BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kromium (Cr) merupakan logam transisi, yang digunakan dalam industri penyamakan kulit dan pelapisan logam, untuk pengawetan kayu, dan sebagai pewarna dalam industri tekstil dan keramik (Marchese et al. 2008). Penggunaan logam tersebut mengakibatkan Cr dapat terkandung dalam limbah cair industri. Pelepasan limbah cair ke lingkungan perairan tanpa melalui proses pengolahan limbah yang lengkap, dapat meningkatkan konsentrasi logam tersebut (Parlak et al. 1999). Konsentrasi Cr di lingkungan perairan alami sekitar 1-10 µg L-1 (Dodds 2002; Eisler 1986). Pada lingkungan perairan, Cr umumnya ditemukan dalam bentuk ion Cr3+ dan Cr6+. Krom tersebut dapat terjadi dalam bentuk kation bebas dan berasosiasi dengan partikel tersuspensi. Kerang air tawar meng-uptake Cr langsung dari air, baik dalam bentuk terlarut maupun yang berasosiasi dengan partikel makanan. Logam dapat masuk ke dalam tubuh suatu organisme melalui difusi pasif, transport aktif intra/ antar sel maupun endositosis (Veltman et al. 2008). Logam tersebut selanjutnya dapat terdistribusi dan terakumulasi di antara organ dan jaringan (Fisher et al. 1996; Marchese et al. 2008; Palaniappan and Karthikeyan 2009; Parlak et al. 1999). Besarnya akumulasi logam yang masuk ke dalam jaringan/ organ dipengaruhi oleh tingkat absorpsi dan eliminasi logam tersebut (Veltman et al. 2008). Bagi organisme, Cr3+ merupakan kofaktor yang diperlukan dalam metabolisme glukosa, lipid, dan protein (Eisler 1986; Hazra dan Chaudhuri 2002). Tetapi pada konsentrasi tinggi, Cr3+ bersifat toksik. Bentuk ion Cr6+ diketahui bersifat paling toksik, mempunyai kelarutan yang tinggi dalam air, dan agen oksidasi kuat yang dapat menyebabkan kerusakan membran sel (Marchese et al. 2008). Interaksi antara Cr dengan DNA dapat menyebabkan beberapa perubahan struktur DNA, seperti modifikasi basa DNA, ikatan DNA menjadi rusak, depurinasi, dan pindah silang (Steinert et al. 1998). 3 Kerang telah digunakan sebagai hewan uji dalam penelitian ekotoksikologi, karena bersifat filter-feeder dan mempunyai pergerakan yang terbatas, sehingga dapat mengakumulasi logam yang ada di lingkungan sekitarnya (Kurnia et al. 2010; Liu et al. 2010). Kemampuan kerang dalam mengakumulasi suatu bahan pencemar tertentu dapat menimbulkan berbagai efek toksik tertentu, tergantung dari bahan pencemar yang terakumulasi. Kadar polutan terlarut dapat menyebabkan kondisi lethal sampai sub-lethal dalam populasi organisme, seperti lambatnya membuka cangkang. Selain itu terdapat agen perantara berupa genotoksik yang menyebabkan perubahan pada genom sel sehingga memicu terbentuknya mutasi dan tumor (Villela et al. 2006). Tingkat kerusakan DNA yang dapat dilihat adalah kerusakan DNA genom yang terjadi pada sel somatik, apabila terjadi pada alat reproduksi maka akan terjadi mutasi (Steinert et al. 1998). Efek pemaparan Cr dalam penelitian ini perlu diketahui seberapa besar kerusakan DNA, khususnya untuk DNA genom sel insang. Penelitian ini menggunakan kerang air tawar A. woodiana yang diberi perlakuan menggunakan logam Cr. Hasil yang diamati adalah distribusi dan bioakumulasi Cr pada organ tertentu dari A. woodiana serta tingkat kerusakan DNA genom sel insang akibat efek toksik yang ditimbulkan. B. Perumusan Masalah Krom merupakan salah satu logam yang dalam konsentrasi tinggi dapat bersifat toksik bagi organisme. Konsentrasi logam tersebut cenderung mengalami peningkatan di ekosistem perairan air tawar, akibat masuknya buangan limbah yang mengandung Cr. Anodonta woodiana merupakan salah satu komponen penting dalam rantai makanan ekosistem perairan air tawar, khususnya ekosistem sungai. Penelitian tentang distribusi dan bioakumulasi logam Cr dan efeknya terhadap kerusakan DNA genom sel insang A. woodiana belum banyak dilakukan. Informasi mengenai distribusi, bioakumulasi, dan efek logam Cr pada kerang tersebut dapat memberikan gambaran mekanisme uptake dan detoksifikasi serta toksisitas logam tersebut (Croteau and Luoma 2005). Beberapa organ serta lokasi yang penting untuk diketahui tingkat akumulasinya adalah cairan ekstra 4 pallial (EPF), cairan hemolimfa (HML), insang, otot adductors, mantel, kaki, intestinum, dan ginjal. Akumulasi logam Cr ini menimbulkan efek toksik tertentu, sehingga dapat pula menimbulkan kerusakan DNA genom sel, salah satunya pada organ insang A. woodiana. Dalam penelitian ini dapat dibangun pertanyaan ilmiah, yakni bagaimana distribusi dan bioakumulasi logam Cr di tiap organ pada kerang A. woodiana? Bagaimana efek toksik logam Cr terhadap kerusakan DNA genom sel insang A. woodiana? C. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mempelajari distribusi dan bioakumulasi Cr pada Anodonta woodiana. 2. Mempelajari efek logam Cr pada kerusakan DNA genom sel insang. D. Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah dapat diketahui kemungkinan mekanisme uptake dan detoksifikasi Cr, organ/ jaringan yang mudah mengakumulasi Cr, dan besarnya efek toksik Cr pada Anodonta woodiana. Hal ini dapat memberikan informasi seberapa besar pengaruh akumulasi Cr terhadap tingkat kerusakan DNA genom sel yang ditimbulkan akibat toksisitas logam Cr, khususnya pada organ insang. Kerusakan DNA genom sel yang diamati bersifat kualitatif, sehingga mampu menggambarkan secara umum seberapa besar pengaruh Cr terhadap kerusakan struktur ikatan DNA genom sel yang terfragmentasi. 5