analisis dampak kebijakan moneter bank indonesia, konsumsi

advertisement
ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN MONETER BANK INDONESIA,
KONSUMSI DAERAH, INVESTASI DAERAH DAN SUKU BUNGA
KREDIT INVESTASI DAERAH TERHADAP INFLASI
DI PROVINSI LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
Siti Rahmiana
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRAK
ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN MONETER BANK INDONESIA,
KONSUMSI DAERAH, INVESTASI DAERAH DAN SUKU BUNGA
KREDIT INVESTASI DAERAH TERHADAP INFLASI DI PROVINSI
LAMPUNG
Oleh
SITI RAHMIANA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak kebijakan moneter bank
indonesia, konsumsi daerah, investasi daerah dan suku bunga kredit investasi
terhadap inflasi di Provinsi Lampung, dan indikator terbesar dari tujuh kelompok
barang dan jasa yang mempengaruhi inflasi di Provinsi Lampung. Penelitian ini
menggunakan data time series periode Januari 2009 sampai September 2014. Alat
analisis yang digunakan adalah Error Correction Model (ECM). Hasil penelitian
ini menunjukan pertama, BI Rate dan konsumsi memilki hubungan yang positif
dan signifikan, investasi dan suku bunga kredit investasi memiliki hubungan yang
negatif. Kedua, hasil menujukan indikator terbesar yang mempengaruhi inflasi di
Provinsi Lampung adalah makanan jadi pada tahun 2009, 2010 dan 2011,
pendidikan pada 2012, bahan makan pada 2013 dan transportasi pada 2014.
Kata Kunci: BI Rate, Inflasi, investasi, konsumsi, dan suku bunga kredit
investasi, Error Correction Model (ECM).
ABSTRACT
ANALYSIS THE EFFECT OF BANK INDONESIA MONETERY POLICE,
REGION CONSUMTION, REGION INVESTMENT AND REGION
INTEREST RATE OF INVESTMENT CREDIT ON INFLATION RATE
IN LAMPUNG
By
SITI RAHMIANA
This research aims to know and analyze the effect of Bank Indonesia Monetery
Policy, region consumtion, region investment and region interest rate of
investment credit on inflation rate in Lampung, and which sector from the seven
group of goods and services most causing inflation in Lampung. Data used in this
research was time-series data in research periode of January 2009 until
September 2014. Analysis tools used in this research was Error Correction Model
(ECM). Result shows that first, BI Rates and consumtion have positive effect and
significant, investment and interest rate of investment credit has negative effect.
Second, the result shows that the most indicator causing inflation in Lampung are
ready to eat food in 2009, 2010 and 2011, education in 2012, Ingredients food in
2013 and transportation in 2014.
Key words: BI Rates, consumtion, Inflation, investment, and interest rate of
investment, Error Correction Model (ECM).
ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN MONETER BANK INDONESIA,
KONSUMSI DAERAH, INVESTASI DAERAH DAN SUKU BUNGA
KREDIT INVESTASI DAERAH TERHADAP INFLASI
DI PROVINSI LAMPUNG
Oleh
SITI RAHMIANA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis adalah Siti Rahmiana, penulis dilahirkan pada tanggal 3
Februari 1994 di Bandar Lampung. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga
bersaudara, dari pasangan Ahyani Muksin dan Daiyana.
Penulis memulai pendidikannya pada tahun 1998 di Taman Kanak-kanak (TK)
Al- Azhar 2 Bandar Lampung, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di
SDN 1 Perumnas Wayhalim, Bandar Lampung pada tahun 2000. Pada tahun
2006, penulis melanjutkan pendidikannya di SMPN 4 Bandar Lampung dan
selesai pada tahun 2009. Tahun 2009, penulis melanjutkan pendidikannya di
SMAN 3 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2012. Pada tahun yang sama,
penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui jalur ujian SNMPTN Tertulis.
Pada tahun 2013/2014 penulis menjabat sebagai Kepala Biro Kesekretariatan
Himpunan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan (HIMEPA). Pada tahun 2014/2015
penulis menjabat sebagai Kepala Biro Kesekretariatan Badan Eksekutif
Mmahasiswa (BEM) FEB Unila. Pada tahun 2014 penulis melakukan kuliah
kunjungan lapangan (KKL) ke Bappenas, OJK dan Badan Kebijakan Fiskal. Pada
Januari 2015 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Pekondoh,
Kecamatan Cukuh Balak, Kabupaten Tanggamus.
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Shalawat beserta
salam selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Kupersembahkan skripsi ini kepada:
Papa dan Mama tercinta, terima kasih telah mendidik, menyayangi, dan
mengajariku banyak hal. Selalu memberikan limpahan kasih sayang, do’a yang
tak henti, kesabaran, perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa.Walaupun tidak
sebanding, semoga ini dapat membuat Papa dan Mama bahagia, karena
kebahagiaan Papa dan Mama adalah kebahagiaanku dan alasanku untuk tetap
berjuang dan bertahan pada situasi tersulit sekalipun.
Abang dan kakak-kakakku, yang selalu memberikan dukungan serta semangat
untuk terus berusaha, berjuang dan tidak putus asa.
Keponakan-keponakanku, yang selalu memberi canda tawa.
Almamater tercinta, Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Lampung.
MOTO
“Apabila manusia meninggal, terputuslah seluruh amalanya kecuali tiga amalan,
yaitu shadaqah jari’ah, ilmu yang bermanfaat atau anak shalih shalihah yang
mendoakannya.”
(HR. Muslim)
“Janganlah menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun. Karna yang
menyukaimu tidak butuh itu, dan yang membencimu tidak percaya itu.”
(Imam Ali Bin Abi Thalib AS)
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Dampak Kebijakan Moneter Bank
Indonesia, Konsumsi Daerah, Investasi Daerah, dan Suku Bunga Kredit Investasi
Daerah Terhadap Inflasi Di Provinsi Lampung” sebagai syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak terbantu dan didukung oleh
berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Papa dan mama tercinta; Drs. Ahyani Mukhsin dan Daiyana,A.Md. Terima
kasih atas kasih sayang dan dukungan yang diberikan selama ini, serta doa
yang tidak pernah putus untuk kebaikan dan kesuksesan anak-anaknya.
2. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Nairobi, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Ibu Emi Maimunah, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
5. Bapak Thomas Andrian, S.E.,M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan
perhatian, motivasi, semangat dan sumbangan pemikiran kepada penulis demi
terselesaikannya skripsi ini.
6. Ibu Irma Febriana M.K, S.E.,M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah bersedia
menguji, dan memberikan arahan, masukan, serta perbaikan kepada penulis
agar skipsi ini dapat selesai dengan hasil yang baik.
7. Ibu Nurbetty Herlina S. S.E.,M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah
membimbing, memberikan perhatian, nasihat, motivasi dan semangat selama
menjadi mahasiswa Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung.
8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu dan
pelajaran yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.
9. Staf Bank Indonesia Cabang Lampung yang telah membantu penulis dalam
mencari data penelitian.
10. Abang dan Kakak-kakakku; Rusmawan Abdullah Sani,S.Kom. Wina
Mutiara,S.Kep.Ns. Amrina Putri. S.E. dan Syauqie Fadhil Ashofa,S.E.
Terimakasih atas dukungan, semangat dan motivasi untuk terus berjuang.
11. Keponakan-keponakanku; Nasyita Ulima Khadara dan Al Khwairizmi Aqsha
Ash Shofa, terima kasih atas tingkah laku yang lucu dan menggemaskan
menghibur di saat lelah.
12. Teman-teman kampus terbaik; Julian Riano, Ica, Vema, Mauli, Mita, Sinta,
Helen, Arli dan Ria terimakasih untuk bantuan dan perjuangan bersama-sama
hingga sampai akhir semester ini. Terimakasih atas kebersamaan yang tak bisa
terlupakan.
13. Sahabat-sahabat tercinta sejak SMP; Indah, Midats, Nena dan Noy.
Termakasih atas canda, tawa, keluh kesah serta kesalahan-kesalahan kecil
yang sering kita perbuat.
14. Sahabat super; Dati, Gesha, Indah, Anggi, Vina, Putri, Vema, Hera, Muna,
Sela, Vania, Kiki, Idham, Sule, Oji, Razif. Terimakasih untuk semua
semangat, dukungan serta kebersamaannya.
15. Keluarga besar HIMEPA 2013/2014; Bang Iduy, Kak Iin, Mba Zalal, Mauli,
Mute, Ketut, Ulung, Handiki, Jepri, Khanif, Kak Edo, Kak Nanang, Kak
Genio, Kak Ruhan, Kak Panji, dan Kak Thariq. Terimakasih atas pelajaran
dan kerjasama serta kebersamaannya.
16. Keluarga besar BEM FEB Unila 2014/2015; Kak Dani, Bang Iduy, Mba Putri,
Mba Au, Mba Serly, Ica, Anggi, Clau, Ketut, Kak Sulton, Bang Dapit, Kak
pandu, Kak Ginan, Kak Reza, Kak Mersa, Kak Findo dan Kak RH.
Terimakasih atas dukungan dan kebersamaan yan tidak bisa terlupakan.
17. Teman-teman IPA 4; Bang Yas, Jesi, Refi, Fawat, Beler, dan yang lainnya
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas waktu luangnya
telah mengajak bermain dan memberi hiburan dikala bosan.
18. Teman satu bimbingan Charlies’s Angels; Ica, Vema, Kak Nwi, Ulfa dan
Febita. Terimakasih atas dukungan serta bantuannya.
19. Seluruh teman-teman EP 2012 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
terimakasih atas kebersamaannya selama ini.
20. Kakak tingkat EP 2011 serta adik tingkat EP 2013, 2014, dan 2015.
21. Keluarga KKN Tematik Desa Pekondoh, Kecamatan Cukuh Balak, Kabupaten
Tanggamus; Ika, Lia, Epi, Huzai, Kak Badhini, Mahesa dan Roly.
Terimakasih untuk 40 hari yang penuh cerita.
22. Seluruh staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Ekonomi Pembangunan,
khususnya,; Mas Feri, Ibu Yati, Mas Ma’ruf, Mas Rohidi dan Pak Kasim
terimakasih atas semua bantuannya.
23. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusi dalam
penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi semua pihak. Semoga segala bantuan, bimbingan, dukungan dan
do’a yang diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT.Aamiin.
Bandar Lampung, 21 Oktober 2016
Penulis,
Siti Rahmiana
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .........................................................................................
i
DAFTAR TABEL ................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
vi
I.
PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Latar Belakang ...............................................................................
Rumusan Masalah ..........................................................................
Tujuan Penulisan .............................................................................
Manfaat Penelitian ..........................................................................
Kerangka Pemikiran .......................................................................
Hipotesis .........................................................................................
Sistematika Penulisan .....................................................................
1
14
15
16
16
17
18
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teoritis ..............................................................................
1. Inflasi ........................................................................................
1.1 Teori Keynesian .................................................................
1.2 Teori Samuelson .................................................................
1.3 Teori Kuantitas ...................................................................
2. BI Rate......................................................................................
2.1 Mekanisme Penetapan BI Rate ..........................................
3. Konsumsi..................................................................................
3.1 Teori Keynesian .................................................................
3.2 Kurva Agregate Deman Agregate Supply (AD AS) ...........
4. Investasi ...................................................................................
5. Suku Bunga Kredit ...................................................................
5.1 Teori Keynes ......................................................................
5.2 Teori Suku bunga Fisher ...................................................
B. TinjauanEmpiris ..............................................................................
19
19
21
23
25
26
27
27
28
30
31
32
33
33
35
ii
III. METODE PENELITIAN
................................
A. Variabel
Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian ..................................................................
2. Definisi Variabel ..................................................
B. Jenis dan Sumber Data ...................................................................
C. Metode Analisis .............................................................................
D. Spesifikasi Fungsi Ekonomi ..........................................................
E. Proses dan Inditifikasi Model Penelitian .......................................
1. UjiStationary (Unit Root) .........................................................
2. Uji Kointegrasi .........................................................................
2.1 Uji Kointegrasi Johansen ...................................................
3. Model Koreksi Kesalahan (ECM) ...........................................
4. Pengujian Hipotesis ..................................................................
4.1 Uji Statistik t.......................................................................
4.2 Uji Statistik F .....................................................................
F. Penghitungan Penyumbang Inflasi.................................................
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengujian ..............................................................................
1. Uji Stasioner (Unit Root Test) ...................................................
2. Uji Kointegrasi Johansen ..........................................................
3. Hasil Estimasi Error Correction Model (ECM) .......................
4. Uji Hipotesis .............................................................................
4.1 Uji t-statistik ........................................................................
4.2 Uji f-statistik .......................................................................
5. Penghitungan Penyumbang Inflasi ............................................
B. Pembahasan ....................................................................................
1. Pengaruh BI rate terhadap inflasi Di Provinsi Lampung .........
2. Pengaruh konsumsi terhadap inflasi Di Provinsi Lampung .....
3. Pengaruh investasi terhadap inflasi Di Provinsi Lampung ......
4. Pengaruh suku bunga kredit investasi terhadap inflasi Di Provinsi
Lampung...................................................................................
5. Komponen barang dan jasa penyumbang inflasi......................
V.
39
39
39
41
42
42
43
43
43
44
45
46
46
47
48
50
50
51
52
54
54
55
56
57
57
58
59
59
60
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ........................................................................................
B. Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
64
65
iii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Ringkasan hasil penelitian empirik tentang analisis pengaruh kebijakan
moneter terhadap inflasi dan perekonomian di Indonesia (Yassirli
Amrini,dkk) .........................................................................................
35
2. Ringkasan hasil penelitian empirik tentang analisis pengaruh suku
bunga BI, jumlah uang beredar, dan tingkat kurs terhadap tingkat
inflasi di Indonesia (Theodores Manuela Langi,dkk) .........................
35
3. Ringkasan hasil penelitian empirik tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi inflasi di Indonesia (Endri) .......................................
36
4. Ringkasan penelitian empirik tentang analisis pola dan stuktur inflasi
di Kota Medan (Prawiya Hariani RS) .................................................
36
5. Ringkasan penelitian empirik tentang analisis pertumbuhan ekonomi,
investasi daninflasi di Indonesia (Engla Desnim Silvia,dkk) .............
36
6. Ringkasan Penelitian empirik tentang pengaruh suku bunga Bank
Indonesia (BI Rate) dan produk domestik bruto ( PDB) terhadap
laju inflasi di Indonesia periode tahun 2001.1-2013.4
(Eko Wahyudi) .....................................................................................
37
7. Inflasi Di Indonesia : Sumber-Sumber Penyebab dan Pengendaliannya
(Adwin S. Atmadja) ................................................................................
37
8. Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Terhadap Inflasi Di Indonesia
(Andrian Sutawijaya dan Zulfahmi) ....................................................
38
9. Deskripsi Data Input .............................................................................
41
iv
10. Hasil Uji Stasioner dengan Pendekatan Augmented Dickey-Fuller (ADF)
Pada Tingkat Level ............................................................................... 50
11. Hasil Uji Stasioner dengan Pendekatan Augmented Dickey-Fuller
(ADF) Pada Tingkat First Difference ..................................................
51
12. Hasil Uji Kointegrasi (Uji Kointegrasi Johansen ). ..............................
52
13. Hasil Estimasi Error Correction Model (ECM) ..................................
53
14. Hasil Uji t-statistik ................................................................................
54
15. Hasil Uji F-Statistik ..............................................................................
55
16. Rata - Rata Tujuh Indikator Penyumbang Inflasi Menurut Kelompok
Barang Dan Jasa Di Provinsi Lampung ................................................
56
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.
Pergerakan Tujuh Indikator Penyumbang Inflasi Menurut Kelompok
Barang Dan Jasa Di Provinsi Lampung Periode Januari 2009 – September
2014 ................................................................................................................ 5
2.
Pergerakan Infaltion Targeting Framework, Inflasi Nasional, Inflasi
Provinsi Lampung, dan BI Rate periode Januari 2009 – Juli 2014 ............... 6
3.
Pergerakan Inflasi Provinsi Lampung dan Konsumsi Rumah Tangga
Provinsi Lampung periode Kuartal I 2011 – Kuartal IV 2015 ..................... 10
4.
Pergerakan Inflasi Provinsi Lampung dan Pembentukan Modal Tetap
Domestik Bruto Provinsi Lampung periode Kuartal I 2011 –
Kuartal IV 2015 ............................................................................................ 11
5.
Pergerakan Inflasi Provinsi Lampung dan Suku Bunga Kredit Investasi
Provinsi Lampung periode Januari 2009 – Juli 2014 .................................... 13
6.
Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 17
7.
Fungsi Konsumsi Keynes ............................................................................. 29
8.
Kurva Agregate Demand Agregate Supply (AD AS) .................................... 30
9.
Kurva Tingkat Bunga dan tingkat Investasi .................................................. 34
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar
Halaman
1.
Data Penelitian ........................................................................................ L-1
2.
Hasil Uji Stasioneritas Tingkat Level ..................................................... L-2
3.
Hasil Uji Stasioneritas Tingkat First Difference..................................... L-3
4.
Hasil Uji Kointegrasi Johansen .............................................................. L-4
5.
Hasil Estimasi Error Corection Model (ECM) ....................................... L-5
6.
Tabel T .................................................................................................... L-6
7.
Tabel F .................................................................................................... L-7
8.
Data Tujuh Sektor Penyumbang Inflasi .................................................. L-8
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inflasi merupakan salah satu indikator perekonomian yang sangat penting,
fluktuasinya selalau diperhatikan dan dijaga agar tetap stabil. Theodores Manuela
Langi (2014) menyatakan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil merupakan
cerminan akan kecenderungan naiknya tingkat harga barang dan jasa secara
umum dan terus menerus selama periode waktu tertentu. Dengan naiknya tingkat
harga ini daya beli dari masyarakat akan menurun akibatnya barang-barang hasil
produksi tidak akan habis terjual dan produsen pun tidak akan menambah besaran
investasinya.
Perubahan dalam jumlah uang beredar akan berpengaruh terhadap kegiatan
perekonomian di berbagai sektor. Peningkatan jumlah uang beredar yang
berlebihan dapat mendorong peningkatan harga (inflasi tinggi) melebihi tingkat
yang diharapkan sehingga dalam jangka panjang dapat mengganggu pertumbuhan
ekonomi. Sebaliknya, apabila peningkatan jumlah uang beredar sangat rendah
maka kelesuan ekonomi akan terjadi. Apabila hal ini berlangsung terus menerus,
kemakmuran masyarakat secara keseluruhan pada gilirannya akan mengalami
penurunan. Dengan demikian pengelolaan jumlah uang beredar harus selalu
2
dilakukan dengan hati-hati dengan mempertimbangkan pengaruh yang akan
terjadi.
Untuk mengantisipasi semakin tingginya perubahan inflasi, mendorong otoritas
moneter membuat kerangka kerja kebijakan moneter atau dengan kata lain
inflation targetting framework (ITF) yangberlandasan hukum kebijakan Bank
Indonesia ini adalah UU No. 23 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia dengan
bertujuan untuk menjaga dan mencapai perubahan inflasi yang rendah dan stabil.
Dimana kestabilan inflasi ialah hal yang sangat penting untuk menjaga kestabilan
ekonomi nasional agar tetap dalam batasan yang aman dan sesuai yang
diharapkan.
Dengan kebijakan ini, Bank Indonesia secara tegas mengumumkan sasaran inflasi
kepada publik dan kebijakan moneter diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi
yang ditetapkan oleh Pemerintah. Menurut Junggun Oh (2000), Inflation
Targeting Framework adalah suatu sistem dari operasi kebijakan moneter dimana
bank sentral telah menetapkan sasaran inflasi dengan sebelumnya telah
menetapkan angka yang akan datang dan dibuat dengan menggunakan instrumen
kebijakan yang telah tersedia yang ada terlebih dahulu untuk mencapai sasaran.
Menurut Frederic Mishkin (2000), inflation targeting meliputi lima komponen
utama yaitu :
1.
Pemberitahuan publik tentang target angka pencapaian jangka menengah
untuk inflasi.
2.
Persetujuan institusional untuk kestabilan harga sebagai tujuan dari kebijakan
moneter, untuk tujuan lain itu setelahnya.
3
3.
Strategi informasi termasuk dalam pemilihan banyak variabel dan tidak hanya
agregat moneter atau nilai tukar yang digunakan untuk memutuskan
pengaturan dari instrumen kebijakan.
4.
Meningkatkan transparansi dari strategi kebijakan moneter siap
berkomunikasi dengan masyarakat dan pasar tentang rencana, sasaran, dan
keputusan dari kegiatan moneter.
5.
Meningkatkan akuntabilitas dari bank sentral untuk menapai sasaran inflasi.
Konsep dasar kebijakan moneter dalam kerangka inflation targeting adalah
sasaran inflasi. Inflasi adalah kenaikan harga yang secara umun dan berlangsung
terus menerus. Kenaikan dari satu atau dua barang tidak bisa desebut inflasi
terkecuali kenaikan harga tersebut meluas dan dapat meyebabkan peningkatan
harga pada barang lainnya.
Inflasi yang terjadi di Indonesia cukup berfluktuatif. Krisis moneter yang terjadi
pada tahun 1998 telah membuat perekonomian Indonesia menjadi tidak stabil
dikarenakan adanya kenaikan inflasi.Kenaikan inflasi telah meningkat hingga
mencapai 77.63% pada saat itu. Inflasi di Indonesia dipicu oleh kenaikan harga
komoditi impor (imported inflation) dan membengkaknya hutang luar negeri
akibat dari terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan mata
uang asing lainnya (Atmadja, 1999). Oleh sebab itu Bank indonesia melakukan
sasaran inflasi tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelaku usaha dan
masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonominya ke depan sehingga tingkat
inflasi dapat diturunkan pada tingkat yang rendah dan stabil. Pemerintah dan Bank
Indonesia akan senantiasa berkomitmen untuk mencapai sasaran inflasi yang
4
ditetapkan tersebut melalui koordinasi kebijakan yang konsisten dengan sasaran
inflasi tersebut. Pada kenyataannya saat ini inflasi daerah-daerah di Indonesia
tingkatnya masih banyak yang tidak sesuai dengan target inflasi yang diharapkan
oleh bank sentral. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut bisa karena
faktor nasional ataupun karna faktor dari daerah itu sendiri.
Kebijakan Bank Indonesia umumnya mengacu pada inflasi nasional dengan
mengubah BI Rate.Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate
apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan,
sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan
diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan. Sebab BI Rate
merupakan cermin dari kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
yang diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia pada setiap rapat Dewan
Gubernur Bulanan yang diimplementasikan pada operasi moneter guna mencapai
sasaran operasional kebijakan moneter. Namun,setiap daerah di Indonesia
memberikan respon berbeda atas kebijakan tingkat nasional yang diberlakukan
oleh Bank Indonesia, sebagian daerah dapat merespon dengan cepat terhadap
kebijakan tersebut, namun terdapat juga daerah yang merespon dengan lambat.
Hal ini dapat terjadi karena dapat dipengaruhi oleh faktor internal di daerah itu
sendiri, seperti yang terjadi di Provinsi Lampung. Ada tujuh indikator
penyumbang inflasi yang dapat mempengauhi inflasi di Provinsi Lampung.
5
7
6
5
4
3
2
1
Sep-14
May-14
Jan-14
Sep-13
May-13
Jan-13
Sep-12
May-12
Jan-12
Sep-11
May-11
Jan-11
Sep-10
May-10
Jan-10
Sep-09
-2
May-09
-1
Jan-09
0
-3
Bhn Mkn
Mkn Jadi
Perumahan
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
Sandang
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016
Gambar 1. Grafik Pergerakan TujuhIndikator Penyumbang Inflasi
Menurut Kelompok Barang Dan Jasa Di Provinsi Lampung
Periode Januari 2009 –September 2014.
Grafik 1 menjelaskan pergerakan tujuh indikator penyumbang inflasi menurut
kelompok barang dan jasa di Provinsi Lampung januari 2009 sampai dengan
september 2014. Dapat dilihat pergerakan tujuh indikator penyumbang inflasi
bergerak secara fluktuasi. Pada tahun 2011 peningkatan terjadi cukup curam pada
sumbangan inflasi di setiap indikatorya. Pada kelompok bahan makan
peningkatan tersebut terjadi diakibatkan oleh tekanan harga akibat supply yang
belum memadai seiring dengan faktor iklim. Pada kelompok makan jadi, rokok
dan tembakau, kenaikan harga dipicu oleh kijakan penetapan kenaikan cukai
rokok sebesar 5% pada awal tahun. Sementara itu kenaikan harga semen dan
minyak tanah memicu meningkatnya sumbangan inflasi dari indikator
perumahan. Sedangkan peningkatan sumbangan inflasi terjadi pada indikator
kesehatan diakibatkan oleh kenaikan biaya rumah sakit. Peningkatan sumbangan
inflasi indikator transportasi terjadi diakibatkan masih terhambatnya lalu lintas
penyerbangan di pelabuhan Bakauheni menuju merak atau sebaliknya.
6
Inflasi di Provinsi Lampung berada di bawah target yang telah ditetapkan oleh
Bank Indonesia. Hal tersebut dapat disebabkan oleh tujuh indikator penyumbang
inflasi menurut kelompok barang dan jasa yang dapat mempengaruhi inflasi di
Provinsi Lampung.
10.00%
8.00%
6.00%
4.00%
2.00%
-2.00%
Jan-09
Apr-09
Jul-09
Oct-09
Jan-10
Apr-10
Jul-10
Oct-10
Jan-11
Apr-11
Jul-11
Oct-11
Jan-12
Apr-12
Jul-12
Oct-12
Jan-13
Apr-13
Jul-13
Oct-13
Jan-14
Apr-14
Jul-14
0.00%
Inflasi Nasional
Inflasi Lampung
BI Rate
ITF
ITF (+)
ITF(-)
Sumber : Bank Indonesia, 2016
Gambar 2. Grafik Pergerakan Infaltion Targeting Framework, Inflasi
Nasional, Inflasi Provinsi Lampung, dan BI Rate periode
Januari 2009 – Juli 2014
Gambar 2 menjelaskan grafik pergerakan inflation targeting framework, inflasi
nasional, inflasi Provinsi Lampung dan BI Rate periode Januari 2009 sampai
dengan Juli tahun 2014. Dapat terlihat pergerakan inflasi nasional berada dalam
garis plus dan minusinflation targeting framework, hanya pada saat waktu tertentu
pergerakan inflasi nasional melebihi target. Krisis global yang masih berlangsung
di Indonesia pada tahun 2009 menyebakan inflasi yang cukup tinggi. Tantangan
tersebut masih cukup berat terutama pada awal tahun 2009 yaitu mencapai 9.17%.
Ketika inflasi nasional melebihi dari target inflasi yang telah ditetapkan oleh Bank
Indonesia maka Bank Indonesia dengan sigap mengambil kebijakan kontraktif
7
yaitu dengan menaikan tingkat suku bunga BI Rate, dimana kejikan tersebut
dalam rangka mengurangi jumlah uang beredar yang sering disebut juga dengan
kebijakan uang ketat, begitupun sebaliknya ketika inflasi nasional tidak mencapai
target inflasi yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia maka Bank Indonesia
akan mengambil kebijakan ekspansif yaitu dengan menurunkan suku bunga BI
Rate, dimana kebijakan tersebut dilakukan dalam rangka menambah jumlah uang
beredar. Kebijakan ini juga disebut dengan kebijakan moneter longgar. Akan
tetapi pengambilan kebijakan tersebut hanya didasari oleh inflasi yang terjadi di
Indonesia tanpa memperhatikan inflasi yang terjadi di daerah sehingga respon
yang terjadi di daerah belum tentu seperti apa yang diharapkan, khususnya
Provinsi lampung.
Pada bulan Juli tahun 2009 inflasi nasional mengalami penurunan dari bulan Juni
tahun 2009 dari 3,65% menjadi 2,71%, kemudian Bank Indonesia menurunkan BI
RatePada bulan Juni 2009 menjadisebesar 7,00% dan menurun pada bulan Juli
tahun 2009 mejadi 6,75% sesuai dengan inflasi nasional yang terjadi, sehingga
inflasi nasional merespon dengan baik dan secara perlahan inflasi nasional
meningkat pada bulan September tahun 2009 menjadi 2,83%. Sedangkan respon
yang diberikan oleh inflasi di Provinsi Lampung tidak sama dengan inflasi
nasional. Pada bulan Juni tahun 2009 inflasi di Provinsi Lampung sebesar 0,34%
dan meningkat pada bulan Juli tahun 2009 menjadi 0,79%. kemudian dengan
adanya peningkatan BI rate, inflasi di Provinsi Lampung mengalami peningkatan
yang cukup curam pada bulan September tahun 2009 inflasi provinsi Lampung
menjadi 2,66%.
8
Peningkatan juga terjadi pada inflasi nasional pada Juni 2013 inflasi nasional
sebesar 5,90% kemudian meningkat menjadi 8.61% . Tekanan inflasi yang cukup
tinggi tersebut dipicu oleh kenaikan harga BBM. Suku bunga BI rate juga
mengalami peningkatan sesuai dengan inflasi yang terjadi di Indonesia. Pada
bulan Juni 2013 BI rate sebesar 6,00%, kemudian meningkat pada bulan Juli
tahun 2013 menjadi 6,50%. Inflasi di Provinsi Lampung juga mengalami
peningkatan pada bulan Juli tahun 2013 menjadi 2,75% yang sebelumnya pada
bulan Juni 2013 sebesar 0,79%. Kenaikan inflasi tersebut juga dipicu oleh
kenaikan harga BBM.
Styo et al (2014) menyebutkan bahwa ketika harga minyak mengalami kenaikan
maka konsumen akan mengurangi konsumsinya terhadap pemakaian minyak. Hal
ini berdampak pada kenaikan harga barang dan jasa sehingga membuat konsumen
mengurangi konsumsinya dan dapat terjadinya inflasi baik dari sisi cost push
inflation dan demand pull inflation. Dimana cosh push inflationterjadi apabila ada
biaya produksi mengalami kenaikan secara terus-menerus. Kenaikan biaya
produksi berawal dari kenaikan harga input seperti kenaikan upah minimum,
kenaikan bahan baku, kenaikan tarif listrik, kenaikan BBM, dan kenaikankenaikan input lainnya. Sedangkan demand pull inflationterjadi dimana daya beli
yang tinggi akan mendorong permintaan melebihi total produk yang tersedia.
Kenaikan permintaan tersebut yang dapat menimbulkan terjadinya inflasi.
Konsumsi adalah salah satu faktor penting dalam perekonomian. Kegiatan
konsumsi tidak bisa lepas dari kegiatan masyarakat karena semua orang pasti
melakukan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Mankiw
9
(2000), konsumsi adalah barang atau jasa yang dibeli oleh rumah tangga konsumsi
terdiri dari barang tidak tahan lama (Non Durable Goods) pertama adalah barang
yang habis dipakai dalam waktu pendek, seperti makanan dan pakaian, kedua
adalah barang tahan lama (Durable Goods) adalah barang yang dimiliki usia
panjang seperti mobil, televisi, alat-alat elektronik, ketiga adalah jasa (Services)
meliputi pekerjaan yang dilakukan untuk konsumen oleh individu dan perusahaan
seperti potong rambut dan berobat ke dokter.
Mishkin (2008) mengungkapkan dalam kurva permintaan agregat juga dijelaskan
bahwa pada pendekatan komponenada dua cara untuk menurunkan kurva
permintaan agregat yaitu pertama yang didasarkan pada teori jumlah uang
bererdar, dan pendekatan kedua didasarkan pada pengujian prilaku bagian-bagian
komponen permintaan agregat diantara konsumsi dan investasi. Dimana
pendekatan komponen tersebut terhadap permintaan agregat sepakat bahwa kurva
permintaan agregat mempunyai kemiringan ke bawah dan bergeser dalam
merespons perubahan uang beredar. Jika uang beredar terus tumbuh dari tahun ke
tahun, perekonomian akan terus bergerak ke tingkat harga yang lebih tinggi.
Selama uang beredar tumbuh proses ini akan terus berlanjut dan inflasi akan
terjadi.
10
3.00%
35,000,000
2.50%
30,000,000
2.00%
25,000,000
1.50%
20,000,000
1.00%
15,000,000
0.50%
10,000,000
-0.50%
QI 11
QII 11
QIII 11
QIV 11
QI 12
QII 12
QIII 12
QIV 12
QI 13
QII 13
QIII 13
QIV 13
QI 14
QII 14
QIII 14
QIV 14
QI 15
QII 15
QIII 15
QIV 15
0.00%
-1.00%
5,000,000
0
Inflasi
Konsumsi Rumah Tangga
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016
Gambar3. Grafik Pergerakan Inflasi Provinsi Lampung dan Konsumsi
Rumah Tangga Provinsi Lampung periode Kuartal I 2011–
Kuartal IV 2015
Gambar 3 menjelaskan pergerakan inflasi Provinsi Lampung dan Konsumsi
Rumah Tangga Provinsi Lampung periode kuartal I 2011 samapai dengan kuartal
IV 2015. Pergerakan konsumsi rumah tangga di Provinsi Lampung terus
meningkat dan relatif stabil, namun memiliki trend yang positif terhadap inflasi
Provinsi Lampung. Penurunan konsumsi rumah tangga di Provinsi Lampung
sebesar 20.000 Miliar Rupiah pada kuartal I tahun 2012 dibandingkan kuartal
sebelumnya dibarengi dengan penurunan inflasi Provinsi Lampung sebesar
0,40%. Peningkatan konsumsi juga terjadi pada kuartal II tahun 2014 menjadi
27.692. 488 Miliar Rupiah dari sebelumnya pada kuartal I tahun 2014 sebesar
27.198.809 Miliar Rupiah, peningkatan tersebut juga seiring dengan inflasi di
Provinsi Lampung yaitu pada kuartal I tahun 2014 Provinsi Lampung mengalami
deflasi -0,15% kemudian pada kuartal II tahun 2014 Provinsi Lampung
mengalami inflasi sebesar 0,78%. Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian yang
11
dilakukan oleh Prawidya Hariani RS (2012) yang menyatakan bahwa tingkat
konsumsi berpengaruh secara positif terhadap inflasi.
Investasi adalah pembelian dan produksi dari modal barang yang tidak
dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang. Investasi yang
dapat disebut juga dengan penanaman modal atau pembentukan modal dapat
diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman-penanaman modal
atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapanperlengkapan produksi untuk menambah kemampuan produksi barang-barang dan
jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 2012). Menurut Miskhin
(2008) ketika pengeluaran investasi yang direncanakan meningkat maka akan
menggeser kurva permintaan agregat ke kanan dan secara langsung menambah
permintaan agregat.
3.00%
18,000,000
2.50%
16,000,000
2.00%
14,000,000
12,000,000
1.50%
10,000,000
1.00%
8,000,000
0.50%
6,000,000
-0.50%
QI 11
QII 11
QIII 11
QIV 11
QI 12
QII 12
QIII 12
QIV 12
QI 13
QII 13
QIII 13
QIV 13
QI 14
QII 14
QIII 14
QIV 14
QI 15
QII 15
QIII 15
QIV 15
0.00%
-1.00%
4,000,000
2,000,000
0
Inflasi
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016
Gambar4. Grafik Pergerakan Inflasi Provinsi Lampung dan Pembentukan
Modal Tetap Domestik Bruto Provinsi Lampung periode
Kuartal I 2011–Kuartal IV 2015
12
Gambar 4 menjelaskan pergerakan inflasi di Provinsi Lampung dan pembentukan
modal tetap domestik bruto Provinsi Lampung periode kuartal I 2011 sampai
dengan kuartal II 2015. Secara umum investasi Provinsi Lampung memiliki trend
yang positif terhadap inflasi di Provinsi Lampung. Pada kuartal I tahun
2011investasi Provinsi Lampung sebesar 11.565.725Miliar Rupiah kemudian
meningkat pada kuartal II tahun 2011 menjadi 12.178.874Miliar Rupiah. Inflasi di
Provinsi Lampung juga mengalami peningkatan, pada kuartal I tahun 2011 inflasi
Provinsi Lampung mengalami deflasi -0,41% kemudian menurun pada kuartal II
tahun 2011 menjadi 0,29%. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, ketika investasi
Provinsi Lampung menurun pada kuartal IV tahun 2013 sebesar 14.711.872Miliar
Rupiah dan menurun pada kuartal I tahun 2014 menjadi 14.113.232 Miliar
Rupiah. Penurunan tersebut juga terjadi pada inflasi di Provinsi Lampung pada
kuartal IV tahun 2013 inflasi sebesar 0,27% kemudian menurun pada kuartal I
tahun 2014 yaitu deflasi menjadi -0,15%.Hal tersebut sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Prawidya Hariani Rs (2012), yang megungkapkan bahwa
investasi memiliki hubungan secara positif terhadap inflasi.
Inflasi juga dapat terjadi akibat pergeseran kurva aggregate supply (AS) yang
diakibatkan kenaikan biaya produksi perusahaan secara keseluruhan. Produksi
barang juga sangat dipengaruhi oleh faktor produksi. Dua faktor produksi yang
sangat penting adalah modal dan tenaga kerja (Mankiw, 2007). Dimana harga dari
kedua faktor produksi tersebut adalah masing-masing upah yang merupakan biaya
tenaga kerja dan tingkat bunga yang merupakan biaya modal. Ketika tingkat suku
bunga pinjaman meningkat maka total ongkos produksi akan meningkat, terutama
pada perusahaan skala menengah dan kecil. Dalam kondisi yang demikian yang
13
biasanya terjadi pihak pengusaha akan mengalihkan beban kenaikan upah tersebut
kepada konsumen melalui peningkatan harga barang dan pengurangan volume
produksi yang dapat memicu terjadinya inflasi.
Menurut kaum neostrukturalis menekankan pada sektor keuangan, dimana
pengaruh uang terhadap perekonomian terutamaditransmisikan dari supply side.
Menurut kaum neostrukturalis , uang merupakan salah satu faktor penentu
investasi dan produksi. Bila jumlah uang untuk investasi melimpah maka akan
menyebabkan suku bunga menurun dan volume investasi akan meningkat.
Dengan meningkatnya volume investasi maka volume produksi akan meningkat
sehingga penawaran barang akan meningkat yang selanjutnya akan menekan
tingkat inflasi (Adwin, S. Atmadja, 1999).
16.00%
14.00%
12.00%
10.00%
8.00%
6.00%
4.00%
2.00%
-2.00%
Jan-09
Apr-09
Jul-09
Oct-09
Jan-10
Apr-10
Jul-10
Oct-10
Jan-11
Apr-11
Jul-11
Oct-11
Jan-12
Apr-12
Jul-12
Oct-12
Jan-13
Apr-13
Jul-13
Oct-13
Jan-14
Apr-14
Jul-14
0.00%
Inflasi Lampung
Suku bunga kredit Investasi
Sumber : Bank Indonesia, 2015
Gambar5. Grafik Pergerakan Inflasi Provinsi Lampung dan Suku Bunga
KreditInvestasi Provinsi Lampung periode Januari 2009 –
Juli 2014
Gambar 5 menjelaskan pergerakan inflasi di Provinsi Lampung dan suku bunga
kredit investasi Provinsi Lampung periode Januari 2009 sampai dengan Juli 2014.
14
Pergerakan suku bunga kredit investasi cenderung konstan dibandingkan inflasi
Provinsi Lampung. Secara umum suku bunga kredit investasi Provinsi Lampung
dan inflasi Provinsi Lampung memiliki trendyang negatif. Ketika suku bunga
kredit investasi naik maka inflasi di Provinsi Lampung akan menurun, penurunan
suku bunga kredit investasi pada Maret 2009 menjadi 14,05% dari sebelumnya
sebesar 14,37% pada Februari 2009 terjadi bersamaan dengan penurunan inflasi
menjadi 0,25% dari sebelumnya 0,31%.
B. RumusanMasalah
Kebijakan Bank Sentral Republik Indonesia mengacu pada inflasi nasional
dengan mengubah BI Rate.Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI
Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah
ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi
ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan. Sebab BI
Rate merupakan cermin dari kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia namun,setiap daerah di Indonesia memberikan respon berbeda atas
kebijakan tingkat nasional yang diberlakukan oleh Bank Indonesia khususnya di
Provinsi Lampung. Hal ini dapat terjadi karena dapat dipengaruhi oleh faktor
internal di daerah itu sendiri, seperti faktor konsumsi, investasi maupun suku
bunga kredit investasi.
Dari uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh BI Rate terhadap Inflasi di Provinsi Lampung?
15
2. Bagaimana pengaruh konsumsi Provinsi Lampung terhadap inflasi di
Provinsi Lampung?
3. Bangaimana pengaruh investasi Provinsi Lampung terhadap inflasi di
Provinsi Lampung?
4.
Bagaimana pengaruh suku bunga kredit investasi Provinsi Lampung
terhadap inflasi di Provinsi Lampung?
5. Apakah variabel BI rate, konsumsi, investasi dan suku bunga kredit
investasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap inflasi di Provinsi
Lampung?
6.
Indikator apa sajakah penyumbang inflasi terbesar di Provinsi Lampung?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh BI Rate terhadap inflasi di Provinsi Lampung.
2. Mengetahui pengaruh konsumsi Provinsi Lampung terhadap inflasi di
Provinsi Lampung.
3. Mengetahui pengaruh investasi Provinsi Lampung terhadap inflasi di
provinsi Lampung,.
4. Mengetahui pengaruh suku bunga kredit investasi Provinsi Lampung
terhadap inflasi di Provinsi Lampung.
5. Mengetahui pengaruh bersama-sama variabel BI rate, konsumsi, investasi
dan suku bunga kredit investasi terhadap inflasi di Provinsi Lampung.
6. Mengetahui indikator penyumbang inflasi menurut kelompok barang dan
jasa terbesar di Provinsi Lampung.
16
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Inflasi Kebijakan
Moneter, Konsumsi Masyarakat, Investasi, dan Suku Bungan Kredit
Investasi, serta indikator penyumbang inflasi.
3. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian
sejenis dan dapat dikembangkan secara luas lagi dengan mengambil
faktor-faktor ekonomi makro yang lain.
E.Kerangka Pemikiran
Pergerakan inflasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, suku bunga Bank Indonesia
(BI Rate)mempengaruhi inflasi yang telah dipaparkan oleh Theodores Manuela
Langi, Dkk (2014) karena BI Rate merupakan kebijakan dari Bank Indonesia yang
mengacu pada inflasi. Pada penelitian Prawidya Hariani RS (2012) menjelaskan
bahwa tingkat konsumsi dan investasi berpengaruh positif terhadap inflasi di Kota
Medan. Selain itu faktor terdapat indikator penyumbang inflasi menurut kelompok
barang dan jasa yang dapat mempengaruhi inflasi.
Berdasarkan telaah pustaka yang telah diuraikan sebelumnya, maka akan diuji
apakah variabel BI Rate, konsumsi, investasi dan suku bunga kredit investasi
terhadap inflasi dan dapat digambarkan model seperti berikut ini :
17
Kebijakan Moneter
Faktor Daerah
Bahan Makan
Bank Indonesia
Makan Jadi
Perumahan
Konsumsi
BI Rate
Investasi
Sandang
Suku Bunga Kredit
Investasi
Kesehatan
Pendidikan
Inflasi Daerah
Transportasi
Gambar 6. Kerangka Pemikiran
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Diduga BI Rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap inflasidi
Provinsi Lampung.
2. Diduga konsumsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap inflasi di
Provinsi Lampung.
3. Diduga investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap inflasi di
Provinsi Lampung.
18
4. Diduga suku bunga kredit konsumsi berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap inflasi di Provinsi Lampung.
5. Diduga BI rate, konsumsi, investasi dan suku bunga kredit investasi
berpengaruh secara bersama-sama terhadap inflasi di Provinsi Lampung.
G. Sistematika Penulisan
BAB I
: Pendahuluan. Meliputi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan
penulisan, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis, ruang
lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
: Tinjauan Pustaka. Meliputi tinjauan teoritis dan tinjauan empiris.
BAB III
: Metode Penelitian. Meliputi jenis dan sumber data, batasan
variabel, populasi dan tekhnik pengambilan sampel, model dan
metode analisis.
BAB IV
: Hasil dan Pembahasan.
BAB V
: Simpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
19
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
1.
Tinjauan Teoritis
Inflasi
inflasi adalah meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali
bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang
lainnya. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum
dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut
inflasi keuali bila kenaikan tersebut meluas kepada sebagian besar dari harga
barangbarang lain (Boediono, 2001).
Tingkat inflasi digunakan untuk menggambarkan perubahan harga – harga yang
berlaku dari satu periode ke periode lainnya. Untuk menentukannya perlu
diperhatikan data indeks harga konsumen dari satu periode tertentu dan seterusnya
dibandingkan dengan indeks harga pada periode sebelumnya. Jenis – jenis inflasi
berdasarkan sumber atau penyebab kenaikan harga – harga yang berlaku, inflasi
dibedakan dalam dua spesifikasi yaitu dilihat dari sebab awal inflasi dan ditinjau
dari asal inflasi, dapat dijabarkan sebagai berikut:
20
1) Demand-Pull Inflation
Demand pull Inflation disebabkan oleh permintaan masyarakat akan barang –
barang (agregate demand) yang bertambah. Inflasi ini biasanya terjadi pada masa
perekonomian yang berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi
menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi pula yang kemudian menimbulkan
pengeluaran yang melebihi dari kemampuan ekonomi untuk mengeluarkan barang
dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan ini akan menimbulkan inflasi. Selain pada
masa perekonomian berkembang pesat, Demand–pull Inflation juga dapat berlaku
pada masa perang atau ketidakstabilan politik yang terjadi secara terus menerus.
Dalam masa seperti ini pemerintah akan berbelanja jauh melebihi pajak yang
dipungutnya. Untuk membiayai kelebihan pengeluaran tersebut pemerintah
terpaksa mencetak uang atau meminjam dari bank sentral. Pengeluaran
pemerintah yang berlebihan tersebut menyebabkan permintaan agregat akan
melebihi kemampuan ekonomi tersebut menyediakan barang dan jasa. Maka
keadaan ini akan mewujudkan inflasi.
2) Cost Push Inflation
Cost push inflation terjadi karena kenaikan biaya produksi, yang disebabkan oleh
terdepresiasinya nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara- negara
partner dagang, peningkatan harga – harga komoditi yang diatur pemerintah
(administered price), dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan
tergangggunya distribusi. Inflasi ini terutama berlaku dalam masa perekonomian
berkembang pesat ketika tingkat pengangguran sangat rendah. Apabila perusahaan
– perusahaan masih menghadapi permintaan yang bertambah, mereka akan
21
berusaha menaikkan produksi dengan cara memberikan gaji atau upah yang lebih
tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja baru dengan tawaran pembayaran
yang lebih tinggi ini. Langkah ini mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang
akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga – harga berbagai barang.
1.1 Teori Keynes
Menurut teori Keynes, inflasi pada dasarnya disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara permintaan masyarakat (demand) terhadap barang-barang dagangan
(stock), dimana permintaan lebih banyak dibandingkan dengan barang yang
tersedia, sehingga terdapat gap yang disebut inflationary gap.
Inflationary gap timbul karena adanya golongan – golongan masyarakat tersebut
berhasil menerjemahkan aspirasi mereka menjadi permintaan yang efektif akan
barang – barang. Dengan kata lain, mereka berhasil memperoleh dana untuk
mengubah aspirasinya menjadi rencana pembelian barang – barang yang
didukung dengan dana. Golongan masyarakat seperti ini mungkin adalah
pemerintah sendiri, yang berusaha memperoleh bagian yang lebih besar dari
output masyarakat dengan jalan menjalankan defisit dalam anggaran belanjanya
yang dibiayai dengan mencetak uang baru. Golongan tersebut mugkin juga
pengusaha – pengusaha swasta yang menginginkan untuk investasi – investasi
baru dan memperoleh dana pembiayaannya dari kredit dari bank. Golongan
tersebut biasa pula serikat buruh yang berusaha memperoleh kenaikan gaji bagi
anggota – anggotanya melebihi kenaikan produktifitas buruh.
22
Menurut Nopirin, Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi
faktor produksi serta produk nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut
dengan equity effect, sedangkan efek terhadap alokasi faktor produksi dan
pendapatan nasional masing-masing disebut dengan efficiency dan output effects
(Nopirin, 2000).
-
Efek terhadap Pendapatan (Equity Effect).
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada
pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh
pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Demikian juga orang yang
menumpuk kekayaannya dalam bentuk uang kas akan menderita kerugian karena
adanya inflasi. Sebaliknya, pihak-pihak yang mendapatkan keuntungan dengan
adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan
prosentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau mereka yang mempunyai
kekayaan bukan uang di mana nilainya naik dengan prosentase lebih besar dari
pada laju inflasi. Dengan demikian inflasi dapat menyebabkan terjadinya
perubahan dalam pola pembagian pendapatan dan kekayaan masyarakat.
-
Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effects).
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini
dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang
kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa
barang tertentu. Dengan adanya inflasi permintaan akan barang tertentu
23
mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang kemudian
mendorong terjadinya kenaikan produksi barang tertentu.
-
Efek terhadap Output (Output Effects).
Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi. Alasannya
dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah
sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong
kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi ini cukup tinggi (hyper inflation)
dapat mempunyai akibat sebaliknya, yakni penurunan output. Dalam keadaan
inflasi yang tinggi, nilai uang riil turun dengan drastis, masyarakat cenderung
tidak mempunyai uang kas, transaksi mengarah ke barter, yang biasanya diikuti
dengan turunnya produksi barang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan langsung antara inflasi dan output. Inflasi bisa dibarengi
dengan kenaikan output, tetapi bisa juga dibarengi dengan penurunan output.
1.2 Teori Samuelson
Menurut Samuelson, tingkat inflasi dapat yang ditentukan dengan menghitung
selisih tingkat harga tahun tertentu dengan tingkat harga tahun sebelumnya dan
dibandingkan tengan tingkat harga tahun ini dan dikalikan dengan seratus persen
(Samuelson,1989).
( )
(
( )
(
)
)
24
Perhitungan inflasi dilakukan melalui dua pendekatan yakni Indeks Harga
Konsumen dan Indeks Harga Produsen (IHP). Indeks Harga Konsumen yang
dikenal sebagai IHK atau CPI yang mengukur biaya dari pasar konsumsi barang
dan jasa. Biasanya inflasi didasarkan kepada harga bahan pangan, pakaian,
perumahan, bahan bakar minyak, transportasi, fasilitas kesehatan, pendidikan dan
komoditi lainnya yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat. Sedangkan Indeks Harga Produsen atau yang biasa dikenal sebagai
PPI merupakan pendekatan yang digunakan dalam mengukur tingkat inflasi
berdasarkan biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen. Indeks ini berguna
karena memberikan penjelasan yang lebih baik bagi dunia usaha (Samuelson,
1989). Di Indonesia, disagregasi inflasi IHK tersebut dikelompokan menjadi:
1. Inflasi Inti
Yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent
component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental,
seperti:
-
Interaksi permintaan-penawaran
-
Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra
dagang
-
Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen
2. Inflasi non Inti
Yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi volatilitasnya karena dipengaruhi
oleh selain faktor fundamental. Komponen inflasi non inti terdiri dari :
25
- Inflasi Komponen Bergejolak (Volatile Food)
Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan
makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga
komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan
internasional.
-
Inflasi Komponen Harga yang diatur Pemerintah (Administered Prices)
Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa kebijakan harga
Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dll.
1.3 Teori Kuantitas
Teori kuantitas merupakan teori yang paling tua mengenai inflasi, namun teori ini
masih sangat berguna untuk menerangkan proses inflasi di jaman yang modern
ini, terutama di negara – negara yang sedang berkembang. Teori kuantitas ini
menyoroti peranan dalam inflasi dari Boediono, ( Boediono, 1998) :
a. Jumlah uang yang beredar
Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang yang beredar, tanpa
ada kenaikan jumlah uang yang beredar. Kejadian seperti contoh pada kegagalan
panen petani, hanya akan menaikkan harga-harga untuk sementara waktu saja.
Bila jumlah uang tidak ditambah, inflasi akan berhenti dengan sendirinya, apapun
sebab-musababnya awal dari kenaikan harga-harga tersebut.
26
b. Psikologi (expectations/ekspektasi) masyarakat mengenai harga – harga
Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan oleh
harapan masyarakat mengenai harga-harga di masa mendatang. Ada beberapa
kemungkinan keadaan, diantaranya keadaan yang pertama adalah bila masyarakat
tidak atau belum mengharapkan harg- harga untuk naik pada bulan-bulan
mendatang. Kedua adalah dimana masyarakat yang melihat dari pengalaman pada
bulan-bulan sebelumnya mulai sadar bahwa ada inflasi. Dan yang ketiga terjadi
pada tahap inflasi yang lebih parah yaitu tahap hiperinflasi, pada tahap ini orangorang sudah kehilangan kepercayaan terhadap nilai mata uang. Hiperinflasi ini
pernah terjadi di Indonesia selama periode 1961 – 1966.
2. BI Rate
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap dari kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI
Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia pada setiap Rapat Dewan
Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan
Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas di pasar uang guna mencapai
sasaran operasional kebijakan moneter.
Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku
bunga Pasar Uang Antar BankOvernight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga
PUAB diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan
pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Dengan mempertimbangkan pula
faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan
27
menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang
telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila
inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan (Bank
Indonesia, 2016).
2.1 Mekanisme Penetapan BI Rate
BI rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia dalam rapat dewan
gubernur triwulanan setiap bulan Januari, April, Juli dan Oktober. Pada kondisi
tertentu jika diperlukan BI rate dapat disesuaikan dalam rapat dewan gubernur
pada bulan-bulan yang lain.
Pada dasarnya perubahan BI rate menunjukan penilaian Bank Indonesia terhadap
perkiraan inflasi kedepan dibandingkan dengan sasaran inflasi yang ditetapkan.
Pelaku pasar dan masyarakat akan mengamati penilaian Bank Indonesia tersebut
melalui penguatan dan transpantasi yang akan dilakukan antara lain dalam laporan
kebijakan moneter yang disampaikan secara triwulan dan press release bulanan.
3. Konsumsi
Konsumsi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan
kepuasan secara lagsung. Keputusan untuk konsumsi rumah tangga
mempengaruhi keseluruhan prilaku perekonomian baik dalam jangka panjang
maupun jangka pendek. Keputusan konsumsi sangatlah penting untuk
menganalisis jangka panjang karena peranannya dalam pertumbuhan ekonomi,
sedangkan pentingny dalam jangka pendek karena penannya dalam menentukan
28
permintaan agregat. Konsumsi adalah dua pertiga dari GDP, sehingga fluktuasi
pada konsumsi adalah hal yang penting dari booming dan resesi ekonomi.
3.1 Teori Keynesian
Keynes mengemukakan bahwa kecenderungan mengkonsumsi marjinal (marginal
propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dari setiap dolar tambahan
adalah antara nol dan satu. Maksudnya adalah ketika orang-orang menerima dolar
atau uang tambahan, ia biasanya mengkonsumsi sebagian dan menabung
sebagian. Kemudian ia juga menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap
pendapatan yang juga disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (average
propensity to consume) turun ketika pendapatan naik. Ia mempercayai bahwa
tabungan adalah kemewahan, sehingga ia menduga orang kaya akan menabung
lebih banyak dari pendapatan mereka dari pada orang yang lebih miskin. Ketiga ia
berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting
dan tingkat bunga tidak memiliki peranan yang penting. Dugaan ini tidak
sependapat dengan para ekonom klasik yang berpendapat bahwa tingkat bunga
yang lebih tinggi akan mendorong tabungan dan menghambat konsumsi.
29
Konsumsi, C
𝐶 = 𝐶 + cY
MPC
𝐶̅
APC
APC
Pendapatan, Y
Sumber : Mankiw N. Gregory
Gambar 7. Fungsi Konsumsi Keynes
Gambar 7 menjelaskan fungsi konsumsi dengan tiga alasan keynes. Pertama
kencenderungan mengkonsumsi marginal antara nol dan satu, kedua
kecenderungan konsumsi rata-rata turun ketika pendapatan naik, dan yang ketiga
konsumsi ditentukan oleh pendapatan sekarang. Berdasarkan ketiga dugaan
tersebut, fungsi konsumsi keymes dapat ditulis :
̅
̅
Keterangan :
C
= Konsumsi
Y
= Pendapatan disposable
̅
c
= Konstanta
= Kecenderungan mengkonsumsi marginal
30
3.2 Kurva Agregat Demand Agregate Supply (AD AS)
Menurut Mishkin (2008) konsumsi dapat menggeser kurva permintaan agregat.
Ketika konsumsi meningkat maka kurva agregat demand akan bergeser kekanan,
digambarkan sebagai berikut:
P
AS
P2
P1
AD2
AD1
Y1
Y2
Y
Sumber : Mishkin, 2008
Gambar 8. Kurva Agregate Demand Agregate Supply (AD AS)
Gambar 8 menjelaskan kurva AD AS. Kurva AD akan bergeser kenkanan sebagai
akibat dari peningkatan pengeluaran konsumen, perubahan tersebut menggeser
fungsi permintaan agregat keatas dan meningkatkan output yaitu dari AD1 menuju
AD2 dan output akan bergerak dari Y1 ke Y2. Dimana kurva permintaan agregat
mempunyai kemiringan kebawah. Kurva permintaan agregat akan bergeser dalam
merespons perubahan uang beredar. Jika uang beredar terus tumbuh dari tahun ke
tahun, perekonomian akan terus bergerak ke tingkat harga yang lebih tinggi.
31
Selama uang beredar tumbuh proses ini akan terus berlanjut dan inflasi akan
terjadi.
4. Investasi
Investasi adalah penanaman modal yang dilakukan oleh investor baik investor
asing maupun investor dalam negeri yang bertujuan untuk memperoleh
keuntungan. Menurut Harianto (2001) investasi dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih dari suatu aset selama periode
tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan atau peningkatan nilai
investasi.
Sedangkan menurut Anoraga dan Pakarti (2006) mendefinisikan bahwa investasi
sebagai penggunaan uang dengan maksud memperoleh penghasilan. Investasi
merupakan penanaman modal di dalam perusahaan, dengan tujuan agar kekayaan
suatu korporasi atau perusahaan bertambah. Investasi juga didefinisikan sebagai
barangbarang yang dibeli oleh individu ataupun perusahaan untuk menambah
persediaan modal mereka (Mankiw, 2000). Investasi secara garis besar dibedakan
menjadi dua, yaitu :
1. Capital Investment investasi barang dan modal untuk diolah, dimanfaatkan dan
digunakan untuk memperoleh hasil pengambilan atau laba. Investasi ini
bersifat rill, yaitu berupa tanah, pabrik atau mesin-mesin.
2. Financial investment investasi berbagai surat berharga berupa kontrak tertulis
seperti deposito, saham, obligasi dan lain-lainnya. Investasi ini dapat dilakukan
32
dalam jangka panjang ataupun jangka pendek, dengan harapan dapat
memeperoleh hasil engambilan yang berupa bunga, deviden ataupun capital
gain.
Miskhin (2008) mengungkapkan bahwa pengeluaran investasi yang direncanakan
akan menggeser kurva AD kekanan. Dimana kurva permintaan agregate
mempunyai kemiringan menurun karena semakin rendah tingkat harga, dengan
jumlah uang nominal yang konstan menyebabkan jumlah uang rill yang semakin
besar. Semakin besar jumlah uang dalam arti rill yang dihasilkan dan tingkat
harga yang semakin rendah menyebabkan suku bunga menurun dan biaya yang
lebih murah untuk membeli modal fisik baru membuat investasi menjadi lebih
menguntungkan dan menstimulasi pengeluaran investasi yang direncanakan.
Kenaikan investasi yang direncanakan secara langsung menambah permintaan
agregat, tingkat harga yang lebih rendah mengakibatkan tingkat jumlah output
agregat yang diminta yang lebih tinggi.
5. Suku Bunga
Menurut Karl dan Fair (2001), suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari
suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari
jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Menurut
Mishkin (2007), suku bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang dibayar atas
penyewaan dana. Mishkin memandang suku bunga dari sisi peminjam (borrower).
33
5.1
Teori Keynes
Teori Keynes menyebutkan bahwa, tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan
penawaran uang, menurut teori ini ada tiga motif, mengapa seseorang bersedia
untuk memegang uang tunai, yaitu motif transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi.
Tiga motif inilah yang merupakan sumber timbulnya permintaan uang yang diberi
istilah Liquidity preference (Nopirin, 2000), adanya permintaan uang menurut
teori Keynes berlandaskan pada konsepsi bahwa umumnya orang menginginkan
dirinya tetap likuid untuk memenuhi tiga motif tersebut. Teori Keynes
menekankan adanya hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga
uang tersebut (tingkat bunga) dengan unsur permintaan akan uang untuk tujuan
spekulasi, dalam hal ini permintaan besar apabila tingkat bunga rendah dan
permintaan kecil apabila bunga tinggi.
5.2
Teori Suku Bunga Fisher
Suku bunga atau tingkat bunga adalah hal yang paling penting diantara variabelvariabel makroekronomi. Maksudnya, tingkat suku bunga adalah harga yang
menghubungkan masa kini dan masa depan. Persamaan Fisher (Fisher Equation)
menunjukan bahwa tingkat suku bunga dapat berubah karena dua alasan yaitu
karna bunga rill berubah atau karna tingkat inflasi berubah (Mankiw,2000).
Suku bunga dapat mempengaruhi dari keputusan individu dan perusahaan untuk
melakukan investasi. Hal tersebut karena suku bunga merupakan biaya tambahan
yang harus dibayarkan oleh investor. Besarnya suku bunga ditentukan oleh jenis
pinjaman. Kredit dibagi menjadi tiga yaitu kredit modal kerja, kredit konsumsi
34
dan kredit investasi. Kredit investasi ialah kredit yang diberikan perbankan untuk
keperluan investasi, yaitu pembelian barang modal. Suku bunga yang digunakan
untuk kredit investasi adalah suku bunga kredit investasi. Besarnya tingkat suku
bunga kredit investasi dapat mempengaruhi jumlah permintaan kredit investasi.
Suku Bunga
ro
r1
r2
0
Io
I1
I2
Investasi
Sumber : Sadono Sukirno, 2012
Gambar 9. Kurva Tingkat Bunga dan Tingkat Investasi
Gambar 9 menjelaskan hubungan negatif antara tingkat bunga dan jumlah
investasi. Ketika suku bunga berada pada
dilakukan sebanyak
maka jumlah investasi yang
. Sedangkan ketika suku bunga naik menjadi
investasi yang dilakukan berkurang menjadi
.
, jumlah
35
B. Tinjauan Empiris
1. Judul
Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Inflasi Dan
Perekonomian Di Indonesia
Penulis
Yassirli Amrini,dkk
Variabel
- Inflasi
Penelitian
- JUB(t)
- JUB(t-1)
- SBI
- Nilai Tukar
- Investasi
- Tenaga Kerja
Metode Penelitian Analisis yang digunakan adalah model Estimasi Error
Correction Model (ECM)
Hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa JUB(t),
JUB(t-1) dan
nilai tukar berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap inflasi, SBI berpengaruh secara negatif dan
signifikan terhadap inflasi, Sementara ekonomi tidak
signifikan dan dampak positif pada inflasi Investasi dalam
negeri, dari periode sebelumnya, investasi asing periode
sebelumnya, dan tenaga kerja secara signifikan berpengaruh
perekonomian di Indonesia, sementara inflasi tidak
signifikan pada perekonomian di Indonesia.
2. Judul
Penulis
Variabel
Penelitian
Analisis Pengaruh Suku Bunga Bi, Jumlah Uang
Beredar,Dan Tingkat Kurs Terhadap Tingkat Inflasi Di
Indonesia
Theodores Manuela Langi,Dkk).
- Inflasi
- JUB
- BI Rate
- Kurs
Metode Penelitian Analisis yang digunakan adalah model Estimasi Error
Correction Model (ECM)
Hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Suku Bunga BI
berpengaruh positif dan signifikan Terhadap Tingkat inflasi
di Indonesia.Sedangkan Jumlah uang beredar dan tingkat
kurs Rp/Usdollar berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap Tingkat Inflasi di Indonesia.
36
3. Judul
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Di
Indonesia
Penulis
Endri
Variabel
Penelitian
- BI Rate
- Output Gap
- Nilai Tukar
Metode Penelitian Analisis yang digunakan adalah model Estimasi Error
Correction Model (ECM)
Hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka panjang
instrumen kebijakan moneter suku bunga BI, output gap dan
nilai tukar memiliki hubungan yang signifikan terhadap
tingkat inflasi. Sedangkan pada jangka pendek penyesuaian
nilai tukar berlangsung lebih cepat dan signifikan untuk
memperbaiki keseimbangan jangka panjang.
4. Judul
Analisis Pola Dan Stuktur Inflasi Di Kota Medan
Penulis
Prawidya Hariani RS
Variabel
Penelitian
- Konsumsi
- Investasi
- Konsumsi Pemerintah
Metode Penelitian Analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda
dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square)
Hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap laju
inflasi, investasi berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap laju inflasi dan pengeluaran pemerintah
pemerintahkota Medan berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap laju inflasi.
5. Judul
Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, dan Inflasi Di
Indonesia
Penulis
Engla Desnim Silvia,dkk.
Variabel
Penelitian
- Konsumsi
- Pengeluaran Pemerintah
- Net Ekspor
- Penawaran Uang
37
- Suku Bunga
- Peertumbuhan Ekonomi
- Investasi
- Inflasi
Metode Penelitian TSLS
Hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi,investasi dan
net ekspor berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi indonesia. Pengeluaran pemerintah dan inflasi
tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia. Pengeluaran pemerintah, suku bunga,
inflasi dan pertumbuha ekonomi berpengaruh signifikan
terhadap investasi di Indonesia. Pengeluaran pemerintah,
penawaran uang dan suku bunga berpengaruh signifikan
terhadap inflasi di Indonesia.
6. Judul
Pengaruh Suku Bunga Bank Indonesia (Bi Rate) Dan
Produk Domestik Bruto (Pdb) Terhadap Laju Inflasi Di
Indonesia Periode Tahun 2000.1-2013.4
/Malang/2014/Eko Wahyudi.
Penulis
Variabel
Penelitian
MetodePenelitian
Hasil
7. Judul
Penulis
- BI Rate
- PDB
- JUB
- Kurs
- Hutang LN
Analisis yang digunakan adalah model Estimasi Error
Correction Model (ECM)
Suku bunga (BI rate), produk domestic bruto (PDB), jumlah
uang beredar (JUB), kurs dan hutang luar negeri mempunyai
pengaruh terhadap laju inflasi di Indonesia pada periode
2000 kuartal I sampai 2013 kuartal IV.
Inflasi Di Indonesia : Sumber-Sumber Penyebab dan
Pengendaliannya
1999/Adwin S. Atmadja.
Variabel
- inflasi
penelitian
- structural bottleneck.
Metode penelitian Sekunder
Hasil
Defisit APBN, peningkatan cadangan devisa, pembenahan
sektor pertanian khususnya pada sub sektor pangan,
pembenahan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi posisi
38
penawaran agregat merupakan hal-hal yang perlu
mendapatkan penanganan yang cukup serius untuk dapat
menekan inflasi ke tingkat yang serendah mungkin di
Indonesia, disamping dari pengelolaan tepat dan
pembenahan di sektor moneter.
8. Judul
Penulis
Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi Terhadap Inflasi Di
Indonesia
Andrian Sutawijaya dan Zulfahmi
Variabel
Suku bunga, jumlah uang beredar, investasi, nilai tukar, dan
Penelitian
inflasi
Motode penelitian OLS
Hasil
Tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, investasi, dan
nilai tukar secara simultan mempengaruhi inflasi di
Indonesia. Tingkat bunga memiliki pengaruh positif
1,289%. Uang beredar akan memiliki pengaruh positif
terhadap inflasi 0,001%. Investasi berdampak negatif inflasi
-,0001802%. Kurs memiliki dampak positif pada inflasi
0,00427%.
39
III. Metode Penelitian
A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1.
Variabel Penelitian
Pada penelitian ini variabel terikat (dependent variable) yang digunakan adalah
inflasi Provinsi Lampung, sedangkan yang menjadi variabel bebas (independent
variable) pada penelitian ini yaitu suku bunga Bank Indonesian (BI Rate),
kemudian variabel bebas untuk daerah adalah konsumsi Provinsi Lampung,
investasi Provinsi Lampung (pembentukan modal tetap domestik), dan suku
bunga kredit investasi Provinsi Lampung. Adapun data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data bulanan.
2.
Batasan Variabel
Inflasi
Data Inflasi yang digunakan adalah inflasi Provinsi Lampung yang diperoleh dari
penghitungan IHK di Provinsi Lampung dalam periode bulanan mulai 2009:01
sampai dengan 2014:09. Data diperoleh dari web Badan Pusat Statistik Provinsi
Lampung.
40
BI Rate
BI rate merupakan suku bunga acuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Data
Bi rate diperoleh dari situs Bank Indonesia di (www.bi.go.id) berupa data bulanan
periode 2009: 01- 2014: 09 dan dinyatakan dalam satuan persen.
Konsumsi
Data konsumsi Provinsi Lampung adalah data konsumsi masyarakat Provinsi
Lampung periode bulanan mulai 2009:01-2014:09 yaitu konsumsi menurut
pengeluaran produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan. Data
diperoleh dari Lampung Dalam Angka Provinsi Lampung yang diterbitkan oleh
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung kemudiaan data diolah.
Investasi
Data investasi Provinsi Lampung adalah data pembentukan modal tetap bruto
menurut penggunaan produk domestik bruto atas dasar harga konstan Provinsi
Lampung periode bulanan mulai 2009:01-2014:09. Data diperoleh dari Lampung
Dalam Angka Provinsi Lampung yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik
Provinsi Lampung kemudian data diolah.
Suku Bunga Kredit Investasi
Data suku bunga kredit investasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah suku
bunga kredit rill. Data suku bunga kredit investasi diperoleh dari
Bank Indonesia cabang Lampung periode 2009:01-2014:09 dan dinyatakan
dalam satuan persen.
41
7 Sektor Penyumbang Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa
Data Sektor penyumbang inflasi Provinsi Lampung yang digunakan pada
penelitian ini adalah data yang diperoleh dari Buku Elektronik Indeks Harga
Konsumen Provinsi Lampung yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik. Data
yang digunakan yaitu mulai dari 2009:01 sampai dengan 2014:12.
Tabel 9. Deskripsi Data Input
Variabel
Inflasi Provinsi
Lampung
BI Rate
Konsumsi Provinsi
Lampung
Investasi Provinsi
Lampung
Suku Bunga Kredit
Investasi Provinsi
Lampung
Satuan
Pengukuran
Selang
Periode
Runtun
Waktu
Sumber Data
Persen
Bulanan
BPS Prov.Lampung
Persen
Bulanan
Bank Indonesia
Milyar Rupiah
Bulanan
BPS Prov.Lampung
Milyar Rupiah
Bulanan
BPS Prov.Lampung
Persen
Bulanan
Bank Indonesia
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu runtut
waktu (time series) berupa data bulanan yaitu mulai dari 2009:01 sampai dengan
2014:09. Sedangkan metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan
cara mengumpulkan data yang didapat dari berbagai sumber, yaitu Bank
Indonesia dan Badan PusatStatistik kemudian mendokumentasikannya secara urut
sesuai dengan periode yang digunakan. Selain itu digunakan pula buku-buku
bacaan sebagai referensi yang dapat menunjang penelitian ini.Pengolahan data
pada penelitian ini menggunakan software Microsoft Excel 2010 dan E-Views 6.0.
42
C. Metode Analisis
Metode analisis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode analisis
kuantitatif dengan menggunakan model Error Corection Model (ECM). Model ini
digunakan untuk menyeimbangkan perilaku ekonomi yang sering menunjukkan
ketidakseimbangan, dimana data tidak stasioner pada level sehingga perlu
dilakukan pengujian jangka pendek agar tidak terjadi regresi lancung. Sehingga
perlu suatu model yang memasukkan variabel penyesuaian untuk melakukan
koreksi untuk kondisi ketidakseimbangan tersebut Analisis data dilakukan dengan
menggunakan E-Views 6 .
D. Spesifikasi Fungsi Ekonomi
Secara fungsi ekonomi dapat dilihat sebagai berikut :
INF = f (BIRt,CNSt,It,SKIt)
Dimana :
INF
= Inflasi Provinsi Lampung
BIRt
= Suku Bunga Bank Indonesia
= Konsumsi Provinsi Lampung
= Investasi Provinsi Lampung
= Suku Bunga Kredit Investasi Provinsi Lampung
43
E. Proses dan Idintifikasi Model Penelitian
1.
Uji Stasionary (Unit Root Test)
Salah satu konsep penting yang harus diingat dalam analisa dengan menggunakan
data time series adalah kondisi data yang stasioner atau tidak stasioner. Data
dikatakan stasioner bila data tersebut mendekati rata-ratanya dan tidak
terpengaruhi waktu.
Dengan data yang stasioner model time series dapat dikatakan lebih stabil. Jika
estimasi dilakukan dengan menggunakan data yang tidak stasioner maka data
tersebut dipertimbangkan kembali validitas dan kestabilannya, karena hasil regresi
yang berasal dari data yang tidak stasioner akan menyebabkan spurious
regression.Spurious regression memiliki pengertian bahwa hasil regresi dari satu
variabel time series pada satu atau beberapa variabel time series lainnya
cenderung untuk menghasilkan kesimpulan hasil estimasi yang bias yang
ditunjukkan dengan karakteristik seperti memperoleh R2 yang tinggi tetapi pada
kenyataannya hubungan antara variabel tersebut tidak memiliki arti. Apabila data
yang diamati dalam uji Unit Root ternyata belum stasioner maka harus dilakukan
uji integrasi sampai memperoleh data yang stasioner.
2.
Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi adalah uji ada tidaknya hubungan jangka panjang antara variabelvariabel bebas dan terikat. Uji ini merupakan kelanjutan dari uji stationary.
44
Uji kointegrasi adalah uji ada tidaknya hubungan jangka panjang antara variabel
bebas dan variabel terikat. Uji ini merupakan kelanjutan dari uji stationary.
Tujuan utama uji kointegrasi ini adalah untuk mengetahui apakah residual
terkointegrasi stationary atau tidak. Apabila variabel terkointegrasi maka terdapat
hubungan yang stabil dalam jangka panjang. Sebaliknya jika tidak terdapat
kointegrasi antar variabel maka implikasi tidak adanya keterkaitan hubungan
dalam jangka panjang. Istilah kointegrasi dikenal juga dengan istilah error, karena
deviasi terhadap ekuilibrium jangka panjang dikoreksi secara bertahap melalui
series parsial penyesuaian jangka pendek.
2.1 Uji Kointegrasi Johansen
Uji ini merupakan kelanjutan dari uji stationary. Tujuan utama uji kointegrasi ini
adalah untuk mengetahui apakah residual regresi terkointegrasi stationary atau
tidak.
Untuk uji kointegrasi menggunakan hipotesa sebagai berikut :
H0 = tidak terdapat kointegrasi
Ha = terdapat kointegrasi
Kriteria pengujiannya adalah :
H0 ditolak dan Ha diterima, jika nilai trace statistic> nilai kritis trace
H0 diterima dan Ha ditolak, jika nilai trace statistic< nilai kritis trace
45
3.
Model Koreksi Kesalahan (ECM)
Setelah dilakukan uji kointegrasi dan hasilnya menunjukan bahwa data
terkointegrasi oleh sebab itu dilakukan estimasi menggunakan model koreksi
kesalahan (ECM) yaitu teknik untuk mengoreksi ketidakseimbangan jangka
pendek menuju keseimbangan jangka panjang yang digunakan untuk mengetahui
besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Melalui metode ECM, maka diperoleh persamaan model regresi liniernya adalah
sebagai berikut:
Dimana :
INF
= Inflasi Provinsi Lampung
DBIR
= Suku Bunga Bank Indonesia
= Konsumsi Provinsi Lampung
= Investasi Provinsi Lampung
= Suku Bunga Kredit Investasi Provinsi Lampung
ECt-1
= Error Correction Term
Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
dalam jangka pendek dilakukan dengan metode Error Correction Model (ECM)
dan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam jangka
panjang dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.
46
4. Uji Hipotesis
Uji Hipotesis merupakan komponen utama yang diperlukan untuk dapat menarik
kesimpulan dari suatu penelitian, uji hipotesis juga digunakan untuk mengetahui
keakuratan data. Dalam penelitian ini,dilakukan 2 jenis uji hipotesis, yaitu:
4.1 Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t-statistik)
Uji t statistik untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat. Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung
atau t-statistik dengan t-tabel (Gujarati, 2003). Tahapan pengujian hipotesis
secara parsial (t-statistik) adalah :
 Tentukan Ho dan Ha.
1.BI Rate
Ho: β1 ≤ 0, Maka variabel BI rate berpengaruh negatif terhadap inflasi di Provinsi
Lampung.
Ha: β1≥ 0, Maka variabel BI rate berpengaruh positif terhadap inflasi Di Provinsi
Lampung.
2.Konsumsi
Ho: β2 ≤ 0, Maka variabel konsumsi berpengaruh negatif terhadap inflasi di
Provinsi Lampung.
Ha: β2 ≥ 0, Maka variabel konsumsi berpengaruh positif terhadap inflasi Di
Provinsi Lampung.
47
3.Investasi
Ho: β3 ≤ 0, Maka variabel investasi berpengaruh secara negatif terhadap inflasi di
Provinsi Lampung.
Ha: β3 ≥ 0, Maka variabel investasi positif terhadap inflasi Di Provinsi Lampung.
4.Suku Bunga Kredit Investasi
Ho: β4 ≥ 0, Maka variabel suku bunga kredit investasi berpengaruh positif
terhadap inflasi di Provinsi Lampung.
Ha: β4 ≤ 0, Maka variabel suku bunga kredit investasi berpengaruh negatif
terhadap inflasi Di Provinsi Lampung.
 Kriteria pengambilan keputusan :
Jika
, maka Ho diterima. Artinya, variabel bebas secara
individual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Jika
, maka Ho ditolak. Artinya variabel bebas secara individual
berpengaruh secara tidak signifikan terhadap variabel terikat.
4.2 Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F-statistik)
Uji F dikenal dengan uji serentak atau uji model/uji annova yaitu uji yang
digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh semua variabel bebas terhadap
variabel terikat dan untuk menguji apakah model regresi yang ada signifikan atau
tidak. Uji F dapat dilakukan dengan menbandingkan F hitung dan F tabel
(Gujarati, 2003).
48
Hipotesis yangdigunakan dalam uji ini adalah sebagai berikut :
H0 : β1, β2, β3, β4 = 0 : Diduga secara bersama-sama BI rate, konsumsi, investasi
dan suku bunga kredit investasi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap inflasi Di Provinsi Lampung.
H0 : β1, β2, β3, β4 ≠ 0 :Diduga secara bersama-sama BI rate, konsumsi, investasi
dan suku bunga kredit investasi berpengaruh secara
signifikan terhadap inflasi Di Provinsi Lampung.
Dengan ketentuan pengambilan keputusan bahwa:
diterima jika
, artinya, variabel bebas berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat.
ditolak jika
, artinya, variabel bebas tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikat.
F. Penghitungan Penyumbang Inflasi
Pada penelitian ini untuk menghitung penyumbang inflasi menurut kelompok
barang dan jasa terbesar di Provinsi Lampung maka digunakan penghitungan yang
dijabarkan sebagai formula indeks laspeyres yang dimodifikasi (modified
laspayres) sebagai berikut:
=
(
)
(
)
Sumber : Badan Pusat Statistik
Dimana :
: Indeks Harga Konsumen bulan ke-n
: Harga jenis barang/jasa i bulan ke-n
x 100
49
(
(
(
)
: Harga jenis barang/jasa i pada bulan ke (n-1)
: Relatif harga jenis barang/jasa i pada bulan ke-n
)
)
: Nilai konsumsi jenis barang/jasa i pada bulan ke (n-1)
: Nilai konsumsi jenis barang/jasa i pada tahun dasar.
k
: Jumlah barang/jasa yang tercakup dalam paket komoditas IHK
64
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal
dibawah ini.
1. Variabel BI Rate berpengaruh positif dan signifikan pada alpha 10% terhadap
inflasi di Provinsi Lampung. Hal ini sesuai dengan teori serta hipotesis yang
diajukan.
2. Variabel konsumsi Provinsi Lampung berpengaruh positif dan signifikan
terhadap inflasi di Provinsi Lampung. Hal ini sesuai dengan teori serta
hipotesis yang diajukan.
3. Variabel investasi Provinsi Lampung berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap inflasi di Provinsi Lampung dan tidak sesuai dengan teori serta
hipotesis yang diajukan.
4. Variabel suku bunga kredit investasi Provinsi Lampung berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap inflasi di Provinsi Lampung. Hal ini sesuai dengan
teori serta hipotesis yang diajukan.
5. Variabel BI rate, konsumsi, investasi dan suku bunga kredit investasi
berpengaruh secara bersama-sama terhadap inflasi di Provinsi Lampung.
6. Tiga punyumbang inflasi terbesar menurut kelompok barang dan jasa di
Provinsi Lampung tahun 2009 adalah makanan jadi, perumahan dan
65
pendidikan. Pada tahun 2010 tiga penyumbang inflasi terbesar adalah makanan
jadi, sandang dan kesehatan.Tahun 2011 tiga peyumbang inflasi terbesar
menurut kelompok barang dan jasa senada yaitu makanan jadi, sandang dan
kesehatan. Pada tahun 2012 penyumbang inflasi terbesar menurut kelompok
barang dan jasa adalah pendidikan, makanan jadi dan bahan makan. Tahun
2013 tiga penyumbang inflasi terbesar menurut kelompok barang dan jasa
adalah bahan makan, transportasi dan makanan jadi. Sedangkan pada tahun
2014 penyumbang terbesarnya adalah kelompok transportasi, bahan makan
kemudian kesehatan.
B. Saran
Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan, maka saran yang dapat diberikan
adalah:
1. Berdasarkan hasil penelitian, variabel BI rate dan konsumsi Provinsi Lampung,
berpengaruh signifikan dan positif terhadap inflasi di Provinsi Lampung,
sehingga variabel-variabel tersebut dapat dijadikan sebagai acuan untuk
menentukan tinggi ataupun rendahnya inflasi di Provinsi Lampung.
2. Variabel suku bunga kredit investasi Provinsi Lampung berpengaruh signifikan
dan negatif terhadap inflasi di Provinsi Lampung, sehingga variabel-variabel
tersebut dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan tinggi ataupun
rendahnya inflasi di Provinsi Lampung.
3. Dalam penelitian ini variabel BI rate tidak signifikan pada alpha 5%. Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
66
4. Bagi peneliti selanjutnya dapat memasukan variabel sektor punyumbang inflasi
menurut kelompok barang dan jasa, dimana sektor tersebut dapat
mempengaruhi inflasi di daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Amrini Yassirli,dkk.2014. Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap
Inflasi DanPerekonomian Di Indonesia. Padang.
Anoraga dan Pakarti. 2006. Pengantar Pasar Modal. Jakarta. Rieneka Cipta.
Atmadja, Adwin S. 1999. Inflasi di Indonesia: Sumber-Sumber, Penyebab, dan
Pengendaliannya. Surabaya.
Bank Indonesia. www.bi.go.id.
Boediono. 1998. Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE.
Boediono. 2001. Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE.
CCN Indonesia. http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150803113000-7869700/juli 2015-laju-inflasi-tembus-093-persen/
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar (Terjemahan Sumarno Zain).
Jakarta.
Hariani Rs, Prawidya. 2012. Analisis Pola dan Struktur Inflasi Kota Medan.
Medan.
Harianto dan Sudomo. 2001. Perangkat dan analisis Investasi di Pasar Modal
indonesia. Jakarta: PT. Bursa Efek Indonesia.
Indeks Harga Konsumen 66 Kota Di Indonesia. 2009. Badan Pusat Statistik.
Indeks Harga Konsumen 66 Kota Di Indonesia. 2010. Badan Pusat Statistik.
Indeks Harga Konsumen 66 Kota Di Indonesia. 2011. Badan Pusat Statistik.
Indeks Harga Konsumen 66 Kota Di Indonesia. 2012. Badan Pusat Statistik.
Indeks Harga Konsumen 66 Kota Di Indonesia. 2013. Badan Pusat Statistik.
Indeks Harga Konsumen 82 Kota Di Indonesia. 2014. Badan Pusat Statistik.
Kajian ekonomi regional Provinsi Lampung. Provinsi Lampung. 2009. Bank
Indonseia.
Kajian ekonomi regional Provinsi Lampung. Provinsi Lampung. 2010.Bank
Indonseia.
Kajian ekonomi regional Provinsi Lampung. Provinsi Lampung. 2011.Bank
Indonseia.
Kajian ekonomi regional Provinsi Lampung. Provinsi Lampung. 2012.Bank
Indonseia.
Kajian ekonomi regional Provinsi Lampung. Provinsi Lampung. 2013.Bank
Indonseia.
Kajian ekonomi regional Provinsi Lampung. Provinsi Lampung. 2014.Bank
Indonseia.
Mankiw, N. Gregory. 2000. Teori Makroekonomi Edisi Keempat. Terjemahan :
ImamNurmawan. Jakarta : Erlangga.
Mankiw, N. Gregory. 2007. Teori Makroekonomi. Jakarta : Erlangga.
Manuela Theodores L,dkk. 2014. Analisis Pengaruh Suku Bunga Bi, Jumlah
UangBeredar, Dan Tingkat Kurs Terhadap Tingkat Inflasi Di Indonesia.
Manado.
Mishkin, Frederic S. 2000. Inflation Targeting in Emerging Market Countries.
NBER Working Paper. Cambridge, MA 02138.
Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter. Buku II. Edisi ke 1. Cetakan Kesepuluh. BPFE
UGM.Yogyakarta.
Oh, Junggun. 2000. Inflation Targeting: New Monetary Policy Framework in
Korea. The Bank of Korea. Seol Korea.
Paul A Samuelson. 1989. Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Pyndyck, Robert S dan Daniel LR. 2007. Mikroekonomi Edisi Keenam. Jakarta:
Indeks.
Sadono Sukirno, 2012. Pengantar Teori Ekonomi Makro. Jakarta:Raja Grafindo.
Styo, Mita Et al. 2014. Pengaruh hrga minyak dunia, Harga emas, dan tingkat
inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia:Studi Pada Bank Indonesia
Periode Tahun 2003- 2011. Malang
Suharyadi dan Purwanto S.K. 2003. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan
Modern.Jilid 1. Jakarta:Salemba Empat.
Supranto. J. 2009. Statistik Teori dan Aplikasi Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga.
Sutawijaya Andrian dan Zulfahmi. 2012. Pengaruh Faktor-Faktor Ekonomi
Terhadap Inflasi Di Indonesia.
Wahyudi, Eko. 2014. Pengaruh Suku Bunga Bank Indonesia (Bi Rate) Dan
Produk Domestik Bruto (Pdb) Terhadap Laju Inflasi Di Indonesia Periode
Tahun 2000.1-2013.4. Malang.
Download