3tP ,6 /fty N/b--- - Repository UIN Jakarta

advertisement
3tP,6
/ftyN/b---
ANAL1s1s EMPIRIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN
(CR, QR, DER, ROE, NPM, TAT)
DAN HARGA SAHAM (PER, PBV)
ANTARA PERUSAHAAN YANG MELAICTJKAN STOCK SPLIT
DENGAN PERUSAHAAN YANG TIDAK MELAKUKAN
STOCK SPLIT
(Studi Empiris Pada Perusahaan Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 - 2007)
SKRIP SI
Oleh:
TRI JULIA WAN
104os1ow~
llarl
.
•
_._,.
~
' ... ~
..........................\ .. ~
..... ~
.
•
(Tii\
•
I)
'No.
IL ~ 11' 1)'('/J\
·:.;:"1'.:i~f~')'j' "C
.._.::;................ _ ...............
k.la•tlrllluolil : ._.........................................
JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN
FAI(ULTAS EKONOM][ DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430H/2009M
ANALISIS EMPIRIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN
(CR, QR, DER, ROE, NPM, TAT)
DAN HARGA SAHAM (PER, PBV)
ANTARA PERUSAHAAN YANG MELAI(UKAN STOCK SPLIT
DENGAN PERUSAHAAN YANG TIDAK l\llELAKUKAN
STOCK SPLIT
(Studi Empiris Pada Perusahaan Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 - 2007)
r·>---
.....,.•._.
I
PEl'l(PIJSTAK."'.,\N. UTAl'vlA
LJIN SYAHID JAKAJlllTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Saijana Ekonomi
Oleh
TRI JULIAWAN
NIM: 104081002556
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
~
Indoyama Nasarudin, SE. MAB
NIP: 150 317 955
NIP: 150 317 593
JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430H/2009M
j
Hari ini Senin Tanggal Dua Puluh Dua Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sembilan telah
dilakukan Ujian Skripsi atas nama: Tri Juliawan, NIM: 104081002556 dengan judul
skripsi: "ANALISIS EMPIRIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN
(CR, QR, DER, ROE, NPM, TAT) DAN HARGA SAHAM (PER, PBV)
ANTARA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT
DENGAN PERUSAHAAN YANG TIDAK MELAKUKAN STOCK
SPLIT" (Studi Empiris Pada Perusahaan Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 2007). Memperhatikan penampilan tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini
sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Juni 2009
Tim Penguji Ujian Skripsi
~
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Ketua
Indoyama Nasarudin, SE. MAB
Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
Hari ini Rabu Tanggal Tiga Puluh Satu Bulan Desember Tahun Dua Ribu Delapan telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas nama: Tri Juliawan, NIM: 104081002556 dengan
judul
skripsi:
"ANALISIS
EMPIRIS
PERBEDAAN
KINERJA
KEUANGAN (CR, QR, DER, ROE, NPM, TAT) DAN HARGA SAHAM
(PER, PBV) ANTARA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK
SPLIT DENGAN PERUSAHAAN YANG TIDAK MELAKUKAN
STOCK SPLIT" (Studi Empiris Pada Perusahaan Bursa Efek Indonesia Tahun
2006 - 2007). Memperhatikan penampilan tersebut selama ujian berlangsung, maka
skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Smjana
Ekonomi pada Jurnsan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam
Negeri SyarifHidayatullah Jakmia.
Jakarta, 31 Desember 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
,;::
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Ketu a
Indoyama Nasarudin, E. MAB
Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
PengujiAhli
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap
Tempat taggal lahir
Jenis kelamin
Kebangsaan
Agama
Ala.mat
Telp
: Tri Juliawan
: Bekasi, 03 Juli 1985
: Laki-Laki
: Indonesia
: Islam
: Jl. H. Basyar Raya RT. 001 RW.003 No.22 Jaticempaka,
Pondok Gede, Bekasi Jawa Barat 17411
: 021 84997327, HP: 021 97333161
Pendidikan Formal:
~ SDN W aringin Indah (1997)
:>- SLTPN 17 Bekasi (2000)
>- SMK Kemala Bhayangkari I (2003)
>- UIN SyarifHidayatullah Jakarta FEIS Jur.Manajemen (2009)
Pendidikan Informal
:>- Kursus Bahasa Inggris Basic Grammar dan Basic Speaking (sertifikat)
>- Pelatihan Perpajakan, Pembicara : Ikatan Konsultan Pajak Indonesia Trainer :
Kantor Akuntan Publik Usman & Rekan (sertifikat)
:>- Seminar Entrepreneurship, Nara Sumber : Dr. Jhon N Parlinggi (Presdir PT.
Karsa Mulindo Semesta), Dede Yusuf (Publik Figur & Pengusaha), H. Achmad
Subianto (Dirut PT. TASPEN Indonesia) (sertifikat)
ABSTRACT
The objectives of this research to examine a difference of operating performance
and stock price of companies that conducting stock split and not conducting stock split.
26 companies that sub divided into issuer and non issuers sample have chosen.
Analysis performed using mann-whitney test for test the difference. The result
show current ratio, quick ratio, leverage ratio, return on equity, net profit margin, total
asset turnover, price earning ratio and price to book value have no significant on the
difference. These show that liquidity performance, the solvability, profitability, the
activity, and the stock price of companies that conducting stock split are better than not
conducting stock split. So, this research unsupport the signaling hypothesis.
Keyword: financial performance, stock price, stock split, signaling hypothesis.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji perbedaan kinerja keuangan
perusahaan dan harga saham antara perusahaan yang melakukan stock split dengan
perusahaan yang tidak melakukan stock split. Sampel yang dipilih adalah 26 perusahaan
baik yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split.
Penelitian ini menggunakan alat uji mann-whitney test untuk menguji perbedaan
tersebut. Hasil penelitian menunjukkan current ratio, quick ratio, leverage ratio, return
on equity, net profit margin, total asset turnover, price earning ratio dan price to book
value secara statistik tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Ini memntjukkan bahwa
tingkat Iikuiditas, tingkat solvabilitas, tingkat profitabilitas, tingkat aktivitas dan harga
saham perusahaan yang melakukan stock split tidak lebih baik dari perusahaan yang tidak
melakukan stock split. Jadi, penelitian ini tidak mendukung signaling hypothesis.
Kata kunci: kinerja keuangan, harga saham, pemecahan saham, signaling hypothesis.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT sang pencipta segalanya.
Dengan Kemurahan dan Kasih Sayang-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini. Tak lupa shalawat serta salam saya haturkan kepada Nabi Muhammad SAW
sangjunjungan yang telah membimbing kita hingga akhirat nanti.
Dengan do'a dan kerja keras akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini. Tak dapat dipungkiri pula dukungan dari orang di sekitar yang sangat
membantu penulis dalam menyelesaikan penyususan skripsi ini. Semoga jasa baik kalian
dibalas oleh Yang Maha Pencipta dengan beribu-ribu kebaikan. Ungkapan terima kasih
ini antara lain ditujukan kepada:
I. Kedua orang tua saya H.Abu Bakar (aim) dan Siti Marfu'ah, atas dukungan dan
do' a yang tiada hentinya.
2. Kakek dan Nenek yang kusayangi, H.Rohmatullah Amil dan Hj.Siti Maryam,
yang selalu mendoakan penulis setiap waktu.
3. Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku
pimpinan Fakultas dan dosen penguji ahli ujian komprehensif.
4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku pembimbing I dan Indo Yama Nasarudin,
SE, MAB selaku pembimbing II, yang telah banyak memberikan pengarahan dan
dengan rela meluangkan waktunya.
5. Seluruh dosen-dosen terima kasih atas ilmu yang telah di ajarkan dan karyawan
beserta staf FEIS terima lrnsih atas pelayanan j asa akademik.
6. Kakak yang saya sayangi Nur'aini dan Saifullah yang selalu memberikan
pengarahan serta nasehat dan motivasi saat beban terasa begitu hebat. Adik
tercinta Febri Susanto dan Yuli Agustiani yang selalu memacu semangat dalam
diri penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
7. Bibi Hayati dan Paman Burhanudin yang talc pernah lelah memberikan dukungan
moril dan selalu memberikan kasih sayangnya, dan Mumtaz sepupuku yang
gemuk, yang selalu menghibur penulis disaat merasakan kejenuhan. Bibi
Hamidah beserta suami dan anak-anaknya terima kasih atas segalanya.
8. Rizki Apriyani dan lbunda, yang selalu mendo'akan dan memberikan semangat
kepada penulis sehingga selesainya penyusunan skripsi ini.
9. Bambang, Sukmaja dan Yuto terima kasih atas nasehat dan do'a-nya.
I 0. Purwo, Gelar, dan Isna, terima kasih atas bantuannya.
11. Teman-teman kelas Manajemen D angkatan 2004, terima kasih atas kebersamaan
dan kekompakannya.
12. Teman-teman dikantor, Efendi, Solihin, Antoni, Aqwa, Jonianto, terima kasih atas
masukannya.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan, terima kasih atas segala bantuannya,
semoga Tuhan membalas dengan beribu-ribu kebaikan. Amin.
Jakarta, 01 Juni 2009
Penulis
DAFTARISI
Daftar Riwayat Hidup
Abstract
11
Abtrak
Ill
Kata Pengantar
IV
Daftar Isi
vi
Daftar Tabel
viii
Daftar Gambar
x
Daftar Lampiran
XI
BABI
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
1
B. Perumusan Masalah
10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
11
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stock Split
I. Pengertian Stock Split
13
2. Jenis-Jenis Stock Split
16
3. Manfaat Stock Split
17
4. Dasar Teori Utama Stock Split
18
5. Pengaruh Stock Split pada Harga Saham
19
6. Pengaruh Stock Split pada Kine1ja Perusahaan
20
B. Laporan Keuangan
21
I. Kegunaan Laporan Keuangan
21
2. Pengguna Laporan Keuangan
22
C. Komponen Laporan Keuangan
24
1. Neraca
24
2. Laporan Laba Rngi
25
3. Laporan Arns Kas
26
D. Rasio Keuangan
1. Rasio Likuiditas
28
2. Rasio Solvabilitas
29
3. Rasio Profitabilitas
30
4. Rasia Aktivitas
32
E. I-!arga Saharn
BAB III
BAB IV
27
33
I. Price earning Ratio
34
2. Price to Book Value
35
F. Penelitian Dahulu yang Relevan
35
G. Kerangka Pemikiran
40
I-!. Hipotesis
42
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
43
B. Metode Penentuan Sarnpel
43
C. Metode Pengumpulan Data
44
D. Metode Analisis
44
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
47
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengalahan Data dan Analisis Deskriftif
54
I. Rasia Likuiditas
55
2. Rasia Salvabilitas
62
3. Rasia Profitabilitas
66
4. RasiaAktivitas
74
5. Price Earning Ratio
78
6. Price to Book Value
80
B. Uji Mann-Whitney
84
C. Interpretasi
BABV
93
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
99
B. Implikasi
100
DAFT AR PUSTAKA
102
LAMPIRAN
105
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Hal am an
4.1
Current Ratio (Stock Split)
55
4.2
Current Ratio (Tidak melakukan Stock Split)
57
4.3
Quick Ratio (Stock Split)
59
4.4
Quick Ratio (Tidak melakukan Stock Split)
61
4.5
Debt to Equity Ratio (Stock Split)
62
4.6
Debt to Equity Ratio (Tidak melaknkan Stock Split)
64
4.7
Return On Equity (Stock Split)
66
4.8
Return On Equity (Tidak melakukan Stock Split)
68
4.9
Net Profit Margin (Stock Split)
70
4.10
Net Profit Margin (Tidak melakukan Stock Split)
72
4.11
Total Asset Turnover (Stock Split)
74
4.12
Total Asset Turnover (Tidak melakukan Stock Split)
76
4.13
Price Earning Ratio (Stock Split)
78
4.14
Price Earing Ratio (Tidak melakukan Stock Split)
79
4.15
Price To Book Value (Stock Split)
80
4.16
Price To Book Value (l'idak melakukan Stock Split)
81
4.17
Rasio rata-rata
83
4.19
Output SPSS Mann Whitney Test CR (Likuiditas)
84
4.20
Output SPSS Mann Whitney Test QR (Likuiditas)
85
4.21
Output SPSS .Mann Whitney Test DER (Solvabilitas)
86
4.22
Output SPSS Mann Whitney Test ROE (Profitabilitas)
87
4.23
Output SPSS Mann Whitney Test NPM (Profitabilitas)
88
4.24
Output SPSS Mann Whitney Test TAT (Aktivitas)
89
4.25
Output SPSS Mann Whitney Test PER (Harga Saham)
90
4.26
Output SPSS lvfann Whitney Test PBV (Harga Saham)
91
4.27
Output SPSS Rata-rata Rasio (Mann Whitney Test)
92
DAFTAR GAMBAR
Nomor
2.1
Keterangan
Halaman
Kerangka Pemikiran
40
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
I
Daftar Perusahaan yang Melakukan Stock Split Tahun 2006
105
2
Daftar Perusahaan yang Melakukan Stock Split Tahun 2007
105
3
Daftar Perusahaan yang Tidak Melakukan Stock Split
106
4
Data SPSS Kine1ja Keuangan dan Harga Sahan1 (Stock Split)
107
5
Data SPSS Kinerja Kuangan dan Harga Saham (Bukan Stock Split) I 08
6
Output SPSS Uji Mann-Whitney Current Ratio
109
7
Output SPSS Uji Mam1-Whitney Quick Ratio
110
8
Output SPSS Uji Maim-Whitney Debt to Equity Ratio
111
9
Output SPSS Uji Mann-Whitney Return On Equity
112
IO
Output SPSS Uji Maim-Whitney Net Profit Margin
113
11
Output SPSS Uji Malli1-Whitney Total Asset Turnover
114
12
Output SPSS Uji Malli1-Whitney Price Earning Ratio
115
13
Output SPSS Uji Mann-Whitney Price to Book Value
116
BABI
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kebijakan manajemen dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok besar,
yaitu kebijakan investasi, kebijakan pembiayaan, dan kebijakan dividen, Van
Horne (1995) dalam Achmad Rifa'i dan Rudi Handoko (2005:149).
Perdagangan saham atau surat-surat berharga (efek) di Bursa Efek,
informasi sangat dibutuhkan bagi para investor untuk mengetahui tentang
kondisi perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek sebagai emiten. Informasi
juga sangat berperan terhadap semua transaksi perdagangan yang terjadi di
pasar modal. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh investor dalam
memilih portofolio yang efisien dipengaruhi oleh informasi yang diperolehnya
dari perusahaan emiten. Aktivitas emiten yang terpampang dalam pengumuman
di pasar modal selalu diamati para investor. Berbagai infonnasi yang
dipublikasikan di pasar modal baik informasi yang mempengaruhi sebagian
perusahaan maupun memiliki pengaruh terhadap seluruh perusahaan yang ada
di pasar modal. Beberapa informasi atau fakta yang material yang terdapat di
pasar modal misainya adalah penggabungan usaha (merger), pengan1bilalihan
(acquisition), peleburan nsaha (consolidation), pemecahan saham (stock splits),
pembagian dividen saham (stock dividen), dan masih banyak lagi (lndah
Kurniawati, 2003:265).
Stock split adalah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan emiten
untuk menambah jumlah saham yang akan diperdagangkan dengan memecah
{split) nilai nominal sahamnya. Aktivitas tersebut biasanya dilakukan pada saat
harga saham dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi investor untuk
membelinya. Stock split terjadi karena adanya keinginan dari para emiten untuk
mempertahankan agar saham yang dimilikinya tetap berada dalam rentang
perdagangan yang optimal. Secara sederhana, stock split berarti memecah
selembar saham menjadi n lembar saham. Stock Split mengakibatkan
bertambabnya jumlah saham yang beredar tanpa transaksi jual beli yang
mengubah besamya modal. Harga per lembar saham barn setelah stock split
adalah l/n dari harga saham sebelumnya (Elok Sri Utami, 2007:1)
Para ahli menyebutkan stock split sebagai salah satu kosmetika saham,
dalam arti bahwa tindakan perusahaan tersebut merupakan upaya pemolesan
saham agar lebih menarik dimata investor sekalipun tidak meningkatkan
kemakmuran bagi investor. Tindakan stock split akan menimbulkan efek
fatamorgana bagi investor, yaitu investor seolah-olah menjadi lebih makmur
karena memegang saham dalam jumlah yang lebih banyak. Jadi stock split
sebenarnya merupakan tindakan perusahaan yang tidak memiliki nilai ekonomis
(Marwata, 2001: 150). Meskipun secara teoritis stock split tidak memiliki nilai
ekonomis, tetapi banyak terjadi peristiwa stock split di pasar modal. Hal ini
mengindikasikan bahwa stock split telah menjadi suatu alat yang penting dalam
praktek pasar modal. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika banyak
penelitian yang dikembangkan untuk membahas tentang praktek stock split
dipasar modal (Elok Sri Utami, 2007:2).
Stock split merupakan suatu fenomena yang masih diperdebatkan dan
menjadi teka-teki dalam dunia ekonomi. Hal ini disebabkan karena stock split
merupakan suatu aktivitas perusahaan emiten yang tidak menambah nilai
ekonomis perusahaan atau tidak secara langsung mempengarnhi cash flow
perusahaan, tetapi banyak perusahaan yang melakukan aktivitas tersebut
(Brigham dan Gapenski 1994 dalam Beni Suhendra Winarso, 2005:209).
Walaupun stock split suatu aktivitas pernsahaan emiten yang tidak menambah
nilai ekonomis, namun aktivitas stock split mempengaruhi reaksi positif bagi
perdagangan saham di pasar modal. Abnormal return yang signifikan
merupakan bukti reaksi positif dari pengumuman tentang stock split. Secara
umum stock split hanya meningkatkan jumlah saham yang beredar sehingga
mempengaruhi perubahan harga saham, earnings, risiko, clan tingkat likuiditas
saham perusahaan emiten.
Aktivitas stock split sebaiknya perlu dipertimbangkan terlebih dahulu,
karena terdapat biaya yang ditimbulkan akibat melakukan stock split, selain itu
hanya perusahaan yang memiliki kinerja yang baik saja yang dapat menanggung
biaya tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Bre1111an Hughes
(1991) dalam Beni Suhendra Winarso (2005:210) yang menyatakan bahwa
stock split mengandung biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan yang
melakukan aktivitas stock split.
Stock split memberikan sinyal yang mahal (costly) terhadap informasi
manajer karena biaya transaksi saham tergantung pada besamya harga saham.
Biaya transaksi saham memiliki hubungan negatif
dengan harga saham,
sehingga ha! ini menunjukkan bahwa hanya perusahaan yang memiliki prospek
masa depan yang bagus yang mampu menanggung biaya transaksi akibat
adanya stock split tersebut (Beni Suhendra Winarso, 2005:210). Pengumuman
tentang stock split memiliki pengaruh yang besar terhadap reaksi pasar, yaitu
dengan adanya sinyal positif bagi investor, karena hanya perusahaan yang
memiliki kinerja keuangan yang baik yang melakukan stock split.
Motivasi emiten melakukan stock split antara lain untuk meningkatkan
likuiditas perdagangan saham tersebut di Bursa. Dengan stock split harga saham
lebih terjangkau oleh investor sehingga diharapkan transaksi jual beli di pasar
saham lebih banyak terjadi atau perdagangan lebih likuid. Akibatnya
pennintaan saham cendenmg baik, saham lebih aktif diperdagangkan di Bursa,
dan harganya pun boleh jadi naik lebih tinggi.
Optimal berarti bahwa jika harga saham berada dalam kisaran tersebut,
ras10 harga atau laba dan juga nilai perusahaan akan dimaksimumkan. Jika
harga saham naik cukup tinggi, manajemen mungkin akan mengumumkan stock
split, sehingga
menggandakan jumlah lembar saham yang beredar dan
menurunkan harga saham. Setiap pemegang saham akan memiliki lebih banyak
lembar saham, tetapi setiap lembarnya akan menjadi lebih kecil nilainya.
Kekayaan pemegang saham sesudah stock split sebenarnya sama sepe11i pada
saat sebelum terjadi stock split. Namun jika harga saham bergerak baik diatas
harga per lembar saham sesudah stock split, kekayaan pemegang saham akan
menjadi lebih baik.
Block dan Hirt (1992) dalam Indah Retno Rahayu (2009:18)
menegaskan bahwa tujuan utama dilakukannya stock split adalah untuk
menempatkan saham dalam kisaran perdagangan yang lebih populer (populer
trading range), dimana melibatkan banyak pembeli. Dengan harga saham yang
terjangkau oleh investor, maka akan mendorong investor untuk melakukan
transaksi atas saham tersebut. Hal ini alcan menyebabkan sahan1 suatu
pemsahaan alcan kembali aktif dan likuid dengan semakin meningkatnya
transaksi pembelian atas saham tersebut, sehingga akan membantu perusahaan
selaku emiten dari ancaman delisting.
Terdapat beberapa alasan mengapa perusahaan melakukan stock split
seperti: (!) untuk mengatur harga saham perusahaan pada level investor
individual akan lebih tertarik untuk menginvestasikan dananya pada saham
tersebut, (2) perusahaan ingin menambah jumlah lembar saham yang ada
sehingga jumlah lembar saham yang diharapkan bertambah dan dapat membuka
peluang yang lebih besar bagi para investor yang ingin menanam dananya serta
akan membuat aktivitas volume perdagangan menjadi meningkat,
(3)
memberikan sinyal pada investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai
kinerja perusahaan yang cukup bagus, (4) memberikan manfaat bagi para
pemegang saham akan mendapat keuntungan setelah melakukan stock split
walaupun dalam keadaan pasar yang kurang bagus (Elok Sri Utami, 2007:2)
Beberapa studi empiris telah bernsaha untuk menjawab pertanyaan
tentang efek stock split atau stock dividend terhadap peningkatan nilai pasar
saham. Berikut ini adalah ikhtisar dari temuan-temuan tentang efek stock split
atau stock dividend terhadap peningkatan nilai pasar salmm: 1) secara rata-rata
harga saham akan naik tidak lama setelah perusalman mengumumkan stock
split, 2) kenaikan harga ini lebih merupakan akibat dari kenyataan bahwa
investor menganggap stock split sebagai isyarat laba dan dividen masa
mendatang yang lebih tinggi dari pada keinginan untuk memberlakukan stock
split semata, 3) jika suatu perusahaan mengumumkan suatu split, harga
sahamnya akan cenderung naik. Namun jika dalam waktu beberapa bulan
mendatang perusahaan tidak mengumumkan kenaikan laba atau kenaikan
dividen, maka harga sahamnya akan turun ke tingkat semula (Brigham, Houston
2006:71).
Hal ini didukung dengan adanya informasi dalam berita harian Koran
Tempo tanggal 22 Mei 2008 yang mengatakan bahwa PT. Perusahaan Gas
Negara Tbk (PON) berencana memecah nominal nilai saham (stock split)
dengan rasio 1 banding 5. Langkah ini bertujuan menjaga dan lebih
meningkatkan likuiditas saham perusahaan operator gas pelat merah. Rencana
pemecahan nominal saham itu akan menjadi salah satu agenda dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) pada tanggal 13 Juni 2008.
Dalam harian Tempo tanggal 22 Mei 2008, Analis PT BNI Securities
Norico Gaman, menilai rencana pemecahan nilai saham PGN sebagai sesuatu
yang menarik bagi investor retail. Dengan rasio 1:5, saham PGN akan lebih
menarik investor retail. Tingginya harga saham PGN yang mencapai Rp.14.750
membuat saham PGN lebih dikuasai investor institusi. Dengan adanya rencana
itu, diharapkan saham PGN akan lebih terdistribusi tidak hanya dimiliki
investor institusi, tapi juga bisa dimiliki oleh investor retail. Norico
memprediksi saham PGN nanti bisa menyentuh angka Rp.35.000 per saham
(sebelum stock split), dengan syarat produksi gas nasional bisa ditingkatkan dan
harga gas domestik juga naik. Rencana pemecahan nilai saham akan membuka
peluang bagi investor spekulatif untuk masuk dalam kepemilikan saham PGN.
Dengan semakin murahnya saham PGN, maka investor yang masuk bisa jadi
tidak sesuai dengan karakteristik yang diinginkan.
y11'
)!
'
Signalling hypothesis, yang dikembangkan oleh FFJR (1969) dan juga
GMT (1984) berargumentasi bahwa pasar bereaksi positif terhadap pemecahan
saham, karena pasar berasumsi bahwa pemecahan saham merupakan sinyal
akan adanya perubahan income yang diharapkan dalam bentuk kenaikan
dividen, dan reaksi positif ini merupakan antisipasi pasar terhadap kenaikan
dividen (Achmad Rifa'I dan Rudi Handoko, 2005:151).
Berdasarkan signaling hypothesis, pengujian ini difokuskan untuk
menganalisis kondisi kine1:ja keuangan perusahaan yang melakukan suatu
c017Jorate action yakni stock split. Hal ini disebabkan dengan adanya suatu
hipotesis yang menyebutkan bahwa stock split merupakan suatu bentuk
corporate action yang digunakan oleh perusahaan emiten untuk memberikan
sinyal yang baik kepada publik. Stock split memberikan sinyal yang baik bagi
(calon) investor karena adanya perusahaan yang memiliki kinerja yang bagus
saja yang dapat melakukan stock split. Stock split sebenarnya tidak menambah
nilai ekonomis bagi perusahaan tetapi justru menambah biaya bagi perusahaan
yang melakuknnya sepe1ii biaya penerbitan saham, biaya perijinan, dan lain
sebagainya (Grinblatt et al 1984 dalam Beni Suhendra Winarso, 2005:210).
Liquidity hypothesis, yaitu dengan pemecahan saham maka harga saham
akan lebih rendah, sehingga lebih banyak investor individual terdorong untuk
membeli saham dan diharapkan likuiditas saham tersebut meningkat (Achmad
Rifa'I dan Rudi Handoko, 2005:151).
Trading range theory menyatakan bahwa pemecahan saham akan
meningkatkan !ikuiclitas perdagangan saham. Manurut teori ini, harga saham
yang terlalu tinggi (overprice) menyebabkan kurang aktifnya sahan1 tersebut
cliperdagangkan. Dengan aclanya pemecahan saham, harga saham menjacli tidak
terlalu tinggi, sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi
(Harjanti Widiastuti clan Usmara, 2005:228).
Dari uraian tersebut, peneliti tertarik untuk menguji konsistensi dari
basil penelitian yang clilakukan oleh Elok Sri Utan1i (2007), Achmad Rifa'i clan
Rudi Handoko (2005), Beni Suhenclra Winarso (2005) clan Indah Kurniawati
(2003) clengan melihat perbeclaan kine1ja keuangan dan tingkat kemahalan
harga saham antara perusahaan yang melakukan slack split dengan perusahaan
yang tidak melakukan stock split.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan
oleh Elok Sri Utami (2007), Achmad Rifa'i dan Rudi Handoko (2005), Beni
Suhendra Winarso (2005), Harjanti Widiastuti dan Usmara (2005), dan Indah
Kumiawati (2003). Adapun perbedaan dalam penelitian ini terletak pada:
1. Variabel eksogen (independen) yang digunakan merupakan kombinasi
antara keempat penelitian tersebut, yaitu kinerja keuangan dan harga saham.
2. Periode observasi yang digunakan oleh peneliti adalah tahun 2006 - 2007.
Elok Sri Utami dan Lilik Farida (2007) melakukan penelitian pada periode
tahun 2003 - 2005, Achmad Rifa'i dan Rudi Handoko (2005) melakukan
penelitian pada periode tahun 2001 - 2004, sedangkan Beni Suhendra
Winarso (2005) melakukkan penelitian pada periode tahun 1994 - 1998.
Penelitian ini
bezjudul "Analisis Empiris
Perbedaan Kinerja
Keuangan (Current Ratio, Quick Ratio, Debt Equity Ratio , Retum
011
Equity, Net Profit Margin, dan Total Asset Tumover) dan Harga Saham
(Price Eaming Ratio dan Price To Book Value) antara Perusahaan yang
Mclalmlrnn Stock Split dengan Pcrnsahaan yang Tidak Mclalmkan Stock
Split".
Untuk mengukur kine1ja keuangan perusahaan digunakan rasio-rasio
keuangan. Rasio keuangan adalah alat utama untuk menganalisis keuangan,
rasio dapat menstandardisasi informasi keuangan yang dapat dipakai sebagai
alat pembanding antar pernsahaan dengan ukuran yang berbeda (Keown et al,
200 I: I 08). Pertimbangan utama menggunakan rasio-rasio tersebut karena
menurut Beni Suhendra Winarso (2005:209) stock split menunjukkan sinyal
yang valid karena tidak semua pernsahaan dapat melakukannya. Hanya
perusahaan yang memiliki kinerja yang baik saja yang dapat melakukan stock
split.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut serta hasil penelitian
sebelumnya mengenai kinerja keuangan perusahaan terhadap kebijakan stock
split, mal<a pokok permasalahan yang dapat diam bi! adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kine1ja keuangan perusahaan yang melakukan stock split dan
perusahaan yang tidak melakukan stock split?
2. Bagaimana tingkat harga saham perusahaan yang melakukan stock oplit dan
perusahaan yang tidak melakukan stock split?
3. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan antara
perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak
melakukan stock split?
4. Apakah terdapat perbedaan harga saham yang signifikan antara perusahaan
yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock
split?
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
I. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maim tuj uan penelitian ini adalah :
a. Untuk menganalisis kine1ja keuangan perusahaan yang melakukan stock
split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split?
b. Untuk menganalisis harga saham perusahaan yang melakukan stock split
dan perusahaan yang tidal<. melakukan stock split?
c. Untuk menganalisis perbedaan kine1ja keuangan yang signifikan antara
perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak
melakukan stock split?
d. Untuk menganalisis perbedaan harga saham yang signifikan antara
perusahaan yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidak
melakukan stock split?
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
Menambah wawasan dalam bidang keuangan khususnya mengenai
kontribusi stock split sebagai al at ukur kinerja keuangan perusahaan dan
harga saham bagi perusahaan melalui keputusan keuangan yang
diterapkan oleh perusahaan go public di Indonesia.
b. Bagi Akademisi
Memberikan kontribusi ilmiah dan tambahan bukti empiris dalam
bidang keuangan terutama yang berkaitan dengan kinerja keuangan dan
harga saham antara perusahaan yang melakukan stock split dan tidak
melakukan stock split.
c. Bagi Perusahaan
Sebagai salah satu alat informasi dan bahan pertimbangan manaJer
keuangan dalam ha! pengambilan keputusan keuangan sehubungan
dengan tujuan perusahaan, yaitu melakukan salah satu corporate action
yaitu stock split.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Stock Split
1. Pengertian Stock Split
l
Stock split adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah
lembar yang lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang lebih
rendah per lembarnya secara proporsional. Tujuan dilalmkan pemecahan
saham adalah untuk menjaga harga pasar saham agar tidalc terlalu tinggi
sehingga sahamnya lebih memasyarakat dan lebih banyak diperdagangkan
(Abdul Halim, 2005:97).
Pemecahan saham adalah pendistribusian saham kepada pemegang
sahan1 atas kepemilikan mereka. Ketika dilakukan pemecahan saham,
perusahaan menarik saham yang beredar dan mengganti saham yang lama
lebih dari satu dengan saham yang barn. Pemecahan dapat dilakukan dalam
beberapa rasio, contohnya 2:1, 3:1, atau lebih tinggi (Kermit Larson,
2005:509).
Stock split merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh para
manajer perusahaan dengan melalrnkan perubahan terhadap jumlah saham
yang beredar dan nilai nominal per lembar saham sesuai dengan split factor
(Szewezyk dan Tsetsekos 1993 dalam Beni Suhendra Winarso 2005 :210).
Stock split adalah perubahan nilai per lembar saham dan menambah
jumlah yang beredar sesuai dengan faktor pemecahan (split factor).
Pemecahan saham biasanya dilakukan pada saat harga dinilai terlalu tinggi,
sehingga akan mengurangi kemampuan para investor untuk membelinya
(Elok Sri Utami, 2007:9)
Mc.Gough ( 1993) clalam Beni Suhenclra Winarso, 2005:210)
berpendapat
bahwa
suatu
perusahaan
sebelum
memutuskan
untuk
mengimplementasikan stock split, seharusnya melakukan berbagai analisis
karena proses pengambilan keputusan clan langkah-langkah yang cligunakan
untuk melakukan stock split sangat rumit dan memakan waktu lama,
sehingga sebelum evaluasi dilengkapi dan keputusan dibuat, clewan clirektur
hams menyetujui aclanya peningkatan saham yang cliotorisasi untuk level
yang baru. Selama tahap analisis tersebuL manajer harus mereview
pengaruh stock split tersebut terhadap Neraca clan Laporan Rugi Laba.
Menurut teori keuangan traclisionat stock split hanyalah salah satu
bentuk corporate action yang sifatnya kosmetik clan aclministratif. Berbecla
clengan co1porate action lainnya, tinclakan tersebut ticlak terkait sama sekali
clengan kine1ja clan cash flow, sehingga praktis ticlak akan merubah
kekayaan perusahaan. Ketika melakukan stock split, perusahaan sama saja
dengan
menerbitkan
saham
barn
clan membagi-bagikannya
kepacla
pemegang saham lama secara proporsional. Sederhananya, kertas yang acla
di tangan si pemegang saham hanya akan bertambah banyak, tetapi nilai
keselumhannya tetap sama. Dikutip dalam http://www.wealthindonesia.com
I stock-split-and-reverse-stock-split.
Stock split bertujuan agar perdagangan suatu saham menjadi lebih
liquid, karena jumlah saham yang beredar menjadi lebih banyak dan
harganya menjadi lebih murah. Hal ini akan sangat efektif bila dilakukan
terhadap saham-saham yang harganya cukup tinggi (Elok Sri Utami,
2007:9).
Stock split umumnya digunakan untuk menurunkan harga pasar
saham yang suclah mencapai tingkat yang cukup tinggi dengan cara
menambah jumlah saham yang climiliki setiap pemegang saham. Dengan
harga pasar saham yang lebih rendah cliharpakan aktivitas perdagangan
sahamnya dapat lebih tinggi. Stock split tidak mempunyai efek bagi struktur
modal perusahaan hanya jumlah saham yang beredar lebih banyak dan nilai
per lembar sahan1 menurun. Dalam 2 for 1 split artinya satu saham lama
ditukar dengan 2 lembar saham yang barn dimana nilai saham yang barn
adalah setengah dari nilai saham yang lama (Dewi Astuti, 2004:52).
Dengan stock split, pemegang saham harus menukarkan sahamnya
dengan saham baru yang memiliki nilai nominal lebih rendah. Sebab jika
batas waktu penukaran yang ditetapkan terlampaui, maka saham clengan
nilai nominal lama ticlak bisa diperdagangkan di bursa.
Hal-ha! tersebut perlu diketahui oleh pemegang saham atau investor
sehubungan dengan stock split:
a. Rasio stock split, yaitu perbandingan jumlah saham baru terhadap saham
lama. Misalnya rasio 2 untuk I, artinya 2 saham baru ditukar dengan 1
saham lama.
b. Tanggal terakhir perdagangan saham dengan nilai nominal lama di
bursa.
c. Tanggal dimulainya perdagangan saham dengan nilai nominal barn di
bursa.
d. Tanggal terakhir dilakukannya penyelesaian transaksi dengan nilai
nominal lama.
e. Tanggal dimulainya penyelesaian transaksi dengan nilai nominal barn
dan distribusi saham dengan nilai nominal baru kedalam rekening efek
perusahaan atau bank kustodian (Abdul Halim, 2005:97).
2. Jenis-J en is Stock Split
Menurut Nasrndin (2006: 17-18) pada dasamya ada dua Jems
pemecahan saham yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Pemecahan sahan1 naik (split up) adalah penurunan nilai nominal per
lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang
beredar, misalnya stock split atas dasar satu-jadi-dua (two-for-one stock),
artinya setiap pemegang saham akan menerima dua lembar saham yang
dimiliki sebelumnya, nilai nominal sahan1 baru ialah setengah dari nilai
nominal saham sebelumnya.
b. Pemecahan saham turun (split down atau reverse split) adalah
peningkatan nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham
beredar, misalnya stock split atas dasar akim menerima satu lembar
saham sebagai pengganti sari dua lembar saham yang dimiliki
sebelumnya.
3. Manfaat Stock Split
Beberapa pelaku pasar, khususnya para emiten mempunyai pendapat
bahwa stock split memiliki berbagai manfaat cliantaranya aclalah (Inclah
Kumiawati, 2003:266):
a. Harga saham yang lebih rendah setelah stock split akan meingkatkan
claya tarik investor untuk membeli sejumlah saham yang lebih besar
sehingga clapat mengubah investor odd lot saham di bawah 500 lembar
(I lot) menjacli investor round lot yaitu investor yang membeli minimal
500 lembar.
b. Meningkatkan daya tarik investor kecil untuk melakukan investasi.
c. Meningkatkan jumlah pemegang saham sehingga pasar akan menjadi
likuicl.
cl. Sinyal yang positif bagi pasar bahwa kine1ja manajemen perusahaan
bagus dan memiliki prospek yang baik.
4. Dasar Teori Utama Stock Split
Banyak teori yang menje!askan motivasi stock split dalam literatur
stock split. Dua teori utama yang mendominasi literatur stock split adalah
signaling theory dan trading tange theory.
Signaling theory menyatakan bahwa stock split memberikan
informasi pada investor atau pemodal tentang prospek peningkatan return
masa depan. Stock split merupakan upaya untuk menarik perhatian investor
dengan memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai kondisi yang
bagus, karena stock split memerlukan biaya. Oleh karena itu, hanya
perusahaan yang mempunyai prospek yang bagus saja yang mampu
melakukannya
Trading range theory menyatakan bahwa stock split akan
meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Barga saham yang terlalu
tinggi
(over price)
menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut
diperdagangkan. Dengan adanya stock split, harga saham menjadi tidak
terlalu tinggi, sehingga akan semakin banyak investor yang mampu
bertransaksi (Marwata, 200 I: I 0).
Liquidity hypothesis, yaitu dengan pernecahan saham maka harga
saham a!can lebih rendah, sehingga lebih banyak investor individual
terdorong untuk membeli saham dan diharapkan likuiditas saham tersebut
meningkat (Achmad Rifa'I dan Rudi Handoko, 2005:151).
5. Pengarnh Stock Split pada Harga Saham
Setiap perusahaan yang menerbitkan saham harus memperhatikan
harga sahamnya. I-Iarga saham yang terlalu rendah dapat diartikan bahwa
kinerja perusahaan kurang baik, tetapi bila harga saham terlalu tinggi juga
menimbulkan dampak yang kurang baik,
yaitu akan
mengurangi
kemampuan para investor untuk membelinya sehingga menyebabkan harga
saham tersebut sulit untuk meningkat lagi. Untuk mengantisipasi ha!
tersebut, banyak perusahaan yang melakukan stock split dengan tujuan
untuk meningkatkan daya beli dan meningkatkan harga saham tersebut
(Elok Sri Utami, 2007:11).
I-Iarga pasar saham mencerminkan nilai suatu perusahaan. Semakin
tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan
te1jadi sebalilmya. Harga saham yang terlalu rendah sering diartikan bahwa
kine1ja perusahaan kurang baik. Namun bila harga saham terlalu tinggi
dapat mengurangi minat investor untuk berinvestasi sehingga harga saham
sulit untuk meningkat (Elok Sri Utami, 2007:11).
Kemahalan harga saham menjadi alasan bagi perusahaan untuk
melakukan pemecahan saham. Hal tersebut dapat dipahami karena apabila
harga pasar saham terlalu mahal maka menjadi ticlak menarik bagi investor,
terutama investor kecil, dan akhirnya saham menjadi tidak likuid. Dengan
alasan tersebut, semakin mahal harga saham dan semaldn rendah likuiclitas
saham, semakin besar kemungkinan perusahaan melakukan stock split (Elok
Sri Utami, 2007:11).
6. Pengaruh Stock Split pada Kinerja Perusahaan
Salah satu faktor yang ikut menentukan diambilnya kebijakan stock
split adalah informasi yang ada tentang kine1ja pernsahaan. Sebagian
peneliti menyimpulkan bahwa dengan dilakukannya stock split pada suatu
perusahaan,
memberi
sinyal
bahwa
perusahaan
tersebut
memiliki
performance yang cukup bagus. Asquith et al (1989) dalam Elok Sri Utami
(2007:12), menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan stock split
mengalami peningkatan laba yang signifikan untuk 4 tahun sebelum stock
split dilakukan, sehingga kine1ja perusahaan merupakan faktor yang
memotivasi perusahaan tmtuk melakukan kebijakan stock split.
Pengumuman tentang stock split memiliki pengaruh yang besar
terhadap reaksi pasar, yaitu dengan adanya sinyal positif bagi investor,
karena hanya perusahaan yang memiliki kine1:ja keuangan yang baik yang
melakukan stock split.
Berdasarkan signaling hypothesis, pengujian difokuskan untuk
menganalisis kondisi ldnerja keuangan perusahaan yang melakukan suatu
corporate action yalmi stock split. Hal ini disebabkan dengan adanya suatu
hipotesis yang menyebutkan bahwa stock split merupakan suatu bentuk
corporate
action
yang
digunakan
oleh
perusahaan
emiten
untuk
memberikan sinyal yang baik kepada publik. Stock split memberikan sinyal
yang baik bagi (calon) investor karena adanya perusahaan yang memiliki
kinerja yang bagus saja yang dapat melakukan stock split (Beni Suhendra
Winarso, 2005 :211 ).
B.
Laporan Keuangan
1. Kegunaan Laporan Keuangan
Darsono dan Ashari (2005:7) Dalam UU No.1/1995 tentang
Perseroan Terbatas (PT) jelas bahwa laporan keuangan merupakan suatu
alat pe1ianggungjawaban pengelolaan perusahaan oleh pengurus perusahaan
(Direksi dan Komisaris). Sebagai alat pertanggungjawaban, laporan
keuangan wajib disampaikan kepada pemilik. Kegunaan laporan keuangan,
sebagai berikut:
a. Laporan keuangan dapat menurunkan il?formation asymmetry
yaitu
kondisi dimana info1U1asi yang dimiliki oleh satu pihak Iebih banyak
dibandingkan dengan pihak !ainnya, sehingga dengan adanya laporan
keuangan, informasi akan tersebar secara merata antara pengelola dan
pemilik perusahaan.
b. Laporan keuangan dapat menurunkan perbedaan informasi dengan
menurunkan adverse selection, dengan cara memindahkan infom1asi
privat yang dimiliki oleh manajer menjadi infommsi publik.
c. Dengan adanya laporan keuangan dapat menurunkan moral hazard yang
dilakukan oleh manajer, karena perilaku manajerdapat dilihat dari
pengaruhnya pada laba perusahaan atau aset perusahaan.
2. Pengguna Laporan Keuangan
Pengguna
laporan
keuangan
dan
membutuhkan
informasi
keuangannya dapat dikelompokkan sebagai berikut (Darsono dan Ashari,
2005:11):
a. Investor atau pemilik
Pemilik
perusahaan
menanggung
risiko
atas
harta
yang
ditempatkan pada perusahaan. Pemilik membutuhkan info1masi untuk
menilai apakah perusahaan memiliki kemampuan membayar dividen.
Disamping
itu
untuk
menilai
apakah
investasinya
akan
tetap
dipertahankan atau clijual. Bagi calon pemilik, laporan keuangan dapat
memberikan informasi mengenai kemungkinan penempatan investasi
dalam perusahaan.
b. Pemberi Pinjaman (kreditor)
Pemberi
pinjaman membutuhkan infomnsi
keuangan guna
memutuskan memberi pinjaman dan kemampuan membayar angsuran
pokok clan bunga pada saat jatuh tempo.
c. Pernasok atau !creditor usaha lainnya
Pernasok rnernerlukan infonnasi keuangan untuk rnenentukan
besarnya penjualan !credit yang diberikan kepada perusahaan pembeli
dan kernampuan membayar pada saatjatuh tempo.
d. Pelanggan
Dalarn beberapa situasi, pelanggan sering rnembuat kontrak jangka
panjang dengan perusahaan, sehingga perlu inforrnasi mengenai
kesehatan keuangan perusahaan yang akan rnelakukan kerjasama.
e. Karyawan
Karyawan dan serikat buruh memerlukan informasi keuangan guna
menilai kernarnpuan perusahaan untuk rnendatangkan laba dan stabilitas
usahanya. Dalam ha! ini, karyawan mernbutuhkan infonnasi untuk
rnenilai
kelangsungan
hidup
perusahaan
sebagai
tern pat
menggantungkan hidupnya.
f.
Pernerintah
Informal keuangan bagi pernerintah digunakan untuk menentukan
kebijakan dalam bidang ekonorni, misalnya alokasi sumber data UMR,
pajak, pungutan, se1ia bantuan.
g. Masyarakat
Laporan keungan dapat digunakan untuk bahan pengajaran,
analisis, serta informasi trend dan kemakmuran.
C.
Komponen Laporan Keuangan
Menurut Darsono dan Ashari (2005:27) berdasarkan standar akuntansi
keuangan, komponen laporan keuangan meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporana arus kas, dan laporan perubahan ekuitas.
1. Neraca
Neraca adalah laporan posisi keuangan perusalman pada suatu waktu
tertentu. Sisi kiri neraca menuajukkan aktiva perusahaan, sedangkan sisi
kanan neraca memmjukkan kewajiban dan ekuitas atau klaim terhadap
passiva (Dewi Astuti, 2005:19).
Menurut Warren et al (2005:27) bentuk neraca terbagi dua yaitu:
a. Bentuk alcun (account form) Menggambarkan format dasar dari
persamaan akuntansi dimana alctiva ditempatkan disebelah kiri dan
kewajiban, ekuitas pemilik disebelah kmmn.
b. Bentuk laporan (l·eport form) yang menempatka.11 kewajiban dan elcuitas
pemilik dibawah aktiva.
Hubungan diantara keduanya dapat dinyatakan dalam persamaan
(Warren et al, 2005:18) sebagai berikut:
I AKTIVA= KEWAJIBAN + EKUITAS PEMILIK I
Akun-aktm neraca di catat berdasarkan alcrual. Artinya transaksi dicatat
jika telah terjadi perpindahan hale dan kewajiban, meskipun uang atau
kasnya belum diterima (Darsono dan Ashari, 2005:20)
mempuuyai pengaruh yaitu meningkatkan ekuitas pemilik (modal) dalam
periode te1tentu. Jika beban melebihi pendapatan maka disebut rugi bersih
(net loss) akan menurunkan ekuitas pemilik (modal) dalam periode yang
bersangkutan. Persamaan perhitungan laba rugi sebagai berikut:
LABA (RUGI) BERSIH = PENDAPATAN -BABAN
SAK
menyebutkan
Laba
rugi
memberikan
gambaran
kinerja
operasional perusahaan. Laporan lab-rugi dicatat dengan dasar akrual yaitu
dasar penyusutan laporan dengan mengakui pendapatan pada saat te1jadi
penjualan dan mengakui pengeluaran pada saat menjadi beban periode yang
bersangkutan (Dewi Astuti, 2004:15).
3. Laporan Arns Kas
Arus kas adalah kas yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dan
digunakan untuk membayar kepada kreditur dan pemegang saham (Ross
dan Wasterfield dalam Ahmad Hanin Fatah, 2002: 19).
Laporan arus kas menggambarkan perputaran uang selama periode
tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. Laporan arus kas terdiri atas
(Darsono dan AshaTi,2005:22):
a. Kas dari/untuk kegiatan operasional
Kas dari/untuk kegiatan operasional adalah kas yang diperoleh dari
penjualan, penerimaan piutang clan untuk pembayaran utang usaha,
pembelian barang, dan biaya lainnya.
b. Kas dari/untuk kegiatan ivestasi
Kas dari/untuk kegiatan ivestasi adalab kas dari penjualan aktiva
tetap dan untuk pembelian aktiva tetap atau investasi pada sabam atau
obligasi. Arus kas dari aktivitas investasi meni~erminkan penerimaan dan
pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk
menghasilkan pendapatan arus kas masa depan.
c. Kas dari/untuk kegiatan pendanaan
Kas dari/untuk kegiatan pendanaan adalah kas berasal dari setoran
modal, hutang jangka panjang/bank, Iaba ditaban yang dikonversi ke
dalam modal dan untuk pengembalian modal, membayar dividen, dan
membayar pokok utang bank.
D.
Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah ala! utama untuk menganalisis keuangan, rasio
dapat menstandardisasi informasi keuangan yang dapat dipakai sebagai alat
pembanding antar perusahaan dengan ukuran yang berbeda (Keown et al,
2001:108).
Rasio merupakan alat yang penting untuk mengukur perkembangan
suatu usaha dan untuk membandingkan suatu usaha dengan para pesaingnya
(Gill dan Chatton, 2003:28).
Menurut Darsono dan Ashari (2005:51) analisis rasio keuangan
dirancang untuk membantu mengevaluasi laporan keuangan. Perhitungan
analisis rasio digunakan data yang terdapat dalam neraca dan laporan Iaba rugi.
Jenis-jenis analisis rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisis kine1ja
perusahaan adalah rasio neraca (likuiditas dan solvabilitas), rasio laba rugi
(profitabilitas), rasio neraca (aktivitas).
1. Rasio Likuiditas
Rasio ini disebut sebagai sebagai liquidity ratio, digunakan untuk
mengukur jumlah uang yang tersedia untuk membayar kewajiban jangka
pendek (Gill dan Chatton, 2003:36). Kewajiban jangka pendek seperti
melunasi hutang perusahaan yang jatuh tempo dalam jangka pendek (Dewi
Astuti, 2004:31). Dari rasio ini banyak pandangan ke dalam yang bisa
didapatkan mengcnai kompetensi keuangan saat ini perusahaan dan
kemampuan perusahaan untuk tetap kompeten jika terjadi masalah (Van
Horne, 2005:206).
a. Rasio Lancar (Curret Ratio)
Rasio Lancar (Curret Ratio) adalah rasio untuk mengukur sampai
seberapa jauh aset lancar (aktiva Iancar) perusahaan mampu untuk
melunasi kewajibanjangka pendeknya (Toto Prihadi, 2008:21).
J
Rumus rasio Iancar (current ratio) (Van Horne, 2005:207) adalah:
Rasio Lancar
__
Aktiva Lancar
"
Kewajiban Jangka Penclek
.
·
"=·"'=
,. .i;
''""'""''='"-·~·
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Apabila rasio lancar menghitung seluruh aktiva lancar, maka rasio
cepat (quick ratio) ini menghilangkan unsur persediaan dalam aktiva
lancarnya (Toto Prihadi, 2008:22).
Ukuran yang lebih konservatif atas l.ikuiditas adalah rasio cepat
(quick ratio). Rumus Rasio cepat (Van Horne, 2005:207) adalah:
Aktiva Lancar - Persediaan
Rasio Cepat =
----------
Kewajiban Jangka Pendek
2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah ras10 ll!ltuk mengetahui keman1puan
perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut di
likuidasi. Rasio ini juga disebut dengan rasui pengungkit (leverage) yaitu
menilai batasan perusahaan <lalam meminjam uang (Darsono dan Ashari,
2005:54).
Menurut Van Home (2005:209) agar dapat menilai sejauh mana
perusahaan menggllllakan uang yang dipinjam, kita dapat menggunakan
beberapa rasio utang (debt ratio), di antaranya:
a. Rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ralio)
Rasio utang terhadap ekuitas dihitung hanya dengan membagi total
utang perusahaan (te1masuk kewajiban jangka pendek) dengan ekuitas
pemegang sahan1, rumusnya sebagai berikut:
Total Utang
DER=~~~~~~~~­
Ekuitas Pemegang Saham
b. Rasio utang terhadap total aktiva (debt to total asset ratio)
Rasio utang terhadap total aktiva didapat dari membagi total utang
perusahaan dengan total a](tivanya, rumusnya sebagai berikut:
Total Utang
DAR=
Total Aktiva
Rasio ini berfungsi dengan tujuan yang hampir sama dengan rasio
utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio). Rasia ini menekankan pada
peran penting pendanaan utang bagi perusahaan dengan menunjuk
persentase aktiva perusahaan yang didukung
oleh pendanaan utang
(Van Horne, 2005:210).
3. Rasio Profitabilitas
Menurut Dewi Astuti (2004:37) profitabilitas adalah kemampuan
suatu
perusahaan
untuk
menghasilkan
laba.
Satu-satunya
ukuran
profitabilitas yang paling penting adalah laba bersih. Para investor dan
kreditor sangat berkepentingan dalam mengevaluasi kemampuan perusahaan
menghasilkan laba saat ini maupun dimasa mendatang. Rasio profitabilitas
ini terdiri dari:
a. Net Profit Margin (rasio margin laba bersih)
Rasio
ini
mencerminkan
kemampuan
perusahaandalam
mengendalikan biaya dan pengeluaran selmbungan dengan penjualan
(Dewi Astuti, 2004:36).
Rasio ini menunjukkan sebaik apakah pengelolaan biaya operasi,
apakah perusahaan telah menghasilkan banyak penjualan untuk menutup
biaya tetap dan masih menyisakan laba yang banyak (Gill dan Chatton,
2003:48).
Rumus Net Profit Margin adalah (Dewi Astuti, 2004:36):
Laba Bersih Setelah Pajak
NPM=
X 100%
Penjualan Bersih
b. Return On Equity (pengembalian atas ekuitas)
Rasio ini menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak
manaJemen dalan1
memaksimumkan tingkat hasil
pengembalian
investasi pemegang saham dan menekankan pada hasil pendapatan
sehubungan dengan jumlah yang diinvestasikan. Rasio ini disebut juga
dengan rasio pengembalian atas ekuitas saham (Dewi Astuti, 2004:37).
Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan
tingkat kembalian yang lebih besar pada peme:gang saham (Darsono dan
Ashari, 2005:57).
ROE dapat dihitung dengan rumus (Dewi Astuti, 2004:37):
Laba Bersih Setelah Pajak
ROE=
X 100%
Total Ekuitas
4. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas dikenal juga sebagai ras10 pengelolaan aktiva
mengukur efektivitas perusahaan dalam mengelola aktiva yaitu mengukur
kemampuan seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan. Rasio aktivitas
ini menunjukkan seberapa cepat aktiva lancar dapat dikonversikan kedalam
kas. Jika aktiva perusahaan terlalu banyak dibandingkan penjualan yang
dihasilkan maka biaya modal menjadi terlalu tinggi. Sebaliknya bila aktiva
perusaliaan
kurang
maka
perusahaan
kehilangan
penjualan
yang
menguntungkan (Dewi Astuti, 2004:31 ).
Menurut Toto Prihadi (2008:33-34) aktivitas perusahaan dapat
dikaitkan dengan jangka waktu terikatnya dana pada asset. Secara umum
aset dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Aset lancar yang digunakan untuk aktivitas rutin.
b. Aset tidak lancar yang tertanam dalam waktu yang lama.
Rasio aktivitas disebut juga rasio perputaran total aktiva (total asset
turnover), merupakan ukuran keseluruhan perputaran seluruh asset. Rasio
ini cukup sering digunakan karena cakupannya yang menyeluruh. Tanpa
memandang jenis usaha, rasio ini dapat menggambarkan sampai seberapa
baik dukungan seluruh asset untuk memperoleh penjualan (Toto Prihadi,
2008:41).
Rumus perputaran total aktiva (total asset
turnove1~
adalah(Toto
Prihadi, 2008:41):
Sales
-1
Total Asset~~~rnover =Average Total~ssetj
E.
Harga Saham
Harga saham adalah harga penutupan (closing price) perdagangan harian
saham (Magdalena, 2004:26).
Harga pasar sahan1 mencerminkan nilai suatu perusahaan. Semakin
tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan
te1jadi sebaliknya. Harga saham yang terlalu rendah sering diartikan bahwa
kinerja perusahaan kurang baik. Namun bila harga saham terlalu tinggi dapat
mengurangi minat investor untnk berinvestasi sehingga harga saham sulit untuk
meningkat (Elok Sri Utami, 2007:11).
Analisis teknikal adalah analisis harga saham clengan melihat pergerakan
harga dan jumlah perdagangan yang lalu. Sedangkan analisis fundamental
adalah analisis yang memperkirakan harga saham dengan mengestimasi nilai
faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya serta menerapkan hubungan
variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham (Ahmad
Rodoni, 2005:29).
1. Price Earning Ratio
Rasio harga/laba (price/earning ratio) menunjukkan jumlah uang rela
dikeluarkan oleh para investor untuk membayar setiap dolar laba yang
dilaporkan (Brigham, Houston 2006: 110).
Menutut Siti Khadijah (2006:30) pengaruh price earning ratio
terhadap harga saham dapat dinyatakan bahwa dengan price earning ratio
yang tinggi menggambarkan tingkat pertumbuhan perusahaan JUga
meningkat.
Sehingga,
meningkatnya pertumbuhan perusahaan clapat
membuat nilai atau harga saham meningkat pula. Jadi antara price earning
ratio dan harga saham memiliki lrnbungan yang positif.
Rumus
rasio
harga/laba (price/earning ratio)
Houston 2006: 110):
Price per Share
Price/Earning Ratio =
--------
Earning per Share
adalah(Brigham,
2. Price to Book Value
Pengertian book disini adalah nilai buku dari ekuitas. Nilai ini
diperoleh dengan mengambil total ekuitas sebagai book value (Toto Prihadi,
2008:130).
Rasio harga pasar saham terhadap nilai
bukunya juga akan
memberikan indikasi yang lain tentang bagaimana investor memandang
perusahaan. Perusahaau dengau tingkat pengembalian ekuitas yang relatif
tinggi biasauya menjual dengau perkalian nilai buku yang lebih besar jika
dibandingkan dengan perusahaan yang pengemba.liaunya rendah (Brigham,
Houston 2006: 112).
Rumus nilai buku per Jembar saham adalah(Brigham, Houston
2006:112):
[J
I
Eknitas saham Biasa
Price to Book Value=
'
.
Jumlah Saham ~eredar .
F.
Penelitian Terdahulu yang Relevan
Beni Suhendra Winarso (2005) menganalisis tentang perbedaau kine1ja
keuangan antara perusahaau yang melakukan stock split dengan perusahaau
yang tidak melakukan stock split, pengujian tersebut mengacu pada signaling
the01y. Objek penelitian pada perusahaan manufaktur yang melakukan stock
split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan Independent sample test, hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa secara statistik antara perusahaan yang
melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split tidak
memiliki perbedaan yang signifikan dalam kineija keuangannya. Hal ini
bertolak belakang dengan signalling theory yang menyatakan bahwa hanya
perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang bagus saja yang mampu
melakukan stock ;plit.
Achmad Rifa'i dan Rudi Handoko (2005) yang melakukan penelitian
untuk mengetahui pengaruh pemecahan saham (stock split) terhadap tingkat
pengembalian saham, studi mengenai efisiensi pasar bentuk setengah kuat di
Bursa Efek Indonesia. Objek penelitiannya adalah seluruh emiten yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan model pasar, yang
menggunakan asumsi bahwa return saham dapat diperoleh dengan teknik
regresi OLS (Ordinary Least Square). Dalam penelititan ini, data penelitian
dikelompokkan menjadi dua, yaitu emiten kelompok ND (Non-Dividen/bukan
pembayar dividen) dan emiten kelompok D (Dividen/pembayar dividen). Basil
penelitian ini menemukan bahwa pengaruh informasi pemecahan saham
terhadap return saham lebih kuat te1jadi pada perusahaan yang tercatat tidak
membayarkan dividen tunai (ND) daripada perusahaan yang tercatat melakukan
pembayaran dividen tunai sebelumnya (D).
I-laijanti Widiastuti dan Usmara (2005) menguji tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi stock split dan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan.
Sampel yang digunakan terdiri dari 30 perusahaan non keuangan yang
melakukan stock split dan 30 perusahaan non keuangan yang tidak melakukan
stock split pada tahun 2000 - 200 I di BEL Untuk menguji hipotesis digunakan
uji statistik logistic regression. Dasi! penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat
kemahalan harga saham yang diukur dengan F'BV berpengaruh positif
signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split.
Likuiditas yang diukur dengan bid ask spread tidak berpengaruh positif
signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Adanya
perbedaan yang signifikan nilai perusahaan yang diukur dengan Tobin's q
sebelum dan sesudah stock split.
Indah Kurniawati (2003) menganalisis tentang kandungan informasi
stock split dan likuiditas saham: studi empiris pada non-synchronous trading.
Penelitian ini merupakan event study dengan windows periods I I hari
perdagangan yaitu pengujian berdasarkan pengamatan harga saham lima hari
sebelum tanggal pengumuman, pada saat pengumuman dan lima hari setelah
tanggal pengumuman. Lamanya estimation period yang digunakan adalah
seratus hari sebelum event windows. Data yang digunakan dalam penelitian
pada periode I 994 - 1997 diambil dari berbagai :mmber yakni Indonesian
Capital Market Directory, Indonesian Stock Exchange dan lain-lain. Dalam
penelitian ini, uji statistik abnormal return dilakukan menggunakan uji t (test).
Hasil penelitian in,i menunjukkan bahwa pengumurnan stock split memiliki
kandungan informasi sehingga direspon oleh para pelaku pasar. Pacla pengujian
likuiclitas saham menunjukkan hanya beta saja yang memiliki perbedaan yang
signifikan, sedangkan volume perdagangan dan bid ask spread meskipun
berbeda tetapi tidak signifikan.
Julita (2002) melakukan penelitian tentang market reactions of stock
split announcement. Sampel yang digunakan adalah seluruh saham yang masih
diperdagangkan selama periode penelitian. Penelitian ini menggunakan data
sekunder. Data yang dikumpulkan berupa data historis dari bulan januari 1989
hingga 31 Desember 1999 untuk data lab, sedangkan data return dikumpulkan
pada tahun 1995 - 1996. Penelitian yang dilakukan adalah studi peristiwa (event
study) yaitu studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa
('event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Hasil
penelitian ini dapat disimpulkan beberapa ha! sebagai berikut: (1)
dengan
sampel yang telah dibersihkan dari kontaminasi infommsi lain ditemukan
bahwa stock split tetap direspon secara positif oleh pasar, (2) pasar menafsirkan
informasi stock split secara optimis sebagai suatu sinyal positif mengenai
kinerja perusahaan berkaitan dengan harapan akan a<lanya tambahan
kemakmuran (abnormal return) untuk investor, (3) terjadi kenaikan laba yang
diproksikan dengan EPS pada tahun-tahun sebelum dan sesudah stock split.
Marwata (2001) menguji perbedaan kinerja keuangan, harga saham dan
pemecahan saham, dengan mengambil sampel sebanyak 54 perusahaan publik
yang melakukan stock split pada tahun 1996 - 1997. Hasilnya menunjukkan
bahwa kinerja keuangan yang melakukan stock split yang diukur dari laba
bersih per lembar saham (EPS) ticlak lebih tinggi claripada perusahaan yang
tidak melakukan stock split. Dengan demikian hasil penelitiannya tidak
mendukung signaling theory. Sedangkan ditinjau dari tingkat kemahalan harga
saham, rasio harga saham terhadap nilai buku (PBV) perusahaan yang
melakukan stock split lebih mahal daripada perusahaan yang tidak melakukan
stock split.
G.
Kerangka Pemikiran
~
Data Sampel Perusahaan di Bursa Efok Indonesia
•
'
Kinerja Keuangan dan Harga
Saham Perusahaan yang
Melakukan
Stock Split
Kine:rja Keuangan dan Harga
Saham Perusahaan yang tidak
Melakukan
Stock Split
~·
Menghitung Rasio Keuangan
(Current Ratio, Quick Rario,
Debt Equity Ratio, Return on
Equity, Net Profit Margin, Total
Asset Turnover, Price Earning
Ratio, dan Price To Book
Value)
Menghitung Rasio Keuangan
(Current Ratio, Quick Ratio,
Debt Equity Ratio, Return on
Equity, Net Profit Margin, Total
Asset Turnover, Price Earning
Ratio, dan Price To Book
Value)
-
Uji Beda dengan
Mann~ Whitney Test
Kesimpulan
Hipotesa Penelitian
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menentukan
perusahaan-perusahaan
yang
masuk
dalam
kategori
perusahaan
yang
melakukasn stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split, dalam
ha! ini penentuan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, sepe1ii
yang dijelaskan dalam metode penentuan sampel pada bab III.
Selanjutnya memasukkan rasio-rasio keuangan untuk masing-masing
kategori perusahaan yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidak
melakukan stock split. Rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur
kine1ja keuangan yaitu: current ratio, quick ratio, debt to equity ratio, return on
equity, net profit margin, dan total asset turnover. Sedangkan rasio-rasio
keuangan yang digunakan untuk mengukur harga saham yaitu: price earning
ratio dan price to book value.
Setelah itu dilakukan uji analisis compare means dengan menggunakan
mann whitney test apabila data tidak berdistribusi normal. Uji tersebut
digunakan sebagai perbandingan atau studi komparatif untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan dan harga saham antara perusahaan
yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock
split.
H.
Hipotesis
Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu, dan kerangka
pemikiran di atas, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :
Hipotesis untuk kinerja keuangan
Ho : µ1-µz
~
0 : Tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan pada perusahaan
yang
melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak
melakukan stock split.
Ho: µ1-µ2,t 0: Terdapat perbedaan
yang
kine1ja kemmgan pada perusahaan
melakukan stock split dengan pernsahaan yang tidak
melakukan stock split.
Hipotesis untuk harga saham
Ho : µ1-µ2 ~ 0 : Tidak terdapat perbedaan harga saham pada perusahaan
yang
melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak
melakukan stock split.
Ho : µ1-µ2 ,t 0 : Terclapat perbeclaan harga saham pada perusahaan yang
melakukan stock split
melakukan stock split.
clengan
perusahaan
yang
tidak
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian studi empiris untuk menguji
perbedaan kinerja keuangan clan harga saham antara perusahaan yang
melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split.
Data-data yang digunakan adalah data historis dan data-data keuangan berupa
laporan keuangan perusahaan di BEI tahun 2006 - 2007.
B.
Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini, yaitu seluruh perusahaan go publik yang
terdaftar di BEI dengan periode obscrvasi tahun 2006 -- 2007. Pemilihan sampel
menggunakan metocle pw1JOsive sampling clengan kriteria sebagai berikut :
I.
Perusahaan yang terclaftar clan aktif di perclagangkan di BEI periocle tahun
2006-2007.
2.
Perusahaan yang memiliki tingkat asset yang tidak jauh berbeda untuk
kategori sampel perusahaan yang ticlak melakukan stock split.
3.
Perusahaan yang melakukan stock split clan ticlak melakukan stock split
antara tahun 2006 - 2007.
4.
Data Laporan Keuangan, berupa Neraca dan Laporan Rugi-Laba
perusahaan yang melakukan stock split dan tidak melakukan stock split
tersedia lengkap.
C.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dibutuhk:an dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
berupa laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2006 2007.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan data sekunder atau studi k:epustakaan dengan cara:
1.
Field Research
Untuk memperoleh data, penulis mengadakan penelitian langsung
ke Bursa Efek: Indonesia untuk: memperoleh data-data yang diperlukan
melalui pusat layanan informasi pada pusat reforensi pasar modal.
2.
Library Research
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan literatur teori-teori
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti sebagai data penunjang.
Sumber-sumber
1m
digunakan
sebagai
tinjauan
pustaka
untuk
menganalisis dan membahas permasalahan penelitian ini.
D.
Metode Analisis
Untuk menguji hipotesis perbandingan kine1ja keuangan dan harga
saham antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang
tidak melakukan stock split, maka digunakan langkah-langkah analisis sebagai
berikut:
Mendeskripsikan kinerja keuangan dan harga saham pernsahaan-
1.
perusahaan yang masuk dalam kategori melakukan stock split dan
perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan stock split.
2.
Mendeskripsikan kinerja rata-rata keuangan dan harga saham
perusahaan-perusahaan yang masuk dalam kategori melakukan stock
split dan perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan stock split.
3.
Melakukan uji compare means dengan mann-whitney terhadap
kinerja keuangan dan harga saham perusahaan-perusahaan tersebut.
Uji Statistik
Uji Mann-Whitney merupakan bagian dari statistik non parametrik yang
bertujuan untuk membantu peneliti dalam membedak:m basil kine1ja kelompok
yang terdapat dalam sampel ke dalam dua kelompok dengan dua !criteria yang
berbeda.
Uji
Mann-Whitney
diglmakan
untuk
menguji
beda
dengan
menggunakan dua rata-rata variabel dan jumlah data sampel penelitian yang
sangat sedikit (kurang dari 30).
Pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis jika
hipotesis nol (Ho) yang diusulkan:
I. Ho diterima jika nilai p-value pada kolom Asimp.Sig (2-tailed) > level of
significant (a).
2. Ho ditolak jika nilai p-value pacla kolom Asimp.Sig (2-tailed) < level of
significant (a).
Pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis jika
hipotesis altematif (Ha) yang diusulkan:
2. Ha diterima jika nilai p-value pada kolom Asimp.Sig (2-tailed) < level of
significant (a).
3. Ha ditolak jika nilai p-value pada kolom Asimp.Sig (2-tailed) > level of
significant (a) (Nugroho, 2005:121).
Ada dua dasar pengambilan keputusan dalam pengujian Mann-Whitney
Test:
I. Dengan membandingkan angka Z hitung dan Z tabel.
Jika Z hitung < Z tabel, maka Ho diterima
Jika Z hitung > Z tabel, maka Ho ditolak
2. Dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan:
Jika probabilitas > 0.05 maka Ho diterima
Jika probabilitas < 0.05 maka Ho ditolak
Untuk tingkat kepercayaan 95% clari ui dua sisi ( standar untuk
perhilungan di SPSS) clidapat nilai Z tabel adalah ± L96. Bentuk pengarnbilan
keputusan dengan alpha 0.05 (pengujian dua sisi) adalah (Santoso, 2001: 124 ):
Ho diterima jika: -1.96:SZh:S+1.96
Ho ditolakjika: Zh > +l.96 atau <-1.96
Rumus untuk mencari Z hitung dalam mann-whitney test (Santoso, 2001:124):
U - ( Y:..nl.n2)
z= -----------/ Y:..nl.n2.(nl + n2 +I)
U= nl.n2+ [1/2 n. (nx+l)-Rx]
Dimana:
nl
=
Jumlah variable I
n2
=
Jumlah variabel 2
Rx= Jumlah ranking
X
E.
=
Kode variable
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Adapun operasional dan pengukuran variabel penelitian yang penulis
gunakan sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas
Rasio ini disebut sebagai sebagai liquidity ratio, digunakan untuk
mengukur jumlah uang yang tersedia untuk membayar kewajiban jangka
pendek (Gill dan Chatton, 2003:36). Kewajiban jangka pendek seperti
melunasi hutang pernsahaan yang jatuh tempo dalam jangka pendek (Dewi
Astuti, 2004:31). Dari rasio ini banyak pandangan ke dalam yang bisa
didapatkan mengenai kompetensi keuangan saat ini perusahaan dan
kemampuan perusahaan untuk tetap kompeten jika terjadi masalah (Van
Home, 2005:206).
a. Rasio Lancar (Curret Ratio)
Rasio Lancar (Curret Ratio) adalah rasio untuk mengukur sampai
seberapa jauh aset Iancar (aktiva Ian car) perusahaan mampu untuk
melunasi kewajibanjangka pendeknya (Toto Prihadi, 2008:21).
Rum us rasio lancar (current ratio) adalah(Van Home, 2005 :207):
Aktiva Lancar
Rasio Lancar
Kewajiban Jangka Pendek
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Apabila rasio lancar menghitung seluruh aktiva lancar, maka rasio
cepat (quick ratio) ini menghilangkan unsur persediaan dalam aktiva
lancarnya (Toto Prihadi, 2008:22)
Ukuran yang lebih konservatif atas likuiditas adalah rasio cepat
(quick ratio) (Van Home, 2005:207).
Aktiva Lancar - Persediaan
Rasio Cepat =
------·----
Kewajiban Jangka Pendek
2. Rasio Solvabilitas
Menurut Van Home (2005:209) Agar dapat menilai sejauh mana
perusahaan menggunakan uang yang dipinjan1, kita dapat menggunakan
beberapa rasio utang (debt ratio), diantaranya:
a. Rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio)
Rasia utang terhadap ekuitas dihitung hanya dengan membagi total
utang perusahaan (termasuk kewajiban jangka pendek) dengan ekuitas
pemegang saham, rumusnya sebagai berikut:
Total Utang
DER=---------Ekuitas Pemegang Saham
b.
Rasia utang terhadap total aktiva (debt to total asset ratio)
Rasia utang terhadap total aktiva didapat dari membagitotal utang
perusahaan dengan total aktivanya, rumusnya sebagai berikut:
Total Utang
DAR=----Total Aktiva
3. Rasio Profitabilitas
Dewi Astuti (2004:37) Profitabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk menghasilkan laba. Satu-satunya ukuran profitabilitas
yang paling penting adalah laba bersih. Para investor dan kreditor sangat
berkepentingan dalarn rnengevaluasi kemampuan perusahaan menghasilkan
laba saat ini maupun dimasa mendatang. Rasia profitabilitas ini terdiri dari:
a. Net Profit Margin (rasia margin laba bersih)
Rasia
ini
mencerminkan
kemampu.an
perusahaan
dalam
mengendalikan biaya dan pengeluaran sehubungan dengan penjualan
(Dewi Astuti, 2004:36).
Rasia ini menunjukkan sebaik apakah pengelalaan biaya aperasi,
apakah perusahaan telah menghasilkan banyak penjualan tmtuk menutup
biaya tetap dan masih menyisakan laba yang banyak (Gill dan Chattan,
2003:48).
Rumus Net Profit lvfargin adalah(Dewi Astuti, 2004:36):
Laba Bersih Setelah Pajak
NPM=
X 100%
Penjualan Bersih
b. Return On Equity (pengembalian atas ekuitas)
Rasia ini menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak
manajemen
dalam
memaksimumkan tingkat hasil
pengembalian
investasi pemegang saliam dan menekankan pada basil pendapatan
sehubungan dengan jumlah yang diinvestasikan. Rasio ini disebut juga
dengan rasio pengembalian atas ekuitas saham (Dewi Astuti, 2004:37).
Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan
tingkat kembalian yang lebih besar pada pemegang saham (Darsono dan
Ashari, 2005:57).
ROE dapat dihitung dengan rumus (Dewi Astuti, 2004:37):
Laba Bersih Setelah Pajak
ROE=
X 100%
Total Ekuitas
4. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas disebut juga rasio perputaran total aktiva (total asset
turnover), merupakan ukuran keseluruhan perputaran seluruh asset. Rasio
ini cukup sering digunakan karena cakupannya yang menyeluruh. Tanpa
memandang jenis usaha, rasio ini dapat menggambarkan sampai seberapa
baik dukungan seluruh aset untuk memperoleh penjualan (Toto Prihadi,
2008:41).
Rumus perputaran total aktiva (total asset turnover) adalah (Toto
Prihadi, 2008:41):
Sales
Total Asset Turnover=------Average Total Asset
5. Harga Saham
Harga saham adalah harga penutupan (closing price) perdagangan
harian saham (Magdalena, 2004:26).
Harga pasar saham mencerminkan nilai suatu perusahaan. Semakin
tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan
te1jadi sebaliknya. Harga saham yang terlalu rendah sering diartikan bahwa
kinerja perusahaan kurang baik. N amun bila harga saham terlalu tinggi
dapat mengurangi minat investor untuk berinvestasi sehingga harga saham
sulit untuk meningkat (Elok Sri Utami, 2007: 11).
a. Price Earning Ratio
Rasio harga/laba (price/earning ratio) menurrjukkanjumlah uang yang
rela dikeluarkan oleh para investor untuk membayar setiap dolar laba yang
dilaporkan (Brigham, Houston 2006:110).
Rumus
rasio
harga/laba (price/earning
ratio)
adalah(Brigham,
Houston 2006: 110):
Price per Share
Price/Earning Ratio = - - - - - - Earning per Share
b. Price to Book Value
Pengertian book disini adalah nilai buku dari ekuitas. Nilai ini
diperoleh dengan mengambil total ekuitas sebagai book value (Toto
Prihadi, 2008:130).
Rasia harga pasar saham terhadap nilai bukunya juga akan
memberikan indikasi yang lain tentang bagaimana investor memandang
perusahaan. Perusahaan dengan tingkat pengembalian ekuitas yang relatif
tinggi biasanya menjual dengan perkalian nilai buku yang lebih besar jika
dibandingkan
dengan
perusahaan
yang
pengembaliannya
rendah
(Brigham, Houston 2006:112).
Rumus nilai buku per lembar saham adalah(Brigham, Houston
2006:112):
Ekuitas saham Biasa
Price to Book Value=---------Jumlah Saham Beredar
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengolahan Data dan Analisis Deskriftif
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan fasilitas elektronik
dengan menggunakan microsofl excel dan program SPSS 12.0 for windows.
Langkah pertama dalam penelitian ini adalah melakukan penentuan sampel
dengan metode purposive sampling pada pernsahaan-perusaham1 di Bursa
Efek Indonesia periode 2006-2007.
Berdasarkan metode purposive sampling rnaka didapat 13 pernsahaan
yang melakukm1 melakukan stock split dan 13 perusahaan yang tidak
melakukan stock split. Tabel-tabel berikut ini akm1 menyajikan sampel
perusahan ym1g melakukan stock split dan perusahaan yang tidak melakukan
stock split.
1. Rasio Likuiditas
a. Aualisis Current Ratio
Tabei 4.1
Current Ratio
Perusahaan yang Melakukan Stock Split
NO
1
2
0
~
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
KODEEMITEN
APOL
EK.AD
INTA
JRPT
TMAS
PJAA
PLIN
TSPC
AKRA
ANTM
CPIN
SMGR
SOBI
Sumber : Data D10lah
NAMA PERUSAHAAN
Arpeni Pratama Ocean Line
Ekadharma International
Intraco Penta
Jaya Real Property
Pelayaran Tempuran Emas
Pembangunan Jaya Ancol
Plaza Indonesia Realty
Tempo Scan Pacifik
AKR Corporindo
Aneka Tambang
Charoen Pokphand Indonesia
Semen Gresik Persero
Sorini Corporation
Rafa -rata - - - -
CR
2.05
3.92
3.37
2.91
0.39
2.55
4.16
4.39
1.18
3.02
1.44
2.48
1.70
2.58
Current ratio adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar
yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek, aktiva lancar
meliputi kas, efek persediaan, dan aktiva lancar lainnya. Sedangkan
hutang jangka pendek meliputi hutang dagang, hutang wesel, hutang bank,
hutang gaji, dan hutang lainnya yang harus segera dibayarkan.
Semalcin tinggi rasio ini berarti semakin bagus karena menunjukkan
bahwa perusahaan mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya tepat
waktu. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi tingkat likuiditas
perusahaan sehingga kine1ja perusahaan tersebut semakin baik.
Rasio lancar (current ratio) adalah rasio untuk mengukur sampai
seberapa jauh aset lancar perusahaan mampu untuk melunasi kewajiban
jangka pendelmya. Semakin tinggi rasio ini akan semakin aman bagi
!creditor (Toto Prihadi, 2008:21).
Semakin tinggi rasio ini akan semakin aman bagi kreditor. Angka satu
kali (IX) rnencerrninkan aset lancar sarna dengan utang lancar. Jadi rnasih
terlalu mepet, walaupun sudah menggambarkan ketersediaan aset yang
ada rnampu untul( menutup utang lancar. Angka 1,5 X lebih arnan untuk
digunakan sebagai batas bawah (Toto Prihadi, 2008:21 ).
Dari tabel 4.1 terdapat 13 kategori perusahaan yang rnelakukan stock
split, perusahaan yang merniliki current ratio paling tinggi adalah Tempo
Scan Pacifik yaitu sebesar 4.39 perusahaan ini dapat rnenutupi sernua
hutang lancarnya dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Angka ini sangat
bagus karena aset lancar yang dimiliki perusahaan Tempo Scan Pacipik
sangat banyak dan cukup untuk menutupi utang lancarnya. Sedangkan
perusahaan yang memiliki likuiditas yang rendah yaitu perusahaan
Pelayaran Tempuran Emas dengan rasio sebesar 0.39. Kondisi perusahaan
ini sangat buruk, karena aset lancar perusahaan yang dimiliki tidak mampu
rnenutupi hutang lancarnya. Karena Angka satu kali (1 X) mence1minkan
aset lancar sama dengan utang lancar. Angka 1,5 X lebih aman untuk
digunakan sebagai batas bawah (Toto Prihadi, 2008:21 ).
Tabet 4.2
Current Ratio
Perusahaan yang tidak Melakuk:m Stock Split
NO
I
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
KODEEMITEN
AALI
AMFG
AUTO
APEX
BRAM
FASW
IMAS
KLBF
MASA
MYOR
SIPD
SMDR
UNVR
NAMA PERUSAHAAN
Astra Agro Lestari
Asahimas Flat Glass
Astra Oto]2mis
Apexindo Pratama Duta
Branta Mulia
Fajar Surya Wisesa
Indomobil Sukses International
KalbeFarma
Multi Strada Arah Sarana
Mayora Indah
Sierad Produce
Samudra Indonesia
Unilever Indonesia
Rata-rata
CR
1.02
2.70
2.04
3.69
3.93
1.85
1.07
4.26
1.39
3.18
3.79
2.21
1.35
2.49
Sumber: Data Diolah
Semakin tinggi rasio ini berarti semakin bagus karena menunjukkan
bahwa perusahaan mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya tepat
waktu. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi tingkat likuiditas
perusahaan sehingga kinerja perusahaan tersebut semakin baik.
Rasio lancar (current ratio) adalah rasio untuk mengukur sm11pai
seberapa jauh aset lallcar perusahaan mampu untuk melunasi kewajibm1
jangka pendeknya. Semakin tinggi rasio ini akall semakin amall bagi
!creditor (Toto Prihadi, 2008:21).
Semakin tinggi rasio ini akan semakin mnan bagi !creditor. Angka satu
kali (1 X) mencerminkan aset Ian car sama dengan utang Ian car. Jadi masih
terlalu mepet, walaupun sudah menggambarkan ketersediaan aset yang
ada mampu untuk menutup utang lancar. Angka 1,5 X lebih aman untuk
digunakan sebagai batas bawah (Toto Prihadi, 2008:21).
Sedangkan dari kategori perusahaan yang tidak melakukan stock split
pada table 4.2 perusahaan Kalbe Parma memiliki rasio te1iinggi sebesar
4.26, perusahaan ini dapat menutupi semua hutang lancamya dengan
aktiva lancar yang dimiliki. Angka ini sangat bagus karena aset lancar
yang dimiliki perusahaan Kalbe Parma sangat banyak dan cukup untuk
menutupi utang lancarnya sedangkan perusahaan. Astra Agro Lestari yang
memiliki angka terendah yaitu 1.02. Kondisi perusahaan ini masih belum
aman , karnna aset lancar yang dimiliki perusahaan tidak besarnya sama
dengan hutang lancarnya. Karena Anglea sal:u kali (lX) mencerminkan
aset lancar sama dengan utang lancar. Angka 1,5 X lebih aman untuk
digunakan sebagai batas bawah (Toto Prihadi, 2008:21).
Semakin tinggi rasio ini bera1ii semakin bagus karena menunjukkan
bahwa perusahaan mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya tepat
waktu. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi tingkat likuiditas
perusahaan sehingga kinei:ja perusahaan tersebut semakin baik.
b. Analisis Quick Ratio
Tabel 4.3
Quick Ratio
Perusahaan yang Melakukan Stock Split
NO
I
2
3
4
5
6
7
8
9
IO
11
12
_,_
13
KODEEMITEN
APOL
EKAD
INTA
JRPT
TMAS
PJAA
PLIN
TSPC
AKRA
ANTM
CPIN
SMGR
..
SOBI
~,
NAMA PERUSAHAAN
Arpeni Pratama Ocean Line
Ekadhanna International
Intraco Penta
Jaya Real Property
Pelayaran Tempuran Emas
Pembangunan Jaya Ancol
Plaza Indonesia Realty
Tem120 Scan Pacifik
AKR Corporindo
Aneka Tan1bang
Charoen Pokphand Indonesia
Semen Gresik Persero
Sorini Corporation
Rata -rata
QR
1.98
2.51
2.06
1.85
0.39
2.48
4.15
3.35
0.70
2.39
0.78
1.99
0.97
1.97
Sumber : Data Diolah
Quick ratio yaitu basil pembagian antara aktiva lancar setelal1
dikurangi persediaan dengan kewajiban jangka pendek. Rasio ini
digunakan untuk mengukur likuiditas dengan jangka yang sangat pendek.
Quick ratio hanya memperhitungkan aset yang sudal1 lebih dekat dengan
uang tunai. Dari label 4.3 dapat dilihat pada perusahaan yang melakukan
stock split perusahaan Plaza Indonesia Realty yang paling tinggi quick
ratio-nya yaitu sebesar 4.15. Hal ini berarti Plaza Realty Indonesia mampu
melunasi hutang jangka sangat pencleknya tepat walctu, karena nilai quick
ratio-nya sangat tinggi.
Sedangkan pada tabel 4.3 perusahaan yang memiliki quick ratio yang
paling rendah adalah Pelayaran Tempuran Emas yaitu sebesar 0.38. Hal
ini berarti perusahaan tersebut memiliki likuiditas perusahaan jangka
sangat pendeknya sangat rendah, dan tidak bagus.
Quick ratio sampai saat ini masih sangat popular. Angka IX dianggap
cukup aman. Pada perusahaan tertentu climana unsur persecliaan clan uang
muka sangat kecil, maka perhitungan quick ratio clan current ratio akan
menghasilkan angka yang berdekatan (Toto Prihacli, 2008:22-23).
Tabet 4.4
Quick Ratio
Perusahaan yang tidak Melakukan Stock Split
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
KODEEMITEN
AALI
AMFG
AUTO
APEX
BRAM
FASW
IMAS
KLBF
MASA
MYOR
SIPD
SMDR
UNVR
NAMA PERUSAHAAN
Astra Agro Lestari
Asahimas Flat Glass
Astra Otoparts
Apexindo Pratama Duta
Branta Mulia
Fajar Surva Wisesa
Indomobil Sukses International
Kalbe Fanna
Multi Strada Arah Sarana
Mayora Indah
Sierad Produce
Samudra Indonesia
Unilever Indonesia
Rata-rata
QR
0.70
1.24
1.16
3.19
2.29
0.83
0.83
2.92
0.59
2.15
2.49
2.19
0.84
1.65
Sumber ; Data Diolah
Sedangkan dari kategori perusahaan yang tidak melakukan stock split
pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa ada dua perusahaan yang memiliki
quick ratio yang paling tinggi yaitu Apexindo Pratama Duta yaitu dengan
quick ratio sebesar 3.19. Sedangkan perusahaan yang memiliki quick ratio
yang paling rendah yaitu Multi Strada Arah sarana yaitu sebesar 0.59.
Dengan demikian perusahaan ini memiliki likuiditas perusahaan jangka
sangat pendek sangat rendah.
Semakin besar rasio ini berarti semakin tinggi tingkat likuiditas
perusahaan sehingga kinerja perusahaan terse but semakin baik.
2. Rasio Solvabilitas
Menurut Van Horne (2005:209) Agar dapat menilai sejauh mana
perusahaan menggunakan uang yang dipinjam, kita dapat menggunakan
beberapa rasio utang (debt ratio), diantaranya:
a. Analisis Debt to Equity Ratio
Rasio utang terhadap ekuitas dihitung hanya dengan membagi total
utang perusabaan (termasuk kewajiban jangka pendek) dengan ekuitas
pemegang saham.
Semakin tinggi rasio ini berarti semakin buruk kondisi solvabilitasnya.
Rasio sebesar 2.33 X, yaitu 70% utang dan 30% modal, cukup layak
untuk dijadikan sebagai pedoman (Toto Prihadi, 2008:93)
Tabel 4.5
Debt to Equity Ratio
Perusahaan yang Melakukan Stock Split
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
KODEEMITEN
APOL
EKAD
INTA
JRPT
TMAS
PJAA
PUN
TSPC
AKRA
ANTM
CPIN
SMGR
SOBI
NAMA PERUSAHAAN
Arpeni Pratama Ocean Line
Ekadharma International
Intraco Penta
Jaya Real Property
Pelayaran Tempuran Emas
Pembangunan Jaya Ancol
Plaza Indonesia Rea.lty
Tempo Scan Pacifik
AKR Coq~orindo
Aneka Tambang
Charoen Pokphand Indonesia
Semen Gresik Persero
Sorini Corporation
Rata -rata
~
Sumber : Data Diolah
DER
1.93
0.29
1.68
0.55
1.59
0.32
0.39
0.23
1.35
0.55
3.33
0.42
0.67
1.02
Rasio ini bertttjuan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya
apabila perusahaan likuidasi. Rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat solvabilitas dalam penelitian ini yaitu leverage ratio. Leverage
ratio merupakan hasil bagi antara
total debt dengan total assets.
Semakin kecil rasio ini berarti menunjukkan bahwa perusahaan
man1pu menutup hutang-hutangnya kepada pihak luar. Solvable suatu
perusahaan, maka kinerja perusahaan tersebut
s1~makin
bagus. Pada label
4.5 perusahaan yang melakukan stock split, Charoen Pokphand Indonesia
merupakan perusahaan yang memiliki DER yang paling tinggi yaitu
sebesar 3.33 disusul oleh Arpeni Pratama Ocean Line sebesar 1.93, Intraco
Penta yaitu dengan leverage sebesar 1.68, Pelayaran Tempuran Emas 1.59,
dan AKR Corporindo leverage rationya sebesar 1.35. Keempat perusahaan
tersebut merupakan perusahaan yang memiliki debt to equity-nya diatas
rata-rata. Dengan demikian dapat dikatakan keempat pernsahaan terdebut
memiliki kondisi solvabilitas yang buruk. Hal ini dibuktikan dengan angka
debt to equity-nya yang tinggi. Sedangkan perusahaan yang memiliki debt
to equity yang paling rendah adalah Tempo Scan Pacipik sebesar 0.23
dapat dilihat pada tabel 4.5. Dengan demikian Tempo Scan Pacipik
mampu menutup hutang-hutangnya kepada pihak luar, ha! ini dibuktikan
nilai debt to equity ratio-nya rendah. Kondisi ini dapat dikatakan bagus
karena perusahaan semakin kecil rasio ini berarti menunjukkan bahwa
perusahaan mampu menutup hutang-hutangnya kepada pihak luar.
Tabel 4.6
Debt to Equity Ratio
Perusahaan yang tidak Melakuk:m Stock Split
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
KODEEMITEN
AALI
AMFG
AUTO
APEX
BRAM
FASW
IMAS
KLBF
MASA
MYOR
SIPD
SMDR
UNVR
NAMA PERUSAHAAN
Astra Agro Lestari
Asahimas Flat Glass
Astra Otopaiis
Apexindo Pratama Duta
Brai1ta Mulia
Fajar Surya Wise:m
Indomobil Sukses International
KalbeFaima
Multi Strada Arab Sarana
Mayora Indah
Sierad Produce
Sanmdra Indonesia
Unilever Indonesia
Rata -rata
DER
0.31
0.34
1.93
1.41
0.61
1.91
0.32
0.76
0.33
0.66
0.13
0.72
0.76
0.77
Sumber : Data Diolah
Rasio ini bertujuai1 untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibmmya
apabila perusahaan likuiclasi. Rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat solvabilitas dalam penelitiai1 ini yaitu leverage ratio. Leverage
ratio merupakan hasil bagi antara total debt dengan total assets.
Semakin tinggi rasio ini berarti semakin buruk kondisi solvabilitasnya.
Rasio sebesar 2.33 X, yaitu 70% utang dan 30% modal, cukup layak untuk
clijadikan sebagai pedoman (Toto Prihadi, 2008:93)
Tabel 4.6 kategori perusahaan yang tidak melakukan stock split Astra
Otoparts memiliki leverage ratio paling tinggi yaitu sebesar 1.93. Masih
ada beberapa perusahaan lagi yang memiliki leverage ratio diatas rata-rata
yaitu Fajar Surya Wisesa sebesar 1.91, kemudian Apexindo Pratama Duta
sebesar I .41. Ketiga perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang
memiliki debt to equity-nya diatas rata-rata. Dengan demikian dapat
dikatakan keempat perusahaan terdebut memiliki kondisi solvabilitas yang
buruk. Hal ini dibuktikan dengan angka debt to equity-nya yang tinggi.
Sedangkan perusahaan yang memiliki leverage ratio yang paling kecil
adalah Sierad Produce yaitu sebesar 0.13. Dengan demikian Tempo Scan
Pacipik 'mampu menutup hutang-hutangnya kepada pihak luar, ha! ini
dibuktikan nilai debt to equity ratio-nya rendah. Kondisi ini dapat
dikatakan bagus karena perusahaan semakin kecil rasio ini berarti
menunjukkan bahwa pernsahaan
mampu menutup lmtang-hutangnya
kepada pihak luar. Solvable suatu perusahaan, maka kine1ja perusahaan
tersebut semakin bagus.
3. Rasio Profitabilitas
a. Analisis Return On Equity
Tabel 4.7
Return On Equity
Perusahaan yang Melakukan Stock Split
NO
I
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
KODEEMITEN
APOL
EKAD
INTA
JRPT
TMAS
PJAA
PLIN
TSPC
AKRA
ANTM
CPIN
SMGR
SOBI
NAMA PERUSAHAAN
Arpeni Pratama Ocean Line
Ekadharma International
Intraco Penta
Jaya Real Property
Pelavaran Tempuran Emas
Pembangunan Jaya Ancol
Plaza Indonesia Realty
Tempo Scan Pacifik
AKR Corporindo
Aneka Tambang
Charoen Pokphand Indonesia
Semen Gresik Persero
Sorini Corporation
Rata -rata
ROE
0.17
0.14
0.04
0.11
0.09
0.25
0.12
0.19
0.13
0.63
0.16
0.18
0.09
0.18
Sumber : Data Diolah
Rasio ini menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak
manajemen dalam
memaksimumkan tingkat
hasil
pengembalian
investasi pemegang saham dan menekankan pada hasil pendapatan
sehubungan dengan jumlah yang diinvestasikan. Rasio ini disebut juga
dengan rasio pengembalian atas ekuitas saham (Dewi Astuti, 2004:37).
Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan
tingkat kembalian yang lebih besar pada pemegang saham (Darsono dan
Ashari, 2005 :57).
Rasio ini juga disebut rasio rentabilitas yang menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan Iaba melalui semua kemampuan
sumber yang ada return on equity yaitu hasil pembagian antara net profit
after tax dengan total equity. Yang dimaksud dengan ekuitas adalah
seluruh ekuitas. Ekuitas kadang disebut juga dengan net assets. Semakin
tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat kembalian
yang lebih besar pada pemegang saham. Pada label 4.7 terlihat Aneka
Tambang merupakan perusahaan yang memiliki return on equity paling
tinggi yaitu sebesar 0.63, ha! ini berarti perusahaan Aneka Tambang
mampu mampu memberikan tingkat kembalian yang sangat besar kepada
pemegang saham dan profit yang di dapatkan besar pula. Perusahaan
Aneka Tambang memiliki ROE yang sudah bagus. Sedangkan perusahaan
yang memiliki return on equity paling rendah adalah Intraco Penta yaitu
sebesar 0.04, ha! ini bermti tingkat kembalian yang diterima pemegang
saham sangat rendah dan profit yang didapatkan kecil.
,-,
.
L
{"'
!
PFPPUSTl\K/.,.
UJN SY.AHl!J Jl\K/1RT A
.....
i
I
\
···--·-----·····__!
Tabel 4.8
Return On Equity
Perusahaan yang tidak Melalrnkan Stock Split
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
IO
11
12
13
KODEEMITEN
AALI
AMFG
AUTO
APEX
BRAM
FASW
IMAS
KLBF
MASA
MYOR
SIPD
SMDR
UNVR
NAMA PERUSAHAAN
Astra Agro Lestari
Asahimas Flat Glass
Astra Otoparts
Aoexindo Pratama Duta
Branta Mulia
Fajar Surya Wise.sa
Indomobil Sukses International
Kalbe Farma
Multi Strada Arah Sarana
Mayora Indah
Sierad Produce
Samudra Indonesia
Unilever Indonesia
Rata -rata
ROE
0.33
0.08
0.17
0.11
0.05
0.13
0.25
0.44
0.02
0.10
0.07
0.37
0.95
0.24
Sumber : Data Diolah
Rasio ini menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihalc manajemen
dalam memaksimumkan tingkat hasil pengembalian investasi pemegang
sahan1 dan menekankan pada hasil pendapatan sehubungan denganjumlah
yang diinvestasikan. Rasio ini disebut juga dengan rasio pengembalian
atas ekuitas sal1am (Dewi Astuti, 2004:37).
Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan
tingkat kembalian yang Iebih besar pada pemegang saham (Darsono dan
Ashari, 2005 :57).
Rasio ini juga disebut rasio rentabilitas yang menggambarkan
kemampuan perusalrnan mendapatkan laba me!alui semua kemampuan
sumber yang ada return on equity yaitu basil pembagian antara net pro.fit
after tax dengan total equity. Yang dimaksud dengan ekuitas adalah
selurnh ekuitas. Ekuitas kadang disebut juga dengan net assets. Semakin
tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat kembalian
yang lebih besaT pada pemegang saham.
Sedangkan kategori pernsahaan yang tidak melakukan stock split ada 5
pernsahaan diatas nilai rata-rata return on equity. Unilever Indonesia
memiliki return on eqity sebesar 0.95, ha! ini merupakan nilai tertinggi
berarti perusahaan Unilever Indonesia mampu memberikan tingkat
kembalian yang besar kepada pemegang saham dan profit yang di
dapatkan besar pula. Perusahaan yang memiliki return on equity dibawah
rata-rata adalah Multi Strada Arah Sarana yaitu sebesar 0.02, kondisi ini
tidak bagus bagi pernsahaan, karena tingkat kembalian yang diterima
pemegang saham sangat rendah dan profit yang didapatkan kecil.
b. Analisis Net Profit Margin
Rasio
ini
mencenninkan
kemampuan
perusahaan
dalan1
mengendalikan biaya dan pengeluaran sehubungan dengan penjualan
(Dewi Astuti, 2004:36).
Tabel 4.9
Net Profit Margin
Perusahaan yang Melakukan Stock Split
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
KODEEMITEN
APOL
EKAD
INTA
JRPT
TMAS
PJAA
PLIN
TSPC
AKRA
ANTM
CPIN
SMGR
SOBI
NAMA PERUSAHAAN
Arpeni Pratama Ocean Line
Ekadharma International
Intraco Penta
Jaya Real Property
Pelavaran Tempuran Emas
Pembangunan Jaya Ancol
Plaza Indonesia Realty
Tempo Scan Pacifik
AKR Coroorindo
Aneka Tan1bang
Charoen Pokphand Indonesia
Semen Gresik Persero
Sorini Corporation
Rata -rata
NPM
0.14
0.05
0.01
0.21
0.03
0.18
0.31
0.09
0.03
0.48
0.03
0.16
0.03
0.14
Sumber : Data Diolah
Net
Profit Margin merupakan kemampuan
perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai.
Besarnya profit margin inilah yang menunjukkan besar perolehan dana
yang berasal dari usaha yang berhasil dikumpulkan oleh perusahaan dalam
kurun waktu 1 tahun dan selanjutnya dapat digunakan untuk dibagikan
kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen atau di investasikan
kembali dalan1 perusahaan untuk memperbesar modal perusahaan.
Dari tabel 4.9 terlihat bahwa perusahaan yang melakukan stock split
memiliki rata-rata net profit margin lebih besar jika dibandingkan dengan
rata-rata net profit margin perusahaan yang tidak melakukan stock split.
Perusahaan yang melakukan stock split merniliki net profit margin
memiliki rata-rata sebesar 0.14. Terdapat 6 perusahaan yang memiliki net
profit margin diatas rata-rata yaitu Aneka Tambang memiliki net profit
margin tertinggi sebesar 0.48, kemudian Plaza Indonsia Realty sebesar
0.31, Jaya Real Property 0.21, Pembangunan Jaya Ancol sebesar 0.18,
Semen Gresik Persero 0.16 dan Arpeni Pratama Ocean Line memiliki net
profit margin sebesar 0.14. Hal ini berarti keenam perusahaan tersebut
memiliki kemampuan dalam mengendalikan biaya dan pengeluaran
sehubungan dengan penjualan dapat dikatakan bagus. Perusahaan yang
memiliki net profit margin diatas rata-rata mempunyai kemampuan lebih
dalam menghasilkan laba perusahaan dibandingkan dengan perusahaanpernsahaan yang memiliki net profit margin dibawah rata-rata. Sedangkan
perusahaan yang memiliki net profit margin dibawah rata-rata ada 7
perusahaan. Perusahaan yang memiliki net profit margin paling kecii
adalah Intraco Penta yaitu sebesar 0.01, ha! ini berarti Intraco Penta
memiliki kemampuan dalam menghasilkan laba perusahaan sangat rendah.
Kondisi ini tidak bagus karena profit margin yang didapatkan pernsahaan
kecil.
,•
Tabel 4.10
Net Profit Margin
Perusahaan yang tidlak Melakukan Stock Split
NO
I
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
KODEEMITEN
AALI
AMFG
AUTO
APEX
BRAM
FASW
IMAS
KLBF
MASA
MYOR
SIPD
SMDR
UNVR
NAMA PERUSAHAAN
Astra Agro Lestari
Asahimas Flat Glass
Astra Otoparts
Apexindo Pratama Dula
Branta Mulia
Fajar Surya Wisesa
Indomobil Sukses International
KalbeFarma
Multi Strada Arah Saran.a
Mayora Indah
Sierad Produce
Samudra Indonesia
Unilever Indonesia
Rata-rata
NPM
0.29
0.07
0.14
0.18
0.01
0.07
0.18
0.11
0.04
0.05
0.04
0.06
0.20
0.11
Sumber : Data Diolah
Net Profit Margin merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai.
Besarnya profit margin inilah yang menunjukkan besar perolehan dana
yang berasal dari usaha yang berhasil dikumpuikan oleh perusahaan dalam
kururn waktu 1 tahun dan selaitjutnya dapat digunakan untuk dibagikan
kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen atau di investasikan
kembali dalam perusahaan untuk memperbesai· modal perusahaan.
Dalam kategori perusahaan yang tidak melakukan stock split ada 5
perusahaan yang memiliki net profit margin diatas rata-rata. Astra Agro
Lestai·i meruapakan perusahaan yang memiliki net profit margin paling
tinggi yaitu sebesar 0.29. Perusahaan yang memiliki net profit margin
diatas rata-rata mempunyai kemampufil1 lebih clalam menghasilkan laba
perusahafil1 dibanclingkan dengan perusahaan-perusahaan yang memiliki
net profit margin dibawah rata-rata. Kondisi dapat dikatakan bagus karena
menunjukkfill bahwa Astra Agro Lestari merniliki kemampuan lebih
dalfilll menghasilkfill laba clibandingkan perusahaan lainnya. Sedangkan
perusahaan yfillg memiliki net profit margin dibawah rata-rata ada 8
perusahafill dan perusahaan yang memiliki net profit margin paling kecil
adalah Brfillta Mulia sebesar 0.01. Kondisi ini tidak bagus, karena Branta
Mulia memiliki kemampuan dalam menghasilkan laba perusahaan sfillgat
rendah. Kondisi ini tidak bagus kfil·ena profit margin yang clidapatkan
perusahaan kecil.
4. Rasio Aktivitas
a. Analisis Total Asset Tumover
Tabel 4.11
Total Asset Tumover
Perusahaan yang Melakukan Stock Split
NO
1
2
~
.)
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
KODEEMITEN
APOL
EKAD
INTA
JRPT
TMAS
PJAA
PLIN
TSPC
AKRA
ANTM
CPIN
SMGR
SOBI
NAMA PERUSAHAAN
Arpeni Pratama Ocean Line
Ekadharma International
Intraco Penta
Jaya Real Property
Pelayaran Tempuran Emas
Pembangunan Jaya Ancol
Plaza Indonesia Realty
Tempo Scan Pacifik
AKR Corporindo
Aneka Tambang
Charoen Pokphand Indonesia
Semen Gresik Persero
Sorini Cornoration
Rata-rata
TAT
0.23
0.04
0.06
0.30
0.06
0.24
0.56
0.12
0.06
0.65
0.05
0.21
0.05
0.20
Sumber : Data D10lah
Rasio aktivitas disebut juga rasio perputaran total aktiva (total asset
turnove1), merupakan ukuran keseluruhan perputaran seluruh asset. Rasio
ini eukup sering digunakan karena cakupannya yang menyeluruh. Tanpa
memandang jenis usaha, rasio ini dapat menggambarkan sampai seberapa
baik duk:ungan seluruh aset untuk memperoleh peajualan (Toto Prihadi,
2008:41).
Rasio ini menunjuk:kan perputaran total aktiva diukur dari volume
penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva
menciptakan penjualan.
Dari tabel 4.11 pada perusahaan yang tergolong melakukan stock split
ada 5 perusahaan yang memiliki total asset turnover diatas rata-rata,
perusahaan yang memiliki total asset turnover paling tinggi adalah Aneka
Tambang yaitu sebesar 0.66, berarti kemampuan perputaran total aktiva
perusahaan Aneka Tambang menciptakan penjualan cukup tinggi, kondisi
ini dapat dikatakan bagus.
'
Pada tabel 4.11 perusahaan yang
memiliki total asset turnover
dibawah rata-rata ada 8 perusahaan. Ekadharma International merupakan
perusahaan yang memiliki total asset turnover paling kecil yaitu sebesar
0.04, berarti kemampuan perputaran total aktiva perusahaan Ekadharma
International dalam
menciptakan penjualan rendah. Kondisi ini tidak
bagus karena perputaran total aktiva untuk menciptakan penjualan sangat
rendah.
Tabel 4.12
Total Asset Turnover
Perusahaau yaug tidak Melakukan Stock Split
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
KODEEMITEN
AALI
AMFG
AUTO
APEX
BRAM
FASW
IMAS
KLBF
MASA
MYOR
SIPD
SMDR
UNVR
NAMA PERUSAHAAN
Astra Agro Lestari
Asahimas Flat Glass
Astra Otoparts
Apexindo Pratama Duta
Branta Mulia
Fajar Surya Wisesa
Indomobil Sukses International
Kalbe Fanna
Multi Strada Arah Sarana
Mayora Indah
Sierad Produce
Samudra Indonesia
Unilever Indonesia
Rata-rata
TAT
0.42
0.12
0.23
0.33
0.05
0.10
0.24
0.19
0.09
0.09
0.06
0.12
0.14
0.17
Sumber : Data Diolah
Rasio aktivitas disebut juga rasio perputaran total aktiva (total asset
turnover), merupakan ukuran keseluruhan perputaran seluruh asset. Rasio
ini culrnp sering digunakan karena cakupannya yang menyeluruh. Tanpa
memandang jenis usaha, rasio ini dapat menggambarkan sampai seberapa
baik dukungan seluruh aset untuk memperoleh penjualan (Toto Prihadi,
2008:41).
Rasio ini menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari volume
penjualan dengan kata lain seberapa jauh ke:mampuan semua aktiva
menciptakan penjualan.
Sedangkan pada table 4.12 kategori perusahaan yang tidak melakukan
stock split yang memiliki total asset turnover paling tinggi adalah Astra
Agro Lestari yaitu sebesar 0.42, berarti kemampuan perputaran total
aktiva perusahaan Astra Agro Lestari menciptakan penjualan sangat tinggi
kondisi ini dikatakan bagus. Sementara perusahaan yang memiliki total
asset turnover paling rendah adalah Branta Mulia yaitu hanya sebesar
0.05. Dengan demikian perputaran seluruh asset perusahaan Branta Mulia
sangat rendah jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lainnya
yang tidak melakukan stock split dengan nilai total asset turnover-nya
dibawah rata-rata. Kondisi ini tidak bagus karena perputaran total aktiva
untuk menciptakan penjualan sangat rendah.
5. Analisis Price Earning Ratio
Tabel 4.13
Price Eaming Ratio
P erusa Iiaan rane. MI
e am
I k an StockS•fJ•rt
l
KODEEMITEN
NAMA PERUSAHAAN
NO
A11Jeni Pratama Ocean Line
1
APOL
Ekadharma International
2
EKAD
INTA
Intraco Penta
3
Jaya Real Property
4
JRPT
Pelayaran Tempuran Emas
5
TMAS
Pembangunan Jaya Ancol
PJAA
6
PLIN
Plaza Indonesia Realty
7
TSPC
Tempo Scan Pacifik
8
AKR Comorindo
9
AKRA
10
ANTM
Aneka Tambang
Charoen Pokphand Indonesia
11
CPIN
Semen Gresik Persero
12
SMGR
Sorini Corporation
SOBI
13
Rata -rata
Sumber : Data Diolah
PER
9.89
15.52
29.35
33.67
29.61
12.93
25.12
14.86
19.86
4.48
9.03
23.60
12.33
18.48
Rasia harga/laba (price/earning ratio) menunjukkanjumlah uang yang
rela dikcluarkan oleh para investor untuk membayar setiap dolar laba yang
dilaporkan (Brigham, Houston 2006:110).
Price earning ratio membandingkan antara harga saham di pasar
modal dan laba per lembar saham yang diperoleh pemilik perusahaan.
Harga per lembar saham (price per share) merupakan indikator berapa
besar nilai (value) yang diapresiasikan oleh investor terhadap nilai
pernsahaan. Dari tabel 4.13 terlihat bahwa ada 6 pernsahaan yang
memiliki nilai price earning ratio diatas rata-·rata. Sedangkan perusahaan
yang memiliki nilai tertinggi adalah Jaya Real Property yaitu sebesar
33.67, berarti nilai (value) yang diapresiasikan oleh investor terhadap nilai
perusahaan yaitu sebesar 33 .67 kali. Sedangkan perusahaan yang memiliki
price earning ratio dibawah rata-rata ada 7 perusahaan, sedangkan
perusahaan yang memiliki nilai paling rendah adalah Aneka Tambang
yaitu sebesar 4.48, berarti nilai (value) yang diapresiasikan oleh investor
terhadap nilai perusahaan Aneka Tambang hanya sebesar 4.48 kali.
Tabet 4.14
Price Eaming Ratio
p erusa h aan yang fd
1 a I{ M eIam
I k an StocIi( S l!_l't
I
NO
1
2
3
4
5
6
~--
..,I
8
9
10
11
12
13
KODEEMITEN
A.ALI
-·
A.MFG
AUTO
APEX
BRAM
FA.SW
IMAS
KLBF
MA.SA
MYOR
SIPD
SMDR
UNVR
-
NA.MA PERUSAHAAN
Astra Agro Lestari
Asahimas Flat Glass
Astra Otoparts
Apexindo Pratama Duta
Branta Mulia
Fajar Surya Wisesa
Indomobil Sukses International
KalbeFanna
Multi Strada A.rah Sarana
Mayora Indah
Sierad Produce
Samudra Indonesia
Unilever Indonesia
Rata -rata
PER
17.70
9.42
17.28
22.04
46.69
28.01
12.93
15.39
55.78
9.32
11.47
3.51
22.64
20.94
Sumber : Data Diolah
Untuk kategori perusahaan yang tidak melakukan stock split ada 5
perusahaan yang memiliki nilai price earning ratio diatas rata-rata, dan
perusahaan yang memiliki nilai yang paling tinggi yaitu perusahaan Multi
Strada A.rah Sarana sebesar 55.78, bermii nilai (value) yang diapresiasikan
oleh investor terhadap nilai perusahaan yaitu sebesar 55.78 kali.
Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai price earning ratio yang
paling rendah adalah Samudra Indonesia yang hanya sebesar 3 .51, berarti
nilai (value) yang diapresiasikan oleh investor terhadap nilai perusahaan
Samudra Indonesia sebesar 3.51 kali. Semakin kecil rasio ini semakin
bagus.
6. Analisis Price to Book Value
Tabel 4.15
Price to Book Value
Perusahaan yang Melakukan Stock Split
NO
I
2
3
4
5
6
7
8
9
IO
II
12
13
KODEEMITEN
APOL
EKAD
INTA
JRPT
TMAS
PJAA
PLIN
TSPC
AKRA
ANTM
CPIN
SMGR
SOBI
NAMA PERUSAHAAN
Arpeni Pratama Ocean Line
Ekadhmma International
Intraco Penta
Jaya Real Property
Pelayaran Tempuran Emas
Pembangunan Jaya Ancol
Plaza Indonesia Realty
Tempo Scan Pacifik
AKR Coroorindo
Aneka Tmnbang
Chmoen Pokohand Indonesia
Semen Gresik Persero
Sorini Corporation
Rata-rata
PBV
1.52
1.55
0.67
2.70
2.36
2.26
2.50
2.09
3.07
3.96
2.14
5.34
0.93
2.39
'
Sumber : Data D10lah
Sedm1gkan price to book value, ras10 ini mencerminkan
kemahalan harga saham perusahaan dan nilai buku per lembar saham.
Pengertian book disini adalal1 nilai buku dari ekuitas. Nilai ini diperoleh
dengan mengambil total ekuitas sebagai book value. Berdasarkan tabel
diatas dapat kita lihat perusahaan yang memiliki nilai PB V paling tinggi
adalah Semen Gresik yaitu sebesar 5.34. Berarti kemampuan perusahaan
Semen Gresik dalam menciptakan nilai terhadap pemegang saham cukup
tinggi yaitu sebesar 5 .34 kali. Sedangkan pad a label 4 .15 perusahaan yang
memiliki nilai paling rendal1 yaitu lntraco Penta sebesar 0.67 dan satu
tingkat diatasnya yaitu perusalrnan Sorini Corporation yang memiliki nilai
PBV sebesar 0.93. Bera1ii kemampuan perusahaan dalam menciptalrnn
nilai terhadap pemegang saham Intraco Penta yaitu 0.67 kali dan Sorini
Corporation 0.93 kali. Semakin kecil rasio ini semakin bagus.
Tabel 4.16
Price to Book Value
Perusahaan yang tidak Melalrnkan Stock Split
NO
1
2
3
4
~·
5
6
7
8
9
10
11
12
13
KODEEMITEN
AALI
AMFG
AUTO
APEX
BRAM
FASW
!MAS
KLBF
MASA
MYOR
SIPD
SMDR
UNVR
Sumber : Data Diolah
NAMA PERUSAHAAN
Astra Agro Lestari
Asahimas Flat Glass
Astra Oto paiis
Apexindo Pratama Duta
Branta Mulia
Fajar Surya Wisesa
lndomobil Sukses International
KalbeFanna
Multi Strada Arab Sarana
Mayora Inclah
Sierad Produce
Samudra Indonesia
Unilever Indonesia
Rata -rata
PBV
7.88
1.26
0.61
3.08
1.03
2.43
2.26
4.21
1.90
1.45
0.48
0.80
15.01
3.26
Untuk kategori perusahaan yang tidak melakukan stock split pada tabil
4.16 ada 3 perusahaan yang memiliki nilai PBV diatas rata-rata. Unilever
Indonesia memiliki nilai PBV paling tinggi yaitu sebesar 15.01, kemudian
Astra Agro Lestari dengan nilai PBV sebesar 7.88, dan yang terakhir
adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi yaitu Kalbe Farma
dengan nilai PBV sebesar 4.21. Berarti kemarnpuan perusahaan tersebut
dalam menciptakan nilai terhadap pemegang saham sangat tinggi yaitu
Unilever Indonesia sebesar 15.01 kali, Astra Agro Lestari 7.88 kali dan
Kalbe Fanna 4.21 kali, kondisi ini bagus karena dapat mensejahterakan
pemegang saham. Sedangkan pada tabel 4.16 perusahaan yang memiliki
nilai PBV dibawah rata-rata ada 10 perusahaan dan perusahaan yang
memiliki nilai PBV paling rendah adalah Sierad Produce yaitu sebesar
0.48. Berarti kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai terhadap
pemegang saham rendah, hanya sebesar 0.48 kali. Semakin kecil rasio ini
semakin bagus.
NO
Tabel 4.17
Rasio Rata-Rata
Perusahaan yang Melakukan Stock Split dan
P erusa h aan yang t1'd a k M earn.
I l k an Stoe ~' .:.ip..zt
t' /'
Nama Rasio
Bukan Stock Split
Stock Split
1
Ctment Ratio
2.58
2.49
2
Quick Ratio
1.97
1.65
3
Debt to Equity Ratio
1.02
0.77
4
Return On Equity
0.18
0.24
5
Net Profit Margin
0.14
0.11
6
Total Asset Turnover
0.20
0.17
7
Price Earning Ratio
18.48
20.94
8
Price to Book Value
2.39
3.26
Rata-Rata
3.37
3.70
Sumber : Data Diolah
Basil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata rasio antara
perusahaan yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidak
melakukan stock split tidak jauh berbeda hanya memiliki selisih point
sebesar 0.33, dapat dilihat pada tabel 4.17. Rasio perusahaan yang
melakukan stock split memiliki keunggulan pada current ratio, quick
ratio, net profit margin, dan total asset turnover, price earning ratio dan
price to book value. Sedangkan pada kategori perusahaan yang tidak
melakukan stock split mempimyai keunggulan pada leverage ratio, dan
return on equity. Secara keseluruhan perusahaan yang melakukan stock
split memiliki nilai rata-rata rasio lebih rendah dari pada perusahaan yang
tidak melakukan stock split.
B. Uji Mann-Whitney
Tabel 4.19
Hasil Output SPSS Untuk Current Ratio
Yang Menggambarkan Tingkat Likuiditas
Ranks
I PERUSAHAAN
CR
Stock Split
N
13
Bukan Stock Split
13
Total
26
14.00
Sum of Ranks
182.00
13.00
169.00
Mea n Rank
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U
WilcoxonW
z
CR
78.000
169.000
-.333
Asymp. Sig. (2-tailed)
.739
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
.762(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: PERUSAHAAN
Dari hasil output SPSS mann ·whitney test tersebut memu\jukkan dari
jumlah sampel yang sebesar 26, perusahaan yang melakukan stock split
sebesar 13 clan perusahaan yang tidak: melak:uk:an stock split sebanyak 13.
Output SPSS tersebut menunjukkan nilai Asimp.Sig (2-tailed) pada tabel
test statistic (0.739) > a (0.05) level of significant, hal ini berarti (Ho)
tidak: ditolak:. Jadi tidak terdapat perbedaan current ratio, antara
perusahaan yang melak:ukan stock split dengan perusahaan yang tidak:
melakukan stock split.
Tabet 4.20
Hasil Output SPSS Untuk Quick Ratio
Yang Menggambarkan Tinglmt Likuiditas
Ranks
I PERUSAHAAN
QR
N
13
Stock Split
Bukan Stock Split
Total
13
26
Mea n Rank
14.19
12.81
Sum of Ranks
184.50
166.50
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U
WilcoxonW
z
QR
75.500
166.500
Asymp. Sig. (2-tailed)
-.462
.644
Exact Sig. [2'(1-tailed
Sig.)]
.650(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: PERUSAHAAN
Dari hasil output SPSS mann whitney test tersebut menunjukkan dari
jumlah sampel yang sebesar 26, perusahaan yang melakukan stock split
sebesar 13 dan perusahaan yang tidak melakukan stock split sebanyak 13.
Output SPSS tersebut menuqjukkan nilai Asimp.Sig (2-tailed) pada tabel
test statistic (0.644) > a (0.05) level of significant, ha! ini berarti (Ho)
tidak ditolak. Jadi tidak terdapat perbedaan quick ratio, antara pernsahaan
yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan
stock split.
Tabel 4.21
Hasil Output SPSS VntukDebt to Equity Ratio
Yang Menggambarkan Tingkat Solvabilitas
Ranks
I PERUSAHAAN
Stock Split
DER
Bukan Stock Split
Total
N
13
Mean Hank
13.85
Sum of Ranks
180.00
13
13.15
171.00
26
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U
DEH
80.000
WilcoxonW
171.000
z
Asymp. Sig. (2-tailed)
-.231
.817
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
.840(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: PERUSAHAAN
Dari basil output SPSS mann whitney test tersebut menurJukkan dari
jumlah sampel yang sebesar 26, pernsahaan yang melakukan stock split
sebesar 13 dan perusahaan yang tidak melakukan stock split sebanyak 13.
Output SPSS tersebut menunjuldrnn nilai Asimp. Sig (2-tailed) pada tabel
test statistic (0.817) > a (0.05) level of significant, hal ini berarti (Ho)
tidak ditolak. Jadi tidak terdapat perbedaan debt to equity ratio, antara
perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak
melakukan stock split.
Tabel 4.22
Hasil Output SPSS Untuk Return 011 Equity
Yang Menggambarkan Tingkat Profitabilitas
Ranks
I PERUSAHAAN
ROE
N
13
Me~'lank
13.54
Sum of Ranks
176.00
Bukan Stock Split
13
13.46
175.00
Total
26
Stock Split
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U
WilcoxonW
z
ROE
84.000
175.000
-.026
Asymp. Sig. (2-tailed)
.980
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
1.000(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variab!e: PERUSAHAAN
Dari hasil output SPSS mann whitney test tersebut menunjukkan dari
jumlah sampel yang sebesar 26, perusahaan yang melakukan stock split
sebesar 13 dan perusahaan yang tidak melakukan stock split sebanyak 13.
Output SPSS tersebut menunjukkan nilai Asimp.Sig (2-tailed) pada tabel
test statistic (0.980) > a (0.05) level of significant, hal ini berarti (Ho)
tidalc ditolak. Jadi tidalc terdapat perbedaan return on equity, antara
perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak
melakukan stock split.
Tabel 4.23
Hasil Output SPSS Untuk Net Profit Margin
Yang Menggambarkan Tingkat Profitabilitas
Ranks
I PERUSAHAAN
NPM
Stock Split
Bukan Stock Split
N
13
13
Total
26
Mea n Rank
13.19
13.81
Sum of Ranks
171.50
179.50
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U
WilcoxonW
z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
NPM
80.500
171.500
-.206
.837
.840(a)
a Not corrected for lies.
b Grouping Variable: PERUSAHAAN
Dari hasil output SPSS mann whitney test tersebut menunjukkan dari
jumlah sampel yang sebesar 26, perusahaan yang melakukan stock split
sebesar 13 dan perusahaan yang tidak melakukan stock split sebanyak 13.
Output SPSS tersebut menunjukkan nilai Asimp.Sig (2-tailed) pada tabel
test statistic (0.837) > a (0.05) level of significant, ha! ini beratti (Ho)
tidak ditolak. Jadi tidak terdapat perbedaan net profit margin, antara
perusahaan yang melakukan stock split dengan pernsahaan yang tidak
melakukan stock split.
Tabel 4.24
Hasil Output SPSS Untuk Total Asset Tumover
Yang Menggambarkan Tingkat Aktivitas
Ranks
I PERUSAHAAN
TAT
Stock Split
Bukan Stock Split
Total
N
13
Me,an Rank
12.96
Sum of Ranks
168.50
13
14.04
182.50
26
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U
TAT
77.500
WilcoxonW
168.500
z
-.360
Asymp. Sig. (2-tailed)
.719
Exact Sig. [2'(1-tailed
Sig.)]
.724(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: PERUSAHAAN
Dari hasil output SPSS mann whitney test tersebut menunjukkan dari
jumlah sampel yang sebesar 26, perusahaan yang melakukan stock split
sebesar 13 dan perusahaan yang tidak melakukan stock split sebanyak 13.
Output SPSS tersebut menunjukkan nilai Asimp.Sig (2-tailed) pada tabel
test statistic (0.719) > a (0.05) level of significant, ha! ini berarti (Ho)
tidak ditolak. Jadi tidak terdapat perbedaan total asset turnover, antara
perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak
melakukan stock split.
Tabel 4.25
Hasil Output SPSS Untuk Price Earning Ratio
Yang Menggambarkan Tingkat Harga Saham
Ranks
I PERUSAHAAN
PER
Stock Split
N
13
Mean Hank
13.58
Sum of Hanks
176.50
Bukan Stock Split
13
13.42
174.50
Total
26
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U
PEH
83.500
WilcoxonW
174.500
z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
-.051
.959
.960(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: PERUSAHAAN
Dari hasil output SPSS mann whitney test tersebut menunjukkan dari
jumlah sampel yang sebesar 26, perusahaan yang melakukan stock split
sebesar 13 dan perusahaan yang tidak melakukan stock split sebanyak 13.
Output SPSS tersebut menunjukkan nilai Asimp.Sig (2-tailed) pada tabel
test statistic (0.959) > a (0.05) level of significant, hal ini berarti (Ho)
tidak ditolak. Jadi tidak terdapat perbedaan price earning ratio, antara
perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak
melakukan stock split.
Tabel 4.26
Hasil Output SPSS Uutuk Price to Book Value
Yang Menggambarkau Tinglrnt Harga Saham
Ranks
I PERUSAHAAN
PBV
N
13
13
26
Stock Split
Bukan Stock Split
Total
Me<an Rank
14.27
Sum of Ranks
185.50
12.73
165.50
Test Statistics(b)
PBV
Mann-Whitney U
WilcoxonW
z
74.500
165.500
-.513
Asymp. Sig. (2-tailed)
.608
Exact Sig. [2"(1-tailed
Sig.)]
.614(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: PERUSAHAAN
Dari hasil output SPSS mann whitney test tersebut menunjukkan dari
jumlah sampel yang sebesar 26, perusahaan yang melakukan stock split
sebesar 13 dan perusahaan yang tidak melakukan stock split sebanyak 13.
Output SPSS tersebut menunjukkan nilai Asimp.Sig (2-tailed) pada tabel
test statistic (0.608) > a (0.05) level
(!f significant,
hal ini berarti (Ho)
tidak ditolak. Jadi tidak terdapat perbedaan price to book value, antara
perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak
melakukan stock split.
Tabel 4.27
Hasil Output SPSS Keseluruhan Rata-rata Rasio
Nama Rasio
No
I Current Ratio
2 Ouick Ratio
3 Debt to Equity Ratio
4 Return On Equity
5 Net Profit Margin
6 Total Asset Turnover
7 Price Earning Ratio
8 Price To Book Value
Significant
0.739
0.644
0.817
0.980
0.837
0.719
0.959
0.608
Kesimpulan
Ho tidak ditolak
Ho tidak ditolak
Ho tidak ditolak
Ho tidak ditolak
Ho tidak clitolak
Ho ticlak clitolak
Ho ticlak ditolak
Ho ticlalc ditolak
Dari tabel 4.27, menggambarkan hasil keselurnhan perhitungan rasiorasio keuangan yang menjelaskan bahwa Ho tidak clitolak, ha! ini berarti
bahwa secara keseluruhan tidak terclapat perbeclaan kinerja keuangan yang
signifikan antara perusahaan yang melakukan stock split clengan
perusahaan yang ticlak melakukan stock split. Selain itu juga ticlak acla
perbedaan harga saham yang signifikan antara perusahaan yang
melakukan stock split clengan pernsahaan yang tidak melakukan stock
split.
Sehingga dapat clisimpulkan secara statistik dengan menggunakan uji
mann whitney antara perusahaan yang me!akukan stock split clengan
perusahaan yang ticlak melakukan stock split ticlak memiliki perbeclaan
yang signifikan clalam kinerja keuangan clan harga sahamnya. Hal ini
bertolak belakang dengan signaling the01y yang menyatakan bahwa hanya
perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang bagus saja yang man1pu
melakukan stock split, clikarenakan stock split itu sencliri tidak menambah
nilai ekonomis bagi perusahaan atau tidak secara langsung mempengaruhi
cash flow perusahaan tetapi justru menambah biaya bagi perusahaan yang
melakukannya sehingga hanya perusahaan yang memiliki kinerja
keuangan yang bagus saja yang dapat melakukan stock split.
C. Interpretasi
Hasil perhitungan uji beda yang dilakukan dengan mann whitney test
dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan dan tingkat harga saham
kelompok perusahaan yang melakukan stock split dan kelompok perusahaan
yang tidak melakukan stock split secara statistik tidak terdapat perbedaan
yang signifikan dan tidak mendukung hipotesis altematif
(Ha) dalam
penelitian ini.
Hasil penelitian ini didnkung oleh Beni Suhenclra Winarso (2005)
yang menganalisis tentang perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan
yang melakukan stock split clengan perusahaan yang tidak melakukan stock
split, pengujian tersebut mengacu pacla signalling theory. Objek penelitian
pada perusahaan manufaktur yang melakukan stock split dan perusahaan yang
ticlak melakukan stock :,plit di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitianya
menunjukkan bahwa secara garis besar kinerja keuangan perusahaan yang
melakukan stock split lebih baik clari pada kinerja keuangan pada perusahaan
yang tidak melakukan stock split. Hal ini ditunjukkan dengan hasil yang
diperoleh pada analisis rasio keuangan perusahaan yang meliputi current
ratio, quick ratio, leverage ratio, return on investment, return on equity, net
profit margin, serta total asset turnover. Namun secara statistik dengan
menggunakan independent sample t-test antara perusahaan yang melakukan
stock split dengan pernsahaan yang tidak melakukan stock split tidak memiliki
perbedaan yang signifikan dalam kine1j a keuangannya. Hal ini bertolak
belakang dengan signalling theory yang menyatakan bahwa hanya pernsahaan
yang memiliki kine1ja keuangan yang bagus saja yang mampu melakukan
stock split.
Selain itu juga hasil penelitian ini di dukung oleh Marwata (2001)
yang menguji perbedaan kinerja keuangan, harga saham dan pemecahan
saham, dengan mengambil sampel sebanyak 54 perusahaan publik yang
melakukan stock split pada tahun 1996- 1997. Hasilnya menunjukkan bahwa
kinerja keuangan yang melakukan stock split yang diukur dari laba bersih per
lembar saham (EPS) tidak lebih tinggi daripada. perusahaan yang tidak
melakukan stock split. Dengan demikian hasil penelitiam1ya tidak mendukung
signalling theory. Namun hasil penelitian tentang tingkat harga saham
berbeda, penelitian yang dilakukan Marwata (2001) menyatakan tingkat
kemahalan harga saham, rasio hm·ga saham terhadap nilai buku (PBV)
perusahaan yang melakukan stock split lebih mahal dari perusahaan yang
tidak melakukan stock split.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat harga saham
perusahaan yang melakukan stock split dan perusaham1 yang tidak melaknkan
stock split tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil penelitian ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Harjanti Widiastuti dan
Usmara (2005) menguji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi stock split
dan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan. Sampel yang digunakan terdiri
dari 30 perusahaan non keuangan yang mehtkukan stock split dan 30
perusahaan non keuangan yang tidak melakukan stock split pada tahun 2000 2001 di BEL Untuk menguji hipotesis digunakan uji statistik logistic
regression. Dasi! penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat kemahalan harga
sahan1 yang diukur dengan PBV berpengaruh positif signifikan terhadap
keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Likuiditas yang diukur
dengan bid ask spread tidak berpengaruh positif signifikan terhadap
keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Adanya perbedaan yang
signifikan nilai perusahaan yang dinkur dengan Tobin's q sebelum dan
sesudah stock split.
Jika dilihat
dari
kine1ja rata-rata keuangan perusahaan yang
melakukan stock split dan perusahaan yang tidak melakukan stock split, dapat
disimpulkan bahwa:
Berdasarkan current ratio perusahaan yang melakukan stock split
memiliki current ratio lebih tinggi dari pacla perusahaan yang tidak
melakukan stock split. Hal ini berarti perusahaan yang melakukan stock split
mampu melunasi kewajiban jangka pencleknya dengan baik.
Begitu pula dari segi quick ratio, perusahaan yang melakukan stock
split memiliki quickt ratio lebih tinggi dari pada perusahaan yang tidak
melakukan stock split. Hal ini berarti perusahaan yang melakukan stock split
memiliki likuiditas perusahaan jangka sangat pendeknya sangat tinggi, dan
mampu melunasi kewajiban jangka sangat pendeknya dengan baik.
Berdasarkan debt to equity ratio, perusahaan yang tidak melakukan
stock split memiliki debt to equity ratio lebih rendah, ha! ini berarti
perusahaan yang tidak melakukan stock split mampu menutup hutanghutangnya kepada pihak luar, ha! ini dibuktikan nilai debt to equity ratio-nya
rendah.
Berdasarkan return on equity, perusahaan yang tidak melakukan stock
split memiliki return on equity lebih tinggi, ha! ini membuktikan bahwa
perusahaan yang tidak melakukan stock split mampu memberikan tingkat
kembalian yang besar kepada pemegang saham dm1 profit yang didapatkan
besar pula.
Berdasarkan net profit margin, perusahaan yang melakukan stock split
memiliki net profit margin yang lebih tinggi, ha! ini berarti perusahaan yang
melakukan stock split memiliki kemampuan lebih dalam menghasilkan laba
dibandingk311 perusahaan yang tidak melaknkan stock split.
Berdasarkan total asset turnover, perusahaan yang melakukan stock
split memiliki nilai yang lebih tinggi, ha! ini menuJ1iukk311 bahwa kemampuan
perputaran total aktiva perusahaan yang mel.akukan stock split dalam
menciptakan penjualan lebih baik dibandingkan perusahaan yang tidak
melakukan stock split.
Berdasarkan price earning ratio, perusahaim yang tidak melakukan
stock split memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang
tidak melakukan stock split. Hal ini berarti berarti nilai (value) yang
diapresiasikan oleh investor terhadap nilai perusahaan lebih tinggi.
Berdasarkan price to book value, perusahaan yang tidak melakukan
stock split memiliki price to book value yang lebih tinggi. Hal ini
menunjukkan kemampuan perusahaan yang tidak melakukan stock split dalam
menciptakan nilai terhadap pemegang saham culmp tinggi.
Namun beradasarkan hasil uji statistik dengan mann whitney, kinerja
keuangan dan tingkat harga saham antara perusahaan yang melaknkan stock
split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split tidak terdapat
perbedaan. Hal ini bertolak belakang dengan signalling theo1y yang
menyatakan bahwa hanya perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang
bagus saja yang man1pu melakukan stock split.
Hasil pengujian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Beni
Suhendra Winarso (2005) menganalisis tentang perbedaan kine1ja keuangan
antara perusahaan yang melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak
melakukan stock split, pengujian tersebut mengacu pada signaling theory.
Objek penelitian pada perusahaan manufaktur yang melakukan stock split dan
perusahaan yang tidak melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan Independent sample test, hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa secara statistik antara pemsahaan yang
melakukan stock split dengan perusahaan yang tidak melakukan stock split
tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam kine1ja keuangrumya. Hal ini
bertolak belakang dengan signalling theory yang menyatakan bahwa hanya
perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang bagus saja yang mampu
melakukan stock split.
Marwata (2001) menguji perbedaan kinerja keuangan, harga sahrun
dru1 pemecahan sahrun, dengan mengrunbil srunpel sebanyak 54 pemsahaan
publik yang melakukan stock split pada tahun 1996 - 1997. Hasilnya
menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang mel.akukan stock split yang
diukur dari !aha bersih per lembar sahrun (EPS) tidak lebih tinggi daripada
perusahaan yang tidak melakukan stock split. Dengan demikian hasil
penelitiannya tidak mendukung signaling theory. Sedangkan ditinjau dru·i
tingkat kemahalan harga saham, rasio hru·ga saham terhadap nilai buku (PBV)
perusahaan yang melakukan stock split lebih mahal daripada perusahaan yang
tidalc melakukan stock split.
BABV
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
I. Kinerja rata-rata keuangan perusahaan yang melakukan stock split
memiliki memiliki keunggulan pada current ratio, quick ratio, net profit
margin, dan total asset turnover. Sedangkan kine1ja rata-rata keuangan
perusahaan yang tidak melakukan stock split memiliki keunggulan pada
leverage ratio, dan return on equity.
2. Berdasarkan tingkat harga saham rata-rata yang diukur dengan price
earning ratio dan price to book value perusahaan yang tidak rnelakukan
stock split merniliki price earning ratio dan price to book value lebih
tinggi dibandingkan perusahaan yang melakukan stock split. Hal ini
membuktikan tingkat harga saham rata-rata perusahaan yang tidak
melakukan stock split lebih tinggi dari pada pe:rusahaan yang rnelakukan
stock split.
3. Hasil uji beda dengan mann whitney menunjukkan bahwa kine1ja
keuangan perusahaan yang melakukan stock split dan perusahaan yang
tidak melakukan stock split tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
4. Hasil uji beda dengan mann whitney menw1jukkan bahwa tingkat harga
saham perusahaan yang melakukan stock split dan perusahaan yang tidak
melakukan stock split tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
B. IMPLIKASI
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan juga
informasi baik bagi perusahaan maupun bagi pihak eksternal perusahaan,
terutama calon investor yang akan menanarnkan modalnya baik pada
perusahaan yang melakukan stock split atau pada pemsahaan yang tidak
melukan
stock split dengan
tetap
mempertirnbangkan
asumsi
dan
keterbatasan-keterbatasan penelitian. Ada beberapa implikasi penting yang
bisa diambil dari penelitian ini. Hasil penelitian ini akan mernberikan
beberapa kontribusi potensial.
I. Dapat rnenambah literatur mengenai aspek fondamental yang terkait
dengan kegunaan laporan keuangan.
2. Dapat menentukan antara seperangkat rasio keuangan antara dua kategori
perusahaan yang melakukan stock split dan pemsahaan yang tidak
melakukan stock split dan rasio mana yang paling menjelaskan perbedaan
kedua kategori tersebut.
3. Bagi investor dilihat dari penelititan ini antara perusahaan yang
melakukan stock split dan perusahaan yang tidal< melakukan stock split
tidak memperngaruhi kepututsan investasi. 0 !eh karena itu para investor
tidak perlu mempe1iimbangkan harus menginvestasikan dananya pada
kedua kategori perusahaan yang melakukan stock split atau perusahaan
yang tidak melakukan stock split.
4. Untuk perusahaan, hasil penelititan ini dapat menjadi bahan pertimbangan
bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerja keuangaimya jika ingin
melakukan stock split. Kai·ena hanya perusahaan yang memiliki kinerja
yang bagus saja yang dapat melakukan stock split
5. Bagi akademis, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untulc meneliti
lebih jauh lagi bagaimana pengaruh rasio keuangan terhadap keputusan
stock split dengan menambah variabel rasio-rasio keuangar1 lainnya yang
terkait.
DAFTAR PUSTAI<A
Astuti, Dewi. "Manqjemen Keuangan Perusahaan" , Ghalia Indonesia, Jakmia, 2004.
Brighmn, Honston. "Dasar-Dasar Manajemen Keuangan", Edisi Kesepuluh,
Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Darsono, dan Ashari. "Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan".
Yogyakmia: Andi, 2005.
Fabozzi, Frank. "Financial Management and Analysis", Second Edition, Wiley Inc,
New Jersey 2003.
Fatah, Ahmad Hanin. "Penyebab Financial Distress di PT. Petrowidada", Tesis
Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Progrmn Studi Administrasi
dan Kebijakan Bisnis, 2002.
Gill, James. 0., dm1 Moira Chatton. "Memahami Laporan Keuangan", PPM, Jakarta,
2003.
Hamid, Abdul. "Pedoman Penulisan Skripsi" FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jaka11a,
2007.
Julia. "Market Reaction of Stock Split Announcement", Jumal Kiat, Vol. 4 Oktober,
ha! 31-38, 2002.
Keown, A1ihur. J., David F Scott Jr., John D Matiin, J. Willimn Petty. "Dasar-Dasar
Aianajemen Keuangan ", Bukul, salemba Empat, Jakarta:2001.
Khodijah, Siti. "Analisis Faktor-Faktor Determinan Struktur Modal dan Price
Earning Ratio Serta Pengruhnya Terhadap Harga Saham ", Shipsi FEIS UIN
SyarifHidayatullah, Jaka1ia, 2006.
Koran Tempo, "Rencana Pemecahan Saham pada Perusahaan Gas Negara", 22
Mei, 2008.
Kumiawati, Indah. "Analisis Kandungan Iriformasi Stock Split dan Lik:uiditas Saham:
Studi Empiris pada Non-Synchronous Trading", Jumal Riset Akuntansi
Indonesia Vol.6 No.3 September ha! 264-275, 2003.
Larson, Kermit D. "Principles of Financial Accounting",
Mc.Graw Hill/Irwin, 2005.
New York, 1t" ed,
Magdalena, Nany. "Analisi Pengaruh Harga Saham, Return Saham, Varian Return
Saham, Earnings dan Volume Perdagangan Saham Terhadap Bid Ask Spread
Sebelum dan Sesudah Pengumuman Laporan Keuangan (Studi Empiris pada
Saham LQ 45di BE!)", Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.9 No.I. ha! 2331, 2004.
Marwata, "Kinerja Keuangan, Harga Sahamn dan Pemecahan Saham", Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia, Vol.I 0, 200 I.
Nugroho, Bhuana Agung. "Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan
SPSS", Yogyakarta: Andi, 2005.
Prihadi, Toto, "Deteksi Cepat Kondisi Keuangan: 7 Analisis Rasia Keuangan ",
Penerbit PPM, Jakarta, 2008.
Rahayu, Indai'i Retno. "Reaksi Pasar Terhadap Peristiwa Stock Split Yang Terjadi di
BE!" Univ.Islam Indonesia, Yogyakarta, 2009.
Rifai, Alunad dan Rudi Handoko. "Pengaruh Pemecahan Saham Terhadap Tingkat
Pengembalian Saham: Studi Mengenai Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat
di Bursa Efek Jakarta", Jurnal Keuangan dan Moneter, Vol.2 No.8 Desember
ha!. 145-180, 2005.
Rodoni, Alunad, Prof. Dr. "Analisis Teknikal dan Fundamental pada Pasar Modal",
Cetakan 1, edisi 1, Jakarta, CSES Press, 2005.
Santoso. "Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik", PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2001.
Sri Utami, Elok. "Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan dan Tingkat Kemahalana
Harga Saham Terhadap Keputusan Stock Split", Laporan Penelitian di Bursa
Efek Indonesia, hal.1-42, 2007.
Suhendra Winarso, Beni, "Analisis Empiris Perbedaan Kine1ja Antara Perusahaan
yang Melakukan Stock Split dengan Perusahaan yang Tidak Melakukan Stock
Split", Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol.16 No.3 Deseber ha! 209-218,
2005.
Trihendradi, Cornelius, "Langkah Mudah Memecahkan Kasus Statistik: Desla-iptif,
Parametrik, dan Non-Parametrik dengan SPSS 12 ", Andi Offset, Yogyakarta,
2004.
Van Home, Jones C., Wachowicz,Jr., John M. "Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan ", Salemba Empat, Jilid 2, Jakarta, 2005.
Wareen, et al. "Pengantar Akuntansi", Edisi 21, Buku satu, Salemba Empat, Jakarta,
2005.
Widiastuti, Harjanti dan Usmara, "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stock
Split dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan", Jurnal Akuntansi dan
Investasi, Vol.6 No. 2 Juli ha! 225-242, 2005.
www.wealthindonesia.com/stock-split-and-reverse-stock-split.html
Lampiran
Daftar perusahaan yang melakukan Stock Split tahun 2006
No
1
2
3
4
5
6
7
Nama Perusahaan
Ameni Pratama Ocean Line Tbk
Ekadharma International Tbk
Intraco Penta Tbk
Java Real Prooe1iv Tbk
Pelayaran Tempuran Emas Tbk
Pembangunan Java Ancol Tbk
Plaza Indonesia Realty Tbk
8 Tempo Scan Pacific Tbk
Emiten
APOL
EKAD
INTA
JRPT
TMAS
PJAA
PLIN
TSPC
Tanggal Pengumuman Stock split
24 November 2006
19 Oktober 2006
16 J~muari 2006
14 Agustus 2006
17 Maret 2006
10 Juli 2006
26 Desember 2006
14 September 2006
.
Daftar perusabaan yang melalmkan Stock Split tahun 2007
No
Nama Perusahaan
1 AKR Comorindo Tbk
2 Aneka Tambang Persero Tbk
3 Charoen Pokhohand Indonesia Tbk
4 Semen Gresik Tbk
5 Sorini Agro Asia Corporindo Tbk
Emiten
AKRA
ANTM
CPIN
SMGR
SOBI
Tanggal Pengumuman Stock split
27 Juli 2007
12 Juli 2007
1 November 2007
7 Agustus 2007
22 A~itus 2007
Daftar perusahaan yang tidak melakukan Stock Split
No
Nama Perusahaan
1 Astra Agro Lestari Tbk
2 Asahimas Flat Glass Tbk
3 Astra Otopmis Tbk
4 Apexindo Pratama Duta Tbk
5 Branta Mulia Tbk
6 Fajm· Surya Wisesa Tbk
7 Indomobil Sukses Internasional Tbk
8 Kalbe Farma Tbk
9 Multi Strada Arah Sarana Tbk
10 Mavora Indah Tbk
11 Sierad Produce Tbk
12 Samudra Indonesia Tbk
13 Unilever Indonesia Tbk
Emiten
AALI
AMFG
AUTO
APEX
BRAM
FASW
IMAS
KLBF
MASA
MYOR
SIPD
SMDR
UNVR
liran
NAMA
PERUSAHAAN
1i Pratama Ocean Line
KATEGORI
PERUSAHAAN
Melakukan stock split
harma International
Melakukan stock split
:o Penta
Melakukan stock split
Real Property
Melakukan stock split
'aran Tempuran Emas
Melakukan stock split
>angunan Jaya Ancol
Melakukan stock split
Indonesia Realty
Melakukan stock split
Scan Pacipik
Melakukan stock split
10
. Corporindo
:a Tambang
Melakukan stock split
ien Pokphahd Indonesia
Melakukan stock split
•n Gresik Persero
Melakukan stock split
' Corporation
Melakukan stock split
Melakukan stock split
KINERJA PERUSAHAAN
Likuiditas
Solvabilitas
HARGASAHAM
Profitabilitas
Aktivitas
CR
QR
DER
ROE
NPM
TAT
PER
PBV
2.05
3.92
3.37
2.91
0.39
2.55
4.i6
4.39
1.18
3.02
1.44
2.48
1.7
1.98
2.51
2.06
1.85
0.39
2.48
4.15
3.35
0.7
2.39
0.78
1.99
0.97
1.93
0.29
1.68
0.55
1.59
0.32
0.39
0.23
1.35
0.55
3.33
0.42
0.67
0.17
0.14
0.04
0.11
0.09
0.25
0.12
0.19
0.13
0.63
0.16
0.18
0.09
0.14
0.05
0.01
0.21
0.03
0.18
0.31
0.09
0.03
0.48
0.03
0.16
0.03
0.23
0.04
0.06
0.3
0.06
0.24
0.56
0.12
0.06
0.65
0.05
0.21
0.05
9.89
15.52
29.35
33.67
29.61
12.93
25.12
14.86
19.86
4.48
9.03
23.6
12.33
1.52
1.55
0.67
2.7
2.36
2.26
2.5
2.09
3.07
3.96
2.14
5.34
0.93
)iran
NAMA
PERUSAHAAN
Agro Lestari
imas Flat Glass
Otoparts
ndo Pratama Duta
aMulia
Surya Wisesa
1obil Sukses lnternasional
Farma
Strada Arah Sarana
•a lndah
JProduce
dra Indonesia
'er Indonesia
KATEGORI
PERUSAHAAN
tidak melakukan stock split
tidak melakukan stock split
tidak melakukan stock split
tidak melakukan stock split
tidak melakukan stock split
tidak melakukan stock split
tidak melakukan stock split
tidak melakukan stock split
tidak melakukan stock split
tidak melakukan stock split
tidak melakukan stock split
!idak melakukan stock split
tidak melakukan stock split
KINERJA PERUSAHAAN
Likuiditas
CR
1.02
2.7
2.04
3.69
3.93
1.85
1.07
4.26
1.39
3.18
3.79
2.21
1.35
QR
0.7
1.24
1.16
3.19
2.29
0.83
0.83
2.92
0.59
2.15
2.49
2.19
0.84
Solvabilitas
DER
0.31
0.34
1.93
1.41
0.61
1.91
0.32
0.76
0.33
0.66
0.13
0.72
0.76
HARGASAHAM
Profitabilitas
ROE
0.33
0.08
0.17
0.11
0.05
0.13
0.25
0.44
0.02
0.1
0.07
0.37 •.
0.95
NPM
0.29
0.07
0.14
0.18
0.01
0.07
0.18
0.11
0.04
0.05
0.04
0.06
0.2
Aktivitas
TAT
0.42·
0.12
0.23
0.33
0.05
0.1
0.24
0.19
0.09
0.09
0.06
0.12
0.14
PER
17.7
9.42
17.28
22.04
46.69
28.01
12.93
15.39
55.78
9.32
H.47
3.51
22.64
PBV
7.88
1.26
0.61
3.08
1.03
2.43
2.26
4.21
1.9
1.45
0.48
0.8
15.01
Lampiran
Hasil Output SPSS Untuk Cun·ent Ratio
Yang Menggambarkan Tingkat Likuiditas
Ranks
I PERUSAHAAN
N
13
Mea n Rank
14.00
Sum of Ranks
182.00
Bukan Stock Split
13
13.00
169.00
Total
26
Stock Split
CR
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U
WilcoxonW
z
CR
78.000
169.000
-.333
Asymp. Sig. (2-tailed)
.739
Exact Sig. [2.(1-tailed
Sig.)]
.762(a)
a Not corrected for lies.
b Grouping Variable: PERUSAHAAN
Lampiran
Hasil Output SPSS Untuk Quick Ratio
Yang Menggambarkan Tingkat Likuiditas
Ranks
I PERUSAHAAN
QR
N
13
Stock Split
Bukan Stock Split
13
Total
26
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U
WilcoxonW
z
QR
75.500
166.500
-.462
Asymp. Sig. (2-tailed)
.644
Exact Sig. [2'(1-tailed
Sig.)]
.650(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: PERUSAHAAN
Mea n Rank
Sum of Ranks
14.19
184.50
12.81
166.50
Lampiran
Hasil Output SPSS UntukDebt to Equity Ratio
Yang Menggambarkan Tingkat Solvabilitas
Ranks
I PERUSAHAAN
DER
Stock Split
N
13
Mea n Hank
13.85
Sum of Ranks
180.00
Bukan Stock Split
Total
13
26
13.15
171.00
Test Statislics(b)
DER
Mann-Whitney U
WilcoxonW
z
80.000
171.000
Asymp. Sig. (2-tailed)
-.231
.817
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
.840(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: PERUSAHAAN
Lampiran
Hasil Output SPSS Untuk Retum 011 Equity
Yang Menggambarkan Tingkat Profitabilitas
Ranks
I PERUSAHAAN
ROE
Stock Split
Bukan Stock Split
Total
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U
ROE
84.000
WilcoxonW
175.000
z
-.026
Asymp. Sig. (2-tailed)
.980
Exact Sig. [2"(1-tailed
Sig.)]
1.000(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: PERUSAHAAN
N
13
Mean Rank
13.54
Sum of Ranks
176.00
13
26
13.46
175.00
Lampiran
Hasil Output SPSS Untuk Net Profit lofargin
Yang Menggambarka11 Tingkat Profitabilitas
Ranks
I PERUSAHAAN
NPM
Stock Split
Bukan Stock Split
N
13
13
Total
26
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U
NPM
80.500
WilcoxonW
171.500
z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2'(1-tailed
Sig.)]
-.206
.837
.840(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: PERUSAHAAN
Me an Rank
13.19
13.81
Sum of Ranks
171.50
179.50
Lampiran
Hasil Output SPSS Untuk Total Asset Turnover
Yang Menggambarkan Tingkat Aktivitas
Ranks
I PERUSAHAAN
N
13
13
Stock Split
TAT
Bukan Stock Split
Total
26
Test Statistics(b)
TAT
Mann-Whitney U
WilcoxonW
z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
77.500
168.500
-.360
.719
.724(a}
a Not corrected for bes.
b Grouping Variable: PERUSAHAAN
Mea n Hank
12.96
14.04
Sum of Ranks
168.50
182.50
Lampiran
Hasil Output SPSS UntukPrice Earning Ratio
Yang Menggambarkan Tingkat Harga Saham
Ranks
I PERUSAHAAN
PER
Stock Split
N
13
Me11n Rank
13.58
Bukan Stock Split
13
13.42
Total
26
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U
WilcoxonW
z
PER
83.500
174.500
-.051
Asymp. Sig. (2-tailed)
.959
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
.960(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: PERUSAHAAN
Sum of Ranks
176.50
174.50
Lampiran
Hasil Output SPSS Untuk Price to Book Value
Yang Menggambarkan Tingkat Harga Saham
Ranks
I PERUSAHAAN
PBV
N
13
Stock Split
Bukan Stock Split
13
26
Total
Test Statistics(b)
PBV
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
z
74.500
165.500
Asymp. Sig. (2-tailed)
-.513
.608
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
.614(a)
a Not corrected for lies.
b Grouping Variable: PERUSAHAAN
Mean Rank
14.27
12.73
Sum of Ranks
185.50
165.50
Download