BPK TEMUKAN POTENSI KERUGIAN NEGARA CAPAI Rp20,25 TRILIUN foto2box.blogspot.com Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melaporkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) i Semester II Tahun 2011 kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dalam paparannya, BPK menemukan sebanyak 12.612 kasus senilai Rp20,25 triliun. Dari total temuan BPK ii itu, sebanyak 4.941 kasus senilai Rp13,25 triliun merupakan temuan ketidakpatuhan yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan. Hal tersebut dikemukakan oleh Ketua BPK, Hadi Poernomo di gedung DPR, Jakarta, Selasa (3/4). Temuan BPK berupa ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan sebanyak 1.056 kasus senilai Rp6,99 triliun. Selain itu, BPK juga melaporkan temuan penyimpangan administrasi dan kelembagaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) iii sebanyak 6.615 kasus. Hadi Poernomo menambahkan, dari temuan kerugian, potensi kerugian dan kekurangan penerimaan senilai Rp13,25 triliun, selama proses pemeriksaan iv entitas v , telah ditindaklanjuti vi oleh entitas yang bersangkutan dengan penyetoran ke kas vii negara /daerah /perusahaan senilai Rp81,71 miliar. Dengan rincian temuan kerugian senilai Rp35,99 miliar, potensi kerugian senilai Rp9,53 miliar, dan kekurangan penerimaan senilai Rp 36,17 miliar. Selanjutnya, jelas dia, hasil pemantauan penyelesaian kerugian negara/daerah viii periode akhir 2003 sampai dengan Semester II Tahun 2011 menunjukan sebanyak 16.778 kasus senilai Rp4,32 triliun. Penyelesaian berupa angsuran terpantau sebanyak 4.401 kasus senilai Rp550,01 miliar. Pelunasan sebanyak 6.794 kasus senilai Rp 712,83 miliar. Untuk penghapusan kerugian negara/daerah telah dilakukan atas 125 kasus senilai Rp12,43 miliar. Dengan sisa kasus kerugian negara/daerah yang belum diselesaikan sebanyak 9.859 kasus senilai Rp 3,04 triliun. 1 Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum Pada semester II Tahun 2011, BPK telah memantau penyelesaian kerugian negara/daerah pada 897 entitas dari 2.129 entitas. Atau sebanyak 42,13 persen yang meliputsi instansi pusat, daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Hasil pemantauan penyelesaian kerugian negara/daerah pada Semester II Tahun 2011 menunjukan bahwa jumlah kasus kerugian negara/daerah sebanyak 516 kasus senilai Rp761,50 miliar dengan penyelesaian berupa angsuran sebanyak 152 kasus senilai Rp7,73 miliar, pelunasan sebanyak 168 kasus senilai Rp7,61 miliar. Sisa kasus kerugian negara/daerah pada Semester II Tahun 2011 sebanyak 348 kasus senilai Rp746,15 miliar. BPK juga melakukan pemantauan terhadap hasil pemeriksaan yang berindikasi tindak pidana korupsi ix yang disampaikan kepada aparat penegak hukum. Hasilnya menunjukan, jumlah Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) x BPK berindikasi tindak pidana yang telah disampaikan kepada instansi berwenang sejak 2003 sampai akhir 2011 sebanyak 318 kasus senilai Rp33,87 triliun. Antara lain, 13 kasus telah disampaikan BPK kepada aparat penegak hukum pada periode Semester II Tahun 2011. Dari 318 kasus tersebut, Kepolisian, Kejaksaan, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menindaklanjuti 186 kasus yaitu, pelimpahan ekspos/telahaan/koordinasi penyidikan xii kepada jajaran/penyidik sebanyak 21 kasus, lainnya penyelidikan xi sebanyak sebanyak 37 kasus, 30 kasus, sebanyak 10 kasus, proses sidang 2 kasus, penuntutan sebanyak 11 kasus, vonis xiii /banding/kasasi sebanyak 64 kasus, dan SP3 sebanyak 11 kasus. Sisa kasus yang belum ditindaklanjuti yaitu sebanyak 132 kasus. Hadi Poernomo menilai, hasil pemeriksaan BPK Semester II Tahun 2011 ini menggambarkan negara xiv masih terdapat berbagai kelemahan dalam pengelolaan keuangan yang memerlukan upaya perbaikan. BPK senantiasa akan terus mendorong pemerintah untuk memperbaiki kualitas pengelolaan keuangan negara. Sumber Berita : Republika.co.id, 04 April 2012. ¾ Hasil setiap pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK disusun dan disajikan dalam laporan hasil pemeriksaan (LHP) segera setelah kegiatan pemeriksaan selesai. Pemeriksaan keuangan akan menghasilkan opini. Pemeriksaan kinerja akan menghasilkan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi, sedangkan pemeriksaan dengan tujuan tertentu akan menghasilkan kesimpulan. Setiap laporan hasil pemeriksaan BPK disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya ditindaklanjuti, antara lain dengan membahasnya bersama pihak terkait. ¾ Selain disampaikan kepada lembaga perwakilan, laporan hasil pemeriksaan juga disampaikan oleh BPK kepada pemerintah. Dalam hal laporan hasil pemeriksaan keuangan, hasil pemeriksaan BPK digunakan oleh pemerintah untuk melakukan koreksi dan penyesuaian yang diperlukan, sehingga laporan keuangan yang telah diperiksa (audited financial statements) memuat koreksi dimaksud sebelum disampaikan kepada 2 Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum DPR/DPRD. Pemerintah diberi kesempatan untuk menanggapi temuan dan kesimpulan yang dikemukakan dalam laporan hasil pemeriksaan. Tanggapan dimaksud disertakan dalam laporan hasil pemeriksaan BPK yang disampaikan kepada DPR/DPRD. Apabila pemeriksa menemukan unsur pidana, Undang-undang ini mewajibkan BPK melaporkannya kepada instansi yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BPK diharuskan menyusun ikhtisar hasil pemeriksaan yang dilakukan selama 1 (satu) semester. Ikhtisar dimaksud disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD sesuai dengan kewenangannya, dan kepada Presiden serta gubernur/bupati/walikota yang bersangkutan agar memperoleh informasi secara menyeluruh tentang hasil pemeriksaan. ¾ Dalam rangka transparansi dan peningkatan partisipasi publik, Undang-undang ini menetapkan bahwa setiap laporan hasil pemeriksaan yang sudah disampaikan kepada lembaga perwakilan dinyatakan terbuka untuk umum. Dengan demikian, masyarakat dapat memperoleh kesempatan untuk mengetahui hasil pemeriksaan, antara lain melalui publikasi dan situs web BPK. Undang-undang ini mengamanatkan pemerintah untuk menindaklanjuti rekomendasi BPK. Sehubungan dengan itu, BPK perlu memantau dan menginformasikan hasil pemantauan atas tindak lanjut tersebut kepada DPR/DPD/DPRD. Sumber : Penjelasan Umum Huruf D UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara) i Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semesteran (IHPS), dokumen yang disusun yang memuat ringkasan mengenai hasil pemeriksaan yang signifikan, hasil pemantauan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan hasil pemantauan penyelesaian pengenaan ganti kerugian negara/daerah dalam satu semester. ii Temuan Pemeriksaan (TP), 1. himpunan dan sintetis dari data dan informasi yang dikumpulkan dan diolah selama dilakukan pemeriksaan pada entitas tertentu dan disajikan sescara sistematis dan analistis meliputi unsur kondisi, kriteria, akibat, dan sebab; 2. indikasi permasalahan yang ditemui di dalam pemeriksaan lapangan. iii Sistem Pengendalian Intern (SPI), suatu proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang‐undangan iv Pemeriksaan, proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. v Entitas, kesatuan unit badan atau lembaga (satuan yang berwujud) yang menerima dan mengelola anggaran dari Pemerintah dan mempertanggungjawabkan anggaran tersebut. misalnya, Kesekretariatan Jenderal, Kementerian Negara/Lembaga, LPND, BUMN/BUMD, Komisi Negara, Bank Indonesia, Pemerintah Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota). vi Kas Negara, tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara. vii Kas Daerah, tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh gubernur/bupati/walikota untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah. viii Kerugian Negara/Daerah, kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai [vide: UU No. 15/2006, Psl 1 angka 15]. ix Tindak Pidana Korupsi (TPK), tindakan yang dilakukan oleh setiap orang yang melawan hukum bertujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan wewenang, kesempatan, atau 3 Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara [vide:UU No. 31/1999]. x Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), Laporan tertulis mengenai hasil pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan oleh tim pemeriksa dan disampaikan kepada DPR, DPD, dan DPRD xi Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang‐undang ini (Pasal 1 Angka 5 UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang‐Undang Hukum Acara Pidana). xii Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang‐undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya (Pasal 1 Angka 2 UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang‐Undang Hukum Acara Pidana). xiii xiv Vonis, keputusan hakim, surat keputusan pengadilan. Keuangan Negara, semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut [vide: UU No. 17/2003, Pasal 1 dan 2]. 4 Seksi Informasi Hukum – Ditama Binbangkum