BAB II 2.1 State Of The Art Berdasarkan penelitian terdahulu dari jurnal How brand awareness relates to market outcome, brand equity, and the marketing mix, yang dimuat dalam Journal Of Business Research vol 65, dan ditulis oleh Rong Huangmeneliti tentang hubungan brand awareness melalui tiga perspektif, yaitu hubungan brand awareness, market outcome, dan hubungan antara brand awareness dengan brand equity. Selain itu pembelajarn ini juga meneliti apakah ada kaitan antara marketing mix dengan brand awareness. Hasilnya menunjukan bahwa pengalaman konsumen berpengaruh pada brand awareness, juga menunjukan adanya hubungan positif antara brand awareness dengan brand equity. Berdasarkan penelitian terdahulu dari jurnal Examining the role of advertising and sales promotions in brand equity creation, yang dimuat dalam Journal Of Business Research vol 66, dan ditulis oleh Isabel Buil meneliti dampak antara iklan dan sales promotion terhadap pembentukan brand equity. Studi ini berfokus pada pengeluaran untuk iklan, sikap individu terhadap iklan, dan penelitian efek dari sales promotion.Berdasarkan survey yang sudah dilakukan, sikap individu terhadap iklan menjadi faktor penting dalam pembentukan brand equity, sedangkan pengeluaran untuk iklan mendorong brand awareness, juga adanya efek khusus terhadap brand awareness dari sales promotion. Berdasarkan penelitian terdahulu dari jurnal How can integrated marketing communications and advanced technology influence the creation of customer-based brand equity? Evidence from the hospitality industry, yang dimuat dalam International Journal Of Hospitality Management vol 39, dan ditulis oleh Maja Seric mengatakan bahwa pembangunan ekuitas merek didorong oleh komunikasi pemasaran terpadu (IMC) dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memeriksa dari perspektif konsumen dampak dari IMC terhadap brand equity sebuah hotel. Berdasarkan jurnal terdahulu yang berjudul How Word of Mouth Influence Brand Equity for Automotive Products in Indonesia yang dimuat dalam ProcediaSocial and Behavioral Sciences dan ditulis oleh Sri Murtiasih, mempelajari tentang 7 8 pengaruh WOM terhadap brand equity otomotif Indonesia. Dalam kasus ini brand equity diukur menggunakan brand awareness, association, loyalty, dan precived quality. Berdasarkan jurnal terdahulu yang ditulis oleh Chi-Shiun Lai yang dimuat dalam Journal Of Business Ethics Vol.95dengan judul The Effects of Corporate Social Responsibility on Brand Performance: The Mediating Effect of Industrial Brand Equity and Corporate Reputation kegiatan CSR dan reputasi perusahaan memiliki kaitan yang positif dalam brand quity dan brand performance, reputasi perusahaan dan bran equity berhubungan terhadap kegiatan CSR. Tabel 2.1 No Judul Penelitian Tempat & Tahun Pendekatan Populasi & Informasi 1 How brand United State 2012 awareness Kuantitatif Peneliti mencatat 11 brand penting dalam kategori rumah market tangga. Peneliti outcome, brand mencatat 75 sample equity, and the setiap marketing mix meringkasnya relates to minggu bulan. Oleh: Rong Huang dan setiap Hasilnya menunjukan bahwa pengalaman konsumen Emine Srigollu berpengaruh brand juga adanya pada awareness, menunjukan hubungan positif antara brand awareness dan brand equity. 9 2 Examining the United Kingdom of 2013 role Kuantitatif Peneliti menggunakan quota sampling di advertising and berberapa lokasi kota sales Birmingham. Para pengumpul data mengumpulkan data promotions brand in equity creation pada waktu dan hari Oleh: yang Isabel Buil Kuisioner Leslie de berbeda. yang diberikan berisi dua Chernatony kriteria. Eva Martinez adalah Pertama brand yang umum di UK, dan yang kedua adalah yang brand yang lebih global. survey Berdasarkan yang dilakukan, sudah sikap individu terhadap iklan menjadi faktor penting dalam pembentukan brand equity, sedangkan pengeluaran iklan untuk mendorong brand awarenes, dan adanya efek khusus dari personal selling dalam pertumbuhan brand awareness. 10 3 can Italy Peneliti mengukur persepsi tamu marketing terhadap IMC. communications Melalui and Lalu How 2014 integrated advanced Kuantitatif kuisioner. brand image, precived technology quality, influence the brand loyalty, diukur creation of menggunakan metode customer-based Kim and Kim (2005). brand Hasil penelitian ini equity? Evidence from menunjukan the hubungan positif dan hospitality adanya signifikan industry antara persepsi Oleh: tamu terhadap IMC dengan Maja Seric brand equity kostumer, Irene Gil-Saura terutama pada komunikasi yang mengandung Maria Eugina Ruiz Molina serta gambar konsisten. pesan yang 11 4 How Word Of Indonesia 2013 Mouth Kuantitatif Peneliti menyebar kuisioner berdasarkan Influence Brand metode Equity Walker untuk variabel for WOM, Yoo, Donthu, Automotive Products Indonesia Harrison- in dan lee dan Yasin untuk variabel brand awareness dan Oleh: association, dan Sri Murtiasih Chauduri dan Sucherly Holbrook untuk brand loyalty, dan Dodds, Hotniar Siringoringo monroe dan Grewal utnuk precived quality. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa WOM hanya tidak mempengaruhi perilaku dalam konsumen pembelian, namun juga kepada brand equity. Komunikasi WOM seharusnya lebih dipertimbangkan oleh perusahaan. 12 5 The Effects of Taiwan Corporate 2010 Kuantitatif Peneliti melakukan penelitian dengan Social membuat kuisioner Responsibility yang on Brand kepada Performance: untuk melihat respon The Mediating masyarakat Effect of kegiatan Industrial perusahaan, dan juga Brand Equity meneliti and Corporate masyarkat Reputation citra dari perusahaan juga Oleh: Chi-Shiun Lai disebarkan masyarakat, terhadap CSR respon mengenai kinerja equity brand dari perusahaan tersebut, peneliti juga mencatat Chih-Jen Chiu persepsi masyarakat terhadap kegiatan Chin-Fang CSR Yang perusahaan, sebuah dan hasilnya menunjukan adanya kaitan positif citra perusahaan, brand equity terhadap kegiatan CSR 13 2.2 Landasan Konseptual 2.2.1Konsep Direct Marketing/ Pemasaran langsung Direct marekting adalah salah satu tools dari bauran promosi (Promotional Mix)Kotler Menjelaskan bahwapemasaran langsung adalah sistem pemasaran interaktif yang terukut menggunakan satu atau lebih media untuk mempengaruhi suatau tanggapan atau transaksi terukur pada lokasi manapun Kotler (2007 p320). Seadangkan menurut Djaslim Saladin (2006 p 191) “Pemasaran langsung adalah suatu sitem pemasaran yang menggunakan suatu media iklan atau lebih guna mendapatkan respon atau transaksi yang bisa diukur disuatu lokasi” Dari definisi diatas, dapat dilihat bahwa direct marketing adalah kegiatan pemasaran secara langsung yang menggunakan berberapa media untuk mendapatkan respon atau sebuah transaksi yang dapat diukur. Bentukbentuk Direct Marekting yaitu: 1. Penjulan tatap muka 2. Pemasaran email 3. Telemarketing 4. Catalog 5. Online channle 2.2.2Konsep Personal Selling Personal selling merupakan salah satu unsur dari bauran promosi (Promtional Mix) dimana“Peronal selling is face to face interaction with one or more prospective purchase for the purpose of making presentation, answering question and procuring ordersales” yang artinya personal selling adalah interaksi tatap muka dengan satu atau berberapaa pembeli potensial dengan tujuan melakukan presentasi, menjawab pertanyaan dan pengadaan penjualan Kotler dalam Djaslim Saladin (2006 p 172). 2.2.3.1Konsep Merek Brand merupakan sebuah aset penting bagi setiap pelaku usaha, karena brand mencerminkan pesan dari produk maupun perusahaan, dan 14 membantu konsumen dalam memilih produk. Pada sisi konsumen, brand merupakan nilai tambah yang dapat memberikan dorongan apakah konsumen harus mengeluarkan biaya lebih untuk membeli suatu produk. Menurut Kotler “Brand merupakan nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa atau kelompok penjual dan untunk membedakan dari barang atau jasa pesaing” ( Kotler,2009). Sedanggkan menurut Rahman brand adalah“nama dan atau suatu simbol yang bersifat membedakan seperti logo, cap, atau kemasan dengan maksud mengidentifikasi produk barang atau jasa. Ada banyak istilah untuk menggambarkan aspek berbeda dari konsep brand, mulai dari citra, reputasi, brand value, identias, dan brand recognition” (Rahman, 2010).Dari definisi diatas, dapat dikatakan bahwa brand adalah sebuah tanda unik yang sifatnya membedakan suatu produk dengan produk pesaing, sehingga konsumen dapat membedakan juga mudah mengingat produk yang pernah mereka beli dan memiliki penilaian terhadap produk tersebut. 2.2.3.2 Tingkatan Merek Kotler (2009) enam tingkatan arti dari sebuah merek: 1. Atribut : Suatu brand mengingatkan atribut-atribut tertentu. 2. Manfaat : Atribut-atribut harus diterhemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional. 3. Nilai : Brand juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. 4. Budaya : Brand dapat mewakili atau melambangkan suatu budaya tertentu. 5. Personal : Brand dapat mencerminkan kepribadian tertentu. 6. Pemakai : Brand tersebut menisyaratkan jjenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut. 15 2.2.3.3 Peran dan Kegunaan Merek Keller (2003) Peran merek bagi produsen: 1. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan produk bagi perusahaan, terutama dalm pengorganisasian persediaan dan pencatatan akutansi. 2. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unuk. Brand buisa mendapatkan perlindungan seperti intelktual. 3. Sinyal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka bisa dengan mudah memulih dan membelinya lagi dilain waktu. 4. Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari para pesaing. 5. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum, loyalitas pelangan, dan citra unuk yang terbentuk dalam benak konsumen. 6. Sumber financial return, terutama menyangkut pendapatan yang akan datang. Keller (2003) Peran brand bagi konsumen: 1. Indetifikasi sumber produk 2. Penetapan tanggung jawab pada pemanukfaturan atau distributor tertentu 3. Pengurangan resiko 4. Penekanan biaya pencarian internal dan eksternal 5. Janji atau ikatan khusus dengan produsen 6. Alat simbolis yang memproyeksikan citra diri 7. Sinyal kualitas 2.2.4.1Public Relation Bagi sebuah perusahaan yang sedang membentuk brand image peran seorang public relation sangatlah penting. PR menjadi elemen penting untuk membantu perusahaan membentuk citra mereknya melalui strategi-strategi tertentu. Menurut Cutlip, Center dan Broom, public relation adalah “fungsi menejemen yang membentuk dan memelihara hubungan yang saling 16 menguntungkan antara organisasi dan masyrakat, yang menjadi sandaran keberhasilan atau kegagalannya“ (Cutlip, Center, dan Broom 2005). Berdasarkan definisi diatas, bisa dikatakanbahwapublic relation merupakan fungsi menejemen yang menjaga hubungan saling menguntungkan antara perusahaan dengan masyarakat, dan menciptakan hubungan yang positif, public relation juga merupakan fungsi manajemen yang terus aktif. 2.2.4.2 Peran Public relation Masih banyak peranan public relation didalam sebuah perusahaan selain yang sudah disebutkan dalam definisi diatas. Oxley menyebutkan bahwa peran public relation adalah (Iriantara, 2012): 1. Memberikan saran kepada menejemen tentang semua perkembangan internal dan eksternal yang mungkin mempengaruhi hubungan organisasi dengan masyarakat atau publik. 2. Meneliti dan menafsirkan untuk kepentingan organisasi, sikap publik pada saat ini atau sikap publik terhadap organisasi. 3. Bekerja sebagai penghubung (laison) antara menejemen dengan publik. 4. Memberi laporan berkala kepada menejemen tentang semua kegiatan yang mempengaruhi hubungan publik dengan organisasi. 2.2.4.3 BauranPublic Relation( PENCILS) Banyak kegiatan atau strategi yang digunakan oleh public relation untuk menjalin dan menjaga hubungan perusahaan dengan masyarakt, strategi tersebut dikenal dengan bauran public relation (Nova, 2011): 1. Publikasi Adalah sebuah cara dari public relation dalam menyebarkan informasi, gagasan, atau ide kepada khalayak. 2. Event Bentuk kegiatan yang dilakukan public relation dalam proses penyebaran informasi kepada khalayak, contohnya kampanya, CSR, amal, dll. 3. News 17 Kegiatan public relation menyampaikan pesan atau informasi kepada khalayak secara langsung maupun tidak langsung. Informasi yang disampaikan memiliki tujuan tertentu dan dapat diterima oleh khalayak untuk mendapatkan respon yang positif. 4. Community Perusahaan membangun hubungan dengan komunitas sekitar untuk menjalin hubungan baik dengan masyrakat. 5. Identity Public relation melakukan dan menyediakan berbagai hal untuk membuat identitas perusahaan, seperti kartu nama, amplop, gedung, mobil dan item lainnya untuk menunjukan perusahaan. 6. Lobbying Public relation melakukan lobbying baik dengan pemerintah, klien, stake holder,dan pihak lainnya untuk melancarkan kegiatan perusahaan. 7. Social Investment/ Social Responsibility Public relation dapat merebut hati masyarakat yang ditargetkan dengan ikut serta berpartisipasi dengan kegiatan sosial seperti CSR. 2.2.4.4 Khalayak / Publik Public Relation Khalayak atau publik dari public relation terbagi menjadi 10 bagian yang spesifik yaitu (Jeffkins & Yadin, 2004): 1. Masyarakat luas 2. Calon pegawai atau anggota 3. Pegawai atau anggota 4. Pemasok jasa dan barang 5. Investor 6. Distributor 7. Konsumen 8. Para pemimpin pendapat umum 9. Serikat pekerja 10. Media masa 18 2.2.4.5 Public Relation Perception “Public Relation perception is the individual perception of public relation activities of the company and serves as the independent variable” Hanze dan Farsani (2011) Persepsi PR adalah persepsi individu dari kegiatan PR perusahan yang menjadi variable tersendiri. Variable PRP: • Visibility: Tingkat paparan pesan yang dibuat oleh PR yang diterima oleh audiens. • News Angle: Keberagaman pesan yang muncul didalam pesan yang disampaikan perusahaan yang dietrima oleh audiens • Prominence: Tingkat kesaradaran audiens mengenai kampanye PR yang memiliki value tinggi • Tonality: Sentimen yang terbentuk di dalam pikiran audiens berdasarkan paparan kampanye PR, baik terhadap brand sendiri atau brand kompetitor Gambar berikut menunjukan hubungan PRP dengan brand image yang menghasilkan Loyalitas konsumen: Gambar 2.1 Public Relation Perception Loyalitas Kostumer -attiitude -Visibility -News Angle -Prominence -Tonality 2.2.5.1Brand Awareness Brand Image -Behavior 19 Kesadaran sebuah merek menjadi poin utama bagi sebuah perusahaan untuk bisa menjual produknya baik barang atau jasa. Jika masyarakat tidak bisa mengenal perusahaan tersebut maka sangat sulit bagi perusahaan untuk menjalankan bisnisnya, itulah mengapa setiap perusahaan berlomba-lomba membangun kesadaran merek dan ingin mencapai top of mind. Menurut Aker dalam (Durianto, 2004) Brand awareness adalah “kesanggupan calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu.” Ketika kita disuruh menyebutkan merek mobil sport maka merek-merek yang kita sebutkan adalah merek yang memiliki awareness. Peranan brand awareness dalam keseluruhan brand equity tergantung dari sejauh mana tingkatan kesadaran yang dicapai oleh suatu merek. Tingkatan kesadaran merek secara berurutan yaitu: 1. Tidak menyadari : Konsumen tidak menyadari merek. 2. Pengenalan : Tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat seseorang pembeli memilih suatu merek pada saat melakukan pembelian. 3. Brand Recall : Pengingatan kembali pada merek didasarkan terhadap permintaan seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk. Hal ini diistilahkan dengan pengingatan kembali tanpa bantuanm karena berbeda dari tugas pengenalan, reponden tidak perlu dibantu untuk memunculkan merek tersebut. 4. Top Of Mind : Apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan pengingatan dan ia dapat menyebutkan suatu nama merek, maka merek yang paling banyak disebutkan pertama sekali merupakan merek top of mind, yang berarti merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada di benak konsumen. 2.2.5.2 Peranan Brand Awareness 20 Menurut Dunianto-Sugiarto (2004), brand awareness dibagi menjadi 4 empat peranan dalam menciptakan nilai, yaitu: 1. Anchor to wich other association can be attached, suatu merek dapat digambarkan seperti suatu jangkar dengan berberapa rantai. Rantai menggambarkan asosiasi merek tersebut. 2. Familiarity Linking dengan mengenal merek akan menimbulkan rasa terbiasa, terutama untuk produk yang bersifat low. Keterlibatan merek seperti pasta gigi, tissue, dan lain-lain. Kebiasaan dapat menimbulkan keterkaitan, kesukaan yang kadang-kadang dapat menjadi suatu pendorong dalam membuat suatu keputusan. 3. Substance/Commitment kesadaran akan nama dapat menandakan keberadaa, komitmen dan inti yang sanagat penting bagi suatu perusahaan. Suatu nama dikenal karena berberapa alasan, mungkin karena program iklan perusahaan yang eksistensi jaringan distribusinya luas, eksistensi yang sudah lama dalam industri tersebut, dan lainnnya. Jika ada dua merek yang memiliki kualitas sama, maka brand awareness yang akan menjadi faktor penentu. 4. Brand to consider langkah pertama dalam proses pembelian adalah menyeleksi suatu kelmpok merek yang dikenal untuk mempertimbangkan suatu merek, dimana merek terebut kemudian akan diptuskan untuk dibeli atau tidak. Merek yang memiliki level Top of Mind tinggi akan memiliki nilai tinggi bagi konsumen, jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingata, merek tersebut tudak akan dipertimbangkan konsumen. 2.2.5.3 Cara mencapai Brand Awareness Ada 6 elemen untuk membentuk brand awareness menurut Keller (2006) yaitu: 1. Memorable, seberapa mudah nama sebuah merek diingat oleh konsumen. 2. Meaning Full, membuat nama merek memiliki kredibilitas dan sugesti terhadap produk dalam kategori tertentu. 3. Likeability, apakah nama merek memiliki kemiripan secara nama dengan visual produk. 21 4. Transferable, Apakah nama brand dapat digunakan untuk memperkenalkan produk baru dengan kategori yang berbeda 5. Adaptable, seberapa besar kemungkinan elemen merek tersebut dapat beradaptasi 6. Protectable, bagaimana secara legal brand elemen anda dilindungi, apakah mudah untuk ditiru. 2.2.6.1 Brand Association Sebuah produk memiliki karakter tersendiri, mengincar segmen tersendiri, mengincar target pasar tersendiri, karena itulah perusahaan berusaha menciptakan sebuah asosiasi pada produk agar produk dapat sampai ke target pasar yang diinginkan, dan masyarakat yang ada didalam segmen biosa melihat produk seperti yang diinginkan oleh perusahaan. Menurut Aker dalam Sumarwan (2011) brand association adalah “asosiasi apapun yang terkait dengan merek tertentu.Asosiasi ini bias berupa atribut produk. Asosiasi ini biasanya dibentuk oleh identitas yang dimilikki merek tersebut. Berbagai riset bisa menggunakan asosiasi ini sebagai basis positioning produk. Brand association juga menciptakan positif attitude atau perasaan terhadap pelanggannya dan seperti persepsi kualitas, asosiasi merek ini menjadi basis dalam eksistensi merek.” Maka dapat dikatakan bahwa brand association adalah sebuah nilai dalam sebuah merek yang mengacu pada sebuah identitas dari merek tersebut yang muncul dari benak konsumen berdasarkan pengalaman konsumen terhadap produk atau brand tersebut. 2.2.6.2 Sumber Brand Association Menurut Aaker ada sebelas sumber asoosiasi yang terkait dengan merek, yaitu : 1. Atribut Produk Atribut produk terdiri atas kualitas, desain dan fitur. Kualitas lebih lanjut dijelaskan sebagai kinerja, keandalan, kemudahan diperbaiki, daya tahan, dan desain. 2. Atribut tak berwujud 22 Atribut tak berwujud sama seperti persepsi kualitas, kemajuan teknologi atau kesan nilai yang mengikhtisarkan serangkaian aribut yang objektif. 3. Manfaat produk bagi pelanggan Karena sebagian besar atribut produk memberikan manfaat bagi pelanggan, maka biasanya terdapat hubungan antara keduanya. Artinya, kalau mau membuat asosiasi manfaat, mau tidak mau perusahaan juga harus membuat asosiasi atribut sebagai alasannya. 4. Harga Relatif Penggunaan “harga terjangkau” sebagai sumber asosiasi akan bermanfaat bila pasar sasaran yang dituju juga sensitive terhadap harga, dan selisih harga yang ditawarkan cukup berarti bagi konsumen. 5. Penggunaan Kapan sebuah produk digunakan? Saat penggunaan sebuah produk inilah yang dapat dijadikan sebuah merek. 6. Pengguna atau Pelanggan Asosiasi merek dibentuk dari pelanggan yang menggunakann produk tersebut. 7. Orang terkenal Mengaitkan orang terkenal atau artis dapat mentransfer asosiasi artis atau orang tersebut ke merek yang dikaitkan. Namun bila citra orang tersebut turun maka citra merek yang dikaitkan juga turun. 8. Gaya Hidup Asosiasi sebuah merek dengan gaya hidup dapat diilhami oleh para pelanggan merek tersebut dengan aneka kepribadian dan karakteristik gaya hidup yang hamper sama. 9. Kelas Produk Mengasosiasikan sebuah merek menurut kelas produknya akan lebih berhasil jika merek tersebut merupakan merek pertama pada kategori produk yang bersangkutan. 10. Para Peasing Mengetahui pesaing dan berusaha untuk menyamai atau bahkan mengungguli pesaing dapat dijadikan sebagai sumber asosiasi. 11. Negara atau Area Geografis 23 Sebuah Negara dapat menjadi symbol yang kuat asalkan memiliki hubungan yang erat dengan produk, bahan, dan kemampuan. 2.2.6.3 Nilai yang diciptakanbrand association 1. Membantu proses penyusunan informasi Asosiasi dapat membantu untuk meringkas sekumpulan fakta dan spesifikasi yang mungkin sukit diproses dan diakses para pelanggannya dan dapat menjadi mahal bagi perusahaan untuk mengkomunikasikannya. 2. Diferensasi / posisi Asosiasi – asosiasi yang terbentuk di benak konsumen, pada gilirannya bias memainkan suatu peran dalam membedakan suatu merek dengan merek-merek produk competitor. 3. Alasan untuk membeli Berberapa bagian dari brand association yang melibatkan asosiasi mengenai atribut produk atau customer benefit, mampu untuk mempengaruhi keputusan pembelian dengan cara memberikan kredibillitas dan rasa percaya diri dalam menggunakan merek tersebut. 4. Menciptakan sikap/perasaan positif Berberapa asosiasi tertentu dapat membentuk image positif selama pengalaman menggunakan produk tersebut. 5. Basis perluasan merek Asosiasi yang positif sifatnya bias dijadikan landasan bagi perluasan merek dengan cara membentuk ciri atau kesamaan asosiasi tertentu dengan sebuah lini produk baru. 2.2.6.4 Brand Atributes and Brand Benefit Menurut Keller pada bukunya yang berjudul Strategic Brand Management(2013) mengatakan bahwa dalam membentuk citra merek yang positif memerlukan program marekting yang berhubugan kuat, 24 menguntungkan dan memiliki asosiasi yang unik. Asosiasi merek bisa terdiri dari brand attributes atau brand benefit. Brand attributes adalah “descriptive features that characterize a product or services” fitur deskriptif yang mencirikan suatu produk atau jasa. Contohnya adalah merek Apple yang berasosiasi kuat, berkuatlitas, mahal, dan elegan. Sedangkan brand benefit berarti “the personal value and meaning that consumer attach to the product or service attributes” nilai personal dan makna yang dikaitkan konsumen kepada produk atau jasa lebih kepada sifat manusia. Contohnya adalah produk Apple yang berasosiasi muda, trendy, moderen, profesional. 2.2.7.1 Brand Image Citra sebuah perusahaan bukan hal yang bisa diciptakan dalam jangka waktu yang singkat, perusahaan memerlukan waktu bertahum-tahun lamanya untuk menciptakan citra yang positif, citra yang diinginkan, dan untuk menciptakan citra tersebut tidaklah mudah melainkan menggunakan strategi dan pendekatan yang kompleks. Namun citra ini bisa menjadi fondasi yang kuat kedepannya bagi kelangsungan perusahaan menjalankan bisnisnya. Menurut Aker dalam Simamora (2003) brand image adalah “seperangkat asosiasi unik yang ingin diciptakan atau dipelihara para pemasar. Asosiasi-asosiasi itu menyatakan apa yang sesungguhnya merek dan apa yang dijanjikannya kepada konsumen” 2.2.7.2 Manfaat Brand Image 1. Manfaat bagi konsumen: Konsumen memiliki citra positif terhadap suatu merek lebih mungkin untuk melakukan pembelian. 2. Manfaat bagi perusahaan: Perusahaan daoat mengembangakn lini produk dengan memanfaatkan citra yang positif yang telah terbentuk terhadap merek produk lama. 2.2.7.3 Hal Yang Mempengaruhi Brand Image 1. Deain Kemasan 2. Event, promosi, dan kegiatan below the line lainnya 25 3. Ikaln tidak langasung yaitu bersifat public relation 4. Corporate Social Responsibility (CSR) 5. Customer Service 6. Bagaimana karyawan yang bekerja di lini depan menghadapi konsumen. Ke-enam hal diatas menjadi faktor yang dapat mempengaruhi brand image dari sebuah perusahaan. Faktor-faktor diatas dapat diatur oleh perusahaan sehingga untuk menciptakan brand yang baik merupakan keputusan dan kontrol langsung dari perusahaan. 2.2.7.4 Elemen dan Komponen Brand Image Menurut Joe Kent Kerby, elemen yang ada didalam brand image adalah: 1. Ketahanan (tenacity) berkaitan dengan kualitas dan brand image produk itu sendiri. 2. Kesesuaian (congruence) berkaitan dengan kesesuaian antara brand image dan karakteristik brand. 3. Keseksamaan (precision) menentukan berapa akurat dan jelasnya image yang ingin ditampilkan. 4. Konotas (connotative) merupakan pendapat konsumen dari kepribadian produk yaitu dari semua karakteristik merek produk sejenis yang diterima, konsumen menemukan brand produk yang satu berbeda dengan brand produk yang lainnya. 2.2.7.5 Pembentukan Brand Image Pembentukan brand image tidak dapat terjadi dalam sekejap, namunmemakan waktu yang cukup lama, bahkan bisa bertahun-tahun. Brand Image terbentuk berdasarkan: 1. Kualitas Produk 2. Pelayanan yang disediakan 26 3. Reputasi Perusahaan 4. Kebijakan Perusahaan 5. Kegiatan-kegiatan perusahaan itu sendiri. 2.2.8.1 CSR Setiap perusahaan yang berdiri terutama perusahaan yang bergerak pada bidang mengambil sumber daya alam, diwajibkan oleh pemerintah untuk melakukan CSR, yang tujuannya mengembalikan apa yang telah diambil oleh perusahaan karena persepsinya perusahaan telah mengeruk hasil bumi. Namun sekarang segala perusahaan dari bidang apapun melakukan kegiatan CSR yang didasari berbagai macam tujuan seperti etika, membangun citra, bersosial dan sebagainya. Berdasarkan strategi yang dilakukan oleh public relations, menurut Oliver van Heel dalam (Kurniati, 2011) menyatakan pengertian dari kegiatan corporate social responsibility dapat diartikan sebagai suatu pendekatan bisnis yang menciptakan kepentingan dengan merangkum semua peluang dan mengelola semua risiko yang dihasilkan dari kegiatan pembangunan ekonomi, lingkungan, dan sosial. Sedangkan menurut Kotler dan Lee (2005) dalam (Hadi, 2010) memberikan rumusan corporate social responsibility merupakan kegiatan tanggung jawab sosial merupakan komitmen volunter perusahaan untuk turut serta dalam meningkatkan kesejahteraan komunitas. 2.2.8.2 Kategori Program CSR Dalam buku (Solihin, 2009) , jenis alternatif program CSR, dipilih dengan mempertimbangkan tujuan, tipe program, keuntungan potensial yang akan diperoleh, serta tahap-tahap kegiatan perusahaan menurut Kotler dan Lee menyebutkan enam kategori program diantaranya: 1. Cause Promotions Merupakan kegiatan CSR yang dilakukan dengan memberikan sejumlah dana atau bentuk sumberdaya lainnya sebagai bentuk kontribusi perusahaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.terhadap suatu masalah sosial atau untuk mendukung pengumpulan dana, partisipasi dari masyarakat, atau dalam rangka merekrut relawan untuk mendukung masalah sosial tersebut. 2. Cause Related Marketing 27 Sebuah kegiatan CSR dimana perusahaan, memiliki komitment untuk menyumbangkan persentase tertentu dari penghasilannya untuk suatu kegiatan sosial berdasarkan besarnya penjualan produk. 3. Corporate Social Marketing Suatu kegiatan CSR dimana perusahaan mengembangkan dan melaksanakan kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesehatan dan keselamatan publik, menjaga kelestarian lingkungan hidup, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 4. Corporate Philanthropy Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kotler (2005), kegiatan dimana perusahaan memberikan kontribusi secara langsung secara Cuma-Cuma (charity) dalam bentuk pemberian uang tunai, sumbangan dan sejenisnya. 5. Community Volunteering Melalui kegiatan CSR ini dimana perusahaan mendukung serta mendorong para karyawan, para pemegang franchise atau rekan pedagang eceran untuk menyisihkan waktu mereka secara sukarela guna membantu organisasiorganisasi masyarakat lokal maupun masyarakat yang menjadi sasaran program. 6. Socially Responsible Bussiness Practice Dalam kegiatan ini perusahaan melakukan investasi yang mendukung pemecahan suatu masalah sosial untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas dan melindungi lingkungan. 2.2.8.3 Manfaat CSR Dalam melakukan kegiatan CSR ada berberapa manfaat yang muncul baik bagi perusahaan, masyarakat, lingkungan, dan negara menurut (Wibisono 2007. P99): 1. Bagi perusahaan, dengan melakukan kegiatan CSR perusahaan memperoleh citra yang positif dari masyarakat, lebih mudah memperoleh akses terhadap modal, dapat mempertahankan sumber daya manusia, meningkatkan pengambilan keputusan pada hal kritis, dan mempermudah pengelolaan manajemen resiko. 28 2. Bagi masyarakat kegiatan CSR akan meningkatkan nilai tambah sebuah perusahaan disuatu daerah karena menyerap tenaga kerja, mengikatkan kualitas sosial didaerah trersebut. 3. Bagi lingkungan kegiatan CSR mencegah eksploitasi berlebihan atas sumber daya alam, menjaga kualitas lingkungan dengan menekan tingkat polusi dan berusahaan terlibat merawat lingkungan 4. Bagi negara kegiatan CSR mencengah malpraktik bisnis seperti penyuapan atau penyelewengan pajak. 29 2.3 Kerangka Pemikiran Gambar 2.2 Pembentukan Brand Image merek citra positif positifRoyal Kuningan Hotel Brand Association entuk sebuah citra merek, perusahaan harus terlebih dahulu Dalam membentuk meningkatkan kesadaran merek dan membentuk sebuah asosiasi merek. Karena itu mencapai citra merek yang positif adalah proses yang panjang, Hotel H Royal Kuningan memulai pembentukan citra merek positif dari meningkatkan kesadaran merek dan membentuk asosiasi merek agar terbentuk sebuah citra dari merek Royal Kuningan Hotel dan dapat mencapai citra merek yang positif.