BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan teori keuangan konvensional, investor diasumsikan sebagai individu rasional yang membuat keputusan investasi dengan tujuan memaksimalkan keuntungan mereka. Dalam kenyataannya, beberapa investor tidak semata-mata mengejar keuntungan. Sebagian investor memiliki preferensi dalam menginvestasikan dana mereka pada perusahaan yang bertanggung jawab sosial. Keputusan investasi ini dikenal dengan istilah “Socially Responsible Investing- SRI” (US SIF - The Forum for Sustainable and Responsible Investment, 2016). Jumlah investor yang berkelanjutan dan bertanggung jawab sosial (sustainable and responsible investor) serta dana yang diinvestasikan mereka cenderung semakin meningkat dari tahun ke tahun. Fenomena tersebut ditimbulkan karena perhatian terhadap isu informasi sosial dan lingkungan semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir (Gray et al., 1995). Perusahaan berinteraksi dengan lingkungan di sekitar mereka dalam melakukan kegiatan operasinya. Isu informasi sosial dan lingkungan yang menjadi sorotanmengakibatkan perusahaan dituntut untuk melakukan tanggung jawab sosial (corporate social responsibility - CSR) terhadap lingkungan di tempat mereka beroperasi. Pengungkapan informasi mengenai tanggung jawab sosial perusahaan yaitu informasi sosial dan lingkungan, digunakan perusahaan sebagai alat untuk meningkatkan legitimasi sosial mereka (Cho et al., 2006; Patten, 2005). Hasil survey KPMG pada tahun 2015 menemukan bahwa 73% perusahaan yang terdaftar dalam N1001 dan 92% perusahaan yang terdaftar pada G2502 melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial. Persentase tersebut menunjukkan peningkatan drastis sejak tahun 1993 yang awalnya hanya 12% perusahaan G250 dan 0% perusahaan N100 yang melaporkan CSR mereka. Penelitian terdahulu memberikan hasil yang kontradiktif terkait “apakah informasi sosial dan lingkungan memiliki information content yang dapat memengaruhi respon investor”. Sebagian penelitian menemukan bahwa pasar modal memberikan perhargaan (rewards) kepada perusahaan dengan kinerja sosial dan lingkungan yang baik (Klassen dan McLaughlin, 1996; Clarkson et al., 2011; Fowler et al., 2013) dan perusahaan dengan kinerja sosial dan lingkungan yang buruk dihukum oleh pasar modal (Gupta dan Goldar, 2005; Lourenco et al., 2012). Sebagian penelitian lain menemukan hal yang sebaliknya, perusahaan dengan kinerja sosial dan lingkungan yang baik tidak diapresiasi oleh pasar modal (Wang et al., 2011) bahkan mendapatkan negative abnormal returns (Canon-deFrancia dan Garcess-Ayerbe, 2009; Fisher-Vanden and Thorburn, 2011). Oleh karena itu, penelitian ini berusaha menguji kembali terkait respon investor terhadap informasi sosial dan lingkungan. Perbedaaan budaya antar negara dapat memengaruhi respon individu terhadap informasi sosial dan lingkungan (Hofstede, 2001; Thanetsunthorn, 2015). Campbell (2007: 90) menyatakan bahwa: 1 Perusahaan N100 adalah 100 perusahaan yang terbesar di setiap negara dengan total sebanyak 41 negara 2 Perusahaan G250 adalah 250 perusahaan yang terdaftar dalam peringkat 500 Fortune Global. “The point is that socially responsible corporate behavior may mean different things in different places to different people and at different times.” Hasil penelitian yang dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa investor mempertimbangkan informasi sosial dan lingkungan dalam pengambilan keputusan investasi (Epstein, 1992; Belkoui, 1976). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Chan dan Milne (1999) di New Zealand menunjukkan respon investor yang kompleks. Sebagian investor memutuskan berinvestasi karena perusahaan tersebut menjadi pemimpin di bidang lingkungan (environmental leader), sedangkan sebagian kelompok lainnya menolak berinvestasi karena perusahaan dianggap mengeluarkan biaya yang besar dan tidak perlu atas CSR yang dilakukan. Berbeda dengan negara Amerika, Inggris dan sebagian besar negara di Eropa yang memiliki “green culture”, New Zealand tidak banyak memiliki sejarah industrialisasi massal terkait pencemaran limbah melalui air dan udara. Sehingga, perhatian individu mengenai polusi industri sangat minim. Penelitian terkait pengaruh informasi sosial dan lingkungan dalam pengambilan keputusan di Indonesia telah dilakukan oleh Madein dan Sholihin (2015). Hasil penelitian menunjukkan bahwa informasi sosial dan lingkungan menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi manajer dalam pengambilan keputusan. Berbeda dengan penelitian Madein dan Sholihin (2015) yang meneliti dari perspektif pengguna internal (internal user) yaitu perspektif manajer, penelitian ini meneliti dari perspektif pengguna eksternal (external user) yaitu perspektif investor. Pengambilan keputusan antara manajer dan investor berbeda.Investor perlu mengobservasi seluruh informasi terkait perusahaan investasi (Coleman, 2015). Mereka perlu menganalisis mengenai kisaran harga saham, going concern, resiko dan masalah yang dihadapi oleh perusahaan dalam pengambilan keputusan investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang. Pengambilan keputusan juga dapat berbeda bergantung pada horizon waktu investasi (investment time horizon) yang diinginkan investor. Madein dan Sholihin (2015) tidak mempertimbangkan horizon waktu investasi (investment time horizon) dalam pengambilan keputusannya. Partisipan dalam penelitian Madein dan Sholihin (2015) berperan menjadi seorang manajer yang mengevaluasi keberlanjutan suatu proyek, sehingga informasi yang menjadi bahan pertimbangan berbeda dalam pengambilan keputusannya. Di sisi lain, penelitian Chan dan Milne (1999) telah memasukkan horizon waktu investasi yaitu strategi investasi jangka pendek dan jangka panjang. Dengan desain eksperimen antarsubjek (between-subject design), partisipan berperan menjadi investor dan diminta untuk mengalokasikan dana pada dua perusahaan. Sebagian partisipan mendapatkan informasi perusahaan ramah lingkungan (saint company) dan perusahaan yang tidak melakukan pengungkapan informasi lingkungan (neutral company). Sebagian partisipan lainnya mendapatkan informasi perusahaan yang merusak lingkungan (sinner company) dan neutral company. Namun, tidak terdapat partisipan yang dihadapkan langsung pada keputusan investasi antara saint company dan sinner company. Hal ini dapat mengakibatkan partisipan tidak mengetahui bahwa terdapat alternatif perusahaan lain dengan kinerja lingkungan yang lebih baik. Berbeda dengan penelitian Chan dan Milne (1999), penelitian ini menggunakan desain eksperimen intrasubjek (within-subject design). Partisipan berperan menjadi investor yang langsung dihadapkan pada keputusan investasi antara saint company dan sinner company. Penelitian ini memodifikasi penelitian Chan dan Milne (1999) dengan memasukkan informasi kinerja keuangan yang bertentangan antara dua perusahaan tersebut. Saint company dalam penelitian ini adalah perusahaan dengan informasi keuangan yang buruk namun memiliki informasi sosial dan lingkungan yang baik. Sedangkan sinner company merupakan perusahaan dengan informasi keuangan yang baik namun memiliki informasi sosial dan lingkungan yang buruk. Penelitian ini mencoba mengungkap respon partisipan ketika dihadapkan pada dikotomi dan trade off antara kedua perusahaan tersebut. Selain topik informasi sosial dan lingkungan yang menjadi sorotan, fenomena lain yang terjadi saat ini dalam dunia pasar modal adalah adanya peningkatan jumlah investor wanita. Survey Morgan Stanley (2015) menunjukkan bahwa jumlah wanita yang mendapatkan gelar sarjana lebih banyak dibandingkan pria. Saat ini, lebih dari 52% pekerjaan profesional dan manajerial dipegang oleh wanita dan mereka mengendalikan 39% dari total aset investasi di Amerika. Pergeseran budaya terkait kesetaraan wanita di Indonesia membuat wanita semakin banyak bergabung dalam dunia kerja dan memiliki penghasilan sendiri. PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mengungkapkan bahwa terjadi peningkatan jumlah investor dari tahun ke tahun, yaitu 320 ribu di tahun 2013, kemudian meningkat 13% yaitu sebesar 360 ribu di tahun 2014 dan akan diperkirakan meningkat lagi sebesar 20-30% menjadi 432 ribu – 468 ribu (Yovanda, 2014). Berdasarkan data tersebut, dari total jumlah investor yang ada, tercatat sebesar 38% merupakan investor wanita. Penelitian mengenai moralitas antara pria dan wanita telah didiskusikan lebih dari tiga puluh tahun yang lalu (Gilligan, 1982; McNichols et al., 1985; Dobson dan White, 1995; Robin dan Babin, 1997).Temuan penelitian terdahulu memberikan hasil yang kontradiktif terkait hubungan antara gender dan persepsi etika. Sebagian penelitian menunjukkan bahwa pria cenderung berperilaku tidak etis (behave unethically) dan wanita memandang perilaku yang meragukan (questionable acts) sebagai suatu perilaku yang tidak etis (Dawson, 1997;Mason dan Mudrack, 1996;Smith and Oakley, 1997). Sebagian penelitian lainnya menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan perilaku etis antara pria dan wanita (Robin dan Babin, 1997; Roxas dan Stoneback, 2004). Peneliti di bidang CSR (Woods dan Urwin, 2010; Hutton et al.,1998) memandang bahwa investasi pada perusahaan yang bertanggung jawab sosial merupakan suatu tindakan etis. Oleh karena itu, adanya fenomena tersebut mendorong peneliti untuk menganalisis apakahterdapat perbedaan antara pria dan wanita dalam membuat keputusan investasi dengan mempertimbangkan faktor sosial dan lingkungan. Informasi sosial dan lingkungan dapat diakses oleh para pengguna eksternal melalui berbagai sumber (Epstein dan Freedman, 1994). Sumber informasi tersebut dapat berasal dari: (1) perusahaan bersangkutan yaitu melalui laporan tahunan (annual report) atau laporan berkelanjutan (sustainability report); (2) pihak di luar perusahaan, salah satunya yaitu Kementerian Lingkungan Hidup (KemenLH) yang menerbitkan penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup yang dikenal dengan istilah “PROPER” dalam website mereka. Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa peringkat kinerja lingkungan perusahaan dapat memengaruhi reaksi investor dalam pengambilan keputusan investasi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Lackman et al., 2012; Cordeiro dan Tewari, 2015; Lyon dan Shimshack, 2015; Murguia dan Lence, 2015). Berbeda dengan penelitian Chan dan Milne (1999), peneliti melakukan penyesuaian instrumen eksperimen dengan kondisi di Indonesia yaitu dengan memasukkan peringkat PROPER (Program Penilaian Kinerja Perusahaan) dalam menilai respon investor. Sebagian besar penelitianterdahulu mengenai persepsi investor terhadap pengungkapan informasi sosial dan lingkungan dilakukan dengan metode survey (Epstein dan Freedman, 1994; Deegan dan Rankin, 1997) dan event study (Cheung, 2011; Murguia dan Lence, 2015; Robinson et al., 2011; Wang et al., 2011). Penelitian dengan menggunakan metode eksperimen dalam bidang investasi bertanggung jawab sosial (Sustainable and Responsible Investing - SRI) masih terbatas. Chan dan Milne (1999) menggunakan metode ekperimen lapangan (field experiment). Namun penelitian ini menggunakan metode eksperimen laboratorium (laboratory experiment) sehingga memiliki validitas internal yang lebih tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini menambah bukti empiris literatur terdahulu dengan metode eksperimen laboratorium dalam pengumpulan datanya. Chan dan Milne (1999) mengungkapkan bahwa metode eksperimen dapat memberikan pengungkapan informasi yang lebih spesifik untuk menilai respon dalam pengambilan keputusan. 1.2 Masalah Penelitian Berdasarkan review terhadap hasil temuan empiris terdahulu dan fenomena yang terjadi, maka pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh informasi sosial dan lingkungan terhadap pengambilan keputusan investasi? 2. Apakah terdapat perbedaan antara pria dan wanita dalam pengambilan keputusan investasi dengan mempertimbangkan informasi sosial dan lingkungan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang dan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji pengaruh informasi sosial dan lingkungan pada kelompok investor terhadap pengambilan keputusan investasi. 2. Untuk menguji perbedaan antara pria dan wanita dalam pengambilan keputusan investasi dengan mempertimbangkan informasi sosial dan lingkungan 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi teoritis, metodologi dan praktis. Beberapa kontribusi yang diharapkan antara lain sebagai berikut: 1. Berdasarkan perspektif teoritis, penelitian ini memberikan bukti empiris tambahan mengenai bagaimana investor sebagai pengguna eksternal merespon informasi lingkungan dan sosial dalam membuat keputusan investasi. 2. Penelitian ini memberikan kontribusi metodologi terkait instrumen penelitian yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia, yaitu dengan memasukkan peringkat kinerja lingkungan perusahaan (PROPER) sebagai manipulasi informasi sosial dan lingkungan. Di sisi lain, penelitian ini juga menggunakan metode eksperimen yang masih jarang ditemui dalam penelitian terkait Sustainable and Responsible Investing (SRI). 3. Kontribusi praktis penelitian ini ditujukan bagi para penyusun peraturan baik pemerintah maupun Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Informasi sosial dan lingkungan dalam penelitian ini disajikan dalam Management Discussion and Analysis (MD&A). Sehingga, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menyusun peraturan baru dengan mewajibkan perusahaan dalam melakukan pengungkapan informasi sosial dan lingkungan dalam MD&A. Survey yang dilakukan oleh PWC (2015) terhadap investor terkait pengungkapan informasi sosial dan lingkungan menunjukkan bahwa: “They do read. The vast majority of investors report that they regularly read some portion of each of the SEC-mandated documents. Investors most frequently read the Management Discussion & Analysis (MD&A) portions of these documents, followed closely by the company’s analysis of risk factors and the audited financial statements.” 4. Penelitian ini dapat memberikan pemahaman kepada perusahaan di Indonesia bahwa pengungkapan yang dilakukan perusahaan dapat memengaruhi keputusan investasi individu. Sehingga, perusahaan dapat termotivasi untuk melakukan pengungkapan informasi sosial dan lingkungan secara sukarela. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam tesis ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Pendahuluan membahas mengenai latar belakang, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis Landasan teori dan pengembangan hipotesis membahas teori-teori yang relevan, hasil penelitian sebelumnya dan pengembangan hipotesis. Bab III Metoda Penelitian Metoda penelitian membahas mengenai partisipan penelitian, desain dan prosedur eksperimen, pengecekan penelitian dan metoda analisis. manipulasi, variabel-variabel Bab IV Hasil dan Pembahasan Hasil dan pembahasan membahas mengenai pengujian awal, karakteristik demografi partisipan, pengujian randomisasi, pengujian validitas dan reliabilitas, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Penutup Penutup membahas mengenai kesimpulan, keterbatasan, implikasi dan saran untuk penelitian selanjutnya.