3tP,6 /ftyN/b--- ANAL1s1s EMPIRIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN (CR, QR, DER, ROE, NPM, TAT) DAN HARGA SAHAM (PER, PBV) ANTARA PERUSAHAAN YANG MELAICTJKAN STOCK SPLIT DENGAN PERUSAHAAN YANG TIDAK MELAKUKAN STOCK SPLIT (Studi Empiris Pada Perusahaan Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 - 2007) SKRIP SI Oleh: TRI JULIA WAN 104os1ow~ llarl . • _._,. ~ ' ... ~ ..........................\ .. ~ ..... ~ . • (Tii\ • I) 'No. IL ~ 11' 1)'('/J\ ·:.;:"1'.:i~f~')'j' "C .._.::;................ _ ............... k.la•tlrllluolil : ._......................................... JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN FAI(ULTAS EKONOM][ DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430H/2009M ANALISIS EMPIRIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN (CR, QR, DER, ROE, NPM, TAT) DAN HARGA SAHAM (PER, PBV) ANTARA PERUSAHAAN YANG MELAI(UKAN STOCK SPLIT DENGAN PERUSAHAAN YANG TIDAK l\llELAKUKAN STOCK SPLIT (Studi Empiris Pada Perusahaan Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 - 2007) r·>--- .....,.•._. I PEl'l(PIJSTAK."'.,\N. UTAl'vlA LJIN SYAHID JAKAJlllTA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Saijana Ekonomi Oleh TRI JULIAWAN NIM: 104081002556 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I ~ Indoyama Nasarudin, SE. MAB NIP: 150 317 955 NIP: 150 317 593 JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430H/2009M j Hari ini Senin Tanggal Dua Puluh Dua Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama: Tri Juliawan, NIM: 104081002556 dengan judul skripsi: "ANALISIS EMPIRIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN (CR, QR, DER, ROE, NPM, TAT) DAN HARGA SAHAM (PER, PBV) ANTARA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT DENGAN PERUSAHAAN YANG TIDAK MELAKUKAN STOCK SPLIT" (Studi Empiris Pada Perusahaan Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 2007). Memperhatikan penampilan tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 22 Juni 2009 Tim Penguji Ujian Skripsi ~ Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Ketua Indoyama Nasarudin, SE. MAB Sekretaris Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli Hari ini Rabu Tanggal Tiga Puluh Satu Bulan Desember Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama: Tri Juliawan, NIM: 104081002556 dengan judul skripsi: "ANALISIS EMPIRIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN (CR, QR, DER, ROE, NPM, TAT) DAN HARGA SAHAM (PER, PBV) ANTARA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT DENGAN PERUSAHAAN YANG TIDAK MELAKUKAN STOCK SPLIT" (Studi Empiris Pada Perusahaan Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 - 2007). Memperhatikan penampilan tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Smjana Ekonomi pada Jurnsan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakmia. Jakarta, 31 Desember 2008 Tim Penguji Ujian Komprehensif ,;:: Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Ketu a Indoyama Nasarudin, E. MAB Sekretaris Prof. Dr. Abdul Hamid, MS PengujiAhli DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama lengkap Tempat taggal lahir Jenis kelamin Kebangsaan Agama Ala.mat Telp : Tri Juliawan : Bekasi, 03 Juli 1985 : Laki-Laki : Indonesia : Islam : Jl. H. Basyar Raya RT. 001 RW.003 No.22 Jaticempaka, Pondok Gede, Bekasi Jawa Barat 17411 : 021 84997327, HP: 021 97333161 Pendidikan Formal: ~ SDN W aringin Indah (1997) :>- SLTPN 17 Bekasi (2000) >- SMK Kemala Bhayangkari I (2003) >- UIN SyarifHidayatullah Jakarta FEIS Jur.Manajemen (2009) Pendidikan Informal :>- Kursus Bahasa Inggris Basic Grammar dan Basic Speaking (sertifikat) >- Pelatihan Perpajakan, Pembicara : Ikatan Konsultan Pajak Indonesia Trainer : Kantor Akuntan Publik Usman & Rekan (sertifikat) :>- Seminar Entrepreneurship, Nara Sumber : Dr. Jhon N Parlinggi (Presdir PT. Karsa Mulindo Semesta), Dede Yusuf (Publik Figur & Pengusaha), H. Achmad Subianto (Dirut PT. TASPEN Indonesia) (sertifikat) ABSTRACT The objectives of this research to examine a difference of operating performance and stock price of companies that conducting stock split and not conducting stock split. 26 companies that sub divided into issuer and non issuers sample have chosen. Analysis performed using mann-whitney test for test the difference. The result show current ratio, quick ratio, leverage ratio, return on equity, net profit margin, total asset turnover, price earning ratio and price to book value have no significant on the difference. These show that liquidity performance, the solvability, profitability, the activity, and the stock price of companies that conducting stock split are better than not conducting stock split. So, this research unsupport the signaling hypothesis. Keyword: financial performance, stock price, stock split, signaling hypothesis. ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji perbedaan kinerja keuangan perusahaan dan harga saham antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split. Sampel yang dipilih adalah 26 perusahaan baik yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split. Penelitian ini menggunakan alat uji mann-whitney test untuk menguji perbedaan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan current ratio, quick ratio, leverage ratio, return on equity, net profit margin, total asset turnover, price earning ratio dan price to book value secara statistik tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Ini memntjukkan bahwa tingkat Iikuiditas, tingkat solvabilitas, tingkat profitabilitas, tingkat aktivitas dan harga saham perusahaan yang melakukan stock split tidak lebih baik dari perusahaan yang tidak melakukan stock split. Jadi, penelitian ini tidak mendukung signaling hypothesis. Kata kunci: kinerja keuangan, harga saham, pemecahan saham, signaling hypothesis. KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT sang pencipta segalanya. Dengan Kemurahan dan Kasih Sayang-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Tak lupa shalawat serta salam saya haturkan kepada Nabi Muhammad SAW sangjunjungan yang telah membimbing kita hingga akhirat nanti. Dengan do'a dan kerja keras akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Tak dapat dipungkiri pula dukungan dari orang di sekitar yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan penyususan skripsi ini. Semoga jasa baik kalian dibalas oleh Yang Maha Pencipta dengan beribu-ribu kebaikan. Ungkapan terima kasih ini antara lain ditujukan kepada: I. Kedua orang tua saya H.Abu Bakar (aim) dan Siti Marfu'ah, atas dukungan dan do' a yang tiada hentinya. 2. Kakek dan Nenek yang kusayangi, H.Rohmatullah Amil dan Hj.Siti Maryam, yang selalu mendoakan penulis setiap waktu. 3. Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku pimpinan Fakultas dan dosen penguji ahli ujian komprehensif. 4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku pembimbing I dan Indo Yama Nasarudin, SE, MAB selaku pembimbing II, yang telah banyak memberikan pengarahan dan dengan rela meluangkan waktunya. 5. Seluruh dosen-dosen terima kasih atas ilmu yang telah di ajarkan dan karyawan beserta staf FEIS terima lrnsih atas pelayanan j asa akademik. 6. Kakak yang saya sayangi Nur'aini dan Saifullah yang selalu memberikan pengarahan serta nasehat dan motivasi saat beban terasa begitu hebat. Adik tercinta Febri Susanto dan Yuli Agustiani yang selalu memacu semangat dalam diri penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 7. Bibi Hayati dan Paman Burhanudin yang talc pernah lelah memberikan dukungan moril dan selalu memberikan kasih sayangnya, dan Mumtaz sepupuku yang gemuk, yang selalu menghibur penulis disaat merasakan kejenuhan. Bibi Hamidah beserta suami dan anak-anaknya terima kasih atas segalanya. 8. Rizki Apriyani dan lbunda, yang selalu mendo'akan dan memberikan semangat kepada penulis sehingga selesainya penyusunan skripsi ini. 9. Bambang, Sukmaja dan Yuto terima kasih atas nasehat dan do'a-nya. I 0. Purwo, Gelar, dan Isna, terima kasih atas bantuannya. 11. Teman-teman kelas Manajemen D angkatan 2004, terima kasih atas kebersamaan dan kekompakannya. 12. Teman-teman dikantor, Efendi, Solihin, Antoni, Aqwa, Jonianto, terima kasih atas masukannya. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan, terima kasih atas segala bantuannya, semoga Tuhan membalas dengan beribu-ribu kebaikan. Amin. Jakarta, 01 Juni 2009 Penulis DAFTARISI Daftar Riwayat Hidup Abstract 11 Abtrak Ill Kata Pengantar IV Daftar Isi vi Daftar Tabel viii Daftar Gambar x Daftar Lampiran XI BABI BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 B. Perumusan Masalah 10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 11 TINJAUAN PUSTAKA A. Stock Split I. Pengertian Stock Split 13 2. Jenis-Jenis Stock Split 16 3. Manfaat Stock Split 17 4. Dasar Teori Utama Stock Split 18 5. Pengaruh Stock Split pada Harga Saham 19 6. Pengaruh Stock Split pada Kine1ja Perusahaan 20 B. Laporan Keuangan 21 I. Kegunaan Laporan Keuangan 21 2. Pengguna Laporan Keuangan 22 C. Komponen Laporan Keuangan 24 1. Neraca 24 2. Laporan Laba Rngi 25 3. Laporan Arns Kas 26 D. Rasio Keuangan 1. Rasio Likuiditas 28 2. Rasio Solvabilitas 29 3. Rasio Profitabilitas 30 4. Rasia Aktivitas 32 E. I-!arga Saharn BAB III BAB IV 27 33 I. Price earning Ratio 34 2. Price to Book Value 35 F. Penelitian Dahulu yang Relevan 35 G. Kerangka Pemikiran 40 I-!. Hipotesis 42 METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 43 B. Metode Penentuan Sarnpel 43 C. Metode Pengumpulan Data 44 D. Metode Analisis 44 E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 47 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengalahan Data dan Analisis Deskriftif 54 I. Rasia Likuiditas 55 2. Rasia Salvabilitas 62 3. Rasia Profitabilitas 66 4. RasiaAktivitas 74 5. Price Earning Ratio 78 6. Price to Book Value 80 B. Uji Mann-Whitney 84 C. Interpretasi BABV 93 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan 99 B. Implikasi 100 DAFT AR PUSTAKA 102 LAMPIRAN 105 DAFTAR TABEL Nomor Keterangan Hal am an 4.1 Current Ratio (Stock Split) 55 4.2 Current Ratio (Tidak melakukan Stock Split) 57 4.3 Quick Ratio (Stock Split) 59 4.4 Quick Ratio (Tidak melakukan Stock Split) 61 4.5 Debt to Equity Ratio (Stock Split) 62 4.6 Debt to Equity Ratio (Tidak melaknkan Stock Split) 64 4.7 Return On Equity (Stock Split) 66 4.8 Return On Equity (Tidak melakukan Stock Split) 68 4.9 Net Profit Margin (Stock Split) 70 4.10 Net Profit Margin (Tidak melakukan Stock Split) 72 4.11 Total Asset Turnover (Stock Split) 74 4.12 Total Asset Turnover (Tidak melakukan Stock Split) 76 4.13 Price Earning Ratio (Stock Split) 78 4.14 Price Earing Ratio (Tidak melakukan Stock Split) 79 4.15 Price To Book Value (Stock Split) 80 4.16 Price To Book Value (l'idak melakukan Stock Split) 81 4.17 Rasio rata-rata 83 4.19 Output SPSS Mann Whitney Test CR (Likuiditas) 84 4.20 Output SPSS Mann Whitney Test QR (Likuiditas) 85 4.21 Output SPSS .Mann Whitney Test DER (Solvabilitas) 86 4.22 Output SPSS Mann Whitney Test ROE (Profitabilitas) 87 4.23 Output SPSS Mann Whitney Test NPM (Profitabilitas) 88 4.24 Output SPSS Mann Whitney Test TAT (Aktivitas) 89 4.25 Output SPSS Mann Whitney Test PER (Harga Saham) 90 4.26 Output SPSS lvfann Whitney Test PBV (Harga Saham) 91 4.27 Output SPSS Rata-rata Rasio (Mann Whitney Test) 92 DAFTAR GAMBAR Nomor 2.1 Keterangan Halaman Kerangka Pemikiran 40 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Keterangan Halaman I Daftar Perusahaan yang Melakukan Stock Split Tahun 2006 105 2 Daftar Perusahaan yang Melakukan Stock Split Tahun 2007 105 3 Daftar Perusahaan yang Tidak Melakukan Stock Split 106 4 Data SPSS Kine1ja Keuangan dan Harga Sahan1 (Stock Split) 107 5 Data SPSS Kinerja Kuangan dan Harga Saham (Bukan Stock Split) I 08 6 Output SPSS Uji Mann-Whitney Current Ratio 109 7 Output SPSS Uji Mam1-Whitney Quick Ratio 110 8 Output SPSS Uji Maim-Whitney Debt to Equity Ratio 111 9 Output SPSS Uji Mann-Whitney Return On Equity 112 IO Output SPSS Uji Maim-Whitney Net Profit Margin 113 11 Output SPSS Uji Malli1-Whitney Total Asset Turnover 114 12 Output SPSS Uji Malli1-Whitney Price Earning Ratio 115 13 Output SPSS Uji Mann-Whitney Price to Book Value 116 BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan manajemen dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu kebijakan investasi, kebijakan pembiayaan, dan kebijakan dividen, Van Horne (1995) dalam Achmad Rifa'i dan Rudi Handoko (2005:149). Perdagangan saham atau surat-surat berharga (efek) di Bursa Efek, informasi sangat dibutuhkan bagi para investor untuk mengetahui tentang kondisi perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek sebagai emiten. Informasi juga sangat berperan terhadap semua transaksi perdagangan yang terjadi di pasar modal. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh investor dalam memilih portofolio yang efisien dipengaruhi oleh informasi yang diperolehnya dari perusahaan emiten. Aktivitas emiten yang terpampang dalam pengumuman di pasar modal selalu diamati para investor. Berbagai infonnasi yang dipublikasikan di pasar modal baik informasi yang mempengaruhi sebagian perusahaan maupun memiliki pengaruh terhadap seluruh perusahaan yang ada di pasar modal. Beberapa informasi atau fakta yang material yang terdapat di pasar modal misainya adalah penggabungan usaha (merger), pengan1bilalihan (acquisition), peleburan nsaha (consolidation), pemecahan saham (stock splits), pembagian dividen saham (stock dividen), dan masih banyak lagi (lndah Kurniawati, 2003:265). Stock split adalah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan emiten untuk menambah jumlah saham yang akan diperdagangkan dengan memecah {split) nilai nominal sahamnya. Aktivitas tersebut biasanya dilakukan pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi investor untuk membelinya. Stock split terjadi karena adanya keinginan dari para emiten untuk mempertahankan agar saham yang dimilikinya tetap berada dalam rentang perdagangan yang optimal. Secara sederhana, stock split berarti memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Stock Split mengakibatkan bertambabnya jumlah saham yang beredar tanpa transaksi jual beli yang mengubah besamya modal. Harga per lembar saham barn setelah stock split adalah l/n dari harga saham sebelumnya (Elok Sri Utami, 2007:1) Para ahli menyebutkan stock split sebagai salah satu kosmetika saham, dalam arti bahwa tindakan perusahaan tersebut merupakan upaya pemolesan saham agar lebih menarik dimata investor sekalipun tidak meningkatkan kemakmuran bagi investor. Tindakan stock split akan menimbulkan efek fatamorgana bagi investor, yaitu investor seolah-olah menjadi lebih makmur karena memegang saham dalam jumlah yang lebih banyak. Jadi stock split sebenarnya merupakan tindakan perusahaan yang tidak memiliki nilai ekonomis (Marwata, 2001: 150). Meskipun secara teoritis stock split tidak memiliki nilai ekonomis, tetapi banyak terjadi peristiwa stock split di pasar modal. Hal ini mengindikasikan bahwa stock split telah menjadi suatu alat yang penting dalam praktek pasar modal. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika banyak penelitian yang dikembangkan untuk membahas tentang praktek stock split dipasar modal (Elok Sri Utami, 2007:2). Stock split merupakan suatu fenomena yang masih diperdebatkan dan menjadi teka-teki dalam dunia ekonomi. Hal ini disebabkan karena stock split merupakan suatu aktivitas perusahaan emiten yang tidak menambah nilai ekonomis perusahaan atau tidak secara langsung mempengarnhi cash flow perusahaan, tetapi banyak perusahaan yang melakukan aktivitas tersebut (Brigham dan Gapenski 1994 dalam Beni Suhendra Winarso, 2005:209). Walaupun stock split suatu aktivitas pernsahaan emiten yang tidak menambah nilai ekonomis, namun aktivitas stock split mempengaruhi reaksi positif bagi perdagangan saham di pasar modal. Abnormal return yang signifikan merupakan bukti reaksi positif dari pengumuman tentang stock split. Secara umum stock split hanya meningkatkan jumlah saham yang beredar sehingga mempengaruhi perubahan harga saham, earnings, risiko, clan tingkat likuiditas saham perusahaan emiten. Aktivitas stock split sebaiknya perlu dipertimbangkan terlebih dahulu, karena terdapat biaya yang ditimbulkan akibat melakukan stock split, selain itu hanya perusahaan yang memiliki kinerja yang baik saja yang dapat menanggung biaya tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Bre1111an Hughes (1991) dalam Beni Suhendra Winarso (2005:210) yang menyatakan bahwa stock split mengandung biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan yang melakukan aktivitas stock split. Stock split memberikan sinyal yang mahal (costly) terhadap informasi manajer karena biaya transaksi saham tergantung pada besamya harga saham. Biaya transaksi saham memiliki hubungan negatif dengan harga saham, sehingga ha! ini menunjukkan bahwa hanya perusahaan yang memiliki prospek masa depan yang bagus yang mampu menanggung biaya transaksi akibat adanya stock split tersebut (Beni Suhendra Winarso, 2005:210). Pengumuman tentang stock split memiliki pengaruh yang besar terhadap reaksi pasar, yaitu dengan adanya sinyal positif bagi investor, karena hanya perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik yang melakukan stock split. Motivasi emiten melakukan stock split antara lain untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham tersebut di Bursa. Dengan stock split harga saham lebih terjangkau oleh investor sehingga diharapkan transaksi jual beli di pasar saham lebih banyak terjadi atau perdagangan lebih likuid. Akibatnya pennintaan saham cendenmg baik, saham lebih aktif diperdagangkan di Bursa, dan harganya pun boleh jadi naik lebih tinggi. Optimal berarti bahwa jika harga saham berada dalam kisaran tersebut, ras10 harga atau laba dan juga nilai perusahaan akan dimaksimumkan. Jika harga saham naik cukup tinggi, manajemen mungkin akan mengumumkan stock split, sehingga menggandakan jumlah lembar saham yang beredar dan menurunkan harga saham. Setiap pemegang saham akan memiliki lebih banyak lembar saham, tetapi setiap lembarnya akan menjadi lebih kecil nilainya. Kekayaan pemegang saham sesudah stock split sebenarnya sama sepe11i pada saat sebelum terjadi stock split. Namun jika harga saham bergerak baik diatas harga per lembar saham sesudah stock split, kekayaan pemegang saham akan menjadi lebih baik. Block dan Hirt (1992) dalam Indah Retno Rahayu (2009:18) menegaskan bahwa tujuan utama dilakukannya stock split adalah untuk menempatkan saham dalam kisaran perdagangan yang lebih populer (populer trading range), dimana melibatkan banyak pembeli. Dengan harga saham yang terjangkau oleh investor, maka akan mendorong investor untuk melakukan transaksi atas saham tersebut. Hal ini alcan menyebabkan sahan1 suatu pemsahaan alcan kembali aktif dan likuid dengan semakin meningkatnya transaksi pembelian atas saham tersebut, sehingga akan membantu perusahaan selaku emiten dari ancaman delisting. Terdapat beberapa alasan mengapa perusahaan melakukan stock split seperti: (!) untuk mengatur harga saham perusahaan pada level investor individual akan lebih tertarik untuk menginvestasikan dananya pada saham tersebut, (2) perusahaan ingin menambah jumlah lembar saham yang ada sehingga jumlah lembar saham yang diharapkan bertambah dan dapat membuka peluang yang lebih besar bagi para investor yang ingin menanam dananya serta akan membuat aktivitas volume perdagangan menjadi meningkat, (3) memberikan sinyal pada investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai kinerja perusahaan yang cukup bagus, (4) memberikan manfaat bagi para pemegang saham akan mendapat keuntungan setelah melakukan stock split walaupun dalam keadaan pasar yang kurang bagus (Elok Sri Utami, 2007:2) Beberapa studi empiris telah bernsaha untuk menjawab pertanyaan tentang efek stock split atau stock dividend terhadap peningkatan nilai pasar saham. Berikut ini adalah ikhtisar dari temuan-temuan tentang efek stock split atau stock dividend terhadap peningkatan nilai pasar salmm: 1) secara rata-rata harga saham akan naik tidak lama setelah perusalman mengumumkan stock split, 2) kenaikan harga ini lebih merupakan akibat dari kenyataan bahwa investor menganggap stock split sebagai isyarat laba dan dividen masa mendatang yang lebih tinggi dari pada keinginan untuk memberlakukan stock split semata, 3) jika suatu perusahaan mengumumkan suatu split, harga sahamnya akan cenderung naik. Namun jika dalam waktu beberapa bulan mendatang perusahaan tidak mengumumkan kenaikan laba atau kenaikan dividen, maka harga sahamnya akan turun ke tingkat semula (Brigham, Houston 2006:71). Hal ini didukung dengan adanya informasi dalam berita harian Koran Tempo tanggal 22 Mei 2008 yang mengatakan bahwa PT. Perusahaan Gas Negara Tbk (PON) berencana memecah nominal nilai saham (stock split) dengan rasio 1 banding 5. Langkah ini bertujuan menjaga dan lebih meningkatkan likuiditas saham perusahaan operator gas pelat merah. Rencana pemecahan nominal saham itu akan menjadi salah satu agenda dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada tanggal 13 Juni 2008. Dalam harian Tempo tanggal 22 Mei 2008, Analis PT BNI Securities Norico Gaman, menilai rencana pemecahan nilai saham PGN sebagai sesuatu yang menarik bagi investor retail. Dengan rasio 1:5, saham PGN akan lebih menarik investor retail. Tingginya harga saham PGN yang mencapai Rp.14.750 membuat saham PGN lebih dikuasai investor institusi. Dengan adanya rencana itu, diharapkan saham PGN akan lebih terdistribusi tidak hanya dimiliki investor institusi, tapi juga bisa dimiliki oleh investor retail. Norico memprediksi saham PGN nanti bisa menyentuh angka Rp.35.000 per saham (sebelum stock split), dengan syarat produksi gas nasional bisa ditingkatkan dan harga gas domestik juga naik. Rencana pemecahan nilai saham akan membuka peluang bagi investor spekulatif untuk masuk dalam kepemilikan saham PGN. Dengan semakin murahnya saham PGN, maka investor yang masuk bisa jadi tidak sesuai dengan karakteristik yang diinginkan. y11' )! ' Signalling hypothesis, yang dikembangkan oleh FFJR (1969) dan juga GMT (1984) berargumentasi bahwa pasar bereaksi positif terhadap pemecahan saham, karena pasar berasumsi bahwa pemecahan saham merupakan sinyal akan adanya perubahan income yang diharapkan dalam bentuk kenaikan dividen, dan reaksi positif ini merupakan antisipasi pasar terhadap kenaikan dividen (Achmad Rifa'I dan Rudi Handoko, 2005:151). Berdasarkan signaling hypothesis, pengujian ini difokuskan untuk menganalisis kondisi kine1:ja keuangan perusahaan yang melakukan suatu c017Jorate action yakni stock split. Hal ini disebabkan dengan adanya suatu hipotesis yang menyebutkan bahwa stock split merupakan suatu bentuk corporate action yang digunakan oleh perusahaan emiten untuk memberikan sinyal yang baik kepada publik. Stock split memberikan sinyal yang baik bagi (calon) investor karena adanya perusahaan yang memiliki kinerja yang bagus saja yang dapat melakukan stock split. Stock split sebenarnya tidak menambah nilai ekonomis bagi perusahaan tetapi justru menambah biaya bagi perusahaan yang melakuknnya sepe1ii biaya penerbitan saham, biaya perijinan, dan lain sebagainya (Grinblatt et al 1984 dalam Beni Suhendra Winarso, 2005:210). Liquidity hypothesis, yaitu dengan pemecahan saham maka harga saham akan lebih rendah, sehingga lebih banyak investor individual terdorong untuk membeli saham dan diharapkan likuiditas saham tersebut meningkat (Achmad Rifa'I dan Rudi Handoko, 2005:151). Trading range theory menyatakan bahwa pemecahan saham akan meningkatkan !ikuiclitas perdagangan saham. Manurut teori ini, harga saham yang terlalu tinggi (overprice) menyebabkan kurang aktifnya sahan1 tersebut cliperdagangkan. Dengan aclanya pemecahan saham, harga saham menjacli tidak terlalu tinggi, sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi (Harjanti Widiastuti clan Usmara, 2005:228). Dari uraian tersebut, peneliti tertarik untuk menguji konsistensi dari basil penelitian yang clilakukan oleh Elok Sri Utan1i (2007), Achmad Rifa'i clan Rudi Handoko (2005), Beni Suhenclra Winarso (2005) clan Indah Kurniawati (2003) clengan melihat perbeclaan kine1ja keuangan dan tingkat kemahalan harga saham antara perusahaan yang melakukan slack split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Elok Sri Utami (2007), Achmad Rifa'i dan Rudi Handoko (2005), Beni Suhendra Winarso (2005), Harjanti Widiastuti dan Usmara (2005), dan Indah Kumiawati (2003). Adapun perbedaan dalam penelitian ini terletak pada: 1. Variabel eksogen (independen) yang digunakan merupakan kombinasi antara keempat penelitian tersebut, yaitu kinerja keuangan dan harga saham. 2. Periode observasi yang digunakan oleh peneliti adalah tahun 2006 - 2007. Elok Sri Utami dan Lilik Farida (2007) melakukan penelitian pada periode tahun 2003 - 2005, Achmad Rifa'i dan Rudi Handoko (2005) melakukan penelitian pada periode tahun 2001 - 2004, sedangkan Beni Suhendra Winarso (2005) melakukkan penelitian pada periode tahun 1994 - 1998. Penelitian ini bezjudul "Analisis Empiris Perbedaan Kinerja Keuangan (Current Ratio, Quick Ratio, Debt Equity Ratio , Retum 011 Equity, Net Profit Margin, dan Total Asset Tumover) dan Harga Saham (Price Eaming Ratio dan Price To Book Value) antara Perusahaan yang Mclalmlrnn Stock Split dengan Pcrnsahaan yang Tidak Mclalmkan Stock Split". Untuk mengukur kine1ja keuangan perusahaan digunakan rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan adalah alat utama untuk menganalisis keuangan, rasio dapat menstandardisasi informasi keuangan yang dapat dipakai sebagai alat pembanding antar pernsahaan dengan ukuran yang berbeda (Keown et al, 200 I: I 08). Pertimbangan utama menggunakan rasio-rasio tersebut karena menurut Beni Suhendra Winarso (2005:209) stock split menunjukkan sinyal yang valid karena tidak semua pernsahaan dapat melakukannya. Hanya perusahaan yang memiliki kinerja yang baik saja yang dapat melakukan stock split. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut serta hasil penelitian sebelumnya mengenai kinerja keuangan perusahaan terhadap kebijakan stock split, mal<a pokok permasalahan yang dapat diam bi! adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kine1ja keuangan perusahaan yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split? 2. Bagaimana tingkat harga saham perusahaan yang melakukan stock oplit dan perusahaan yang tidak melakukan stock split? 3. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split? 4. Apakah terdapat perbedaan harga saham yang signifikan antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian I. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maim tuj uan penelitian ini adalah : a. Untuk menganalisis kine1ja keuangan perusahaan yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split? b. Untuk menganalisis harga saham perusahaan yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidal<. melakukan stock split? c. Untuk menganalisis perbedaan kine1ja keuangan yang signifikan antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split? d. Untuk menganalisis perbedaan harga saham yang signifikan antara perusahaan yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split? 2. Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis Menambah wawasan dalam bidang keuangan khususnya mengenai kontribusi stock split sebagai al at ukur kinerja keuangan perusahaan dan harga saham bagi perusahaan melalui keputusan keuangan yang diterapkan oleh perusahaan go public di Indonesia. b. Bagi Akademisi Memberikan kontribusi ilmiah dan tambahan bukti empiris dalam bidang keuangan terutama yang berkaitan dengan kinerja keuangan dan harga saham antara perusahaan yang melakukan stock split dan tidak melakukan stock split. c. Bagi Perusahaan Sebagai salah satu alat informasi dan bahan pertimbangan manaJer keuangan dalam ha! pengambilan keputusan keuangan sehubungan dengan tujuan perusahaan, yaitu melakukan salah satu corporate action yaitu stock split. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stock Split 1. Pengertian Stock Split l Stock split adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang lebih rendah per lembarnya secara proporsional. Tujuan dilalmkan pemecahan saham adalah untuk menjaga harga pasar saham agar tidalc terlalu tinggi sehingga sahamnya lebih memasyarakat dan lebih banyak diperdagangkan (Abdul Halim, 2005:97). Pemecahan saham adalah pendistribusian saham kepada pemegang sahan1 atas kepemilikan mereka. Ketika dilakukan pemecahan saham, perusahaan menarik saham yang beredar dan mengganti saham yang lama lebih dari satu dengan saham yang barn. Pemecahan dapat dilakukan dalam beberapa rasio, contohnya 2:1, 3:1, atau lebih tinggi (Kermit Larson, 2005:509). Stock split merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh para manajer perusahaan dengan melalrnkan perubahan terhadap jumlah saham yang beredar dan nilai nominal per lembar saham sesuai dengan split factor (Szewezyk dan Tsetsekos 1993 dalam Beni Suhendra Winarso 2005 :210). Stock split adalah perubahan nilai per lembar saham dan menambah jumlah yang beredar sesuai dengan faktor pemecahan (split factor). Pemecahan saham biasanya dilakukan pada saat harga dinilai terlalu tinggi, sehingga akan mengurangi kemampuan para investor untuk membelinya (Elok Sri Utami, 2007:9) Mc.Gough ( 1993) clalam Beni Suhenclra Winarso, 2005:210) berpendapat bahwa suatu perusahaan sebelum memutuskan untuk mengimplementasikan stock split, seharusnya melakukan berbagai analisis karena proses pengambilan keputusan clan langkah-langkah yang cligunakan untuk melakukan stock split sangat rumit dan memakan waktu lama, sehingga sebelum evaluasi dilengkapi dan keputusan dibuat, clewan clirektur hams menyetujui aclanya peningkatan saham yang cliotorisasi untuk level yang baru. Selama tahap analisis tersebuL manajer harus mereview pengaruh stock split tersebut terhadap Neraca clan Laporan Rugi Laba. Menurut teori keuangan traclisionat stock split hanyalah salah satu bentuk corporate action yang sifatnya kosmetik clan aclministratif. Berbecla clengan co1porate action lainnya, tinclakan tersebut ticlak terkait sama sekali clengan kine1ja clan cash flow, sehingga praktis ticlak akan merubah kekayaan perusahaan. Ketika melakukan stock split, perusahaan sama saja dengan menerbitkan saham barn clan membagi-bagikannya kepacla pemegang saham lama secara proporsional. Sederhananya, kertas yang acla di tangan si pemegang saham hanya akan bertambah banyak, tetapi nilai keselumhannya tetap sama. Dikutip dalam http://www.wealthindonesia.com I stock-split-and-reverse-stock-split. Stock split bertujuan agar perdagangan suatu saham menjadi lebih liquid, karena jumlah saham yang beredar menjadi lebih banyak dan harganya menjadi lebih murah. Hal ini akan sangat efektif bila dilakukan terhadap saham-saham yang harganya cukup tinggi (Elok Sri Utami, 2007:9). Stock split umumnya digunakan untuk menurunkan harga pasar saham yang suclah mencapai tingkat yang cukup tinggi dengan cara menambah jumlah saham yang climiliki setiap pemegang saham. Dengan harga pasar saham yang lebih rendah cliharpakan aktivitas perdagangan sahamnya dapat lebih tinggi. Stock split tidak mempunyai efek bagi struktur modal perusahaan hanya jumlah saham yang beredar lebih banyak dan nilai per lembar sahan1 menurun. Dalam 2 for 1 split artinya satu saham lama ditukar dengan 2 lembar saham yang barn dimana nilai saham yang barn adalah setengah dari nilai saham yang lama (Dewi Astuti, 2004:52). Dengan stock split, pemegang saham harus menukarkan sahamnya dengan saham baru yang memiliki nilai nominal lebih rendah. Sebab jika batas waktu penukaran yang ditetapkan terlampaui, maka saham clengan nilai nominal lama ticlak bisa diperdagangkan di bursa. Hal-ha! tersebut perlu diketahui oleh pemegang saham atau investor sehubungan dengan stock split: a. Rasio stock split, yaitu perbandingan jumlah saham baru terhadap saham lama. Misalnya rasio 2 untuk I, artinya 2 saham baru ditukar dengan 1 saham lama. b. Tanggal terakhir perdagangan saham dengan nilai nominal lama di bursa. c. Tanggal dimulainya perdagangan saham dengan nilai nominal barn di bursa. d. Tanggal terakhir dilakukannya penyelesaian transaksi dengan nilai nominal lama. e. Tanggal dimulainya penyelesaian transaksi dengan nilai nominal barn dan distribusi saham dengan nilai nominal baru kedalam rekening efek perusahaan atau bank kustodian (Abdul Halim, 2005:97). 2. Jenis-J en is Stock Split Menurut Nasrndin (2006: 17-18) pada dasamya ada dua Jems pemecahan saham yang dapat dilakukan, yaitu: a. Pemecahan sahan1 naik (split up) adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar, misalnya stock split atas dasar satu-jadi-dua (two-for-one stock), artinya setiap pemegang saham akan menerima dua lembar saham yang dimiliki sebelumnya, nilai nominal sahan1 baru ialah setengah dari nilai nominal saham sebelumnya. b. Pemecahan saham turun (split down atau reverse split) adalah peningkatan nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham beredar, misalnya stock split atas dasar akim menerima satu lembar saham sebagai pengganti sari dua lembar saham yang dimiliki sebelumnya. 3. Manfaat Stock Split Beberapa pelaku pasar, khususnya para emiten mempunyai pendapat bahwa stock split memiliki berbagai manfaat cliantaranya aclalah (Inclah Kumiawati, 2003:266): a. Harga saham yang lebih rendah setelah stock split akan meingkatkan claya tarik investor untuk membeli sejumlah saham yang lebih besar sehingga clapat mengubah investor odd lot saham di bawah 500 lembar (I lot) menjacli investor round lot yaitu investor yang membeli minimal 500 lembar. b. Meningkatkan daya tarik investor kecil untuk melakukan investasi. c. Meningkatkan jumlah pemegang saham sehingga pasar akan menjadi likuicl. cl. Sinyal yang positif bagi pasar bahwa kine1ja manajemen perusahaan bagus dan memiliki prospek yang baik. 4. Dasar Teori Utama Stock Split Banyak teori yang menje!askan motivasi stock split dalam literatur stock split. Dua teori utama yang mendominasi literatur stock split adalah signaling theory dan trading tange theory. Signaling theory menyatakan bahwa stock split memberikan informasi pada investor atau pemodal tentang prospek peningkatan return masa depan. Stock split merupakan upaya untuk menarik perhatian investor dengan memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai kondisi yang bagus, karena stock split memerlukan biaya. Oleh karena itu, hanya perusahaan yang mempunyai prospek yang bagus saja yang mampu melakukannya Trading range theory menyatakan bahwa stock split akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Barga saham yang terlalu tinggi (over price) menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut diperdagangkan. Dengan adanya stock split, harga saham menjadi tidak terlalu tinggi, sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi (Marwata, 200 I: I 0). Liquidity hypothesis, yaitu dengan pernecahan saham maka harga saham a!can lebih rendah, sehingga lebih banyak investor individual terdorong untuk membeli saham dan diharapkan likuiditas saham tersebut meningkat (Achmad Rifa'I dan Rudi Handoko, 2005:151). 5. Pengarnh Stock Split pada Harga Saham Setiap perusahaan yang menerbitkan saham harus memperhatikan harga sahamnya. I-Iarga saham yang terlalu rendah dapat diartikan bahwa kinerja perusahaan kurang baik, tetapi bila harga saham terlalu tinggi juga menimbulkan dampak yang kurang baik, yaitu akan mengurangi kemampuan para investor untuk membelinya sehingga menyebabkan harga saham tersebut sulit untuk meningkat lagi. Untuk mengantisipasi ha! tersebut, banyak perusahaan yang melakukan stock split dengan tujuan untuk meningkatkan daya beli dan meningkatkan harga saham tersebut (Elok Sri Utami, 2007:11). I-Iarga pasar saham mencerminkan nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan te1jadi sebalilmya. Harga saham yang terlalu rendah sering diartikan bahwa kine1ja perusahaan kurang baik. Namun bila harga saham terlalu tinggi dapat mengurangi minat investor untuk berinvestasi sehingga harga saham sulit untuk meningkat (Elok Sri Utami, 2007:11). Kemahalan harga saham menjadi alasan bagi perusahaan untuk melakukan pemecahan saham. Hal tersebut dapat dipahami karena apabila harga pasar saham terlalu mahal maka menjadi ticlak menarik bagi investor, terutama investor kecil, dan akhirnya saham menjadi tidak likuid. Dengan alasan tersebut, semakin mahal harga saham dan semaldn rendah likuiclitas saham, semakin besar kemungkinan perusahaan melakukan stock split (Elok Sri Utami, 2007:11). 6. Pengaruh Stock Split pada Kinerja Perusahaan Salah satu faktor yang ikut menentukan diambilnya kebijakan stock split adalah informasi yang ada tentang kine1ja pernsahaan. Sebagian peneliti menyimpulkan bahwa dengan dilakukannya stock split pada suatu perusahaan, memberi sinyal bahwa perusahaan tersebut memiliki performance yang cukup bagus. Asquith et al (1989) dalam Elok Sri Utami (2007:12), menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan stock split mengalami peningkatan laba yang signifikan untuk 4 tahun sebelum stock split dilakukan, sehingga kine1ja perusahaan merupakan faktor yang memotivasi perusahaan tmtuk melakukan kebijakan stock split. Pengumuman tentang stock split memiliki pengaruh yang besar terhadap reaksi pasar, yaitu dengan adanya sinyal positif bagi investor, karena hanya perusahaan yang memiliki kine1:ja keuangan yang baik yang melakukan stock split. Berdasarkan signaling hypothesis, pengujian difokuskan untuk menganalisis kondisi ldnerja keuangan perusahaan yang melakukan suatu corporate action yalmi stock split. Hal ini disebabkan dengan adanya suatu hipotesis yang menyebutkan bahwa stock split merupakan suatu bentuk corporate action yang digunakan oleh perusahaan emiten untuk memberikan sinyal yang baik kepada publik. Stock split memberikan sinyal yang baik bagi (calon) investor karena adanya perusahaan yang memiliki kinerja yang bagus saja yang dapat melakukan stock split (Beni Suhendra Winarso, 2005 :211 ). B. Laporan Keuangan 1. Kegunaan Laporan Keuangan Darsono dan Ashari (2005:7) Dalam UU No.1/1995 tentang Perseroan Terbatas (PT) jelas bahwa laporan keuangan merupakan suatu alat pe1ianggungjawaban pengelolaan perusahaan oleh pengurus perusahaan (Direksi dan Komisaris). Sebagai alat pertanggungjawaban, laporan keuangan wajib disampaikan kepada pemilik. Kegunaan laporan keuangan, sebagai berikut: a. Laporan keuangan dapat menurunkan il?formation asymmetry yaitu kondisi dimana info1U1asi yang dimiliki oleh satu pihak Iebih banyak dibandingkan dengan pihak !ainnya, sehingga dengan adanya laporan keuangan, informasi akan tersebar secara merata antara pengelola dan pemilik perusahaan. b. Laporan keuangan dapat menurunkan perbedaan informasi dengan menurunkan adverse selection, dengan cara memindahkan infom1asi privat yang dimiliki oleh manajer menjadi infommsi publik. c. Dengan adanya laporan keuangan dapat menurunkan moral hazard yang dilakukan oleh manajer, karena perilaku manajerdapat dilihat dari pengaruhnya pada laba perusahaan atau aset perusahaan. 2. Pengguna Laporan Keuangan Pengguna laporan keuangan dan membutuhkan informasi keuangannya dapat dikelompokkan sebagai berikut (Darsono dan Ashari, 2005:11): a. Investor atau pemilik Pemilik perusahaan menanggung risiko atas harta yang ditempatkan pada perusahaan. Pemilik membutuhkan info1masi untuk menilai apakah perusahaan memiliki kemampuan membayar dividen. Disamping itu untuk menilai apakah investasinya akan tetap dipertahankan atau clijual. Bagi calon pemilik, laporan keuangan dapat memberikan informasi mengenai kemungkinan penempatan investasi dalam perusahaan. b. Pemberi Pinjaman (kreditor) Pemberi pinjaman membutuhkan infomnsi keuangan guna memutuskan memberi pinjaman dan kemampuan membayar angsuran pokok clan bunga pada saat jatuh tempo. c. Pernasok atau !creditor usaha lainnya Pernasok rnernerlukan infonnasi keuangan untuk rnenentukan besarnya penjualan !credit yang diberikan kepada perusahaan pembeli dan kernampuan membayar pada saatjatuh tempo. d. Pelanggan Dalarn beberapa situasi, pelanggan sering rnembuat kontrak jangka panjang dengan perusahaan, sehingga perlu inforrnasi mengenai kesehatan keuangan perusahaan yang akan rnelakukan kerjasama. e. Karyawan Karyawan dan serikat buruh memerlukan informasi keuangan guna menilai kernarnpuan perusahaan untuk rnendatangkan laba dan stabilitas usahanya. Dalam ha! ini, karyawan mernbutuhkan infonnasi untuk rnenilai kelangsungan hidup perusahaan sebagai tern pat menggantungkan hidupnya. f. Pernerintah Informal keuangan bagi pernerintah digunakan untuk menentukan kebijakan dalam bidang ekonorni, misalnya alokasi sumber data UMR, pajak, pungutan, se1ia bantuan. g. Masyarakat Laporan keungan dapat digunakan untuk bahan pengajaran, analisis, serta informasi trend dan kemakmuran. C. Komponen Laporan Keuangan Menurut Darsono dan Ashari (2005:27) berdasarkan standar akuntansi keuangan, komponen laporan keuangan meliputi neraca, laporan laba rugi, laporana arus kas, dan laporan perubahan ekuitas. 1. Neraca Neraca adalah laporan posisi keuangan perusalman pada suatu waktu tertentu. Sisi kiri neraca menuajukkan aktiva perusahaan, sedangkan sisi kanan neraca memmjukkan kewajiban dan ekuitas atau klaim terhadap passiva (Dewi Astuti, 2005:19). Menurut Warren et al (2005:27) bentuk neraca terbagi dua yaitu: a. Bentuk alcun (account form) Menggambarkan format dasar dari persamaan akuntansi dimana alctiva ditempatkan disebelah kiri dan kewajiban, ekuitas pemilik disebelah kmmn. b. Bentuk laporan (l·eport form) yang menempatka.11 kewajiban dan elcuitas pemilik dibawah aktiva. Hubungan diantara keduanya dapat dinyatakan dalam persamaan (Warren et al, 2005:18) sebagai berikut: I AKTIVA= KEWAJIBAN + EKUITAS PEMILIK I Akun-aktm neraca di catat berdasarkan alcrual. Artinya transaksi dicatat jika telah terjadi perpindahan hale dan kewajiban, meskipun uang atau kasnya belum diterima (Darsono dan Ashari, 2005:20) mempuuyai pengaruh yaitu meningkatkan ekuitas pemilik (modal) dalam periode te1tentu. Jika beban melebihi pendapatan maka disebut rugi bersih (net loss) akan menurunkan ekuitas pemilik (modal) dalam periode yang bersangkutan. Persamaan perhitungan laba rugi sebagai berikut: LABA (RUGI) BERSIH = PENDAPATAN -BABAN SAK menyebutkan Laba rugi memberikan gambaran kinerja operasional perusahaan. Laporan lab-rugi dicatat dengan dasar akrual yaitu dasar penyusutan laporan dengan mengakui pendapatan pada saat te1jadi penjualan dan mengakui pengeluaran pada saat menjadi beban periode yang bersangkutan (Dewi Astuti, 2004:15). 3. Laporan Arns Kas Arus kas adalah kas yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dan digunakan untuk membayar kepada kreditur dan pemegang saham (Ross dan Wasterfield dalam Ahmad Hanin Fatah, 2002: 19). Laporan arus kas menggambarkan perputaran uang selama periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. Laporan arus kas terdiri atas (Darsono dan AshaTi,2005:22): a. Kas dari/untuk kegiatan operasional Kas dari/untuk kegiatan operasional adalah kas yang diperoleh dari penjualan, penerimaan piutang clan untuk pembayaran utang usaha, pembelian barang, dan biaya lainnya. b. Kas dari/untuk kegiatan ivestasi Kas dari/untuk kegiatan ivestasi adalab kas dari penjualan aktiva tetap dan untuk pembelian aktiva tetap atau investasi pada sabam atau obligasi. Arus kas dari aktivitas investasi meni~erminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan arus kas masa depan. c. Kas dari/untuk kegiatan pendanaan Kas dari/untuk kegiatan pendanaan adalah kas berasal dari setoran modal, hutang jangka panjang/bank, Iaba ditaban yang dikonversi ke dalam modal dan untuk pengembalian modal, membayar dividen, dan membayar pokok utang bank. D. Rasio Keuangan Rasio keuangan adalah ala! utama untuk menganalisis keuangan, rasio dapat menstandardisasi informasi keuangan yang dapat dipakai sebagai alat pembanding antar perusahaan dengan ukuran yang berbeda (Keown et al, 2001:108). Rasio merupakan alat yang penting untuk mengukur perkembangan suatu usaha dan untuk membandingkan suatu usaha dengan para pesaingnya (Gill dan Chatton, 2003:28). Menurut Darsono dan Ashari (2005:51) analisis rasio keuangan dirancang untuk membantu mengevaluasi laporan keuangan. Perhitungan analisis rasio digunakan data yang terdapat dalam neraca dan laporan Iaba rugi. Jenis-jenis analisis rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisis kine1ja perusahaan adalah rasio neraca (likuiditas dan solvabilitas), rasio laba rugi (profitabilitas), rasio neraca (aktivitas). 1. Rasio Likuiditas Rasio ini disebut sebagai sebagai liquidity ratio, digunakan untuk mengukur jumlah uang yang tersedia untuk membayar kewajiban jangka pendek (Gill dan Chatton, 2003:36). Kewajiban jangka pendek seperti melunasi hutang perusahaan yang jatuh tempo dalam jangka pendek (Dewi Astuti, 2004:31). Dari rasio ini banyak pandangan ke dalam yang bisa didapatkan mengcnai kompetensi keuangan saat ini perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk tetap kompeten jika terjadi masalah (Van Horne, 2005:206). a. Rasio Lancar (Curret Ratio) Rasio Lancar (Curret Ratio) adalah rasio untuk mengukur sampai seberapa jauh aset lancar (aktiva Iancar) perusahaan mampu untuk melunasi kewajibanjangka pendeknya (Toto Prihadi, 2008:21). J Rumus rasio Iancar (current ratio) (Van Horne, 2005:207) adalah: Rasio Lancar __ Aktiva Lancar " Kewajiban Jangka Penclek . · "=·"'= ,. .i; ''""'""''='"-·~· b. Rasio Cepat (Quick Ratio) Apabila rasio lancar menghitung seluruh aktiva lancar, maka rasio cepat (quick ratio) ini menghilangkan unsur persediaan dalam aktiva lancarnya (Toto Prihadi, 2008:22). Ukuran yang lebih konservatif atas l.ikuiditas adalah rasio cepat (quick ratio). Rumus Rasio cepat (Van Horne, 2005:207) adalah: Aktiva Lancar - Persediaan Rasio Cepat = ---------- Kewajiban Jangka Pendek 2. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas adalah ras10 ll!ltuk mengetahui keman1puan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut di likuidasi. Rasio ini juga disebut dengan rasui pengungkit (leverage) yaitu menilai batasan perusahaan <lalam meminjam uang (Darsono dan Ashari, 2005:54). Menurut Van Home (2005:209) agar dapat menilai sejauh mana perusahaan menggllllakan uang yang dipinjam, kita dapat menggunakan beberapa rasio utang (debt ratio), di antaranya: a. Rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ralio) Rasio utang terhadap ekuitas dihitung hanya dengan membagi total utang perusahaan (te1masuk kewajiban jangka pendek) dengan ekuitas pemegang sahan1, rumusnya sebagai berikut: Total Utang DER=~~~~~~~~­ Ekuitas Pemegang Saham b. Rasio utang terhadap total aktiva (debt to total asset ratio) Rasio utang terhadap total aktiva didapat dari membagi total utang perusahaan dengan total a](tivanya, rumusnya sebagai berikut: Total Utang DAR= Total Aktiva Rasio ini berfungsi dengan tujuan yang hampir sama dengan rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio). Rasia ini menekankan pada peran penting pendanaan utang bagi perusahaan dengan menunjuk persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang (Van Horne, 2005:210). 3. Rasio Profitabilitas Menurut Dewi Astuti (2004:37) profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba. Satu-satunya ukuran profitabilitas yang paling penting adalah laba bersih. Para investor dan kreditor sangat berkepentingan dalam mengevaluasi kemampuan perusahaan menghasilkan laba saat ini maupun dimasa mendatang. Rasio profitabilitas ini terdiri dari: a. Net Profit Margin (rasio margin laba bersih) Rasio ini mencerminkan kemampuan perusahaandalam mengendalikan biaya dan pengeluaran selmbungan dengan penjualan (Dewi Astuti, 2004:36). Rasio ini menunjukkan sebaik apakah pengelolaan biaya operasi, apakah perusahaan telah menghasilkan banyak penjualan untuk menutup biaya tetap dan masih menyisakan laba yang banyak (Gill dan Chatton, 2003:48). Rumus Net Profit Margin adalah (Dewi Astuti, 2004:36): Laba Bersih Setelah Pajak NPM= X 100% Penjualan Bersih b. Return On Equity (pengembalian atas ekuitas) Rasio ini menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak manaJemen dalan1 memaksimumkan tingkat hasil pengembalian investasi pemegang saham dan menekankan pada hasil pendapatan sehubungan dengan jumlah yang diinvestasikan. Rasio ini disebut juga dengan rasio pengembalian atas ekuitas saham (Dewi Astuti, 2004:37). Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat kembalian yang lebih besar pada peme:gang saham (Darsono dan Ashari, 2005:57). ROE dapat dihitung dengan rumus (Dewi Astuti, 2004:37): Laba Bersih Setelah Pajak ROE= X 100% Total Ekuitas 4. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas dikenal juga sebagai ras10 pengelolaan aktiva mengukur efektivitas perusahaan dalam mengelola aktiva yaitu mengukur kemampuan seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan. Rasio aktivitas ini menunjukkan seberapa cepat aktiva lancar dapat dikonversikan kedalam kas. Jika aktiva perusahaan terlalu banyak dibandingkan penjualan yang dihasilkan maka biaya modal menjadi terlalu tinggi. Sebaliknya bila aktiva perusaliaan kurang maka perusahaan kehilangan penjualan yang menguntungkan (Dewi Astuti, 2004:31 ). Menurut Toto Prihadi (2008:33-34) aktivitas perusahaan dapat dikaitkan dengan jangka waktu terikatnya dana pada asset. Secara umum aset dapat diklasifikasikan menjadi: a. Aset lancar yang digunakan untuk aktivitas rutin. b. Aset tidak lancar yang tertanam dalam waktu yang lama. Rasio aktivitas disebut juga rasio perputaran total aktiva (total asset turnover), merupakan ukuran keseluruhan perputaran seluruh asset. Rasio ini cukup sering digunakan karena cakupannya yang menyeluruh. Tanpa memandang jenis usaha, rasio ini dapat menggambarkan sampai seberapa baik dukungan seluruh asset untuk memperoleh penjualan (Toto Prihadi, 2008:41). Rumus perputaran total aktiva (total asset turnove1~ adalah(Toto Prihadi, 2008:41): Sales -1 Total Asset~~~rnover =Average Total~ssetj E. Harga Saham Harga saham adalah harga penutupan (closing price) perdagangan harian saham (Magdalena, 2004:26). Harga pasar sahan1 mencerminkan nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan te1jadi sebaliknya. Harga saham yang terlalu rendah sering diartikan bahwa kinerja perusahaan kurang baik. Namun bila harga saham terlalu tinggi dapat mengurangi minat investor untnk berinvestasi sehingga harga saham sulit untuk meningkat (Elok Sri Utami, 2007:11). Analisis teknikal adalah analisis harga saham clengan melihat pergerakan harga dan jumlah perdagangan yang lalu. Sedangkan analisis fundamental adalah analisis yang memperkirakan harga saham dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya serta menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham (Ahmad Rodoni, 2005:29). 1. Price Earning Ratio Rasio harga/laba (price/earning ratio) menunjukkan jumlah uang rela dikeluarkan oleh para investor untuk membayar setiap dolar laba yang dilaporkan (Brigham, Houston 2006: 110). Menutut Siti Khadijah (2006:30) pengaruh price earning ratio terhadap harga saham dapat dinyatakan bahwa dengan price earning ratio yang tinggi menggambarkan tingkat pertumbuhan perusahaan JUga meningkat. Sehingga, meningkatnya pertumbuhan perusahaan clapat membuat nilai atau harga saham meningkat pula. Jadi antara price earning ratio dan harga saham memiliki lrnbungan yang positif. Rumus rasio harga/laba (price/earning ratio) Houston 2006: 110): Price per Share Price/Earning Ratio = -------- Earning per Share adalah(Brigham, 2. Price to Book Value Pengertian book disini adalah nilai buku dari ekuitas. Nilai ini diperoleh dengan mengambil total ekuitas sebagai book value (Toto Prihadi, 2008:130). Rasio harga pasar saham terhadap nilai bukunya juga akan memberikan indikasi yang lain tentang bagaimana investor memandang perusahaan. Perusahaau dengau tingkat pengembalian ekuitas yang relatif tinggi biasauya menjual dengau perkalian nilai buku yang lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan yang pengemba.liaunya rendah (Brigham, Houston 2006: 112). Rumus nilai buku per Jembar saham adalah(Brigham, Houston 2006:112): [J I Eknitas saham Biasa Price to Book Value= ' . Jumlah Saham ~eredar . F. Penelitian Terdahulu yang Relevan Beni Suhendra Winarso (2005) menganalisis tentang perbedaau kine1ja keuangan antara perusahaau yang melakukan stock split dengan perusahaau yang tidak melakukan stock split, pengujian tersebut mengacu pada signaling the01y. Objek penelitian pada perusahaan manufaktur yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil pengujian menggunakan Independent sample test, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara statistik antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam kineija keuangannya. Hal ini bertolak belakang dengan signalling theory yang menyatakan bahwa hanya perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang bagus saja yang mampu melakukan stock ;plit. Achmad Rifa'i dan Rudi Handoko (2005) yang melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemecahan saham (stock split) terhadap tingkat pengembalian saham, studi mengenai efisiensi pasar bentuk setengah kuat di Bursa Efek Indonesia. Objek penelitiannya adalah seluruh emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan model pasar, yang menggunakan asumsi bahwa return saham dapat diperoleh dengan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square). Dalam penelititan ini, data penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu emiten kelompok ND (Non-Dividen/bukan pembayar dividen) dan emiten kelompok D (Dividen/pembayar dividen). Basil penelitian ini menemukan bahwa pengaruh informasi pemecahan saham terhadap return saham lebih kuat te1jadi pada perusahaan yang tercatat tidak membayarkan dividen tunai (ND) daripada perusahaan yang tercatat melakukan pembayaran dividen tunai sebelumnya (D). I-laijanti Widiastuti dan Usmara (2005) menguji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi stock split dan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan. Sampel yang digunakan terdiri dari 30 perusahaan non keuangan yang melakukan stock split dan 30 perusahaan non keuangan yang tidak melakukan stock split pada tahun 2000 - 200 I di BEL Untuk menguji hipotesis digunakan uji statistik logistic regression. Dasi! penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat kemahalan harga saham yang diukur dengan F'BV berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Likuiditas yang diukur dengan bid ask spread tidak berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Adanya perbedaan yang signifikan nilai perusahaan yang diukur dengan Tobin's q sebelum dan sesudah stock split. Indah Kurniawati (2003) menganalisis tentang kandungan informasi stock split dan likuiditas saham: studi empiris pada non-synchronous trading. Penelitian ini merupakan event study dengan windows periods I I hari perdagangan yaitu pengujian berdasarkan pengamatan harga saham lima hari sebelum tanggal pengumuman, pada saat pengumuman dan lima hari setelah tanggal pengumuman. Lamanya estimation period yang digunakan adalah seratus hari sebelum event windows. Data yang digunakan dalam penelitian pada periode I 994 - 1997 diambil dari berbagai :mmber yakni Indonesian Capital Market Directory, Indonesian Stock Exchange dan lain-lain. Dalam penelitian ini, uji statistik abnormal return dilakukan menggunakan uji t (test). Hasil penelitian in,i menunjukkan bahwa pengumurnan stock split memiliki kandungan informasi sehingga direspon oleh para pelaku pasar. Pacla pengujian likuiclitas saham menunjukkan hanya beta saja yang memiliki perbedaan yang signifikan, sedangkan volume perdagangan dan bid ask spread meskipun berbeda tetapi tidak signifikan. Julita (2002) melakukan penelitian tentang market reactions of stock split announcement. Sampel yang digunakan adalah seluruh saham yang masih diperdagangkan selama periode penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data yang dikumpulkan berupa data historis dari bulan januari 1989 hingga 31 Desember 1999 untuk data lab, sedangkan data return dikumpulkan pada tahun 1995 - 1996. Penelitian yang dilakukan adalah studi peristiwa (event study) yaitu studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa ('event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa ha! sebagai berikut: (1) dengan sampel yang telah dibersihkan dari kontaminasi infommsi lain ditemukan bahwa stock split tetap direspon secara positif oleh pasar, (2) pasar menafsirkan informasi stock split secara optimis sebagai suatu sinyal positif mengenai kinerja perusahaan berkaitan dengan harapan akan a<lanya tambahan kemakmuran (abnormal return) untuk investor, (3) terjadi kenaikan laba yang diproksikan dengan EPS pada tahun-tahun sebelum dan sesudah stock split. Marwata (2001) menguji perbedaan kinerja keuangan, harga saham dan pemecahan saham, dengan mengambil sampel sebanyak 54 perusahaan publik yang melakukan stock split pada tahun 1996 - 1997. Hasilnya menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang melakukan stock split yang diukur dari laba bersih per lembar saham (EPS) ticlak lebih tinggi claripada perusahaan yang tidak melakukan stock split. Dengan demikian hasil penelitiannya tidak mendukung signaling theory. Sedangkan ditinjau dari tingkat kemahalan harga saham, rasio harga saham terhadap nilai buku (PBV) perusahaan yang melakukan stock split lebih mahal daripada perusahaan yang tidak melakukan stock split. G. Kerangka Pemikiran ~ Data Sampel Perusahaan di Bursa Efok Indonesia • ' Kinerja Keuangan dan Harga Saham Perusahaan yang Melakukan Stock Split Kine:rja Keuangan dan Harga Saham Perusahaan yang tidak Melakukan Stock Split ~· Menghitung Rasio Keuangan (Current Ratio, Quick Rario, Debt Equity Ratio, Return on Equity, Net Profit Margin, Total Asset Turnover, Price Earning Ratio, dan Price To Book Value) Menghitung Rasio Keuangan (Current Ratio, Quick Ratio, Debt Equity Ratio, Return on Equity, Net Profit Margin, Total Asset Turnover, Price Earning Ratio, dan Price To Book Value) - Uji Beda dengan Mann~ Whitney Test Kesimpulan Hipotesa Penelitian Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menentukan perusahaan-perusahaan yang masuk dalam kategori perusahaan yang melakukasn stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split, dalam ha! ini penentuan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, sepe1ii yang dijelaskan dalam metode penentuan sampel pada bab III. Selanjutnya memasukkan rasio-rasio keuangan untuk masing-masing kategori perusahaan yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split. Rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kine1ja keuangan yaitu: current ratio, quick ratio, debt to equity ratio, return on equity, net profit margin, dan total asset turnover. Sedangkan rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur harga saham yaitu: price earning ratio dan price to book value. Setelah itu dilakukan uji analisis compare means dengan menggunakan mann whitney test apabila data tidak berdistribusi normal. Uji tersebut digunakan sebagai perbandingan atau studi komparatif untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan dan harga saham antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split. H. Hipotesis Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut : Hipotesis untuk kinerja keuangan Ho : µ1-µz ~ 0 : Tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan pada perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split. Ho: µ1-µ2,t 0: Terdapat perbedaan yang kine1ja kemmgan pada perusahaan melakukan stock split dengan pernsahaan yang tidak melakukan stock split. Hipotesis untuk harga saham Ho : µ1-µ2 ~ 0 : Tidak terdapat perbedaan harga saham pada perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split. Ho : µ1-µ2 ,t 0 : Terclapat perbeclaan harga saham pada perusahaan yang melakukan stock split melakukan stock split. clengan perusahaan yang tidak BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian studi empiris untuk menguji perbedaan kinerja keuangan clan harga saham antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split. Data-data yang digunakan adalah data historis dan data-data keuangan berupa laporan keuangan perusahaan di BEI tahun 2006 - 2007. B. Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini, yaitu seluruh perusahaan go publik yang terdaftar di BEI dengan periode obscrvasi tahun 2006 -- 2007. Pemilihan sampel menggunakan metocle pw1JOsive sampling clengan kriteria sebagai berikut : I. Perusahaan yang terclaftar clan aktif di perclagangkan di BEI periocle tahun 2006-2007. 2. Perusahaan yang memiliki tingkat asset yang tidak jauh berbeda untuk kategori sampel perusahaan yang ticlak melakukan stock split. 3. Perusahaan yang melakukan stock split clan ticlak melakukan stock split antara tahun 2006 - 2007. 4. Data Laporan Keuangan, berupa Neraca dan Laporan Rugi-Laba perusahaan yang melakukan stock split dan tidak melakukan stock split tersedia lengkap. C. Metode Pengumpulan Data Data yang dibutuhk:an dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu berupa laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2006 2007. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder atau studi k:epustakaan dengan cara: 1. Field Research Untuk memperoleh data, penulis mengadakan penelitian langsung ke Bursa Efek: Indonesia untuk: memperoleh data-data yang diperlukan melalui pusat layanan informasi pada pusat reforensi pasar modal. 2. Library Research Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan literatur teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti sebagai data penunjang. Sumber-sumber 1m digunakan sebagai tinjauan pustaka untuk menganalisis dan membahas permasalahan penelitian ini. D. Metode Analisis Untuk menguji hipotesis perbandingan kine1ja keuangan dan harga saham antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split, maka digunakan langkah-langkah analisis sebagai berikut: Mendeskripsikan kinerja keuangan dan harga saham pernsahaan- 1. perusahaan yang masuk dalam kategori melakukan stock split dan perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan stock split. 2. Mendeskripsikan kinerja rata-rata keuangan dan harga saham perusahaan-perusahaan yang masuk dalam kategori melakukan stock split dan perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan stock split. 3. Melakukan uji compare means dengan mann-whitney terhadap kinerja keuangan dan harga saham perusahaan-perusahaan tersebut. Uji Statistik Uji Mann-Whitney merupakan bagian dari statistik non parametrik yang bertujuan untuk membantu peneliti dalam membedak:m basil kine1ja kelompok yang terdapat dalam sampel ke dalam dua kelompok dengan dua !criteria yang berbeda. Uji Mann-Whitney diglmakan untuk menguji beda dengan menggunakan dua rata-rata variabel dan jumlah data sampel penelitian yang sangat sedikit (kurang dari 30). Pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis jika hipotesis nol (Ho) yang diusulkan: I. Ho diterima jika nilai p-value pada kolom Asimp.Sig (2-tailed) > level of significant (a). 2. Ho ditolak jika nilai p-value pacla kolom Asimp.Sig (2-tailed) < level of significant (a). Pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis jika hipotesis altematif (Ha) yang diusulkan: 2. Ha diterima jika nilai p-value pada kolom Asimp.Sig (2-tailed) < level of significant (a). 3. Ha ditolak jika nilai p-value pada kolom Asimp.Sig (2-tailed) > level of significant (a) (Nugroho, 2005:121). Ada dua dasar pengambilan keputusan dalam pengujian Mann-Whitney Test: I. Dengan membandingkan angka Z hitung dan Z tabel. Jika Z hitung < Z tabel, maka Ho diterima Jika Z hitung > Z tabel, maka Ho ditolak 2. Dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan: Jika probabilitas > 0.05 maka Ho diterima Jika probabilitas < 0.05 maka Ho ditolak Untuk tingkat kepercayaan 95% clari ui dua sisi ( standar untuk perhilungan di SPSS) clidapat nilai Z tabel adalah ± L96. Bentuk pengarnbilan keputusan dengan alpha 0.05 (pengujian dua sisi) adalah (Santoso, 2001: 124 ): Ho diterima jika: -1.96:SZh:S+1.96 Ho ditolakjika: Zh > +l.96 atau <-1.96 Rumus untuk mencari Z hitung dalam mann-whitney test (Santoso, 2001:124): U - ( Y:..nl.n2) z= -----------/ Y:..nl.n2.(nl + n2 +I) U= nl.n2+ [1/2 n. (nx+l)-Rx] Dimana: nl = Jumlah variable I n2 = Jumlah variabel 2 Rx= Jumlah ranking X E. = Kode variable Definisi Operasional Variabel Penelitian Adapun operasional dan pengukuran variabel penelitian yang penulis gunakan sebagai berikut: 1. Rasio Likuiditas Rasio ini disebut sebagai sebagai liquidity ratio, digunakan untuk mengukur jumlah uang yang tersedia untuk membayar kewajiban jangka pendek (Gill dan Chatton, 2003:36). Kewajiban jangka pendek seperti melunasi hutang pernsahaan yang jatuh tempo dalam jangka pendek (Dewi Astuti, 2004:31). Dari rasio ini banyak pandangan ke dalam yang bisa didapatkan mengenai kompetensi keuangan saat ini perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk tetap kompeten jika terjadi masalah (Van Home, 2005:206). a. Rasio Lancar (Curret Ratio) Rasio Lancar (Curret Ratio) adalah rasio untuk mengukur sampai seberapa jauh aset Iancar (aktiva Ian car) perusahaan mampu untuk melunasi kewajibanjangka pendeknya (Toto Prihadi, 2008:21). Rum us rasio lancar (current ratio) adalah(Van Home, 2005 :207): Aktiva Lancar Rasio Lancar Kewajiban Jangka Pendek b. Rasio Cepat (Quick Ratio) Apabila rasio lancar menghitung seluruh aktiva lancar, maka rasio cepat (quick ratio) ini menghilangkan unsur persediaan dalam aktiva lancarnya (Toto Prihadi, 2008:22) Ukuran yang lebih konservatif atas likuiditas adalah rasio cepat (quick ratio) (Van Home, 2005:207). Aktiva Lancar - Persediaan Rasio Cepat = ------·---- Kewajiban Jangka Pendek 2. Rasio Solvabilitas Menurut Van Home (2005:209) Agar dapat menilai sejauh mana perusahaan menggunakan uang yang dipinjan1, kita dapat menggunakan beberapa rasio utang (debt ratio), diantaranya: a. Rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) Rasia utang terhadap ekuitas dihitung hanya dengan membagi total utang perusahaan (termasuk kewajiban jangka pendek) dengan ekuitas pemegang saham, rumusnya sebagai berikut: Total Utang DER=---------Ekuitas Pemegang Saham b. Rasia utang terhadap total aktiva (debt to total asset ratio) Rasia utang terhadap total aktiva didapat dari membagitotal utang perusahaan dengan total aktivanya, rumusnya sebagai berikut: Total Utang DAR=----Total Aktiva 3. Rasio Profitabilitas Dewi Astuti (2004:37) Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba. Satu-satunya ukuran profitabilitas yang paling penting adalah laba bersih. Para investor dan kreditor sangat berkepentingan dalarn rnengevaluasi kemampuan perusahaan menghasilkan laba saat ini maupun dimasa mendatang. Rasia profitabilitas ini terdiri dari: a. Net Profit Margin (rasia margin laba bersih) Rasia ini mencerminkan kemampu.an perusahaan dalam mengendalikan biaya dan pengeluaran sehubungan dengan penjualan (Dewi Astuti, 2004:36). Rasia ini menunjukkan sebaik apakah pengelalaan biaya aperasi, apakah perusahaan telah menghasilkan banyak penjualan tmtuk menutup biaya tetap dan masih menyisakan laba yang banyak (Gill dan Chattan, 2003:48). Rumus Net Profit lvfargin adalah(Dewi Astuti, 2004:36): Laba Bersih Setelah Pajak NPM= X 100% Penjualan Bersih b. Return On Equity (pengembalian atas ekuitas) Rasia ini menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak manajemen dalam memaksimumkan tingkat hasil pengembalian investasi pemegang saliam dan menekankan pada basil pendapatan sehubungan dengan jumlah yang diinvestasikan. Rasio ini disebut juga dengan rasio pengembalian atas ekuitas saham (Dewi Astuti, 2004:37). Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat kembalian yang lebih besar pada pemegang saham (Darsono dan Ashari, 2005:57). ROE dapat dihitung dengan rumus (Dewi Astuti, 2004:37): Laba Bersih Setelah Pajak ROE= X 100% Total Ekuitas 4. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas disebut juga rasio perputaran total aktiva (total asset turnover), merupakan ukuran keseluruhan perputaran seluruh asset. Rasio ini cukup sering digunakan karena cakupannya yang menyeluruh. Tanpa memandang jenis usaha, rasio ini dapat menggambarkan sampai seberapa baik dukungan seluruh aset untuk memperoleh penjualan (Toto Prihadi, 2008:41). Rumus perputaran total aktiva (total asset turnover) adalah (Toto Prihadi, 2008:41): Sales Total Asset Turnover=------Average Total Asset 5. Harga Saham Harga saham adalah harga penutupan (closing price) perdagangan harian saham (Magdalena, 2004:26). Harga pasar saham mencerminkan nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan te1jadi sebaliknya. Harga saham yang terlalu rendah sering diartikan bahwa kinerja perusahaan kurang baik. N amun bila harga saham terlalu tinggi dapat mengurangi minat investor untuk berinvestasi sehingga harga saham sulit untuk meningkat (Elok Sri Utami, 2007: 11). a. Price Earning Ratio Rasio harga/laba (price/earning ratio) menurrjukkanjumlah uang yang rela dikeluarkan oleh para investor untuk membayar setiap dolar laba yang dilaporkan (Brigham, Houston 2006:110). Rumus rasio harga/laba (price/earning ratio) adalah(Brigham, Houston 2006: 110): Price per Share Price/Earning Ratio = - - - - - - Earning per Share b. Price to Book Value Pengertian book disini adalah nilai buku dari ekuitas. Nilai ini diperoleh dengan mengambil total ekuitas sebagai book value (Toto Prihadi, 2008:130). Rasia harga pasar saham terhadap nilai bukunya juga akan memberikan indikasi yang lain tentang bagaimana investor memandang perusahaan. Perusahaan dengan tingkat pengembalian ekuitas yang relatif tinggi biasanya menjual dengan perkalian nilai buku yang lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan yang pengembaliannya rendah (Brigham, Houston 2006:112). Rumus nilai buku per lembar saham adalah(Brigham, Houston 2006:112): Ekuitas saham Biasa Price to Book Value=---------Jumlah Saham Beredar BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengolahan Data dan Analisis Deskriftif Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan fasilitas elektronik dengan menggunakan microsofl excel dan program SPSS 12.0 for windows. Langkah pertama dalam penelitian ini adalah melakukan penentuan sampel dengan metode purposive sampling pada pernsahaan-perusaham1 di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2007. Berdasarkan metode purposive sampling rnaka didapat 13 pernsahaan yang melakukm1 melakukan stock split dan 13 perusahaan yang tidak melakukan stock split. Tabel-tabel berikut ini akm1 menyajikan sampel perusahan ym1g melakukan stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split. 1. Rasio Likuiditas a. Aualisis Current Ratio Tabei 4.1 Current Ratio Perusahaan yang Melakukan Stock Split NO 1 2 0 ~ 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 KODEEMITEN APOL EK.AD INTA JRPT TMAS PJAA PLIN TSPC AKRA ANTM CPIN SMGR SOBI Sumber : Data D10lah NAMA PERUSAHAAN Arpeni Pratama Ocean Line Ekadharma International Intraco Penta Jaya Real Property Pelayaran Tempuran Emas Pembangunan Jaya Ancol Plaza Indonesia Realty Tempo Scan Pacifik AKR Corporindo Aneka Tambang Charoen Pokphand Indonesia Semen Gresik Persero Sorini Corporation Rafa -rata - - - - CR 2.05 3.92 3.37 2.91 0.39 2.55 4.16 4.39 1.18 3.02 1.44 2.48 1.70 2.58 Current ratio adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek, aktiva lancar meliputi kas, efek persediaan, dan aktiva lancar lainnya. Sedangkan hutang jangka pendek meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank, hutang gaji, dan hutang lainnya yang harus segera dibayarkan. Semalcin tinggi rasio ini berarti semakin bagus karena menunjukkan bahwa perusahaan mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya tepat waktu. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan sehingga kine1ja perusahaan tersebut semakin baik. Rasio lancar (current ratio) adalah rasio untuk mengukur sampai seberapa jauh aset lancar perusahaan mampu untuk melunasi kewajiban jangka pendelmya. Semakin tinggi rasio ini akan semakin aman bagi !creditor (Toto Prihadi, 2008:21). Semakin tinggi rasio ini akan semakin aman bagi kreditor. Angka satu kali (IX) rnencerrninkan aset lancar sarna dengan utang lancar. Jadi rnasih terlalu mepet, walaupun sudah menggambarkan ketersediaan aset yang ada rnampu untul( menutup utang lancar. Angka 1,5 X lebih arnan untuk digunakan sebagai batas bawah (Toto Prihadi, 2008:21 ). Dari tabel 4.1 terdapat 13 kategori perusahaan yang rnelakukan stock split, perusahaan yang merniliki current ratio paling tinggi adalah Tempo Scan Pacifik yaitu sebesar 4.39 perusahaan ini dapat rnenutupi sernua hutang lancarnya dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Angka ini sangat bagus karena aset lancar yang dimiliki perusahaan Tempo Scan Pacipik sangat banyak dan cukup untuk menutupi utang lancarnya. Sedangkan perusahaan yang memiliki likuiditas yang rendah yaitu perusahaan Pelayaran Tempuran Emas dengan rasio sebesar 0.39. Kondisi perusahaan ini sangat buruk, karena aset lancar perusahaan yang dimiliki tidak mampu rnenutupi hutang lancarnya. Karena Angka satu kali (1 X) mence1minkan aset lancar sama dengan utang lancar. Angka 1,5 X lebih aman untuk digunakan sebagai batas bawah (Toto Prihadi, 2008:21 ). Tabet 4.2 Current Ratio Perusahaan yang tidak Melakuk:m Stock Split NO I 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 KODEEMITEN AALI AMFG AUTO APEX BRAM FASW IMAS KLBF MASA MYOR SIPD SMDR UNVR NAMA PERUSAHAAN Astra Agro Lestari Asahimas Flat Glass Astra Oto]2mis Apexindo Pratama Duta Branta Mulia Fajar Surya Wisesa Indomobil Sukses International KalbeFarma Multi Strada Arah Sarana Mayora Indah Sierad Produce Samudra Indonesia Unilever Indonesia Rata-rata CR 1.02 2.70 2.04 3.69 3.93 1.85 1.07 4.26 1.39 3.18 3.79 2.21 1.35 2.49 Sumber: Data Diolah Semakin tinggi rasio ini berarti semakin bagus karena menunjukkan bahwa perusahaan mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya tepat waktu. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan sehingga kinerja perusahaan tersebut semakin baik. Rasio lancar (current ratio) adalah rasio untuk mengukur sm11pai seberapa jauh aset lallcar perusahaan mampu untuk melunasi kewajibm1 jangka pendeknya. Semakin tinggi rasio ini akall semakin amall bagi !creditor (Toto Prihadi, 2008:21). Semakin tinggi rasio ini akan semakin mnan bagi !creditor. Angka satu kali (1 X) mencerminkan aset Ian car sama dengan utang Ian car. Jadi masih terlalu mepet, walaupun sudah menggambarkan ketersediaan aset yang ada mampu untuk menutup utang lancar. Angka 1,5 X lebih aman untuk digunakan sebagai batas bawah (Toto Prihadi, 2008:21). Sedangkan dari kategori perusahaan yang tidak melakukan stock split pada table 4.2 perusahaan Kalbe Parma memiliki rasio te1iinggi sebesar 4.26, perusahaan ini dapat menutupi semua hutang lancamya dengan aktiva lancar yang dimiliki. Angka ini sangat bagus karena aset lancar yang dimiliki perusahaan Kalbe Parma sangat banyak dan cukup untuk menutupi utang lancarnya sedangkan perusahaan. Astra Agro Lestari yang memiliki angka terendah yaitu 1.02. Kondisi perusahaan ini masih belum aman , karnna aset lancar yang dimiliki perusahaan tidak besarnya sama dengan hutang lancarnya. Karena Anglea sal:u kali (lX) mencerminkan aset lancar sama dengan utang lancar. Angka 1,5 X lebih aman untuk digunakan sebagai batas bawah (Toto Prihadi, 2008:21). Semakin tinggi rasio ini bera1ii semakin bagus karena menunjukkan bahwa perusahaan mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya tepat waktu. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan sehingga kinei:ja perusahaan tersebut semakin baik. b. Analisis Quick Ratio Tabel 4.3 Quick Ratio Perusahaan yang Melakukan Stock Split NO I 2 3 4 5 6 7 8 9 IO 11 12 _,_ 13 KODEEMITEN APOL EKAD INTA JRPT TMAS PJAA PLIN TSPC AKRA ANTM CPIN SMGR .. SOBI ~, NAMA PERUSAHAAN Arpeni Pratama Ocean Line Ekadhanna International Intraco Penta Jaya Real Property Pelayaran Tempuran Emas Pembangunan Jaya Ancol Plaza Indonesia Realty Tem120 Scan Pacifik AKR Corporindo Aneka Tan1bang Charoen Pokphand Indonesia Semen Gresik Persero Sorini Corporation Rata -rata QR 1.98 2.51 2.06 1.85 0.39 2.48 4.15 3.35 0.70 2.39 0.78 1.99 0.97 1.97 Sumber : Data Diolah Quick ratio yaitu basil pembagian antara aktiva lancar setelal1 dikurangi persediaan dengan kewajiban jangka pendek. Rasio ini digunakan untuk mengukur likuiditas dengan jangka yang sangat pendek. Quick ratio hanya memperhitungkan aset yang sudal1 lebih dekat dengan uang tunai. Dari label 4.3 dapat dilihat pada perusahaan yang melakukan stock split perusahaan Plaza Indonesia Realty yang paling tinggi quick ratio-nya yaitu sebesar 4.15. Hal ini berarti Plaza Realty Indonesia mampu melunasi hutang jangka sangat pencleknya tepat walctu, karena nilai quick ratio-nya sangat tinggi. Sedangkan pada tabel 4.3 perusahaan yang memiliki quick ratio yang paling rendah adalah Pelayaran Tempuran Emas yaitu sebesar 0.38. Hal ini berarti perusahaan tersebut memiliki likuiditas perusahaan jangka sangat pendeknya sangat rendah, dan tidak bagus. Quick ratio sampai saat ini masih sangat popular. Angka IX dianggap cukup aman. Pada perusahaan tertentu climana unsur persecliaan clan uang muka sangat kecil, maka perhitungan quick ratio clan current ratio akan menghasilkan angka yang berdekatan (Toto Prihacli, 2008:22-23). Tabet 4.4 Quick Ratio Perusahaan yang tidak Melakukan Stock Split NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 KODEEMITEN AALI AMFG AUTO APEX BRAM FASW IMAS KLBF MASA MYOR SIPD SMDR UNVR NAMA PERUSAHAAN Astra Agro Lestari Asahimas Flat Glass Astra Otoparts Apexindo Pratama Duta Branta Mulia Fajar Surva Wisesa Indomobil Sukses International Kalbe Fanna Multi Strada Arah Sarana Mayora Indah Sierad Produce Samudra Indonesia Unilever Indonesia Rata-rata QR 0.70 1.24 1.16 3.19 2.29 0.83 0.83 2.92 0.59 2.15 2.49 2.19 0.84 1.65 Sumber ; Data Diolah Sedangkan dari kategori perusahaan yang tidak melakukan stock split pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa ada dua perusahaan yang memiliki quick ratio yang paling tinggi yaitu Apexindo Pratama Duta yaitu dengan quick ratio sebesar 3.19. Sedangkan perusahaan yang memiliki quick ratio yang paling rendah yaitu Multi Strada Arah sarana yaitu sebesar 0.59. Dengan demikian perusahaan ini memiliki likuiditas perusahaan jangka sangat pendek sangat rendah. Semakin besar rasio ini berarti semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan sehingga kinerja perusahaan terse but semakin baik. 2. Rasio Solvabilitas Menurut Van Horne (2005:209) Agar dapat menilai sejauh mana perusahaan menggunakan uang yang dipinjam, kita dapat menggunakan beberapa rasio utang (debt ratio), diantaranya: a. Analisis Debt to Equity Ratio Rasio utang terhadap ekuitas dihitung hanya dengan membagi total utang perusabaan (termasuk kewajiban jangka pendek) dengan ekuitas pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin buruk kondisi solvabilitasnya. Rasio sebesar 2.33 X, yaitu 70% utang dan 30% modal, cukup layak untuk dijadikan sebagai pedoman (Toto Prihadi, 2008:93) Tabel 4.5 Debt to Equity Ratio Perusahaan yang Melakukan Stock Split NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 KODEEMITEN APOL EKAD INTA JRPT TMAS PJAA PUN TSPC AKRA ANTM CPIN SMGR SOBI NAMA PERUSAHAAN Arpeni Pratama Ocean Line Ekadharma International Intraco Penta Jaya Real Property Pelayaran Tempuran Emas Pembangunan Jaya Ancol Plaza Indonesia Rea.lty Tempo Scan Pacifik AKR Coq~orindo Aneka Tambang Charoen Pokphand Indonesia Semen Gresik Persero Sorini Corporation Rata -rata ~ Sumber : Data Diolah DER 1.93 0.29 1.68 0.55 1.59 0.32 0.39 0.23 1.35 0.55 3.33 0.42 0.67 1.02 Rasio ini bertttjuan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan likuidasi. Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas dalam penelitian ini yaitu leverage ratio. Leverage ratio merupakan hasil bagi antara total debt dengan total assets. Semakin kecil rasio ini berarti menunjukkan bahwa perusahaan man1pu menutup hutang-hutangnya kepada pihak luar. Solvable suatu perusahaan, maka kinerja perusahaan tersebut s1~makin bagus. Pada label 4.5 perusahaan yang melakukan stock split, Charoen Pokphand Indonesia merupakan perusahaan yang memiliki DER yang paling tinggi yaitu sebesar 3.33 disusul oleh Arpeni Pratama Ocean Line sebesar 1.93, Intraco Penta yaitu dengan leverage sebesar 1.68, Pelayaran Tempuran Emas 1.59, dan AKR Corporindo leverage rationya sebesar 1.35. Keempat perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang memiliki debt to equity-nya diatas rata-rata. Dengan demikian dapat dikatakan keempat pernsahaan terdebut memiliki kondisi solvabilitas yang buruk. Hal ini dibuktikan dengan angka debt to equity-nya yang tinggi. Sedangkan perusahaan yang memiliki debt to equity yang paling rendah adalah Tempo Scan Pacipik sebesar 0.23 dapat dilihat pada tabel 4.5. Dengan demikian Tempo Scan Pacipik mampu menutup hutang-hutangnya kepada pihak luar, ha! ini dibuktikan nilai debt to equity ratio-nya rendah. Kondisi ini dapat dikatakan bagus karena perusahaan semakin kecil rasio ini berarti menunjukkan bahwa perusahaan mampu menutup hutang-hutangnya kepada pihak luar. Tabel 4.6 Debt to Equity Ratio Perusahaan yang tidak Melakuk:m Stock Split NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 KODEEMITEN AALI AMFG AUTO APEX BRAM FASW IMAS KLBF MASA MYOR SIPD SMDR UNVR NAMA PERUSAHAAN Astra Agro Lestari Asahimas Flat Glass Astra Otopaiis Apexindo Pratama Duta Brai1ta Mulia Fajar Surya Wise:m Indomobil Sukses International KalbeFaima Multi Strada Arab Sarana Mayora Indah Sierad Produce Sanmdra Indonesia Unilever Indonesia Rata -rata DER 0.31 0.34 1.93 1.41 0.61 1.91 0.32 0.76 0.33 0.66 0.13 0.72 0.76 0.77 Sumber : Data Diolah Rasio ini bertujuai1 untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibmmya apabila perusahaan likuiclasi. Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas dalam penelitiai1 ini yaitu leverage ratio. Leverage ratio merupakan hasil bagi antara total debt dengan total assets. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin buruk kondisi solvabilitasnya. Rasio sebesar 2.33 X, yaitu 70% utang dan 30% modal, cukup layak untuk clijadikan sebagai pedoman (Toto Prihadi, 2008:93) Tabel 4.6 kategori perusahaan yang tidak melakukan stock split Astra Otoparts memiliki leverage ratio paling tinggi yaitu sebesar 1.93. Masih ada beberapa perusahaan lagi yang memiliki leverage ratio diatas rata-rata yaitu Fajar Surya Wisesa sebesar 1.91, kemudian Apexindo Pratama Duta sebesar I .41. Ketiga perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang memiliki debt to equity-nya diatas rata-rata. Dengan demikian dapat dikatakan keempat perusahaan terdebut memiliki kondisi solvabilitas yang buruk. Hal ini dibuktikan dengan angka debt to equity-nya yang tinggi. Sedangkan perusahaan yang memiliki leverage ratio yang paling kecil adalah Sierad Produce yaitu sebesar 0.13. Dengan demikian Tempo Scan Pacipik 'mampu menutup hutang-hutangnya kepada pihak luar, ha! ini dibuktikan nilai debt to equity ratio-nya rendah. Kondisi ini dapat dikatakan bagus karena perusahaan semakin kecil rasio ini berarti menunjukkan bahwa pernsahaan mampu menutup lmtang-hutangnya kepada pihak luar. Solvable suatu perusahaan, maka kine1ja perusahaan tersebut semakin bagus. 3. Rasio Profitabilitas a. Analisis Return On Equity Tabel 4.7 Return On Equity Perusahaan yang Melakukan Stock Split NO I 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 KODEEMITEN APOL EKAD INTA JRPT TMAS PJAA PLIN TSPC AKRA ANTM CPIN SMGR SOBI NAMA PERUSAHAAN Arpeni Pratama Ocean Line Ekadharma International Intraco Penta Jaya Real Property Pelavaran Tempuran Emas Pembangunan Jaya Ancol Plaza Indonesia Realty Tempo Scan Pacifik AKR Corporindo Aneka Tambang Charoen Pokphand Indonesia Semen Gresik Persero Sorini Corporation Rata -rata ROE 0.17 0.14 0.04 0.11 0.09 0.25 0.12 0.19 0.13 0.63 0.16 0.18 0.09 0.18 Sumber : Data Diolah Rasio ini menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak manajemen dalam memaksimumkan tingkat hasil pengembalian investasi pemegang saham dan menekankan pada hasil pendapatan sehubungan dengan jumlah yang diinvestasikan. Rasio ini disebut juga dengan rasio pengembalian atas ekuitas saham (Dewi Astuti, 2004:37). Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat kembalian yang lebih besar pada pemegang saham (Darsono dan Ashari, 2005 :57). Rasio ini juga disebut rasio rentabilitas yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan Iaba melalui semua kemampuan sumber yang ada return on equity yaitu hasil pembagian antara net profit after tax dengan total equity. Yang dimaksud dengan ekuitas adalah seluruh ekuitas. Ekuitas kadang disebut juga dengan net assets. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat kembalian yang lebih besar pada pemegang saham. Pada label 4.7 terlihat Aneka Tambang merupakan perusahaan yang memiliki return on equity paling tinggi yaitu sebesar 0.63, ha! ini berarti perusahaan Aneka Tambang mampu mampu memberikan tingkat kembalian yang sangat besar kepada pemegang saham dan profit yang di dapatkan besar pula. Perusahaan Aneka Tambang memiliki ROE yang sudah bagus. Sedangkan perusahaan yang memiliki return on equity paling rendah adalah Intraco Penta yaitu sebesar 0.04, ha! ini bermti tingkat kembalian yang diterima pemegang saham sangat rendah dan profit yang didapatkan kecil. ,-, . L {"' ! PFPPUSTl\K/.,. UJN SY.AHl!J Jl\K/1RT A ..... i I \ ···--·-----·····__! Tabel 4.8 Return On Equity Perusahaan yang tidak Melalrnkan Stock Split NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 IO 11 12 13 KODEEMITEN AALI AMFG AUTO APEX BRAM FASW IMAS KLBF MASA MYOR SIPD SMDR UNVR NAMA PERUSAHAAN Astra Agro Lestari Asahimas Flat Glass Astra Otoparts Aoexindo Pratama Duta Branta Mulia Fajar Surya Wise.sa Indomobil Sukses International Kalbe Farma Multi Strada Arah Sarana Mayora Indah Sierad Produce Samudra Indonesia Unilever Indonesia Rata -rata ROE 0.33 0.08 0.17 0.11 0.05 0.13 0.25 0.44 0.02 0.10 0.07 0.37 0.95 0.24 Sumber : Data Diolah Rasio ini menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihalc manajemen dalam memaksimumkan tingkat hasil pengembalian investasi pemegang sahan1 dan menekankan pada hasil pendapatan sehubungan denganjumlah yang diinvestasikan. Rasio ini disebut juga dengan rasio pengembalian atas ekuitas sal1am (Dewi Astuti, 2004:37). Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat kembalian yang Iebih besar pada pemegang saham (Darsono dan Ashari, 2005 :57). Rasio ini juga disebut rasio rentabilitas yang menggambarkan kemampuan perusalrnan mendapatkan laba me!alui semua kemampuan sumber yang ada return on equity yaitu basil pembagian antara net pro.fit after tax dengan total equity. Yang dimaksud dengan ekuitas adalah selurnh ekuitas. Ekuitas kadang disebut juga dengan net assets. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat kembalian yang lebih besaT pada pemegang saham. Sedangkan kategori pernsahaan yang tidak melakukan stock split ada 5 pernsahaan diatas nilai rata-rata return on equity. Unilever Indonesia memiliki return on eqity sebesar 0.95, ha! ini merupakan nilai tertinggi berarti perusahaan Unilever Indonesia mampu memberikan tingkat kembalian yang besar kepada pemegang saham dan profit yang di dapatkan besar pula. Perusahaan yang memiliki return on equity dibawah rata-rata adalah Multi Strada Arah Sarana yaitu sebesar 0.02, kondisi ini tidak bagus bagi pernsahaan, karena tingkat kembalian yang diterima pemegang saham sangat rendah dan profit yang didapatkan kecil. b. Analisis Net Profit Margin Rasio ini mencenninkan kemampuan perusahaan dalan1 mengendalikan biaya dan pengeluaran sehubungan dengan penjualan (Dewi Astuti, 2004:36). Tabel 4.9 Net Profit Margin Perusahaan yang Melakukan Stock Split NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 KODEEMITEN APOL EKAD INTA JRPT TMAS PJAA PLIN TSPC AKRA ANTM CPIN SMGR SOBI NAMA PERUSAHAAN Arpeni Pratama Ocean Line Ekadharma International Intraco Penta Jaya Real Property Pelavaran Tempuran Emas Pembangunan Jaya Ancol Plaza Indonesia Realty Tempo Scan Pacifik AKR Coroorindo Aneka Tan1bang Charoen Pokphand Indonesia Semen Gresik Persero Sorini Corporation Rata -rata NPM 0.14 0.05 0.01 0.21 0.03 0.18 0.31 0.09 0.03 0.48 0.03 0.16 0.03 0.14 Sumber : Data Diolah Net Profit Margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Besarnya profit margin inilah yang menunjukkan besar perolehan dana yang berasal dari usaha yang berhasil dikumpulkan oleh perusahaan dalam kurun waktu 1 tahun dan selanjutnya dapat digunakan untuk dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen atau di investasikan kembali dalan1 perusahaan untuk memperbesar modal perusahaan. Dari tabel 4.9 terlihat bahwa perusahaan yang melakukan stock split memiliki rata-rata net profit margin lebih besar jika dibandingkan dengan rata-rata net profit margin perusahaan yang tidak melakukan stock split. Perusahaan yang melakukan stock split merniliki net profit margin memiliki rata-rata sebesar 0.14. Terdapat 6 perusahaan yang memiliki net profit margin diatas rata-rata yaitu Aneka Tambang memiliki net profit margin tertinggi sebesar 0.48, kemudian Plaza Indonsia Realty sebesar 0.31, Jaya Real Property 0.21, Pembangunan Jaya Ancol sebesar 0.18, Semen Gresik Persero 0.16 dan Arpeni Pratama Ocean Line memiliki net profit margin sebesar 0.14. Hal ini berarti keenam perusahaan tersebut memiliki kemampuan dalam mengendalikan biaya dan pengeluaran sehubungan dengan penjualan dapat dikatakan bagus. Perusahaan yang memiliki net profit margin diatas rata-rata mempunyai kemampuan lebih dalam menghasilkan laba perusahaan dibandingkan dengan perusahaanpernsahaan yang memiliki net profit margin dibawah rata-rata. Sedangkan perusahaan yang memiliki net profit margin dibawah rata-rata ada 7 perusahaan. Perusahaan yang memiliki net profit margin paling kecii adalah Intraco Penta yaitu sebesar 0.01, ha! ini berarti Intraco Penta memiliki kemampuan dalam menghasilkan laba perusahaan sangat rendah. Kondisi ini tidak bagus karena profit margin yang didapatkan pernsahaan kecil. ,• Tabel 4.10 Net Profit Margin Perusahaan yang tidlak Melakukan Stock Split NO I 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 KODEEMITEN AALI AMFG AUTO APEX BRAM FASW IMAS KLBF MASA MYOR SIPD SMDR UNVR NAMA PERUSAHAAN Astra Agro Lestari Asahimas Flat Glass Astra Otoparts Apexindo Pratama Dula Branta Mulia Fajar Surya Wisesa Indomobil Sukses International KalbeFarma Multi Strada Arah Saran.a Mayora Indah Sierad Produce Samudra Indonesia Unilever Indonesia Rata-rata NPM 0.29 0.07 0.14 0.18 0.01 0.07 0.18 0.11 0.04 0.05 0.04 0.06 0.20 0.11 Sumber : Data Diolah Net Profit Margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Besarnya profit margin inilah yang menunjukkan besar perolehan dana yang berasal dari usaha yang berhasil dikumpuikan oleh perusahaan dalam kururn waktu 1 tahun dan selaitjutnya dapat digunakan untuk dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen atau di investasikan kembali dalam perusahaan untuk memperbesai· modal perusahaan. Dalam kategori perusahaan yang tidak melakukan stock split ada 5 perusahaan yang memiliki net profit margin diatas rata-rata. Astra Agro Lestai·i meruapakan perusahaan yang memiliki net profit margin paling tinggi yaitu sebesar 0.29. Perusahaan yang memiliki net profit margin diatas rata-rata mempunyai kemampufil1 lebih clalam menghasilkan laba perusahafil1 dibanclingkan dengan perusahaan-perusahaan yang memiliki net profit margin dibawah rata-rata. Kondisi dapat dikatakan bagus karena menunjukkfill bahwa Astra Agro Lestari merniliki kemampuan lebih dalfilll menghasilkfill laba clibandingkan perusahaan lainnya. Sedangkan perusahaan yfillg memiliki net profit margin dibawah rata-rata ada 8 perusahafill dan perusahaan yang memiliki net profit margin paling kecil adalah Brfillta Mulia sebesar 0.01. Kondisi ini tidak bagus, karena Branta Mulia memiliki kemampuan dalam menghasilkan laba perusahaan sfillgat rendah. Kondisi ini tidak bagus kfil·ena profit margin yang clidapatkan perusahaan kecil. 4. Rasio Aktivitas a. Analisis Total Asset Tumover Tabel 4.11 Total Asset Tumover Perusahaan yang Melakukan Stock Split NO 1 2 ~ .) 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 KODEEMITEN APOL EKAD INTA JRPT TMAS PJAA PLIN TSPC AKRA ANTM CPIN SMGR SOBI NAMA PERUSAHAAN Arpeni Pratama Ocean Line Ekadharma International Intraco Penta Jaya Real Property Pelayaran Tempuran Emas Pembangunan Jaya Ancol Plaza Indonesia Realty Tempo Scan Pacifik AKR Corporindo Aneka Tambang Charoen Pokphand Indonesia Semen Gresik Persero Sorini Cornoration Rata-rata TAT 0.23 0.04 0.06 0.30 0.06 0.24 0.56 0.12 0.06 0.65 0.05 0.21 0.05 0.20 Sumber : Data D10lah Rasio aktivitas disebut juga rasio perputaran total aktiva (total asset turnove1), merupakan ukuran keseluruhan perputaran seluruh asset. Rasio ini eukup sering digunakan karena cakupannya yang menyeluruh. Tanpa memandang jenis usaha, rasio ini dapat menggambarkan sampai seberapa baik duk:ungan seluruh aset untuk memperoleh peajualan (Toto Prihadi, 2008:41). Rasio ini menunjuk:kan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Dari tabel 4.11 pada perusahaan yang tergolong melakukan stock split ada 5 perusahaan yang memiliki total asset turnover diatas rata-rata, perusahaan yang memiliki total asset turnover paling tinggi adalah Aneka Tambang yaitu sebesar 0.66, berarti kemampuan perputaran total aktiva perusahaan Aneka Tambang menciptakan penjualan cukup tinggi, kondisi ini dapat dikatakan bagus. ' Pada tabel 4.11 perusahaan yang memiliki total asset turnover dibawah rata-rata ada 8 perusahaan. Ekadharma International merupakan perusahaan yang memiliki total asset turnover paling kecil yaitu sebesar 0.04, berarti kemampuan perputaran total aktiva perusahaan Ekadharma International dalam menciptakan penjualan rendah. Kondisi ini tidak bagus karena perputaran total aktiva untuk menciptakan penjualan sangat rendah. Tabel 4.12 Total Asset Turnover Perusahaau yaug tidak Melakukan Stock Split NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 KODEEMITEN AALI AMFG AUTO APEX BRAM FASW IMAS KLBF MASA MYOR SIPD SMDR UNVR NAMA PERUSAHAAN Astra Agro Lestari Asahimas Flat Glass Astra Otoparts Apexindo Pratama Duta Branta Mulia Fajar Surya Wisesa Indomobil Sukses International Kalbe Fanna Multi Strada Arah Sarana Mayora Indah Sierad Produce Samudra Indonesia Unilever Indonesia Rata-rata TAT 0.42 0.12 0.23 0.33 0.05 0.10 0.24 0.19 0.09 0.09 0.06 0.12 0.14 0.17 Sumber : Data Diolah Rasio aktivitas disebut juga rasio perputaran total aktiva (total asset turnover), merupakan ukuran keseluruhan perputaran seluruh asset. Rasio ini culrnp sering digunakan karena cakupannya yang menyeluruh. Tanpa memandang jenis usaha, rasio ini dapat menggambarkan sampai seberapa baik dukungan seluruh aset untuk memperoleh penjualan (Toto Prihadi, 2008:41). Rasio ini menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh ke:mampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Sedangkan pada table 4.12 kategori perusahaan yang tidak melakukan stock split yang memiliki total asset turnover paling tinggi adalah Astra Agro Lestari yaitu sebesar 0.42, berarti kemampuan perputaran total aktiva perusahaan Astra Agro Lestari menciptakan penjualan sangat tinggi kondisi ini dikatakan bagus. Sementara perusahaan yang memiliki total asset turnover paling rendah adalah Branta Mulia yaitu hanya sebesar 0.05. Dengan demikian perputaran seluruh asset perusahaan Branta Mulia sangat rendah jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya yang tidak melakukan stock split dengan nilai total asset turnover-nya dibawah rata-rata. Kondisi ini tidak bagus karena perputaran total aktiva untuk menciptakan penjualan sangat rendah. 5. Analisis Price Earning Ratio Tabel 4.13 Price Eaming Ratio P erusa Iiaan rane. MI e am I k an StockS•fJ•rt l KODEEMITEN NAMA PERUSAHAAN NO A11Jeni Pratama Ocean Line 1 APOL Ekadharma International 2 EKAD INTA Intraco Penta 3 Jaya Real Property 4 JRPT Pelayaran Tempuran Emas 5 TMAS Pembangunan Jaya Ancol PJAA 6 PLIN Plaza Indonesia Realty 7 TSPC Tempo Scan Pacifik 8 AKR Comorindo 9 AKRA 10 ANTM Aneka Tambang Charoen Pokphand Indonesia 11 CPIN Semen Gresik Persero 12 SMGR Sorini Corporation SOBI 13 Rata -rata Sumber : Data Diolah PER 9.89 15.52 29.35 33.67 29.61 12.93 25.12 14.86 19.86 4.48 9.03 23.60 12.33 18.48 Rasia harga/laba (price/earning ratio) menunjukkanjumlah uang yang rela dikcluarkan oleh para investor untuk membayar setiap dolar laba yang dilaporkan (Brigham, Houston 2006:110). Price earning ratio membandingkan antara harga saham di pasar modal dan laba per lembar saham yang diperoleh pemilik perusahaan. Harga per lembar saham (price per share) merupakan indikator berapa besar nilai (value) yang diapresiasikan oleh investor terhadap nilai pernsahaan. Dari tabel 4.13 terlihat bahwa ada 6 pernsahaan yang memiliki nilai price earning ratio diatas rata-·rata. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai tertinggi adalah Jaya Real Property yaitu sebesar 33.67, berarti nilai (value) yang diapresiasikan oleh investor terhadap nilai perusahaan yaitu sebesar 33 .67 kali. Sedangkan perusahaan yang memiliki price earning ratio dibawah rata-rata ada 7 perusahaan, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai paling rendah adalah Aneka Tambang yaitu sebesar 4.48, berarti nilai (value) yang diapresiasikan oleh investor terhadap nilai perusahaan Aneka Tambang hanya sebesar 4.48 kali. Tabet 4.14 Price Eaming Ratio p erusa h aan yang fd 1 a I{ M eIam I k an StocIi( S l!_l't I NO 1 2 3 4 5 6 ~-- ..,I 8 9 10 11 12 13 KODEEMITEN A.ALI -· A.MFG AUTO APEX BRAM FA.SW IMAS KLBF MA.SA MYOR SIPD SMDR UNVR - NA.MA PERUSAHAAN Astra Agro Lestari Asahimas Flat Glass Astra Otoparts Apexindo Pratama Duta Branta Mulia Fajar Surya Wisesa Indomobil Sukses International KalbeFanna Multi Strada A.rah Sarana Mayora Indah Sierad Produce Samudra Indonesia Unilever Indonesia Rata -rata PER 17.70 9.42 17.28 22.04 46.69 28.01 12.93 15.39 55.78 9.32 11.47 3.51 22.64 20.94 Sumber : Data Diolah Untuk kategori perusahaan yang tidak melakukan stock split ada 5 perusahaan yang memiliki nilai price earning ratio diatas rata-rata, dan perusahaan yang memiliki nilai yang paling tinggi yaitu perusahaan Multi Strada A.rah Sarana sebesar 55.78, bermii nilai (value) yang diapresiasikan oleh investor terhadap nilai perusahaan yaitu sebesar 55.78 kali. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai price earning ratio yang paling rendah adalah Samudra Indonesia yang hanya sebesar 3 .51, berarti nilai (value) yang diapresiasikan oleh investor terhadap nilai perusahaan Samudra Indonesia sebesar 3.51 kali. Semakin kecil rasio ini semakin bagus. 6. Analisis Price to Book Value Tabel 4.15 Price to Book Value Perusahaan yang Melakukan Stock Split NO I 2 3 4 5 6 7 8 9 IO II 12 13 KODEEMITEN APOL EKAD INTA JRPT TMAS PJAA PLIN TSPC AKRA ANTM CPIN SMGR SOBI NAMA PERUSAHAAN Arpeni Pratama Ocean Line Ekadhmma International Intraco Penta Jaya Real Property Pelayaran Tempuran Emas Pembangunan Jaya Ancol Plaza Indonesia Realty Tempo Scan Pacifik AKR Coroorindo Aneka Tmnbang Chmoen Pokohand Indonesia Semen Gresik Persero Sorini Corporation Rata-rata PBV 1.52 1.55 0.67 2.70 2.36 2.26 2.50 2.09 3.07 3.96 2.14 5.34 0.93 2.39 ' Sumber : Data D10lah Sedm1gkan price to book value, ras10 ini mencerminkan kemahalan harga saham perusahaan dan nilai buku per lembar saham. Pengertian book disini adalal1 nilai buku dari ekuitas. Nilai ini diperoleh dengan mengambil total ekuitas sebagai book value. Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat perusahaan yang memiliki nilai PB V paling tinggi adalah Semen Gresik yaitu sebesar 5.34. Berarti kemampuan perusahaan Semen Gresik dalam menciptakan nilai terhadap pemegang saham cukup tinggi yaitu sebesar 5 .34 kali. Sedangkan pad a label 4 .15 perusahaan yang memiliki nilai paling rendal1 yaitu lntraco Penta sebesar 0.67 dan satu tingkat diatasnya yaitu perusalrnan Sorini Corporation yang memiliki nilai PBV sebesar 0.93. Bera1ii kemampuan perusahaan dalam menciptalrnn nilai terhadap pemegang saham Intraco Penta yaitu 0.67 kali dan Sorini Corporation 0.93 kali. Semakin kecil rasio ini semakin bagus. Tabel 4.16 Price to Book Value Perusahaan yang tidak Melalrnkan Stock Split NO 1 2 3 4 ~· 5 6 7 8 9 10 11 12 13 KODEEMITEN AALI AMFG AUTO APEX BRAM FASW !MAS KLBF MASA MYOR SIPD SMDR UNVR Sumber : Data Diolah NAMA PERUSAHAAN Astra Agro Lestari Asahimas Flat Glass Astra Oto paiis Apexindo Pratama Duta Branta Mulia Fajar Surya Wisesa lndomobil Sukses International KalbeFanna Multi Strada Arab Sarana Mayora Inclah Sierad Produce Samudra Indonesia Unilever Indonesia Rata -rata PBV 7.88 1.26 0.61 3.08 1.03 2.43 2.26 4.21 1.90 1.45 0.48 0.80 15.01 3.26 Untuk kategori perusahaan yang tidak melakukan stock split pada tabil 4.16 ada 3 perusahaan yang memiliki nilai PBV diatas rata-rata. Unilever Indonesia memiliki nilai PBV paling tinggi yaitu sebesar 15.01, kemudian Astra Agro Lestari dengan nilai PBV sebesar 7.88, dan yang terakhir adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi yaitu Kalbe Farma dengan nilai PBV sebesar 4.21. Berarti kemarnpuan perusahaan tersebut dalam menciptakan nilai terhadap pemegang saham sangat tinggi yaitu Unilever Indonesia sebesar 15.01 kali, Astra Agro Lestari 7.88 kali dan Kalbe Fanna 4.21 kali, kondisi ini bagus karena dapat mensejahterakan pemegang saham. Sedangkan pada tabel 4.16 perusahaan yang memiliki nilai PBV dibawah rata-rata ada 10 perusahaan dan perusahaan yang memiliki nilai PBV paling rendah adalah Sierad Produce yaitu sebesar 0.48. Berarti kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai terhadap pemegang saham rendah, hanya sebesar 0.48 kali. Semakin kecil rasio ini semakin bagus. NO Tabel 4.17 Rasio Rata-Rata Perusahaan yang Melakukan Stock Split dan P erusa h aan yang t1'd a k M earn. I l k an Stoe ~' .:.ip..zt t' /' Nama Rasio Bukan Stock Split Stock Split 1 Ctment Ratio 2.58 2.49 2 Quick Ratio 1.97 1.65 3 Debt to Equity Ratio 1.02 0.77 4 Return On Equity 0.18 0.24 5 Net Profit Margin 0.14 0.11 6 Total Asset Turnover 0.20 0.17 7 Price Earning Ratio 18.48 20.94 8 Price to Book Value 2.39 3.26 Rata-Rata 3.37 3.70 Sumber : Data Diolah Basil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata rasio antara perusahaan yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split tidak jauh berbeda hanya memiliki selisih point sebesar 0.33, dapat dilihat pada tabel 4.17. Rasio perusahaan yang melakukan stock split memiliki keunggulan pada current ratio, quick ratio, net profit margin, dan total asset turnover, price earning ratio dan price to book value. Sedangkan pada kategori perusahaan yang tidak melakukan stock split mempimyai keunggulan pada leverage ratio, dan return on equity. Secara keseluruhan perusahaan yang melakukan stock split memiliki nilai rata-rata rasio lebih rendah dari pada perusahaan yang tidak melakukan stock split. B. Uji Mann-Whitney Tabel 4.19 Hasil Output SPSS Untuk Current Ratio Yang Menggambarkan Tingkat Likuiditas Ranks I PERUSAHAAN CR Stock Split N 13 Bukan Stock Split 13 Total 26 14.00 Sum of Ranks 182.00 13.00 169.00 Mea n Rank Test Statistics(b) Mann-Whitney U WilcoxonW z CR 78.000 169.000 -.333 Asymp. Sig. (2-tailed) .739 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .762(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: PERUSAHAAN Dari hasil output SPSS mann ·whitney test tersebut memu\jukkan dari jumlah sampel yang sebesar 26, perusahaan yang melakukan stock split sebesar 13 clan perusahaan yang tidak: melak:uk:an stock split sebanyak 13. Output SPSS tersebut menunjukkan nilai Asimp.Sig (2-tailed) pada tabel test statistic (0.739) > a (0.05) level of significant, hal ini berarti (Ho) tidak: ditolak:. Jadi tidak terdapat perbedaan current ratio, antara perusahaan yang melak:ukan stock split dengan perusahaan yang tidak: melakukan stock split. Tabet 4.20 Hasil Output SPSS Untuk Quick Ratio Yang Menggambarkan Tinglmt Likuiditas Ranks I PERUSAHAAN QR N 13 Stock Split Bukan Stock Split Total 13 26 Mea n Rank 14.19 12.81 Sum of Ranks 184.50 166.50 Test Statistics(b) Mann-Whitney U WilcoxonW z QR 75.500 166.500 Asymp. Sig. (2-tailed) -.462 .644 Exact Sig. [2'(1-tailed Sig.)] .650(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: PERUSAHAAN Dari hasil output SPSS mann whitney test tersebut menunjukkan dari jumlah sampel yang sebesar 26, perusahaan yang melakukan stock split sebesar 13 dan perusahaan yang tidak melakukan stock split sebanyak 13. Output SPSS tersebut menuqjukkan nilai Asimp.Sig (2-tailed) pada tabel test statistic (0.644) > a (0.05) level of significant, ha! ini berarti (Ho) tidak ditolak. Jadi tidak terdapat perbedaan quick ratio, antara pernsahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split. Tabel 4.21 Hasil Output SPSS VntukDebt to Equity Ratio Yang Menggambarkan Tingkat Solvabilitas Ranks I PERUSAHAAN Stock Split DER Bukan Stock Split Total N 13 Mean Hank 13.85 Sum of Ranks 180.00 13 13.15 171.00 26 Test Statistics(b) Mann-Whitney U DEH 80.000 WilcoxonW 171.000 z Asymp. Sig. (2-tailed) -.231 .817 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .840(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: PERUSAHAAN Dari basil output SPSS mann whitney test tersebut menurJukkan dari jumlah sampel yang sebesar 26, pernsahaan yang melakukan stock split sebesar 13 dan perusahaan yang tidak melakukan stock split sebanyak 13. Output SPSS tersebut menunjuldrnn nilai Asimp. Sig (2-tailed) pada tabel test statistic (0.817) > a (0.05) level of significant, hal ini berarti (Ho) tidak ditolak. Jadi tidak terdapat perbedaan debt to equity ratio, antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split. Tabel 4.22 Hasil Output SPSS Untuk Return 011 Equity Yang Menggambarkan Tingkat Profitabilitas Ranks I PERUSAHAAN ROE N 13 Me~'lank 13.54 Sum of Ranks 176.00 Bukan Stock Split 13 13.46 175.00 Total 26 Stock Split Test Statistics(b) Mann-Whitney U WilcoxonW z ROE 84.000 175.000 -.026 Asymp. Sig. (2-tailed) .980 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variab!e: PERUSAHAAN Dari hasil output SPSS mann whitney test tersebut menunjukkan dari jumlah sampel yang sebesar 26, perusahaan yang melakukan stock split sebesar 13 dan perusahaan yang tidak melakukan stock split sebanyak 13. Output SPSS tersebut menunjukkan nilai Asimp.Sig (2-tailed) pada tabel test statistic (0.980) > a (0.05) level of significant, hal ini berarti (Ho) tidalc ditolak. Jadi tidalc terdapat perbedaan return on equity, antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split. Tabel 4.23 Hasil Output SPSS Untuk Net Profit Margin Yang Menggambarkan Tingkat Profitabilitas Ranks I PERUSAHAAN NPM Stock Split Bukan Stock Split N 13 13 Total 26 Mea n Rank 13.19 13.81 Sum of Ranks 171.50 179.50 Test Statistics(b) Mann-Whitney U WilcoxonW z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] NPM 80.500 171.500 -.206 .837 .840(a) a Not corrected for lies. b Grouping Variable: PERUSAHAAN Dari hasil output SPSS mann whitney test tersebut menunjukkan dari jumlah sampel yang sebesar 26, perusahaan yang melakukan stock split sebesar 13 dan perusahaan yang tidak melakukan stock split sebanyak 13. Output SPSS tersebut menunjukkan nilai Asimp.Sig (2-tailed) pada tabel test statistic (0.837) > a (0.05) level of significant, ha! ini beratti (Ho) tidak ditolak. Jadi tidak terdapat perbedaan net profit margin, antara perusahaan yang melakukan stock split dengan pernsahaan yang tidak melakukan stock split. Tabel 4.24 Hasil Output SPSS Untuk Total Asset Tumover Yang Menggambarkan Tingkat Aktivitas Ranks I PERUSAHAAN TAT Stock Split Bukan Stock Split Total N 13 Me,an Rank 12.96 Sum of Ranks 168.50 13 14.04 182.50 26 Test Statistics(b) Mann-Whitney U TAT 77.500 WilcoxonW 168.500 z -.360 Asymp. Sig. (2-tailed) .719 Exact Sig. [2'(1-tailed Sig.)] .724(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: PERUSAHAAN Dari hasil output SPSS mann whitney test tersebut menunjukkan dari jumlah sampel yang sebesar 26, perusahaan yang melakukan stock split sebesar 13 dan perusahaan yang tidak melakukan stock split sebanyak 13. Output SPSS tersebut menunjukkan nilai Asimp.Sig (2-tailed) pada tabel test statistic (0.719) > a (0.05) level of significant, ha! ini berarti (Ho) tidak ditolak. Jadi tidak terdapat perbedaan total asset turnover, antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split. Tabel 4.25 Hasil Output SPSS Untuk Price Earning Ratio Yang Menggambarkan Tingkat Harga Saham Ranks I PERUSAHAAN PER Stock Split N 13 Mean Hank 13.58 Sum of Hanks 176.50 Bukan Stock Split 13 13.42 174.50 Total 26 Test Statistics(b) Mann-Whitney U PEH 83.500 WilcoxonW 174.500 z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] -.051 .959 .960(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: PERUSAHAAN Dari hasil output SPSS mann whitney test tersebut menunjukkan dari jumlah sampel yang sebesar 26, perusahaan yang melakukan stock split sebesar 13 dan perusahaan yang tidak melakukan stock split sebanyak 13. Output SPSS tersebut menunjukkan nilai Asimp.Sig (2-tailed) pada tabel test statistic (0.959) > a (0.05) level of significant, hal ini berarti (Ho) tidak ditolak. Jadi tidak terdapat perbedaan price earning ratio, antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split. Tabel 4.26 Hasil Output SPSS Uutuk Price to Book Value Yang Menggambarkau Tinglrnt Harga Saham Ranks I PERUSAHAAN PBV N 13 13 26 Stock Split Bukan Stock Split Total Me<an Rank 14.27 Sum of Ranks 185.50 12.73 165.50 Test Statistics(b) PBV Mann-Whitney U WilcoxonW z 74.500 165.500 -.513 Asymp. Sig. (2-tailed) .608 Exact Sig. [2"(1-tailed Sig.)] .614(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: PERUSAHAAN Dari hasil output SPSS mann whitney test tersebut menunjukkan dari jumlah sampel yang sebesar 26, perusahaan yang melakukan stock split sebesar 13 dan perusahaan yang tidak melakukan stock split sebanyak 13. Output SPSS tersebut menunjukkan nilai Asimp.Sig (2-tailed) pada tabel test statistic (0.608) > a (0.05) level (!f significant, hal ini berarti (Ho) tidak ditolak. Jadi tidak terdapat perbedaan price to book value, antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split. Tabel 4.27 Hasil Output SPSS Keseluruhan Rata-rata Rasio Nama Rasio No I Current Ratio 2 Ouick Ratio 3 Debt to Equity Ratio 4 Return On Equity 5 Net Profit Margin 6 Total Asset Turnover 7 Price Earning Ratio 8 Price To Book Value Significant 0.739 0.644 0.817 0.980 0.837 0.719 0.959 0.608 Kesimpulan Ho tidak ditolak Ho tidak ditolak Ho tidak ditolak Ho tidak ditolak Ho tidak clitolak Ho ticlak clitolak Ho ticlak ditolak Ho ticlalc ditolak Dari tabel 4.27, menggambarkan hasil keselurnhan perhitungan rasiorasio keuangan yang menjelaskan bahwa Ho tidak clitolak, ha! ini berarti bahwa secara keseluruhan tidak terclapat perbeclaan kinerja keuangan yang signifikan antara perusahaan yang melakukan stock split clengan perusahaan yang ticlak melakukan stock split. Selain itu juga ticlak acla perbedaan harga saham yang signifikan antara perusahaan yang melakukan stock split clengan pernsahaan yang tidak melakukan stock split. Sehingga dapat clisimpulkan secara statistik dengan menggunakan uji mann whitney antara perusahaan yang me!akukan stock split clengan perusahaan yang ticlak melakukan stock split ticlak memiliki perbeclaan yang signifikan clalam kinerja keuangan clan harga sahamnya. Hal ini bertolak belakang dengan signaling the01y yang menyatakan bahwa hanya perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang bagus saja yang man1pu melakukan stock split, clikarenakan stock split itu sencliri tidak menambah nilai ekonomis bagi perusahaan atau tidak secara langsung mempengaruhi cash flow perusahaan tetapi justru menambah biaya bagi perusahaan yang melakukannya sehingga hanya perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang bagus saja yang dapat melakukan stock split. C. Interpretasi Hasil perhitungan uji beda yang dilakukan dengan mann whitney test dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan dan tingkat harga saham kelompok perusahaan yang melakukan stock split dan kelompok perusahaan yang tidak melakukan stock split secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan dan tidak mendukung hipotesis altematif (Ha) dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini didnkung oleh Beni Suhenclra Winarso (2005) yang menganalisis tentang perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan yang melakukan stock split clengan perusahaan yang tidak melakukan stock split, pengujian tersebut mengacu pacla signalling theory. Objek penelitian pada perusahaan manufaktur yang melakukan stock split dan perusahaan yang ticlak melakukan stock :,plit di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitianya menunjukkan bahwa secara garis besar kinerja keuangan perusahaan yang melakukan stock split lebih baik clari pada kinerja keuangan pada perusahaan yang tidak melakukan stock split. Hal ini ditunjukkan dengan hasil yang diperoleh pada analisis rasio keuangan perusahaan yang meliputi current ratio, quick ratio, leverage ratio, return on investment, return on equity, net profit margin, serta total asset turnover. Namun secara statistik dengan menggunakan independent sample t-test antara perusahaan yang melakukan stock split dengan pernsahaan yang tidak melakukan stock split tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam kine1j a keuangannya. Hal ini bertolak belakang dengan signalling theory yang menyatakan bahwa hanya pernsahaan yang memiliki kine1ja keuangan yang bagus saja yang mampu melakukan stock split. Selain itu juga hasil penelitian ini di dukung oleh Marwata (2001) yang menguji perbedaan kinerja keuangan, harga saham dan pemecahan saham, dengan mengambil sampel sebanyak 54 perusahaan publik yang melakukan stock split pada tahun 1996- 1997. Hasilnya menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang melakukan stock split yang diukur dari laba bersih per lembar saham (EPS) tidak lebih tinggi daripada. perusahaan yang tidak melakukan stock split. Dengan demikian hasil penelitiam1ya tidak mendukung signalling theory. Namun hasil penelitian tentang tingkat harga saham berbeda, penelitian yang dilakukan Marwata (2001) menyatakan tingkat kemahalan harga saham, rasio hm·ga saham terhadap nilai buku (PBV) perusahaan yang melakukan stock split lebih mahal dari perusahaan yang tidak melakukan stock split. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat harga saham perusahaan yang melakukan stock split dan perusaham1 yang tidak melaknkan stock split tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Harjanti Widiastuti dan Usmara (2005) menguji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi stock split dan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan. Sampel yang digunakan terdiri dari 30 perusahaan non keuangan yang mehtkukan stock split dan 30 perusahaan non keuangan yang tidak melakukan stock split pada tahun 2000 2001 di BEL Untuk menguji hipotesis digunakan uji statistik logistic regression. Dasi! penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat kemahalan harga sahan1 yang diukur dengan PBV berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Likuiditas yang diukur dengan bid ask spread tidak berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Adanya perbedaan yang signifikan nilai perusahaan yang dinkur dengan Tobin's q sebelum dan sesudah stock split. Jika dilihat dari kine1ja rata-rata keuangan perusahaan yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split, dapat disimpulkan bahwa: Berdasarkan current ratio perusahaan yang melakukan stock split memiliki current ratio lebih tinggi dari pacla perusahaan yang tidak melakukan stock split. Hal ini berarti perusahaan yang melakukan stock split mampu melunasi kewajiban jangka pencleknya dengan baik. Begitu pula dari segi quick ratio, perusahaan yang melakukan stock split memiliki quickt ratio lebih tinggi dari pada perusahaan yang tidak melakukan stock split. Hal ini berarti perusahaan yang melakukan stock split memiliki likuiditas perusahaan jangka sangat pendeknya sangat tinggi, dan mampu melunasi kewajiban jangka sangat pendeknya dengan baik. Berdasarkan debt to equity ratio, perusahaan yang tidak melakukan stock split memiliki debt to equity ratio lebih rendah, ha! ini berarti perusahaan yang tidak melakukan stock split mampu menutup hutanghutangnya kepada pihak luar, ha! ini dibuktikan nilai debt to equity ratio-nya rendah. Berdasarkan return on equity, perusahaan yang tidak melakukan stock split memiliki return on equity lebih tinggi, ha! ini membuktikan bahwa perusahaan yang tidak melakukan stock split mampu memberikan tingkat kembalian yang besar kepada pemegang saham dm1 profit yang didapatkan besar pula. Berdasarkan net profit margin, perusahaan yang melakukan stock split memiliki net profit margin yang lebih tinggi, ha! ini berarti perusahaan yang melakukan stock split memiliki kemampuan lebih dalam menghasilkan laba dibandingk311 perusahaan yang tidak melaknkan stock split. Berdasarkan total asset turnover, perusahaan yang melakukan stock split memiliki nilai yang lebih tinggi, ha! ini menuJ1iukk311 bahwa kemampuan perputaran total aktiva perusahaan yang mel.akukan stock split dalam menciptakan penjualan lebih baik dibandingkan perusahaan yang tidak melakukan stock split. Berdasarkan price earning ratio, perusahaim yang tidak melakukan stock split memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang tidak melakukan stock split. Hal ini berarti berarti nilai (value) yang diapresiasikan oleh investor terhadap nilai perusahaan lebih tinggi. Berdasarkan price to book value, perusahaan yang tidak melakukan stock split memiliki price to book value yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan yang tidak melakukan stock split dalam menciptakan nilai terhadap pemegang saham culmp tinggi. Namun beradasarkan hasil uji statistik dengan mann whitney, kinerja keuangan dan tingkat harga saham antara perusahaan yang melaknkan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split tidak terdapat perbedaan. Hal ini bertolak belakang dengan signalling theo1y yang menyatakan bahwa hanya perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang bagus saja yang man1pu melakukan stock split. Hasil pengujian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Beni Suhendra Winarso (2005) menganalisis tentang perbedaan kine1ja keuangan antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split, pengujian tersebut mengacu pada signaling theory. Objek penelitian pada perusahaan manufaktur yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil pengujian menggunakan Independent sample test, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara statistik antara pemsahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam kine1ja keuangrumya. Hal ini bertolak belakang dengan signalling theory yang menyatakan bahwa hanya perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang bagus saja yang mampu melakukan stock split. Marwata (2001) menguji perbedaan kinerja keuangan, harga sahrun dru1 pemecahan sahrun, dengan mengrunbil srunpel sebanyak 54 pemsahaan publik yang melakukan stock split pada tahun 1996 - 1997. Hasilnya menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang mel.akukan stock split yang diukur dari !aha bersih per lembar sahrun (EPS) tidak lebih tinggi daripada perusahaan yang tidak melakukan stock split. Dengan demikian hasil penelitiannya tidak mendukung signaling theory. Sedangkan ditinjau dru·i tingkat kemahalan harga saham, rasio hru·ga saham terhadap nilai buku (PBV) perusahaan yang melakukan stock split lebih mahal daripada perusahaan yang tidalc melakukan stock split. BABV KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. KESIMPULAN Dari hasil pembahasan pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: I. Kinerja rata-rata keuangan perusahaan yang melakukan stock split memiliki memiliki keunggulan pada current ratio, quick ratio, net profit margin, dan total asset turnover. Sedangkan kine1ja rata-rata keuangan perusahaan yang tidak melakukan stock split memiliki keunggulan pada leverage ratio, dan return on equity. 2. Berdasarkan tingkat harga saham rata-rata yang diukur dengan price earning ratio dan price to book value perusahaan yang tidak rnelakukan stock split merniliki price earning ratio dan price to book value lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang melakukan stock split. Hal ini membuktikan tingkat harga saham rata-rata perusahaan yang tidak melakukan stock split lebih tinggi dari pada pe:rusahaan yang rnelakukan stock split. 3. Hasil uji beda dengan mann whitney menunjukkan bahwa kine1ja keuangan perusahaan yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split tidak terdapat perbedaan yang signifikan. 4. Hasil uji beda dengan mann whitney menw1jukkan bahwa tingkat harga saham perusahaan yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split tidak terdapat perbedaan yang signifikan. B. IMPLIKASI Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan juga informasi baik bagi perusahaan maupun bagi pihak eksternal perusahaan, terutama calon investor yang akan menanarnkan modalnya baik pada perusahaan yang melakukan stock split atau pada pemsahaan yang tidak melukan stock split dengan tetap mempertirnbangkan asumsi dan keterbatasan-keterbatasan penelitian. Ada beberapa implikasi penting yang bisa diambil dari penelitian ini. Hasil penelitian ini akan mernberikan beberapa kontribusi potensial. I. Dapat rnenambah literatur mengenai aspek fondamental yang terkait dengan kegunaan laporan keuangan. 2. Dapat menentukan antara seperangkat rasio keuangan antara dua kategori perusahaan yang melakukan stock split dan pemsahaan yang tidak melakukan stock split dan rasio mana yang paling menjelaskan perbedaan kedua kategori tersebut. 3. Bagi investor dilihat dari penelititan ini antara perusahaan yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidal< melakukan stock split tidak memperngaruhi kepututsan investasi. 0 !eh karena itu para investor tidak perlu mempe1iimbangkan harus menginvestasikan dananya pada kedua kategori perusahaan yang melakukan stock split atau perusahaan yang tidak melakukan stock split. 4. Untuk perusahaan, hasil penelititan ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerja keuangaimya jika ingin melakukan stock split. Kai·ena hanya perusahaan yang memiliki kinerja yang bagus saja yang dapat melakukan stock split 5. Bagi akademis, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untulc meneliti lebih jauh lagi bagaimana pengaruh rasio keuangan terhadap keputusan stock split dengan menambah variabel rasio-rasio keuangar1 lainnya yang terkait. DAFTAR PUSTAI<A Astuti, Dewi. "Manqjemen Keuangan Perusahaan" , Ghalia Indonesia, Jakmia, 2004. Brighmn, Honston. "Dasar-Dasar Manajemen Keuangan", Edisi Kesepuluh, Salemba Empat, Jakarta, 2006. Darsono, dan Ashari. "Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan". Yogyakmia: Andi, 2005. Fabozzi, Frank. "Financial Management and Analysis", Second Edition, Wiley Inc, New Jersey 2003. Fatah, Ahmad Hanin. "Penyebab Financial Distress di PT. Petrowidada", Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Progrmn Studi Administrasi dan Kebijakan Bisnis, 2002. Gill, James. 0., dm1 Moira Chatton. "Memahami Laporan Keuangan", PPM, Jakarta, 2003. Hamid, Abdul. "Pedoman Penulisan Skripsi" FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jaka11a, 2007. Julia. "Market Reaction of Stock Split Announcement", Jumal Kiat, Vol. 4 Oktober, ha! 31-38, 2002. Keown, A1ihur. J., David F Scott Jr., John D Matiin, J. Willimn Petty. "Dasar-Dasar Aianajemen Keuangan ", Bukul, salemba Empat, Jakarta:2001. Khodijah, Siti. "Analisis Faktor-Faktor Determinan Struktur Modal dan Price Earning Ratio Serta Pengruhnya Terhadap Harga Saham ", Shipsi FEIS UIN SyarifHidayatullah, Jaka1ia, 2006. Koran Tempo, "Rencana Pemecahan Saham pada Perusahaan Gas Negara", 22 Mei, 2008. Kumiawati, Indah. "Analisis Kandungan Iriformasi Stock Split dan Lik:uiditas Saham: Studi Empiris pada Non-Synchronous Trading", Jumal Riset Akuntansi Indonesia Vol.6 No.3 September ha! 264-275, 2003. Larson, Kermit D. "Principles of Financial Accounting", Mc.Graw Hill/Irwin, 2005. New York, 1t" ed, Magdalena, Nany. "Analisi Pengaruh Harga Saham, Return Saham, Varian Return Saham, Earnings dan Volume Perdagangan Saham Terhadap Bid Ask Spread Sebelum dan Sesudah Pengumuman Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Saham LQ 45di BE!)", Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.9 No.I. ha! 2331, 2004. Marwata, "Kinerja Keuangan, Harga Sahamn dan Pemecahan Saham", Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.I 0, 200 I. Nugroho, Bhuana Agung. "Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS", Yogyakarta: Andi, 2005. Prihadi, Toto, "Deteksi Cepat Kondisi Keuangan: 7 Analisis Rasia Keuangan ", Penerbit PPM, Jakarta, 2008. Rahayu, Indai'i Retno. "Reaksi Pasar Terhadap Peristiwa Stock Split Yang Terjadi di BE!" Univ.Islam Indonesia, Yogyakarta, 2009. Rifai, Alunad dan Rudi Handoko. "Pengaruh Pemecahan Saham Terhadap Tingkat Pengembalian Saham: Studi Mengenai Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat di Bursa Efek Jakarta", Jurnal Keuangan dan Moneter, Vol.2 No.8 Desember ha!. 145-180, 2005. Rodoni, Alunad, Prof. Dr. "Analisis Teknikal dan Fundamental pada Pasar Modal", Cetakan 1, edisi 1, Jakarta, CSES Press, 2005. Santoso. "Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik", PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2001. Sri Utami, Elok. "Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan dan Tingkat Kemahalana Harga Saham Terhadap Keputusan Stock Split", Laporan Penelitian di Bursa Efek Indonesia, hal.1-42, 2007. Suhendra Winarso, Beni, "Analisis Empiris Perbedaan Kine1ja Antara Perusahaan yang Melakukan Stock Split dengan Perusahaan yang Tidak Melakukan Stock Split", Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol.16 No.3 Deseber ha! 209-218, 2005. Trihendradi, Cornelius, "Langkah Mudah Memecahkan Kasus Statistik: Desla-iptif, Parametrik, dan Non-Parametrik dengan SPSS 12 ", Andi Offset, Yogyakarta, 2004. Van Home, Jones C., Wachowicz,Jr., John M. "Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan ", Salemba Empat, Jilid 2, Jakarta, 2005. Wareen, et al. "Pengantar Akuntansi", Edisi 21, Buku satu, Salemba Empat, Jakarta, 2005. Widiastuti, Harjanti dan Usmara, "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stock Split dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan", Jurnal Akuntansi dan Investasi, Vol.6 No. 2 Juli ha! 225-242, 2005. www.wealthindonesia.com/stock-split-and-reverse-stock-split.html Lampiran Daftar perusahaan yang melakukan Stock Split tahun 2006 No 1 2 3 4 5 6 7 Nama Perusahaan Ameni Pratama Ocean Line Tbk Ekadharma International Tbk Intraco Penta Tbk Java Real Prooe1iv Tbk Pelayaran Tempuran Emas Tbk Pembangunan Java Ancol Tbk Plaza Indonesia Realty Tbk 8 Tempo Scan Pacific Tbk Emiten APOL EKAD INTA JRPT TMAS PJAA PLIN TSPC Tanggal Pengumuman Stock split 24 November 2006 19 Oktober 2006 16 J~muari 2006 14 Agustus 2006 17 Maret 2006 10 Juli 2006 26 Desember 2006 14 September 2006 . Daftar perusabaan yang melalmkan Stock Split tahun 2007 No Nama Perusahaan 1 AKR Comorindo Tbk 2 Aneka Tambang Persero Tbk 3 Charoen Pokhohand Indonesia Tbk 4 Semen Gresik Tbk 5 Sorini Agro Asia Corporindo Tbk Emiten AKRA ANTM CPIN SMGR SOBI Tanggal Pengumuman Stock split 27 Juli 2007 12 Juli 2007 1 November 2007 7 Agustus 2007 22 A~itus 2007 Daftar perusahaan yang tidak melakukan Stock Split No Nama Perusahaan 1 Astra Agro Lestari Tbk 2 Asahimas Flat Glass Tbk 3 Astra Otopmis Tbk 4 Apexindo Pratama Duta Tbk 5 Branta Mulia Tbk 6 Fajm· Surya Wisesa Tbk 7 Indomobil Sukses Internasional Tbk 8 Kalbe Farma Tbk 9 Multi Strada Arah Sarana Tbk 10 Mavora Indah Tbk 11 Sierad Produce Tbk 12 Samudra Indonesia Tbk 13 Unilever Indonesia Tbk Emiten AALI AMFG AUTO APEX BRAM FASW IMAS KLBF MASA MYOR SIPD SMDR UNVR liran NAMA PERUSAHAAN 1i Pratama Ocean Line KATEGORI PERUSAHAAN Melakukan stock split harma International Melakukan stock split :o Penta Melakukan stock split Real Property Melakukan stock split 'aran Tempuran Emas Melakukan stock split >angunan Jaya Ancol Melakukan stock split Indonesia Realty Melakukan stock split Scan Pacipik Melakukan stock split 10 . Corporindo :a Tambang Melakukan stock split ien Pokphahd Indonesia Melakukan stock split •n Gresik Persero Melakukan stock split ' Corporation Melakukan stock split Melakukan stock split KINERJA PERUSAHAAN Likuiditas Solvabilitas HARGASAHAM Profitabilitas Aktivitas CR QR DER ROE NPM TAT PER PBV 2.05 3.92 3.37 2.91 0.39 2.55 4.i6 4.39 1.18 3.02 1.44 2.48 1.7 1.98 2.51 2.06 1.85 0.39 2.48 4.15 3.35 0.7 2.39 0.78 1.99 0.97 1.93 0.29 1.68 0.55 1.59 0.32 0.39 0.23 1.35 0.55 3.33 0.42 0.67 0.17 0.14 0.04 0.11 0.09 0.25 0.12 0.19 0.13 0.63 0.16 0.18 0.09 0.14 0.05 0.01 0.21 0.03 0.18 0.31 0.09 0.03 0.48 0.03 0.16 0.03 0.23 0.04 0.06 0.3 0.06 0.24 0.56 0.12 0.06 0.65 0.05 0.21 0.05 9.89 15.52 29.35 33.67 29.61 12.93 25.12 14.86 19.86 4.48 9.03 23.6 12.33 1.52 1.55 0.67 2.7 2.36 2.26 2.5 2.09 3.07 3.96 2.14 5.34 0.93 )iran NAMA PERUSAHAAN Agro Lestari imas Flat Glass Otoparts ndo Pratama Duta aMulia Surya Wisesa 1obil Sukses lnternasional Farma Strada Arah Sarana •a lndah JProduce dra Indonesia 'er Indonesia KATEGORI PERUSAHAAN tidak melakukan stock split tidak melakukan stock split tidak melakukan stock split tidak melakukan stock split tidak melakukan stock split tidak melakukan stock split tidak melakukan stock split tidak melakukan stock split tidak melakukan stock split tidak melakukan stock split tidak melakukan stock split !idak melakukan stock split tidak melakukan stock split KINERJA PERUSAHAAN Likuiditas CR 1.02 2.7 2.04 3.69 3.93 1.85 1.07 4.26 1.39 3.18 3.79 2.21 1.35 QR 0.7 1.24 1.16 3.19 2.29 0.83 0.83 2.92 0.59 2.15 2.49 2.19 0.84 Solvabilitas DER 0.31 0.34 1.93 1.41 0.61 1.91 0.32 0.76 0.33 0.66 0.13 0.72 0.76 HARGASAHAM Profitabilitas ROE 0.33 0.08 0.17 0.11 0.05 0.13 0.25 0.44 0.02 0.1 0.07 0.37 •. 0.95 NPM 0.29 0.07 0.14 0.18 0.01 0.07 0.18 0.11 0.04 0.05 0.04 0.06 0.2 Aktivitas TAT 0.42· 0.12 0.23 0.33 0.05 0.1 0.24 0.19 0.09 0.09 0.06 0.12 0.14 PER 17.7 9.42 17.28 22.04 46.69 28.01 12.93 15.39 55.78 9.32 H.47 3.51 22.64 PBV 7.88 1.26 0.61 3.08 1.03 2.43 2.26 4.21 1.9 1.45 0.48 0.8 15.01 Lampiran Hasil Output SPSS Untuk Cun·ent Ratio Yang Menggambarkan Tingkat Likuiditas Ranks I PERUSAHAAN N 13 Mea n Rank 14.00 Sum of Ranks 182.00 Bukan Stock Split 13 13.00 169.00 Total 26 Stock Split CR Test Statistics(b) Mann-Whitney U WilcoxonW z CR 78.000 169.000 -.333 Asymp. Sig. (2-tailed) .739 Exact Sig. [2.(1-tailed Sig.)] .762(a) a Not corrected for lies. b Grouping Variable: PERUSAHAAN Lampiran Hasil Output SPSS Untuk Quick Ratio Yang Menggambarkan Tingkat Likuiditas Ranks I PERUSAHAAN QR N 13 Stock Split Bukan Stock Split 13 Total 26 Test Statistics(b) Mann-Whitney U WilcoxonW z QR 75.500 166.500 -.462 Asymp. Sig. (2-tailed) .644 Exact Sig. [2'(1-tailed Sig.)] .650(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: PERUSAHAAN Mea n Rank Sum of Ranks 14.19 184.50 12.81 166.50 Lampiran Hasil Output SPSS UntukDebt to Equity Ratio Yang Menggambarkan Tingkat Solvabilitas Ranks I PERUSAHAAN DER Stock Split N 13 Mea n Hank 13.85 Sum of Ranks 180.00 Bukan Stock Split Total 13 26 13.15 171.00 Test Statislics(b) DER Mann-Whitney U WilcoxonW z 80.000 171.000 Asymp. Sig. (2-tailed) -.231 .817 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .840(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: PERUSAHAAN Lampiran Hasil Output SPSS Untuk Retum 011 Equity Yang Menggambarkan Tingkat Profitabilitas Ranks I PERUSAHAAN ROE Stock Split Bukan Stock Split Total Test Statistics(b) Mann-Whitney U ROE 84.000 WilcoxonW 175.000 z -.026 Asymp. Sig. (2-tailed) .980 Exact Sig. [2"(1-tailed Sig.)] 1.000(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: PERUSAHAAN N 13 Mean Rank 13.54 Sum of Ranks 176.00 13 26 13.46 175.00 Lampiran Hasil Output SPSS Untuk Net Profit lofargin Yang Menggambarka11 Tingkat Profitabilitas Ranks I PERUSAHAAN NPM Stock Split Bukan Stock Split N 13 13 Total 26 Test Statistics(b) Mann-Whitney U NPM 80.500 WilcoxonW 171.500 z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2'(1-tailed Sig.)] -.206 .837 .840(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: PERUSAHAAN Me an Rank 13.19 13.81 Sum of Ranks 171.50 179.50 Lampiran Hasil Output SPSS Untuk Total Asset Turnover Yang Menggambarkan Tingkat Aktivitas Ranks I PERUSAHAAN N 13 13 Stock Split TAT Bukan Stock Split Total 26 Test Statistics(b) TAT Mann-Whitney U WilcoxonW z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 77.500 168.500 -.360 .719 .724(a} a Not corrected for bes. b Grouping Variable: PERUSAHAAN Mea n Hank 12.96 14.04 Sum of Ranks 168.50 182.50 Lampiran Hasil Output SPSS UntukPrice Earning Ratio Yang Menggambarkan Tingkat Harga Saham Ranks I PERUSAHAAN PER Stock Split N 13 Me11n Rank 13.58 Bukan Stock Split 13 13.42 Total 26 Test Statistics(b) Mann-Whitney U WilcoxonW z PER 83.500 174.500 -.051 Asymp. Sig. (2-tailed) .959 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .960(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: PERUSAHAAN Sum of Ranks 176.50 174.50 Lampiran Hasil Output SPSS Untuk Price to Book Value Yang Menggambarkan Tingkat Harga Saham Ranks I PERUSAHAAN PBV N 13 Stock Split Bukan Stock Split 13 26 Total Test Statistics(b) PBV Mann-Whitney U Wilcoxon W z 74.500 165.500 Asymp. Sig. (2-tailed) -.513 .608 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .614(a) a Not corrected for lies. b Grouping Variable: PERUSAHAAN Mean Rank 14.27 12.73 Sum of Ranks 185.50 165.50