BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pradiabetes merupakan kendala yang terjadi jika kadar glukosa darah seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis diabetes. Orang dengan pradiabetes cenderung dapat berkembang menjadi diabetes melitus (DM) dan memiliki risiko 1,5 kali mengalami penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan orang normal. Perjalanan penyakit DM didahului oleh pradiabetes. Hampir semua penderita DM tipe 2 sebelumnya mengalami pradiabetes yaitu kadar glukosa darah lebih tinggi dari normal. Berdasarkan pengamatan terhadap orang dengan pradiabetes dalam perkembangannya mempunyai tiga kemungkinan yaitu 1/3 akan berkembang menjadi DM tipe 2, 1/3 berikutnya akan tetap menjadi pradiabetes, sedangkan 1/3 sisanya akan menjadi normoglikemi (American Diabetes Association (ADA, 2012)). Menurut National Institut of Health (NIH) (2008) bahwa mereka yang mengalami pradiabetes lebih berpotensi mengalami diabetes dibandingkan orang yang memiliki gula darah normal. Berbeda dengan keadaan DM yang bersifat irreversible, keadaan pradiabetes merupakan suatu titik yang dapat bergerak dua arah, yaitu kearah normal atau ke arah DM (Power, 2008).Diantara penyakit degeneratif, DM merupakan penyakit yang sangat potensial untuk dapat dicegah (Waspadji, 2011). Proses perubahan pradiabetes menjadi DM tipe 2 dapat diperlambat atau bahkan dapat dicegah melalui 1 Universitas Sumatera Utara 2 penanggulangan pradiabetes sehingga dapat mengembalikan kadar glukosa darah menjadi normal. Orang dengan pradiabetes dapat mencegah atau menunda perkembangan diabetes tipe 2 melalui perubahan gaya hidup, penurunan berat badan, meningkatkan aktifitas fisik dan olah raga secara teratur serta menghentikan penggunaan rokok. (ADA, 2009). Perubahan gaya hidup yang dilakukan penderita pradiabetes menurunkan risiko penyakit jantung dan diabetes, meningkatkan aktifitas fisik dan menurunkan berat badan membantu tubuh merespon insulin secara lebih baik sehingga dapat menghindari berkembangnya pradiabetes menjadi diabetes (NIH, 2008). Pada beberapa negara yang penduduknya mengalami perubahan gaya hidup yang sangat berbeda dengan cara hidup sebelumnya, kekerapan diabetes mencapai 35% (Suyono, 2010). Faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian pradiabetes sama dengan faktor risiko DM tipe 2 yaitu obesitas, usia 45 tahun, hipertensi, riwayat keluarga diabetes, pernah mengalami diabetes gestasional atau pernah melahirkan bayai dengan berat badan 4,1 kg atau lebih (ADA, 2009). Menurut Canadian Diabetes Assosiation (CDA) 2008, usia yang semakin tua akan meningkatkan risiko diabetes, sehingga direkomendasikan untuk melakukan periksa gula darah puasa. Kelebihan berat badan merupakan faktor risiko utama pradiabetes, faktor pendukung lainnya adalah kurangnya aktifitas fisik. Semakin sedikit aktifitas fisik yang dilakukan maka akan semakin besar risiko untuk terjadinya pradiabetes, aktifitas fisik membantu seseorang untuk mengendalikan berat badan (NIH, 2008). Menurut Yang (2010) prevalensi diabetes meningkat dengan bertambahnya umur dan berat badan, Universitas Sumatera Utara 3 prevalensi diabetes lebih tinggi pada laki-laki (10,6%) begitu pula pradiabetes lebih tinggi pada laki-laki (16,1%), prevalensi diabetes lebih tinggi pada penduduk perkotaan (11,4%) dari pada penduduk pedesaan (8,2%). Jumlah penyandang diabetes terutama diabetes tipe 2 makin meningkat di seluruh dunia terutama di negara-negara berkembang karena perubahan gaya hidup yang salah menyebabkan obesitas. Cara hidup yang sangat sibuk dengan pekerjaan dari pagi sampai sore bahkan sampai malam hari duduk dibelakang meja menyebabkan tidak adanya kesempatan melakukan aktifitas fisik.Pola hidup yang berisiko seperti ini yang menyebabkan tingginya penyakit, diabetes hipertensi. Faktor urbanisasi dan meningkatnya pelayanan kesehatan juga merupakan faktor penting karena usia menjadi lebih panjang (Suyono, 2011). Identifikasi dini pradiabetes pada seseorang, serta penatalaksanaan secara tepat sangat potensial mengurangi atau menunda progresivitas penyakit ke arah diabetes, hal ini penting dilakukan untuk menghindari meningkatnya insidensi diabetes (Manaf, 2010). Mayoritas Individu dengan pradiabetes yang tidak segera melakukan perubahan gaya hidup, menurunkan berat badan dan meningkatkan aktifitas fisik akan menjadi diabetes dalam kurun waktu sepuluh tahun (NIH, 2008). Kecepatan progresivitas tergantung pada tingginya kadar glukosa darah pada saat terdiagnosis, semakin tinggi leveril kandungan glukosa darah semakin besar pula risiko progresifitasnya. Beberapa faktor risiko terjadinya pradiabetes adalah riwayat diabetes dalam keluarga, penyakit kardiovaskuler, obesitas, gaya hidup yang berisiko, hipertensi (Manaf, 2010). Mengingat DM Universitas Sumatera Utara 4 akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia maka harus segera dilakukan penanggulangan khususnya dalam upaya pencegahan (PERKENI, 2011). Peningkatan kematian akibat diabetes mellitus tentu saja didahului dengan peningkatan prevalensi diabetes mellitus diseluruh dunia. Pada tahun 2000 sekitar 171 orang menderita DM, dimana 90% diantaranya adalah DM tipe 2. Angka ini dipredeksi meningkat menjadi 366 juta orang pada tahun 2030, dimana sebagian besar peningkatan tersebut berasal dari negara-negara berkembang (WHO, 2005). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Internasional Diabetes Federattion (IDF) tahun 2003, menyatakan bahwa prevalensi diabetes mellitus di dunia adalah 5,1% atau sekitar 194 juta penduduk menderita diabetes pada kelompok umur dewasa. Angka ini diperkirakan akan meningkatkan menjadi sekitar 333 juta orang pada tahun 2025 atau prevalensi sekitar 6,3% populasi dewasa dunia (Goldstein, Muller, 2008). Prevalensi DM di Indonesia menurut Riskesdas (2007) berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 1,1%. Prevalensi toleransi glukosa terganggu hampir dua kali lipat prevalensi DM yaitu total DM 5,7% (TGT) dan TGT 10,2%. Prevalensi TGT dan DM pada penduduk perkotaan Indonesia menurut Provinsi, menunjukkan prevalensi DM dan TGT di Propinsi Aceh yaitu 5,4% dan 8,4%. Prevalensi TGT dan DM meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Prevalensi DM dan TGT lebih tinggi pada individu yang mempunyai berat badan lebih dan obesitas, pada kelompok hipertensi dan pada kelompok yang mempunyai aktifitas Universitas Sumatera Utara 5 fisik kurang (Depkes, 2008). Menurut data Riskesdas Provinsi Aceh (2012) menunjukkan data penderita Diabetes terdapat di semua Kabupaten/Kota dan prevalensi diabetes tertinggi di Kota Lhokseumawe sebesar 3,3 % (Depkes, 2008). Menurut penelitian epidemiologi yang sampai saat ini dilaksanakan di Indonesia, kekerapan diabetes di Indonesia berkisar antara 1,4%-1,6%, penelitian yang dilakukan di daerah Depok diperoleh prevalensi DM tipe 2 sebesar 14,7% demikian pula di Makasar prevalensi diabetes pada akhir tahun 2005 mencapai 12,5%, sementara pada akhir tahun 2006 dari hasil kegiatan surveilans faktor risiko penyakit tidak menular di Jakarta oleh Departemen Kesehatan ditemukan prevalensi diabetes 12,1%, diabetes yang terdeteksi 3,8 % dan diabetes tidak terdeteksi sebesar 11,2%, berdasarkan data tersebut diketahui bahwa kejadian diabetes yang belum terdeteksi adalah sekitar 3 kali lipat dari jumlah kasus diabetes yang sudah terdeteksi (Suyono, 2010). Penelitian yang dilakukan Juleka (2005) di Cirebon diketahui pengidap DM tipe 2 sebagian besar berada pada usia 55 tahun (71,2%) dan penelitian yang dilakukan Ratnaningsih (2009) di Kota Yogyakarta diketahui bahwa responden dengan usia 40 – 59 adalah responden terbanyak yang ditemui, yaitu sebesar 52,4% disusul responden dewasa akhir sebesar 43,5%, data yang didapatkan menunjukkan bahwa diabetes melitus lebih banyak dialami oleh orang yang berusia dewasa tengah dan dewasa akhir (40 tahun ke atas). Universitas Sumatera Utara 6 Di Indonesia sekitar 75% penderita diabetes tidak mengetahui bahwa dirinya menderita sehingga tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang cukup. Pada umumnya penderita diabetes tidak mengetahui bahwa dirinya menderita diabetes. Indonesia, berdasarkan peta prevalensi diabetes WHO pada tahun 2003 menempati urutan keempat terbesar dalam jumlah penderita DMdi dunia setelah India, China dan Amerika Serikat. Diprediksikan terjadi peningkatan jumlah penderita DM dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Menurut Diabetes Atlas 2000 Internasional Diabetes Federation diperkirakan penduduk Indonesia usia 20 tahun keatas sebanyak 125 juta jiwa dengan asumsi prepalensi DM sebesar 4,6% diperkirakan pada tahun 2000 sebanyak 5,6 juta penduduk Indonesia menderita diabetes. Berdasarkan pola pertambahan penduduksaat ini, diperkirakan pada tahun 2020 akan ada 178 juta penduduk berusia diatas 20 tahun, dengan asumsi prevalensi diabetes mellitus sebesar 4,6% maka diperkirakan akan ada 8,2 juta penderita diabetes mellitus di Indonesia (WHO, 2010, Suyono, 2009). Hasil penelitian epidemiologi di beberapa daerah di Indonesia membuktikan adanya peningkatan prevalensi diabetes mellitus terutama di daerah kota. Di Jakarta prevalensi diabetes mellitus tahun 1982 sebesar 1,7%, kemudian menjadi 5,7% di tahun 1962, disusul Depok pada tahun 2001 menjadi 12,8%. Peningkatan diabetes mellitus juga terjadi di Ujung Pandang (daerah kota), meningkat dari 1,5% pada tahun 1981 menjadi 2,9% di tahun 1998 dan 12,5% pada tahun 2005. Sedangkan didaerah rural yang dilakukan oleh Arifindi suatu kota kecil di Jawa Barat prevalensi Universitas Sumatera Utara 7 DM hanya 1,1 dan di suatu daerah terpencil di Tanah Toraja didapatkan prevalensi DM 0,8%.Terakhir adalah hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2007) yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Balitbangkes Depkes RI) melaporkan bahwa prevalensi diabetes mellitus didaerah-daerah kota adalah 5,7% (Suyono, 2010). Meningkatnya prevalensi DM di wilayah Indonesia tentu saja harus dicegah. Salah salah cara mencegahnya adalah dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit diabetes mellitus di masyarakat. Propinsi Aceh menempati urutan ke 8 prevalensi DM dari seluruh propinsi di Indonesia sebesar 2,6 dan prevalensi nasional sebesar 2,1 % (Depkes, 2013). Berdasarkan rekap Surveilans Terpadu Penyakit (STP) berbasis Puskesmas (2013), prevalensi DM di Aceh adalah 1,6% (Dinas Kesehatan Aceh, 2013) Sementara di Kota Lhokseumawe prevalensi DM 9,7%. Data 10 penyakit terbanyak pasien rawat jalan DM menempati urutan kedua setelah hipertensi (Dinkes Kota Lhokseumawe) Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti bermaksud mengkaji pengaruhantara obesitas, kurangnya aktifitas fisik, perilaku merokok dan riwayat DM dalam keluarga terhadap kejadian pradiabetes pada usia<45 tahun di Kota Lhokseumawe Kecamatan Banda Sakti tahun 2014. Universitas Sumatera Utara 8 1.2. Permasalahan Berdasarkan uraian diatas maka, permasalahan penelitianadalahbelum diketahuinya pengaruh obesitas, kurangnya aktifitas fisik, merokok dan riwayat DM dalam keluarga terhadap kejadian pradiabetes pada usia<45 tahun di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe tahun 2014. 1.3. 1. Tujuan Tujuan Umum Mengetahui pengaruh obesitas, aktifitas fisik, merokok dan riwayat keluarga terhadap kejadian pradiabetes pada usia<45 tahun di Kota Lhokseumawe. 2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui pengaruh obesitasterhadapkejadian pradiabetes padausia<45 tahun di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe. 2. Mengetahui pengaruh aktifitas fisik terhadap kejadian pradiabetes pada usia<45 tahun di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe. 3. Mengetahui pengaruh merokok terhadap kejadian pradiabetes pada usia<45 tahun di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe. 4. Mengetahui pengaruh riwayat keluarga terhadap kejadian pradiabetes pada usia<45 tahun di Kota Lhokseumawe. Universitas Sumatera Utara 9 1.4. 1. Hipotesis Ada pengaruh obesitas terhadapkejadian pradiabetes pada usia<45 tahun di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe. 2. Ada pengaruh aktifitas fisik terhadap kejadian pradiabetes pada usia<45 tahun di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe. 3. Ada pengaruh merokok terhadap kejadian pradiabetes pada usia<45 tahun di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe. 4. Ada pengaruh riwayat terhadap kejadian pradiabetes pada usia<45 tahun di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe. 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dan landasan kebijakan dalam melakukan upaya pencegahan terhadap masalah pradiabetes. 1.5.2. Bagi Peneliti Penelitian diharapkan dapat meningkatkan pengalaman dan mengembangkan wawasan peneliti dalam melakukan suatu penelitian ilmiah mengenai pradiabetes. 1.5.3. Bagi Peneliti Lain Penelitian dapat dijadikan rujukan untuk melakukan penelitian pradiabetes. Universitas Sumatera Utara