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tingkat bunga. Bila indikator ekonomi tabungan dan menunjukkan resesi, pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk merancang, memposisikan, dan menentukan kembali harga produk mereka atau memperkenalkan atau meningkatkan penekanan atas merek diskon sehingga perusahaan dapat terus menawarkan nlai kepada pelanggan sasaran. 28 Universitas Sumatera Utara 4. Kepribadian Kepribadian (personality) adalah sekumpulan sifat psikologis manusia yang menyebabkan respons yang relatif konsisten dan tahan lama terhadap rangsangan lingkungan termasuk perilaku pembelian (Kotler, 2009:174). Menurut Sujanto (2004), “kepribadian adalah suatu totalitas psikofisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak dalam tingkah lakunya yang unik”.Dari pengertian yang diungkapkan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah ciri-ciri dan sifat-sifat khas yang merupakan gabungan dari psikologis dan fisik (psikofisis) yang mempunyai respons yang bersifat relatif konsisten dan tahan lama terhadap rangsangan lingkungan. Kepribadian dapat menjadi variabel yang sangat berguna dalam menganalisis perilaku konsumen, asalkan jenis kepribadian tersebut dapat diklasifikasikan dengan akurat dan terdapat korelasi yang kuat antara jenis kepribadian tertentu dan pilihan produk atau merk. 5. Gaya hidup Gaya hidup secara luas didefinisikan sebagai bagaimana cara hidup seseorang, yang diidentifikasikan oleh bagaimana seseorang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), bagaimana mereka membelanjakan uangnya, apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia di sekitarnya (pendapat). Gaya hidup berlaku bagi: individu (perorangan), sekelompok kecil orang yang berinteraksi dan kelompok orang yang lebih besar, seperti segmen pasar. 29 Universitas Sumatera Utara Gaya hidup suatu masyarakat akan berbeda dengan masyarakat yang lainnya. Bahkan dari masa ke masa gaya hidup suatu individu dan kelompok masyarakat tertentu akan bergerak dinamis. Gaya hidup seseorang mempengaruhi perlaku pembelian, yang bisa menentukan banyak konsumsi perorangan, jadi gaya hidup bisa berubah karena pengaruh lingkungan. Pemasar dapat menggunakan analisis gaya hidup yang terkait dengan wilayah hidup konsumen seperti sewaktu berekreasi di luar rumah. Selain itu pemasar juga bisa mempelajari pola gaya hidup secara umum dari suatu populasi. 2.1.6 Faktor Psikologis Keputusan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologis yang utama, yaitu: a. Motivasi Motivasi berasal dari bahasa latin yang berbunyi movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi penting karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia. Motivasi semakin penting agar kosumen mendapatkan tujuan yang diinginkannya secara optimum. Menurut Kotler (2009:178), “motif (dorongan) adalah kebutuhan yang secara cukup dirangsang untuk mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan”.Menurut Flippo (dalam Setiadi, 2010:26), “motivasi adalah suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus tercapai”.Sedangkan menurut Mowen (2002), “motivasi adalah keadaan yang 30 Universitas Sumatera Utara diaktivasi atau digerakkan di mana seseorang mengarahkan perilaku berdasarkan tujuan”. Jadi, secara keseluruhan motivasi dapat diartikan sebagai pemberi daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerja sama, secara efektif dan terintegrasi dengan segala upaya untuk mencapai kepuasan (Setiadi, 2010:26).Motivasi konsumen bertujuan: meningkatkan kepuasan, mempertahankan loyalitas, efisiensi, efektivitas, dan menciptakan suatu hubungan yang harmonis antara produsen atau penjual dan pembeli atau konsumen (Setiadi, 2010:31). Metode dan bentuk pemberian motivasi, antara lain : 1) Direct motivation Direct motivation atau motivasi langsung adalah motivasi yang bersifat materiil ataupu nonmateriil yang diberikan secara langsung kepada setiap konsumen untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasannya.Contoh: bonus, tunjangan, penghargaan terhadap pelanggan,dan lain-lain. 2) Indirect motivation Indirect motivation atau motivasi tidak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah konsumen untuk melakukan pembelian.Contoh: pelayanan yang memuaskan, kualitas barang ditingkatkan, dan lain sebagainya. Ahli psikologi telah mengembangkan teori tentang motivasi manusia. Terdapat tiga teori yang paling dikenal, yaitu : teori Sigmund Freud, Abraham 31 Universitas Sumatera Utara Maslow, dan Frederick Herzberg yang membawa implikasi yang cukup berbeda bagi analisis konsumen dan strategi pemasaran. 1) Teori Motivasi Freud Freud mengasumikan bahwa kekuatan psikologis yang membentuk perilaku seseorang sebagian besar adalah ketidaksadaran dan bahwa seseorang menahan banyak keinginan dan menerima aturan-aturan sosial dalam proses pertumbuhannya. Keinginan-keinginan ini tidak pernah dapat dikendalikan atau dihapuskan dengan sempurna. Jadi, seseorang tidak dapat memahami sepenuhnya motivasi dirinya. 2) Teori Motivasi Maslow Menurut Maslow kebutuhan manusia tersusun dalam sebuah hierarki, dari yang paling menekan sampai yang paling tidak menekan. Artinya, jika kebutuhan yang pertama telah terpenuhi, kebutuhan tingkat kedua akan muncul menjadi yang utama. Selanjutnya jika kebutuhan tingkat kedua telah terpenuhi, muncul kebutuhan tingkat ketiga dan seterusnya sampai tingkat kebutuhan yang kelima. Tingkat kebutuhan yang paling rendah ialah kebutuhan fisiologis dan tingkat yang tertinggi ialah kebutuhan akan perwujudan diri (self-actualization). 32 Universitas Sumatera Utara Aktualisasi Diri Kebutuhan Penghargaan Kebutuhan Sosial Kebutuhan Keamanan Kebutuhan Fisiologis Sumber: Kotler (2009:179) Gambar 2.2 Hierarki Kebutuhan Maslow Menurut Setiadi (2010:39), kebutuhan tersebut didefinisikan sebagai berikut: 1. Fisiologis: kebutuhan akan makan, minum, tempat tinggal dan bebas dari rasa sakit. 2. Keamanan: kebutuhan akan kebebasan dari ancaman, yakni aman dari ancaman kejadian atau lingkungan. 3. Sosial: kebutuhan akan teman, afiliasi, interaksi dan cinta. 4. Penghargaan: kebutuhan akan penghargaan diri dan penghargaan dari orang lain. 5. Aktualisasi diri: kebutuhan untuk memenuhi diri sendiri dengan memaksimumkan penggunaan kemampuan, keahlian dan potensi. 33 Universitas Sumatera Utara 3) Teori Motivasi Herzberg Frederick Herzberg telah mengembangkan sebuah teori motivasi “dua faktor”, yang membedakan antara faktor yang menyebabkan ketidakpuasan (dissastisfiers) dan faktor yang menyebabkan kepuasan (satisfiers). Teori ini memiliki dua implikasi. Pertama, penjual seharusnya melakukan yang terbaik untuk menghindari faktor-faktor yang menimbulkan ketidakpuasan. Kedua, penjual harus mengidentifikasi setiap kepuasan atau motivator utama pembelian di pasar dan kemudian memasok mereka. b. Persepsi Menurut Kotler (2009:179), “persepsi (perception) adalah proses dimana kita memilih, mengatur dan menerjemahkan masukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang berarti”.Stanton et al. (1998) dalam Setiadi (2010:88) menyatakan bahwa “persepsi dapat didefinisikan sebagai makna yang kita pertalikan berdasarkan pengalaman masa lalu, stimuli (rangsangan) yang kita terima melalui lima indera”. Seseorang yang termotivasi siap untuk bertindak. Bagaimana seseorang yang termotivasi bertindak akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi tertentu. Orang dapat memiliki persepsi berbeda atas objek yang sama karena tiga proses persepsi, yaitu: 1) Atensi selektif (selective attention) Orang pada umumnya dihadapkan pada jumlah rangsangan yang sangat banyak setiap hari dan tidak semua rangsangan ini dapat diterima. Oleh sebab itu, 34 Universitas Sumatera Utara kita akan menyortir sebagian besar rangsangan tersebut. Hal ini dinamakan atensi selektif. Atensi selektif berarti bahwa pemasar harus bekerja keras untuk dapat menarik atensi konsumen, di mana pesan yang disampaikan akan hilang bagi kebanyakan orang yang tidak berada dalam pasar untuk produk tersebut, kecuali untuk pesan yang cukup menonjol atau dominan yang mengelilingi konsumen pasar tersebut. 2) Distorsi selektif (selective distortion) Bahkan rangsangan yang diperhatikan tidak selalu datang dalm cara yang yang dimaksudkan oleh pengirim. Distorsi selektif adalah kecendrungan untuk menerjemahkan informasi dengan cara yang sesuai dengan lonsepsi awal kita. Konsumen sering mendistorsi informasi agar konsisten dengan keyakinan dan ekspektasi dari merek dan produk yang sudah ada sebelumnya. Distorsi selektif dapat bekerja untuk keunggulan pemasar yang memiliki merek kuat ketika konsmen mendistorsi informasi merek netral atau tidak jelas untuk membuatnya lebih positif. 3) Retensi selektif (selective retention) Sebagian besar dari kita tidak mengingat kebanyakan informasi yang dipaparkan kepada kita, tetapi kita mempertahankan informasi yang mendukung sikap dankeyakinan kita. Karena retensi selektif, kita akan mengingat poin bagus tentang sebuah produk yang kita sukai dan melupakan poin baagus tentang produk pesaing. Hal ini mengharuskan pemasar menggunakan pengulangan untuk memastikan pesan mereka tidak diabaikan. 35 Universitas Sumatera Utara c. Pembelajaran Assael (1997) dalam Setiadi (2010:111) menyatakan bahwa ”pembelajaran konsumen adalah suatu perubahan dalam perilaku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman masa lalunya”. Konsumen memperoleh berbagai pengalamannya dalam pembelian produk dan merek produk apa yang disukainya. Konsumen akan menyesuaikan perilakunya dengan pengalamannya di masa lalu. Pembelajaran (learning) mendorong perubahan dalam perilaku kita yang timbul dari pengalaman. Sebagian besar perilaku manusia dipelajari, meskipun sebagian besar pembelajaran itu tidak sengaja (Kotler, 2009:181).Menurut Setiadi (2010:112), elemen-elemen dasar dalam pemnbelajaran antara lain: 1) Motivasi Pembelajaran bisa terjadi dalam situasi keterlibatan tinggi atau rendah. Suatu pembelajaran termasuk dalam suasana keterlibatan tinggi (high-involvement learning) kalau konsumen dimotivasi untuk memproses atau mempelajari bahannya. Sebaliknya, low involvement learning situation adalah dimana konsumen tidak mempunyai motivasi (atau kecil sekali) untuk memproses atau mempelajari bahannya (Supranto, 2007:116). 2) Penguatan(Reinforcement) Penguatan muncul ketika konsumen berperilaku yang sama seperti sebelumnya, karena sebelumnya dia mendapatkan respons yang positif atas tindakannya. Respons positif ditandai dengan dilakukannya pembelian ulang terhadap suetu produk dengan merek yang sama. Sedangkan konsumen akan 36 Universitas Sumatera Utara memberikan respons negatif jika respons atas tindakannya itu tidak memuaskan dan ditunjukkan dengan cara tidak lagi membeli produk tersebut. d. Keyakinan dan sikap Menurut Kotler (2009:186), “keyakinan (belief) adalah pemikiran deskriptif yang dipegang seseorang tentang sesuatu. Sedangkan sikap (attitude) adalah evaluasi dalam waktu lama tentang yang disukai atau tidak disukai seseorang, perasaan emosional, dan kecendrungan tindakan terhadap beberapa objek atau ide”.Keyakinan konsumen adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek, atribut dan manfaatnya (Mowen, 2002). Seseorang membentuk tiga jenis keyakinan, antara lain: Keyakinan atribut-objek, menghubungkan sebuah atribut dengan objek seperti seseorang, barang atau jasa dan melalui keyakinan ini konsumen menyatakan apa yang mereka ketahui tentang sesuatu dalam hal variasi atributnya. Keyakinan atribut-manfaat, merupakan persepsi konsumen tentang seberapa jauh sebuah atribut tertentu menghasilkan, atau memberikan manfaat tertentu. Keyakinan objek-manfaat, merupakan persepsi konsumen tentang seberapa jauh produk, orang atau jasa tertentu yang akan memberikan manfaat tertentu. Sikap menggambarkan penilaian, perasaan dan kecendrungan yang relatif konsisten dari seseorang atas sebuah objek atau gagasan. Sikap menempatkan seseorang dalam suatu kerangka pemikiran mengenai suka atau tidak sukanya 37 Universitas Sumatera Utara akan sesuatu, mendekati atau menjauhi mereka. Sikap mendorong orang untuk berperilaku secara konsisten terhadap objek yang sejenis. Sikap sulit diubah. Sikap seseorang mengikuti suatu pola, dan untuk mengubah suatu sikap mungkin memerlukan penyesuaian yang akan menyulitkan dengan sikap lainnya. 2.1.7 Keputusan Pembelian Memutuskan berarti memilih salah satu dari dua atau lebih alternatif. Maka tidak jarang dalam proses memutuskan membeli sebuah produk akan melibatkan suatu unit pengambilan keputusan yang meliputi lebih dari satu orang. Untuk itu, para pemasar harus mengidentifikasi siapa yang membuat keputusan, jenis keputusan dan langkah-langkah dalam proses pembelian. 2.1.7.1 Peran dalam pembelian Terdapat lima peran dalam suatu unit pengambilan keputusan, antara lain: 1) Initiator, seseorang yang pertama kali mengusulkan ide untuk membeli suatu produk atau jasa tertentu. 2) Influencer, seseorang yang pandangannya atau pendapatnya sangat mempengaruhi keputusan pembelian. 3) Decider, seseorang yang memutuskan setiap komponen dalam keputusan pembelian: apakah membeli, apa yang dibeli, bagaimana membeli dan di mana membeli. 4) Buyer, seseorang yang melakukan pembelian yang sebenarnya. 5) User, seseorang yang menggunakan produk atau jasa tersebut. 38 Universitas Sumatera Utara 2.1.7.2 Jenis perilaku pembelian Pengambilan keputusan oleh konsumen akan berbeda menurut jenis keputusan pembelian. Assael dalam Kotler (2009:191), membedakan empat tipe perilaku pembelian konsumen berdasarkan pada tingkat keterlibatan konsumen dan tingkat perbedaan merk, yaitu: 1) Perilaku membeli yang kompleks (complex buying behaviour) Perilaku membeli yang kompleks terjadi ketika para konsumen sangat terlibat dalam suatu pembelian dan mereka menyadari adanya perbedaan yang signifikan diantara berbagai merk yang ada. Hal ini terjadi pada saat konsumen membeli produk yang mahal, jarang dibeli, berisiko, dan sangat mengekspresikan pribadi. Pembeli ini akan melewati beberapa proses belajar, yang pertama mengembangkan keyakinan mengenai produk, kemudian membangun pendirian tentang produk tersebut dan kemudian membuat pilihan pembelian yang cermat. 2) Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan (dissonance reducing buying behaviour) Perilaku pembelian seperti ini menunjukkan keterlibatan konsumen yang tinggi dalam suatu pembelian tetapi hanya melihat sedikit perbedaan diantara berbagai merk yang ada. Perilaku membeli ini terjadi dalam pembelian produk yang harganya mahal, tidak sering dibeli, berisiko dan membeli secara relatif cepat karena perbedaan merk tidak terlihat. 39 Universitas Sumatera Utara 3) Perilaku membeli karena kebiasaan (habitual buying behaviour) Perilaku pembelian ini terjadi dengan keterlibatan konsumen yang rendah dan tidak melihat adanya perbedaan merk yang signifikan dan konsumen membeli suatu produk karena kebiasaan, bukan karena kesetiaan terhadap merk. Perilaku pembelian ini terjadi pada kebanyakan produk yang mempunyai harga murah dan sering dibeli. Dalam perilaku pembelian ini konsumen tidak secara ekstensif mencari informasi mengenai merk, mengevaluasi karakteristiknya, dan membuat keputusan penuh pertimbangan mengenai merk apa yang dibeli. Tetapi konsumen merupakan penerima informasi pasif ketika mereka melihat iklan televisi atau iklan di media cetak. 4) Perilaku membeli yang mencari variasi (variety seeking buying behaviour) Perilaku pembelian ini memiliki keterlibatan konsumen yang rendah, namun melihat adanya perbedaan merk yang signifikan. Pada situasi ini konsumen sering melakukan perpindahan merk. Konsumen memiliki sedikit kepercayaan, memilih sebuah merk produk tanpa terlalu banyak evaluasi. Tetapi pada waktu berikutnya, konsumen tersebut mungkin mengambil merk yang lain karena rasa bosan atau karena ingin rasa yang berbeda. Jadi, peralihan merk terjadi karena alasan untuk variasi dan bukan karena ketidakpuasan. 2.1.7.3 Proses pengambilan keputusan pembelian Proses pembelian yang spesifik terdiri dari urutan kejadian berikut: pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Maka dari itu, tugas pemasar adalah 40 Universitas Sumatera Utara memahami perilaku pembeli pada tiap-tiap tahap dan pengaruh apa yang bekerja dalam tahap-tahap tersebut. Mengenali kebutuhan Pencarian informasi Evaluasi alternatif Keputusan membeli Perilaku pasca pembelian Sumber: Setiadi (2010:14) Gambar 2.3 Proses Keputusan Pembelian Konsumen Secara rinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Pengenalan kebutuhan Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dan kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan internal dan rangsangan eksternal. 2) Pencarian informasi Terdapat dua tingkat pencarian informasi: pertama, tingkat pencarian informasi yang sedang-sedang saja yang disebut perhatian yang meningkat. Kedua, pencarian informasi secara aktif dengan cara mencari informasi dari bahan-bahan bacaan, menelepon pihak-pihak yang terkait dan melakukan kegiatan untuk mempelajari yang lain. Sumber-sumber informasi konsumen dapat dikelompokkan menjadi: a. Sumber pribadi : keluarga, teman, kenalan, dan tetangga b. Sumber komersial: iklan, tenaga penjualan, penyalur, kemasan dan pameran c. Sumber umum: media massa dan organisasi konsumen 41 Universitas Sumatera Utara d. Sumber pengalaman: pernah menangani, menguji, dan menggunakan produk. 3) Evaluasi alternatif Tahap ketika konsumen memproses informasi tentang pemilihan merk untuk membuat keputusan akhir. Sulit untuk mengetahui bagaimana terjadinya proses evaluasi pembeli sehingga menjadi sebuah keputusan. Dan ternyata tidak ada proses evaluasi yang sederhana dan tunggal yang digunakan oleh konsumen atau bahkan oleh satu konsumen pada seluruh situasi membeli. Kebanyakan model dari proses evaluasi konsumen sekarang bersifat kognitif, yaitu mereka memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan pada pertimbangan yang sadar dan rasional. 4) Keputusan pembelian Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi terhadap merkmerk yang terdapat pada perangkat pilihan. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi tujuan membeli dan keputusan membeli. Faktor yang pertama adalah sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain akan mengurangi alternatif pilihan seseorang akan tergantung pada dua hal: (1) intensitas sikap negatif orang lain tersebut terhadap alternatif pilihan konsumen, dan (2) motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain tersebut. Semakin tinggi intensitas sikap negatif orang lain tersebut akan semakin dekat hubungan orang tersebut dengan konsumen, maka semakin besar kemungkinan konsumen akan menyesuaikan tujuan pembeliannya. Faktor kedua adalah faktor keadaan yang tidak terduga, 42 Universitas Sumatera Utara seperti pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan. 5) Perilaku pasca pembelian Pekerjaan pemasar tidak berhenti pada saat suatu produk dibeli, tetapi akan terus berlangsung hingga periode sesudah pembelian. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen pada suatu produk akan mempengaruhi tingkah laku berikutnya. Jika konsumen merasa puas, maka kemungkinan ia akan membeli produk itu lagi. Sedangkan konsumen yang tidak puas akan berusaha mengurangi iiketidakpuasannya dengan meninggalkan atau mengembalikan produk tersebut. Apa pun yang dilakukan konsumen untuk mengurangi ketidakpuasannya, penjual kehilangan sesuatu akibat telah melakukan pekerjaan yang buruk dalam memuaskan konsumen. 2.2 No 1. Nama Manurung (2012) Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Judul Metode Analisis Pengaruh Harga, Regresi linier Kualitas, dan Citra berganda dan Merek Terhadap menggunakan Keputusan Pembelian software SPSS Notebook Acer Pada 16.0 for windows Mahasiswa Fakultas sebagai alat Ekonomi Universitas analisis data Sumatera Utara. Hasil Variabel harga, kualitas, dan citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian notebook Acer pada mahasiswa fakultas ekonomi Universitas Sumatera Utara. 43 Universitas Sumatera Utara No 2. Lanjutan Tabel 2.1 Nama Judul Sabrina Analisis Pengaruh (2012) Kualitas Produk, Harga dan Word OfMouth Terhadap Keputusan Pembelian Sabun Sunlight Cair pada Konsumen Rumah Tangga di KelurahanHelvetia Tengah Medan 3. Azhary (2011) Pengaruh Faktor Pribadi dan Psikologis Terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Pada Distro Innocent Jalan Setia Budi No. 78F Medan 4. Soelistiariny (2011) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Produk Brownies Amanda Pada Konsumen Cabang Abdullah Lubis 5. Hasibuan (2010) Analisis Faktor Pribadi dan Faktor Psikologis Terhadap Keputusan Konsumen pada Vayo Gamestation Jl. Dr Mansyur Padang Bulan Medan Metode Analisis Hasil Regresi linier Kualitas produk, harga dan word berganda, uji F of mouth berpengaruh positif dan dan uji t signifikan terhadap keputusan pembelian sabun Sunlight cair pada konsumen rumah tangga di Kelurahan Helvetia Tengah Medan. R2 = 0,382. Artinya 38,2% variabel keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh variabel independen yang diteliti. Regresi linier 1. Faktor pribadi dan psikologis berganda dan berpengaruh signifikan terhadap menggunakan keputusan pembelian pada software SPSS Distro Innocent Jalan Setia Budi 16.0 for windows No. 78F Medan. sebagai alat 2. R2= 0,604 yang berarti sebesar analisis data 60,4 % faktor-faktor keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh variabel pribadi dan variabel psikologis Regresi linier 1. Variabel budaya, sosial, pribadi, berganda, dan dan psikologi berpengaruh menggunakan positif dan signifikan terhadap software SPSS keputusan pembelian produk 16.0 for windows Brownies Amanda pada sebagai alat konsumen cabang Abdullah analisis data Lubis. 2. R2= 0,501 yang berarti 50,1 % variabel keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologi Metode analisis 1. Faktor pribadi dan faktor deskriptif dan psikologissecara bersama-sama analisis berpengaruh terhadap keputusan statistik dan konsumen pada Vayo menggunakan Gamestation Jl. Dr Mansyur model regresi Padang Bulan Medan. linier berganda 2. R2= 0,175. Artinya 17,5 % variabel keputusan pembelian konsumen dapat dijelaskan oleh faktor pribadi dan psikologis. 44 Universitas Sumatera Utara No 6. 7. Lanjutan Tabel 2.1 Nama Judul Akbar Analisis Pengaruh Citra (2012) Merek, Harga, dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Notebook Toshiba Fristiana (2012) Pengaruh Citra Merek Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Pada Ramai Swalayan Peterongan Semarang Metode Analisis Hasil analisis regresi 1. citra merek, harga, dan kualitas linier berganda, produk berpengaruh signifikan uji t, uji F dan terhadap keputusan menggunakanapl pembelianNotebook Toshiba. ikasi SPSS 20.0 2. R2= 0,256, artinya 25,6% keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh variabel citra merek, harga, dan kualitas produk. uji regresi linear 1. Citra merek dan harga sederhana dan berpengaruh positif dan uji regresi signifikan terhadap keputusan berganda dengan pembelian pada Ramai Swalayan Peterongan Semarang program aplikasi 2. R2= 0,174, artinya bahwa citra SPSS 16.0. merek dan harga mempengaruhi keputusan pembelian sebesar 17,4%sedangkan sisanya 82,6% dipengaruhi oleh variabel lain. 2.3 Kerangka Konseptual Kebutuhan dan keinginan-keinginan konsumen akan berubah secara terus menerus, sehingga seorang manajer pemasaran harus mempunyai pengetahuan yang seksama tentang perilaku konsumen agar dapat memberikan definisi pasar yang baik untuk mengikuti perubahan yang konsisten. Untuk dapat mengikuti perubahan yang terjadi, dibutuhkan beberapa strategi pemasaran, yaitu: strategi penetapan harga, manajemen kualitas dan citra merek. Harga merupakan sejumlah nilai yang dipertukarkan untuk memperoleh suatu produk (Simamora, 2001:30).Bagi pembeli, harga memberikan dampak ekonomisnya yaitu pada daya beli, sebab harga merupakan biaya (cost) bagi pembeli. Semakin tinggi harga semakin sedikit produk yang bisa mereka beli 45 Universitas Sumatera Utara sebaliknya, semakin rendah harga semakin banyak produk yang bisa mereka beli (Simamora, 2001:196).Jika ini berlaku untuk suatu produk maka penurunan harga dapat menciptakan peningkatan permintaan dan dapat disimpulkan bahwa harga memiliki pengaruh dalam proses pengambilan keputusan konsumen. Konsumen senantiasa melakukan penilaian terhadap kinerja suatu produk, hal ini dapat dilihat dari kemampuan produk menciptakan kualitas produk dengan segala spesifikasinya. Menurut Goetsch dan Davis dalam Tjiptono (2008:82), kualitas dapat dirumuskan sebagai kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, sumber daya manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi dan melebihi harapan. Semakin baik kualitas produk maka akan meningkatkan minat konsumen untuk melakukan pembelian. Adanya persepsi pelanggan terhadap kualitas mencerminkan perasaan pelanggan terhadap produk. Persepsi terhadap kualitas keseluruhan dari suatu produk atau jasa dapat menentukan citra dari produk atau jasa tersebut. Citra yang dibangun haruslah kuat tertanam di benak konsumen karena keputusan konsumen sering sekali didasari oleh kesan dari citra merek yang meliputi manfaat yang ditawarkan produk dan kualitas tersirat yang diungkapkan melalui merek. Selain strategi yang telah disebutkan di atas, penting juga bagi pemasar untuk menganalisis perilaku konsumen untuk memahami keputusan pembelian konsumen. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian, antara lain faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis. Sebagian besar adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pemasar, tetapi benar46 Universitas Sumatera Utara benar harus diperhitungkan (Setiadi, 2010:10). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen akan mendasari variasi hasil proses keputusan konsumen. Namun untuk tiap produk atau jasa memiliki faktor-faktor pengaruh yang berbeda tergantung dari perilaku konsumennya. Dengan kata lain, ada faktor yang dominan pada pembelian suatu produk sementara faktor lain kurang berpengaruh. Pribadi merupakan karakteristik yang paling dalam pada diri manusia yang menciptakan perbedaan antara manusia yang satu dengan yang lain. Karakteristik ini muncul pada setiap diri konsumen dan ada di luar kontrol pemasar, begitu juga dengan psikologis yang muncul akibat pengaruh dari lingkungan di sekitar tempat tinggal konsumen. Pribadi dan psikologis saling mempengaruhi dan memiliki perannya masing-masing dalam hal mempengaruhi perilaku konsumen dan biasanya berada di luar perkiraan pemasar. Harga (X1) Kualitas produk (X2) Citra merek (X3) Keputusan pembelian (Y) Faktor pribadi (X4) Faktor psikologis (X5) Sumber: Kotler (2009),Laksana (2008), Stanton (1996), Setiadi (2010) diolah peneliti (2013) Gambar 2.4 Kerangka Konseptual 47 Universitas Sumatera Utara 2.4 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah: “harga, kualitas produk, citra merek, faktor pribadi dan psikologis berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk Sophie Martin pada BC B. Martua Napitupulu ”. 48 Universitas Sumatera Utara