1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berat badan ideal seseorang tidak dapat diketahui dengan cara ilmiah. Istilah berat badan ideal dewasa ini diganti dengan istilah berat badan yang diharapkan. Menurut Kurnadi (2001 : 77), berat badan yang diharapkan dapat diketahui dengan cara menghitung indeks massa tubuh (IMT), yang diperoleh dari hasil perbandingan antara berat badan dan tinggi seseorang. Berdasarkan nilai indeks massa tubuh (IMT), berat badan seseorang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu normal, overweight dan obese. Persoalan kelebihan berat badan banyak melanda negara-negara maju, akan tetapi saat ini mulai menyerang negara-negara berkembang. Seseorang yang mempunyai berat badan normal dianggap berkemampuan panjang umur. Sebenarnya yang menjadi inti permasalahan adalah mengenai keseimbangan energi positif, dimana terjadi lebih banyak asupan kalori daripada pengeluaran kalori (Kurnadi, 2001 : 77), sehingga pada akhirnya zat makanan yang dikonsumsi lebih banyak yang tersimpan dibandingkan dengan yang digunakan. Konsumsi makanan yang tidak teratur, baik dalam jumlah maupun komposisi, dapat mempengaruhi berat badan seseorang. Konsumsi yang berlebih tanpa disertai dengan olahraga teratur dapat menyebabkan seseorang mengalami masalah kelebihan berat badan. Hal tersebut dikarenakan metabolisme tubuh tidak berjalan sebagai mana mestinya (Melin, 2003: 1127). Peningkatan prevalensi 2 kegemukan (gizi lebih) pada orang dewasa di perkotaan karena gaya hidup yang tidak sehat mempunyai dampak dalam peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler diantaranya meningkatnya lipida darah (kolesterol, LDL dan HDL), serta penyakit degeneratif yang lain. Salah satu zat makanan yang sukar dicerna pada proses metabolisme tubuh adalah lemak. Di lain pihak, lemak merupakan penghasil kalori paling tinggi diantara zat yang lainnya seperti karbohidrat, protein, mineral dan vitamin. Menurut Wirahadikusumah (1985 : 124) kalori yang dihasilkan dari proses oksidasi sempurna lemak adalah sebesar 9 kkal/gr. Pada keadaan normal energi yang dihasilkan oleh asam lemak merupakan 40% dari jumlah energi yang dipakai oleh manusia. Berdasarkan fungsi biologiknya, lemak dibagi menjadi dua yaitu lemak simpanan dan lemak struktural (Almatsier, 2002 : 52). Lemak simpanan, didepositkan pada jaringan-jaringan dalam tubuh sebagai cadangan energi. Sedangkan lemak struktural merupakan komponen penyusun membran sel dalam tubuh. Fungsi utama lemak adalah sebagai cadangan energi, karena dapat disimpan dalam jumlah besar pada jaringan lemak di bawah kulit (50%), sisanya di omentum perut, sekitar genitalia, ginjal, jantung, dan sebagainya (Kurnadi, 2001 : 70). Dapat dikatakan bahwa, semakin banyak lemak yang disimpan dalam tubuh, maka berat badan individu tersebut akan semakin meningkat. Salah satu derivat lemak adalah kolesterol. Senyawa kolesterol memiliki karakteristik struktur cincin kompleks steroid dengan berbagai variasi. Kolesterol dapat disintesis oleh tubuh secara normal, dimana produksinya dalam jumlah yang 3 tepat. Akan tetapi, kadar kolesterol yang berlebih, akan menimbulkan berbagai efek samping. Diantaranya adalah penyakit jantung dan stroke yang diakibatkan oleh penyempitan dan pengerasan dinding pembuluh darah dikarenakan penimbunan kolesterol. Di dalam tubuh manusia dan hewan, jumlah kolesterol di dalam sel diatur oleh banyak faktor. Pada umumnya semua faktor yang mengatur keberadaan senyawa tersebut dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu faktor dalam sel dan luar sel. Kedua faktor tersebut bekerja saling berhubungan. Gangguan terhadap salah satu mekanisme pengaturan jumlah kolesterol inilah yang dapat menimbulkan kelainan yang bersifat patologis (Wirahadikusumah, 1985 : 176). Beberapa studi klinis menemukan bahwa serat dapat membantu mengurangi lemak darah tertentu seperti kolesterol (Setright, 1997 : 2). Walaupun kolesterol penting bagi tubuh kita, kadar kolesterol darah yang tinggi (≥250 mg%) berhubungan erat dengan terjadinya atherosclerosis, yaitu suatu pengendapan kolesterol pada lapisan intima dan media dari arteri sehingga menyebabkan penyempitan (Kurnadi, 2001 : 13). Bahan makanan mengandung serat yang dapat mengurangi kadar kolesterol antara lain bekatul, havermout, kacang hijau, buah-buahan dan sayuran. Menurut Setright (1997 : 2) serat juga dapat membantu menurunkan berat badan dengan dua cara. Pertama, karena serat yang larut dalam air dapat mengembang dan menyumpal perut sehingga membantu mengurangi nafsu makan. Kedua, serat tersebut juga memerangkap asam empedu sehingga mencegah penyerapan asam lemak ini sampai batas tertentu dan juga lemak dalam makanan. 4 Mekanisme tersebut menyebabkan penyerapan berbagai lemak dalam makanan berkurang, dan menjelaskan bagaimana serat mengurangi lemak darah dan membantu menurunkan berat badan. Salah satu komponen dari serat (fiber) yang dapat larut adalah pektin (Marounek et al. 2005 : 593). Jeruk bali banyak dikonsumsi oleh masyarakat, akan tetapi bagian kulitnya seringkali dibuang begitu saja. Sebagian masyarakat juga ada yang memanfaatkan bagian kulit ini dengan dibuat manisan. Kulit jeruk bali bagian albedo nya mengandung pektin yang tinggi. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yaitu kadar pektin tertinggi terkandung di dalam jeruk bali (Citrus grandis). Beberapa penelitian menunjukkan hasil bahwa komponen serat banyak terkandung pada buah-buahan dan sayuran yang dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah (Wolthuis et al. 1980 : 1747). Dalam penelitian lain, menunjukkan bahwa pektin dapat digunakan untuk penurunan berat badan (Tiwary & Ward, 1997 : 423). Berdasarkan uraian di atas maka telah dilakukan penelitian tentang korelasi berat badan dengan kadar kolesterol darah mencit setelah pemberian pektin kulit jeruk bali. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : ”Bagaimanakah hubungan berat badan dengan kadar kolesterol darah mencit (Mus musculus L.) Swiss Webster setelah pemberian pektin kulit jeruk bali (Citrus grandis)”. 5 Penjabaran dari rumusan masalah di atas dibuat beberapa pertanyaan pengarah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengaruh pemberian pektin kulit jeruk bali terhadap berat badan mencit? 2. Pada kadar berapakah pektin kulit jeruk bali dapat menunjukkan pengaruh paling signifikan terhadap berat badan mencit? 3. Apakah terdapat korelasi antara berat badan dengan kadar kolesterol dalam darah mencit setelah pemberian pektin kulit jeruk bali? C. Batasan Masalah 1. Hewan percobaan adalah mencit (Mus musculus L.) Swiss Webster betina dara berumur delapan minggu. 2. Parameter yang diukur adalah berat badan dalam satuan gram dan kadar kolesterol total darah dalam satuan mg/dl pada mencit (Mus musculus L.) Swiss Webster. 3. Semua perlakuan pektin diberikan secara oral. 4. Kulit jeruk yang digunakan adalah kulit jeruk bali bagian albedo. 5. Kelompok perlakuan diberi tepung pektin kulit jeruk bali yang dilarutkan dalam aquades dengan kadar 5 %, 10 %, 15 %, dan 20 % sebanyak 1ml/hari selama satu minggu. 6. Pakan berlemak tinggi yang diberikan adalah pakan mencit standar yang telah diberi lemak daging sapi dengan perbandingan 4:1 (Soesilawaty, 2007 : 10). 6 D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pengaruh pektin kulit jeruk bali yang diberikan secara gavage terhadap berat badan mencit. 2. Mengetahui dosis yang paling berpengaruh terhadap berat badan mencit. 3. Mengetahui korelasi berat badan dengan kadar kolesterol dalam darah mencit (Mus musculus L.) Swiss Webster setelah pemberian pektin kulit jeruk bali (Citrus grandis). E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang pemanfaatan kulit jeruk bali sebagai bahan alternatif penurun berat badan berkaitan dengan penurunan kolesterol dalam darah. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan tentang potensi tanaman untuk pengobatan alternatif. F. Asumsi Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pektin dapat mengurangi konsentrasi kolesterol darah dan hati pada tikus (Muscyprianus) (Wells & Benjamin,1961:87; Marounek et al. 2005:2), manusia (Homo sapiens) (Wolthuis et al. 1980:1752), hamster (Mesocricetus auratus) (Terpstra et al. 1998:1948) dan marmot (Marmota montat) (Fernandez et al.1994:871-872). 7 2. Bahan empedu dalam usus halus diserap oleh serat makanan tertentu (pektin atau gum yang larut dalam air) dan dikeluarkan dari tubuh dengan feses. Bahan empedu terbuat dari kolesterol, pengeluarannya dari tubuh dapat menurunkan kadar kolesterol darah (Bravo et al. 1996:336; Almatsier, 2002:70; Marounek et al. 2005:7). 3. Kulit jeruk bali mengandung pektin yang paling tinggi diantara buah-buahan lain yang terdapat di Indonesia (Suradi, 1984). 4. Serat larut dapat menurunkan resiko obesitas (Behall et al. 2004:59). G. Hipotesis Penelitian Terdapat korelasi yang signifikan antara berat badan dengan kadar kolesterol dalam darah mencit (Mus musculus L.) Swiss Webster setelah pemberian pektin kulit jeruk bali (Citrus grandis). 8 H. Alur Penelitian Pembuatan proposal Persiapan alat & bahan Aklimatisasi & Perawatan Mencit Penggemukan Mencit & Pembuatan Pektin Kulit Jeruk Bali Perlakuan (gavage) & Penimbangan Pengambilan Darah & Pengukuran Kadar Kolesterol Pengolahan Data & Penyusunan Skripsi