BAB IV PROGRAM PEMBELAJARAN ASTRONOMI

advertisement
BAB V PROGRAM PEMBELAJARAN ASTRONOMI
DENGAN MOBILE & REMOTE OBSERVATORY
V.1 Pembelajaran Berbasis Observasi
Telah disebutkan di bagian awal karya tulis ini bahwa penguasaan sains dan
teknologi memiliki nilai yang strategis bagi kemajuan suatu bangsa. Diuraikan pula
tentang kendala yang dihadapi, yaitu masih dianggapnya matematika dan sains
sebagai momok oleh para siswa. Bahwa matematika dan sains sebagai suatu topik
yang
mengawang-awang
dan
tak
berhubungan
dengan
kehidupan
nyata.
Sesungguhnya, astronomi sebagai bagian dari sains itu sendiri memiliki kekhasan
sebagai sebuah bangunan yang berdiri di atas pondasi observasi. Dari sini, pertanyaan
yang dapat dimunculkan adalah dapatkah astronomi berperan dalam membangkitkan
rasa suka terhadap matematika dan sains di kalangan para siswa?
Pertanyaan di atas wajar dilontarkan karena ternyata terbukti pembahasan
tentang suatu topik dalam matematika dan sains dapat menjadi lebih menarik dan
menggugah bila disertai dengan sentuhan yang mengulik emosi keingintahuan sebagai
pembawaan alamiah manusia. Faktanya, otak manusia menyenangi hal yang anehaneh. Dengan memberinya suatu tantangan yang kreatif, otak akan terlatih untuk
berpikir cerdas dalam menemukan berbagai solusi yang mungkin atas tantangan yang
dihadapi. Beruntung, astronomi dengan laboratorium alam semestanya senantiasa
mengguncang emosi terdalam kemanusiaan kita melalui imajinasi, rasa ingin tahu,
dorongan untuk bereksplorasi, dan mengajak untuk melakukan penemuan. Lebih jauh,
astronomi yang futuristik telah menjadi keilmuan yang berada di garda terdepan
pengetahuan umat manusia melalui laboratorium alam semestanya yang mampu
menyediakan lingkungan ekstrem lebih dari apapun yang terdapat di Bumi. Terkait
dengan pendidikan sains, astronomi telah menyediakan alternatif pendekatan di dalam
metode ilmiah, yaitu melalui kegiatan “observasi – simulasi – teori” melengkapi
“eksperimen – teori” yang sudah dikenal.
Melalui kegiatan observasi secara langsung, MRO (Mobile & Remote
Observatory) dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan pembelajaran berbasis
observasi kepada publik, khususnya para siswa sekolah. Meski observasi dan
eksperimen merupakan aktivitas yang tak dapat diabaikan dalam pendidikan sains,
sayangnya pendidikan sains konvensional masih belum sepenuhnya memberikan
kesempatan tersebut.
Dalam konteks pembelajaran yang dipercepat (accelerated learning), belajar
merupakan aktivitas yang tidak dapat dikontrol hanya dengan medium atau metode
tunggal (Meier 2001). Melalui penggunaan semua medium dan metode itulah
diharapkan pembelajar dapat menyerap lebih banyak informasi dalam proses
pembelajarannya. Pemanfaatan MRO dalam pembelajaran berbasis observasi ini
diupayakan dapat berperan sebagai salah satu medium dalam proses tersebut.
Dengan motivasi menghadirkan pengalaman baru dalam berastronomi, kepada
para siswa dapat diperkenalkan kegiatan berupa observasi dengan mengendalikan
instrumen secara langsung dari jarak jauh dan menampilkan tayangan benda-benda
langit secara real time memanfaatkan fasilitas internet. Melalui penambahan
komponen video server dengan IP address, video CCD yang dipasangkan di bidang
fokus teleskop dan terhubung ke video server tersebut dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan streaming citra objek langit yang berada dalam medan pandang
teleskop. Bila dikehendaki, citra tersebut dapat diproyeksikan ke layar lebar.
Mengingat fenomena astronomi merupakan fenomena yang bersifat lokal dan wilayah
Indonesia meliputi tiga daerah waktu (WIB, WITa, dan WIT) sehingga memerlukan
modus observasi simultan, maka sistem observasi yang juga mampu menampilkan
streaming dapat dimanfaatkan dalam kegiatan live event seperti rukyat hilal atau
pengamatan gerhana Matahari dan Bulan. Tayangan langsung selain dari teleskop
Celestron 8 inci yang terhubung dengan video CCD, juga diperoleh dari teleskop
pencari yang memiliki medan pandang lebih luas menggunakan web camera.
Sebagaimana observatorium konvensional, selain kegiatan pendidikan
(education) dengan fokus utama kepada para siswa sekolah, MRO pun
menyelenggarakan pelayanan publik (public outreach) dan mendukung aktivitas
penelitian (research) profesional. Ketiga aspek di atas diharapkan saling menguatkan
satu sama lain dengan bobot lebih diberikan pada kegiatan pendidikan dan pelayanan
publik. Dalam bidang pendidikan, MRO membuka diri untuk dapat dimanfaatkan dari
berbagai sisi ketertarikan atau minat selain dari sisi keilmuan astronominya, seperti
sisi intrumentasi, pengolahan citra, atau bahkan rekayasa. Sesungguhnya, pengalaman
langsung mengontrol sebuah instrumen ilmiah dari jarak jauh secara mandiri dan
memperoleh tampilan streaming dari pengamatan teleskop, telah membawa para
siswa berkenalan dengan teknologi informatika. Melalui gagasan ini diharapkan dapat
42
membantu mereka untuk lebih mengapresiasi astronomi sebagai ilmu yang memiliki
keterkaitan dengan bidang lainnya dan memiliki peran yang tidak dapat diabaikan
dalam mengembangkan budaya berpikir ilmiah.
Dalam bidang pelayanan publik, bentuk kegiatan yang dapat dilakukan berupa
observasi malam untuk memberi kesempatan kepada masyarakat luas mengesani
penampakan objek-objek langit menggunakan instrumen optik yang tersedia
(binokuler dan teleskop). Bentuk lainnya dapat berupa pengalokasian penggunaan
teleskop bagi komunitas astronomi amatir lokal melalui pengajuan proposal untuk
keperluan pencitraan (imaging) ataupun proyek penelitian.
Tidak hanya para siswa, guru-guru pengajar topik astronomi pun
berkesempatan untuk dapat mengakses sistem ini sebagai suatu bentuk pengalaman
langsung bekerja dengan teleskop sekaligus mengenal pembelajaran berbasis
observasi. Selain untuk melengkapi pengetahuan teoritik mereka, kegiatan ini juga
bermanfaat dalam menambah wawasan sebagai bekal mengajar. Pada gilirannya, para
pengajar sains tersebut diharapkan dapat turut mengeksplorasi pekerjaan astronomi
profesional secara mandiri guna mempertajam pemahaman mereka atas materi ajar
sesuai kurikulum nasional.
V.2 Observasi Dengan Teleskop Kecil
Meski teleskop dalam sistem MRO ini tergolong teleskop kecil, bukan berarti
menjadi mustahil untuk dapat merancang aktivitas penelitian astronomi yang serius.
Beberapa contoh topik penelitian yang terjangkau oleh spesifikasi instrumen
yang tersedia, mulai dari tingkat dasar, menengah, hingga mahir di antaranya meliputi
penentuan ketinggian dinding kawah Bulan dari hasil pencitraan Bulan pada kuartir
awal atau akhir, penentuan koordinat ekuatorial asteroid atau komet, pengukuran
magnitudo gugus bintang, variabilitas kuat cahaya bintang tunggal atau bintang
ganda, fotometri absolut dalam penentuan kecerlangan langit malam untuk
mengetahui tingkat polusi cahaya, patrol dan pencarian objek-objek NEAs (NearEarth Asteroid) dan NECs (Near-Earth Comets), serta pendeteksian planet luar-Tata
Surya menggunakan metode transit photometry hingga penemuan supernova. Potensi
sistem remote telescope dengan memanfaatkan teleskop 8 inci untuk menjalankan
observasi astronomi bertipe patrol terhadap objek-objek transien dan bintang variabel
juga telah diidentifikasi dan akan dieksplorasi melalui GAO – ITB Remote Telescope
43
System, kerja sama antara Gunma Astronomical Observatory Jepang dengan
Observatorium Bosscha (Malasan et al. 2006).
Dengan bantuan pengolah citra CCDOPS dan perangkat lunak lain seperti
IRIS
(http://www.astrosurf.com/buil)
dan
VSpec
(http://www.astrosurf.com/
vdesnoux) yang berstatus public domain untuk keperluan pengukuran yang spesifik,
semua topik penelitian di atas dapat dilakukan di bawah bimbingan instruktur yang
berkompeten.
44
Download