BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudaya 2.2.1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Antarbudaya
2.2.1 Pengertian Komunikasi Antarbudaya
Pusat perhatian komunikasi1 terletak pada variasi langkah dan cara
manusia berkomunikasi melintasi komunitas manusia atau kelompok sosial.
Perlintasan komunikasi tersebut menggunakan kode-kode pesan, baik secara
verbal dan non verbal, yang secara alamiah digunakan dalam semua konteks
komunikasi.
Larry A.
Samovar2
dalam
bukunya
Understanding Intercultural
Communication menyatakan bahwa komunikasi antar etnik biasanya terjadi pada
situasi dimana komunikator dan komunikan yang memiliki kesamaan ras tetapi
berbeda asal usul etnik atau latar belakang. Ras3 merupakan sekelompok orang
yang ditandai dengan ciri-ciri biologis yang sama. Kemudian, kelompok etnik 4
adalah kelompok yang ditandai dengan bahasa dan asal usul yang sama.
Komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi antarpribadi yang
dilakukan oleh mereka yang berbeda latar belakang kebudayaan yang berbeda5.
Dalam komunikasi yang terjadi antara dua budaya yang berbeda itu, maka aspek
budaya seperti bahasa, isyarat nonverbal, sikap, kepercayaan, watak nilai dan
orientasi pikiran akan lebih banyak ditemukan sebagai perbedaaan yang besar
Alo Liliweri,2003,Makna budaya dalam komunikasi antarbudaya,Pustaka Pelajar,Yogyakarta,hal.12
Larry A.Samovar,Understanding Intercultural Communication (USA:Wadsworth Publishing Company,1981), hal.35
3
Dadan Anugrah dan Winny Kresnowati,2008,Komunikasi antar budaya:Konsep dan aplikasinya,Jala Permata
Aksara(Nalar ), hal 18
4
Ibid .18
5
Ibid hal.19
1
2
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
yang besar yang sering kali mengakibatkan terjadinya distorsi komunikasi.
Namun dalam masyarakat yang bagaimanapun berbeda kebudayaan, tetap akan
terdapat kepentingan-kepentingan bersama untuk melakukan komunikasi.6
Menurut
Andrea L. Rich dan Dennnis M. Ogawa7, komunikasi
antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaan.
Perbedaan budaya membuat banyak orang untuk saling berkomunikasi, untuk
saling mengenal budaya masing-masing daerah. Komunikasi yang dilakukan oleh
masing-masing individu akan mempunyai makna tersendiri dalam budaya.
Samovar dan Porter mengatakan bahwa8, Komunikasi antarbudaya terjadi
di antara produsen pesan dan penerima pesan yang latar belakang kebudayaannya
berbeda. Komunikator dan komunikan berasal dari budaya yang berbeda, mereka
saling berinteraksi untuk melakukan suatu proses komunikasi.
Sedangkan menurut Charley H. Dood9, Komunikasi antarbudaya
melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi, antar pribadi, dan
kelompok, dengan tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang
mempengaruhi perilaku komunikasi para peserta. Disini orang- orang saling
melakukan interaksi untuk bisa saling mengenal dan memahami karakter masingmasing individu/kelompok. Perilaku komunikasi yang timbul tentunya berbeda,
karena perbedaan budaya sangat mempengaruhi cara komunikasi seseorang.
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang diciptakan antar invidu
atau kelompok yang berbeda kepentingan dan latar belakang untuk saling
berkomunikasi dan saling mengenal kebudayaan masing-masing. Komunikasi
adalah transaksi. 10 Dengan transaksi dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan
suatu proses, bahwa komponen-komponennya saling terkait, dan bahwa para
6
Alex H.Rumondor,1995, Komunikasi antarbudaya.Universitas terbuka,Jakarta,hal.16
Dadan Anugrah dan Winny Kresnwati, Komuniasi Antarbudaya: Konsep dan Aplikasinya,h.20
8
Alo Liliweri,2007, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya,Pustaka Pelajar, Yogyakarta.hal 10
9
Ibid.hal 11
10
Joseph A. Devito,2011,Komunikasi antar manusia,Karisma,Tangerang selatan hal.47
7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan atau keseluruhan.
proses komunikasi antarbudaya sama dengan proses komunikasi lain, yakni proses
yang interaktif dan transaksional serta dinamis. 11
Berlangsungnya komunikasi antarbudaya adalah jika antara komunikator
dan komunikan mengadakan kesamaan makna/arti dengan orang yang diajak
komunikasi. Menurut Wilbur Schramm seperti yang dikutip oleh Roudhonah
menyatakan
“...komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan komunikator
cocok dengan kerangka acuan (frame of reference) yakni kumpulan pengalaman
dan makna (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh
komunikan,...” 12
Oleh karena itu, apabila antara komunikator dengan komunikan atau
antara salah satunya saja sudah saling mengerti perbedaan di antara masingmasing, maka komunikasi akan terjalin dengan baik. Mohammad Shoelhi dalam
bukunya “Komunikasi Internasional”.
Berdasarkan pemahaman – pemahaman diatas , komunikasi merupakan
salah satu cara untuk berinteraksi secara terarah dan terstruktur, terutama saling
toleransi diantara banyak budaya lain. Misalnya saja bahasa Indonesia, hampir
semua masyarakat di Indonesia menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional, mengingat di Indonesia tiap daerah mempunyai jenis bahasa yang
berbeda- beda. Dengan adanya bahasa Indonesia dapat menyatukan elemen
bangsa.
11
12
Alo Liliweri,2007, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya,Pustaka Pelajar, Yogyakarta.hal 24
Roudhonah,Ilmu komunikasi hal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
Kesimpulannya, komunikasi antar budaya merupakan suatu komunikasi
yang dapat memberikan gambaran untuk memahami karakteristik budaya yang
berbeda akan memberikan suatu metode komunikasi yang tepat untuk digunakan
dalam berinteraksi dengan orang lain yang memiliki kultur budaya yang berbeda.
2.1.2 Fungsi Komunikasi Antarbudaya
Ada beberapa fungsi dalam komunikasi antarbudaya, menurut
Mohammada Shoelhi
13
dalam bukunya " Komunikasi Internasional "
fungsi-fungsi komunikasi antarbudaya adalah sebagai berikut:
a. Fungsi identitas sosial
Dalam
komunikasi
antarbudaya
terdapat
berberapa
perilaku
komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas
diri maupun identitas sosial.
b. Fungsi kognitif
Tidak dapat dibantah bahwa komunikasi dapat menambah dan
memperkaya pengetahuan bersama.
c. Melepaskan diri
Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain sekedar untuk
melepaskan diri dari berbagai masalah yang menghimpit.
d. Integrasi sosial
Esensi dari integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan
antarpribadi, antarkelompok, namun, tetap mengakui perbedaanperbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur dalam kelompok sosial.
13
Mohammad Shoelhi,2009,Komunikasi Internasional persperktif Jurnalistik,Simbiosa Rekatama Media,Bandung hal.38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
e. Sosialisasi nilai
Tanpa disadari ketika ada pergelaran wayang golek atau tarian Jawa
atau pertunjukkan musik rock, di situ ada nilai-nilai yang
ditransformasikan kepada penonton.14
f. Pengawasan
Komunikasi juga berfungsi untuk melakukan pengawasan.
g. Menjembatani
Komunikasi juga berfungsi sebagai jembatan atas perbedaan antara
para peserta komunikasi yang saling berupaya menjelaskan
perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga hubungan dapat terjalin
dengan baik melalui simbol-simbol yang bermakna sama.
2.1.3. Unsur-Unsur Komunikasi Antarbudaya
Ada beberapa unsur- unsur
yang berkaitan dengan komunikasi
antarbudaya yang dapat diamati sebagai penentu keberhasilan komunikasi
tersebut,antara lain 15:
1. Sumber (source)
Sumber
adalah orang
yang
mempunyai kebutuhan untuk
berkomunikasi, atau dapat dikatakan sebagai pemberi pesan atau
komunikator.
14
15
ibid .hal 39
Deddy Mulyana & Jalaludin Rahmat. Komunikasi Antar Budaya Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang
Berbeda Budaya. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. 2006 hal 14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
2. Penyandian (encoding)
Penyandian adalah kegiatan internal seseorang untuk memilih dan
merangsang perilaku verbal dan non verbalnya yang sesuai dengan aturanaturan tata bahasa dan sintaksis guna menciptakan suatu pesan.
3. Pesan (message)
Pesan adalah hasil dari penyandian. Suatu pesan terdiri dari
lambang-lambang verbal atau non verbal yang mewakili perasaan dan
pikiran sumber pada suatu saat dan tempat tertentu. Pesan bersifat
eksternal bagi sumber, pesan adalah apa yang harus sampai dari sumber ke
penerima bila sumber bermaksud mempengaruhi penerima
4. Saluran (channel)
Saluran atau media merupakan penghubung antara sumber dan
penerima. Suatu saluran adalah alat fisik yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber yang kemudian diterima oleh
komunikan.
5. Penerima (receiver)
Penerima pesan atau komunikan adalah orang yang menerima
pesan dari komunikator atau sumber pesan dalam suatu proses kegiatan
komunikasi.
6. Penyandian balik (decoding)
Decoding adalah proses internal penerima dan pemberian makna
kepada perilaku sumber mewakili perasaan dan pikiran sumber, dalam
artian penyandian balik ini disebut dengan mengubah energi eksternal
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
menjadi pengalaman pengalaman yang bermakna. Maksudnya adalah,
ketika seorang komunikan menerima pesan dalam proses komunikasi,
pesan akan disandi atau dimaknai terlebih dahulu sebelum memberikan
respon balik terhadap komunikator sebagai sumber pesannya.
7. Respons penerima (receiver response)
Ini menyangkut apa yang penerima lakukan setelah ia menerima
pesan. Respons bisa beraneka ragam, bisa minimum bisa maksimum.
Respons minimum keputusan penerima mengabaikan pesan, sebaliknya
yang maksimum tindakan pesan yang segera, terbuka dan mungkin
mengandung kekerasan. Komunikasi dianggap berhasil bila respons
penerima mendekati apa yang dikehendaki oleh sumber.
8. Umpan balik
Informasi yang tersedia bagi sumber yang menginginkan menilai
keefektifan
komunikasi
yang
dilakukannya
untuk
mengadakan
penyesuaian-penyesuaian atau perbaikan-perbaikan dalam komunikasi
selanjutnya.
Selain unsur-unsur yang telah disebutkan di atas, unsur komunikasi
lainnya yang mampu menentukan keberhasilan suatu komunikasi antar budaya
adalah adanya unsur gangguan (noise). Pada umumnya gangguan dalam
komunikasi antar budaya biasanya lebih besar dibandingkan dengan komunikasi
dalam konteks satu kebudayaan. Perbedaan bahasa dapat menimbulkan gangguan
komunikasi bila masing-masing pelaku tidak memahami bahasa satu sama
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
lainnya, atau tata cara etiket yang berbeda juga dapat menimbulkan gangguan
dalam komunikasi antar budaya.
Menurut De vito16 , Dasar-dasar Komunikasi Antar budaya,
menggolongkan tiga macam gangguan:
a. Fisik, berupa interfensi dengan transmisi fisik isyarat atau pesan lain.
b. Psikologis-interfensi kognitif atau mental, misalnya prasangka dan bias
pada sumber-penerima-pikiran yang sempit
c. Semantik, berupa pembicara dan pendengar memberi arti yang
berlainan, misalnya orang berbicara dengan bahasa yang berbeda,
menggunakan
istilah yang terlalu rumit
dan tidak
dipahami
pendengar.16
Seorang yang sedang mengalami tekanan emosi, terutama saat sedang
dalam keadaan marah, sedih, ataupun kecewa umumnya akan lebih membutuhkan
obrolan yang dapat memotivasi atau setidaknya yang dapat mencairkan emosinya
daripada obrolan yang hanya dapat menambah tekanan pada psikisnya.
Terdapat dua jenis bentuk pengorganisasian masyarakat yang memengaruhi
komunikasi antarbudaya, di antaranya 1717:
a. Kebudayaan geografis di lingkungan batas-batas wilayah: negara, suku
bangsa, kasta, serta keagamaan dan sebagainya.
16
17
Alo Liliweri. Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. 2011 hal 25-31
Alex H. Rumondor, Komunikasi Antarbudaya, h. 64.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
b. Kebudayaan dalam kedudukan dan peranan sosialnya yang berkaitan
dengan cara-cara berperilaku, profesi dan ideologi tentunya. Kesemuanya
berpengaruh terhadap komunikasi antarbudaya
Hal tersebut mempengaruhi komunikasi antarbudaya yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat, tentunya dalam penyampaian pesan dari komunikator
ke komunikan.
2.1.4 Wujud-wujud Kebudayaan
2.1.4.1 Tiga Wujud Kebudayaan
A.L. Kroeber pernah menganjurkan untuk membedakan wujud
kebudayaan sebagai suatu sistem dari ide dan konsep dari wujud
kebudayaan sebagai suatu rangkaian dan aktivitas manusia yang berpola. 18
Serupa dengan J.J Honigmann yang dalam buku pelajaran antropologinya,
berjudul The World of Man ( 1959: hlm 11-12 ) membedakan adanya tiga “
gejala kebudayaan” , yaitu (1) idea, (2) activities, dan (3) artifacts,
pengarang berpendirian bahwa kebudayaan itu ada tiga wujudnya, yaitu :
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan,
nilai, norma, peraturan dan sebagaianya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas serta
tindakan berpola daru manusia dalam masyarakat
3. Wujud kebudayaan sebagai benda – benda hasil karya manusia
18
Koentjoroninngrat , 2015, pengantar ilmu antropologi, Rineka cipta hal 150
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak,
tidak dapar diraba atau di foto. Lokasinya ada di dalam kepala atau dengan
perkataan lain, dalam alam pikiran warga masyarakat tempat kebudayaan
bersangkutan itu hidup. Kalau warga masyarakat menyatakan gagasan mereka tadi
dalam tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal sering berada dalam karangan
dan buku- buku hasil karya para penulis warga masyarakat bersangkutan.
Sekarang kebudayaan ideal juga banyak tersimpan dalam disket, arsip, koleksi
microfilm dan microfish, kartu computer, silinder, dan pita computer.
Ide dan gagasan manusia banyak yang hidup bersama dalam suatu
masyarakat, memberi jiwa kepada masyarakat itu. Gagasan itu satu dengan yang
lain selalu berkaitan menjadi suatu system. Para ahli antropologi dan sosiologi
menyebutkan system ini sistem budaya atau culture system. Dalam bahasa
Indonesia terdapat juga istilah lain yang sangat tepat untuk menyebut wujud ideal
dari kebudayaan ini, yaitu adat atau adat – istiadat untuk bentuk jamaknya.
Wujud kedua dari kebudayaan disebut sistem sosial atau social system,
mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari
aktivitas – aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, dan bergaul satu
sama lain dari detik ke detik, dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun, selalu
menurut pola- pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai
rangkaian aktivitas manusi- manusia dalam suatu masyarakat, sistem sosial itu
bersifat konkret, terjadi disekeliling kita sehari- hari, bisa diobservasi, difoto, dan
didokumentasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Wujud ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik. Berupa seluruh
hasil fisik dan aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat.
Sifatnya paling konkret dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba,
dilihat, dan difoto. Ada benda-benda yang sangat besar sepert pabrik baja: ada
benda- benda yang amat komplek dan canggih, seperti computer berkapasitas
tinggi, atau benda-benda besar dan bergerak, suatu kapal tangki minyak , ada
bangunan hasil seni arsitek seperti suatu candi yang indah, atau ada pula bendabenda kecil seperti kain batik, atau lebih kecil lagi, yaitu kancing baju.
Ketiga wujud dari kebudayaan terurai tadi , dalam kenyataan kehidupan
masyarakat tertentu tidak terpisah satu dengan yang lain. Kebudayaan dan adatistiadat mengatur dan memberi arah kepada manusia. Baik pikiran-pikiran dan
ide-ide, maupun tidakan dan karya manusia, menghasilkan benda-benda
kebudayaan fisiknya. Sebaliknya, kebudayaan fisik membentuk suatu lingkungan
hidup tertentu yang makin lama makin menjauhkan manusia dari lingkungan
alamiahnya sehingga mempengaruhi pula pola- pola perbuatannya, bahan juga
cara berfikirnya.
Sesungguhnya ketiga wujud dari kebudayan tadi saling berkaitan tetapi utk
keperluan analisis perlu diadakan pemisahan antara tiap-tiap wujud itu. Hal ini
sering dilupakan, tidak hanya dalam diskusi-diskusi atau dalam pekerjaan seharihari ketiga wujud dari kebudayaan tadi sering dikacaukan, tetapi juga dalam
analisis ilmiah oleh para sarjana yang menanamkan dirinya ahli kebudayaan atau
ahli masyarakat, dan sering tidak dapat dibuat pemisahan yang tajam antara ketiga
hal terurai tadi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
2.2 Simbol Dan Makna Simbol
2.2.1 Pengertian Simbol
Simbol atau lambang tanpa kita sadari sering digunakan dalam
kehidupan sehari- hari. Dalam simbol tersebut tentunya mengandung
suabuah makna yang biasanya sudah dipahami bersama.
" Simbol” berasal dari kata Yunani Symbolos artinya tanda atau ciri
yang memberitahukan sesuatu hal kepada orang lain
19
. Kamus Logika
(Dictionary Of Logic) The Liang Gie20 menyebutkan bahwa simbol adalah
tanda buatan yang bukan berwujud kata-kata untuk mewakili atau
menyingkat suatu artian apapun.
Simbolis
21
berarti
perlambang,
sedangkan
kata
makna
mengandung pengertian tentang arti atau maksud tertentu, Jadi simbol
merupakan bentuk lahiriah yang mengandung maksud, sedangkan makna
adalah arti yang terkandung di dalam lambang tertentu. Dengan demikian
simbol dan makna merupakan dua unsur yang berbeda tetapi saling
berkaitan bahkan saling melengkap. Kesatuan simbol dan makna akan
menghasilkan suatu bentuk yang mengandung maksud. Lambang dan
simbol juga merupakan manifestasi atau pembabaran langsung yang
bertumpu pada penghayatan terhadap jiwa dan raga yang mempunyai
bentuk serta watak dengan unsurnya masing-masing, dan sebagai wujud
pembabaran batin seseorang yang dapat berupa hasil karya seni.
Budiono Herussanto,1987,simbolisme dalam Budaya Jawa,PT Hanindita ,Yogyakarta.hal 10
ibid.hal 10
21
Poerwadarminta,1991,kamus umum bahasa Indonesia ,Perum penerbitan dan percetakan balai pustaka ,Jakarta.hal 947624
19
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Soeprapto22 melihat simbol sebagai obyek sosial dalam suatu
interaksi, ia digunakan sebagai perwakilan dan komunikasi yang
ditentukan oleh orang-orang yang menggunakannya orang tersebut
memberi arti, menciptakan dan mengubah obyek fisik (benda-benda),
kata-kata (untuk mewakili obyek fisik, perasaan, ide-ide dan nilai-nilai)
serta tindakan yang dilakukan orang untuk memberi arti dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Pada dasarnya segala bentuk-bentuk
upacara yang dilaksanakan oleh manusia adalah sebuah bentuk
simbolisme, maksud dan makna upacara itulah yang menjadi tujuan
manusia untuk memperingatinya.
Sedangkan Turner dalam Wartaya23 melihat begitu pentingnya peranan,
simbol-simbol dalam masyarakat karena sistem simbol merupakan simbol
dimana sipemilik kebudayaan menemukan dan mewariskan kebudayaan dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Penggunaan simbol inilah yang
membedakan proses belajar
manusia dengan binatang
karena manusia
menciptakan dan memanfaatkan berbagai simbol dalam kehidupannya.
Dalam ritual keagamaan yang periodik menurut Durkeimhkan, masyarakat
dalam kelompok sosial mengukuhkan kembali dirinya dalam perbuatan simbolik
yang merupakan sikapnya, yang dengan itu memperkuat masyarakat itu sendiri,
selain itu ritus keagamaan juga merupakan transformasi simbolis dari
pengalaman-pengalaman yang tidak dapat diungkapkan dengan tepat oleh media
lain. Karena berasal dari kebutuhan primer manusia, maka ritual keagamaan yang
22
23
Riyadi Soeprapto,Pengantar ilmu komunikasi 2001 hal.34
victor tuner ,1967,The forest of sysmbols and the ritual process,Jakarta hal.34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
penuh dengan simbolisme tersebut merupakan kegiatan yang spontan dalam arti
betapapun peliknya, ritus keagamaan betapapun peliknya, ritus keagamaan lahir
tanpa ada niat, tanpa disesuaikan dengan suatu tujuan yang didasari
pertumbuhannya tanpa rancangan, polanya benar-benar alamiah.
Dalam menginterpretasi suatu simbol, Tuner 24 (1967:50-51)
mengungkapkan adanya tiga dimensi arti simbol, yaitu:
1. Tingkat dimensi eksegenetik, interpretasi masyarakat bumi pemakai simbol.
Tingkat ini dinamakan juga sebagai tingkat penafsiran makna. Penafsiran
makna diperoleh dari informan-informan pemilik simbol tentang tingkah laku
upacaranya. Disini harus dibedakan lagi antara informasi yang diberikan oleh
mereka yang ahli dan orang awam, juga diperlukan kehati-hatian untuk
memastikan apakah suatu penjelasan yang diberikan benar-benar bersifat
mewakili atau hanya suatu pandangan personal saja.
2. Tingkat makna operasional.
Pada tingkat ini kita tidak boleh hanya mendengar apa yang dikatakan oleh
sipemilik simbol tentang makna suatu simbol, tetapi mengamati apa yang sedang
mereka lakukan. Peranan interpretasi dari pihak peneliti diperlukan hal ini
dikarenakan ada hal-hal yang tidak diungkapkan secara benar, sebab kadangkadang mereka tidak sungguh melakukannya, bisa saja orang memanipulasi
simbol-simbol yang mereka ciptakan. Tingkat makna operasional ini berkaitan
dengan
problem-problem
dinamika
sosial.
Pengamat
tidak
hanya
mempertimbangkan simbol-simbol, tetapi juga struktur masyarakat yang diamati.
24
Ibid hal.50-51
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Disini akan tampak bahwa simbol itu mengandung penggambaran atau penjelasan
budaya masyarakat pelaku masyarakat pemangku masyarakat tersebut.
3. Tingkat makna posisional.
Pada tingkat ini makna suatu simbol upacara dilihat secara totalitas,
berhubungan dengan simbol yang lain yang elemen-elemennya memperoleh arti
dari sistem sebagai suatu keseluruhan, ini berhubungan dengan sifat simbol yang
polisemi atau multi vocal, yaitu bahwa suatu simbol mempunyai keanekaan
makna, tetapi berdasarkan atas konteksnya mungkin penting untuk menekankan
suatu atau beberapa makna saja.
Ketiga tingkatan simbol ini dipakai semuanya, sebab ketiganya saling
menunjang dan melengkapi. Pendekatan lain yang digunakan oleh Turner disebut
sebagai “Procesual symbology”, yaitu kajian mengenai bagaimana simbol
menggerakkan tindakan sosial dan melalui proses yang bagaimana simbol
memperoleh dan memberikan arti kepada masyarakat dan pribadi, lewat
pendekatan ini kita melihat bagaimana masyarakat menjalankan,melanggarkan
dan memanipulasi norma-norma dan nilai-nilai yang diunkapkan oleh simbol
untuk
kepentingan
mereka,
pendekatan
ini
memungkinkan kita
untuk
mengungkapkan arti-arti simbol dan selanjutnya mengetahui pikiran atau ide-ide
mereka.
Sebagai suatu media komunikasi simbol dan makna simbol bertujuan
untuk memberikan informasi, mempersuasi atau bahkan menghibur. Dalam hal ini
media berperan sebagai jembatan yang menghubungkan antar budaya yang satu
dengan budaya lain,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
2.3
Komunikasi Ritual
2.3.1 Definisi Komunikasi Ritual
Pola komunikasi yang dibangun dalam pandangan ritual25 adalah
sacred ceremony (upacara sakral/suci) dimana setiap orang secara
bersama-sama bersekutu dan berkumpul (fellowship and commonality).
Senada dengan hal ini, Radford menambahkan, pola komunikasi dalam
perspektif ritual bukanlah si pengirim mengirimkan suatu pesan kepada
penerima, namun sebagai upacara suci dimana setiap orang ikut
mengambil bagian secara bersama dalam bersekutu dan berkumpul
sebagaimana halnya melakukan perjamuan kudus. Dalam pandangan
ritual, yang lebih dipentingkan adalah kebersamaan masyarakat dalam
melakukan doa, bernyanyi dan seremonialnya.
Perspektif ini kemudian memahami komunikasi sebagai suatu
proses melalui mana budaya bersama diciptakan, diubah dan diganti.
Dalam konteks antropologi, komunikasi berhubungan dengan ritual dan
mitologi. Sedangkan dalam konteks sastra dan sejarah, komunikasi
merupakan seni (art) dan sastera (literature). Komunikasi ritual pun tidak
secara langsung ditujukan untuk menyebarluaskan informasi atau
pengaruh tetapi untuk menciptakan,
menghadirkan kembali, dan
merayakan keyakinan-keyakinan ilusif yang dimiliki bersama.
25
Gary ,Radford, Wadsworth, , 2005, On The Philosophy of Communication Belmont hal.15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Komunikasi ritual dalam pemahaman McQuail26 disebut pula
dengan istilah komunikasi ekspresif. Komunikasi dalam model yang
demikian lebih menekanka akan kepuasan intrinsic ( hakiki ) dari pengirim
atau penerima ketimbang tujuan –tujuan instrumental lainnya. Komunikasi
ritual atau ekspresif bergantung pada emosi dan pengertian bersama.
komunikasi ritual sebagai fungsi dari komunikasi, Komunikasi
ritual sangat erat kaitannya dengan kehidupan sosial - budaya, dimana
fungsi ini merupakan salah satu simbol yang menjadi ciri khas atau
karakteristik suatu bangsa. Maka, melalui komunikasi ritual ini, paling
tidak kita bisa sedikit diajak untuk bereksplorasi dalam upaya memperoleh
pemahaman mengenai suatu kebudayaan tertentu. Komunikasi ritual
sering kita jumpai pada ritus-ritus perayaan upacara adat, acara
keagamaan, acara syukuran, acara pernikahan dan lain sebagainya.
2.3.2 Ciri-ciri komunikasi ritual
Beberapa ciri-ciri komunikasi ritual menurut Hamad27 dalam
memahami komunikasi ritual, menguraikan ciri-ciri komunikasi ritual
sebagai berikut:
1. Komunikasi ritual berhubungan erat dengan kegiatan berbagi,
berpartisipasi, berkumpul, bersahabat dari suatu komunitas yang
memiliki satu keyakinan sama.
McQuail, Denis,2000, McQuail's Mass communication theory.,London, thousand oaks,Sage publications ,New delhi hal
54
27
Ibnu Hamad,2006,communication as discourse.makalah.Jakarta hal 2-3
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
2. Komunikasi tidak secara langsung ditujukan untuk transmisi pesan
namun untuk memelihara keutuhan komunitas.
3. Komunikasi yang dibangun juga tidak secara langsung untuk
menyampaikan atau mengimpartasikan informasi melainkan untuk
merepresentasi
atau
menghadirkan
kembali
kepercayaan-
kepercayaan bersama masyarakat.
4. Pola komunikasi yang dibangun ibarat upacara sakral/suci dimana
setiap orang secara bersama-sama bersekutu dan berkumpul
(misalnya melakukan doa bersama, bernyanyi dan kegiatan
seremonial lainnya).
5. Penggunaan bahasa baik melalui artifisial maupun simbolik
(umumnya dalam wujud tarian, permainan, kisah, dan tutur lisan)
ditujukan untuk konfirmasi,
menggambarkan sesuatu yang
dianggap penting oleh sebuah komunitas, dan menunjukkan
sesuatu yang sedang berlangsung dan mudah pecah dalam sebuah
proses sosial.
6. Seperti halnya dalam upacara ritual, komunikan diusahakan terlibat
dalam drama suci itu, dan tidak hanya menjadi pengamat atau
penonton.
7. Agar komunikasi ikut larut dalam proses komunikasi maka
pemilihan simbol komunikasi hendaknya berakar dari tradisi
komunitas itu sendiri, seperti hal-hal yang unik, asli dan baru bagi
mereka.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
8. Komunikasi ritual atau komunikasi ekspresif bergantung pada
emosi atau perasaan dan pengertian bersama warga. Juga lebih
menekankan akan kepuasan intrinsic (hakiki) dari pengirim atau
penerima.
9. Pesan yang disampaikan dalam komunikasi ritual bersifat
tersembunyi
(ambiguous),
(latent),
dan
tergantung
membingungkan/bermakna
pada
asosiasi
dan
ganda
simbol-simbol
komunikasi yang digunakan oleh suatu budaya.
10. Antara media dan pesan agak sulit dipisahkan. Media itu sendiri
bisa menjadi pesan.
11. Penggunaan simbol-simbol ditujukan untuk mensimbolisasi ideide dan nilai-nilai yang berkaitan dengan keramah-tamahan,
perayaan atau upacara penyembahan dan persekutuan.
Jadi jelaslah bahwa dalam konteks komunikasi ritual, ketiga
elemen (komunikasi, komuni/perayaan, dan kebersamaan) saling
berkaitan. Komunikasi yang dibangun berkaitan erat dengan upacara
atau kegiatan komuni/penyembahan suatu komunitas. Sebagaimana
suatu komuni, biasanya dilakukan warga suatu komunitas secara
bersama-sama
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
2.3.3 Fungsi Komunikasi ritual
Komunikasi ritual28 adalah komunikasi simbolik yang biasanya
dilakukan secara kolektif. Seperti peringatan hari jadi, peringatan budaya
dan sebagainya. Kegiatan ritual memungkinkan para pesertanya berbagi
komitmen emosional dan menjadi perekat bagi kepaduan mereka, juga
sebagai pengabdian kepada kelompok, Artinya komunikasi ritual
berhubungan langsung pada suatu keyakinan, ideologi dan kesamaan
emosi sesama komunitasnya. Sehingga terbentuk buatu kesamaan yang
menjadi ciri khas dan karakteristik yang berbeda dengan kebudayaan lain.
2.4 Etnografi Komunikasi
Etnografi merupakan suatu suatu teori yang menjelaskan dan
memahami tentang perilaku komunikasi dalam kebudayaan tertentu.
Sehingga saat penjelasannya terbatas pada suatu konteks tempat dan waktu
tertentu. Menurut Kuswaryo
29
, etnografi komunikasi adalah pengkajian
peranan bahasa dalam perilaku komunikasi suatu masyarakat, yaitu caracara bagaimana bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang berbedabeda kebudayaannya.
Etnografi komunikasi secara terperinci berusaha mengenali polapola kelakuan suatu suku bangsa dalam suatu etnografi tertentu. Biasanya
dengan melihat penggunaan bahasa secara umum dan dihubungkan dengan
nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam suatu masyarakat.
Deddy, Mulyana ,2004 ,Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya.
Bandung : PT Remaja Rosidakarya hal.27
29
Kuswarno,Engkus. 2008.Etnografi komunikasi: Suatu pengantar dan contoh penelitiannya. Bandung: Widya Padjajaran
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Seorang Etnografer akan cenderung lebih banyak belajar dari
masyarakat pemilik kebudayaan yang menjadi obyek penelitiannya, sebab
untuk mendeskripsikan berbagai peristiwa di dalam suatu kebudayaan di
dalam masyarakat; bahasa, tingkah laku, simbol-simbol, artifak dan adat
kebiasaan seorang etnografer harus bisa merasakan dan mengalaminya
sebagai obyek penelitian dari apa yang ditelitinya.
Berdasarkan konsep tersebut, Blummer menawarkan tiga premis sebagai landasan
teori dari etnografi yaitu
30:
a. Manusia melakukan berbagai hal atas dasar makna yang diberikan oleh
berbagai hal kepada mereka. (orang, kerumunan orang, berinteraksi atas
dasar makna yang terkandung dalam diri mereka sedangkan lokasi, waktu,
tingkah laku, alat adalah simbol yang mempunyai makna khusus)
b.
Makna berbagai hal berasal dari interaksi sosial seseorang dengan
orang lain.
c. Makna ditangani atau dimodifikasi melalui suatu proses penafsiran yang
digunakan oleh orang dalam kaitannya dengan berbagai hal yang dihadapi.
Adapun tujuan menggunakan pendekatan etnografi berguna untuk
memahami rumpun masyarakat tertentu sehingga dengan adanya kajian etnografi
30
Spradley James. P. The Ethnographic Interview. New York; Random House. 1997 hal 7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
ini dapat memberikan informasi teori-teori ikatan budaya,memahami masyarakat
yang kompleks, serta memahami prilaku manusia
2.5 Kerangka pemikiran
Etnografi memfokuskan kajiannya pada perilaku- perilaku komunikasi
yang didalamnya melibatkan bahasa dan budaya. Beberapa komponen
komunikasi misalnya saja bahasa. Bahasa memiliki banyak ragam, termasuk
simbol-simbol yang ada dalam suatu kebudayaan. Penggunaan bahasa dalam
suatu interaksi yang melibatkan simbol-simbol tertentu , atau disebut interaksi
simbolik .
Interaksi simbolik menjelaskan tentang hubungan antara bahasa dan
komunikasi, hal ini serupa dengan etnografi komunikasi yang melibatkan
keduanya. Didalamnya juga menjelaskan adanya hubungan perilaku
manuasia, hubungan antara simbol-simbol yang dapat di komunikasikan.
Secara konseptual, Upacara adat Sekaten di Karaton Ngyogyakarta
Hadiningrat Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai suatu event kebudayaan
yang dapat dipolakan sebagai media komunikasi berdasarkan tinjauan
Etnografi komunikasi terkait dengan pemaknaan simbol yang digunakan
sebagai salah satu media komunikasi tradisional.
Untuk lebih jelas kerangka pemikiran dalam kajian penelitian ini
terkait dengan pemaknaan simbol upacara adat Sekaten sebagai media
komunikasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Alur pemikiran peneliti
Sumber : Kerangka Pemikiran Komunikasi Ritual Upacara Sekaten
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download