BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global menunjukkan perkembangan yang begitu pesat pada beberapa dekade ini. Banyak perusahaan baru yang tumbuh dan bersaing di kancah global. Setiap perusahaan saling bersaing dan berusaha untuk menjadi market leader. Untuk mencapai hal tersebut, maka setiap perusahaan dituntut untuk terus berkembang dan memiliki keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif hanya akan dicapai sebuah perusahaan jika perusahaan tersebut memiliki ide – ide baru yang berbeda dengan perusahaan – perusahaan pesaing. Hal yang paling penting dalam persaingan dilingkungan yang ketat ini adalah ide – ide baru yang terus bermunculan. Kekuatan, nama besar, dan uang akan mengalir ke perusahaan dengan adanya keunggulan atas inovasi – inovasi yang dilakukan (Coy, 2000). Salah satu sektor yang memegang peran penting dalam kemajuan ini adalah sektor industri teknologi. Industri teknologi selalu berkembang dan perusahaan – perusahaan didalamnya selalu bersaing secara ketat. Untuk bertahan dalam arus persaingan yang begitu kompetitif ini, perusahaan teknologi harus terus menerus melakukan inovasi pada produknya (D’Aveni, 1994; Hamel & Prahalad, 1994; Schilling & Hill, 1998). Hal tersebut dirasa penting karena seiring dengan pesatnya perkembangan di bidang teknologi, permintaan pasar terhadap produk – produk teknologi yang berkualitas dan terbaru akan semakin tinggi pula. 1 Inovasi menjadi kunci utama dalam kemajuan sebuah perusahaan, terutama perusahaan yang bergerak di industri teknologi. Hal ini menuntut adanya peran manajemen puncak dalam rangka menyusun strategi inovasi. Namun, penyusunan strategi inovasi tidak lepas dari adanya konflik keagenan. Sesuai dengan kerangka teori keagenan, hubungan keagenan timbul saat terdapat satu pihak (prinsipal) yang mempekerjakan pihak lainnya (agen) untuk melakukan suatu pekerjaan dan mendelegasikan kewenangan untuk mengambil keputusan kepada agen tersebut (Anthony & Govindarajan, 2007). Berdasarkan kerangka ini, manajemen puncak sebagai agen bertugas untuk menjalankan bisnis demi kepentingan pemegang saham sebagai prinsipal. Konflik keagenan timbul ketika manajemen puncak menjalankan bisnis demi memaksimalkan kepentingannya sendiri. Manajemen puncak akan cenderung menghindari strategi – strategi yang berisiko dan hanya berfokus pada kinerja jangka pendek. Begitu pula dengan strategi inovasi yang disusun oleh manajemen, mereka akan cenderung memilih untuk melaksanakan proyek – proyek pengembangan dan penelitian yang berisiko kecil, misalnya proyek – proyek yang tidak membutuhkan banyak dana dan yang hanya membutuhkan jangka waktu pendek. Sehingga manajemen puncak akan memperoleh hasilnya dengan segera (Balkin, Markman, & Gomez-Mejia, 2000). Sebaliknya, pemegang saham justru menginginkan manajemen puncak untuk menjalankan bisnis secara berkesinambungan. Dengan kata lain, selain harus berfokus pada kinerja jangka pendek, pemegang saham juga menginginkan manajemen puncak untuk memfokuskan perhatian pada kinerja perusahaan jangka panjang. Hal inilah yang menyebabkan konflik keagenan muncul. 2 Untuk mencegah konflik keagenan semakin berkembang, maka manajemen puncak harus diberikan kompensasi yang pantas atas apa yang telah mereka lakukan. Perusahaan harus menetapkan kebijakan kompensasi yang tepat kepada manajemen puncak, kebijakan tersebut haruslah yang sesuai dengan tujuan perusahaan (Marki, Lane, & Gomez-Meija, 2006). Kebijakan kompensasi dirasa penting, terutama pada industri teknologi, karena dapat mendorong manajemen puncak untuk lebih berfokus pada inovasi sebagai investasi jangka panjang dibandingkan dengan hanya mementingkan proyek jangka pendek saja. Kebijakan kompensasi yang tepat untuk manajemen puncak pada perusahaan teknologi adalah kebijakan kompensasi yang menggabungkan antara short-term pay (untuk mendorong transformasi yang berkelanjutan) dan long-term compensation (untuk mendorong manajemen mengembangkan kompetensi inti perusahaan yang menghasilkan keunikan dan peningkatan nilai perusahaan) (Balkin, Markman, & Gomez-Mejia, 2000). Dengan kombinasi antara kompensasi jangka pendek dan jangka panjang ini, maka selain pengerjaan proyek penelitian dan pengembangan jangka pendek, manajemen puncak juga akan berfokus pada pengerjaan proyek jangka panjang. Penelitian mengenai kebijakan kompensasi manajemen terhadap strategi inovasi perusahaan pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, baik kebijakan kompensasi dalam bentuk short-term pay saja, kompensasi dalam bentuk long-term compensation, maupun kombinasi antara kedua kebijakan kompensasi tersebut. Balkin, Markman, dan Gomez-Mejia (2000) melakukan pengujian atas short-term pay dan long-term compensation yang dibayarkan 3 perusahaan kepada manajemen puncak terhadap strategi inovasi perusahaan dengan hasil pengujian yaitu terdapat pengaruh antara kedua kebijakan kompensasi manajemen tersebut terhadap strategi inovasi perusahaan yang diproksikan dengan besarnya biaya penelitian dan pengembangan yang dikeluarkan perusahaan. Tetapi penelitian tersebut dilakukan lebih dari satu dekade silam. Atas dasar tersebut, peneliti termotivasi untuk menguji apakah manajemen puncak dengan jenis kebijakan kompensasi tertentu yang diterapkan perusahaan termotivasi untuk mengembangkan strategi inovasi, salah satunya yaitu melalui peningkatan biaya penelitian dan pengembangan yang berdampak langsung pada besarnya inovasi yang dilakukan perusahaan. Untuk itu, penelitian ini berfokus pada judul “Analisis Pengaruh Kebijakan Kompensasi Manajemen Puncak Terhadap Inovasi Perusahaan”. 1.2. Rumusan Masalah Kemampuan untuk berinovasi penting untuk menghasilkan sumber daya yang bernilai tinggi, langka, sulit untuk ditiru, dan sulit untuk dicari penggantinya (Grant, 1991). Dengan inovasi, maka perusahaan teknologi dapat memenuhi keinginan pasar atas produk – produk berteknologi tinggi dan terbaru. Oleh karena itu, diperlukan peran manajemen puncak untuk menentukan strategi inovasi yang tepat bagi perusahaan. Sebagai imbalannya, manajemen puncak sudah selayaknya diberikan kompensasi. Kebijakan kompensasi yang baik adalah kebijakan kompensasi yang menggabungkan antara short-term pay dan long-term compensation. Keduanya secara bersamaan dapat memotivasi manajemen puncak 4 untuk mengerjakan proyek – proyek pengembangan dan penelitian baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya kemungkinan kompensasi manajemen jangka pendek akan berpengaruh pada proyek – proyek penelitian dan pengembangan yang dilakukan perusahaan, dan disisi lain kompensasi manajemen jangka panjang juga akan berpengaruh pada proyek – proyek penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh perusahaan. Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu apakah kebijakan kompensasi manajemen jangka pendek berpengaruh terhadap strategi inovasi perusahaan dan apakah kebijakan kompensasi manajemen jangka panjang juga berpengaruh terhadap strategi inovasi perusahaan. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh kebijakan kompensasi manajemen puncak, baik jangka pendek maupun jangka panjang, terhadap inovasi perusahaan. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada berbagai pihak, diantaranya sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan pihak internal perusahaan, terutama perusahaan teknologi, untuk menetapkan 5 kebijakan kompensasi terhadap manajemen puncak. Kebijakan kompensasi yang baik adalah kebijakan kompensasi yang memotivasi manajemen puncak untuk melakukan inovasi. 2. Bagi akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan penelitian – penelitian berikutnya terutama penelitian mengenai kebijakan kompensasi manajemen dan strategi inovasi perusahaan. Selain itu, penelitian ini diharapkan juga dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam bidang akuntansi manajemen yang berkaitan dengan kompensasi manajemen dan inovasi perusahaan. 1.5. Sistematika Penulisan Penelitian ini dibagi menjadi lima bagian utama dengan beberapa subbagian pada setiap bagiannya. Berikut ini adalah gambaran secara umum dari setiap bagian tersebut: Bab I – Pendahuluan Bagian ini merupakan bagian awal dari penelitian yang menggambarkan latar belakang dilakukannya penelitian ini serta pada bagian ini pula memaparkan masalah inti yang akan dibahas pada sepanjang penelitian. Bab II – Landasan Teori 6 Pada bagian ini membahas mengenai teori – teori yang mendasari penelitian dan juga pengembangan hipotesis yang didasarkan pada teori – teori tersebut. Bab III – Metode Penelitian Bagian ini memaparkan mengenai metode – metode yang digunakan untuk melakukan penelitian serta menjelaskan mengenai bagaimana sampel penelitian didapatkan dan gambaran awal pengujian penelitian. Bab IV – Analisis Data dan Pembahasan Pada bagian ini menjelaskan secara rinci mengenai pengolahan data dan pengujian atas hipotesis yang telah dikembangkan pada Bab II sebelumnya. Pada akhir bagian ini akan diketahui hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Bab V – Kesimpulan dan Saran Bagian ini merupakan bagian terakhir dari penelitian yang mengemukakan mengenai ringkasan hasil penelitian. Pada bagian ini juga memaparkan mengenai keterbatasan – keterbatasan penelitian dan saran bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian dengan lebih baik. 7