RINGKASAN Rr. Soesatyoratih. Profil Ekhokardiografi Motion-mode Anjing Kampung pada Pemberian Kombinasi Obat Bius Xylazine-Ketamine dan Zolazepam-Tiletamine Dibimbing oleh R. Harry Soehartono dan Deni Noviana Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi obat bius xylazine-ketamine dan zolazepam-tiletamine terhadap kerja jantung melalui teknik pengamatan ekhokardiografi M-mode pada anjing kampung (Canis lupus familiaris). Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 ekor anjing kampung betina berumur 10+2 bulan dengan berat badan 10+2,5 kg. Bahan dan alat yang digunakan adalah obat bius xylazine-ketamine dan zolazepam-tiletamine, termometer, tensimeter, stetoskop, alat cukur rambut, alat EKG, alat USG dengan fasilitas tambahan monitoring EKG, dan transduser atau probe dengan frekuensi 3,7-5 MHz tipe convex. Pemeriksaan dilakukan terhadap semua anjing yang diawali dengan pemeriksaan klinis, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan elektrokardiografi. Pemeriksaan nilai awal ekhokardiografi (USG jantung) dilanjutkan setelah hasil pemeriksaan klinis, tekanan darah dan rekaman listrik jantung berada dalam kisaran normal. Pengamatan dilakukan pada kelima ekor anjing dalam keadaan sadar dan tenang. Pada pemeriksaan ekhokardiografi hewan dalam keadaan sadar ditidurkan di atas tempat berbaring khusus dengan posisi right lateral recumbancy dan posisi transduser right parasternal (RPS) short axis view. Untuk membantu pengamatan ekhokardiografi M-mode, diperlukan juga tampilan elektrokardiografi secara bersamaan pada layar monitor. Transduser diposisikan setelah detak jantung terpalpasi antara intercostae 4-6 dan antara sternum dan costo-condral junction. Posisi transduser short-axis view dilakukan untuk mendapatkan pencitraan B-mode dan M-mode. Sebelas parameter ekhokardiografi M-mode yang diukur adalah interventricular septum (IVS), left ventricular internal dimension (LVID), left ventricular wall (LVW) pada enddiastole (d) dan end-systole (s), stroke volume (SV), cardiac output (CO), ejection time (ET), fractional shortening (FS) dan heart rate (HR). Setelah dinyatakan sehat secara umum dan sehat jantung, kemudian hewan diberi perlakuan penyuntikkan kombinasi obat bius xylazine dengan dosis 2,2 mg/kg bb dan ketamine dengan dosis 11 mg/kg bb secara intra muscular dan dilakukan pengamatan ekhokardiografi M-mode dengan dibantu tampilan elektrokardiografi secara bersamaan pada layar monitor. Pengukuran parameter HR, IVSd, IVSs, LVIDd, LVIDs, LVWd, LVWs, CO, ET, dan FS dilakukan setiap 10 menit sampai pengamatan 60 menit, dan setiap pengamatan dilakukan tiga kali pengulangan penghitungan dan data tersimpan pada komputer USG. Anjing diistirahatkan selama satu minggu untuk menghilangkan efek dari pemberian kombinasi obat bius xylazine-ketamine. Minggu berikutnya anjing yang sama diberi perlakuan penyuntikkan kombinasi obat bius zolazepamtiletamine dengan dosis 25 mg/kg bb secara intra muscular dan dilakukan pengamatan dan pengukuran parameter ekhokardiografi yang sama dengan perlakuan sebelumnya. Semua perlakuan ini dilakukan pada kelima ekor anjing. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi xylazine-ketamine akan menurunkan nilai HR, LVWd, dan LVWs, SV, CO (P<0,05) lima menit setelah penyuntikan dan tetap bertahan sampai 30 menit. Pada periode yang sama kombinasi xylazine-ketamine akan meningkatkan nilai LVIDd dan LVIDs, ET dan FS (P<0,05). Sebaliknya kombinasi zolazepam-tiletamine akan meningkatkan nilai HR, LVWd, dan LVWs, SV dan CO dimulai 5 menit setelah injeksi dan tetap tinggi setelah 20 menit injeksi (P<0,05), sedangkan pada waktu yang sama kombinasi zolazepam-tiletamine akan menurunkan nilai LVIDd dan LVIDs, ET dan FS(P<0,05). Dari hasil seluruh pengamatan dapat dilihat xylazine yang termasuk pada golongan alpha-2 adrenoreceptor mempunyai efek mendepres sistem kardiovaskular melalui penekanannya pada sistem saraf simpatis, sedangkan ketamine mempunyai efek menstimulasi sistem saraf simpatis. Jika dikombinasikan dengan alpha-2 agonis seperti xylazine maka akan terjadi penurunkan efek dari ketamine. Dampak dari pemberian kombinasi xylazineketamine adalah terjadinya penurunan frekuensi jantung, peningkatan dari dimensi internal ruang ventrikel jantung yang akan diikuti oleh peningkatan dari stroke volume. Penurunan frekuensi jantung yang diikuti oleh peningkatan stroke volume akan berakhir pada terjadinya penurunan dari cardiac output. Kebalikan dengan efek kombinasi xylazine-ketamine, kombinasi zolazepam-tiletamine akan meningkatkan frekuensi jantung, menurunkan dimensi internal ruang ventrikel jantung yang diikuti oleh penurunan dari stroke volume. Peningkatan frekuensi jantung yang disertai oleh penurunan dari stroke volume akibat dari pemberian kombinasi zolazepam-tiletamine akan meningkatkan cardiac output. Cardiac output menjadi sangat penting karena cardiac output bertanggung jawab terhadap transportasi darah (oksigen dan nutrien) untuk menyuplai kebutuhan jaringan tubuh selama berjalannya operasi. Walaupun kombinasi zolazepam-tiletamine akan meningkatkan cardiac output tapi harus tetap berhati-hati karena pemberian kombinasi ini dapat meningkatkan frekuensi jantung sampai dua kali lipat dari frekuensi jantung normal. Dari penelitian ini terlihat bahwa injeksi kombinasi xylazine-ketamine akan menekan sistem kardiovaskular, sebaliknya injeksi kombinasi zolazepamtiletamine akan menstimulasi sistem kardiovaskular Dengan melihat efek dari kombinasi xylazine-ketamine dan zolazepamtiletamine pada sistem kardiovaskular maka penggunaan kombinasi obat bius ini sebaiknya dihindari pada pasien yang menderita penyakit pada sistem kardiovaskular. Pembiusan menggunakan kombinasi xylazine-ketamine sebaiknya dihindari pada pasien yang menderita penyakit pada sistem kardiovaskular seperti kebocoran katub atrio ventrikel dan dilatation cardiomyopathy, sedangkan penggunaan kombinasi obat bius zolazepam-tiletamine sebaiknya tidak diberikan pada pasien penderita penyakit jantung hypertrophy cardiomiopathy