the effect of return on assets (roa), leverage and size of company in

advertisement
THE EFFECT OF RETURN ON ASSETS (ROA), LEVERAGE AND SIZE
OF COMPANY IN MANUFACTURINGTAX AVOIDANCE
LISTED IN BEI YEAR 2010-2013
Wiwil Helina Putri1, Herawati1, Dandes Riva2
Accounting Departement, Faculty Economics, University Of Bung Hatta
Email : [email protected]
ABSTRACT
This study aimed to examine the effect of return on assets leverage and size of the company againts
tax avoidance. Independent variables used in this study was measured by return on assets (ROA),
leverage measured by debt to equity ratio and firm size measured by total assets log. While the
dependent variable in this study was measured using the tax avoidance effective cash tax rate
(CETRit). The population in this study are manufacturing companies listed in indonesia stock
exchange (BEI) from 2010-2013. This study using purposive sampling method and using a multiple
linear reggresion test. The number of samples in this study was selected 59 manufacturing company
in a single year, with observation for four years, the total sample used in this study amounted to
236 companies. The results showed that the return on assets (ROA) effect on tax avoidance, the
leverage effect on tax avoidance, while the size of the company does not effect the tax avoidance.
Keywords : Tax Avoidance, Return On Assets, Leverage, Firm Size
oleh sukses atau tidaknya penyusunan suatu
perencanaan pajak (tax planning).
Perencanaan
pajak
itu
sendiri
bertujuan
untuk
melihat
bagaimana
pengendalian tersebut dapat mengefesiensikan
jumlah nilai pajak yang akan ditransferkan
kepada pemerintah, itu dapat dilakukan
melalui
apa
yang
disebut
sebagai
penghindaran pajak (tax avoidance). Dalam
sudut
pandang
perencanaan
pajak,
penghindaran pajak (tax avoidance) yang
dilakukan oleh wajib pajak adalah sah dan
secara yuridis sehingga tidak bisa ditetapkan
sebagai
pengenaan
pajak.Penghindaran
pajak(tax avoidance) adalah perbuatan legal
yang masih dalam ruang lingkup perpajakan
dan sama sekali tidak melanggar ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan
(Zain,2007). Sedangkan menurut Hanlon
(2010) mendefenisikan tax avoidance sebagai
pengurangan pajak eksplisit, dimana tax
avoidance juga merupakan rangkaian
aktivitas perencanaan pajak. Juga dapat
disimpulkan bahwa Penghindaran pajak (tax
avoidance) sebagai suatu usaha untuk
meminimalisasikan beban pajak seminimal
mungkin secara legal, dengan cara
penggunaan alternatif-alternatif yang riil dan
dapat
diterima
oleh
fiskus.
Untuk
PENDAHULUAN
Pajak merupakan sumber penerimaan
terbesar bagi suatu negara, salahsatu negara
tersebut yaitu Indonesia dan karena itu pula
pemerintah menaruh perhatian yang begitu
besar terhadap pajak. Pemerintah telah
melakukan berbagai macam bentuk upayaupaya untuk meningkatkan penerimaan pajak
ini, diantaranya pemerintah melakukan
penyuluhan-penyuluhan kepada para wajib
pajak, baik itu wajib pajak orang pribadi
maupun wajib pajak badan. namun dalam
upaya meningkatkan penerimaan dibidang
pajak ini bukan berarti pemerintah tidak
mendapatkan kendala, salah satu kendala
yang menghambat penerimaan pajak yaitu
penghindaran pajak (tax avoidance) dan
perencanaan pajak (tax planning).
Memahami dengan baik ketentuan
peraturan perundang–undangan perpajakan
serta perkembangan dan perubahannya, pada
hakikatnya manajemen pajak dapat dilakukan
dengan baik dan berhasil, suatu sistem
manajemen pajak merupakan suatu hal yang
dianggap vital bagi perusahaan yang
berorientasi pada keuntungan, bahkan
predikat yang didapat oleh seorang manejer
yang sukses terkadang juga ditentukan pula
1
meminimalisasikan beban pajak dapat
dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari
yang masih berada di bingkai peraturan
perpajakan sampai dengan yang melanggar
peraturan perpajakan.
Penghindaran pajak(tax avoidance) ini
dilakukan oleh perusahaan disebabkan karena
pajak bagi perusahaan merupakan beban yang
akan mengurangi laba bersih suatu
perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus
melakukan
penghindaran
pajak
(tax
avoidance), agar beban pajak yangakan
dibayarkan suatu perusahaan tidak terlalu
tinggi.
Terdapat
perbedaan
kepentingan
antara perusahaan dengan fiskus. Pemerintah
danfiskus menginginkan wajib pajak patuh
dalam pembayaran pajak terhutangnya baik
itu wajib pajak orang pribadi maupun wajib
pajak badan, agar tingkat penerimaan disektor
pajak
semakin
meningkat.
sementara
perusahaan mengharapkan beban pajak
terhutangnya
diminimalkan
seminimal
mungkin. Sementara itu dalam pemerintah
Indonesia, telah dibuat berbagai aturanuntuk
mencegah adanya penghindaran pajak salah
satu aturan tersebut misalnya terkait transfer
pricing, yakni tentang penerapan prinsip
Tahun
2009
2010
2011
2012
2013
kewajaran dan kelaziman usaha dalam
transaksi antara wajib pajak dengan pihak
yang mempunyai hubungan istimewa
(Perdirjen No. PER-43/PJ/2010, 2010).
Berdasarkan tax avoidance terdapat
fakta yang telah disampaikan oleh Direktorat
Jendral Pajak (Dirjen Pajak) pada Desember
2013 yang menyatakan bahwa beberapa tahun
terakhir ini sector pajak tidak mampu
memenuhi target penerimaan pajak untuk
menambah Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN). Penyebab dari permasalahan
ini dapat ditinjau dari tiga aspek yakni, faktor
internal dirjen pajak, tingkat ketaatan wajib
pajak badan atau pribadi, dan kondisi
perekonomian global. Tingkat ketaatan wajib
pajak badan atau pribadi salah satunya diukur
apakah wajib pajak tersebut menghindar dari
kewajiban membayar pajak atau wajib pajak
terus mencari celah untuk menyiasati agar
pembayaran pajaknya dengan jumlah sekecil
mungkin (www.news.detik.com).
Untuk memperkuat pendapat dari
Dirjen Pajak tersebut, dapat juga dilihat dari
tabel yang menunjukan target dan realisasi
pendapatan pajak dari tahun 2010-2013,
adalah sebagai berikut :
Tabel 1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak di Indonesia
Tahun 2009-2013
Penerimaan Pajak
Presentase
Target (Rp)
Realisasi (Rp)
(%)
609.227.490.000.000
658.700.790.664.236
108%
651.954.823.000.000
743.325.906.000.000
878.685.216.762.000
1.016.237.341.511.000
619.922.172.626.415
723.306.668.621.739
873.873.829.399.381
980.518.133.319.319
97%
99%
96%
95%
Sumber data (www.kemenkeu.go.id) dan (www.bpk.go.id)
Dari data diatas dapat disimpulkan
bahwa dengan tidak tercapainya target yang
diinginkan oleh fiskus, permasalahan ini
disebabkan karena adanya penghindaran
pajak (tax avoidance) pada rentang waktu
tersebut.
Sebagai contoh kasus yang terkait
dengan ini di Indonesia pada tahun 2005
terdapat 750 perusahaan penanaman modal
asing yang dianggap melakukan penghindaran
pajak dengan melaporkan adanya rugi dalam
waktu 5 tahun berturut –turut dan tidak
membayar
pajak
(Bappenas,
2005).
Sedangkan di Amerika paling tidak terdapat
seperempat perusahaaan yang melakukan
penghindaran
pajak
yakni
dengan
membayarkan pajak kurang dari 20 %
padahal rata-rata pajak yang dibayarkan
perusahaan mendekati 30 % (Dyreng at al.,
2008).
2
Tommy dan Maria (2013) meneliti
tentang pengaruh return on asset, ukuran
perusahaan, corporate governace dan
kompensasi rugi fiscal pada tax avoidance,
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI), menyatakan
bahwareturn on asset, ukuran perushaan
berpengaruh signifikan secara simultan
terhadap tax avoidance pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Selain membahas return on asset
dalam penelitian ini juga membahas tentang
leverage. Leverage adalah penggunaan asset
atau dana, dimana atas penggunaan tersebut
perusahaan harus menanggung beban tetap
berupa penyusutan atau berupa bunga (Halim,
2007). Semakin tinggi jumlah pendanaan dari
utang pihak ketiga yang digunakan
perusahaan dan semakin tinggi pula biaya
bunga yang ditimbulkan oleh utang tersebut.
Biaya bunga yang semakin tinggi akan
memberikan pengaruh berkurangnya beban
pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan.
Semakin tinggi nilai utang perusahaan maka
nilai CETR (cash effective tax rate)
perusahaan akan semakin rendah (Richardson
dan Lanis, 2007).
Setiyono (2010) meneliti mengenai
pengaruh karakter eksekutif terhadap
penghindaran pajak (tax avoidance), yang
didalamnya
juga
mengkaji
ukuran
perusahaan. dalam penelitian ini menyatakan
bahwa ukuran perusahaan secara signfikan
mampu mempengaruhi nilai penghindaran
pajak (Cash ETR) perusahaan. Cash ETR
perusahaan yaitu kas yang dikeluarkan untuk
biaya pajak dibagi dengan laba sebelum
pajak.
Suwito
dan
Herawati
(2005)
menyatakan bahwa ukuran perusahaan adalah
suatu skala yang dapat mengklasifikasikan
perusahaan kepada dua golongan yaitu
perusahaan besar dan kecil.
kepada manajemen atau (agent) dalam proses
pembuatan keputusan dengan harapan pihak
manajemen mampu memanfaatkan seluruh
sumber daya yang ada secara maksimal
sehingga profitabilitas perusahaan meningkat
yang akan mendatangkan keuntungan bagi
seluruh stake holders.
Ketika
manajemen
menjalankan
tugasnya sebagai pengelola seluruh asset
perusahaan akan mendatangkan pemikiran
untuk memperkaya diri sendiri atau bertindak
opportunis, sehingga pemilik akan merasa
dirugikan. Menurut Sari (2010) bila kedua
belah pihak memaksimalkan perannya (utility
maximizers), cukup beralasan jika menejer
tidak bertindak sesuai dengan keinginan
pemilik, karena pada umumnya pemilik
memiliki welvare motives yang bersifat
jangka panjang, sementara menejer lebih
bersifat jangka pendek sehingga ia cenderung
memaksimalkan profit untuk jangka pendek
dengan
mengabaikan
sustainability
keuntungan dalam jangka panjang.
Adanya kepentingan yang berbeda
antara pemilik dan menejer menyebabkan
manajemen (agents) cenderung mencari
keuntungan
untuk
dirinya
sehingga
manajemen (agents) tidak bertindak sesuai
dengan keinginan investor yang berujung
pada konflik keagenan (agency conflik).
Menurut Jansen dan Meckling (1976), agency
theory adalah sebuah kontrak antara menejer
(agents) dengan pemilik (principal), dimana
pemilik mendelegasikan otoritas pembuatan
keputusan kepada menejer.
Terjadinya konflik antara pemilik dan
agen karena kemungkinan agen bertindak
tidak sesuai dengan kepentingan principal.
Sehingga memicu biaya keagenan (agency
cost) yang terdiri dari biaya pengawasan
(monitoring cost) oleh
principal, biaya
perikatan oleh agent dan kerugian residual
(residual loss) berupa pengurangan kekayaan
principal sebagai akibat perbedaan keputusan
yang diambil oleh agen. Dengan adanya
monitoring cost, manajemen akan senantiasa
memaksimalkan
kepentingan
pemilik,
walaupun keputusan manajemen dalam
praktek akan berbeda dengan keinginan
pemilik.
Sebagai
agen
manajemen
bertanggung jawab secara moral untuk
KAJIAN PUSTAKA
Teori Keagenan (AgensiTheory)
Dalam
menjalankan
kegiatan
perusahaan ada banyak kegiatan yang terlibat
dengan berbagai tujuan dan kepentingan yang
berbeda-beda. Pemilik perusahaan (principal)
memberikan kepercayaan dan tanggung jawab
3
mengobtimalkan keuntungan pemilik( Jensen
dan Meckling, 1976).
merupakan usaha untuk mengurangi hutang
pajak yang bersifat legal (Lawful). Sedangkan
penggelapan pajak (Tax Evasion) adalah
usaha untuk mengurangi hutang pajak yang
bersifat tidak legal (Un Lawful)(Xynas 2011).
Menurut Erly Suandy (2011) Tax
avoidance adalah rekayasa ’ tax affair’ yang
masih tetap berada dalam bingkai ketentuan
perpajakan (lawful). Penghindaran pajak
dapat terjadi didalam ketentuan atau tertulis
didalam undang- undang dan berada dalam
jiwa dari undang–undang atau dapat juga
terjadi dalam bunyi ketentuan undang–undang
tetapi berlawanan dalam jiwa undang–
undang.
Menurt
Suandy
(2008)
untuk
meminimalisasi beban pajak dapat dilakukan
dengan berbagai cara mulai dari yang masih
berada dalam bingkai peraturan perpajakan
sampai dengan yang melanggar peraturan
perpajakan. Upaya meminimalkan pajak
secara eufimisme sering disebut dengan
perencanaan pajak
(Tax Planning).
Umumnya perencanaan pajak merujuk pada
proses merekayasa transaksi Wajib Pajak
(WP) supaya hutang pajak berada dalam
jumlah minimal tetapi masih dalam bingkai
peraturan perpajakan.
Menurut suandy (2008) beberapa
faktor yang memotivasi Wajib Pajak untuk
melakukan penghematan pajak secara ilegal,
antara lain:
1. Jumlah pajak yang harus dibayar.
Besarnya jumlah pajak yang harus
dibayar oleh wajib pajak, semakin
besar pajak yang harus dibayar,
semakin besar pula kecendrungan
wajib
pajak
untuk
melakukan
pelanggaran.
2. Biaya untuk menyuap fiskus. Semakin
kecil biaya untuk menyuap fiskus,
semakin besar kecendrungan Wajib
Pajak untuk melakukan pelanggaran.
3. Kemungkinan
untuk
terdeteksi,
semakin kecil suatu pelanggaran untuk
terdeteksi maka semakin besar
kecendrungan Wajib Pajak untuk
melakukan pelanggaran dan
4. Besar sanksi, semakin ringan sanksi
yang dikenakan terhadap pelangar,
maka semakin besar kecendrungan
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Tax
avoidance
adalah
proses
pengendalian tindakan agar terhindar dari
konsekuensi pengenaan pajak yang tidak
dikehendaki. Penghindaran pajak (tax
avoidance) ini merupakan suatu tindakan
yang benar-benar legal. Karena dalam hal ini
sama sekali tidak ada suatu pelanggaran
hukum yang dilakukan dan malahan
sebaliknya akan diperoleh penghematan pajak
dengan cara mengatur tindakan yang
menghindarkan aplikasi pengenaan pajak
melalui pengendalian fakta-fakta sedemikian
rupa, sehingga terhindar dari pengenaan pajak
yang lebih besar atau sama sekali tidak kena
pajak (Zain, 2007).
Menurut Ernest R. Mortenson dalam
Zain (2007), tax avoidance berkenaan dengan
pengaturan sesuatu peristiwa sedemikian rupa
untuk meminimumkan atau menghilangkan
beban pajak dengan memperhatikan ada atau
tidaknya
akibat-akibat
pajak
yang
ditimbulkannya.
Oleh
karena
itu,
penghindaran pajak (tax avoidance) tidak
merupakan pelanggaran atas perundangundangan perpajakan atau secara etik tidak
dianggap salah dalam rangka usaha wajib
pajak untuk mengurangi, menghindari dan
meminimumkan atau meringankan beban
pajak dengan cara-cara yang dimungkinkan
oleh undang-undang pajak.
Dalam
perspektif
administrasi
perpajakan,
penghindaran
pajak
(tax
avoidance) adalah upaya memanfaatkan
peluang melalui celah-celah (loopholes)
dalam aturan pajak sehingga dianggap tidak
melawan hukum (Rahayu, 2010).
Menurut
Mardiasmo
(2003).
Penghindaran pajak ( Tax Avoidance) adalah
suatu usaha meringankan beban pajak dengan
tidak melanggar undang-undang yang ada.
Seiring dengan Mardiasmo (2003). Menurut
Heru (1997) penghindaran pajak adalah usaha
pengurangan pajak, namun tetap mematuhi
ketentuan peraturan perpajakan seperti
memanfaatkan, pengecualian dan potongan
yang diperkenankan maupun menunda pajak
yang belum diatur dalam peraturan
perpajakan yang berlaku. Penghindaran pajak
4
Wajib Pajak untuk melakukan
pelanggaran.
Dalam melakukan penghematan pajak secara
legal dapat dilakukan melalui manajemen
pajak. Meminimumkan kewajiban pajak dapat
dilakukan dalam berbagai cara, baik yang
masih memenuhi ketentuan perpajakan
maupun
yang
melanggar
peraturan
perpajakan. Istilah yang sering digunakan tax
avasion dan tax avoidance. Sophar
Lumbantoruan (1996) memaparkan definisi
Tax Avasion ( penggelapan pajak) adalah tax
avoidance pajak dengan melanggar ketentuan
peraturan perpajakan. Tax Avoidance
(penghindaran pajak) adalah penghindaran
pajak dengan menuruti peraturan yang ada.
banyak
investor.
Karena
tingkat
pengembalian atau dividen akan semakin
besar. Hal ini juga berdampak pada harga
saham dari perusahaan tersebut. Menurut
Lestari dan Sugiharto (2007:196) angka ROA
dapat dikatakan baik apabila > 2%.
ROA dapat membantu perusahaan
yang telah menjalankan praktik akuntansi
dengan baik untuk dapat mengukur efisiensi
penggunaan modal yang menyeluruh, yang
sensitif
terhadap
setiap
hal
yang
mempengaruhi keadaan keungan perusahaan
sehingga dapat diketahui posisi perusahaan
terhadap industry. Hal ini merupakan suatu
strategi.
Menurut Mardianto (2009: 196) adalah rasio
yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba yang
berasal dari aktivitas investasi. Menurut
Dendawijaya (2003: 120) rasio ini digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen
dalam memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan. Semakin besar ROA semakin
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
oleh perusahaan tersebut dan semakin baik
pula posisi perusahaan disegi penggunaan
asset.
Return On Asset (ROA)
Menurut Hanafi dan Halim (2003:27)
Return On Asset (ROA) merupakan rasio
keuangan
yang
berhubungan
dengan
profitabilitas
mengukur
kemampuan
perusahaan menghasilkan keuntungan atau
laba pada tingkat pendapatan, asset dan modal
saham tertentu. Dengan mengetahui ROA,
kita dapat menilai apakah perusahaan telah
efisien dalam menggunakan aktivanya dalam
kegiatan operasi untuk menghasilkan
keuntungan.
Laba bersih (net income) merupakan
ukuran pokok keseluruhan keberhasilan
perusahaan. Laba dapat mempengaruhi
kemampuan perusahaan untuk mendapat
pinjaman dan pendanaan ekuitas, posisi
likuiditas perusahaan dan kemampuan
perusahaan
untuk
berubah.
Jumlah
keuntungan (laba) yang diperoleh secara
teratur serta kecendrungan atau trend
keuntungan yang meningkat merupakan suatu
faktor yang sangat penting yang perlu
mendapat perhatian penganalisa di dalam
menilai profitabilitas suatu perusahaan.
Menurut Lestari dan Sugiarto (2007)
Return On Asset (ROA) adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur keuntungan
bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva.
Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik
produktivitas asset dalam memperoleh
keuntungan
bersih.
Hal
ini
akan
meningkatkan daya tarik perusahaan kepada
investor. Peningkatan daya tarik menjadikan
perusahaan akan semakin diminati oleh
Leverage
Salah satu faktor penting dalam
pendanaan adalah hutang. Menurut Imam
Gozali dan Anis Cariri (2003: 75) hutang
adalah pengorbanan manfaat ekonomi masa
mendatang yang mungkin timbul karena
kewajiban sekarang suatu entitas untuk
menyerahkan aktiva atau memberikan jasa
kepada entitas lain dimasa mendatang sebagai
akibat transaksi masalalu.
Leverage adalah penggunaan asset
atau dana, dimana atas penggunaan dana
tersebut perusahaan harus menanggung beban
tetap berupa penyusutan atau berupa bunga.
Ditinjau dari laporan laba rugi, leverage
dibagi menjadi 2, yaitu Operatig Leverage
dan Financial Leverage. Operating Leverage
adalah penggunaan asset dengan beban tetap
dengan harapan bahwa return yang dihasilkan
atas penggunaan tersebut akan dapat menutup
biaya tetap dan biaya variabel. Sedangkan
Financial Leverage adalah penggunaan dana
dengan beban tetap dengan harapan untuk
5
dapat meningkatkan Earning Per Share (EPS)
( Abdul Halim 2007: 64).
Rasio Leverage adalah mengukur
seberapa besar perusahaan dibiayai dengan
hutang. Penggunaan hutang yang terlalu
tinggi akan membahayakan perusahaan
karena perusahaan akan masuk dalam
kategori Extreme Leverage (hutang ekstrim)
yaitu peusahaan terjebak dalam hutang yang
tinggi dan sulit untuk melepaskan beban
hutang
tersebut.
peusahaan
harus
menyeimbangkan berapa hutang yang layak
diambil dan dari mana sumber-sumber yang
layak dipakai untuk membayar hutang. Ratio
Leverage secara umum ada 8 (delapan) jenis
yaitu (1) debt total assets, (2) debt to equity
ratio, (3) times interest earned, (4) cash flow
coverage, (5) long term debt to total
capitalization, (6)fixed charge coverage, (7)
cash flow adequancy ( Irham fahmi 2012: 72).
Ratio leverage merupakan ratio yang
digunakan untuk menilai (1) cara perusahaan
didalam membiayai sejumlah aktiva yang
dimilikinya dan (2) kemampuan perusahaan
didalam membayar beban tetap disebabkan
pemakaian sumber pembiayaan yang tidak
berasal dari modal pemilik seperti; bunga
obligasi dan bunga pinjaman (Niki
Lukviarman 2006 ).
Rasio leverage digunakan untuk
menjelaskan penggunaan hutang untuk
membiayai sebagian dari pada aktiva
perusahaan (Mohamad muslich 2003: 49).
Pembiayaan dengan hutang mempunyai
pengaruh bagi perusahaan karena hutang
mempunyai beban yang bersifat tetap.
Kegagalan perusahaan dalam membayar
bunga atas hutang dapat menyebabkan
kesulitan keuangan yang berakhir dengan
kebangkrutan perusahaan. Penggunaan hutang
juga memberikan subsidi pajak atas bunga
yang dapat menguntungkan pemegang saham.
Penggunaan hutang harus diseimbangkan
antara keuntungan dan kerugiannya.
oleh perusahaan akan lebih besar juga.
Menurut machfoedz (1994) dalam herawati
dan suwito (2005) menyatakan bahwa ukuran
perusahaan adalah suatu skala yang dapat
mengklasifikasikan
perusahaan
menjadi
perusahaan besar dan perusahaan kecil,
menurut berbagai cara seperti total aktiva atau
total asset perusahaan, nilai pasar saham,
rata–rata tingkat penjualan dan jumlah
penjualan. Ukuran perusahaan dibagi menjadi
3 (tiga) kategori yaitu; large firm, medium
firm, small firm. Tahap kedewasaan
perusahaan ditentukan oleh total aktiva,
semakin besar total aktiva menunjukan bahwa
perusahaan memiliki prospek baik dalam
jangka waktu yang relatif pajang.
Menurut Sudarmadji dan Sularto
(2007). Ukuran perusahaan merupakan nilai
yang menunjukan besar kecilnya suatu
perusahaan. Ukuran perusahaan biasanya
diukur dengan menggunakan total penjualan,
total asset, dan kapitalisasi pasar. Semakin
besar nilai total penjualan, total asset dan
kapitalisasi pasar maka semakin besar pula
ukuran perusahaan. Secara terperinci,
semakin besar total asset maka semakin
banyak modal yang ditanam, semakin banyak
penjualan maka semakin banyak perputaran
uang dan semakin besar kapitalisasi pasar
maka semakin besar pula perusahaan dikenal
masyarakat.
Penelitian Terdahulu dan Pengembangan
Hipotesis
Pengaruh Return On Asset (ROA) pada
Tax Avoidance (Penghindaran Pajak)
Chen at al (2010), menyatakan bahwa
semakin tinggi nilai Return On Asset (ROA)
berarti semakin tinggi nilai dari laba bersih
perusahaan
dan
semakin
tinggi
profitabilitasnya. Perusahaan yang memiliki
profitabilitas tinggi memiliki kesempatan
untuk memposisikan diri dalam Tax Planning
yang mengurangi jumlah beban kewajiban
perpajakan (Tommy dan maria, 2013).
Menurut lestari dan sugiharto (2007),
menyatakan bahwa return on asset
merupakan pengukur keuntungan berti yang
diperoleh dari penggunaan aktiva, semakin
tinggi rasio ini maka semakin baik
produktivitas asset dalam memperoleh
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala
yang mengklasifikasikan besar atau kecilnya
suatu perusahaan.pada umumnya perusahaan
yang besar memperoleh laba yang besar juga.
Semakin besarnya laba yang diperoleh oleh
perusahaan maka pajak yang akan dibayarkan
6
keuntungan asset.dari uraian diatas dapat
ditentukan hipotesis seagai berikut :
H1 : Return On Asset (ROA) Berpengaruh
Signifkan Terhadap Tax Avoidance.
Pengaruh Ukuran Perusahaan (SIZE)
Pada Tax Avoidance (Penghindaran Pajak)
Richardson dan Lanis (2007) dalam
Tommy dan Maria (2013) menyatakan bahwa
semakin besar perusahaan maka akan semakin
rendah CETR yang dimilikinya, hal ini
dikarenakan perusahaan besar lebih mampu
menggunakan sumber daya yang dimilikinya
untuk membuat suatu perencanaan pajak yang
baik (political power theory). Namun
perusahaan tidak selalu dapat menggunakan
power yang dimilikinya untuk melakukan
perencanaan pajak karena adanya batasan
berupa kemungkinan menjadi sorotan dan
sasaran dari keputusan regulator political cost
theory. Menurut Setiyono (2010) menyatakan
bahwa ukuran perusahaan atau besar kecilnya
suatu perusahaan memberikan pengaruh
terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).
Menurur Siegfried (1972) dalam Richardson
dan lanis (2007), menyatakan bahwa semakin
besar perusahaan maka akan semkin rendah
CETR yang dimilikinya hal ini dikarenakan
perusahaan besar lebih mampu menggunakan
sumber daya yang dimiliki untuk membuat
suatu perencanaan pajak yang baik (political
power theory) Dari uraian diatas dapat
ditentukan hipotesis sebagai berikut :
H3 : Ukuran Perusahaan Berpengaruh
Signifikan Terhadap Tax Avoidance.
Pengaruh Leverage Pada Tax Avoidance
(Penghindaran Pajak)
Tommy dan Maria (2013) menyatakan
bahwa semakin tinggi nilai dari rasio
leverage, berarti semakin tinggi jumlah
pendanaan dari hutang pihak ketiga yang
digunakan perusahaan dan semakin tinggi
pula biaya bunga yang timbul dari hutang
tersebut. Biaya bunga yang semakin tinggi
akan memberikan pengaruh berkurangnya
beban pajak perusahaan. Semakin tinggi nilai
hutang perusahaan maka nilai CETR
perusahaan akan semakin rendah. Dalam
penelitian– penelitian yang telah dilakukan
terdapat perbedaan hasil penelitian tersebut.
Menurut Setiyono (2010) menyatakan bahwa
semakin tinggi nilai rasio leverage, maka
semakin tinggi pula jumlah pendanaan
hutang, hutang yang dimaksud adalah hutang
jangka panjang, dari hasil penelitian ini rasio
leverage memberikan pengaruh terhadap
penghindaran pajak. Menurut Srimuliani dan
Darmito (2013), menyatakan bahwa leverage
memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap penghindaran pajak. Dari uraian
diatas dapat ditentukan hipotesis sebagai
berikut :
H2: Leverage Berpengaruh Signifikan
Terhadap Tax Avoidance.
Gambar 2.1
Kerangka Teoritis
Return On Asset (ROA)
Leverage
Ukuran Perusahaan
H1
H2
Tax Avoidance
H3
Berdasarkan kerangka pemikiran
teoritis diatas telah dapat dijelaskan bahwa
return on asset (ROA), leverage dan ukuran
perusahaan. (SIZE) dapat mempengaruhi tax
avoidance atau (penghindaran pajak).
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi
adalah
keseluruhan
kelompok orang, kejadian atau hal minat yang
ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2006).
7
Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013.
Sedangkan sampel adalah bagian dari
populasi (sekaran, 2006). Penentuan sampel
untuk peneltian ini dilakukan dengan
purposive sampling. Purposive sampling
merupakan metode pengambilan sampel
dengan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.
Adapun kriteria yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang yang
terdaftaf secara berturut-turut di bursa
efek Indonesia (BEI) tahun 2010–
2013.
2. Perusahaan
manufaktur
yang
menggunakan satuan nilai rupiah (Rp)
agar pengukuran nilai mata uangnya
sama.
3. Perusahaan
manufaktur
yang
menerbitkan laporan keuangan selama
empat tahun secara berturut-turut dari
tahun 2010-2013.
4. Perusahaan
manufaktur
yang
mangalami laba selama empat tahun
secara berturut-turut dari tahun 20102013.
2010-2013
dari
www.idx.co.id
resmi
ICMD
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah data
yang
dikumpulkan
dengan
metode
dokumentasi. Dimana teknik pengumpulan
data yang dilakukan melalui pengumpulan
dokumen-dokumen yang terkait dengan
penelitian yang dilakukan seperti data-data
kuantitatif yang ada dalam laporan keuangan.
Defenisi Operasional
dan Pengukuran
Variabel
1. Variabel Dependen
Tax Avoidance
Tax avoidance merupakan suatu
strategi pajak yang agresif dilakukan oleh
perusahaan dalam meminimalkan beban pajak
sehingga kegiatan ini memunculkan risiko
bagi perusahaan antara lain denda dan
buruknya reputasi perusahaan dimata publik
(Anisa dan kurniasih, 2012). Menurut Dyreng
et al, (2010) menghitung tax avoidance
dengan proksi Cash ETR (cash effective tax
rate) perusahaan yaitu kas yang dikeluarkan
untuk biaya pajak dibagi dengan laba sebelum
pajak. Cash ETR digunakan sebagai proksi
karena dua alasan. Pertama, Cash ETR tidak
terpengaruh oleh perubahan kontinjensi dalam
laporan keuanganya, pembayaran pajak kas
yang lebih rendah terkait dengan posisi pajak
agresif akan tercermin dalam Cash ETR
rendah. Kedua, ukuran Cash ETR dikurangi
dengan manfaat pajak yang terkait dengan
opsi saham karyawan sehingga memberikan
ukuran yang lebih baik untuk beban pajak
perusahaan daripada ukuran ETR tradisional
(Badertscher et al., 2009). dengan estimasi
pengukuran Tax Avoidance dalam penelitian
ini menggunakan model Cast EffectiveTax
Rate ( CETR ), dengan rumus sebagai berikut:
Jenis dan Sumber Data
Data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data primer yang telah diolah
lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak
pengumpul data primer atau pihak lain,
misalnya dalam bentuk literatur, karia ilmiah
orang lain, atau data internet ( Sekaran,2006)
yang bersifat kuantitatif yang berupa laporan
keuangan jumlah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI selama periode tahun
2010-2013. Data kejadian atau hal minat
yang ingin peneliti investigasi diperoleh dari
Indonesia Capital Market Directory (ICMD)
CETRit =
situs
Cash Tax Paidit
Pre - Tax Incomeit
Variabel independen dalam penelitian ini
adalah Return On Asset (ROA), Leverage dan
Ukuran perusahaan.
2. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel
bebas yang tidak terikat oleh variabel apapun.
8
Return On Assest (ROA) pada
1. Return On Asset (ROA)
Sesuai dengan penelitian Tommy
penelitian ini dengan menggunakan rumus
Kurniasih dan Maria M.Ratnasari (2013)
seagai berikut :
Laba Bersih
ROA =
100%
Total Asset
kemampuan hutang baik jangka panjang
maupun hutang jangka pendek. Leverage
diukur dengan total debt to equity ratio
dengan rumus sebagai berikut.
2. Leverage
Leverage merupakan rasio yang
mengukur
seberapa
jauh
perusahaan
menggunakan hutang (Husnan, 2002).
Leverage adalah rasio hutang yang mengukur
Debt To Equity Ratio =
Jumlah Hutang
Modal Sendiri
sekunder berupa laporan keuangan (financial
report) dan laporan tahunan (annual report)
perusahaan manufaktur yang dipublikasikan
di website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI)
yaitu www.idx.co.id. Perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
tahun 2010-2013 ini sebanyak 136
perusahaan. Sampel dalam penelitian ini
dengan menggunakan metode purposive
sampling maka jumlah sampel yang terpilih
adalah sebanyak 59 perusahaan. Proses
pengambilan sampel dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
3. Ukuran Perusahaan
Variabel ini diberi simbol SIZE. SIZE
diukur dengan menggunakan logtotal aktiva,
karena dinilai bahwa ukuran ini menilai
tingkat kestabilan yang lebih dibandingkan
proksi–proksi yang lainya dan cenderung
berkesinambungan antar periode (Jogiyanto
;2000;259).
DESKRIPSI SAMPEL
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun
2010-2013. Penelitian ini menggunakan data
Tabel 2
Seleksi Pemilihan Sampel
Keterangan
NO
1
2
3
4
Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar secara
berturut-turut di BEI tahun 2010-2013.
Perusahaan manufaktur yang tidak menyajikan laporan
keuangan dalam rupiah selama tahun 2010-2013.
Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan
laporan keuangan selama tahun 2010-2013.
Perusahaan manufaktur yang mengalami rugi selama
tahun 2010-2013.
Total sampel
Jumlah
136
Persentase
(%)
100 %
(23)
16,9 %
(25)
18,4 %
(29)
21,3 %
59
43,4 %
Sumber data: www.idx.co.id
α
b1,b2
ROA
LV
UP
E
Analisa Regresi Berganda
metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode regresi linear
berganda dengan persamaan sebagai berikut:
TAX=α + b1ROA + b2LV + b3UP + e
Keterangan :
TAX = Tax avoidance
9
= Konstan
= Koefisien Regresi
= Return On Asset
= Leverage
= Ukuran Perusahaan
= Eror
deviasi dari variabel-variabel penelitian yang
telah dilakukan pengolahan data dengan
menggunakan program SPSS versi 18,0.
Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan
Berdasarkan hasil pengolahan data, statistik
untuk memberi gambaran mengenai nilai ratadeskriptif dari variabel-variabel penelitan
rata (mean), minimum, maximum dan standar
disajikan pada tabel 3 dibawah ini :
Tabel 3
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Variabel
N
Minimum
Maximum
Mean
Std.Deviasi
Penelitian
ROA
236
0,0007
0,6691
0,1097
0,1003
Leverage
236
0,0387
4,6949
0,9828
0,8594
Ukuran Perusahaan
236
9,8141
14,3304
12,1157
0,7186
Tax Avoidance
236
0,0025
0,6096
0,2861
0,1005
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sumber : Data sekunder diolah dengan SPSS 18,0
Uji normalitas bertujuan untuk
mengetahui apakah dalam model regresi data
variabel-variabel
penelitian
erdistribusi
normal. Pada penelitian ini untuk menguji
data terdistribusi normal atau tidak normal
menggunakan alat uji Kolmogorov Sumirnov
(KS) dengan tingkat signifikansi 5%. Berikut
adalah hasil uji normalitas pada tabel
4.dibawah ini :
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan syarat
untuk dilakukannya analisis regresi berganda.
Hal ini dilakukan agar hasil olahan data dapat
menggambarkan tujuan dari penelitian ini
dilakukan dan mendapatkan hasil yang valid.
Uji Normalitas
Tabel 4
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
a,b
Normal Parameters
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized
Residual
236
,0000000
,09625766
,074
,074
-,066
1,141
,148
Sumber data : data sekunder yang diolah dengan SPSS 18
Pada tabel 4.5 diatas dapat dilihat
bahwa keseluruhan variabel yang digunakan
dalam penelitian ini berdistribusi normal
karena nilai Asymp Sig(2-tailed) > dari alpha
dimana nilai Asymp Sig 0,148 > dari 0,05.
Maka dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal.
adanya korelasi antar variabel bebas
(independent). Pada uji multikolonieritas
dalam penelitian ini menggunakan nilai
Variance Infation Factor (VIF) dan
Tolerance value. Dimana batas dari Tolerance
Value diatas 0,10 dan nilai VIF dibawah 10
maka tidak terjadi multikolonieritas (Ghozali,
2013). Berikut tabel hasil pengolahan uji
multikolonieritas :
Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan
10
Variabel
Independen
ROA
Tabel 6
Hasil Uji Multikolonieritas
Cut
Nilai
Cut
Kesimpulan
Off
VIF
Off
>0,10 1,072
< 10 Tidak terjadi
multikolonieritas
>0,10 1,041
< 10 Tidak terjadi
multikolonieritas
>0,10 1,055
< 10 Tidak terjadi
multikolonieritas
Nilai
Tolerance
0,933
Leverage
0,961
Ukuran
Perusahaan
0,948
Sumber : Data sekunder diolah dengan SPSS 18,0
penelitian ini uji autokorelasi dilakukan
dengan
menggunakan
nilai
Durbin
Watson(DW test).(Ghozali, 2013). Berikut
adalah hasil pengolahan uji autokorelasi pada
tabel 7 dibawah ini :
Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (sebelumnya). Pada
Tabel 7
Hasil Uji Autokorelasi
Model
R
d
i
m
e
n
1
,289
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,084
,072
,0968780
Durbin-Watson
1,822
s
i
o
n
0
Sumber : data sekunder diolah dengan SPSS 18,0
Dari hasil pengolahan data diatas
dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson (DW
test)
sebesar
1,822.
Hasil
tersebut
menunjukan bahwa -2 ≤ 1,822 ≤ + 2,
sehingga dapat disimpulkan bahwa model
regresi pada penelitian ini terbebas dari
masalah autokorelasi.
terjadi ketidaksamaan varians dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada
atau
tidaknya
heteroskedastisitas
menggunakan uji Glejser (Ghozali 2013).
Berikut hasil pengujian heteroskedastisitas :
Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi
Tabel 8
Hasil Uji Heteroskedastisitas (Model Glejser)
Variabel Penelitian
Sig
Alpha
Kesimpulan
ROA
0,615
0,05
Tidak terjadi heteroskedastisitas
Leverage
0,095
0,05
Tidak terjadi heteroskedastisitas
Ukuran Perusahaan
0,150
0,05
Tidak terjadi heteroskedastisitas
Sumber : data sekunder diolah dengan SPSS 18,0
dalam
menerangkan
variasi
variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah
Hasil Uji Hipotesis
Uji Determinasi (R2) pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model
11
hasil Uji Determinasi R2 :
antara nol dan satu. Ghozali, 2013). Berikut
Tabel 9
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
R
R Square
Adjusted R Std. Error of
Square
the Estimate
0,289
0,084
0,072
0,0968780
Model
1
Sumber : data sekunder diolah dengan SPSS 18,0
Pada tabel 9 diatas dapat dilihat hasil
pengolahan data uji koefisien determinasi
dengan nilai R Square adalah sebesar 0,084
dimana hasil yang diperoleh menunjukan
bahwa variabel return on asset, leverage dan
ukuran perusahaan mempengaruhi tax
avoidance sebesar 8,4% sedangkan 91,6%
lagi dipengaruhi variabel lain yang tidak
digunakan dalam penelitian ini.
Model
Regression
Residual
Total
Sum Of
Square
0,198
2,177
2,376
Hasil Uji Statistik F
Uji Statistik F adalah menunjukan
apakah semua variabel independen atau
variabel bebas yang dimasukan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen (Ghozali,2013).
Berikut hasil Uji F :
Tabel 10
Hasil Uji Statistik F
Df
Mean Square
3
232
235
0,066
0,009
F
Sig
7,047
0,000
Sumber : data sekunder diolah dengan SPSS 18,0
Dari tabel 10 diatas dapat dilihat hasil
pengolahan data Uji Statistik diperoleh nilai F
signifikansi 0,000 dengan nilai yang diperoleh
telihat bahwa nilai signifikansi < dari 0,05
maka keputusannya adalah Ha diterima
artinya variabel return on asset, leverage dan
ukuran perusahaan terhadap tax avoidance
berpengaruh secara bersama-sama.
Variabel
Independen
(Constant)
ROA
Leverage
Ukuran perusahaan
Hasil Uji Statistik t
Uji Statistik t adalah menunjukan
seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelasan atau independen secara individual
dalam menjelaskan variasi variabel dependen
(Ghozali,13). Berikut hasil uji t :
Tabel 11
Hasil Uji Statistik t
Koefisien
Nilai t
Sig
Regresi
0,175
1,622
0,106
0,222
3,408
0,001
0,024
3,220
0,001
0,005
0,578
0,563
Α
Kesimpulan
0,05
0,05
0,05
H1 Diterima
H2 Diterima
H3 Ditolak
Sumber : data sekunder diolah dengan SPSS18,0
Dari hasil pengolahan data yang
peneliti lakukan diperoleh persamaan
regresinya adalah sebagai berikut :
Y = 0,175 + 0,222 X1 + 0,024 X2 + 0,005 X3
Dari tabel 11 diatas dapat dilihat hasil
analisis signifikansi untuk return on asset
sebesar 0,001 dimana nilai tersebut lebih kecil
dari alpha (0,001 < 0,05) artinya return on
12
asset terdapat pengaruh terhadap tax
avoidance. Untuk analisis signifikansi
leverage sebesar 0,001 dimana nilai tersebut
lebih kecil dari alpha (0,001 < 0,05) artinya
leverage berpengaruh signifikan terhadap tax
avoidance. Dan untuk analisis signifikansi
ukuran perusahaan sebesar 0,563, dimana
nilai tersebut lebih besar dari alpha (0,563 >
0,05) artinya ukuran perusahaan tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
tax
avoidance.
kedua dimana bertujuan untuk membuktikan
apakah leverage berpengaruh terhadap tax
avoidance. Berdasarkan hasil pengujian dapat
dilihat pada tabel 4.9 dengan nilai koefisien
regresi sebesar 0,024 dan nilai signifikansi
sebesar 0,001. Hasil ini menunjukan bahwa
nilai signifikansi leverage sebesar 0,001 <
dari alpha 0,05. Maka disimpulkan bahwa
hipotesis kedua diterima.
(H2) diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa leverage bepengaruh terhadap tax
avoidance.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiyono
(2010) yang menyatakan bahwa leverage
berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil
penelitian ini juga didukung oleh penelitian
yang dilakukan Tommy Kurniasih dan Maria,
(2013)
menemukan
bahwa
leverage
berpengaruh negatif terhadap tax avoidance.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Srimuliani dan Darminto (2013) juga
menemukan hasil yang sejalan dengan
lpenelitian ini, yaitu variabel leverage
berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil
penelitian ini berbeda dengan penelitian
Richarson dan Lannis (2007) yang
menyatakan bahwa ada pengaruh yang positif
yang signifikan terhadap tax avoidance.
Leverage
berpengaruh
terhadap
tax
avoidance. Hasil ini sesuai dengan hipotesis
yang
menyatakan
bahwa
leverage
berpengaruh
signifikan
terhadap
tax
avoidance. Dimana diukur dengan total debt
to equity ratio. Hal ini disebabkan karena
leverage merupakan rasio yang mengukur
seberapa jauh perusahaan menggunakan
hutang, semakin tinggi nilai rasio leverage
maka semakin tinggi pula jumlah pendanaan
hutang dari pihak ketiga dan semakin tinggi
pula biaya bunga yang ditimbulkan. Biaya
bunga yang semakin tinggi dapat mengurangi
atau meminimalkan beban pajak.
PEMBAHASAN
Pengaruh Return On Asset Terhadap Tax
Avoidance
Berdasarkan hasil pengolahan data
diatas dapat dilihat hasil uji hipotesis yang
pertama
dimana
bertujuan
untuk
membuktikan apakah return on asset
berpengaruh terhadap tax avoidance, maka
dilakukan pengujian t-statistik. Berdasarkan
hasil pengujian pada tabel 4.9 dengan nilai
koefisien regresi sebesar 0,222 dan nilai
signifikansi sebesar 0,001 hasil ini
menunjukan bahwa nilai signifikansi return
on asset lebih < dari alpha 0,05. Maka
hipotesis pertama diterima.
(H1) diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwareturn
on
asset
berpengaruh
terhadap tax avoidance.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Tommy
Kurniasih dan Maria, (2013) yang
menemukan bahwa return on asset
berpengaruh negatif terhadap tax avoidance.
Return On Asset (ROA) berpengaruh
terhadap tax avoidance. Hasil ini sesuai
dengan hipotesis yang menyatakan bahwa
return on asset berpengaruh signifikan
terhadap tax avoidance. Dimana diukur
dengan ROA semakin tinggi nilai return on
asset berarti semakin tinggi nilai laba bersih
perusahaan dan profitabilitasnya. Perusahaan
yang memiliki tingkat profitabilitas yang
tinggi
memiliki
kesempatan
untuk
memposisikan diri dalam tax planning yang
mengurangi jumlah beban perpajakan.
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap
Tax avoidance
Berdasarkan hasil pengolahan data
dapat dilihat hasil hipotesis yang ketiga untuk
membuktikan apakah ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap tax avoidance. Dapat
dilihat pada tabel t-statistik 4.9 dengan nilai
koefisien regresi sebesar 0,005 dan nilai
Pengaruh
Leverage
Terhadap
Tax
Avoidance
Berdasarkan hasil pengolahan data
diatas dapat dilihat hasil uji hipotesis yang
13
signifikansi sebesar 0,563. Hasil ini
menunjukan bahwa nilai signifikansi ukuran
perusahaan sebesar 0,563 > dari alpha 0,05.
Maka disimpulkan bahwa hipotesis ketiga
ditolak.
(H3) ditolak sehingga dapat disimpulkan
bahwa
ukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh signifikan terhadap tax
avoidance.
Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
setiyono (2010) yang menemukan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax
avoidance. Hal ini juga didukung oleh
penelitian Tommy kurniasih dan Maria (2013)
yang menemukan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh negatif terhadap tax avoidance.
Ukuran perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap tax avoidance. hasil
penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis
yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh
signifikan
terhadap
tax
avoidance. Dimana diukur dengan log total
aktiva, ukuran suatu perusahaan ditentukan
oleh besar atau kecilnya skala perusahaan
tersebut. Berdasarkan pernyataan diatas dapat
disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap tax avoidance, hal ini
juga disebabkan karena banyaknya wajib
pajak yang tidak patuh dalam membayarkan
pajak terhutangnya. Sebagai bukti untuk
mendukung argument ini terdapat data
penerimaan pajak pada tahun 2009-2013,
dimana tingkat penerimaan disektor pajak
tidak tercapai sesuai dengan target yang
diinginkan. Untuk persentase penerimaan
pajak dari tahun 2010-2013 sebagai berikut :
pada tahun 2010 ; 97%, 2011 ; 99%, 2012 ;
96%, dan 2013 ; 95%. Sedangkan pada tahun
2009 tingkat penerimaan pajak masih
mencapai target yang diinginkan yaitu 108%.
kesimpulan yang merupakan inti dari
pembahasan masalah yang diangkat yaitu
sebagai berikut :
1. Hasil pengujian hipotesis yang
pertama ditemukan dengan hasil
bahwa return on asset (ROA)
berpengaruh terhadap tax avoidance
maka hipotesis satu (H1) diterima.
2. Hasil pengujian hipotesis yang kedua
ditemukan dengan hasil bahwa
leverage berpengaruh terhadap tax
avoidance maka hipotesis kedua (H2)
diterima.
3. Hasil pengujian hipotesis yang ketiga
ditemukan dengan hasil bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap tax
avoidance maka hipotesis ketiga (H3)
ditolak.
Saran
Berdasarkan analisis dan pembahasan
pengujian hipotesis yang telah dilakukan
dapat diajukan beberapa saran yang
merupakan konstribusi positif bagi:
1. Bagi peneliti dimasa yang akan datang
agar dapat menambahkan variabelvariabel yang lebih besar pengaruhnya
dalam mempengaruhi tax avoidance
dan
menambahkan
penjabaran
mengenai ukuran perusahaan agar
penjabarannya lebih lengkap.
2. Bagi peneliti dimasa yang akan datang
agar
dapat
memisahkan
jenis
populasinya
dari
perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI).
3. Bagi peneliti dimasa yang akan datang
agar memperpanjang jangka waktu
observasi, karena semakin panjang
jangka waktu penelitian tentunya akan
memberikan
konstribusi
hasil
penelitian yang akurat dimasa
mendatang.
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji
pengaruh return on asset, leverage dan
ukuran perusahaan terhadap tax avoidance
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013.
Analisis data menggunakan analisis regresi
linear berganda. Berdasarkan hasil analisis
data dan pembahasan pengujian hipotesis
yang telah dilakukan dapat diajukan beberapa
REFERENSI
Fahmi, Irham. 2012.Pengantar Manajemen
keungan. Bandung: Alvabeta CV.
14
Ghozali, Imam. 2013.Aplikasi Multivariate
Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
TerhadapTindakan Perataan Laba
yang dilakukan oleh Perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Solo:Simposium Nasional Akuntansi
VIII.
Halim, Abdul. 2007.Manajemen Keuangan
Bisnis. Malang:Ghalia Indonesia.
Tommy , Maria M. 2013. Pengaruh Return on
asset corporate gofernance
dan leverage terhadap tax avoidance.
Buletin Studi Ekonomi.
Harriwijaya, M. 2007. Metodologi dan
Tehknik Penulisan Skripsi: Thesis dan
disertasi. Yogyakarta : Elmatera
Publishing.
Widjaja, Tunggal, Amin. 1997.Manajemen
Keuangan dan Akuntansi Perbankan.
Jakarta: PT Rinkra Cipta.
Heru,Rudi Gunarso. 1997.PeranPerencanaan
Pajak
untuk
menghasilkan
penghematan
pajak:Studi
Kasus
Industri Sepatu Pt. Isr, Thesis
Magister Manajemen Bisnis dan
Administrasi
Teknologi.
Bidang
Khusus Bisnis Manufaktur,Institud
Teknologi Bandung.
Jogiyanto. H.M.2000. Teory Portofolio dan
Analisis Investasi. Yogyakarta:BPFE
keputusan Mentri BUMN No. Kep
117/M- MBU 2002.
Kurniasih, Tommy dan Maria M. RS.
2013.Pengaruh Return On Asset,
Leverage, Corporate Governance,
Ukuran Perushaan, dan Kompensasi
Rugi Fiskal Pada Tax Avoidance.
Jurnal Buletin Stududi Ekonomi. V
18, No 1, Februari 2013.
Lukviarman, Niki. 2006. Dasar-Dasar
Manajemen
Keungan.
Padang:
Andalas University Press.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan Edisi Revisi
2009. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Muslich,
Mohamad.2003.Manajemen
Keuangan Modern.Jakarta: Bumi Aksara.
Sekaran, Uma. 2006. Metodelogi Penelitian
untuk Bisnis. Edisi IV. Jakarta:
Salemba Empat.
Suandy, Erly. 2008. Perencanaan Pajak.Edisi
4.Jakarta : Salemba Empat.
______. 2008. Perencanaan pajak.Edisi 5.
Jakarta: Salemba Empat.
Suwito,edy dan Herawati. 2005: Analisis
Pengaruh Karakteristik Perusahaan
15
Download