Upah Pekerja Kontrak Harus Lebih Tinggi Rabu, 14 Mei 2008 | 00:47 WIB Jakarta, Kompas - Lemahnya aturan tentang sistem kerja kontrak membuat nasib tenaga kerja kontrak tidak menentu. Untuk itu, pemerintah hendaknya segera menetapkan regulasi yang tegas mengenai sistem kerja kontrak. Regulasi tersebut, salah satunya menetapkan gaji pekerja kontrak atau outsourcing harus lebih tinggi dari karyawan tetap demi kesejahteraan pekerja kontrak. Menurut Presiden Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (K-SBSI) Rekson Silaban, gaji pekerja kontrak harus lebih tinggi 8,3 persen dari gaji karyawan tetap. ”Agar ada kesempatan menabung lebih besar. Sebenarnya ada enam poin yang kami usulkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengatasi masalah sistem kerja kontrak,” katanya di Jakarta, Selasa (13/5). Akumulasi dari upah yang lebih tinggi 8,3 persen selama setahun itu akan sama dengan sebulan gaji. Kelebihan upah ini tidak dibayarkan setiap bulan atau tahun, melainkan saat kontrak berakhir sehingga pekerja punya dana penunjang sampai dia mendapat pekerjaan baru. Usul lain dari K-SBSI adalah melarang bisnis penyediaan tenaga kerja kontrak. Definisi pekerjaan inti dan penunjang yang bisa dikontrakan. Selain itu, perusahaan pengguna jasa outsourcing harus menjalankan kewajiban yang ditinggalkan perusahaan pelaksana kontrak kerja. Pelaksanaan kontrak kerja wajib melibatkan pengawas ketenagakerjaan dan serikat buruh. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Djimanto menyambut baik usulan itu. Dia menegaskan, pengusaha dan buruh saling membutuhkan, terutama menyangkut jaminan kerja untuk buruh dan jaminan bisnis untuk pengusaha. ”Mari dibicarakan bersama. Ini usul yang baik. Mari berdiskusi dalam forum bipartit nasional yang sudah dibentuk untuk mencari solusi soal outsourcing,” kata Djimanto. (ham)