BAB V PROGRAM PEMBELAJARAN ASTRONOMI DENGAN MOBILE & REMOTE OBSERVATORY V.1 Pembelajaran Berbasis Observasi Telah disebutkan di bagian awal karya tulis ini bahwa penguasaan sains dan teknologi memiliki nilai yang strategis bagi kemajuan suatu bangsa. Diuraikan pula tentang kendala yang dihadapi, yaitu masih dianggapnya matematika dan sains sebagai momok oleh para siswa. Bahwa matematika dan sains sebagai suatu topik yang mengawang-awang dan tak berhubungan dengan kehidupan nyata. Sesungguhnya, astronomi sebagai bagian dari sains itu sendiri memiliki kekhasan sebagai sebuah bangunan yang berdiri di atas pondasi observasi. Dari sini, pertanyaan yang dapat dimunculkan adalah dapatkah astronomi berperan dalam membangkitkan rasa suka terhadap matematika dan sains di kalangan para siswa? Pertanyaan di atas wajar dilontarkan karena ternyata terbukti pembahasan tentang suatu topik dalam matematika dan sains dapat menjadi lebih menarik dan menggugah bila disertai dengan sentuhan yang mengulik emosi keingintahuan sebagai pembawaan alamiah manusia. Faktanya, otak manusia menyenangi hal yang anehaneh. Dengan memberinya suatu tantangan yang kreatif, otak akan terlatih untuk berpikir cerdas dalam menemukan berbagai solusi yang mungkin atas tantangan yang dihadapi. Beruntung, astronomi dengan laboratorium alam semestanya senantiasa mengguncang emosi terdalam kemanusiaan kita melalui imajinasi, rasa ingin tahu, dorongan untuk bereksplorasi, dan mengajak untuk melakukan penemuan. Lebih jauh, astronomi yang futuristik telah menjadi keilmuan yang berada di garda terdepan pengetahuan umat manusia melalui laboratorium alam semestanya yang mampu menyediakan lingkungan ekstrem lebih dari apapun yang terdapat di Bumi. Terkait dengan pendidikan sains, astronomi telah menyediakan alternatif pendekatan di dalam metode ilmiah, yaitu melalui kegiatan “observasi – simulasi – teori” melengkapi “eksperimen – teori” yang sudah dikenal. Melalui kegiatan observasi secara langsung, MRO (Mobile & Remote Observatory) dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan pembelajaran berbasis observasi kepada publik, khususnya para siswa sekolah. Meski observasi dan eksperimen merupakan aktivitas yang tak dapat diabaikan dalam pendidikan sains, sayangnya pendidikan sains konvensional masih belum sepenuhnya memberikan kesempatan tersebut. Dalam konteks pembelajaran yang dipercepat (accelerated learning), belajar merupakan aktivitas yang tidak dapat dikontrol hanya dengan medium atau metode tunggal (Meier 2001). Melalui penggunaan semua medium dan metode itulah diharapkan pembelajar dapat menyerap lebih banyak informasi dalam proses pembelajarannya. Pemanfaatan MRO dalam pembelajaran berbasis observasi ini diupayakan dapat berperan sebagai salah satu medium dalam proses tersebut. Dengan motivasi menghadirkan pengalaman baru dalam berastronomi, kepada para siswa dapat diperkenalkan kegiatan berupa observasi dengan mengendalikan instrumen secara langsung dari jarak jauh dan menampilkan tayangan benda-benda langit secara real time memanfaatkan fasilitas internet. Melalui penambahan komponen video server dengan IP address, video CCD yang dipasangkan di bidang fokus teleskop dan terhubung ke video server tersebut dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan streaming citra objek langit yang berada dalam medan pandang teleskop. Bila dikehendaki, citra tersebut dapat diproyeksikan ke layar lebar. Mengingat fenomena astronomi merupakan fenomena yang bersifat lokal dan wilayah Indonesia meliputi tiga daerah waktu (WIB, WITa, dan WIT) sehingga memerlukan modus observasi simultan, maka sistem observasi yang juga mampu menampilkan streaming dapat dimanfaatkan dalam kegiatan live event seperti rukyat hilal atau pengamatan gerhana Matahari dan Bulan. Tayangan langsung selain dari teleskop Celestron 8 inci yang terhubung dengan video CCD, juga diperoleh dari teleskop pencari yang memiliki medan pandang lebih luas menggunakan web camera. Sebagaimana observatorium konvensional, selain kegiatan pendidikan (education) dengan fokus utama kepada para siswa sekolah, MRO pun menyelenggarakan pelayanan publik (public outreach) dan mendukung aktivitas penelitian (research) profesional. Ketiga aspek di atas diharapkan saling menguatkan satu sama lain dengan bobot lebih diberikan pada kegiatan pendidikan dan pelayanan publik. Dalam bidang pendidikan, MRO membuka diri untuk dapat dimanfaatkan dari berbagai sisi ketertarikan atau minat selain dari sisi keilmuan astronominya, seperti sisi intrumentasi, pengolahan citra, atau bahkan rekayasa. Sesungguhnya, pengalaman langsung mengontrol sebuah instrumen ilmiah dari jarak jauh secara mandiri dan memperoleh tampilan streaming dari pengamatan teleskop, telah membawa para siswa berkenalan dengan teknologi informatika. Melalui gagasan ini diharapkan dapat 42 membantu mereka untuk lebih mengapresiasi astronomi sebagai ilmu yang memiliki keterkaitan dengan bidang lainnya dan memiliki peran yang tidak dapat diabaikan dalam mengembangkan budaya berpikir ilmiah. Dalam bidang pelayanan publik, bentuk kegiatan yang dapat dilakukan berupa observasi malam untuk memberi kesempatan kepada masyarakat luas mengesani penampakan objek-objek langit menggunakan instrumen optik yang tersedia (binokuler dan teleskop). Bentuk lainnya dapat berupa pengalokasian penggunaan teleskop bagi komunitas astronomi amatir lokal melalui pengajuan proposal untuk keperluan pencitraan (imaging) ataupun proyek penelitian. Tidak hanya para siswa, guru-guru pengajar topik astronomi pun berkesempatan untuk dapat mengakses sistem ini sebagai suatu bentuk pengalaman langsung bekerja dengan teleskop sekaligus mengenal pembelajaran berbasis observasi. Selain untuk melengkapi pengetahuan teoritik mereka, kegiatan ini juga bermanfaat dalam menambah wawasan sebagai bekal mengajar. Pada gilirannya, para pengajar sains tersebut diharapkan dapat turut mengeksplorasi pekerjaan astronomi profesional secara mandiri guna mempertajam pemahaman mereka atas materi ajar sesuai kurikulum nasional. V.2 Observasi Dengan Teleskop Kecil Meski teleskop dalam sistem MRO ini tergolong teleskop kecil, bukan berarti menjadi mustahil untuk dapat merancang aktivitas penelitian astronomi yang serius. Beberapa contoh topik penelitian yang terjangkau oleh spesifikasi instrumen yang tersedia, mulai dari tingkat dasar, menengah, hingga mahir di antaranya meliputi penentuan ketinggian dinding kawah Bulan dari hasil pencitraan Bulan pada kuartir awal atau akhir, penentuan koordinat ekuatorial asteroid atau komet, pengukuran magnitudo gugus bintang, variabilitas kuat cahaya bintang tunggal atau bintang ganda, fotometri absolut dalam penentuan kecerlangan langit malam untuk mengetahui tingkat polusi cahaya, patrol dan pencarian objek-objek NEAs (NearEarth Asteroid) dan NECs (Near-Earth Comets), serta pendeteksian planet luar-Tata Surya menggunakan metode transit photometry hingga penemuan supernova. Potensi sistem remote telescope dengan memanfaatkan teleskop 8 inci untuk menjalankan observasi astronomi bertipe patrol terhadap objek-objek transien dan bintang variabel juga telah diidentifikasi dan akan dieksplorasi melalui GAO – ITB Remote Telescope 43 System, kerja sama antara Gunma Astronomical Observatory Jepang dengan Observatorium Bosscha (Malasan et al. 2006). Dengan bantuan pengolah citra CCDOPS dan perangkat lunak lain seperti IRIS (http://www.astrosurf.com/buil) dan VSpec (http://www.astrosurf.com/ vdesnoux) yang berstatus public domain untuk keperluan pengukuran yang spesifik, semua topik penelitian di atas dapat dilakukan di bawah bimbingan instruktur yang berkompeten. 44