UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PERIODE 6 – 20 JUNI 2011
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
YUDHO PRABOWO, S.Farm.
1006835596
ANGKATAN LXXIII
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
DESEMBER 2011
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PERIODE 6 – 20 JUNI 2011
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
YUDHO PRABOWO, S.Farm.
0806364813
ANGKATAN LXXIII
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
DESEMBER 2011
i
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan oleh :
Nama
: Yudho Prabowo, S.Farm.
NPM
: 1006835596
Program Studi : Apoteker
Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia Periode 6 – 20 Juni 2011
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Program Studi Apoteker, Departemen Farmasi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia
Ditetapkan di
Tanggal
: Depok
: 5 Januari 2012
ii
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena rahmat-Nya
Penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia dan menyelesaikan laporan ini.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program
Profesi Apoteker Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Indonesia untuk mencapai gelar apoteker. Pada
kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Ibu Dra. Nasirah Bahaudin, Apt, MM, selaku Direktur Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan yang telah mengizinkan dan memberikan fasilitas
kepada mahasiswa peserta Praktek Kerja Profesi Apoteker.
2.
Bapak Drs. Masrul, Apt, selaku Kasubdit Inspeksi Alat Kesehatan dan PKRT
dan sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan
petunjuk dalam pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker maupun dalam
penyusunan laporan ini.
3.
Ibu Prof. Dr. Atiek Soemiati, MS., Apt. sebagai pembimbing dari Program
Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI, yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan laporan.
4.
Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt. sebagai Ketua Departemen
Farmasi FMIPA UI.
5.
Bapak Dr. Harmita, Apt. Sebagai Ketua Program Profesi Apoteker
Departemen Farmasi FMIPA UI.
6.
Ibu Dra. Ema Viazza, Apt., yang telah memberikan pengarahan dan petunjuk
dalam pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker maupun dalam
penyusunan laporan ini.
7.
Seluruh karyawan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
terutama dari Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, yang
telah banyak memberikan pengarahan dan bantuan selama Penulis
melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
iii
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
8.
Seluruh staf pengajar Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
9.
Keluarga yang telah memberikan bantuan moril dan materil sehingga
pelaksanaan PKPA dan penyelesaian laporan dapat berjalan lancar.
10. Seluruh teman-teman Apoteker Universitas Indonesia Angkatan 73 yang
saling mendukung dan bekerjasama selama perkuliahan dan pelaksanaan
PKPA.
11. Serta pihak lain yang telah membantu sehingga Laporan Praktek Kerja
Profesi Apoteker ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga
pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani Praktek
Kerja Profesi Apoteker ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat
dan semua pihak yang membutuhkan.
Jakarta,
Desember 2011
Penulis
iv
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vii
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................
1.1 Latar Belakang ......................................................................
1.2 Tujuan PKPA ........................................................................
1
1
2
BAB 2. TINJAUAN UMUM ...................................................................
2.1 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ........................
2.1.1 Visi dan Misi ............................................................
2.1.2 Dasar Hukum ............................................................
2.1.3 Nilai-Nilai .................................................................
2.1.4 Struktur Organisasi ...................................................
2.1.5 Tugas ........................................................................
2.1.6 Fungsi .......................................................................
2.1.7 Rencana Strategis .....................................................
2.1.8 Wewenang ................................................................
2.2 Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan ..............................................................................
2.2.1 Kedudukan, Tugas, dan Fungsi ................................
2.2.2 Susunan Organisasi ` .................................................
2.2.2.1 Sekretariat Direktorat Jenderal .....................
2.2.2.2 Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan ......................................................
2.2.2.3 Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian ......
2.2.2.4 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Alat Kesehatan ..............................................
2.2.2.5 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian ..................................................
3
3
3
3
4
5
6
6
6
7
BAB 3. TINJAUAN KHUSUS
DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI
ALAT KESEHATAN ................................................................
3.1 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan ............................................................................
3.2 Visi dan Misi .......................................................................
3.3 Tugas Pokok dan Fungsi .....................................................
3.4 Tujuan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan ............................................................................
v
8
8
9
9
10
11
12
13
14
14
15
16
16
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
3.5
Strategi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan ............................................................................
3.6 Sasaran Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan ............................................................................
3.7 Struktur Organisasi .............................................................
3.7.1 Subdirektorat Penilaian Alat Kesehatan ..................
3.7.2 Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik
In Vitro dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT) .......................................................
3.7.3 Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT).......
3.7.4 Subdirektorat Standarisasi dan Sertifikasi ..............
3.8 Kegiatan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan ............................................................................
3.9 Pembinaan, Pengendalian, dan Pengawasan Keamanan
Alat Kesehatan dan PKRT ..................................................
3.10 Jadwal Kegiatan PKPA di Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan ...................................................
17
17
18
18
20
21
22
24
34
36
BAB 4. PEMBAHASAN ......................................................................... 37
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 41
5.1 Kesimpulan ........................................................................... 41
5.2 Saran ..................................................................................... 41
DAFTAR ACUAN ..................................................................................... 42
vi
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Lampiran 13.
Struktur Organisasi Kementrian Kesehatan RI ...................
Struktur Organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal ...........
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan ........................................
Struktur Organisasi Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan .........................................................
Struktur Organisasi Direktorat Bina Pelayanan
Kefarmasian .........................................................................
Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan ....................................................
Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Kefarmasian ........................................................
Formulir Permohonan Sertifikat Produksi Alat
kesehatan / Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga .............
Formulir Permohonan Izin Penyalur Alat ...........................
Formulir Permohonan Izin Penyalur Alat (Lanjutan) .........
Formulir Permohonan Izin Edar Alat Kesehatan ................
Formulir Permohonan Izin Edar PKRT Dalam Negeri .......
Formulir Permohonan PKRT Impor ...................................
vii
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional
yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya.
Pembangunan
kesehatan
dilaksanakan
dengan
tujuan
untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan
upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu, dan berkesinambungan (Pemerintah Republik Indonesia, 2009).
Salah satu penyelenggaraan upaya kesehatan adalah pengamanan sediaan
farmasi dan alat kesehatan (Pemerintah Republik Indonesia, 2009). Di era
globalisasi dan pasar bebas dengan semakin mudahnya transportasi antar negara,
wilayah dan antar kota dan desa, menyebabkan hilangnya entry barier semua
komoditi termasuk diantaranya adalah alat kesehatan sehingga baik jumlah
maupun jenis alat kesehatan yang beredar semakin meningkat.
Penggunaan alat kesehatan (Alkes) dan perbekalan kesehatan rumah tangga
(PKRT) yang beredar di masyarakat begitu beragam baik dalam kualitas maupun
kuantitas, sehingga perlu dijamin keamanan, manfaat dan mutunya. Alat
kesehatan dan PKRT memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan. Namun di sisi lain juga dapat menimbulkan masalah dalam
penggunaannya, baik itu merugikan penggunanya atau orang di sekelilingnya.
Masalah tersebut antara lain disebabkan karena alat kesehatan dan PKRT tersebut
tidak memenuhi standar mutu dan keamanan atau terjadi salah penggunaan.
Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan diselenggarakan untuk
melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan sediaan
farmasi dan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan atau
1
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
2
keamanan dan atau kemanfaatan (Pemerintah Republik Indonesia, 2009). Dengan
memperhatikan hal tersebut, Departemen Kesehatan RI membentuk Direktorat
Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan yang merupakan satu dari empat
direktorat yang terdapat pada Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010b). Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Alat bertanggung jawab dalam melaksanakan pembinaan
pengendalian dan pengawasan Alkes dan PKRT. Pembinaan dan pengendalian
secara menyeluruh agar Alkes dan PKRT yang beredar dan digunakan oleh
masyarakat dapat memenuhi persyaratan dan tidak merugikan kesehatan
masyarakat. Pelaksanaan pembinaan dan pengendalian perlu dilakukan sejak
proses produksi hingga saat penggunaan di masyarakat (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2007).
Dasar keilmuan yang dimiliki seorang apoteker ikut berperan dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Untuk mendapatkan
gambaran mengenai dunia kerja di lingkungan pemerintahan, yaitu di Departemen
Kesehatan RI, maka diadakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan.
1.2
Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Kementerian Kesehatan RI,
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan bertujuan agar para calon apoteker :
a. Memahami struktur organisasi, peran, dan fungsi dari Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan.
b. Memperoleh wawasan dan pengetahuan mengenai tugas dan tanggung jawab
Direktorat Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan.
c. Memahami peran apoteker di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2.1.1
Visi dan Misi (Kementerian kesehatan RI,2010a)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mempunyai visi, yaitu
“Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”. Visi tersebut dapat tercapai
dengan dilaksanakannya misi.
Misi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yaitu :
a. Meningkatkan
derajat
kesehatan
masyarakat
melalui
pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani.
b. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata bermutu dan berkeadilan
c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan
d. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik
2.1.2
Dasar Hukum
Dasar hukum Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1144/MENKES/PER/
2010, yaitu:
a. Undang -undang No. 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No. 166, tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4916).
b. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 No. 144, tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia No. 5063).
c. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara).
d. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 84/P Tahun 2009.
e. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014.
3
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
4
f. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon 1 Kementerian Negara.
g. Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas
Pembangunan Nasional Tahun 2010.
h. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang
Berkeadilan.
i. Keputusan Menteri Kesehatan No. 375/Menkes/SK/V/2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-2025.
2.1.3
Nilai-Nilai
Guna mewujudkan visi dan misi rencana strategis pembangunan
kesehatan, Kementerian Kesehatan menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai
yaitu (Kementerian Kesehatan, 2010) :
a.
Pro rakyat
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan
selalu mendahulukan kepentingan rakyat dan haruslah menghasilkan yang terbaik
untuk rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap
orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan,
agama, dan status sosial ekonomi.
b.
Inklusif
Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak,
karena pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan saja. Oleh karena itu, seluruh komponen masyarakat
harus ikut berpartisipasi secara aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi
profesi, organisasi masyarakat, pengusaha, masyarakat madani dan masyarakat
bawah.
c.
Responsif
Program kesehatan haruslah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat,
serta tanggap dalam mengatasi permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat,
sosial budaya dan kondisi geografis. Faktor-faktor ini menjadi dasar dalam
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
5
mengatasi permasalahan kesehatan yang berbeda-beda, sehingga diperlukan
penanganan yang berbeda pula.
d.
Efektif
Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang
telah ditetapkan, dan bersifat efisien.
e.
Bersih
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi, kolusi
dan nepotisme (KKN), transparan, dan akuntabel.
2.1.4
Struktur Organisasi
Struktur organisasi Kementerian Kesehatan berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1144/MENKES/PER/VIII/2010 yang
dikeluarkan tanggal 19 Agustus 2010. Peraturan Menteri Kesehatan tersebut
menyatakan bahwa Kementerian Kesehatan yang dipimpin oleh Menteri
Kesehatan terdiri atas :
a. Sekretariat Jenderal.
b. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.
c. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
d. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
e.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
f. Inspektorat Jenderal.
g. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
h. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
i. Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi.
j. Staf Ahli Bidang Pembiayaan dan Pemberdayaan Masyarakat.
k. Staf Ahli Bidang Perlindungan Faktor Risiko Kesehatan.
l. Staf Ahli Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Desentralisasi.
m. Staf Ahli Bidang Mediko Legal, Pusat Data dan Informasi.
n. Pusat Kerja Sama Luar Negeri.
Struktur organisasi Kementerian Kesehatan RI dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Pejabat Eselon di Direktorat terdiri atas :
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
6
a. Eselon 1 : Direktur jenderal
b. Eselon 2 : Direktur
c. Eselon 3 : Kepala subdirektorat
d. Eselon 4 : Kepala seksi
Pejabat Eselon di sekretariat Direktorat Jenderal terdiri atas :
a. Eselon 1 : Direktur jenderal
b. Eselon 2 : Sekretaris direktorat jenderal
c. Eselon 3 : Kepala bagian
d. Eselon 4 : Kepala sub bagian
2.1.5
Tugas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1144/MENKES/PER/VIII/2010 pasal 1, Kementerian Kesehatan mempunyai
tugas menyelenggarakan urusan di bidang kesehatan dalam pemerintahan untuk
membantu Presiden RI dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
2.1.6
Fungsi
Menurut pasal 3, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1144/MENKES/PER/VIII/2010,
Kementerian
Kesehatan
menyelenggarakan
fungsi, yaitu (Kementerian kesehatan RI,2010b) :
a. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan.
b. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Kesehatan RI.
c. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Kesehatan RI.
d. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Kesehatan di daerah.
e. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
2.1.7
Rencana Strategis
Untuk mewujudkan visi Kementerian Kesehatan periode tahun 2010-
2014 dan sesuai dengan misi yang telah ditetapkan, maka pembangunan kesehatan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
7
dilaksanakan dengan strategi sebagai berikut (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2010c):
a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta, dan masyarakat madani
dalam pembangunan kesehatan melalui kerja sama nasional dan global.
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu, dan
berkeadilan, serta berbasis bukti dengan pengutamaan pada upaya promotif dan
preventif.
c. Meningkatkan
pembiayaan
pembangunan
kesehatan,
terutama
untuk
mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional.
d. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang
merata dan bermutu.
e. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat
kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan makanan.
f. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdayaguna,
dan
berhasilguna
untuk
memantapkan
desentralisasi
kesehatan
yang
bertanggungjawab.
2.1.8
Wewenang (Kementerian kesehatan RI, 2010b)
Dalam menyelenggarakan fungsi, Kementerian Kesehatan RI mempunyai
kewenangan :
a.
Penetapan kebijakan nasional di bidang kesehatan untuk mendukung
pembangunan secara makro;
b.
Penetapan pedoman untuk menetukan standar pelayanan minimal yang wajib
dilaksanakan oleh kabupaten/Kota di bidang Kesehatan;
c.
Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang kesehatan;
d.
Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga
profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidang kesehatan;
e.
Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang
meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi di
bidang kesehatan;
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
8
f.
Pengaturan penerapan perjanjian atau persetujuan internasional yang
disahkan atas nama Negara di bidang kesehatan;
g.
Penetapan standar pemberian izin oleh daerah di bidang kesehatan;
h.
Penanggulangan wabah dan bencana yang berskala nasional di bidang
kesehatan;
i.
Penetapan kebijakan sistem informasi nasional di bidang kesehatan;
j.
Penetapan persyaratan kualifikasi usaha jasa di bidang kesehatan;
k.
Penyelesaian perselisihan antar Propinsi di bidang kesehatan;
l.
Penetapan kebijakan pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka
kematian ibu, bayi, dan anak;
m. Penetapan kebijakan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat;
n.
Penetapan pedoman standar pendidikan dan pendayagunaan tenaga
kesehatan;
o.
Penetapan pedoman pembiayaan pelayanan kesehatan;
p.
Penetapan pedoman penapisan, pengembangan dan penerapan teknologi
kesehatan dan standar etika penelitian kesehatan;
q.
Penetapan standar nilai gizi dan pedoman sertifikasi teknologi kesehatan dan
gizi;
r.
Penetapan standar akreditasi sarana dan prasarana kesehatan;
s.
Surveilans
epidemiologi
serta
pengaturan
pemberantasan
dan
penenggulangan wabah, penyakit menular dan kejadian luar biasa;
t.
Penyediaan obat esensial tertentu dan obat untuk pelayanan kesehatan dasar
sangat esensial (buffer stock nasional); dan
u.
Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku yaitu penempatan dan pemindahan tenaga kesehatan tertentu
dan pemberian izin dan pembinaan produksi dan distribusi alat kesehatan
2.2
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
2.2.1 Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Direktorat Jenderal adalah unsur pelaksana yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri. Direktorat Jenderal dipimpin oleh Direktur
Jenderal. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
9
tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang
pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan dibidang bina penggunaan obat rasional, farmasi
komunitas dan klinik, obat publik dan perbekalan kesehatan, serta bina
produksi dan distribusi alat kesehatan.
b. Perumusan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang bina obat
rasional, farmasi komunitas dan klinik, obat publik dan perbekalan kesehatan,
serta bina produksi dan distribusi alat kesehatan.
c. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi.
d. Pelaksanaan administrasi direktorat jenderal.
2.2.2 Susunan Organisasi
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan terdiri dari:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan;
c. Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian;
d. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan; dan
e. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian.
2.2.2.1
Sekretariat Direktorat Jenderal
Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas memberikan pelayanan
teknis dan administrasi kepada semua unsur di lingkungan Direktorat Jenderal.
Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretariat Direktorat Jenderal menyelenggarakan
fungsi:
a. Koordinasi dan penyusunan rencana, program, anggaran, serta penyediaan
data dan informasi;
b. Pelaksanaan urusan tata persuratan dan kearsipan, gaji, rumah tangga,
perlengkapan dan kepegawaian;
c. Pengelolaan urusan keuangan;
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
10
d. Penyiapan bahan urusan hukum, penataan organisasi dan hubungan
masyarakat; dan
e. Evaluasi dan penyusunan laporan.
Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri atas :
a. Bagian Program dan Informasi;
b. Bagian Hukum, Organisasi, dan Hubungan Masyarakat;
c. Bagian Keuangan;
d. Bagian Kepegawaian dan Umum; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
2.2.2.2
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan mempunyai
tugas
melaksanakan
penyiapan
perumusan, pelaksanaan
kebijakan,
dan
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang obat publik dan perbekalan kesehatan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan menyelenggarakan fungsi, yaitu:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang analisis dan standardisasi harga
obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta
pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan;
b. Pelaksanaan kegiatan di bidang analisis dan standardisasi harga obat,
penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, serta
pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang analisis
dan standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan
perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan
perbekalan kesehatan;
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang analisis dan standardisasi
harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan,
serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan perbekalan kesehatan;
e. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang analisis dan
standardisasi harga obat, penyediaan dan pengelolaan obat publik dan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
11
perbekalan kesehatan, serta pemantauan dan evaluasi program obat publik dan
perbekalan kesehatan; dan
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan terdiri atas :
a. Subdirektorat Analisis dan Standardisasi Harga Obat;
b. Subdirektorat Penyediaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan;
c. Subdirektorat Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan;
d. Subdirektorat Pemantauan dan Evaluasi Program Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan; dan
e. Subbagian Tata Usaha; dan Kelompok Jabatan Fungsional.
2.2.2.3
Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian
Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan; penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
pelayanan kefarmasian. Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Bina Pelayanan
Kefarmasian menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang standardisasi, farmasi komunitas,
farmasi klinik, dan penggunaan obat rasional;
b. Pelaksanaan kegiatan di bidang standardisasi, farmasi komunitas, farmasi
klinik, dan penggunaan obat rasional;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur,dan kriteria di bidang
standardisasi, farmasi komunitas, farmasi klinik, dan penggunaan obat rasional;
d. Pemberian bimbingan teknis di bidang standardisasi, farmasi komunitas,
farmasi klinik, dan penggunaan obat rasional;
e. Pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang
standardisasi, farmasi komunitas, farmasi klinik, dan penggunaan obat rasional;
dan
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian terdiri atas :
a. Subdirektorat Standardisasi;
b. Subdirektorat Farmasi Komunitas;
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
12
c. Subdirektorat Farmasi Klinik;
d. Subdirektorat Penggunaan Obat Rasional;
e. Subbagian Tata Usaha; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
2.2.2.4
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan, pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Alat Kesehatan menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penilaian, inspeksi, standardisasi
dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga;
b. Pelaksanaan kegiatan di bidang penilaian, inspeksi, standardisasi dan sertifikasi
alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penilaian,
inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga;
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang penilaian, inspeksi,
standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga;
e. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian,
inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga; dan
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan terdiri atas :
a. Subdirektorat Penilaian Alat Kesehatan;
b. Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik Invitro dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga;
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
13
c. Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga;
d. Subdirektorat Standardisasi dan Sertifikasi;
e. Subbagian Tata Usaha; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
2.2.2.5
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, dan
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang produksi dan distribusi kefarmasian.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian menyelenggarakan fungsi, yaitu:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian;
pelaksanaan kegiatan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian;
b. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
produksi dan distribusi kefarmasian;
c. Penyiapan pemberian bimbingan teknis, pengendalian, kajian dan analisis di
bidang produksi dan distribusi kefarmasian;
d. Pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang
produksi dan distribusi kefarmasian;
e. Pelaksanaan perizinan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian; dan
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian terdiri atas :
a. Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional;
b. Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan;
c. Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan
Sediaan Farmasi Khusus;
d. Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat;
e. Subbagian Tata Usaha; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN
3.1
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan merupakan salah
satu direktorat pada Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yang dibentuk dengan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1144/MENKES/PER/VIII/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan. Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan dipimpin oleh seorang Direktur, yang
bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan terdiri atas
Subdirektorat Penilaian Alat Kesehatan; Subdirektorat Penilaian Produk
Diagnostik In vitro dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga; Subdirektorat
Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga; Subdirektorat
Standardisasi dan Sertifikasi; Subbagian Tata Usaha; dan Kelompok Jabatan
Fungsional (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010b).
Pembinaan, pengendalian dan pengawasan alat kesehatan adalah satu
rangkaian upaya menyeluruh agar alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga (PKRT) yang beredar dan digunakan oleh masyarakat memenuhi
persyaratan sehingga tidak merugikan atau membahayakan serta terjangkau oleh
masyarakat. Oleh karena itu, pembinaan, pengendalian dan pengawasan alat
kesehatan harus dilakukan sejak proses produksi hingga produk tersebut
digunakan oleh masyarakat.
Dalam pelaksanaan pembinaan, pengendalian dan pengawasan alat
kesehatan, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan bekerja sama
dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, instansi terkait serta
bermitra dengan asosiasi perusahaan alat kesehatan dan lembaga kemasyarakatan
lainnya sesuai dengan koridor hukum yang berlaku.
14
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
15
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1189/MENKES/
PER/VIII/2010 tentang Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga menjadi dasar hukum bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan.
Pengamanan yang dimaksud dalam peraturan ini adalah upaya untuk melindungi
masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan yang tidak tepat, dan
atau yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan.
3.2
Visi dan Misi
3.2.1 Visi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010b)
Tersedianya alat kesehatan aman, bermutu dan bermanfaat sesuai dengan
kebutuhan serta terjangkau oleh masyarakat.
3.2.2 Misi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010b)
Guna tercapainya visi yang telah ditetapkan tersebut Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan mempunyai misi, antara lain:
a. Menjamin kualitas, keamanan, kemanfatan alat kesehatan, serta ketersediaan
alat kesehatan dengan harga terjangkau.
b. Melindungi masyarakat terhadap penggunaan alat kesehatan yang tidak
memenuhi standar dan atau mutu persyaratan.
c. Mencegah penyalahgunaan dan salah penggunaan alat kesehatan.
d. Mengembangkan penyelenggaraan usaha-usaha alat kesehatan secara efektif
dan efisien.
e. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia.
f. Menyusun peraturan, perundang-undangan, dan kebijakan di bidang produksi
dan distrubusi alat kesehatan.
g. Memanfaatkan perkembangan IPTEK untuk meningkatkan mutu, keamanan,
dan kemanfaatan alat kesehatan.
h. Meningkatkan peran serta dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang alat
kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
16
3.3
Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1144/MENKES/PER/XIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan mempunyai
tugas pokok menyiapkan perumusan dan melaksanakan kebijakan, menyusun
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta memberi bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010b).
Dalam melaksanakan tugas pokok, Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan mempunyai fungsi, yaitu (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2010b):
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penilaian, inspeksi, standardisasi
dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga;
b. Pelaksanaan kegiatan di bidang penilaian, inspeksi, standardisasi dan
sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penilaian,
inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga;
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang penilaian, inspeksi,
standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga;
e. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian,
inspeksi, standardisasi dan sertifikasi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga; dan
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
3.4
Tujuan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
Tujuan dari Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, yaitu:
a. Meningkatkan mutu dan keamanan alat kesehatan dan PKRT;
b. Meningkatkan ketersediaan alat kesehatan dan PKRT dalam jenis yang
lengkap, jumlah cukup, harga yang terjangkau, bermutu, digunakan secara
tepat dan dapat diperoleh saat diperlukan; dan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
17
c. Meningkatkan ketersediaan alat kesehatan dan PKRT melalui optimalisasi
industri nasional dengan memperlihatkan keanekaragaman produk dan
keunggulan daya asing.
3.5
Strategi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
Untuk mencapai tujuannya Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat
Kesehatan mempunyai strategi, yaitu (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2005) :
a. Penggalangan kemitraan.
b. Peningkatan keterpaduan program.
c. Pengembangan profesionalisme sumber daya manusia.
d. Peningkatan dukungan peraturan dan perundangan.
e. Meningkatkan sosialisasi dan advokasi.
f. Mobilisasi sumber dana dan tenaga.
g. Pemberdayaan daerah.
h. Konsolidasi internal.
i. Melakukan regulasi di bidang alat kesehatan.
j. Mengoptimalkan industri alat kesehatan berbasis keanekaragaman sumber
daya alam dan keunggulan daya asing.
k. Meningkatkan penerapan standar mutu, keamanan dan kemanfaatan alat
kesehatan.
l. Memberdayakan dan meningkatkan pelaksanaan komunikasi, informasi, dan
edukasi.
3.6
Sasaran Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan mempunyai
sasaran, antara lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005):
a. Terjaminnya ketersediaan alat kesehatan sesuai kebutuhan.
b. Terjaminnya ketersediaan alat kesehatan di sektor publik.
c. Terjaminnya mutu pengelolaan alat kesehatan di Kabupaten/Kota.
d. Terjaminnya mutu alat kesehatan yang beredar.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
18
e. Diterapkannya petunjuk pengelolaan alat kesehatan melalui peningkatan
pelayanan perizinan yang professional dan tepat waktu.
f. Terjaminnya mutu sarana produksi dan distribusi alat kesehatan.
g. Tercegahnya resiko atau akibat samping dari penggunaan alat kesehatan yang
tidak memenuhi syarat.
h. Terhindarnya masyarakat dari alat kesehatan yang tidak bermutu serta
mengoptimalkan efektifitas alat kesehatan terhadap biaya dan manfaat
terhadap resiko.
i. Tersedianya sistem informasi alat kesehatan yang akurat, objektif dan terkini
serta mudah diakses oleh tenaga kesehatan dan masyarakat.
3.7
Struktur Organisasi
Struktur organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi dan Alat
Kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1144/MENKES/PER/VIII/2010, Direktorat
Bina Produksi dan Distribusi dan Alat Kesehatan, terdiri dari:
3.7.1 Subdirektorat Penilaian Alat Kesehatan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan, Subdirektorat Penilaian Alat Kesehatan mempunyai tugas menyiapkan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, dan penyusunan
laporan pelaksanaan di bidang penilaian alat kesehatan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Subdirektorat Penilaian Alat Kesehatan
menyelenggarakan fungsi, yaitu :
a. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian
alat kesehatan;
b. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria dibidang
penilaian alat kesehatan;
c. Penyiapan bahan bimbingan teknis di bidang penilaian alat kesehatan; dan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
19
d. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan
kebijakan di bidang penilaian alat kesehatan.
Subdirektorat penilaian alat kesehatan, terdiri dari Seksi Alat Kesehatan
Elektromedik dan Seksi Alat Kesehatan Non Elektromedik.
3.7.1.1 Seksi Alat Kesehatan Elektromedik
Seksi Alat Kesehatan Elektromedik mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan
penyusunan laporan di bidang penilaian alat kesehatan elektromedik. Alat
kesehatan elektromedik merupakan alat kesehatan yang dalam penggunaannya
menggunakan tenaga listrik dan rangkaian elektronika (sirkuit elektronik) sebagai
pengontrol kerja dari alat, baik untuk diagnostik, monitoring maupun terapi.
Penggunaan alat ini dilakukan oleh orang yang ahli (expert), sehingga alat
kesehatan tersebut tidak perlu dicantumkan cara penggunaannya, tetapi harus
terdapat manual book baik dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris.
Contoh alat kesehatan elektromedik adalah EKG, USG, alat pacu jantung,
inkubator, dan lain-lain.
3.7.1.2 Seksi Alat Kesehatan Non Elektromedik
Seksi Alat Kesehatan Non Elektromedik memiliki tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan
penyusunan laporan di bidang penilaian alat kesehatan non elektromedik. Alat
kesehatan
non
elektromedik
merupakan
alat
kesehatan
yang
dalam
penggunaannya tidak menggunakan tenaga listrik. Penggunaan alat kesehatan ini
dapat dilakukan oleh orang biasa (bukan ahli), sehingga cara penggunaannya
harus dicantumkan pada alat kesehatan tersebut atau pada kemasannya. Contoh
alat kesehatan non elektromedik adalah kassa, tensimeter, termometer, kursi roda,
softlens, dan lain-lain.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
20
3.7.2
Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik In vitro dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan, Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik In vitro dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanan kebijakan dan penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan
penyusunan laporan di bidang penilaian produk diagnostik in vitro dan perbekalan
kesehatan rumah tangga.
Dalam
melaksanakan
tugasnya,
Subdirektorat
Penilaian
Produk
Diagnostik In vitro dan PKRT menyelenggarakan fungsinya, yaitu :
a. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian
produk diagnostik in vitro dan perbekalan kesehatan rumah tangga;
b. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
penilaian produk diagnostik in vitro dan perbekalan kesehatan rumah tangga;
c. Penyiapan bahan bimbingan teknis di bidang penilaian produk diagnostik in
vitro dan perbekalan kesehatan rumah tangga;
d. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang
penilaian produk diagnostik in vitro dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik In vitro dan PKRT, terdiri dari
Seksi Produk Diagnostik In vitro dan Seksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
3.7.2.1 Seksi Produk Diagnostik In vitro
Seksi Produk Diagnostik In vitro mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, dan
penyusunan laporan di bidang penilaian produk diagnostik in vitro. Produk
diagnostik in vitro adalah reagensia, instrumen, dan sistem yang digunakan untuk
mendiagnosa penyakit atau kondisi lain, termasuk penentuan kondisi kesehatan,
untuk penyembuhan, pengurangan atau pencegahan penyakit atau akibatnya
termasuk produk yang penggunaannya ditunjukkan bagi pengumpulan, penyiapan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
21
dan pengujian spesimen yang diambil dari tubuh manusia. Contoh dari produk
diagnostik in vitro adalah dengue test, strip gula darah, tes kehamilan, dan lainlain
3.7.2.2 Seksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
Seksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, dan
penyusunan laporan di bidang penilaian perbekalan kesehatan rumah tangga.
Perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) adalah alat atau bahan yang
digunakan untuk memelihara dan merawat kesehatan yang digunakan oleh
manusia, hewan peliharaan, tempat-tempat umum dan rumah tangga berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Contoh PKRT adalah repelan,
tissue, kapas, deterjen, dan lain-lain
3.7.3
Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan, Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,
serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang
inspeksi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
Dalam melaksanakan tugas, Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga menyelenggarakan fungsinya, yaitu :
a. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang inspeksi
produk, sarana produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga;
b. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
inspeksi produk, sarana produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga;
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
22
c. Penyiapan bahan bimbingan teknis di bidang inspeksi produk, sarana produksi
dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga;
d. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan
kebijakan di bidang inspeksi produk, sarana produksi dan distribusi alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga, terdiri dari Seksi Inspeksi Produk dan Seksi Inspeksi Sarana Produksi dan
Distribusi.
3.7.3.1 Seksi Inspeksi Produk
Seksi Inspeksi Produk mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan
laporan di bidang inspeksi produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga.
3.7.3.2 Seksi Inspeksi Sarana Produksi dan Distribusi
Seksi Inspeksi Sarana Produksi dan Distribusi mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis,
pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan di bidang inspeksi sarana produksi
dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
3.7.4
Subdirektorat Standardisasi dan Sertifikasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan, Subdirektorat Standardisasi dan Sertifikasi, mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis,
pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang standardisasi produk dan
sertifikasi produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
23
Dalam melaksanakan tugas, Subdirektorat Standardisasi dan Sertifikasi
menyelenggarakan fungsi, antara lain :
a. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang standardisasi
produk dan sertifikasi produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga;
b. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
standardisasi produk dan sertifikasi produksi dan distribusi alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga;
c. Penyiapan bahan bimbingan teknis di bidang standardisasi produk dan
sertifikasi produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga;
d. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan di bidang
standardisasi produk dan sertifikasi produksi dan distribusi alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga.
Subdirektorat
Standardisasi
dan
Sertifikasi,
terdiri
dari
Seksi
Standardisasi Produk dan Seksi Standardisasi dan Sertifikasi Produksi dan
Distribusi.
3.7.4.1 Seksi Standardisasi Produk
Seksi Standardisasi Produk mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan
penyusunan laporan di bidang standardisasi produk alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga.
3.7.4.2 Seksi Standardisasi dan Sertifikasi Produksi dan Distribusi
Seksi Standardisasi dan Sertifikasi Produksi dan Distribusi mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis,
pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang standardisasi dan
sertifikasi produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
24
3.8
Kegiatan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
Kegiatan-kegiatan utama yang dilaksanakan oleh Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, meliputi : sertifikasi produksi, pemberian
izin edar dan pemberian izin penyalur alat kesehatan. Selain itu, ada juga
pelayanan surat keterangan.
3.8.1
Sertifikasi Produksi
Sertifikasi produksi diberikan kepada sarana produksi alat kesehatan dan
PKRT yang telah melaksanakan cara produksi yang baik untuk menghasilkan
produk yang memenuhi standar mutu. Sertifikasi produksi didasarkan pada
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1189/MENKES/PER/
VIII/2010 tentang Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga, sebelumnya yang berlaku adalah izin produksi. Produksi alat kesehatan
hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang memiliki sertifikat produksi dan
perusahaan yang telah memperoleh sertifikat produksi harus dapat menunjukkan
bahwa produksi dilaksanakan sesuai dengan pedoman Cara Pembuatan Alat
Kesehatan yang Baik (CPAKB) dan atau Cara Pembuatan Perbekalan Kesehatan
Dan Rumah Tangga yang Baik (CPPKRTB).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam CPAKB dan CPPKRTB adalah:
a. Bangunan (denah untuk berproduksi).
Diperhatikan apakah sudah memenuhi persyaratan ruangan produksinya baik
untuk pencampuran, pengisisan, pewadahan, penandaan dan lain-lain.
b. Peralatan dan Bahan.
c. Organisasi dan sumber daya manusia (terutama penanggung jawab teknisnya).
d. Perlengkapan kerja, seperti sarung tangan, masker, penutup kepala, pakaian
kerja, dan lain-lain.
e. Higiene dan sanitasi.
f. Pengawasan mutu.
g. SOP (Standard Operating Procedure).
h. Inspeksi diri.
i. Penanganan terhadap keluhan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
25
j. Dokumentasi, dan lain-lain.
Tata cara atau prosedur mendapatkan sertifikat produksi alat kesehatan
dan/atau PKRT, sebagai berikut :
a. Perusahaan pemohon harus mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri
Kesehatan Republik Indonesia melalui Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
setempat, dengan menggunakan contoh Formulir 1.
b. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari
kerja sejak menerima tembusan permohonan, berkoordinasi dengan Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membentuk tim pemeriksaan bersama untuk
melakukan pemeriksaan setempat. Tim pemeriksaan bersama, jika diperlukan,
dapat melibatkan tenaga ahli/konsultan/lembaga tersertifikasi di bidang
produksi yang telah disetujui oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan.
c. Tim pemeriksaan bersama selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja
melakukan pemeriksaan dan membuat berita acara pemeriksaan.
d. Apabila telah memenuhi persyaratan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima hasil pemeriksaan
dari tim pemeriksaan bersama membuat surat rekomendasi kepada Direktur
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
e. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf (b), (c), dan (d)
tidak dilaksanakan pada waktunya, perusahaan pemohon yang bersangkutan
dapat membuat surat pernyataan siap melaksanakan kegiatan kepada Direktur
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan tembusan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Dinas Kesehtan Kabupaten/Kota
setempat.
f. Setelah surat rekomendasi diterima dan lampirannya sebagaimana dimaksud
pada huruf (e), Direktur Jenderal mengeluarkan sertifikat produksi alat
kesehatan dan /atau PKRT, dalam jangka waktu 30 hari kerja setelah berkas
lengkap.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
26
g. Dalam jangka waktu 30 hari kerja sebagaimana dimaksud pada huruf (f),
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dapat melakukan
penundaan atau penolakan permohonan sertifikat produksi.
h. Terhadap penundaan sebagaimana dimaksud huruf (g), diberi kesempatan
untuk melengkapi persyaratannya yang belum dipenuhi selambat-lambatnya 6
bulan sejak diterbitkannya surat penundaan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1189/
MENKES/PER/VIII/2010 tentang Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga, maka sertifikat produksi alat kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu :
a. Sertifikat Produksi Alat Kesehatan Kelas A
Sertifikat produksi alat kesehatan kelas A adalah sertifikat yang diberikan
kepada pabrik yang telah menerapkan CPAKB secara keseluruhan sehingga
diizinkan untuk memproduksi alat kesehatan kelas I, kelas IIa, kelas IIb dan
kelas III. Penanggung jawab teknisnya minimal Apoteker atau sarjana
lainyang sesuai dan harus mempunyai laboratorium sendiri.
b. Sertifikat Produksi Alat Kesehatan Kelas B
Sertifikat produksi alat kesehatan kelas B adalah sertifikat yang diberikan
kepada pabrik yang telah layak memproduksi alat kesehatan kelas I, kelas IIa,
dan kelas IIb, sesuai ketentuan CPAKB. Khusus alat kesehatan kelas I yang
dimaksud adalah kelas I steril. Penanggung jawab teknisnya minimal D3
farmasi, kimia, teknik yang sesuai dengan bidangnya. Jika tidak memiliki
laboratorium sendiri, harus bekerja sama dengan laboratorium yang ditunjuk.
c. Sertifikat Produksi Alat Kesehatan Kelas C
Sertifikat produksi alat kesehatan kelas C adalah sertifikat yang diberikan
kepada pabrik yang telah layak memproduksi alat kesehatan kelas I, dan kelas
IIa tertentu, sesuai ketentuan CPAKB. Penanggung jawab teknisnya asisten
apoteker atau tenaga lain yang sederajat, bekerja sama dengan laboratorium
yang terakreditasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
27
3.8.2
Permohonan Izin Penyalur Alat Kesehatan
Badan usaha yang telah memiliki izin edar sebagai penyalur
dapatbmelaksanakan penyaluran alat kesehatan. Persyaratan yang dibutuhkan
dalam proses permohonan izin penyalur alat kesehatan adalah sebagai berikut :
3.8.2.1 Surat Permohonan Izin Penyalur Alat Kesehatan
Surat permohonan ditujukan kepada dinas kesehatan propinsi setempat
dilengkapi dengan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009) :
a. Akte notaris
b. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan).
c. Peta lokasi dan denah bangunan.
d. Alamat gedung, dan bengkel.
e. Penanggung jawab teknis.
f. Tenaga teknisi.
g. Surat penunjukan dari produsen luar negeri sebagai penyalur tunggal yang
dilegalisir oleh KBRI setempat atau dari produsen dalam negeri sebagai
penyalur tunggal yang dilegalisir oleh notaris setempat.
h. Jenis atau macam alat kesehatan yang diedarkan.
i. Brosur/katalog dari alat kesehatan yang diedarkan.
3.8.2.2 Tata Cara Pengajuan Permohonan Izin Penyalur Alat Kesehatan
Tata cara pengajuan permohonan dan pemberian IPAK (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2010c), sebagai berikut :
a. Pemohon harus mengajukan permohonan tertulis kepada Direktur Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi setempat.
b. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi selambat-lambatnya 12 hari kerja sejak
menerima tembusan permohonan, berkoordinasi dengan Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota untuk membentuk tim pemeriksaan bersama untuk
melakukan pemeriksaan setempat dan tim pemeriksaan bersama selambat
lambatnya 12 hari kerja melakukan pemeriksaan dan membuat berita acara
pemeriksaan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
28
c. Apabila telah memenuhi persyaratan, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
selambat-lambatnya dalam waktu 6 hari kerja setelah menerima hasil
pemeriksaan dari tim pemeriksa bersama wajib melaporkan hasil pemeriksaan
kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana yang dimaksud pada (b) hingga (d) tidak
dilaksanakan pada waktunya, pemohon bersangkutan dapat membuat surat
pernyataan siap melaksanakan kegiatan kepada Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan tembusan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja sejak menerima surat pernyataan,
dengan mempertimbangkan persyaratan, Direktur Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan dapat melakukan penundaan atau penolakan izin PAK.
f. Dalam jangka 30 (tiga puluh) hari kerja setelah diterima hasil pemeriksaan,
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengeluarkan izin
PAK.
g. Terhadap penundaan, pemohon diberi kesempatan untuk melengkapi
persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak
diterbitkan surat penundaan.
3.8.3
Pemberian Izin Edar Produk
Dalam
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
1189/MENKES/ PER/VIII/2010 tentang Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga tercantum ketentuan pelaksanaan pendaftaran, cara
pendaftaran, formulir pendaftaran, formulir permohonan, penilaian data,
keputusan,
perubahan
data,
penambahan
ukuran
kemasan,
pembatalan
persetujuan, pendaftaran kembali, kategori dan subkategori serta petunjuk
pengisian formulir pendaftaran alat kesehatan maupun perbekalan kesehatan
rumah tangga produksi dalam negeri dan impor. Untuk alat kesehatan lokal,
pengajuan pendaftaran dilakukan oleh produsen yang telah memiliki sertifikat
produksi. Sedangkan, untuk alat kesehatan impor pengajuan pendaftaran
dilakukan oleh penyalur alat kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
29
Persyaratan alat kesehatan untuk mendapat izin registrasi, alat tersebut
haruslah memiliki kriteria, sebagai berikut :
a. Khasiat atau manfaat dan keamanan yang dibuktikan dengan melakukan uji
klinis atau bukti-bukti lain sesuai dengan status perkembangan ilmu
pengetahuan yang bersangkutan. Selain itu, untuk perbekalan kesehatan rumah
tangga dibuktikan juga dengan uji keamanan yaitu tidak menggunakan bahan
yang dilarang dan tidak melebihi batas kadar yang telah ditentukan.
b. Mutu yang memenuhi syarat dinilai dari cara produksi yang baik dan hanya
menggunakan bahan dengan spesifikasi yang sesuai untuk alat kesehatan
maupun perbekalan kesehatan rumah tangga.
c. Penandaan berisi informasi yang dapat mencegah terjadinya salah pengertian
atau salah penggunaan. Perbekalan kesehatan rumah tangga harus berisi
informasi yang cukup termasuk tanda peringatan dan cara penanggulangannya
apabila terjadi kecelakaan.
Pengajuan izin registrasi alat kesehatan dan PKRT harus dilengkapi datadata yang terdiri dari data administrasi dan data teknis.
3.8.3.1 Data Administrasi
a. Data yang harus ada untuk registrasi alat kesehatan dalam negeri, yaitu:
sertifikat produksi sesuai dengan jenis alat kesehatan yang didaftarkan, lisensi
(bila merek produk dan formulanya berasal dari pihak lain), paten merek (bila
menggunakan merek sendiri).
b. Data yang harus ada untuk registrasi alat kesehatan luar negeri/impor, yaitu:
izin usaha penyalur alat kesehatan, surat penunjukkan/surat kuasa untuk
mendaftarkan yang di legalisir oleh KBRI setempat, surat keterangan dari
pejabat pemerintah/badan yang diberi kewenangan di negara asal (Certificate
of Free Sale atau lainnya) bahwa produk tersebut diizinkan untuk dijual.
c. Data yang harus ada untuk registrasi produk PKRT dalam negeri, yaitu
sertifikat produksi, surat perjanjian kerjasama/MOU (Memorandum of
Understanding) bila produsen memproduksi berdasarkan pesanan pihak lain
(toll manufacturing), surat lisensi bila merek dan formula berasal dari pihak
lain, surat pernyataan merek, paten merek yang dikeluarkan Ditjen HAKI (jika
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
30
ada), izin Komisi Pestisida (untuk PKRT yang mengandung pestisida),
formulir lampiran AA (formula dan prosedur pembuatan), formulir lampiran
BB (spesifikasi bahan baku dan wadah), formulir lampiran CC (spesifikasi
dan stabilitas produk jadi), formulir lampiran DD (kegunaan, cara
penggunaan, penandaan dan contoh produk), hasil pengujian, rancangan
penandaan.
Catatan : Khusus PKRT yang mengandung pestisida harus menyertakan surat
persetujuan dari Komisi Pestisida.
d. Data yang harus ada untuk registrasi produk PKRT impor, yaitu: surat
penunjukan sebagai distributor dari pabrik asal dan telah dilegalisir oleh KBRI
setempat, surat kuasa untuk mendaftar dari pabrik asal, certificate of free sale
untuk produk PKRT yang akan didaftarkan, ijin Komisi Pestisida, formulir
lampiran AA (formula dan prosedur pembuatan), formulir lampiran BB
(spesifikasi bahan baku dan wadah), formulir lampiran CC (spesifikasi dan
stabilitas produk jadi), formulir lampiran DD (kegunaan, cara penggunaan,
penandaan dan contoh produk), hasil pengujian, rancangan penandaan.
3.8.3.2 Data Teknis
Data teknis yang diperlukan, sebagai berikut :
a. Untuk produk yang terbentuk dari bahan kimia, pendaftar harus memberikan
komponen formula dalam satuan internasional atau persentase dan menuliskan
fungsi masing-masing bahan.
b. Prosedur pembuatan secara singkat berupa alur kerja/flow chart dalam proses
produksi disertai dengan keterangan tentang proses kritis yang mempengaruhi
kualitas dan langkah yang dilakukan untuk mengontrol proses kritis tersebut.
c. Untuk produk HIV, harus melampirkan hasil evaluasi dari RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo. Untuk produk elektromedik, pastikan keamanan dengan
melampirkan data hasil uji sesuai dengan persyaratan IEC 60601 mengenai
keselamatan listrik.
d. Untuk kelas I, sertifikat CE dapat menggantikan CoA dan proses produksi.
e. Untuk alat kesehatan, formulir yang perlu dilampirkan adalah Formulir A (data
administrasi), Formulir B (informasi produk), Formulir C (spesifikasi dan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
31
jaminan mutu), Formulir D (penandaan dan petunjuk penggunaan), dan
Formulir E (post market evaluation).
Evaluasi dan penilaian data dilaksanakan oleh tim penilai alat kesehatan.
Untuk alat kesehatan dengan teknologi baru atau canggih, maka dilakukan
evaluasi oleh tim ahli yang terdiri dari pakar di bidangnya. Bila hasil penilaian
dan keputusan pendaftaran dinyatakan lengkap maka akan dikeluarkan nomor
registrasi/izin edar. Sedangkan, bila dinyatakan kurang atau tidak lengkap maka
dapat diberikan kesempatan untuk melengkapi data yang kurang dalam jangka
waktu selambat-lambatnya 3 bulan terhitung mulai tanggal pemberitahuan. Jika
sampai pada batas waktu yang ditentukan pemohon tidak melengkapi data maka
dilakukan penolakan pendaftaran.
Nomor registrasi akan dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan Republik
Indonesia setelah permohonan izin edar telah disetujui. Nomor registrasi terdiri
dari 11 digit dengan keterangan sebagai berikut :
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Digit 1
: kelas
Digit 2,3
: kategori
Digit 4,5
: sub kategori
Digit 6,7
: tahun pemberian izin (dibalik)
Digit 8 sampai 11
: nomor urut pendaftaran
Alat Kesehatan Dalam Negeri
: AKD
Alat Kesehatan Impor
: AKL
PKRT Impor
: PKL
PKRT Dalam Negeri
: PKD
Contoh nomor izin edar alat kesehatan : AKD 21303701019
AKD
: Alat Kesehatan Dalam Negeri
Digit 1 (Angka 2)
: kelas 2 (resiko sedang)
Digit 2,3 (Angka 13)
: Peralatan ortopedi
Digit 4,5 (Angka 03)
: Peralatan ortopedi bedah
Digit 6,7 (Angka 70)
: tahun pemberian izin (dibalik) 2007
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
32
Digit 8-11 (Angka 1019) : nomor urut pendaftaran 1019
Alat ini adalah alat kesehatan dalam negeri (AKD), termasuk kelas 2 dan
didaftarkan pada tahun 2007. Untuk penentuan/penilaian kelas, kategori dan sub
kategori alat kesehatan mengacu pada Code of Federal Regulation (CFR).
Contoh nomor izin edar PKRT : PKL 10102600879
PKL
: PKRT luar negeri
Digit 1 (Angka 1)
: kelas 1
Digit 2,3 (Angka 01)
: kategori 1 (tissue dan kapas)
Digit 4,5 (Angka 02)
: sub kategori 2 ( facial tisue)
Digit 6,7 (Angka 60)
: tahun pemberian izin (dibalik) 2006
Digit 8-11 (Angka 0879) : nomor urut pendaftaran 0879
Alat ini adalah perbekalan kesehatan rumah tangga luar negeri (PKL), termasuk
kelas 1, kategori tissue dan kapas, subkategori facial tissue, dan didaftarkan pada
tahun 2006.
Pencabutan nomor pendaftaran/izin edar dan memerintahkan penarikan
dari peredaran alat kesehatan yang telah memperoleh izin edar merupakan
wewenang dari pemerintah, jika terbukti tidak memenuhi persyaratan mutu,
keamanan, dan kemanfaatan. Pendaftaran/izin edar produk berlaku selama 4
tahun.
Jika dalam masa peredarannya terdapat penambahan atau perubahan pada
produk yang telah diizin edar tersebut, seperti: nama, penandaan, kemasan,
penambahan ukuran kemasan, dan lain-lain, maka produk tersebut harus
didaftarkan kembali, produk tidak perlu mengganti nomor izin edar (masih dapat
memakai nomor izin edar yang lama). Namun, jika terjadi perubahan formula
maka produk harus didaftarkan lagi ke Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan) dan nomor
izin edar lama tidak berlaku lagi (diganti dengan nomor izin edar baru).
3.8.4
Pelayanan Surat Keterangan
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat kesehatan selain
memberikan pelayanan pengajuan sertifikat produksi, izin penyalur dan izin edar,
juga memberikan pelayanan surat keterangan, diantaranya yaitu :
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
33
a. Certificate Of Free Sale (CFS)
CFS adalah surat keterangan bahwa produk alat kesehatan atau perbekalan
kesehatan rumah tangga yang akan diekspor telah terdaftar pada Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia dan telah beredar di Indonesia. Persyaratan yang
harus dipenuhi oleh pemohon untuk mendapatkan CFS, yaitu :
1. Surat permohonan mendapatkan CFS dengan mencantumkan negara tujuan.
2. Lembar izin edar yang mencantumkan nama produk.
3. Surat izin produksi atau sertifikat produksi.
b. Surat Keterangan Lainnya
Surat keterangan lainnya hanya diberikan untuk keperluan berikut :
1. Produk alat kesehatan dan atau perbekalan kesehatan rumah tangga impor
yang berupa bantuan atau donasi untuk kepentingan masyarakat atau kondisi
bencana.
2. Produk alat kesehatan dan atau perbekalan kesehatan rumah tangga untuk
penelitian.
3. Bahan atau komponen bahan baku impor untuk digunakan dalam
memproduksi alat kesehatan dan atau perbekalan kesehatan rumah tangga
yang sudah terdaftar.
4. Bahan atau produk tertentu yang berdasarkan kajian bukan termasuk alat
kesehatan dan atau perbekalan kesehatan rumah tangga yang harus didaftarkan
pada Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Direktorat Bina Produksi
dan Distribusi Alat kesehatan)
5. Produk alat kesehatan yang diperlukan untuk pengujian dalam rangka
persyaratan pemberian izin edar.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon untuk mendapatkan surat
keterangan tersebut diantaranya yaitu :
a. Surat permohonan mendapatkan surat keterangan yang sesuai.
b. Surat perjanjian Goverment to Goverment dari pihak yang berwenang.
c. Surat keterangan impor barang yang sudah disetujui oleh pihak bea cukai
(invoice).
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
34
d. Surat perjanjian kerjasama antara donatur dan penerima serta persetujuan dari
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik bila digunakan di rumah sakit atau
persetujuan Direktorat Jederal Bina Kesehatan Masyarakat bila digunakan di
puskesmas.
e. Surat protokol pengujian.
f. Izin edar dan sertifikat produksi terkait produk yang dimaksud.
g. Katalog/brosur/data pendukung lainnya mengenai produk tersebut.
3.9
Pembinaan,
Pengendalian
dan
Pengawasan
Keamanan
Alat
Kesehatan dan PKRT
3.9.1 Pembinaan Keamanan Alat Kesehatan dan PKRT
Pembinaan yang dilakukan dalam rangka pengamanan alat kesehatan dan
PKRT bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan alat kesehatan dan
PKRT yang memenuhi persyaratan, melindungi masyarakat dari bahaya
penggunaan alat kesehatan dan PKRT yang tidak tepat atau tidak memenuhi
persyaratan, dan menjamin terpenuhinya atau terpeliharanya persyaratan mutu,
keamanan dan kemanfaatan alat kesehatan dan PKRT. Pembinaan keamanan alat
kesehatan dan PKRT dilakukan dalam berbagai bidang, antara lain (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2004) :
a. Pemberdayaan
masyarakat,
yaitu
penyebarluasan
informasi
kepada
masyarakat dan melindungi masyarakat dari iklan yang tidak objektif, tidak
lengkap dan menyesatkan.
b. Peredaran, dilakukan dengan menjaga keamanan, mutu dan kemanfaatan alat
kesehatan dan PKRT yang beredar.
c. Sumber daya manusia, dilakukan dengan meningkatkan keterampilan teknis
tenaga kesehatan, membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan
atau lembaga pelatihan, menyediakan tenaga penyuluhan yang ahli dalam
bidang alat kesehatan dan PKRT, pelayanan kesehatan, dilakukan dengan
menjamin tersedianya alat kesehatan dan PKRT yang memenuhi persyaratan
mutu, keamanan dan kemanfaatan dalam rangka pelayanan masyarakat.
d. Produksi, antara lain: meningkatkan kemampuan teknik dan cara penerapan
produksi alat kesehatan dan PKRT yang baik (CPAKB/ dan CPPKRTB.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
35
3.9.2 Pengendalian dan Pengawasan Keamanan Alat Kesehatan dan PKRT
Penggunaan alat kesehatan dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan
dan membahayakan kesehatan sehingga dapat merugikan pasien atau operator alat
tersebut. Oleh karena itu, pengawasan perlu dilakukan untuk dapat menjamin
mutu, keamanan dan kemanfaatan dari produk selama peredaran. Pengawasan ini
dilaksanakan baik oleh pemerintah, produsen/penyalur maupun masyarakat.
Pengawasan yang dapat dilakukan oleh pemerintah (pengawasan
eksternal), yaitu :
a. Melaksanakan
pembinaan,
pengendalian
dan
pengawasan
dengan
memanfaatkan seluruh potensi yang ada terutama di Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten.
b. Memberikan sanksi yang berskala nasional, provinsi, dan kabupaten terhadap
pabrik yang melakukan kesalahan.
c. Meningkatkan peran serta masyarakat pada tingkat kabupaten, propinsi, dan
pusat.
Pengawasan harus dilakukan oleh produsen ataupun penyalur untuk
memberikan jaminan keamanan, mutu, dan manfaat produknya terhadap
masyarakat.
Pengawasan
yang
dapat
dilakukan
oleh
produsen/penyalur
(pengawasan internal), yaitu :
a. Produsen berkewajiban mengadakan pembenaran di lapangan, tentang mutu
dan klaim produknya.
b.
Melaksanakan pemantauan efek samping dari produknya
c. Melaksanakan perbaikan dan atau menarik produknya yang tidak memenuhi
standar.
Masyarakat sebagai konsumen juga dapat berperan aktif dalam melakukan
pengawasan terhadap peredaran alat kesehatan dan PKRT yang tidak memenuhi
persyaratan. Pengawasan yang dapat dilakukan oleh masyarakat (pengawasan
eksternal), yaitu :
a. Memberdayakan masyarakat untuk mengetahui hak dan kewajibannya
terhadap alat kesehatan yang beredar.
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya penggunaan alat
kesehatan yang tidak memenuhi standar yang ditetapkan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
36
c. Dapat memberikan masukan kepada pemerintah dan produsen demi
peningkatan mutu.
3.10
Jadwal Kegiatan PKPA di Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Alat Kesehatan
Tabel 3.1. Jadwal kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
No
Hari dan Tanggal
1. Senin, 6 Juni 2011
2.
Selasa, 7 Juni 2011
3.
Rabu, 8 Juni 2011
4.
Kamis, 9 Juni 2011
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Jumat, 10 Juni 2011
Senin, 13 Juni 2011
Selasa, 14 Juni 2011
Rabu, 15 Juni 2011
Kamis, 16 Juni 2011
Jumat, 17 Juni 2011
Senin, 20 Juni 2011
Jenis/Materi Kegiatan
1. Penjelasan umum tentang struktur organisasi
Kementian Kesehatan dan penjelasan struktur
organisasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan oleh Ibu Rida Wijarti, Apt.
2. Penjelasan tentang direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan oleh Kasubag Tata Usaha
Ibu Lucia Dina Kombong, SH., M.Si.
1. Penjelasan mengenai tata cara registrasi Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT) oleh Kasie Alat kesehatan Nonelektromedik Ibu Nurlaili Isnaini, Apt., MM.
2. Penjelasan mengenai tata cara registrasi diagnostik
in vitro oleh Kasie Produk diagnostik in vitro Ibu
Dra. Ema Viaza, Apt.
3. Penjelasan mengenai inspeksi alat kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga oleh Kasie
inspeksi sarana produksi dan distribusi Ibu Dra.
Mesra Retty, Apt.
Penjelasan mengenai pelayanan perizinan sarana
produksi dan distribusi alat kesehatan dan PKRT oleh
Kasie Standarisasi dan Sertifikasi Produksi dan
Distribusi Ibu Dra. Lili Sa’diah Jusuf, Apt.
Melakukan penilaian berkas registrasi alat kesehatan
non elektromedik dan diagnostik in vitro.
Menyusun laporan tugas umum
Menyusun laporan tugas umum dan khusus
Menyusun laporan khusus
Menyusun laporan khusus
Menyusun laporan khusus
Menyusun laporan khusus
Menyusun laporan khusus
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
BAB 4
PEMBAHASAN
Kementerian Kesehatan merupakan kementerian dalam pemerintah
Indonesia yang membidangi urusan kesehatan. Kementerian kesehatan dipimpin
oleh seorang Menteri Kesehatan (Menkes). Kementerian kesehatan mempunyai
tugas dan wewenang menyelenggarakan urusan di bidang kesehatan untuk
membantu Presiden RI dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan merupakan salah satu Direktorat
Jenderal yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menkes. Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas merumuskan
serta melaksanakan kebijakan standardisasi teknis di bidang pelayanan
kefarmasian dan alat kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan dipimpin oleh Direktur Jenderal yang membawahi empat Direktorat,
yaitu Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Bina
Pelayanan Kefarmasian, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan,
dan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, serta juga membawahi
satu Sekretariat Direktorat Jenderal.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat kesehatan adalah salah satu
direktorat yang ada di Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI. Kegiatan di direktorat ini adalah melaksanakan
perumusan kebijakan, standarisasi, sertifikasi di bidang produksi, dan distribusi
alat kesehatan. Hal tersebut bertujuan untuk melindungi kesehatan dan
keselamatan masyarakat dari kesalahgunaan, penyalahgunaan dan penggunaan
alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) yang tidak tepat
atau yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan manfaat. Direktorat
ini dibagi menjadi empat bagian sub direktorat yaitu Sub Direktorat Penilaian Alat
Kesehatan, Sub Direktorat Penilaian Produk Diagnostik In vitro dan PKRT, Sub
Direktorat Inspeksi Alat Kesehatan dan PKRT, Sub Direktorat Standardisasi dan
Sertifikasi, Sub Bagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional. Masingmasing di kepalai oleh satu orang kepala sub direktorat, dengan dua orang kepala
seksi dan keseluruhan jumlah pegawai yang ada di Direktorat Bina Produksi dan
37
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
38
Distribusi Alat Kesehatan adalah tiga puluh sembilan orang. Pembagian sub
direktorat ini berdasarkan tugas pokok dan fungsi yang disesuaikan dengan
PERMENKES RI No.1144/MENKES/PER/VIII/2010. Struktur organisasi ini
baru dilaksanakan secara resmi pada bulan Januari 2011.
Sub Direktorat Penilaian Alat Kesehatan terdiri dari seksi Alat Kesehatan
Elektromedik dan seksi Alat Kesehatan Non Elektromedik. Pada struktur
organisasi sebelumnya, dua seksi ini terpisah dalam subdirektorat yang berbeda.
Perubahan struktur ini dilakukan untuk mengefisiensikan dan mengefektifkan
kinerja. Alat Kesehatan Elektromedik merupakan alat kesehatan yang dalam
penggunaannya menggunakan tenaga listrik dan rangkaian elektronika (sirkuit
elektronik) sebagai pengontrol kerja dari alat, baik untuk diagnostik, monitoring
maupun terapi. Penggunaan alat ini dilakukan oleh orang yang ahli, jadi pada alat
kesehatan tersebut tidak perlu dicantumkan cara penggunaannya, tetapi harus ada
manual booknya baik dalam bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris. Contoh:
EKG, alat Rontgen, dll. Sedangkan alat Kesehatan Non Elektromedik merupakan
alat kesehatan yang dalam penggunaannya tidak menggunakan tenaga listrik.
Penggunaan alat kesehatan ini dapat dilakukan oleh orang biasa (bukan ahli),
sehingga cara penggunaannya harus dicantumkan pada alat kesehatan tersebut
atau pada kemasannya. Contoh: Jarum suntik, softlens, dll.
Sub Direktorat Penilaian Produk Diagnostik In vitro dan PKRT merupakan
sub direktorat yang menilai produk diagnostik in vitro dan PKRT. Contoh produk
invitro adalah alat atau pereaksi kimia klinik, toksikologi klinik, imunologi,dan
hematologi. Reagensia adalah bahan/pereaksi yang digunakan secara tidak
langsung dalam menegakkan/ menentukan diagnosa atau kondisi lain. Contoh:
pewarna biologikal, pereaksi penyediaan spesimen, pereaksi mikrobiologi.
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) adalah alat atau bahan yang
digunakan untuk memelihara dan merawat kesehatan yang digunakan oleh
manusia, hewan peliharaan, tempat-tempat umum dan rumah tangga berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan. PKRT ini terbagi dua yaitu yang mengandung
pestisida (contohnya anti nyamuk, desinfektan, dll) dan yang tidak mengandung
pestisida (contohnya tissue, kapas, dll).
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
39
Kegiatan rutin yang dilakukan oleh Sub Direktorat Penilaian Alat
Kesehatan dan Sub Direktorat Penilaian Produk Diagnostik In vitro dan PKRT
adalah melakukan penilaian dan pemberian izin edar terhadap produk-produk alat
kesehatan dan PKRT baik produk lokal maupun produk impor yang akan
diedarkan di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini dilakukan dalam rangka menjamin
keamanan, mutu dan manfaat produk tersebut. Untuk menjamin mutu, manfaat,
dan keamanan alat kesehatan dan PKRT yang beredar di masyarakat maka
dilakukan penilaian sebelum produk dipasarkan (Pre market) dan setelah produk
diedarkan (Post Market Surveillance). Penilaian dilakukan terhadap berkas
permohonan izin edar yang diajukan berupa data administrasi dan data teknis.
Pemeriksaan data administrasi berupa formulir pendaftaran, sertifikat produksi
(untuk produk dalam negeri), izin penyalur alat kesehatan (IPAK), surat
penunjukkan sebagai agen tunggal, Certificate of Free Sale (untuk produk impor)
dan surat pernyataan kepemilikan merek (produk dalam negeri). Sedangkan
penilaian data teknis berupa formula/komponen produk, prosedur pembuatan,
spesifikasi produk jadi, Certificate of Analysis (CoA), data stabilitas, dan
penandaan. Apoteker berperan penting dalam penilaian produk-produk tersebut
karena apoteker sebagai salah satu bagian dari tenaga profesi kesehatan dipercaya
memiliki pemahaman lebih tentang produk-produk alat kesehatan termasuk
diantaranya adalah alat diagnostik. Apoteker dapat berperan dalam menentukan
produk-produk alat kesehatan yang akan beredar di Indonesia dengan menilai
berkas pengajuan izin edar produk tersebut dan memberikan izin edar berdasarkan
pemahamannya terhadap alat kesehatan tersebut.
Sub Direktorat Inspeksi Alat Kesehatan dan PKRT memiliki dua seksi
yaitu, inspeksi produk dan inspeksi sarana produksi dan distribusi. Sub direktorat
ini bertugas melakukan pengawasan terhadap produk serta sarana produksi dan
distribusi di seluruh wilayah Indonesia dengan teknik sampling. Salah satu
tugasnya adalah melakukan pengawasan terhadap iklan alat kesehatan dan PKRT.
Pengawasan yang dilakukan adalah post market evaluation, yaitu pengawasan
terhadap iklan yang telah beredar dimasyarakat baik iklan di media elektronik,
media cetak, brosur/leaflet, dan sebagainya. Pengawasan ini dilakukan sesuai
dengan kebutuhan dan alokasi biaya, waktu, dan pengaturan tugas pelaksanaan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
40
Kegiatan pengawasan dilaksanakan dengan memberdayakan daerah baik propinsi
maupun Kabupaten/Kota dengan bimbingan pusat. Dalam mencapai hasil yang
optimal, kegiatan pengawasan alat kesehatan dan PKRT dilaksanakan secara
terpadu dengan melibatkan pemerintah, produsen, distributor, dan masyarakat
agar mencapai hasil yang optimal.
Sub Direktorat Standardisasi dan Sertifikasi merupakan sub direktorat yang
baru dibentuk di direktorat ini. Pembentukan ini didasari akan pentingnya
pemerataan kualitas dari produk serta sarana produksi dan distribusi untuk
menjamin keamanan dan mutu produk. Dalam melakukan standardisasi, sub
direktorat ini bekerja sama dengan Badan Standarisasi Nasional (BSN). Penerapan
dari salah satu tugas pokok dan fungsi Direktorat ini adalah melaksanakan
sertifikasi terhadap sarana penyaluran alat kesehatan, yaitu salah satunya dengan
pemberian izin penyalur alat kesehatan (IPAK). Dengan demikian, alat kesehatan
yang akan dipasarkan dapat terjamin mutu dan keamanannya karena disalurkan
oleh distributor yang telah memiliki IPAK dari Kementerian Kesehatan RI.
Selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Direktorat
Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, mahasiswa dapat menyimpulkan
bahwa diperlukan sosialisasi lebih lanjut mengenai registrasi alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga kepada masyarakat agar masyarakat
mengetahui produk alat kesehatan yang memang benar dilegalkan oleh
Kementerian Kesehatan. Selain itu, pengawasan terhadap produk yang sudah
diedarkan juga perlu dilakukan karena banyak perusahaan yang tidak
memperpanjang izin edar alat kesehatan dan perbekalan rumah tangga yang lama.
Banyaknya permohonan registrasi alat kesehatan yang masuk ke Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan tidak sebanding dengan jumlah tenaga
kerja yang menanganinya. Oleh karena itu, diperlukan penambahan tenaga kerja
untuk meningkatkan kecepatan pelayanan. Ruang tunggu yang dimiliki Direktorat
Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan juga perlu diperluas agar pemohon
tidak perlu menunggu di luar ruang tunggu. Selain itu ruang kerja juga perlu
diperluas agar ruang gerak pekerja menjadi lebih leluasa. Sistem online perlu
diterapkan dalam proses registrasi agar pelayanan menjadi lebih cepat dan baik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
a.
Kesimpulan
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan merupakan salah
satu direktorat pada Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan yang dalam menyelenggarakan upaya kesehatan dengan melalui
pembinaan, pengendalian, dan pengawasan terhadap segala kegiatan yang
berhubungan dengan pengamanan alat kesehatan dan perbekalan rumah
tangga.
b.
Pelayanan yang diberikan oleh Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Alat Kesehatan adalah pelayanan sertifikat produksi, izin penyalur alat
kesehatan, dan izin edar alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga.
c.
Apoteker berperan sebagai tim penilai yang mengevaluasi berkas
permohonan sertifikat produksi, izin penyalur alat kesehatan, dan izin edar
alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
5.2
a.
Saran
Sosialisasi lebih luas mengenai registrasi alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga kepada masyarakat.
b.
Penambahan jumlah tenaga kerja dan memperluas ruangan kerja untuk
meningkatkan kinerja dan kecepatan pelayanan terhadap pemohon serta
memperluas ruang tunggu untuk tamu sehingga dapat melayani
tamu/pendaftar dengan baik.
c.
Penggunaan sistem online untuk mempermudah dan mempercepat
pelayanan sertifikat produksi, izin penyalur alat kesehatan, dan izin edar
alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
41
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
DAFTAR ACUAN
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 1184/MENKES/PER/X/ 2004 tentang Pengamanan
Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2005). Rencana Strategis Direktorat
Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan Depkes RI tahun 2005-2009.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Pedoman Pelaksanaan
Pelayanan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Pedoman Penilaian Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta: Direktorat
Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010a). Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2010-2014. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010b). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1144/MENKES/PER/VIII/ 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Kesehatan. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010c). Peraturan
Kesehatan Republik Indonesia No. 1190/MENKES/PER/VIII/ 2010
Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Menteri
Tentang
Tangga.
Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010d). Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 1191MENKES/PER/VIII/2010 tentang Penyaluran Alat
Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No.
36 tahun 2009 Tentang Kesehatan.. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
42
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
44
Lampiran 1. Struktur Organisasi Kementrian Kesehatan RI
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
45
Lampiran 2. Struktur Organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
46
Lampiran 3. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
47
Lampiran 4. Struktur Organisasi Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
48
Lampiran 5. Struktur Organisasi Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
49
Lampiran 6. Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan
DIREKTORAT
BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT
KESEHATAN
SUBBAGIAN
TATA USAHA
SUBDIT
PENILAIAN ALAT
KESEHATAN
SEKSI
ALAT
KESEHATAN
ELEKTROMEDIK
SEKSI
ALAT
KESEHATAN
NON
ELEKTROMEDI
K
SUBDIT
PENILAIAN PRODUK
DIAGNOSTIK INVITRO
DAN PERBEKALAN
KESEHATAN RUMAH
TANGGA
SEKSI
PRODUK
DIAGNOSTIK
INVITRO
SUBDIT
INSPEKSI ALAT
KESEHATAN DAN
PERBEKALAN
KESEHATAN RUMAH
TANGGA
SEKSI
PERBEKALAN
KESEHATAN
RUMAH
TANGGA
SEKSI
INSPEKSI
PRODUK
SEKSI
INSPEKSI
SARANA
PRODUKSI DAN
DISTRIBUSI
SUBDIT
STANDARISASI DAN
SERTIFIKASI
SEKSI
STANDARISASI
PRODUK
SEKSI
STANDARISASI DAN
SERTIFIKASI
PRODUKSI &
DISTRIBUSI
KJF
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
50
Lampiran 7. Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
51
Lampiran 8. Formulir Permohonan Sertifikat Produksi Alat kesehatan/
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
PERMOHONAN SERTIFIKAT PRODUKSI ALAT KESEHATAN / PERBEKALAN
KESEHATAN RUMAH TANGGA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini mengajukan permohonan sertifikat produksi
Alat Kesehatan / Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
1. Nama Pemohon
:
Lampiran 4
Alamat pemohon
:
Formulir Permohonan Izin Penyalur Alat
2. Nama Pabrik
:
Alamat Pabrik
:
3. Badan Usaha
:
4. NPWP
:
SIUP
:
TDI
:
5. Status Permodalan
:
Lampiran 4
Formulir
Permohonan
Izin
Penyalur Alat
6. Alamat surat
menurat
dan nomor
telepon
: (lanjutan)
Alamat gudang
:
7. Jenis yang akan diproduksi
:
8. Nama Penanggung Jawab Teknis Produksi
:
9. Pendidikan Penanggung Jawab Produksi
:
Pas foto Pemohon
Berwarna
Ukuran
4x6
Pemohon,
Tanda Tangan
Stempel Perusahaan
Materai Rp. 6.000
(…………………..)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
52
Lampiran 9. Formulir Permohonan Izin Penyalur Alat Kesehatan
Nomor
Lampiran
Perihal
:
: …….Lembar
: Permohonan Izin Penyalur Alat Kesehatan
Kepada Yth,
Direktorat Jenderal ………………………
Kementerian Kesehatan RI
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9
di –
JAKARTA.
Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin
penyalur Alat Kesehatan dengan data-data sebagai berikut :
1. Pemohon
a. Nama Pemohon
b. Alamat dan Nomor Telepon
2. Perusahaan
a. Alamat Kantor dan nomor telepon
b. Alamat gudang dan nomor telepon
c. Alamat bengkel/workshop dan
nomor telp.
d. Akte notaries pendirian perusahaan
yang
telah
disahkan
oleh
Kementerian Hukum dan HAM
(terlampir(
e. Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP)
f. Nomor
Surat
Izin
Usaha
Perdagangan (SIUP)
g. Pimpinan Perusahaan (daftar nama
Direksi dan Dewan Komisaris –
Terlampir)
3. Penanggung Jawab Teknis
a. Nama
b. Ijazah
c. Surat Perjanjian Kerja sebagai
Penanggung
JAwab
Teknis
(terlampir)
d. Sertifikat penunjang
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
53
Lampiran 10. Formulir Permohonan Izin Penyalur Alat Kesehatan (Lanjutan)
4. Tenaga Teknis
a. Nama
b. Ijazah
c. Sertifikat Penunjang PJT
5. Lampiran berupa
a. Peta lokasi dan denah bangunan
b. Jenis/macam alat kesehatan yang
akan diedarkan
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
: ………………………..
Demikianlah permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan Bapak
kami ucapkan terima kasih.
………………………….
Pemohon
Materai
(……………………..…)
Tembusan Kepada Yth,
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kota di ………………..
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
54
Lampiran 11. Formulir Permohonan Izin Edar Alat Kesehatan
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DIREKTOPRAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN
PERMOHONAN PENDAFTARAN ALAT KESEHATAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI
NOMOR ……………………
TANGGAL …………………
ALAT KESEHATAN
DALAM NEGERI
IMPORT
1. Nama Perusahaan yang mendaftarkan
Alamat lengkap dan nomor telepon
Alamat surat-menyurat dan nomor telp
2. NPWP
3. Nama dagang Alat Kesehatan
4. Kategori dan Sub kategori Alat Kesehatan
5. HS Code
6. Keterangan lain mengenai Alat Kesehatan
(tipe, netto, isi, kemasan, ukuran)
7. Nama Pemberi Lisensi
Alamat lengkap
8. Nama Pabrik Induk
Alamat lengkap
9. Nama Penerima Lisensi
Alamat lengkap
10. Permohonan ini dilengkapi dengan
Tanda Tangan
Penanggung Jawab Teknis
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
: … lampiran (jumlahanya)
Jakarta, ………………
Tanda Tangan
Pimpinan Perusahaan
Stempel Perusahaan
(…………………..)
(…………………..)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
55
Lampiran 12. Formulir Permohonan Izin Edar PKRT Dalam Negeri
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DIREKTOPRAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN
PERMOHONAN PENDAFTARAN ALAT KESEHATAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI
NOMOR ……………………
TANGGAL …………………
PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA DALAM NEGERI
1. Nama Perusahaan yang mendaftarkan
Alamat lengkap dan nomor telepon
Alamat surat-menyurat dan nomor telp
Perusahaan yang bertanggung jawab atas
pemesanan
Alamat dan nomor telp produsen yang
ditunjuk
Alamat dan nomor telepon produsen
NPWP
2. Nama dagang PKRT sesuai etiket
3. Kategori dan Sub kategori Alat Kesehatan
4. HS Code
5. Keterangan lain mengenai Alat Kesehatan
(tipe, netto, isi, kemasan, ukuran)
6. Nama Pemberi Lisensi
Alamat lengkap
7. Nama Pabrik Induk
Alamat lengkap
8. Nama Penerima Lisensi
Alamat lengkap
9. Permohonan ini dilengkapi dengan
Tanda Tangan
Penanggung Jawab Teknis
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
: … lampiran (jumlahnya)
Jakarta, ………………
Tanda Tangan
Pimpinan Perusahaan
Stempel Perusahaan
(…………………..)
(…………………..)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
56
Lampiran 13. Formulir Permohonan PKRT Impor
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DIREKTOPRAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN
PERMOHONAN PENDAFTARAN ALAT KESEHATAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI
NOMOR ……………………
TANGGAL …………………
PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA IMPOR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Nama Perusahaan yang mendaftarkan
(perusahaan yang diberi kuasa untuk
mendaftar)
Alamat lengkap dan nomor telepon
NPWP
Nama dagang PKRT sesuai etiket
Kategori dan Sub kategori PKRT
HS Code
Keterangan lain mengenai Alat Kesehatan
(tipe, netto, isi, kemasan, ukuran)
Nama Pabrik Pemberi kuasa untuk
mendaftar
Alamat lengkap
Nama Perusahaan luar negeri yang
memberi kuasa untuk mendaftar
Alamat lengkap
Terangkan apakah PKRT ini sudah
diperdagangkan di luar negeri
Sebutkan
nama
tempat
PKRT
diperdagangkan
Permohonan ini dilengkapi dengan
Tanda Tangan
Penanggung Jawab Teknis
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
: … lampiran (jumlahnya)
Jakarta, ………………
Tanda Tangan
Pimpinan Perusahaan
Stempel Perusahaan
(…………………..)
(…………………..)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
PEMERIKSAAN DAN PENILAIAN BERKAS PERMOHONAN
IZIN EDAR PRODUK DIAGNOSTIK IN VITRO
“PRODUK L”
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
YUDHO PRABOWO, S.Farm.
1006835596
ANGKATAN LXXIII
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
DESEMBER 2011
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
DAFTAR TABEL ........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
i
ii
iii
iv
BAB 1.
PENDAHULUAN ......................................................................
1.1. Latar Belakang .....................................................................
1.2. Tujuan ..................................................................................
1
1
2
BAB 2.
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 3
2.1. Produk Diagnostik In Vitro .................................................. 3
2.2. Pelaksanaan Pemberian Izin Edar Alat Kesehatan
(Alkes) dan Perbekalan Kesehatan rumah Tangga .............. 4
2.3. Pra-Registrasi ....................................................................... 5
2.4. Persyaratan Pendaftaran Registrasi Alat Kesehatan ............ 5
2.5. Penilaian Persyaratan Pendaftaran registrasi ....................... 6
2.6. Penulisan Nomor Registrasi ................................................. 9
2.7. Masa Berlaku Izin Edar ........................................................ 10
BAB 3.
METODE PEMERIKSAAN DAN ANALISIS
BERKAS .....................................................................................
3.1. Pengamatan Berkas Permohonan Izin Edar .........................
3.2. Penilaian Kelengkapan Data Administrasi ..........................
3.3. Penilaian Kelengkapan Data Teknis ....................................
11
11
11
12
BAB 4.
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 13
4.1 Hasil ..................................................................................... 13
4.2 Pembahasan .......................................................................... 15
BAB 5.
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 19
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 19
5.2 Saran .................................................................................... 19
DAFTAR ACUAN ..................................................................................... 20
ii
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Persyaratan Data Teknis Pendaftaran Registrasi Alkes ................. 22
Tabel 2. Kategori dan Subkategori Alat Kesehatan ..................................... 24
Tabel 3. Perbedaan Persyaratan Izin Edar Alkes Dalam dan
Luar Negeri ................................................................................... 26
iii
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Alur Permohonan Izin Edar .................................................
Brosur “PRODUK L” ..........................................................
Label “PRODUK L” .............................................................
Hasil Pemeriksaan Permohonan Pendaftaran
Alat Kesehatan .....................................................................
Hasil Pemeriksaan Data Teknis ...........................................
Hasil Pemeriksaan Data Teknis (Lanjutan) .........................
iv
28
29
30
31
32
33
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Produk diagnostik in vitro adalah reagensia, instrument, dan sistem yang
digunakan untuk mendiagnosa penyakit atau kondisi lain, termasuk penentuan
tingkat kesehatan, dengan maksud pengobatan, pengurangan atau mencegah
penyakit atau akibatnya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006). Di
dalam era globalisasi dan pasar bebas saat ini, dengan semakin mudahnya
transportasi menyebabkan tidak ada batasan untuk semua komoditas, salah satu
diantaranya adalah alat kesehatan. Sehingga jumlah dan jenis alat kesehatan yang
beredar semakin beragam. Alat kesehatan yang beredar dan sampai ke pengguna
diharapkan mempunyai keamanan, mutu, dan manfaat yang sama dengan saat
diproduksi.
Untuk memberikan keamanan dari penggunaan yang tidak tepat dan
melindungi masyarakat dari peredaran alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan
kemanfaatan maka perlu dilakukan penilaian sebelum diedarkan dan pengaturan
dalam penyaluran alat kesehatan. Ketentuan mengenai perizinan alat kesehatan
dilakukan oleh Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, yang
merupakan lembaga regulasi alat kesehatan yang diedarkan di seluruh Indonesia.
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan memiliki tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga (Kementerian Kesehatan RI, 2010a).
Produk-produk alat kesehatan memiliki risiko dalam penggunaannya baik
ringan, sedang, sampai berat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009).
Sebagian besar alat kesehatan yang beredar di Indonesia merupakan produk
impor, termasuk produk-produk diagnostik. Produk alat kesehatan impor,
termasuk produk-produk diagnostik, belum diketahui tingkat keamanan, mutu,
dan manfaatnya. Oleh karena itu, diperlukan prosedur pemeriksaan berkas
1
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
2
pengajuan yang akurat sebelum produk tersebut diizinkan beredar di Indonesia.
Hal ini dilakukan untuk melindungi masyarakat Indonesia dari produk alat
kesehatan yang tidak aman dan tidak bermutu serta tidak bermanfaat atau
memiliki risiko penggunaan yang berat yaitu dapat menimbulkan kecacatan
permanen atau bahkan kematian.
Produk-produk alat kesehatan termasuk produk diagnostik in vitro dapat
beredar dalam masyarakat jika telah memiliki izin edar. Izin edar diberikan jika
produk-produk tersebut telah melengkapi dan memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan. Dalam hal ini, seksi produk diagnostik in vitro yang merupakan salah
satu bagian dari Sub Direktorat Penilaian Produk Diagnostik In vitro dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga memiliki peran yang sangat penting dalam
melakukan penilaian suatu produk diagnostik in vitro baik produk dalam negeri
maupun impor apakah telah memenuhi persyaratan dan memberikan izin edar
untuk beredar di seluruh wilayah Indonesia.
Untuk mendapatkan gambaran mengenai aktivitas yang dilakukan di
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, maka pada Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) penulis ditempatkan di direktorat tersebut untuk
melakukan pemeriksaan dan penilaian berkas permohonan yang diajukan oleh
perusahaan untuk memperoleh izin edar.
1.2.
Tujuan
Tujuan tugas khusus praktek kerja profesi apoteker pada Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi alat kesehatan, yaitu :
a. Memahami proses pemberian izin edar alat kesehatan produk diagnostik in
vitro.
b. Melakukan pemeriksaan dan penilaian kelengkapan dan kebenaran berkas
permohonan izin edar produk diagnostik in vitro.
c. Mengetahui peran Apoteker dalam proses registrasi diagnostik in vitro di
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Produk Diagnostik In Vitro
Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010a).
Adapun produk diagnostik in vitro adalah reagensia, instrumen dan sistem
yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit atau kondisi lain, termasuk
penentuan tingkat kesehatan, dengan maksud pengobatan, pengurangan, atau
mencegah penyakit atau akibatnya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2006). Kategori dan subkategori alat kesehatan dapat dilihat pada Tabel 2.
Klasifikasi alat kesehatan menurut PERMENKES 1190/MENKES/PER/
VIII/2010, antara lain :
1. Kelas I
Alat kesehatan yang kegagalan atau salah penggunaannya tidak menyebabkan
akibat yang berarti. Penilaian untuk alat kesehatan ini dititikberatkan hanya
pada mutu dan produk.
2. Kelas IIa
Alat kesehatan yang kegagalannya atau salah penggunaannya dapat
memberikan akibat yang berarti kepada pasien tetapi tidak menyebabkan
kecelakaan yang serius. Alat kesehatan ini sebelum beredar perlu mengisi dan
memenuhi persyaratan yang cukup lengkap untuk dinilai tetapi tidak
memerlukan uji klinis.
3. Kelas IIb
Alat kesehatan yang kegagalannya atau salah penggunaannya dapat
memberikan akibat yang sangat berarti kepada pasien tetapi tidak
menyebabkan kecelakaan yang serius. Alat kesehatan ini sebelum beredar perlu
mengisi dan memenuhi persyaratan yang lengkap termasuk analisa resiko dan
bukti keamanannya untuk dinilai tetapi tidak memerlukan uji klinis.
3
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
4
4. Kelas III
Alat kesehatan yang kegagalan atau salah penggunaannya dapat memberikan
akibat yang serius kepada pasien atau perawat/operator. Alat kesehatan ini
sebelum beredar perlu mengisi formulir dan memenuhi persyaratan yang
lengkap termasuk analisa resiko dan bukti keamanannya untuk dinilai serta
memerlukan uji klinis.
2.2
Pelaksanaan Pemberian Izin Edar Alat Kesehatan (Alkes) dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1190/Menkes/Per/VIII/2010
Tentang Izin Edar Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
bahwa Alkes dan PKRT yang beredar atau dijual di wilayah Indonesia harus
mendapat izin dari Mentei Kesehatan. Izin edar adalah izin yang diberikan oleh
Menteri Kesehatan terhadap Alkes dan PKRT untuk beredar di wilayah Indonesia
setelah dilakukan evaluasi meliputi keamanan, mutu, dan manfaat. Alur
pelaksanaan pemberian izin edar Alkes dan PKRT dapat dilihat pada Lampiran 1.
Prosedur Permohonan izin edar alat kesehatan sebagai berikut (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2009):
a. Pemohon memasukkan berkas pendaftaran pada loket F1 dan dilakukan
praregistrasi oleh tim penilai. Pemohon akan diberi tanda terima sementara.
Setelah dilakukan evaluasi, berkas yang lengkap dapat dibuatkan slip setoran
dan pemohon diminta untuk membayar biaya PNBP pada bank yang ditunjuk.
Bukti pembayaran bank dan berkas pendaftaran beserta CD diserahkan ke
petugas administrasi. Kemudian berkas tersebut dicatat dan diberi nomor
sesuai ketentuan oleh petugas administrasi, dan kepada pemohon akan
diberikan tanda terima tetap permohonan. Selanjutnya berkas diserahkan
kepada Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) masing-masing.
b. Kasubdit memberikan disposisi kepada kepala seksi untuk bertanggung jawab
terhadap proses penilaian.
c. Kepala seksi (Kasie) memberikan disposisi kepada tim penilai yang
kedudukannya berada di bawah kepala seksi untuk melakukan proses
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
5
penilaian berkas, kemudian hasil penilaian diserahkan kepada kepala seksi
untuk diperiksa ulang.
d. Kepala seksi memberikan kesimpulan terhadap hasil penilaian apakah berkas
lengkap atau tidak lengkap.
e. Kasubdit melakukan verifikasi terhadap hasil kesimpulan kepala seksi,
kasubdit berhak menentukan apakah suatu berkas lengkap atau tidak.
f. Apabila ada permasalahan dengan produk yang dievaluasi terkait dengan
keamanannya, dilakukan diskusi dengan tim ahli untuk menentukan status
keamanan produk.
g. Berkas yang tidak lengkap akan dibuatkan surat tambahan data dan diserahkan
kepada direktur untuk dimintai persetujuannya. Kemudian surat tambahan data
akan diserahkan kepada pemohon.
h. Berkas yang oleh Kasubdit dinilai lengkap akan dibuatkan nomor registrasi
jika dinilai memenuhi syarat untuk selanjutnya diserahkan kepada Direktur
Jenderal untuk diberikan persetujuan izin edar.
i. Direktur memberikan persetujuannya terhadap lembar nomor registrasi jika
dinilai memenuhi syarat (khusus untuk alat kesehatan, produk diagnostik in
vitro dan PKRT kelas III).
2.3
Pra-Registrasi
Merupakan proses penilaian awal yang dilaksanakan di loket pendaftaran.
Petugas yang melaksanakan pra-registrasi adalah anggota tim penilai. Adapun hal
yang dinilai dalam proses pra-registrasi adalah memeriksa kelengkapan
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009) :
a. Data administrasi
b. Data teknis
Berkas yang tidak lengkap dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi
kekurangannya.
2.4
Persyaratan Pendaftaran Registrasi Alat Kesehatan
Untuk mendapatkan izin edar alat kesehatan diperlukan melengkapi
persyaratan izin edar yaitu data administrasi dan data teknis (Kementerian
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
6
Kesehatan Republik Indonesia, 2010b). perbedaan persyaratan izin edar alkes
dalam dan luar negeri dapat dilihat Pada Tabel 3.
a. Data administrasi
1. Untuk alat kesehatan dalam negeri, data yang harus ada:
a) Sertifikat produksi sesuai dengan jenis alat kesehatan yang didaftarkan
b) Lisensi (bila merek produk dan formulanya berasal dari pihak lain).
2. Untuk alat kesehatan luar negeri / impor
a) Izin usaha penyalur alat kesehatan
b) Surat Penunjukkan/Surat kuasa untuk mendaftarkan yang dilegalisir oleh
KBRI setempat.
c) Surat keterangan dari pejabat pemerintah/badan yang diberi kewenangan
di negara asal (Certificate of Free Sale atau lainnya) bahwa produk
tersebut diizinkan untuk dijual.
b. Data teknis
Data teknis yang diperlukan pada permohonan izin edar PKRT adalah
Formulir Lampiran AA (formula dan prosedur pembuatan), Formulir Lampiran
BB (Spesifikasi dan Jaminan Mutu), Formulir Lampiran CC (kegunaan dan
penandaan), dan Formulir Lampiran DD (katalog, buku manual, dan contoh).
Sedangkan untuk permohonan izin edar alat kesehatan adalah Formulir A (data
administrasi), Formulir B (informasi produk), Formulir C (informasi spesifikasi
dan jaminan mutu), dan Formulir D (penandaan dan petunjuk penggunaan).
Persyaratan data teknis pendaftaran registrasi alkes dapat dilihat pada Tabel 1.
2.5
Penilaian Persyaratan Pendaftaran Registrasi
2.5.1. Data administrasi
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persyaratan administrasi antara lain
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009) :
a. Formulir Pendaftaran Harus Diisi Lengkap
Nama produk yang didaftarkan harus sesuai dengan nama produk pada
penandaan, terdapat tanda tangan penanggung jawab teknis dan pimpinan
serta stempel perusahaan.
b. Sertifikat produksi
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
7
Produk yang didaftarkan termasuk dalam lampiran sertifikat produksi, bila
tidak tercantum harus mengajukan addendum.
c. Certificate of Free Sale (CFS)
1. Dikeluarkan oleh pemerintah atau badan yang berwenang mengeluarkan
surat tersebut dan produk yang didaftarkan sama dengan yang dinyatakan
dalam CFS yang diberikan.
2. CFS menyebutkan nama dan alamat pabrik, harus diperhatikan hanya
produk buatan pabrik tersebut yang diperbolehkan dan tercantum pada
nomor registrasi.
3. CFS berasal dari country of origin (yang memiliki sistem regulasi yang
diakui), jika tidak ada dapat digantikan dengan CFS dari Negara lain
dimana produk tersebut telah diedarkan.
4. Untuk produk yang tidak termasuk alkes di Negara asal, bisa digantikan
dengan surat keterangan dari chamber of commerce.
d. Izin Penyalur Alat Kesehatan (IPAK)
Jenis produk Alat Kesehatan dan PKRT yang diizinkan untuk disalurkan harus
sesuai dengan yang didaftarkan.
e. Surat Penunjukan/LOA (Letter of Authorization)
1. Dikeluarkan oleh prinsipal, jika dikeluarkan oleh perwakilan prinsipal,
harus disertai dengan surat penujukan perwakilan yang dikeluarkan oleh
prinsipal.
2. Perhatikan waktu berlakunya penunjukan.
3. Perhatikan apakah produk yang didaftarkan termasuk dalam surat
penunjukkan tersebut.
2.5.2. Data Teknis
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pesyaratan teknis antara lain
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009) :
a. Untuk produk yang terbentuk dari bahan kimia, pendaftar harus memberikan
komponen formula dalam satuan internasional atau persentase dan menuliskan
fungsi masing-masing bahan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
8
b. Prosedur pembuatan secara singkat berupa alur kerja/flow chart dalam proses
produksi disertai dengan penandaan tentang proses kritis yang mempengaruhi
kualitas dan langkah yang dilakukan untuk mengontrol proses kritis tersebut.
c. Untuk produk HIV, harus melampirkan hasil evaluasi dari RSUPN
Dr. Cipto Mangunkusumo
d. Untuk produk elektromedik, pastikan keamanan dengan melampirkan data
hasil uji sesuai dengan persyaratan IEC 60601 mengenai keselamatan listrik.
e. Untuk produk diagnostik in vitro, pastikan keamanan dengan melampirkan data
hasil uji sesuai dengan persyaratan IEC 61010 mengenai keselamatan listrik.
f. Untuk kelas I, sertifikat CE dapat menggantikan CoA dan proses produksi
2.5.3. Penandaan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menilai penandaan antara lain
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009) :
a. Informasi yang diperlukan untuk mengidentifikasi produk dan cara penggunaan
produk dengan aman harus tersedia. Jika kemasan individual tidak
memungkinkan informasi yang lengkap, informasi tersebut harus terdapat
dalam leaflet, insert, atau bentuk lain yang sesuai.
b. Cara penggunaan harus jelas dan mudah dipahami (dalam bahasa Indonesia).
c. Perhatikan adanya klaim berlebihan yang tidak disertai dengan data pendukung
yang memadai. Setiap klaim hendaklah dapat didukung oleh data pendukung
yang sesuai.
Penandaan sekurang-kurangnya berisi (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2010b) :
a. Nama produk dan/atau nama dagang;
b. Nama dan alamat perusahaan yang memproduksi alat kesehatan dan/atau
PKRT;
c. Nama dana alamat PAK dan/atau importir PKRT yang memasukkan produk ke
dalam wilayah Indonesia;
d. Komponen pokok alat kesehatan dan/atau PKRT
e. Kegunaan dan cara penggunaan harus dalam bahasa Indonesia;
f. Tanda peringatan atau efek samping harus dalam bahasa Indonesia;
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
9
g. Batas waktu kadaluarsa untuk alat kesehatan dan/atau PKRT tertentu; dan
h. Nomor bets/kode produksi/nomor seri, nomor izin dan netto.
2.6
Penulisan Nomor Registrasi
Permohonan izin edar yang telah di setujui maka akan dikeluarkan nomor
registrasi. Nomor registrasi tersebut terdiri dari 11 digit dengan keterangan
sebagai berikut :
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Digit 1
: kelas
Digit 2,3
: kategori
Digit 4,5
: sub kategori
Digit 6,7
: tahun pemberian izin (dibalik)
Digit 8 sampai 11
: nomor urut
11
Alat Kesehatan Dalam Negeri : AKD
Alat Kesehatan Impor
: AKL
PKRT Impor
: PKL
PKRT Dalam Negeri
: PKD
Salah satu contoh nomor registrasi: AKL 11305011285, artinya alat ini
adalah alat kesehatan impor, kelas 1 dan diproduksi pada tahun 2010. Untuk
penentuan / penilaian kelas, kategori dan sub kategori alat kesehatan mengacu
pada Code of Federal Regulation (CFR).
Jika produk yang telah diregistrasi tersebut dalam masa peredarannya
terdapat penambahan atau perubahan seperti nama, penandaan, kemasan,
penambahan ukuran kemasan, dan lain-lain, maka produk tersebut harus
diregistrasi kembali tapi tidak perlu diganti nomor registrasi (masih dapat
memakai nomor registrasi yang lama). Tapi jika terjadi perubahan formula maka
harus diregistrasi lagi ke Kementerian Kesehatan (Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan) dan nomor registrasi lama tidak berlaku lagi (diganti
dengan nomor registrasi baru).
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
10
2.7
Masa Berlaku Izin Edar
a. Masa berlaku izin edar Alkes dan PKRT selama 5 (lima) tahun terhitung sejak
pertama kali diterbitkan.
b. Selambat-lambatnya 3 bulan sebelum habis masa berlaku, produsen
mengajukan perpanjangan izin edar dengan melampirkan data pelengkap yang
sesuai.
c. Izin edar yang pernah ada perubahan, masa berlaku dihitung sejak pertama kali
nomor diterbitkan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
BAB 3
METODE PEMERIKSAAN DAN ANALISIS BERKAS
3.1
Pengamatan Berkas Permohonan Izin Edar
Pemeriksaan atau penilaian dilakukan pada berkas permohonan izin edar
untuk produk impor diagnostik in vitro yang diajukan di Subdirektorat Penilaian
Produk Diagnostik In vitro dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, Direktorat
Bina Produksi dan Alat Kesehatan. Untuk menilai kelengkapan berkas digunakan
lembar penilaian yang mencantumkan syarat-syarat yang harus dilengkapi.
Pengamatan terhadap berkas permohonan izin edar yang diajukan oleh PT.
PBI, dimulai dengan pencatatan nama alat kesehatan dan tipe kemasan yang
kemudian dilanjutkan dengan mencatat klasifikasi/identifikasi alat kesehatan
meliputi kategori, sub kategori, nama, nomor jenis, dan kelas sesuai dengan code
of Federal Regulation (CFR).
3.2
Penilaian Kelengkapan Data Administrasi
Penilaian selanjutnya adalah penilaian terhadap kelengkapan data
administrasi dan data teknis. Data administrasi yang harus dilengkapi untuk
produk impor adalah sebagai berikut :
a. Izin usaha penyalur alat kesehatan
1. Mencantumkan nama pabrik/merek
2. Mencantumkan nama jenis
b. Surat kuasa untuk mendaftar
1. Jenis produk
2. Jangka waktu
c. Keterangan pejabat setempat yang berwenang dan telah dilegalisir oleh KBRI.
d. Keterangan telah beredar di Negara lain dari pejabat yang berwenang di
negara asal yang telah dilegalisir KBRI/Konjen untuk negara yang belum ada
KBRI.
e. Keterangan PMA (Pra Market Approval untuk alat kesehatan kelas III), untuk
HIV harus dilampirkan hasil evaluasi dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
11
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
12
3.3.
Penilaian Kelengkapan Data Teknis
Penilaian terakhir dilakukan pada Lampiran AA, Lampiran BB, Lampiran
CC, dan Lampiran DD serta Penandaan. Data-data yang harus dilengkapi pada
lampiran tersebut adalah sebagai berikut:
a. Formulir B
1. Uraian
alat
(cara
penggunaan,
indikasi
penggunaan
alat,
komponen/formula, kadaluwarsa, dan brosur)
2. Deskripsi dan fitur alat kesehatan
3. Tujuan penggunaan
4. Petunjuk penggunaan
5. Material
6. Informasi produksi/alur proses produksi
b. Formulir C
1. Karakteristik fungsional dan spesifikasi kinerja teknis alat
2. Spesifikasi dan/atau persyaratan bahan baku (MSDS)
3. Data hasil uji analisis dan/atau uji klinis (spesifisitas, sensitivitas, dan
stabilitas) untuk pereaksi/produk diagnostik in vitro
c. Formulir D
1. Penandaan yang ada pada alat
2. Contoh penandaan
3. Petunjuk penggunaan, materi pelatihan, dan petunjuk serta pemeliharaan
4. Kode produksi dan artinya
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
4.1.1 Permohonan Izin Edar “PRODUK L”
Nama alat kesehatan : “PRODUK L”
Tipe/kemasan
: Ref. No.389239/Dus, Botol, isi 4 @5,0 mL
Nama pabrik
: DS
Nama pendaftar
: PT. PBI
4.1.2 Klasifikasi/identitas
Kategori
: Peralatan Imunologi dan Mikrobiologi
Sub kategori
: Sistem Tes Imunologikal
Nama
: Thyroid autoantibody immunological test system
Nomor jenis
: 866.5870
Kelas
: II
4.1.3 Persyaratan Data Administrasi Untuk Produk Impor (Formulir A)
a. Izin Usaha Penyalur kesehatan (IPAK)
Jenis yang tertera pada surat
Keterangan
Nomor
: HK.07.Alkes/V/076/AK.2/2009
Tanggal
: 09 Februari 2009
Diberikan kepada
: PT. PBI
Nama penanggung jawab teknis
: Budi Djanu Purwanto (AA)
Janis alat kesehatan
: Peralatan diagnostik
b. Surat Kuasa untuk mendaftarkan
Surat kuasa dikeluarkan oleh DS dengan nama Letter of Authorisation
di Saluggia, Italy pada tanggal 2 Maret 2010 dan oleh KBRI dilegalisisasi di
Roma, Italy pada tanggal 8 Maret 2010 dengan No.101/Ko/2010
menyatakan
telah
memberi
autorisasi
penuh
untuk
yang
meregistrasikan,
mengimpor, menjual dan mendistribusikan produknya. Surat persetujuan ini
berlaku hingga 31 desember 2012.
13
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
14
c. Keterangan pejabat setempat yang berwenang dan telah dilegalisir oleh
KBRI/kepala pabrik yang telah dilegalisir pejabat yang berwenang dan KBRI
Surat keterangan ini sama dengan Letter of Autorization (LOA) yang
dikeluarkan di Saluggia, Italy pada tanggal 2 Maret 2010 dan oleh KBRI
dilegalisisasi di Roma, Italy pada tanggal 8 Maret 2010 dengan
No.101/Ko/2010 yang menyatakan telah memberi autorisasi penuh untuk
meregistrasikan, mengimpor, menjual dan mendistribusikan produknya. Surat
persetujuan ini berlaku hingga 31 desember 2012
d. Keterangan telah beredar di negara lain dari pejabat yang berwenang di negara
asal yang telah dilegalisir KBRI/konjen untuk Negara yang belum ada KBRI
Surat keterangan ini disebut juga sebagai Certificate of Free Sale. Surat
keterangan ini dikeluarkan oleh Ministero della Salute, Dipartimento
Dell’Innovazine yang ditandangani pada tanggal 9 Maret 2011. Di dalam surat
ini dinyatakan produk yang dipasarkan yaitu In Vitro Diagnostik Medical
Device, dan produk-produk tersebut bebas diedarkan dan dijual di Italia dan
bisa dipasarkan di luar Uni Eropa.
4.1.4 Formulir B (Informasi Produk)
Di dalam Formulir B harus dijelaskan mengenai informasi produk yaitu :
a. Uraian alat
“PRODUK L” digunakan untuk pemeriksaan imunologi chemiluminescence
di alat “L” untuk memeriksa reabilitas dari pemeriksaan assay FT3, FT4, T3,
T4, dan TSH pada alat “L”.
b. Deskripsi dan fitur alat kesehatan
“PRODUK L” mengandung hormone T3, T4, dan TSH dalam serum manusia.
c. Tujuan penggunaan
Cairan kontrol untuk memeriksa reagen dan kinerja alat imunologi “L”, jika
cairan kontrol keluar dari range maka kemungkinan reagen ataupun alat
terdapat masalah.
d. Petunjuk penggunaan
Botol yang mengandung kontrol Lyophilized sebaiknya dibuka perlahan-lahan
dan diencerkan dengan 5 mL air destilasi atau air deionisasi. Hindari pengocokan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
15
yang terlalu kuat untuk menghindari pembentukan busa. Pindahkan kontrol yang
sudah diencerkan ke botol lain dan beri label. Tempatkan kontrol dalam pasien
rak pada alat “L” Analyzer.
Pada formulir B ini masih terdapat berkas yang belum dilengkapi.
Pendaftar tidak melampirkan mengenai informasi produksi atau alur produksi
pembuatan produk tersebut. Brosur dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.1.5 Formulir C (Informasi Spesifikasi dan Jaminan Mutu)
Pada Formulir C ini pendaftar melampirkan spesifikasi untuk “PRODUK
L”, pada Certificate of Analysis (COA) menyatakan produk tersebut diproduksi
pada bulan Maret 2010, diuji pada tanggal 24 November 2010, dan tanggal
kadaluarsa produk tersebut pada 30 Mei 2012 untuk lot 942123 referensi 389239
dan berdasarkan COA tersebut komponen produk masih sesuai dalam rentang
nilai kontrol; dan berdasarkan data Real-Time Stability menyatakan produk stabil
pada suhu 2-8˚C selama 3 tahun. Pada Formulir C ini pendaftar tidak
melampirkan mengenai Material Safety Data Sheet (MSDS) dari produk tersebut.
4.1.6 Formulir D (Penandaan dan Petunjuk Penggunaan)
Pada Formulir D, pendaftar telah melampirkan penandaan yang ada pada
alat dan petunjuk penggunaan. Namun, dalam formulir ini pendaftar tidak
melampirkan kode produksi beserta artinya masing-masing.
4.1.7 Formulir E
Pada Formulir ini, pendaftar telah melampirkan berkas sesuai dengan
persyaratan.
4.2.
Pembahasan
4.2.1 Permohonan Izin Edar “PRODUK L”
“PRODUK L” merupakan produk diagnostik in vitro impor yang
diproduksi oleh DS yang menurut Code of Federal Regulation (CFR) termasuk
dalam alat kesehatan kelas II, kategori peralatan imunologi dan mikrobiologi, dan
sub kategori sistem tes imunologikal.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
16
Permohonan izin edar “PRODUK L” diajukan oleh PT. PBI yang
diberikan
autorisasi
penuh
oleh
DS
untuk
mengurus
registrasi
dan
mendistribusikan produknya di Indonesia. Produk tersebut merupakan produk
impor sehingga data administrasi yang harus dilengkapi adalah Izin Penyalur Alat
Kesehatan (IPAK), surat penunjukan/Letter of Authorization (LOA), Certificate of
Free Sale (CFR), dan data teknis meliputi Formulir A, B, C, D, dan Formulir E. .
Data teknis alat kesehatan kelas II yang harus dipenuhi dapat dilihat pada Tabel 1.
PT. PBI selaku pendaftar harus melakukan pendaftaran dengan
mendatangi loket Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan untuk
mengisi berkas permohonan pendaftaran diagnostik in vitro impor. Selanjutnya
berkas yang telah diserahkan di loket (pra registrasi) akan dibawa bagian TU yang
kemudian akan dibawa ke Kepala Subdirektorat penilaian produk diagnostik in
vitro dan PKRT. Kepala subdirektorat akan menyerahkan berkas kepada kepala
seksi produk diagnostik in vitro untuk ditelaah lebih lanjut, dan kepala seksi akan
menyerahkan berkas kepada tim penilai untuk dilakukan pemeriksaan dan
penilaian terhadap berkas permohonan izin edar.
4.2.2 Evaluasi Data Administrasi
Pemeriksaan data administrasi pada formulir A untuk produk impor yang
pertama adalah IPAK, dimana penanggung jawab teknis pada distributor harus
memiliki pendidikan paling rendah Diploma III atau tenaga lain yang sederajat
sesuai bidangnya dan pada IPAK harus dicantumkan jenis produk. Penanggung
jawab teknis PT. PBI adalah seorang asisten apoteker. Pada izin penyalur PT. PBI
tidak tercantum untuk penyaluran produk “PRODUK L”, tetapi dinyatakan dalam
bentuk addendum yang sedang dalam evaluasi untuk mendapatkan SK. Namun,
saat ini addendum sudah tidak dipersyaratkan lagi sehingga hal ini dapat diterima.
Berkas
berikutnya
adalah
surat
kuasa
penunjukan
(Letter
of
Authorization/LOA) sebagai agen tunggal dari pabrik di Negara asal. Pada LOA
yang harus diperhatikan adalah waktu berlakunya penunjukan dan apakah produk
didaftarkan termasuk dalam surat penunjukan tersebut. Pada LOA yang
diserahkan menyatakan bahwa DS telah menunjuk PT. PBI sebagai agen tunggal
di Indonesia untuk meregistrasikan, menjual dan mendistribusikan produknya dan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
17
telah dilegalisir oleh KBRI di Roma. Namun, pada surat penunjukan ini tidak
tercantum produk yang akan didaftarkan akan tetapi tercantum dalam Certificate
of Free Sale. Surat penunjukan ini berlaku hingga 31 Desember 2012.
Untuk Certificate of Free Sale yang dilampirkan telah memenuhi syarat.
Dalam surat ini dinyatakan bawa produk tersebut telah beredar di Italia dan dapat
dipasarkan di luar Uni Eropa. Keterangan Pra Market Approval tidak perlu
disertakan karena produk yang diedarkan bahwa produk yang didaftarkan bukan
produk alat kesehatan kelas III. Dari hasil evaluasi di atas, dapat dinyatakan
bahwa data administrasi permohonan izin edar “PRODUK L” yang diajukan oleh
PT. PBI dinyatakan lengkap dan dapat diterima. Selanjutnya adalah evaluasi data
teknis.
4.2.3 Evaluasi Data Teknis
Pada formulir data teknis PT. PBI harus mengisi/melengkapi formulir
yang ada pada permohonan pendaftaran Alat kesehatan dan harus sesuai dengan
persyaratan pada PERMENKES No. 1190/MENKES/PER/VIII/2010. Produk
yang didaftarkan PT. PBI adalah produk diagnostik invitro sehingga pada
Formulir B harus dicantumkan komponen/formula dari produk. Selain itu, pada
formulir ini juga harus dijelaskan mengenai uraian alat, tujuan penggunaan, dan
petunjuk penggunaan. Pada formulir ini, pendaftar telah melampirkan semua data
yang diminta. Informasi tersebut juga terdapat dalam brosur yang berbahasa
Inggris dan bahasa Indonesia. Namun, pendaftar belum melampirkan mengenai
informasi produksi atau alur produksi dari produk tersebut.
Pada formulir C, pendaftar telah melampirkan mengenai karakteristik
fungsional dan spesifikasi kinerja produk yang tercantum dalam COA dimana
konsentrasi komponen produk masih terdapat dalam rentang nilai kontrol. Selain
itu, jaminan mutu produk juga telah terlampir dalam hasil analisis real-time
stability dan menyatakan bahwa kadaluarsa produk selama 3 tahun. Tujuan
penggunaan dari produk adalah untuk memeriksa reagen dan kinerja alat
imunologi “PRODUK L”, sehingga pada formulir C ini tidak perlu melampirkan
studi pre klinis dan bukti klinis. Pada formulir ini, pendaftar tidak melampirkan
MSDS dari produk yang didaftarkan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
18
Pada formulir D berisi mengenai penandaan dan petunjuk penggunaan.
Pada formulir ini, pendaftar telah menjelaskan penandaan yang ada pada alat.
Penandaan produk telah mencantumkan nama produk, nama dan alamat produsen,
nama dan alamat distributor, netto, cara penyimpanan, kode produksi, tanggal
kadaluarsa dan nomor izin edar. Namun, pada formulir ini pendaftar belum
memberikan penjelasan mengenai kode produksi yang disertai artinya masingmasing dari kode tersebut. Formulir E berisi mengenai post market evaluation,
yang berisi mengenai sistem pencatatan, penanganan complain, laporan kejadian
yang tidak diinginkan, dan prosedur recall. Pada formulir ini, pendaftar telah
memenuhi sesuai yang persyaratkan.
Berkas yang diajukan PT. PBI dinilai kurang lengkap dikarenakan masih
ada persyaratan yang belum dilengkapi. Oleh karena itu, PT. PBI selaku pendaftar
harus melengkapi persyaratan yang belum lengkap untuk mendapatkan izin edar.
Jika pihak pendaftar sudah melengkapi persyaratan, pendaftar akan mendapatkan
nomor izin edar AKL 2030511xxxx, dengan rincian sebagai berikut :
AKL
2
0
3 0
5 1 1 x
x
x
x
AKL
: menunjukkan Alat Kesehatan Luar Negeri (produk impor)
Digit 1
: menunjukkan alat kesehatan kelas II
Digit 2 dan 3
: menunjukkan kategori 03, yaitu peralatan imunologi dan
mikrobiologi
Digit 4 dan 5
: menunjukkan sub kategori 05, yaitu sistem tes imunologikal
Digit 6 dan 7
: menunjukkan tahun pendaftaran, yaitu 2011
Digit 8 – 11
: menunjukkan nomor urut pendaftaran
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
a.
Kesimpulan
Untuk mendapakan izin edar di Indonesia, maka para pemohon harus
mengajukan berkas permohonan berupa data administrasi dan data teknis
beserta kelengkapannya sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesian No. 1191/MENKES/
PER/2010.
b.
Berkas pengajuan izin edar “PRODUK L” dinilai belum memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan dikarenakan masih ada beberapa berkas
yang belum dilengkapi, yaitu MSDS dari produk, alur proses produksi dan
kode produksi yang belum dijelaskan artinya masing-masing.
c.
Apoteker sebagai salah satu bagian dari tenaga profesi kesehatan dipercaya
memiliki pemahaman lebih tentang produk-produk alat kesehatan termsuk
diantaranya adalah alat diagnostik. Apoteker dapat berperan dalam
menentukan produk-produk alat kesehatan yang akan beredar di Indonesia
dengan menilai berkas pengajuan izin edar produk tersebut dan
memberikan izin edar berdasarkan pemahamannya terhadap alat kesehatan
tersebut.
5.2.
Saran
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan khususnya
Subdirektorat Penilaian Produk Diagnostik In Vitro dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga melakukan pengawasan lebih intensif lagi terhadap produk alat
kesehatan yang akan diedarkan di Indonesia sehingga masyarakat dapat
terlindungi dari produk kesehatan yang tidak aman, tidak bermutu, dan tidak
bermanfaat.
19
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
DAFTAR ACUAN
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Penanganan
Diagnostik In Vitro Dalam Rangka Menjamin Mutu. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Pedoman Penilaian Alat
Kesehatan/Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indoneseia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010a). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1144/MENKES/PER/VIII/ 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Kesehatan. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010b). Peraturan
Kesehatan Republik Indonesia No. 1190/MENKES/PER/VIII/ 2010
Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Menteri
Tentang
Tangga.
Jakarta:
National Archieves and Records Administration. (2007). Code of Federal
Regulation 21 Part 800 to 1299. Washington DC: Office of The Federal
Register National Archieves and Record Administration.
20
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
TABEL
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
22
Tabel 1. Persyaratan Data Teknis Pendaftaran Registrasi Alkes
Form
Kelas I
Lamp 1. Nama
bahan
baku
AA
/Komponen/bagian/Akseson dan alat
kesehatan atau formula (kualitatif
dan kuantitatif) serta fungsi setiap
bahan yang digunakan untuk alat
kesehatan
formulasi
seperti
pereaksi/produksi diagnostik.
2. ISO 13485/9001/ manufacturing
license Dalam negeri : ISO 13485/
9001/ pernyataan kesesuaian standar
3. Validasi proses sterilisasi (untuk
produk steril)
Lamp 1. Spesifikasi dan atau persyaratan
produk jadi
BB
2. Berikan spesifikasi kemasan (produk
diagnostik)
3. Batas kadaluarsa untuk alat kesehatan
steril dan pereaksi I produk
diagnostik in vitro
Kelas II (A & B)
1.Nama
bahan
baku
/Komponen/bagian/Akseson dan alat
kesehatan atau formula (kualitatif dan
kuantitatif) serta fungsi setiap bahan
yang digunakan untuk alat kesehatan
formulasi seperti pereaksi/produksi
diagnostik.
2.ISO 13485/9001/ manufacturing license
Dalam negeri : ISO 13485/ 9001/
pernyataan kesesuaian standar
3.Validasi proses sterilisasi (untuk produk
steril)
1. Spesifikasi dan atau persyaratan bahan
baku
2. Spesifikasi dan atau persyaratan produk
jadi
3. spesifikasi kemasan (produk diagnostik)
4. Data hasil uji analisis(spesifisitas,
sensitivitas dan stabilitas) untuk
pereaksi/produk diagnostik in vitro.
5. Batas kadaluwarsa untuk alat kesehatan
steril dan pereaksi I produk diagnostik
in vitro
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
Kelas III
Nama
bahan
baku
/Komponen/bagian/Akseson dan alat
kesehatan atau formula (kualitatif dan
kuantitatif) serta fungsi setiap bahan
yang digunakan untuk alat kesehatan
formulasi seperti pereaksi/produksi
diagnostik.
ISO 13485/9001/ manufacturing license
Dalam negeri : ISO 13485/9001/
pernyataan kesesuaian standar
Validasi proses sterilisasi (untuk produk
steril)
Berikan Spesifikasi dan atau persyaratan
bahan baku Berikan spesifikasi dan atau
persyaratan produk jadi
Berikan sertifikat analisa produk jadi
zat/bahan aktif
Berikan spesifikasi kemasan (produk
diagnostik)
Berikan data hasil uji analisis
(spesifisitas, sensitivitas dan stabilitas)
untuk pereaksi / produk diagnostik in
vitro.
Berikan batas kadaluwarsa untuk alat
kesehatan steril dan pereaksi I produk
diagnostik in vitro
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
23
Lamp
CC
Lamp
DD
6. Berikan data sifat dapat dipercaya
(Quality Assurance) atau hasil uji kilnis
dan keamanan alat kesehatan.
7. Data hasil uji farmakologi unt produk
yang mengandung obat
8. Data hasil uji biokompatibilitas
9. Risk management alat kesehatan
1. Berikan
keterangan
mengenal
kegunaan/manfaat/efikasi alat kesehatan
2. Berikan
keterangan
cara/petunjuk
penggunaan alat kesehatan (manual)
3. Berikan contoh Kode produksi dan
jelaskan artinya.
4. Lampirkan semua penandaan ( etiket,
wadah dan pembungkus, brosur, serta
tulisan Iainnya yang menyertai alat
kesehatan)
keterangan
mengenal
1. Berikan
keterangan
mengenal 1. Berikan
kegunaan/manfaat/efikasi alat kesehatan
kegunaan/manfaat/efikasi
alat
2. Berikan
keterangan
cara/petunjuk
kesehatan
penggunaan alat kesehatan (manual)
2. Berikan keterangan cara/petunjuk
penggunaan alat kesehatan (manual) 3. Berikan contoh Kode produksi dan
jelaskan artinya.
3. Berikan contoh Kode produksi dan
4. Lampirkan semua penandaan ( etiket,
jelaskan artinya.
wadah dan pembungkus, brosur, serta
4. Lampirkan
semua
penandaan
(etiket, wadah dan pembungkus,
tulisan Iainnya yang menyertai alat
brosur, serta tulisan Iainnya yang
kesehatan)
menyertai alat kesehatan).
1. Lampirkan buku Katalog dan pabrik 1. Lampirkan buku Katalog dan pabrik
1. Lampirkan buku Katalog dan pabrik
2. Lampirkan brosur berbahasa
2. Lampirkan brosur berbahasa Indonesia
2. Lampirkan brosur berbahasa Indonesia
Indonesia tentang kegunaan dan cara
tentang kegunaan dan cara penggunaan
tentang kegunaan dan cara penggunaan
penggunaan alat kesehatan.
alat kesehatan.
alat kesehatan.
3. Berikan contoh produk untuk alat
3. Berikan contoh produk untuk alat
3. Berikan contoh produk untuk alat
kesehatan seperti pembalut, plester
kesehatan seperti pembalut, plester dll.
kesehatan seperti pembalut, plester dll.
dll
**Khusus alat kesehatan yang berupa instrumen cukup melampirkan brosur dan manual yang berisi keterangan secara lengkap
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
24
Tabel 2. Kategori dan Subkategori Alat Kesehatan
No
Kategori
1. Peralatan kimia klinik dan
toksikologi klinik
2.
Peralatan
patologi
hematologi
dan
a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
3.
Peralatan imunologi
mikrobiologi
dan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
4.
Peralatan anestesi
5.
Peralatan kardiologi
6.
Peralatan gigi
7.
Peralatan telinga, hidung, dam
tenggorokan (THT)
8.
Peralatan
urologi
gastroenterologi-
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
Subkategori
Sistem tes kimia klinik
Peralatan laboratorium klinik
Sistem tes toksikologi klinik
Pewarna biologikal
Produk kultur sel dan jaringan
Peralatan dan asesori patologi
Pereaksi Penyedia Spesimen
Peralatan Hematologi Otomatis dan
Semi Otomatis
Peralatan Hematologi Manual
Paket dan Kit Hematologi
Pereaksi Hematologi
Produk
yang
digunakan
dalam
pembuatan sediaan darah dan sediaan
berasal dari darah
Peralatan Diagnostika
Peralatan Mikrobiologi
Pereaksi Serologi
Perlengkapan dan Pereaksi
Laboratorium Imunologi
Sistem Tes Imunologikal
Sistem Tes Imunologikal Antigen
Tumor
Peralatan Anestesi Diagnosti
Peralatan Anestesi Pemantauan
Peralatan Anestesi Terapetik
Peralatan Anestesi Lainnya
Peralatan Kardiologi Diagnostik
Peralatan Kardiologi Pemantauan
Peralatan Kardiologi Prostetik
Peralatan Kardiologi Bedah
Peralatan Kardiologi Terapetik
Peralatan Gigi Diagnostik
Peralatan Gigi Prostetik
Peralatan Gigi Bedah
Peralatan Gigi Terapetik
Peralatan Gigi Lainnya
Peralatan THT Diagnostik
Peralatan THT Prostetik
Peralatan THT Bedah
Peralatan THT Terapetik
Peralatan GU Diagnostik
Peralatan GU Pemantauan
Peralatan GU Prostetik
Peralatan GU Bedah
Peralatan GU Terapetik
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
25
9.
Peralatan rumah sakit umum
dan perorangan (RSU & P)
10. Peralatan Neurologi
11. Peralatan
obstetric
ginekologi (OG)
dan
12. Peralatan mata
13. Peralatan ortopedi
14. Peralatan kesehatan fisik
15. Peralatan radiologi
16. Peralatan bedah umum dan
bedah plastik
a.
b.
c.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
Peralatan RSU & P Pemantauan
Peralatan RSU & P Terapetik
Peralatan RSU & P Lainnya
Peralatan Neurologi Diagnostik
Peralatan Neurologi Bedah
Peralatan Neurologi Terapetik
Peralatan OG Diagnostik
Peralatan OG Pemantauan
Peralatan OG Prostetik
Peralatan OG BedahP
eralatan OG Terapetik
Peralatan Bantu Reproduksi
Peralatan Mata Diagnostik
Peralatan Mata Prostetik
Peralatan Mata Bedah
Peralatan Mata Terapetik
Peralatan Ortopedi Diagnostik
Peralatan Ortopedi Prostetik
Peralatan Ortopedi Bedah
Peralatan Kesehatan Fisik Diagnostik
Peralatan Kesehatan Fisik Prostetik
Peralatan Kesehatan Fisik Terapetik
Peralatan Radiologi Diagnostik
Peralatan Radiologi Terapetik
Peralatan Radiologi Lainnya
Peralatan Bedah Diagnostik
Peralatan Bedah Prostetik
Peralatan Bedah
Peralatan Bedah Terapetik
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
26
Tabel 3. Perbedaan Persyaratan Izin Edar Alkes Dalam dan Luar Negeri
No
Persyaratan
1.
2.
Sertifikat produksi
Quality Management System on Manufacturing untuk
kelas II dan III
Surat perjanjian kerjasama toll manufacturing jika
pendaftar memesankan produksi pada perusahaan lain
Surat perjanjian lisensi merk dan atau formula jika merk
dan formula berasal dari pihak lain
Paten merk yang dikeluarkan oleh Ditjen HAKI (jika
ada), atau surat pernyataan kepemilikan merk diatas
materai
Izin penyalur alat kesehatan
Surat keterangan telah beredar dan memenuhi
persyaratan di Negara asal (CFS/Certficate of Free
Sales)
Surat penunjukkan sebagai sole distributor dari
principal yang telah dilegalisir KBRI Negara asal
(LOA/Letter of Authorization)
Alat kesehatan kelas II dan III harus didukung oleh surat
keterangan telah beredar di Negara lain yang memiliki
sistem registrasi yang diakui international
Hasil uji yang diperlukan:
A. Alat suntik (sterilitas)
B. Dan lain-lain bila diperlukan
Alat kesehatan kelas I dapat didukung oleh CFS atau
sertifikat dari CE/TUV
Alat kesehatan radioaktif disertai dengan izin instalasi
dari BAPETEN
Mengisi lampiran AA, BB, CC, DD
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Dalam
Negeri
√
-
Impor
√
-
√
-
√
-
√
-
√
√
√
√
-
√
√
√
√
√
-
-
√
√
√
√
√
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
28
Lampiran 1. Alur Prosedur Permohonan Izin Edar
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
29
Lampiran 2. Brosur “PRODUK L”
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
30
Lampiran 3. Label “PRODUK L”
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
31
Lampiran 4. Hasil Pemeriksaan Permohonan Pendaftaran Alat Kesehatan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
32
Lampiran 5. Hasil Pemeriksaan Data Teknis
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
33
Lampiran 6. Hasil Pemeriksaan Data Teknis (Lanjutan)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yudho Prabowo, FMIPA UI, 2011
Download