BAB II LANDASAN TEORI Pada Bab ini akan dibahas beberapa

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat
gambaran prokrastinasi pada mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara.
Landasan teori ini dibuat agar bisa lebih menjelaskan lebih detail dalam melihat gambaran
prokrastinasi, dan diharapkan agar landasan teori yang dibuat dapat mempermudah pada
tahap pelaksanaan di bab berikutnya.
2.1 Definisi Prokrastinasi
Menurut Blanchard & Gottry (2004) prokrastinasi adalah penundaan tugas yang
dilakukan sampai pada menit terakhir. Orang sering menunda-nunda karena mereka tidak
memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang penting dan tidak penting untuk
dikerjakan, serta tidak mengetahui bahwa menunda dapat menyebabkan hasil yang tidak
maksimal. Mereka melakukan penundaan karena tertarik untuk melakukan kegiatan yang
lebih menyenangkan, tidak memiliki komitmen terhadap hal yang dikerjakan. Bila
penundaan dilakukan secara terus menerus dapat mengakibatkan keterlambatan, kualitas
kerja yang buruk dan stres.
Menurut Knaus (2010) prokrastinasi adalah kebiasan menunda suatu kegiatan
penting dan tidak membuat tugas secara tepat waktu. Penundaan melibatkan emosi dan
persepsi negatif tentang suatu kegiatan yang tidak menyenangkan. Ketika mereka
mendapatkan konsekuensi dari penundaan maka mereka akan membuat alasan untuk
membenarkan keterlambatan itu. Penundaan bisa menjadi kebiasaan bila dilakukan
secara terus menerus dan dapat mengganggu produktivitas seseorang.
Menurut Davidson (2004) prokrastinasi adalah penundaan yang dilakukan sampai
batas waktu terakhir, dengan tidak memulai membuat tugas atau tidak menyelesaikan
tugas yang telah dibuat. Seseorang yang melakukan penundaan menganggap diri mereka
tidak produktif, malas dan cemas. Dari hasil penelitian menemukan bahwa orang yang
melakukan penundaan merupakan orang yang mudah menyerah, cenderung perfeksionis
dan memiliki ketakutan untuk gagal.
2.1.1 Teori Prokrastinasi
Dalam teori magnetic oleh Bernad (Catrunada, 2008) mengatakan ketika individu
melakukan prokrastinasi, mereka seperti terdorong untuk menjahui tugas yang
seharusnya dikerjakan. Individu, tugas dan faktor-faktor lain yang ada diantara individu
tersebut diumpamakan sebagai magnet. Ketika magnet individu saling menarik dengan
magnet tugas, ada magnet-magnet lain yang berada diantaranya, hal ini yang
menyebabkan individu terdorong untuk menjauhi tugas yang seharusnya dikerjakan.
Bernad (Catrunada, 2008) mengemukakan sepuluh faktor yang mempengaruhi
munculnya prokrastinasi. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan kekhawatiran,
keprihatinan dan rasa takut. Segala bentuk situasi yang mengancam individu dapat
menimbulkan kecemasan seperti konflik dann rasa frustasi, ancaman fisik, ancaman
terhadap harga diri dan tekanan melakukan sesuatu diluar kemampuan. Karena
merupakan emosi yang tidak menyenangkan, kecemasan tidak akan dihadapi dalam
jangka waktu yang lama. Ada dua cara yang dilakukan untuk mengatasi kecemasan, yaitu
pertama dengan menitikberatkan masalah, individu menilai situasi yang menimbulkan
kecemasan dan melakukan sesuatu unyuk mengubah atau menghindarinya dan kedua,
dengan menitikberatkan emosi, individu berusaha mereduksi perasaan cemas melalui
berbagai cara dan tidak secara langsung menghadapi masalah yang menimbulkan
kecemasan itu (Atkinson, Atkinson dan Hilgard, 1983).
2. Self-depreciation, seseorang memiliki penghargaan yang rendah atas dirinya dan selalu
menyalahkan dirinya ketika terjadi kesalahan dan kurang percaya diri untuk mendapatkan
masa depan yang cerah.
3. Toleransi yang rendah terhadap ketidaknyamanan, adanya kesulitan terhadap tugas yang
dikerjakan membuat seseorang mengalami kesulitan untuk menoleransi rasa cemas dan
frustasi
sehingga
mereka
menghindari
diri
dari
tugas-tugas
yang
mengurangi
kenyamanan.
4. Mencari kesenangan, seseorang yang mencari kenyamanan cenderung tidak mau
melepaskan
situasi
yang
membuat
nyaman
tersebut. Jika
seseorang
memiliki
kecenderungan yang tinggi dalam mencari kenyamanan, maka orang tersebut memiliki
keinginan kuat untuk bersenang-senang dan memiliki kontrol impuls yang rendah.
5. Disorganisasi waktu, mengatur waktu agar seseorang dapat memperkirakan dengan baik
berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Kelemahan
dari pengaturan waktu adalah sulitnya seseorang untuk memutuskan pekerjaan itu
penting atau kurang penting untuk dikerjakan sekarang sehingga sulit untuk menentukan
mana yang akan dikerjakan terlebih dahulu.
6. Disorganisasi
lingkungan,
ketidakteraturan
lingkungan
merupakan
salah
satu
prokrastinasi. Adanya banyak gangguan ketika mengerjakan pekerjaan sehingga
menyulitkan seseorang untuk berkonsentrasi dalam pekerjaan yang akan diselesaikan
tepat waktu.
7. Pendekatan yang lemah terhadap tugas, ketidaktahuan seseorang dalam memulai
pekerjaan dan menyelesaikan pekerjaan tersebut.
8. Perilaku arsetif yang rendah, kesulitan seseorang untuk menolak permintaan yang
ditunjukkan sedangkan banyak pekerjaan yang sudah dijadwalkan terlebih dahulu. Hal ini
dapat terjadi karena kurangnya komitmen dan tanggung jawab yang dimiliki.
9. Permusuhan terhadap orang lain, kemarahan yang terus menerus dapat menimbulkan
sikap bermusuhan dan dendam sehingga sikap menolak apapun yang dikatakan orang
tersebut.
10. Stress dan kelelahan, hasil dari sejumlah intensitas tuntutan negatif dalam hidup yang
digabungkan dengan gaya hidup dan kemampuan menyelesaikan masalah diri sendiri.
Semakin banyak tuntutan dan semakin lemah sikap seseorang dalam menyelesaikan
masalah, serta gaya hidup yang kurang baik makin tinggi stress seseorang.
Faktor yang mempengaruhi prokrastinasi pada individu berbeda-beda. Faktorfaktor tersebut yang menarik individu untuk menjauh dari tugas dan melakukan kegiatan
lain yang lebih menyenangkan.
Menurut Burka & Yuen (2008) teori ketakutan dasar menggunakan sudut pandang
dari kondisi emosional tertentu yang menyebabkan seseorang melakukan prokrastinasi.
Dalam diri prokrastinator terdapat sense of self-worth yang rapuh terhadap ancamanancaman tertentu terutama ancaman dalam bentuk penilaian, kontrol dan kedekatan atau
jarak dengan seseorang.
Burka & Yuen (2008) mengatakan bahwa prokrastinasi digunakan sebagai strategi
untuk melindungi diri dari ketakutan-ketakutan yang mendasar akan ancaman tersebut.
Ketakutan yang dimiliki membuat seseorang melakukan penundaan. Prokrastinasi
menjadi hal yang dianggap bisa melindungi harga dirinya. Ada jenis lima ketakuan dasar,
yaitu:
1. Fear of Failure, adanya kekhawatiran yang berlebihan terhadap kegagalan. Ketakutan ini
membuat individu merasa takut untuk melakukan sesuatu karena adanya harapan yang
terlalu tinggi sehingga khawatir kalau tidak bisa memenuhi harapan itu.
2. Fear of Success, adanya ketakutan dari keberhasilan yang dicapai. Faktor ini melibatkan
perasaan khawatir ketika seseorang sukses akan mendatangkan tuntutan yang lebih
besar, khawatir dijauhi teman-teman atau akan menyakiti orang lain apabila berhasil.
3. Fear of Losing the Battle, adanya ketakutan yang berlebihan akan kehilangan kontrol
terhadap dirinya. Hal-hal yang ditentukan oleh orang lain seperti batas waktu, aturanaturan dilihat sebagai suatu usaha untuk menghilangkan kontrol tersebut.
4. Fear of Attachment, adanya ketakutan untuk terkukung, terbatasi apabila seseorang
menjalin hubungan yang dekat dengan orang lain.
5. Fear of Separation, adanya ketakutan untuk menjadi sendirian.
Dari kedua teori diatas, menggambarkan kondisi psikoemosional yang dialami oleh
seseorang yang melakukan prokrastinasi.
Peterson (Prima,2007) yang menelusuri kemunculan karakteristik penyebab
prokrastinasi di masa kanak-kanak berdasarkan teori perkembangan psikososial Erikson.
Menurut Erikson bahwa perkembangan psikososial yang ideal akan tercapai jika
orangtua dapat menyeimbangkan keragu-raguan ketika anak menghadapi hal-hal baru
dalam hidupnya yang harus ia kuasai dan rasa malu jika tindakan yang ia lakukan gagal
dengan menciptakan lingkungan yang mendukung pengendalian diri anak tanpa
mengakibatkan harga dirinya menjadi rendah. Keragu-raguan dapat membantu anak
untuk mengetahui hal-hal apa saja yang belum dapat mereka lakukan dan rasa malu akan
membantu anak untuk belajar hidup dengan aturan-aturan kepantasan berprilaku yang
ditetapkan oleh lingkungannya.
Peterson (Prima, 2007) beranggapan bahwa kecenderungan prokrastinasi yang
terjadi pada masa remaja dan dewasa aktif terkait dengan rasa ragu-ragu dan malu pada
masa kanak-kanak. Kegagalan untuk menyelesaikan tugas perkembangan psikososial di
masa kanak-kanak ini disebabkan oleh pola asuh orang tua mereka sehingga perasaan
yang diperoleh dari masa kanak-kanak tersebut dapat menjadi prilaku prokrastinasi di
masa dewasa.
Kedekatan dengan ibu yang dapat memberikan rasa aman dapat menumbuhkan
kemandirian, kompetensi, resiliensi dan kepercayaan diri pada anak yang efeknya dapat
bertahan hingga masa remaja dan dewasa (papalia dkk, 2007). Sedangkan menurut
Peterson (Prima, 2007), keragu-raguan dan rasa malu akan mendominasi kehidupan anak
selanjutnya jika kedekatan ibu memberikan rasa tidak aman, ada 2 hal yang dapat
menyebabkan kedekatan dengan ibu menjadi tidaka aman, yaitu:
-
Pengabaian anak, sering mengabaikan kebutuhan-kebutuhan anak, tidak selalu dapat
diandalkan atau tidak konsisten dalam memberikan dukungan pada anak, orang tua
mengalami gangguan fisik dan sosial ekonomi. Hal ini dapat menjadi prilaku prokrastinasi
di masa dewasa karena mereka jadi cenderung ragu-ragu dalam memulai suatu
pekerjaan tugas, khususnya tugas yang sulit dan menghindari pekerjaan tugas yang
menbosankan. Anak lebih suka terlibat dalam kegiatan yang lebih menarik dan
menyenangkan.
-
Pandangan yang salah mengenai anak, ibu tidak merespon kebutuhan-kebutuhan anak
yang sesuai, seperti orang tua memberikan kritik yang berlebihan terhadap kesalahan
atau kekurangan anak, membandingkan dengan saudara lain yang lebih sukses, pola
asuh yang otoritarian dan larangan mengungkapkan pendapat. Hal seperti itu dapat
menurunkan produktifitas dan kreatifitas anak. Pola asuh seperti ini membuat anak
cenderung menghindari situasi dimana mereka akan dievaluasi. Dengan menunda untuk
menyelesaikan pekerjaan, mereka menghindari untuk dievaluasi oleh orang lain terhadap
kemampuan mereka. Jika pekerjaan mereka dinilai buruk, mereka dapat menghindari
ancaman terhadap harga diri mereka dengan menyalahkan buruknya manajemen waktu
mereka yang dihasilkan dari prokrastinasi.
Dalam dunia pendidikan, timbulnya perilaku prokrastinasi akademik dari keraguraguan dan rasa malu. Ormord (2003) mengemukakan bahwa setiap siswa memiliki
kebutuhan yang tinggi untuk mempercayai kemampuan yang dimilikinya. Untuk
mempertahankan itu maka siswa harus sesering mungkin mecapai keberhasilan. Namun
pada kenyataannya kesuksesan tidak selalu dapat dicapai, khususnya pada tugas yang
memiliki
tingkat
kesulitan
lebih
tinggi.
Pada
saat
itu
siswa
berusaha
untuk
mempertahankan kepercayaan akan kemampuannya dengan membuat alasan yang
dapat membenarkan kinerja buruk mereka, sehingga dalam melakukan prokrastinasi
siswa dapat menyalahkan kegagalannya pada waktu yang kurang cukup atau usaha yang
kurang keras, prilaku ini dikenal sebagai self-handicapping behavior (siriois, 2004).
Pemanfaatan waktu yang kurang baik berhubungan dengan bagaimanna
seseorang mengatur waktu dan dirinya. Menurut ormord (2009) Self regulation adalah
pembelajaran dimana individu dapat memenuhi standar dan tujuan yang telah ditetapkan
sendiri. Ketika individu mempunyai standar dan tujuan yang terlalu rendah, mereka tidak
akan mencapai hasil yang maksimal, sedangkan ketika individu mempunyai standar dan
tujuan yang terlalu tinggi, mereka akan seringa mengalami kegagalan dan menyalahkan
diri sendiri (Bandura, 1986; Covington, 1992).
2.1.2 Tipe-Tipe Prokrastinator
Menurut Hammer & Ferrari (2002) prokrastinator kronik sebagai orang-orang yang
sering kali menunda dalam membuat atau menyelesaikan tugas. Berdasarkan bentuknya,
membedakan prokrastinator dalam tiga tipe, yaitu:
-
Decisional Procrastination, yaitu kecenderungan untuk menunda pembuatan keputusan
-
Arousal Procrastination, yaitu pola tingkah laku dengan sengaja menunda-nunda tugas
sehingga membuat orang yang melakukannya mengalami rangsangan ketika tergesagesa menyelesaikan tugas.
-
Avoidant procrastination, yaitu bentuk tingkah laku lain dari menunda-nunda tugas
dikarenakan takut akan kegagalan seperti mendapat penilaian dari orang lain.
Menurut Chu & Choi (2005) prokrastinator sebagai individu yang malas atau
individu yang puas diri dimana mereka tidak mampu untuk mengatur diri Tipe
prokrastinasi, dibedakan dua tipe berdasarkan akibatnya, yaitu:
-
Prokrastinasi pasif, yaitu secara kognitif tidak bertujuan menunda-nunda tugas tetapi hal
itu terjadi karena ketidakmampuan mereka untuk membuat keputusan dengan cepat
sehingga tidak dapat bertingkah laku dengan cepat. Secara afektif ketika diberikan
deadline, mereka merasa tertekan dan pesimis akan kemampuan mereka untuk
mendapatkan
hasil
yang
memuaskan,
biasanya
menyerah
dan
gagal
untuk
menyelesaikan tugas.
-
Prokrastinasi aktif, yaitu: mereka mampu bertindak tepat pada waktunya. Mereka
melakukan penundaan secara sengaja dan memfokuskan perhatian mereka pada tugas
penting lainnya. Secara afektif, mereka lebih suka bekerja dibawah tekanan sehingga
mereka memiliki tingkah laku yang tahan dan mampu menyelesaikan tugas pada waktuwaktu.
2.1.3 Hal yang mempengaruhi Prokrastinasi
Menurut Tuckman (Bandura,1986) mengemukakan penyebab prokrastinasi adalah
hasil dari kombinasi ketidakpercayaan seseorang terhadap kemampuannya dalam
mengerjakan suatu tugas, adanya ketidakmampuan untuk menunda kesenangan dan
menyalahkan kesulitan sendiri sebagai akibat yang bersumber dari luar.
Orang yang melakukan prokrastinasi yang direncanakan secara terus menerus
akan mengalami emosi negatif karena ketidakmampuan dalam menyelesaikan tugas tepat
waktu. Spada, Hiou & Nikcevic (2006) juga mengatakan prokrastinasi dapat menyebabkan
stress, perasaan bersalah dan perasaan canggung, terutama jika tugas tidak dapat
terselesaikan, juga dapat membuat seseorang jadi tidak produktif, tidak disiplin dan
kewalahan
2.1.4 Akibat Prokrastinasi
Sirois (2004) mengemukakan konsekuensi negatif yang timbul dari perilaku
menunda, yaitu:
1. Performa akademik yang rendah
2. Stress yang tinggi
3. Menyebabkan penyakit
4. Kecemasan yang tinggi.
Bruno (1998) mengatakan bahwa perilaku menunda mempengaruhi mutu
kehidupan seseorang dan merendahkan segala yang ada dalam diri individu. Djamarah
(2002) mengatakan bahwa banyak mahasiswa yang gelisah akibat menunda-nunda
penyelesaian tugas, seperti tidur kurang nyenyak, duduk tidak tenang, berjalan terburuburu dan istirahat tidak dapat dinikmati.
2.2 Kerangka Berpikir
Mahasiswa
Sulit untukmemotivasi
diri
Untuk menentukan tugas
yang harus dikerjakan
Banyaknya tugas yang
diberikan oleh dosen
Prokrastinasi
IPK
Gambar 2 Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini akan menganalisa prokrastinasi pada mahasiswa karena
mahasiswa sering melakukan prokrastinasi dalam membuat tugas, dari hasil survei yang
dilakukan masalah yang dihadapi seperti kurangnya motivasi belajar dalam mendapatkan
nilai yang ingin dicapai. Hal tesebut juga dipengaruhi oleh:
1. Tingkat kesulitan untuk memotivasi diri
2. Untuk menentukan tugas yang harus dikerjakan
3. Banyaknya tugas yang diberikan oleh dosen
Berdasarkan survei yang dilakukan pada 5 orang mahasiswa Jurusan Psikologi
Univesitas Bina Nusantara. Hasil survei ini juga dijadikan acunan dalam mencari teori dan
mengkonstrak alat ukur prokrastinasi yang akan dibagikan. Menurut Davidson (2004)
prokrastinasi adalah penundaan yang dilakukan sampai batas waktu terakhir, dengan
tidak mulai membuat tugas atau tidak menyelesaikan tugas yang telah dibuat. Penelitian
yang dilakukan Solomon & Rothblum (1984) menunjukkan sebanyak 50% mahasiswa
menunda membuat tugas akademik itu setengah dari waktu yang telah ditentukan.
Prokrastinasi merupakan prediktor negatif yang ada di perguruan tinggi, yang dapat
mempengaruhi kehidupan akademik dan pribadi mahasiswa, apabila kebiasaan menunda
ini muncul secara terus menerus (Wesley,1994). Penelitian ini dilakukan untuk melihat
gambaran Prokrastinasi berdasarkan pada mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Bina
Nusantara, karena untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi.
Download