BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang terbagi atas pulau-pulau dan sebagian wilayahnya merupakan perairan yang cukup luas. Potensi yang cukup luas terdapat di laut Indonesia berupa sumber daya alam yang melimpah, termasuk didalamnya terdapat banyak spesies ikan khususnya ikan yang dapat dikonsumsi. Tidak hanya di lautan namun, di air tawar juga terdapat ikan yang melimpah. Oleh sebab itu, seharusnya sektor perikanan memiliki peluang yang cukup besar untuk dapat berkembang. Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat potensial untuk dikembangkan. Peningkatan konsumsi ikan diharapkan dapat menanggulangi masalah kekurangan protein yang masih banyak ditemui pada anak-anak pra-sekolah, ibu hamil dan ibu menyusui di Indonesia. Dari data yang telah didapat dapat diketahui bahwa selama lima tahun terakhir yakni, dari 2007-2011, konsumsi ikan per kapita masyarakat Indonesia terus meningkat, pada 2007 (26 kg/kapita/tahun), 2008 (28 kg/kapita/tahun), 2009 (29,08 kg/kapita/tahun), 2010 (30,48 kg/kapita/tahun), 2011 (31,64 kg/kapita/tahun). Rata-rata kenaikan sebesar 5,06 %. Hal ini dapat menjelaskan bahwa tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia diharapkan dapat terus meningkat dari tahun ketahun. Dilihat dari rata-rata konsumsi ikan di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yaitu 29,40 kg/kapita/tahun, besaran angkanya ini masih di bawah Pola Pangan Harapan (PPH) sebesar 30,40 kg/kapita/tahun (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011). Universitas Sumatera Utara Meskipun tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN dan Cina, namun kontribusi protein ikan terhadap totalprotein hewani lebih baik yaitu mencapai 52,5%. Jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN kontribusi asupan protein ikan masyarakat Indonesia terhadap total protein hewani ini masih lebih tinggi dibanding Malaysia, Philipina, Thailand, Vietnam dan Myanmar. Bahkan untuk tahun 2008 dan 2009, kontribusinya mencapai 2/3 dari total konsumsi protein hewani yaitu pada tahun 2008 sebesar 66,55% dan pada tahun 2009 mencapai 65,41%. Namun, ketika asupan protein dari ikan tersebut dibandingkan dengan total protein (termasuk protein nabati), komposisi asupan protein dari ikan masih di bawah 15%. Berdasarkan kelompoknya, pasokan konsumsi protein ikan sebagian besar berasal dari konsumsi protein ikan dan udang segar yaitu lebih dari 43% sedangkan kontribusi dari konsumsi protein ikan dan udang diawetkan sekitar 22% (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011). Selain mengandung protein ikan juga mengandung kalsium yang banyaknya hampir setara dengan kalsium yang ada dalam susu. Peranan kalsium selain sebagai pembentukan tulang dan gigi tetapi juga memegang peranan penting pada berbagai proses fisiologik dan biokhemik di dalam tubuh (Krisno, 2009). Kalsium yang baik juga terdapat pada ikan kecil karena ikan kecil dimakan seluruh tubuhnya termasuk tulangnya sehingga memberikan persentasi tinggi kalsium yang berasal dari tulang belulangnya tersebut. Ikan kecil segar merupakan sumber yang paling penting untuk kalsium bagi anak-anak yang sedang tumbuh (Ellya, 2010). Universitas Sumatera Utara Ikan pora-pora merupakan salah satu ikan air tawar yang hidup di perairan Danau Toba yang memiliki ciri-ciri berwarna hitam, bersisik putih dan halus, ukurannya kecil 10-12 cm dan ekornya berwarna kuning. Perkembangbiakan ikan pora-pora sangat pesat, setiap harinya dapat dikumpulkan rata-rata 10 ton ikan untuk dikirim keluar daerah penghasilnya seperti Pematang Siantar, Medan dan Padang. Harga jual ikan pora-pora inipun relatif murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat. Berdasarkan harga jual pasar, harga ikan pora-pora berkisar Rp. 6.000 sampai Rp. 7000 per kg. Selain harganya yang murah ikan pora-pora ini juga memilki nilai gizi yang cukup tinggi terutama kandungan protein dan kalsiumnya. Berdasarkan Penelitian Nazmi (2009), bahwa kandungan gizi ikan pora-pora yaitu kandungan protein per 100 gr adalah 8,03 gr (8,03%), dan kandungan kalsium per 100 gr adalah 0,505 gr (0,505%). Pemanfaatan ikan pora-pora untuk di daerah sekitar Danau Toba sudah mulai digalakkan seperti jika kita pergi berkunjung ke Danau Toba maka kita akan melihat dan dapat menikmati sajian ikan pora-pora dalam bentuk crispy ikan pora-pora. Namun, untuk daerah diluar Danau Toba pemanfaatan ikan pora-pora masih kurang, dikarenakan masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai nilai gizi dari ikan pora-pora dan masih adanya beberapa pendapat dari masyarakat tentang ikan porapora seperti, yang pertama ikan pora-pora memilki duri yang banyak sehingga para orangtua malas menjadikan ikan pora-pora sebagai lauk saat makan dikarenakan anak-anak mereka tidak dapat memakannya, yang kedua dilihat dari ukurannya yang kecil sehingga menjadikan ikan pora-pora kurang diminati oleh masyarakat, dan pendapat yang ketiga yaitu pengolahan untuk ikan pora-pora memakan waktu yang Universitas Sumatera Utara lama terutama dalam pembersihan ikan pora-pora dari kotoran dan jeroannya dibandingkan ikan yang lebih besar dengan harga yang lebih mahal, karena sekarang ini hampir seluruh masyarakat menginginkan hal-hal yang praktis dan cepat sehingga tidak mempedulikan lagi nilai gizi dari suatu makanan. Dengan melihat hal tersebut saya berkeinginan untuk membuat alternatif agar ikan pora-pora dapat dikonsumsi masyarakat dengan melakukan diversifikasi terhadap ikan pora-pora yang juga merupakan salah satu penganekaragaman pangan. Secara kuantitatif belum ada data yang menggambarkan jumlah konsumsi kerupuk ikan, meskipun demikian dapat diperkirakan bahwa jumlah konsumsi kerupuk relatif tinggi, karena makanan olahan ini banyak digemari oleh masyarakat luas. Menurut data Survei Sosial Ekonomi Masyarakat (Susenas), penduduk wilayah perkotaan lebih banyak mengkonsumsi kerupuk dibanding penduduk wilayah pedesaan. Hal ini dikarenakan kepadatan penduduk di perkotaan juga lebih tinggi bila dibandingkan dengan pedesaan. Pada umumnya salah satu makanan hasil olahan dari ikan adalah kerupuk ikan. Produk makanan kering dengan bahan baku ikan dicampur dengan tepung tapioka ini sangat digemari masyarakat bahkan kerupuk sudah dikenal baik disegala usia maupun tingkat sosial. Makanan ini sering digunakan sebagai pelengkap ketika bersantap atau sebagai makanan ringan. Makanan ini menjadi makanan kegemaran masyarakat dikarenakan rasanya yang enak, gurih, dan ringan, selain itu juga memiliki kandungan zat kimia yang dibutuhkan oleh tubuh manusia (Wahyono dan Marzuki, 2003). Kerupuk diolah secara sederhana berupa adonan tepung tapioka yang dibumbui dengan garam dan kadang-kadang diberi sedikit bawang putih agar gurih Universitas Sumatera Utara setelah itu dikukus dan kemudian dicetak dan dijemur di sinar matahari. Dalam keadaan kering inilah adonan tadi sudah dapat dikatakan kerupuk mentah. Dibeberapa daerah kerupuk diolah sedemikian rupa dengan mencampurkan beberapa bahan seperti ikan dan udang. Dengan melihat hal tersebut maka diketahui komponen terbesar kerupuk adalah pati sehingga kerupuk mempunyai kandungan protein yang rendah. Sehingga perlu dilakukan diversifikasi pangan yang bertujuan meningkatkan gizi kerupuk terutama protein dan kalsium. Protein sangat dibutuhkan oleh tubuh terkait dengan fungsinya sebagai zat pembangun dan kalsium berguna dalam proses fisiologik dan biokemik didalam tubuh. Pembuatan kerupuk dapat dilakukan dengan penambahan ikan pora-pora. Dan pada pembuatan kerupuk tidak memerlukan peralatan yang canggih, sehingga masyarakat dapat membuat sendiri dengan peralatan yang sederhana. Dan diharapkan pada penggunaan ikan pora-pora ini dapat meningkatkan kandungan nutrisi produk kerupuk. Pada pembuatan kerupuk ikan pora-pora ini akan menggunakan konsentrasi yang berbeda dimana penentuan konsentrasi ini diambil batas bawah dan batas atas adonan, dimana dalam menentukan batas bawah disesuaikan dengan warna kerupuk yang biasa yaitu putih kekuning-kuningan sedangkan untuk batas atas ditentukan dengan sampai batas adonan dapat dibuat. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mempunyai keinginan untuk melakukan penelitian tentang pemanfaatan ikan pora-pora sebagai bahan baku tambahan pembuatan kerupuk dan daya terimanya. Universitas Sumatera Utara 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah saya adalah bagaimana komposisi zat gizi kerupuk dan daya terimanya dengan pemanfaatan ikan pora-pora sebagai bahan baku tambahan pembuatan kerupuk. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui pengaruh penambahan ikan pora-pora sebagai bahan baku tambahan dalam pembuatan kerupuk terhadap komposisi zat gizi protein dan kalsium kerupuk. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui bagaimana pengaruh penambahan ikan pora-pora sebagai bahan baku tambahan pembuatan kerupuk terhadap kandungan protein pada kerupuk. 2. Mengetahui bagaimana pengaruh penambahan ikan pora-pora sebagai bahan baku tambahan pembuatan kerupuk terhadap kandungan kalsium pada kerupuk. 3. Mengetahui pengaruh penambahan ikan pora-pora sebagai bahan baku tambahan pembuatan kerupuk terhadap daya terima (aroma, rasa, warna dan tekstur) panelis. Universitas Sumatera Utara 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Sebagai pengenalan ikan pora-pora kepada masyarakat melalui produk olahan kerupuk. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai nilai gizi dari ikan pora-pora sebelum dan sesudah dilakukan diversifikasi. 3. Sebagai salah satu penganekaragaman pangan. Universitas Sumatera Utara