THE EFFECT OF RETURN ON ASSETS (ROA), LEVERAGE AND SIZE OF COMPANY IN MANUFACTURINGTAX AVOIDANCE LISTED IN BEI YEAR 2010-2013 Wiwil Helina Putri1, Herawati1, Dandes Riva2 Accounting Departement, Faculty Economics, University Of Bung Hatta Email : [email protected] ABSTRACT This study aimed to examine the effect of return on assets leverage and size of the company againts tax avoidance. Independent variables used in this study was measured by return on assets (ROA), leverage measured by debt to equity ratio and firm size measured by total assets log. While the dependent variable in this study was measured using the tax avoidance effective cash tax rate (CETRit). The population in this study are manufacturing companies listed in indonesia stock exchange (BEI) from 2010-2013. This study using purposive sampling method and using a multiple linear reggresion test. The number of samples in this study was selected 59 manufacturing company in a single year, with observation for four years, the total sample used in this study amounted to 236 companies. The results showed that the return on assets (ROA) effect on tax avoidance, the leverage effect on tax avoidance, while the size of the company does not effect the tax avoidance. Keywords : Tax Avoidance, Return On Assets, Leverage, Firm Size oleh sukses atau tidaknya penyusunan suatu perencanaan pajak (tax planning). Perencanaan pajak itu sendiri bertujuan untuk melihat bagaimana pengendalian tersebut dapat mengefesiensikan jumlah nilai pajak yang akan ditransferkan kepada pemerintah, itu dapat dilakukan melalui apa yang disebut sebagai penghindaran pajak (tax avoidance). Dalam sudut pandang perencanaan pajak, penghindaran pajak (tax avoidance) yang dilakukan oleh wajib pajak adalah sah dan secara yuridis sehingga tidak bisa ditetapkan sebagai pengenaan pajak.Penghindaran pajak(tax avoidance) adalah perbuatan legal yang masih dalam ruang lingkup perpajakan dan sama sekali tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Zain,2007). Sedangkan menurut Hanlon (2010) mendefenisikan tax avoidance sebagai pengurangan pajak eksplisit, dimana tax avoidance juga merupakan rangkaian aktivitas perencanaan pajak. Juga dapat disimpulkan bahwa Penghindaran pajak (tax avoidance) sebagai suatu usaha untuk meminimalisasikan beban pajak seminimal mungkin secara legal, dengan cara penggunaan alternatif-alternatif yang riil dan dapat diterima oleh fiskus. Untuk PENDAHULUAN Pajak merupakan sumber penerimaan terbesar bagi suatu negara, salahsatu negara tersebut yaitu Indonesia dan karena itu pula pemerintah menaruh perhatian yang begitu besar terhadap pajak. Pemerintah telah melakukan berbagai macam bentuk upayaupaya untuk meningkatkan penerimaan pajak ini, diantaranya pemerintah melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada para wajib pajak, baik itu wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan. namun dalam upaya meningkatkan penerimaan dibidang pajak ini bukan berarti pemerintah tidak mendapatkan kendala, salah satu kendala yang menghambat penerimaan pajak yaitu penghindaran pajak (tax avoidance) dan perencanaan pajak (tax planning). Memahami dengan baik ketentuan peraturan perundang–undangan perpajakan serta perkembangan dan perubahannya, pada hakikatnya manajemen pajak dapat dilakukan dengan baik dan berhasil, suatu sistem manajemen pajak merupakan suatu hal yang dianggap vital bagi perusahaan yang berorientasi pada keuntungan, bahkan predikat yang didapat oleh seorang manejer yang sukses terkadang juga ditentukan pula 1 meminimalisasikan beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari yang masih berada di bingkai peraturan perpajakan sampai dengan yang melanggar peraturan perpajakan. Penghindaran pajak(tax avoidance) ini dilakukan oleh perusahaan disebabkan karena pajak bagi perusahaan merupakan beban yang akan mengurangi laba bersih suatu perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus melakukan penghindaran pajak (tax avoidance), agar beban pajak yangakan dibayarkan suatu perusahaan tidak terlalu tinggi. Terdapat perbedaan kepentingan antara perusahaan dengan fiskus. Pemerintah danfiskus menginginkan wajib pajak patuh dalam pembayaran pajak terhutangnya baik itu wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan, agar tingkat penerimaan disektor pajak semakin meningkat. sementara perusahaan mengharapkan beban pajak terhutangnya diminimalkan seminimal mungkin. Sementara itu dalam pemerintah Indonesia, telah dibuat berbagai aturanuntuk mencegah adanya penghindaran pajak salah satu aturan tersebut misalnya terkait transfer pricing, yakni tentang penerapan prinsip Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 kewajaran dan kelaziman usaha dalam transaksi antara wajib pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Perdirjen No. PER-43/PJ/2010, 2010). Berdasarkan tax avoidance terdapat fakta yang telah disampaikan oleh Direktorat Jendral Pajak (Dirjen Pajak) pada Desember 2013 yang menyatakan bahwa beberapa tahun terakhir ini sector pajak tidak mampu memenuhi target penerimaan pajak untuk menambah Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Penyebab dari permasalahan ini dapat ditinjau dari tiga aspek yakni, faktor internal dirjen pajak, tingkat ketaatan wajib pajak badan atau pribadi, dan kondisi perekonomian global. Tingkat ketaatan wajib pajak badan atau pribadi salah satunya diukur apakah wajib pajak tersebut menghindar dari kewajiban membayar pajak atau wajib pajak terus mencari celah untuk menyiasati agar pembayaran pajaknya dengan jumlah sekecil mungkin (www.news.detik.com). Untuk memperkuat pendapat dari Dirjen Pajak tersebut, dapat juga dilihat dari tabel yang menunjukan target dan realisasi pendapatan pajak dari tahun 2010-2013, adalah sebagai berikut : Tabel 1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak di Indonesia Tahun 2009-2013 Penerimaan Pajak Presentase Target (Rp) Realisasi (Rp) (%) 609.227.490.000.000 658.700.790.664.236 108% 651.954.823.000.000 743.325.906.000.000 878.685.216.762.000 1.016.237.341.511.000 619.922.172.626.415 723.306.668.621.739 873.873.829.399.381 980.518.133.319.319 97% 99% 96% 95% Sumber data (www.kemenkeu.go.id) dan (www.bpk.go.id) Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa dengan tidak tercapainya target yang diinginkan oleh fiskus, permasalahan ini disebabkan karena adanya penghindaran pajak (tax avoidance) pada rentang waktu tersebut. Sebagai contoh kasus yang terkait dengan ini di Indonesia pada tahun 2005 terdapat 750 perusahaan penanaman modal asing yang dianggap melakukan penghindaran pajak dengan melaporkan adanya rugi dalam waktu 5 tahun berturut –turut dan tidak membayar pajak (Bappenas, 2005). Sedangkan di Amerika paling tidak terdapat seperempat perusahaaan yang melakukan penghindaran pajak yakni dengan membayarkan pajak kurang dari 20 % padahal rata-rata pajak yang dibayarkan perusahaan mendekati 30 % (Dyreng at al., 2008). 2 Tommy dan Maria (2013) meneliti tentang pengaruh return on asset, ukuran perusahaan, corporate governace dan kompensasi rugi fiscal pada tax avoidance, pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), menyatakan bahwareturn on asset, ukuran perushaan berpengaruh signifikan secara simultan terhadap tax avoidance pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Selain membahas return on asset dalam penelitian ini juga membahas tentang leverage. Leverage adalah penggunaan asset atau dana, dimana atas penggunaan tersebut perusahaan harus menanggung beban tetap berupa penyusutan atau berupa bunga (Halim, 2007). Semakin tinggi jumlah pendanaan dari utang pihak ketiga yang digunakan perusahaan dan semakin tinggi pula biaya bunga yang ditimbulkan oleh utang tersebut. Biaya bunga yang semakin tinggi akan memberikan pengaruh berkurangnya beban pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan. Semakin tinggi nilai utang perusahaan maka nilai CETR (cash effective tax rate) perusahaan akan semakin rendah (Richardson dan Lanis, 2007). Setiyono (2010) meneliti mengenai pengaruh karakter eksekutif terhadap penghindaran pajak (tax avoidance), yang didalamnya juga mengkaji ukuran perusahaan. dalam penelitian ini menyatakan bahwa ukuran perusahaan secara signfikan mampu mempengaruhi nilai penghindaran pajak (Cash ETR) perusahaan. Cash ETR perusahaan yaitu kas yang dikeluarkan untuk biaya pajak dibagi dengan laba sebelum pajak. Suwito dan Herawati (2005) menyatakan bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasikan perusahaan kepada dua golongan yaitu perusahaan besar dan kecil. kepada manajemen atau (agent) dalam proses pembuatan keputusan dengan harapan pihak manajemen mampu memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada secara maksimal sehingga profitabilitas perusahaan meningkat yang akan mendatangkan keuntungan bagi seluruh stake holders. Ketika manajemen menjalankan tugasnya sebagai pengelola seluruh asset perusahaan akan mendatangkan pemikiran untuk memperkaya diri sendiri atau bertindak opportunis, sehingga pemilik akan merasa dirugikan. Menurut Sari (2010) bila kedua belah pihak memaksimalkan perannya (utility maximizers), cukup beralasan jika menejer tidak bertindak sesuai dengan keinginan pemilik, karena pada umumnya pemilik memiliki welvare motives yang bersifat jangka panjang, sementara menejer lebih bersifat jangka pendek sehingga ia cenderung memaksimalkan profit untuk jangka pendek dengan mengabaikan sustainability keuntungan dalam jangka panjang. Adanya kepentingan yang berbeda antara pemilik dan menejer menyebabkan manajemen (agents) cenderung mencari keuntungan untuk dirinya sehingga manajemen (agents) tidak bertindak sesuai dengan keinginan investor yang berujung pada konflik keagenan (agency conflik). Menurut Jansen dan Meckling (1976), agency theory adalah sebuah kontrak antara menejer (agents) dengan pemilik (principal), dimana pemilik mendelegasikan otoritas pembuatan keputusan kepada menejer. Terjadinya konflik antara pemilik dan agen karena kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan principal. Sehingga memicu biaya keagenan (agency cost) yang terdiri dari biaya pengawasan (monitoring cost) oleh principal, biaya perikatan oleh agent dan kerugian residual (residual loss) berupa pengurangan kekayaan principal sebagai akibat perbedaan keputusan yang diambil oleh agen. Dengan adanya monitoring cost, manajemen akan senantiasa memaksimalkan kepentingan pemilik, walaupun keputusan manajemen dalam praktek akan berbeda dengan keinginan pemilik. Sebagai agen manajemen bertanggung jawab secara moral untuk KAJIAN PUSTAKA Teori Keagenan (AgensiTheory) Dalam menjalankan kegiatan perusahaan ada banyak kegiatan yang terlibat dengan berbagai tujuan dan kepentingan yang berbeda-beda. Pemilik perusahaan (principal) memberikan kepercayaan dan tanggung jawab 3 mengobtimalkan keuntungan pemilik( Jensen dan Meckling, 1976). merupakan usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat legal (Lawful). Sedangkan penggelapan pajak (Tax Evasion) adalah usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat tidak legal (Un Lawful)(Xynas 2011). Menurut Erly Suandy (2011) Tax avoidance adalah rekayasa ’ tax affair’ yang masih tetap berada dalam bingkai ketentuan perpajakan (lawful). Penghindaran pajak dapat terjadi didalam ketentuan atau tertulis didalam undang- undang dan berada dalam jiwa dari undang–undang atau dapat juga terjadi dalam bunyi ketentuan undang–undang tetapi berlawanan dalam jiwa undang– undang. Menurt Suandy (2008) untuk meminimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari yang masih berada dalam bingkai peraturan perpajakan sampai dengan yang melanggar peraturan perpajakan. Upaya meminimalkan pajak secara eufimisme sering disebut dengan perencanaan pajak (Tax Planning). Umumnya perencanaan pajak merujuk pada proses merekayasa transaksi Wajib Pajak (WP) supaya hutang pajak berada dalam jumlah minimal tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Menurut suandy (2008) beberapa faktor yang memotivasi Wajib Pajak untuk melakukan penghematan pajak secara ilegal, antara lain: 1. Jumlah pajak yang harus dibayar. Besarnya jumlah pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak, semakin besar pajak yang harus dibayar, semakin besar pula kecendrungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran. 2. Biaya untuk menyuap fiskus. Semakin kecil biaya untuk menyuap fiskus, semakin besar kecendrungan Wajib Pajak untuk melakukan pelanggaran. 3. Kemungkinan untuk terdeteksi, semakin kecil suatu pelanggaran untuk terdeteksi maka semakin besar kecendrungan Wajib Pajak untuk melakukan pelanggaran dan 4. Besar sanksi, semakin ringan sanksi yang dikenakan terhadap pelangar, maka semakin besar kecendrungan Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Tax avoidance adalah proses pengendalian tindakan agar terhindar dari konsekuensi pengenaan pajak yang tidak dikehendaki. Penghindaran pajak (tax avoidance) ini merupakan suatu tindakan yang benar-benar legal. Karena dalam hal ini sama sekali tidak ada suatu pelanggaran hukum yang dilakukan dan malahan sebaliknya akan diperoleh penghematan pajak dengan cara mengatur tindakan yang menghindarkan aplikasi pengenaan pajak melalui pengendalian fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga terhindar dari pengenaan pajak yang lebih besar atau sama sekali tidak kena pajak (Zain, 2007). Menurut Ernest R. Mortenson dalam Zain (2007), tax avoidance berkenaan dengan pengaturan sesuatu peristiwa sedemikian rupa untuk meminimumkan atau menghilangkan beban pajak dengan memperhatikan ada atau tidaknya akibat-akibat pajak yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, penghindaran pajak (tax avoidance) tidak merupakan pelanggaran atas perundangundangan perpajakan atau secara etik tidak dianggap salah dalam rangka usaha wajib pajak untuk mengurangi, menghindari dan meminimumkan atau meringankan beban pajak dengan cara-cara yang dimungkinkan oleh undang-undang pajak. Dalam perspektif administrasi perpajakan, penghindaran pajak (tax avoidance) adalah upaya memanfaatkan peluang melalui celah-celah (loopholes) dalam aturan pajak sehingga dianggap tidak melawan hukum (Rahayu, 2010). Menurut Mardiasmo (2003). Penghindaran pajak ( Tax Avoidance) adalah suatu usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang yang ada. Seiring dengan Mardiasmo (2003). Menurut Heru (1997) penghindaran pajak adalah usaha pengurangan pajak, namun tetap mematuhi ketentuan peraturan perpajakan seperti memanfaatkan, pengecualian dan potongan yang diperkenankan maupun menunda pajak yang belum diatur dalam peraturan perpajakan yang berlaku. Penghindaran pajak 4 Wajib Pajak untuk melakukan pelanggaran. Dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan melalui manajemen pajak. Meminimumkan kewajiban pajak dapat dilakukan dalam berbagai cara, baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan maupun yang melanggar peraturan perpajakan. Istilah yang sering digunakan tax avasion dan tax avoidance. Sophar Lumbantoruan (1996) memaparkan definisi Tax Avasion ( penggelapan pajak) adalah tax avoidance pajak dengan melanggar ketentuan peraturan perpajakan. Tax Avoidance (penghindaran pajak) adalah penghindaran pajak dengan menuruti peraturan yang ada. banyak investor. Karena tingkat pengembalian atau dividen akan semakin besar. Hal ini juga berdampak pada harga saham dari perusahaan tersebut. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007:196) angka ROA dapat dikatakan baik apabila > 2%. ROA dapat membantu perusahaan yang telah menjalankan praktik akuntansi dengan baik untuk dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang menyeluruh, yang sensitif terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan keungan perusahaan sehingga dapat diketahui posisi perusahaan terhadap industry. Hal ini merupakan suatu strategi. Menurut Mardianto (2009: 196) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi. Menurut Dendawijaya (2003: 120) rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan disegi penggunaan asset. Return On Asset (ROA) Menurut Hanafi dan Halim (2003:27) Return On Asset (ROA) merupakan rasio keuangan yang berhubungan dengan profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, asset dan modal saham tertentu. Dengan mengetahui ROA, kita dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan. Laba bersih (net income) merupakan ukuran pokok keseluruhan keberhasilan perusahaan. Laba dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mendapat pinjaman dan pendanaan ekuitas, posisi likuiditas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk berubah. Jumlah keuntungan (laba) yang diperoleh secara teratur serta kecendrungan atau trend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian penganalisa di dalam menilai profitabilitas suatu perusahaan. Menurut Lestari dan Sugiarto (2007) Return On Asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik menjadikan perusahaan akan semakin diminati oleh Leverage Salah satu faktor penting dalam pendanaan adalah hutang. Menurut Imam Gozali dan Anis Cariri (2003: 75) hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi masa mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu entitas untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain dimasa mendatang sebagai akibat transaksi masalalu. Leverage adalah penggunaan asset atau dana, dimana atas penggunaan dana tersebut perusahaan harus menanggung beban tetap berupa penyusutan atau berupa bunga. Ditinjau dari laporan laba rugi, leverage dibagi menjadi 2, yaitu Operatig Leverage dan Financial Leverage. Operating Leverage adalah penggunaan asset dengan beban tetap dengan harapan bahwa return yang dihasilkan atas penggunaan tersebut akan dapat menutup biaya tetap dan biaya variabel. Sedangkan Financial Leverage adalah penggunaan dana dengan beban tetap dengan harapan untuk 5 dapat meningkatkan Earning Per Share (EPS) ( Abdul Halim 2007: 64). Rasio Leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang. Penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori Extreme Leverage (hutang ekstrim) yaitu peusahaan terjebak dalam hutang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban hutang tersebut. peusahaan harus menyeimbangkan berapa hutang yang layak diambil dan dari mana sumber-sumber yang layak dipakai untuk membayar hutang. Ratio Leverage secara umum ada 8 (delapan) jenis yaitu (1) debt total assets, (2) debt to equity ratio, (3) times interest earned, (4) cash flow coverage, (5) long term debt to total capitalization, (6)fixed charge coverage, (7) cash flow adequancy ( Irham fahmi 2012: 72). Ratio leverage merupakan ratio yang digunakan untuk menilai (1) cara perusahaan didalam membiayai sejumlah aktiva yang dimilikinya dan (2) kemampuan perusahaan didalam membayar beban tetap disebabkan pemakaian sumber pembiayaan yang tidak berasal dari modal pemilik seperti; bunga obligasi dan bunga pinjaman (Niki Lukviarman 2006 ). Rasio leverage digunakan untuk menjelaskan penggunaan hutang untuk membiayai sebagian dari pada aktiva perusahaan (Mohamad muslich 2003: 49). Pembiayaan dengan hutang mempunyai pengaruh bagi perusahaan karena hutang mempunyai beban yang bersifat tetap. Kegagalan perusahaan dalam membayar bunga atas hutang dapat menyebabkan kesulitan keuangan yang berakhir dengan kebangkrutan perusahaan. Penggunaan hutang juga memberikan subsidi pajak atas bunga yang dapat menguntungkan pemegang saham. Penggunaan hutang harus diseimbangkan antara keuntungan dan kerugiannya. oleh perusahaan akan lebih besar juga. Menurut machfoedz (1994) dalam herawati dan suwito (2005) menyatakan bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan besar dan perusahaan kecil, menurut berbagai cara seperti total aktiva atau total asset perusahaan, nilai pasar saham, rata–rata tingkat penjualan dan jumlah penjualan. Ukuran perusahaan dibagi menjadi 3 (tiga) kategori yaitu; large firm, medium firm, small firm. Tahap kedewasaan perusahaan ditentukan oleh total aktiva, semakin besar total aktiva menunjukan bahwa perusahaan memiliki prospek baik dalam jangka waktu yang relatif pajang. Menurut Sudarmadji dan Sularto (2007). Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukan besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan biasanya diukur dengan menggunakan total penjualan, total asset, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar nilai total penjualan, total asset dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan. Secara terperinci, semakin besar total asset maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan dikenal masyarakat. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis Pengaruh Return On Asset (ROA) pada Tax Avoidance (Penghindaran Pajak) Chen at al (2010), menyatakan bahwa semakin tinggi nilai Return On Asset (ROA) berarti semakin tinggi nilai dari laba bersih perusahaan dan semakin tinggi profitabilitasnya. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi memiliki kesempatan untuk memposisikan diri dalam Tax Planning yang mengurangi jumlah beban kewajiban perpajakan (Tommy dan maria, 2013). Menurut lestari dan sugiharto (2007), menyatakan bahwa return on asset merupakan pengukur keuntungan berti yang diperoleh dari penggunaan aktiva, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang mengklasifikasikan besar atau kecilnya suatu perusahaan.pada umumnya perusahaan yang besar memperoleh laba yang besar juga. Semakin besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan maka pajak yang akan dibayarkan 6 keuntungan asset.dari uraian diatas dapat ditentukan hipotesis seagai berikut : H1 : Return On Asset (ROA) Berpengaruh Signifkan Terhadap Tax Avoidance. Pengaruh Ukuran Perusahaan (SIZE) Pada Tax Avoidance (Penghindaran Pajak) Richardson dan Lanis (2007) dalam Tommy dan Maria (2013) menyatakan bahwa semakin besar perusahaan maka akan semakin rendah CETR yang dimilikinya, hal ini dikarenakan perusahaan besar lebih mampu menggunakan sumber daya yang dimilikinya untuk membuat suatu perencanaan pajak yang baik (political power theory). Namun perusahaan tidak selalu dapat menggunakan power yang dimilikinya untuk melakukan perencanaan pajak karena adanya batasan berupa kemungkinan menjadi sorotan dan sasaran dari keputusan regulator political cost theory. Menurut Setiyono (2010) menyatakan bahwa ukuran perusahaan atau besar kecilnya suatu perusahaan memberikan pengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance). Menurur Siegfried (1972) dalam Richardson dan lanis (2007), menyatakan bahwa semakin besar perusahaan maka akan semkin rendah CETR yang dimilikinya hal ini dikarenakan perusahaan besar lebih mampu menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk membuat suatu perencanaan pajak yang baik (political power theory) Dari uraian diatas dapat ditentukan hipotesis sebagai berikut : H3 : Ukuran Perusahaan Berpengaruh Signifikan Terhadap Tax Avoidance. Pengaruh Leverage Pada Tax Avoidance (Penghindaran Pajak) Tommy dan Maria (2013) menyatakan bahwa semakin tinggi nilai dari rasio leverage, berarti semakin tinggi jumlah pendanaan dari hutang pihak ketiga yang digunakan perusahaan dan semakin tinggi pula biaya bunga yang timbul dari hutang tersebut. Biaya bunga yang semakin tinggi akan memberikan pengaruh berkurangnya beban pajak perusahaan. Semakin tinggi nilai hutang perusahaan maka nilai CETR perusahaan akan semakin rendah. Dalam penelitian– penelitian yang telah dilakukan terdapat perbedaan hasil penelitian tersebut. Menurut Setiyono (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi nilai rasio leverage, maka semakin tinggi pula jumlah pendanaan hutang, hutang yang dimaksud adalah hutang jangka panjang, dari hasil penelitian ini rasio leverage memberikan pengaruh terhadap penghindaran pajak. Menurut Srimuliani dan Darmito (2013), menyatakan bahwa leverage memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penghindaran pajak. Dari uraian diatas dapat ditentukan hipotesis sebagai berikut : H2: Leverage Berpengaruh Signifikan Terhadap Tax Avoidance. Gambar 2.1 Kerangka Teoritis Return On Asset (ROA) Leverage Ukuran Perusahaan H1 H2 Tax Avoidance H3 Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis diatas telah dapat dijelaskan bahwa return on asset (ROA), leverage dan ukuran perusahaan. (SIZE) dapat mempengaruhi tax avoidance atau (penghindaran pajak). METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan kelompok orang, kejadian atau hal minat yang ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2006). 7 Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi (sekaran, 2006). Penentuan sampel untuk peneltian ini dilakukan dengan purposive sampling. Purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel dengan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur yang yang terdaftaf secara berturut-turut di bursa efek Indonesia (BEI) tahun 2010– 2013. 2. Perusahaan manufaktur yang menggunakan satuan nilai rupiah (Rp) agar pengukuran nilai mata uangnya sama. 3. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan selama empat tahun secara berturut-turut dari tahun 2010-2013. 4. Perusahaan manufaktur yang mangalami laba selama empat tahun secara berturut-turut dari tahun 20102013. 2010-2013 dari www.idx.co.id resmi ICMD Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan dengan metode dokumentasi. Dimana teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian yang dilakukan seperti data-data kuantitatif yang ada dalam laporan keuangan. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Variabel Dependen Tax Avoidance Tax avoidance merupakan suatu strategi pajak yang agresif dilakukan oleh perusahaan dalam meminimalkan beban pajak sehingga kegiatan ini memunculkan risiko bagi perusahaan antara lain denda dan buruknya reputasi perusahaan dimata publik (Anisa dan kurniasih, 2012). Menurut Dyreng et al, (2010) menghitung tax avoidance dengan proksi Cash ETR (cash effective tax rate) perusahaan yaitu kas yang dikeluarkan untuk biaya pajak dibagi dengan laba sebelum pajak. Cash ETR digunakan sebagai proksi karena dua alasan. Pertama, Cash ETR tidak terpengaruh oleh perubahan kontinjensi dalam laporan keuanganya, pembayaran pajak kas yang lebih rendah terkait dengan posisi pajak agresif akan tercermin dalam Cash ETR rendah. Kedua, ukuran Cash ETR dikurangi dengan manfaat pajak yang terkait dengan opsi saham karyawan sehingga memberikan ukuran yang lebih baik untuk beban pajak perusahaan daripada ukuran ETR tradisional (Badertscher et al., 2009). dengan estimasi pengukuran Tax Avoidance dalam penelitian ini menggunakan model Cast EffectiveTax Rate ( CETR ), dengan rumus sebagai berikut: Jenis dan Sumber Data Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain, misalnya dalam bentuk literatur, karia ilmiah orang lain, atau data internet ( Sekaran,2006) yang bersifat kuantitatif yang berupa laporan keuangan jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2010-2013. Data kejadian atau hal minat yang ingin peneliti investigasi diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD) CETRit = situs Cash Tax Paidit Pre - Tax Incomeit Variabel independen dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA), Leverage dan Ukuran perusahaan. 2. Variabel Independen Variabel independen adalah variabel bebas yang tidak terikat oleh variabel apapun. 8 Return On Assest (ROA) pada 1. Return On Asset (ROA) Sesuai dengan penelitian Tommy penelitian ini dengan menggunakan rumus Kurniasih dan Maria M.Ratnasari (2013) seagai berikut : Laba Bersih ROA = 100% Total Asset kemampuan hutang baik jangka panjang maupun hutang jangka pendek. Leverage diukur dengan total debt to equity ratio dengan rumus sebagai berikut. 2. Leverage Leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang (Husnan, 2002). Leverage adalah rasio hutang yang mengukur Debt To Equity Ratio = Jumlah Hutang Modal Sendiri sekunder berupa laporan keuangan (financial report) dan laporan tahunan (annual report) perusahaan manufaktur yang dipublikasikan di website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2013 ini sebanyak 136 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan metode purposive sampling maka jumlah sampel yang terpilih adalah sebanyak 59 perusahaan. Proses pengambilan sampel dapat dilihat pada tabel dibawah ini : 3. Ukuran Perusahaan Variabel ini diberi simbol SIZE. SIZE diukur dengan menggunakan logtotal aktiva, karena dinilai bahwa ukuran ini menilai tingkat kestabilan yang lebih dibandingkan proksi–proksi yang lainya dan cenderung berkesinambungan antar periode (Jogiyanto ;2000;259). DESKRIPSI SAMPEL Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2010-2013. Penelitian ini menggunakan data Tabel 2 Seleksi Pemilihan Sampel Keterangan NO 1 2 3 4 Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar secara berturut-turut di BEI tahun 2010-2013. Perusahaan manufaktur yang tidak menyajikan laporan keuangan dalam rupiah selama tahun 2010-2013. Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan keuangan selama tahun 2010-2013. Perusahaan manufaktur yang mengalami rugi selama tahun 2010-2013. Total sampel Jumlah 136 Persentase (%) 100 % (23) 16,9 % (25) 18,4 % (29) 21,3 % 59 43,4 % Sumber data: www.idx.co.id α b1,b2 ROA LV UP E Analisa Regresi Berganda metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi linear berganda dengan persamaan sebagai berikut: TAX=α + b1ROA + b2LV + b3UP + e Keterangan : TAX = Tax avoidance 9 = Konstan = Koefisien Regresi = Return On Asset = Leverage = Ukuran Perusahaan = Eror deviasi dari variabel-variabel penelitian yang telah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program SPSS versi 18,0. Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif digunakan Berdasarkan hasil pengolahan data, statistik untuk memberi gambaran mengenai nilai ratadeskriptif dari variabel-variabel penelitan rata (mean), minimum, maximum dan standar disajikan pada tabel 3 dibawah ini : Tabel 3 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Variabel N Minimum Maximum Mean Std.Deviasi Penelitian ROA 236 0,0007 0,6691 0,1097 0,1003 Leverage 236 0,0387 4,6949 0,9828 0,8594 Ukuran Perusahaan 236 9,8141 14,3304 12,1157 0,7186 Tax Avoidance 236 0,0025 0,6096 0,2861 0,1005 HASIL DAN PEMBAHASAN Sumber : Data sekunder diolah dengan SPSS 18,0 Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi data variabel-variabel penelitian erdistribusi normal. Pada penelitian ini untuk menguji data terdistribusi normal atau tidak normal menggunakan alat uji Kolmogorov Sumirnov (KS) dengan tingkat signifikansi 5%. Berikut adalah hasil uji normalitas pada tabel 4.dibawah ini : Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik merupakan syarat untuk dilakukannya analisis regresi berganda. Hal ini dilakukan agar hasil olahan data dapat menggambarkan tujuan dari penelitian ini dilakukan dan mendapatkan hasil yang valid. Uji Normalitas Tabel 4 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N a,b Normal Parameters Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Unstandardized Residual 236 ,0000000 ,09625766 ,074 ,074 -,066 1,141 ,148 Sumber data : data sekunder yang diolah dengan SPSS 18 Pada tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa keseluruhan variabel yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal karena nilai Asymp Sig(2-tailed) > dari alpha dimana nilai Asymp Sig 0,148 > dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Pada uji multikolonieritas dalam penelitian ini menggunakan nilai Variance Infation Factor (VIF) dan Tolerance value. Dimana batas dari Tolerance Value diatas 0,10 dan nilai VIF dibawah 10 maka tidak terjadi multikolonieritas (Ghozali, 2013). Berikut tabel hasil pengolahan uji multikolonieritas : Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan 10 Variabel Independen ROA Tabel 6 Hasil Uji Multikolonieritas Cut Nilai Cut Kesimpulan Off VIF Off >0,10 1,072 < 10 Tidak terjadi multikolonieritas >0,10 1,041 < 10 Tidak terjadi multikolonieritas >0,10 1,055 < 10 Tidak terjadi multikolonieritas Nilai Tolerance 0,933 Leverage 0,961 Ukuran Perusahaan 0,948 Sumber : Data sekunder diolah dengan SPSS 18,0 penelitian ini uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan nilai Durbin Watson(DW test).(Ghozali, 2013). Berikut adalah hasil pengolahan uji autokorelasi pada tabel 7 dibawah ini : Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Pada Tabel 7 Hasil Uji Autokorelasi Model R d i m e n 1 ,289 R Square a Adjusted R Std. Error of the Square Estimate ,084 ,072 ,0968780 Durbin-Watson 1,822 s i o n 0 Sumber : data sekunder diolah dengan SPSS 18,0 Dari hasil pengolahan data diatas dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson (DW test) sebesar 1,822. Hasil tersebut menunjukan bahwa -2 ≤ 1,822 ≤ + 2, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi pada penelitian ini terbebas dari masalah autokorelasi. terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas menggunakan uji Glejser (Ghozali 2013). Berikut hasil pengujian heteroskedastisitas : Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi Tabel 8 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Model Glejser) Variabel Penelitian Sig Alpha Kesimpulan ROA 0,615 0,05 Tidak terjadi heteroskedastisitas Leverage 0,095 0,05 Tidak terjadi heteroskedastisitas Ukuran Perusahaan 0,150 0,05 Tidak terjadi heteroskedastisitas Sumber : data sekunder diolah dengan SPSS 18,0 dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah Hasil Uji Hipotesis Uji Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model 11 hasil Uji Determinasi R2 : antara nol dan satu. Ghozali, 2013). Berikut Tabel 9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) R R Square Adjusted R Std. Error of Square the Estimate 0,289 0,084 0,072 0,0968780 Model 1 Sumber : data sekunder diolah dengan SPSS 18,0 Pada tabel 9 diatas dapat dilihat hasil pengolahan data uji koefisien determinasi dengan nilai R Square adalah sebesar 0,084 dimana hasil yang diperoleh menunjukan bahwa variabel return on asset, leverage dan ukuran perusahaan mempengaruhi tax avoidance sebesar 8,4% sedangkan 91,6% lagi dipengaruhi variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini. Model Regression Residual Total Sum Of Square 0,198 2,177 2,376 Hasil Uji Statistik F Uji Statistik F adalah menunjukan apakah semua variabel independen atau variabel bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali,2013). Berikut hasil Uji F : Tabel 10 Hasil Uji Statistik F Df Mean Square 3 232 235 0,066 0,009 F Sig 7,047 0,000 Sumber : data sekunder diolah dengan SPSS 18,0 Dari tabel 10 diatas dapat dilihat hasil pengolahan data Uji Statistik diperoleh nilai F signifikansi 0,000 dengan nilai yang diperoleh telihat bahwa nilai signifikansi < dari 0,05 maka keputusannya adalah Ha diterima artinya variabel return on asset, leverage dan ukuran perusahaan terhadap tax avoidance berpengaruh secara bersama-sama. Variabel Independen (Constant) ROA Leverage Ukuran perusahaan Hasil Uji Statistik t Uji Statistik t adalah menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelasan atau independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen (Ghozali,13). Berikut hasil uji t : Tabel 11 Hasil Uji Statistik t Koefisien Nilai t Sig Regresi 0,175 1,622 0,106 0,222 3,408 0,001 0,024 3,220 0,001 0,005 0,578 0,563 Α Kesimpulan 0,05 0,05 0,05 H1 Diterima H2 Diterima H3 Ditolak Sumber : data sekunder diolah dengan SPSS18,0 Dari hasil pengolahan data yang peneliti lakukan diperoleh persamaan regresinya adalah sebagai berikut : Y = 0,175 + 0,222 X1 + 0,024 X2 + 0,005 X3 Dari tabel 11 diatas dapat dilihat hasil analisis signifikansi untuk return on asset sebesar 0,001 dimana nilai tersebut lebih kecil dari alpha (0,001 < 0,05) artinya return on 12 asset terdapat pengaruh terhadap tax avoidance. Untuk analisis signifikansi leverage sebesar 0,001 dimana nilai tersebut lebih kecil dari alpha (0,001 < 0,05) artinya leverage berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Dan untuk analisis signifikansi ukuran perusahaan sebesar 0,563, dimana nilai tersebut lebih besar dari alpha (0,563 > 0,05) artinya ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. kedua dimana bertujuan untuk membuktikan apakah leverage berpengaruh terhadap tax avoidance. Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.9 dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,024 dan nilai signifikansi sebesar 0,001. Hasil ini menunjukan bahwa nilai signifikansi leverage sebesar 0,001 < dari alpha 0,05. Maka disimpulkan bahwa hipotesis kedua diterima. (H2) diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa leverage bepengaruh terhadap tax avoidance. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiyono (2010) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Tommy Kurniasih dan Maria, (2013) menemukan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Srimuliani dan Darminto (2013) juga menemukan hasil yang sejalan dengan lpenelitian ini, yaitu variabel leverage berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Richarson dan Lannis (2007) yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang positif yang signifikan terhadap tax avoidance. Leverage berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Dimana diukur dengan total debt to equity ratio. Hal ini disebabkan karena leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang, semakin tinggi nilai rasio leverage maka semakin tinggi pula jumlah pendanaan hutang dari pihak ketiga dan semakin tinggi pula biaya bunga yang ditimbulkan. Biaya bunga yang semakin tinggi dapat mengurangi atau meminimalkan beban pajak. PEMBAHASAN Pengaruh Return On Asset Terhadap Tax Avoidance Berdasarkan hasil pengolahan data diatas dapat dilihat hasil uji hipotesis yang pertama dimana bertujuan untuk membuktikan apakah return on asset berpengaruh terhadap tax avoidance, maka dilakukan pengujian t-statistik. Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.9 dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,222 dan nilai signifikansi sebesar 0,001 hasil ini menunjukan bahwa nilai signifikansi return on asset lebih < dari alpha 0,05. Maka hipotesis pertama diterima. (H1) diterima sehingga dapat disimpulkan bahwareturn on asset berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tommy Kurniasih dan Maria, (2013) yang menemukan bahwa return on asset berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap tax avoidance. Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa return on asset berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Dimana diukur dengan ROA semakin tinggi nilai return on asset berarti semakin tinggi nilai laba bersih perusahaan dan profitabilitasnya. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi memiliki kesempatan untuk memposisikan diri dalam tax planning yang mengurangi jumlah beban perpajakan. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Tax avoidance Berdasarkan hasil pengolahan data dapat dilihat hasil hipotesis yang ketiga untuk membuktikan apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance. Dapat dilihat pada tabel t-statistik 4.9 dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,005 dan nilai Pengaruh Leverage Terhadap Tax Avoidance Berdasarkan hasil pengolahan data diatas dapat dilihat hasil uji hipotesis yang 13 signifikansi sebesar 0,563. Hasil ini menunjukan bahwa nilai signifikansi ukuran perusahaan sebesar 0,563 > dari alpha 0,05. Maka disimpulkan bahwa hipotesis ketiga ditolak. (H3) ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh setiyono (2010) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance. Hal ini juga didukung oleh penelitian Tommy kurniasih dan Maria (2013) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Dimana diukur dengan log total aktiva, ukuran suatu perusahaan ditentukan oleh besar atau kecilnya skala perusahaan tersebut. Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tax avoidance, hal ini juga disebabkan karena banyaknya wajib pajak yang tidak patuh dalam membayarkan pajak terhutangnya. Sebagai bukti untuk mendukung argument ini terdapat data penerimaan pajak pada tahun 2009-2013, dimana tingkat penerimaan disektor pajak tidak tercapai sesuai dengan target yang diinginkan. Untuk persentase penerimaan pajak dari tahun 2010-2013 sebagai berikut : pada tahun 2010 ; 97%, 2011 ; 99%, 2012 ; 96%, dan 2013 ; 95%. Sedangkan pada tahun 2009 tingkat penerimaan pajak masih mencapai target yang diinginkan yaitu 108%. kesimpulan yang merupakan inti dari pembahasan masalah yang diangkat yaitu sebagai berikut : 1. Hasil pengujian hipotesis yang pertama ditemukan dengan hasil bahwa return on asset (ROA) berpengaruh terhadap tax avoidance maka hipotesis satu (H1) diterima. 2. Hasil pengujian hipotesis yang kedua ditemukan dengan hasil bahwa leverage berpengaruh terhadap tax avoidance maka hipotesis kedua (H2) diterima. 3. Hasil pengujian hipotesis yang ketiga ditemukan dengan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance maka hipotesis ketiga (H3) ditolak. Saran Berdasarkan analisis dan pembahasan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dapat diajukan beberapa saran yang merupakan konstribusi positif bagi: 1. Bagi peneliti dimasa yang akan datang agar dapat menambahkan variabelvariabel yang lebih besar pengaruhnya dalam mempengaruhi tax avoidance dan menambahkan penjabaran mengenai ukuran perusahaan agar penjabarannya lebih lengkap. 2. Bagi peneliti dimasa yang akan datang agar dapat memisahkan jenis populasinya dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 3. Bagi peneliti dimasa yang akan datang agar memperpanjang jangka waktu observasi, karena semakin panjang jangka waktu penelitian tentunya akan memberikan konstribusi hasil penelitian yang akurat dimasa mendatang. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh return on asset, leverage dan ukuran perusahaan terhadap tax avoidance pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013. Analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dapat diajukan beberapa REFERENSI Fahmi, Irham. 2012.Pengantar Manajemen keungan. Bandung: Alvabeta CV. 14 Ghozali, Imam. 2013.Aplikasi Multivariate Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. TerhadapTindakan Perataan Laba yang dilakukan oleh Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Solo:Simposium Nasional Akuntansi VIII. Halim, Abdul. 2007.Manajemen Keuangan Bisnis. Malang:Ghalia Indonesia. Tommy , Maria M. 2013. Pengaruh Return on asset corporate gofernance dan leverage terhadap tax avoidance. Buletin Studi Ekonomi. Harriwijaya, M. 2007. Metodologi dan Tehknik Penulisan Skripsi: Thesis dan disertasi. Yogyakarta : Elmatera Publishing. Widjaja, Tunggal, Amin. 1997.Manajemen Keuangan dan Akuntansi Perbankan. Jakarta: PT Rinkra Cipta. Heru,Rudi Gunarso. 1997.PeranPerencanaan Pajak untuk menghasilkan penghematan pajak:Studi Kasus Industri Sepatu Pt. Isr, Thesis Magister Manajemen Bisnis dan Administrasi Teknologi. Bidang Khusus Bisnis Manufaktur,Institud Teknologi Bandung. Jogiyanto. H.M.2000. Teory Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta:BPFE keputusan Mentri BUMN No. Kep 117/M- MBU 2002. Kurniasih, Tommy dan Maria M. RS. 2013.Pengaruh Return On Asset, Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perushaan, dan Kompensasi Rugi Fiskal Pada Tax Avoidance. Jurnal Buletin Stududi Ekonomi. V 18, No 1, Februari 2013. Lukviarman, Niki. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keungan. Padang: Andalas University Press. Mardiasmo. 2009. Perpajakan Edisi Revisi 2009. Yogyakarta : Penerbit Andi. Muslich, Mohamad.2003.Manajemen Keuangan Modern.Jakarta: Bumi Aksara. Sekaran, Uma. 2006. Metodelogi Penelitian untuk Bisnis. Edisi IV. Jakarta: Salemba Empat. Suandy, Erly. 2008. Perencanaan Pajak.Edisi 4.Jakarta : Salemba Empat. ______. 2008. Perencanaan pajak.Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat. Suwito,edy dan Herawati. 2005: Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan 15