Dituding Tak Peduli Konsumen Rokok, Berikut Tanggapan YLKI

advertisement
2016/8/24 Dituding Tak Peduli Konsumen Rokok, Berikut
Tanggapan YLKI
JAKARTA – Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menanggapi
tudingan yang selalu disampaikan oleh kalangan pro tembakau. Tudingan
tersebut menilai YLKI sering diklaim sebagai lembaga yang tidak peduli
pada konsumen perokok. Padahal YLKI seharusnya melindungi konsumen
perokok, bukan malah mendukung kenaikan harga rokok.
Ketua pengurus harian YLKI, Tulus Abadi menegaskan lembaganya tentu
sangat perhatian kepada konsumen perokok, bahkan bagi calon perokok.
Menurut Tulus, bentuk kepedulian dan perlindungan YLKI terhadap
konsumen perokok/calon perokok tidak bisa disamakan dengan komoditas
seperti makanan, minuman, obat-obatan atau bahkan sektor jasa.
Adapun Rokok, bagi YLKI bukan seperti produk lazimnya sebagaimana
makanan dan minuman. Bahkan oleh pemerintah rokok justru dikenai cukai
tak seperti produk makanan dan minuman yang umumnya dikenai pajak
normal.
“Rokok itu produk tidak normal, terbukti rokok dikenakan cukai
sebagai“sin tax”atau pajak dosa. Sedangkan pada komoditas
normal seperti makanan, minuman, jasa dikenai pajak, bukan cukai,
padahal pajak berbeda dengan cukai,” kata Tulus Abadi dalam
keterangan tertulisnya, Selasa (23/8/2016).
Tulus lantas mempertanyakan kenapa mesti ada pajak dosa pada rokok, hal
ini dikarenakan rokok menimbulkan dampak eksternalitas negatif bagi
konsumennya, bahkan bagi perokok pasif dan lingkungan.
Oleh karena itu, bagi YLKI sebagai bentuk kepedulian serta perlindungan
YLKI terhadap perokok adalah agar tidak makin terperosok oleh dampak
negatif rokok. YLKI menilai jika kemudian dikenakan harga mahal, maka
akan dibatasi penjualannya, berikan peringatan kesehatan bergambar,
larang total iklan dan promosinya termasuk tegakkan kawasan tanpa
rokok.
“Jadi terkait wacana harga rokok Rp 50.000/bungkus, YLKI setuju
dan bahkan mendorong, sebagai bentuk kepedulian YLKI untuk melindungi
konsumen perokok, dan atau non perokok, terutama di kalangan masyarakat
menengah bawah, anak-anak dan remaja,” ujarnya.
Sumber: Erabaru
Download