BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Pustaka
Di pasar internasional, harga ikan patin segar per kilogram adalah USD 1.
Sementara itu, harga fillet ikan patin per kilogram mencapai USD 3.4.
Kekurangan ikan patin Indonesia lainnya, apabila dibandingkan dengan ikan patin
Vietnam, adalah ukurannya yang Indonesia rata-rata 500-600 gram, sedangkan
pasar Eropa menginginkan ikan patin dengan ukuran 800 gram hingga satu
kilogram. Idealnya, ikan patin yang bagus adalah yang berukuran satu kilogram
hingga 1,2 kilogram agar mudah diolah dalam bentuk fillet. Ukuran ikan patin ini
semakin menjadi hambatan karena para peternak ikan patin Indonesia, yang
umumnya kalangan rumah tangga, cenderung tidak sabar menunggu hingga ikan
patin mereka mencapai berat dan ukuran ideal. Ketika datang permintaan ikan
patin berukuran 500 gram, para peternak ikan patin langsung menjualnya
(Roestifitawati, 2013).
Pelet merupakan salah satu jenis pakan ikan. Setiap ikan membutuhkan nilai gizi
berbeda, kebutuhan protein, lemak dan serat. Makanan yang memiliki
keseimbangan protein, lemak dan serat untuk kebutuhan ikan tertentu akan
membuat ikan cepat besar, tetapi apabila nutrisi kurang, pertumbuhan ikan akan
sangat lambat sehingga berakibat biaya dan waktu panen yang cukup lama.
Kandungan kimia pelet Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan air awar yang
cukup dikenal di Indonesia, serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Ikan patin
banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan pempek, nugget, dan
5
6
produk olahan perikanan lainnya. Daging ikan patin memiliki kandungan kalori
dan protein yang cukup tinggi seperti tertera pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Komposisi kimia ikan patin per 100 gr daging ikan patin
Komposisi Kimia
Persentase (%)
Air
82,22
Protein
14,3
Lemak
1,09
Abu
0,74
Sumber : (Subagja, 2009)
Komposisi kimia tubuh ikan dipengaruhi oleh pakan dan lingkungan. Komposisi
kimia tubuh organisme akuatik berhubungan erat dengan kualitas daging komoditi
tersebut. Untuk meningkatkan kualitas daging, salah satu cara yang dilakukan
adalah aplikasi pakan dengan nutrisi seimbang. Protein merupakan salah satu zat
makanan yang dibutuhkan ikan dan perlu dipenuhi untuk mencapai pertumbuhan
yang optimal. Kebutuhan energi ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
spesies ikan, umur atau ukuran ikan, aktivitas ikan, suhu dan jenis pakan. Jenis
pakan yang dapat diberikan pada ikan yaitu 100 % pelet dan pelet yang diberi
suplemen probiotik serta paku air atau Azolla pinnata (Sukmawati, 2006).
Pelet merupakan salah satu jenis pakan ikan. Setiap ikan membutuhkan nilai gizi
berbeda, kebutuhan protein, lemak dan serat. Makanan yang memiliki
keseimbangan protein, lemak dan serat untuk kebutuhan ikan tertentu akan
membuat ikan cepat besar, tetapi apabila nutrisi kurang, pertumbuhan ikan akan
sangat lambat sehingga berakibat biaya dan waktu panen yang cukup lama.
Kandungan kimia pelet 7 ikan tergantung dari bahan dasar pembuatan pelet
(Sriharti, 1992).
Dalam penyusunan ramuan pakan ikan perlu diperhatikan pula kualitas dan
keanekaragaman
bahan
baku.
Komposisi
dengan
bahan
baku
yang
7
beranekaragam lebih baik daripada komposisi yang sedikit ragam bahan baku.
Contoh kandungan gizi bahan pembuat makanan ikan dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Hasil analisa kimia bahan baku pakan ikan
No. Bahan Baku
1
2
Tepung Ikan
Tepung
Daging ayam
Bungkil
kacang tanah
Dedak
gandum
Tepung
kedelai
3
4
5
Kandungan gizi ( %)
Protein Lemak Karbohidrat Serat Abu Air
62,67
4,19
5,71
0,11 17,55 9,77
61,56
27,3
2,34 8,8
47,9
10,9
25
3,6
4,8
7,8
11,99
1,48
64,75
3,79
0,64
17,35
39,6
14,3
29,5
2,8
5,4
8,4
Sumber : (Sriharti, 1992)
2.2
Landasan Teori
2.2.1
Usahatani
Menurut Vink (1984), ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari normanorma yang digunakan untuk mengatur usahatani agar memperoleh pendapatan
yang setinggi-tingginya.
Ilmu usahatani biasa diartikan sebaagai ilmu yang mempelajari bagaimana
seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk
tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif
bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki dengan sebaikbaiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut
menghasilkan pengeluaran yang melebihi masukan (Soekartawi, 1995).
Ilmu Usahatani merupakan ilmu terapan yang membahas atau mempelajari
bagaimana membuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu
8
usaha pertanian, peternakan, atau perikanan. Selain itu juga dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana membuat dan melaksanakan keputusan
pada usaha pertanian, peternakan, atau perikanan untuk mencapai tujuan yang
telah disepakati oleh petani/peternak tersebut (Prawirokusumo, 1990).
Karena setiap perusahaan bertujuan untuk mencari laba, maka efisiensi
merupakan suatu hal yang penting yang harus dilakukan oleh setiap perusahaan.
Laba yang maksimal dapat diperoleh atau dicapai melalui penggunaan sumber
daya yang efisien. Terdapat beberapa pengertian efisiensi, diantaranya adalah
sebagai berikut:
Menurut Kamus Besar Indonesia (2001:284), pengertian efisiensi adalah
ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuaatu (dengaan tidak
membuang waktu, tenaga, biaya).
Menurut John dan Orazem (1992), efisiensi merupakan suatu cara yang digunakan
dalam proses produksi dengan menghasilkan output yang optimal dengan
meminimalisir biaya produksi terutama bahan baku atau dapat menghasilkan
output produksi yang maksimal dengan sumberdaya terbatas.
Menurut Joel G. Siegel dan Jaae K. Shim (1999), mendefenisikan efisiensi
merupakan biaya input (masukan) untuk tiap unit output (keluaran) yang
diproduksi.
Efisiensi perusahaan adalah mengukur besarnya nilai produksi yang dapat dicapai
atas nilai faktor produksi tertentu.
9
Efisiensi =
Keterangan
: TRa =Total Revenue A
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇
:
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇
TCa= Total Cost A
TRb =Total Revenue B
TCb= Total Cost B ( Suratiyah, 2011).
2.2.2
Biaya
Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed
cost) dan biaya tidak tetap (variable cost) (Soekartawi, 1999). Biaya tetap (FC)
adalah biaya yang relatif jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi
yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar
kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contohnya biaya tenaga kerja.
2.2.3
Harga
Harga pasar suatu komoditi dana jumlah yang diperjualbelikan ditentukan oleh
permintaan dan penawaran dari komoditi tersebut. Dengan harga pasar
dimaksudkan harga yang disepakati oleh penjual dan pembeli (Sugiarto, 2000).
2.2.4
Pendapatan
Pendapatan (Pd) adalah selisih antara penerimaan (TR) dan semua biaya (TC).
Jadi, Pd = TR - TC. Penerimaan usahatani (TR) adalah perkalian antara produksi
yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py) (Soekartawi, 1999).
2.3
Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Anita (2010) di dalam judul Analisis Komparasi Harga dan
Rantai Pemasaran Sembako di Pasar Tradisional dan Pasar Modern menunjukkan
bahwa ada perbedaan saluran pemasaran sembilan bahan pokok (sembako) di
10
pasar tradisional dan pasar modern, yaitu saluran pemasaran sembako di pasar
tradisional lebih panjang sehingga lebih banyak melibatkan lembaga-lembaga
pemasaran dibandingkan saluran pemasaran sembako di pasar modern. Dan ada
perbedaan nyata harga sembako di pasar tradisional dan pasar modern yaitu harga
sembako di pasar tradisional lebih murah dibandingkan di pasar modern kecuali
jenis sembako susu bendera dan minyak goreng(Bimoli).
Hasil penelitian Dumasari (2014) di dalam jurnal Teknologi Subtitusi Bahan
Dalam Pengembangan Usaha Mikro Pakan Organik Berprotein. Pengembangan
usaha mikro pakan organik berprotein bagi ikan air tawar dengan pemanfaatan
teknologi subtitusi bahan memiliki kontribusi berarti bagi upaya pemberdayaan
masyarakat petani petambak di pedesaan. Jenis usaha mikro ini berbasis
sumberdaya lokal dan ramah lingkungan. Produk pakan organik berprotein yang
dihasilkan dari pengembangan usaha mikro potensial mengurangi ketergantungan
para petani petambak pada pakan pellet buatan pabrik yang berbiaya tinggi. Bahan
baku pakan organik berprotein bersumber dari berbagai jenis limbah hasil
pertanian sebagai potensi sumberdaya alam lokal.
Berdasarkan hasil penelitian Edison, dkk (2013) pada jurnal yang berjudul
Pertumbuhan dan Efisiensi Pemanfaatan Pakan Pada Ikan Nila, Oreochromis
Niloticus Yang Mengkonsumsi Pellet Produk Industri Pakan Ikan Skala Rumah
Tangga Di Sulawesi Selatan disimpulkan bahwa pakan produk industri skala
rumah tangga asal Kabupaten Sidrap memiliki pertumbuhan dan efisiensi pakan
tertinggi dibanding dengan pakan lainnya.Pakan uji yang digunakan adalah pellet
produk industri pakan skala rumah tangga di Sulawesi Selatan dengan lokasi
Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) sebagai perlakuan B, Kabupaten Pinrang
11
perlakuan C, dan Kota Makassar sebagai perlakuan D, serta pakan komersial
sebagai pakan kontrol (perlakuan A). Ikan uji diberi pakan tiga kali sehari selama
30 hari secara satiasi. Parameter yang diukur adalah pertumbuhan mutlak,
komsumsi pakan harian, dan efisiensi pakan. Berdasarkan hasil penelitian ini
disimpulkan bahwa pakan produk industri skala rumah tangga asal Kabupaten
Sidrap memiliki pertumbuhan dan efisiensi pakan tertinggi dibanding dengan
pakan lainnya.
Proses produksi membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang cukup banyak.
Proses produksi dilakukan dengan memperhatikan kesesuaian tiap input produksi
untuk menghasilkan produksi optimal. Sehingga sangat perlu memperhatikan
bagaimana caranya untuk mengalokasikan input seefisien mungkin.
Pengefisienan pakan yang digunakan adalah salah satu usaha yang dapat
digunakan untuk mengoptimalkan produksi baik dalam rangka mengurangi biaya
produksi maupun meningkatkan produktivitas, terutama untuk petani ikan skala
kecil sehingga dapat memberikan benefit yang lebih besar untuk dapat
memperluas ataupun memperbesar skala usahanya.
2.4
Kerangka Pemikiran
Pengujian akan dilakukan untuk mengukur efisiensi perusahaan pada penggunaan
pakan pabrik dan pakan buatan. Pertama dengan mengetahui jumlah input
produksi dan harga pakan pabrik per kg dan pakan buatan per kg, lalu mengetahui
produksi ikan patin masing-masing petani yang menggunakan pakan pabrik dan
pakan buatan dan harga jual patinnya. Kemudian menghitung penerimaan petani,
setelah itu menghitung biaya total yang digunakan oleh petani yaitu biaya bibit,
12
biaaya pakan, obat-obatan, tenaga kerja, dan penyusutan peralatan. Setelah
mengetahui biaya total, maka pendapatan kemudian dapat dihitung dengan
mengurangi penerimaan dengan biaya total. Setelah itu untuk menghitung
efisiensi perusahaan dilakukan dengan membandingkan penerimaan dengan total
biaya masing-masing usahatani ikan patin yang menggunakan pakan pabrik dan
pakan butan untuk mengetahui penggunaan input yang lebih efisien. Secara
singkat, proses tersebut dapat dilihat dari skema kerangka pemikiran.
13
Usahatani Ikan Patin
Jumlah Input Pakan
Buatan x Harga pakan
Input Pakan Pabrik x
Harga pakan
Produksi x Harga
Produksi x Harga
Penerimaan
Penerimaan
Total Biaya ( Bibit, pakan,
obat-obatan,TK, Peralatan)
Total Biaya (Bibit, pakan,
obat-obatan, TK, Peralatan)
Pendapatan
Pendapatan
Efisiensi Perusahaan
Efisien
Keterangan:
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Tidak Efisien
:Menyatakan Pengaruh
14
2.5
Hipotesis Penelitian
1.
Biaya produksi penggunaan pakan pabrik lebih tinggi daripada biaya
produksi penggunaan pakan buatan
2.
Pendapatan petani yang menggunakan pakan pabrik lebih rendah daripada
pendapatan petani yang menggunakan pakan buatan.
3.
Dari segi efisiensi, usahatani ikan patin dengan penggunaan pakan buatan
lebih efisien.
Download