TINJAUAN PUSTAKA Anggrek Dendrobium

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Anggrek Dendrobium
Anggrek termasuk golongan Monocotyledoneae dan family Orchidaceae.
Famili ini terdiri atas 900 genus dan lebih dari 25,000 spesies (Llmas, 2003).
Dendrobium adalah salah satu genus anggrek terbesar yang terdapat di dunia.
Anggrek Dendrobium ditemukan pada tahun 1,800 oleh seorang ahli botani yang
terkenal yaitu Olof Swartz. Dendrobium berasal dari bahasa latin, Dendron yang
berarti pohon dan Bios yang berarti hidup, sehingga Dendrobium berarti hidup di
pohon (Williams et al., 1989)
Anggrek Dendrobium sebagian besar bersifat epifit yaitu tumbuh
menumpang pada batang pohon lainnya tetapi tidak merugikan pohon yang
ditumpanginya. Anggrek Dendrobium membutuhkan naungan dari cahaya
matahari sebesar 50 - 70%. Selain itu, ada juga beberapa spesies yang hidup litofit
yaitu tumbuh menempel pada batu serta ada juga yang bersifat terestrial atau
hidup dengan mengambil nutrisi dari dalam tanah (Williams et al.,1989).
Anggrek memiiki dua jenis pola pertumbuhan yaitu monopodial (tegak) dan
simpodial (menjalar). Anggrek Dendrobium bertipe simpodial yaitu anggrek
dengan pertumbuhan ujung batang terbatas. Setelah mencapai batas maksimum,
pertumbuhan batang akan berhenti. Pertumbuhan akan dilanjutkan oleh anakan
baru yang tumbuh disampingnya. Anggrek simpodial memiliki suatu penghubung
yang disebut rizom atau batang di bawah tanah. Pertumbuhan tunas baru berasal
dari rizom. Bentukan antara rizom dan daun disebut pseudobulb yang berarti bulb
palsu. Pseudobolb ini ukurannya bervariasi demikian juga bentuknya. Batang
jenis anggrek Dendrobium memiliki bentuk menggelembung, berdaging, dan
terdapat nodus tempat menempelnya daun dan bunga.
Daun anggrek Dendrobium berbentuk lanset dan agak kaku, hanya terdapat
pada bagian atas umbi semu. Ujung daunnya meruncing dan terkadang berbelah
dua, panjang daun berkisar 2 - 10 cm. Daun tumbuh pada tiap nodus dimana
setiap nodus terdapat satu helai daun. Daun anggrek terletak saling berhadapan
satu sama lain (Gunadi, 1977).
5
Bunga anggrek Dendrobium termasuk bunga biseksual dimana putik dn
benang sari terdapat dalam satu buga yang terdiri dari dua lingkaran (Paul, 1963).
Lingkaran luar berbentuk sepal atau kelopak bunga dan lingkaran dalam yang
berbentuk petal atau mahkota bunga. Satu petalnya bediferensisi menjadi labelum
(struktur seperti bibir). Labelum anggrek umumnya berwarna lebih cerah daripada
sepal dan petal. Pada labelum terdapat gumpalan-gumpalan seperti massa sel
(kalus) yang mengandung protein, minyak dan zat pewangi yang berfungsi untuk
menarik serangga hinggap pada bunga dan membantu proses polinasi
(penyerbukan). Sandra (2005) menyatakan bahwa umumnya bunga muncul pada
tunas ujung atau apikal, namun pada tanaman dewasa bunga muncul diketiak
daun.
Petal
Sepal dorsal
Columna/tugu
Labelum
Sepal Lateral
Gambar 1. Struktur bunga anggrek
Akar anggrek Dendrobium berbentuk silindris, berdaging, lunak dan mudah
patah dengan ujung akar yang licin dan sedikit lengket karena mempunyai
velamen yang terdiri dari beberapa lapis sel (sel-sel korteks) yang berongga dan
transparan. Velamen tersebut berfungsi melindungi akar dari kehilangan air
selama proses penguapan, menyerap air, melindungi bagian dalam akar dan
membantu melekatnya akar pada benda-benda yang ditumpanginya. Hanya pada
bagian ujung akar inilah air dan hara dapat diserap dan disalurkan ke dalam
jaringan tanaman (Darmono, 2007).
Buah anggrek berbentuk kapsular atau dalam dunia botani dikenal sebagai
kotak berbelah enam dengan tiga karpel. Biji–biji anggrek tidak memiliki
endosperma sehingga terjadinya perkecambahan diperlukan tambahan nutrisi dari
dalam dan lingkungan serta membutuhkan bantuan jamur yang disebut
6
“mycorhyza” yang bersimbiosis dengan biji– biji anggrek tersebut. Dalam kondisi
lingkungan yang sesuai hifa mycorhyza akan menembus embrio anggrek melalui
sel suspensor. Jamur tersebut dicerna sehingga terjadi pelepasan nutrisi sebagai
tambahan energi untuk pertumbuhkembangan kecambah anggrek tersebut
(Darmono, 2007).
Bunga anggrek Dendrobium memiliki beberapa sifat yang baik untuk
dijadikan sebagai bunga potong. Anggrek Dendrobium merupakan anggrek yang
berasal dari Indonesia sehingga sesuai dengan iklim Indonesia, terutama daerah
ketinggian sedang. Selain itu, keadaan Indonesia sesuai dengan photoperiodicity
sehari-hari yang dibutuhkan oleh Dendrobium. Plasma nutfahnya banyak di
Indonesia dan Dendrobium termasuk anggrek yang mudah disilangkan sehingga
memungkinkan dihasilkan silangan baru yang unggul. Perbanyakan tanaman
dapat dilakukan dengan beberapa macam perkembangbiakan vegetative, seperti
kultur jaringan, splitting (memecah rumpun), maupun memisahkan keiki (tunas
pada bulb yang mempunyai akar).
Tangkai bunga anggrek Dendrobium dapat mencapai 50 - 60 cm sehingga
dapat masuk kelas A atau paling tidak kelas B. Panjang tangkai kira-kira sepertiga
dari panjang total tangkai sebanding dengan panjang malai (inforensesia) yang
duapertiganya. Dalam satu tangkai tedapat 10 - 16 kuntun bunga yang merupakan
jumlah ideal untuk bunga potong. Warna bunga yang tidak pudar dan bunga tidak
layu dalam 7 - 10 hari tanpa konservans atau pengawet sehingga cukup waktu
untuk ekspor.
Panen
Umur panen untuk setiap jenis bunga anggrek berbeda-beda, tetapi rata-rata
untuk anggrek potong dendrobium sekitar 3 - 4 bulan setelah memasuki masa
inisiasi fase generatif. Selain dari umur, saat panen yang tepat dapat diketahui dari
kondisi bunganya. Bila telah terdapat sekitar 70% kuntum bunga yang mekar
maka tangkai bunga itu sudah layak dipotong (dipanen). Tempat pemotongan di
dekat pangkal tangkai bunga atau sekitar 2 cm dari tempat melekatnya tangkai
bunga pada bulb. Pada saat memanen, Rukmana (1992a) menganjurkan agar
tangkai bunga dipotong ± 10 cm dari permukaan tanah menggunakan pisau atau
7
gunting tajam. Metode ini dilakukan agar tangkai bunga cepat kering sehingga
tidak mudah terinfeksi penyakit busuk batang.
Sarwono (1992a), Kholil (1992), Rukmana (1992a), dan Hukum (1988)
melaporkan bahwa pemanenan sebaiknya dilakukan sewaktu bunga mengandung
banyak air yaitu sekitar pukul 06.00 - 08.00. Walaupun demikian, pemanenan
dapat juga dilakukan pada pukul 16.00 - 17.00. Pada jam tersebut penghisapan air
yang dilakukan oleh tanaman berlangsung lebih banyak daripada penguapannya.
Tujuan pemanenan pada pagi atau sore hari adalah untuk menurunkan tigkat
kerusakan bunga akibat kekurangan air dan panas (Sandra, 2005). Jika pemanenan
dilakukan pada siang hari, dikhawatirkan tanaman sudah mulai melakukan
metabolisme secara aktif sehingga daya tahan bunga terhadap kelayuan menjadi
rendah.
Pascapanen
Periode pascapanen (postharvest period) adalah rentang waktu antara saat
dipanennya hasil tanaman sampai hasil tanaman tersebut dinikmati konsumen.
Pada periode pascaanen tersebut sering muncul hama dan penyakit yang
menurunkan kualitas dan kuantitas hasil tanaman. Oleh karena itu, penyakit yang
terdapat pada periode pascapanen disebut penyakit pascapanen (postharvest
disease) atau penyakit fase kedua (second phase disease).
Lamanya atau panjangnya periode pascapanen tidak sama, dan ini sangat
dipengaruhi oleh macam dan penggunaan suatu komoditas, termasuk juga tahaptahap pekerjaan yang dialami komoditas tersebut. Periode pascapanen anggrek
meliputi:
pengkelasan
(grading),
pengemasan
(packing),
penyimpanan,
penyebaran (distributing).
Pengkelasan
Pengkelasan merupakan kegiatan memilih bunga anggrek yang memiliki
kondisi yang baik, kemudian dikelompokkan pada kriteria tertentu. Pengkelasan
umumnya dilakukan dengan mengelompokan bunga anggrek yang baik kedalam
beberapa kelas tertentu berdasarkan panjang tangkai, jumlah total kuntum bunga,
jumlah kuntum bunga mekar, dan jumlah kuntum bunga kuncup. Hingga saat ini
bunga potong anggrek Dendrobium belum ada standar kualitas tertentu, namun
8
ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk pemasaran di dalam negeri.
Adapun kriteria anggrek potong Dendrobium menurut Sutiyoso (2003) disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria anggrek potong Dendrobium
Kriteria
Panjang tangkai keseluruhan
Panjang tangkai
Panjang infloresensia (malai)
Keadaan tangkai
Kuntum bunga
Kondisi kuntum bunga
Siap panen
Grade A
Grade B
Grade C
60 cm
50 cm
40 cm
20 cm
16 cm
13 cm
40 cm
34 cm
27 cm
Tegak ke atas dan tidak melengkung
Lengkap dan segar
Tegak menengadah semakin ke ujung semakin kecil
Kuntum bunga telah mekar 70%
Infloresensia
(Malai)
Tangkai
Gambar 2. Bunga potong Dendrobium
9
Penyimpanan
Bunga potong anggrek agar tetap dalam kualitas yang baik sampai hasil
tanaman tersebut dikonsumsi dapat diberikan perlakuan pendinginan, pengawetan,
penggunaan antiseptik, dan pengeringan.
1.
Pendinginan
Suhu rendah menyebabkan aktivitas organisme juga rendah termasuk
metabolismenya. Suhu rendah tidak merusak hasil tanaman, juga tidak
membunuh organisme pengganggu (parasit).
2.
Pengawetan
Pengawetan merupakan salah satu upaya untuk memperpanjang masa
kesegaran dan kualitas bunga potong. Tiga hal yang dilakukan berkenaan
dengan pengawetan yaitu menambah nutrisi, menambah keasaman air, dan
menghambat jasad renik pembusuk (Amiarsi et al., 1999). Zat pengawet
digunakan pada empat macam metode, yaitu conditioning, pulsing, bud
opening, dan holding.
a.
Conditioning
Tujuan utama perlakuan ini adalah untuk menjaga turgiditas bunga
potong dengan cara merendam dalam air setelah mengalami stress air
selama penanganan, penyimpanan, dan transportasi.
b.
Pulsing
Merupakan perendaman segera setelah bunga dipanen dengan
konsentrasi larutan yang tinggi dan dalam jangka waktu yang relatif
pendek. Pengaruh dari pemberian larutan pulsing adalah dapat
memperpanjang vaselife, meskipun pulsing yang dilakukan hanya dengan
merendam dalam air.
c.
Holding
Larutan holding merupakan larutan untuk merendam bunga potong
sampai terjual atau selanjutnya digunakan oleh konsumen untuk bunga
yang telah
dirangkai
dalam
vas.
Halevy dan
Mayak
(1981)
mengemukakan bahwa dalam Larutan holding umumnya terdiri dari
komponen air, gula, germisida, hormon tumbuhan, senyawa mineral
(asam sitrat, asm benzoat, asam sodium, aluminium, dan boron).
10
d.
Bud opening
Larutan ini digunakan untuk pemanenan bunga pada tingkat yang
lebih awal dari pada pemanenan biasa, kemudian memekarkan bunga
terpisah dari tanamannya (Halevy dan Mayak, 1979). Larutan yang
digunakan untuk bud opening hampir sama dengan yang digunakan
untuk pulsing, namun waktu yang dibutuhkan untuk bud opening lebih
lama dibandingkan dengan waku untuk pulsing, dan konsentrasi gula
yang digunakan lebih rendah dibandingkan untuk pulsing (Halevy dan
Mayak, 1981).
Cara penyimpanan bunga potong ditentukan oleh jenis bunga. Bunga yang
berasal dari daerah tropis akan rusak bila disimpan pada suhu 10 - 15 oC seperti
bunga anthurium, heliconia, anggrek cattleya dan vanda. Bunga yang berasal dari
daerah subtropis baik disimpan pada suhu 2 - 8 oC.
Walaupun suhu penyimpanan rendah dan sesuai untuk bunga yang
disimpan, tetapi kelembaban udara relatif harus tinggi, sebab kelembaban yang
rendah akan menyebabkan terjadi dehidrasi sehingga bunga layu. Kelembaban
yang relatif baik adalah 90 - 95%, sedang bila di atas 95% akan memungkinkan
terjadinya pembusukan oleh bakteri psikofilik. Tidak adanya cahaya dalam ruang
penyimpanan tidak berpengaruh terhadap mutu bunga, tetapi ruang penyimpanan
harus bebas dari etilen.
Pengemasan
Tujuan
packing antara lain untuk memperpanjanng umur bunga, oleh
karena itu cara packing yang dipilih sebaiknya disesuaikan dengan jenis tanaman
dan tujuan pengiriman. Pada umumnya bunga potong dikemas dengan cara
memasukkan ke dalam keranjang tau kotak karton. Apabila pesanan terdiri atas
beberapa jenis bunga tetapi masing-masing hanya sedikit, bunga dikemas menjadi
satu di dalam satu kotak karton. Menurut Sutiyoso (2003) cara packing untuk
anggrek potong ada tiga macam, yaitu pengemasan kering (dry packing),
pengemasan basah (wet packing), dan pengemasan basah dengan kapas.
1.
Pengemasan kering (dry packing).
Pangkal tangkai bunga yang telah dipotong dibiarkan saja, tanpa
perlakuan. Kekurangan cara ini yaitu bunga potong hanya bertahan sebentar.
11
2.
Pengemasan basah (wet packing) dengan tube.
Pangkal bunga dipotong dimasukkan ke dalam tube yang telah berisi air
dan bahan pengawet.
3.
Pengemasan basah (wet packing) dengan kapas.
Pangkal bunga tidak dimasukkan dalam tube, tetapi ditutup kapas yang
telah dicelupkan ke dalam air. Kapas kemudian dililitkan di sekeliling
pangkal tangkai bunga. Setelah itu, dibungkus dengan helaian plastik putih
transparan dan diikat dengan karet.
Pendistribusian
Pada umumnya lokasi budidaya bunga potong terletak di dataran tinggi,
sedangkan lokasi penjualan berada di dataran rendah. Perbedaan suhu dan waktu
yang diperlukan untuk pendistribusian dapat mempengaruhi kesegaran bunga,
untuk itu perlu dilakukan perlakuan kimiawi. Secara teknis penurunan mutu bunga
potong selama pendistribusian dapat dikurangi dengan cara memisahkan bunga
potong dengan produk lain yang menghasilkan etilen. Schusser (1989) menuliskan
bahwa selama pengangkutan, etilen yang ditimbulkan oleh buah yang diangkut
bersamaan dengan bunga dapat membuat kuncup bunga menjadi layu. Masalah ini
dapat diatasi dengan cara menyemprot kuncup dengan Argilena (perak nitrat
ditambah tiosulfat) dengan kadar 2 - 4 gr/L. Kation Ag+ selain berfungsi sebagai
germisida juga dapat menghambat produksi etilen, sehingga pelayuan yang terlalu
cepat dapat diegah.
Download