1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Investasi merupakan salah satu alternatif dalam upaya peningkatan
kesejahteraan
ekonomi
individual
maupun
perusahaan.
Investasi
dapat
didefinisikan sebagai komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya
yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh pengembalian di masa
datang (Tandelilin, 2001:3). Istilah investasi berkaitan dengan berbagai macam
aktivitas seperti menginvestasikan sejumlah dana pada aset-aset riil (tanah, mesin,
bangunan), maupun pada aset-aset financial atau sekuritas (deposito, saham
ataupun obligasi).
Pemerintah Indonesia berupaya untuk meningkatkan perhatian terhadap
kegiatan investasi. Peningkatan perhatian ini tidak hanya dimaksudkan untuk
memobilisasi dana-dana yang ada di dalam negeri, tetapi juga dimaksudkan untuk
pemerataan ekonomi karena dengan adanya investasi pada pasar modal,
pemerintah akan memberikan kebebasan kepada masyarakat dalam memilih
investasi yang diminatinya. Masing-masing pilihan investasi mempunyai tingkat
pengembalian dan risiko yang berbeda–beda. Perbedaan ini dapat dilihat pada
tingkat pengembalian dan risiko yang diberikan oleh investasi saham akan
berbeda dengan tingkat pengembalian dan risiko yang diberikan oleh investasi
pada obligasi maupun pada deposito berjangka. Tingkat pengembalian dan risiko
antar sahampun akan berbeda, sekalipun saham-saham tersebut berada pada
1
industri yang sama. Perbedaan tingkat pengembalian dan risiko ini disebabkan
oleh adanya perbedaan faktor internal (manajemen, pemasaran, keadaan
keuangan, kualitas produk dan kemampuan bersaing) serta faktor eksternal
(kebijakan pemerintah dalam hal politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan serta
keamanan, pesaing, selera dan daya beli masyarakat).
Investasi memiliki beberapa daya tarik bagi investor/pemodal (Husnan,
2003:5), diantaranya ; Pertama, investasi pada pasar modal dapat menjadi
alternatif penghimpunan dana selain sistem perbankan. Kedua, investasi pada
pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan investasi
yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Pilihan investasi tersebut
memungkinkan para investor/pemodal untuk melakukan diversifikasi investasi
seperti membentuk portofolio investasi sesuai dengan risk (risiko) yang mereka
bersedia tanggung dan return (tingkat pengembalian) yang mereka harapkan.
Perkembangan pasar modal tidak dapat dilepas dari perkembangan
ekonomi dan bisnis negara tersebut, disamping itu kebijakan pemerintah memiliki
peran yang sangat besar terhadap perkembangan pasar modal. Kurang
bergairahnya transaksi perdagangan saham di bursa efek sejak krisis ekonomi
yang melanda Asia pada pertengahan tahun 1997 telah menyebabkan nilai
kapitalisasi pasar di bursa efek Indonesia mengalami penurunan yang tajam dan
sangat fluktuatif. Kondisi krisis juga berdampak pada volume dan nilai
perdagangan saham, sehingga berbagai upaya dilakukan pemerintah guna
memperbaiki kondisi ekonomi khususnya mengundang para investor baik dari
dalam maupun luar negeri untuk berinvestasi di Indonesia. Investasi ini
2
diharapkan dapat membantu perkembangan usaha di Indonesia yang nantinya
akan dapat memperbaiki perekonomian Indonesia secara menyeluruh. Tabel 1.1
berikut ini akan menunjukkan data perkembangan kegiatan pasar modal Indonesia
sejak tahun 1989 – 2007.
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Emiten, Jumlah Saham, Volume dan Nilai
Perdagangan Saham di PT. Bursa Efek Indonesia.
Tahun Jumlah
Jumlah Saham
Emiten
1989
56
432.839.874
1990
122
1.779.936.594
1991
139
3.729.481.279
1992
153
6.253.916.082
1993
172
9.787.393.323
1994
217
23.854.339.821
1995
238
45.794.658.125
1996
253
77.240.833.399
1997
282
135.668.883.612
1998
288
170.549.123.166
1999
277
846.131.138.504
2000
287 1.185.306.672.213
2001
316
885.240.510.319
2002
331
939.544.513.105
2003
333
829.359.787.591
2004
331
656.447.198.554
2005
336
712.985.123.204
2006
344
924.488.804.314
2007
348 1.043.288.303.796
Sumber : JSX Monthly Statistic, 2007
Volume
Perdagangan
95.791.539
702.587.441
1.007.920.460
1.706.269.484
3.844.031.699
5.292.580.825
10.646.444.247
29.527.727.838
76.599.170.013
90.620.529.970
178.486.582.779
134.531.333.895
148.381.308.444
171.207.351.815
234.030.810.474
411.768.340.217
401.858.034.588
436.935.587.206
101.055.138.742
Nilai Perdagangan
(Rp)
964.272.000.000
7.311.288.727.968
5.778.248.697.009
7.953.299.560.350
19.086.237.219.525
25.482.803.341.345
32.357.503.995.530
75.729.894.195.234
120.385.166.174.829
99.684.703.142.460
147.879.985.749.582
122.774.764.247.160
97.522.823.598.837
120.762.778.011.333
125.437.613.790.430
247.006.931.714.305
406.006.258.740.277
445.706.122.935.828
120.412.824.296.398
Pada Tabel 1.1 dapat di lihat bahwa Bursa Efek Indonesia mengalami
perkembangan yang cukup baik dari periode 1989 sampai dengan 2007.
Perkembangan ini dapat dilihat dari gambaran jumlah emiten, jumlah saham,
volume dan nilai perdagangan saham yang cenderung meningkat dari tahun ke
tahun, sedangkan terakhir setelah terjadi krisis perekonomian pada tahun 1997
jumlah emiten, volume perdagangan dan nilai perdagangan mengalami fluktuasi,
3
kecuali jumlah saham yang mengalami fluktuasi setelah tahun 2000. Pada nilai
perdagangan saham terjadi penurunan pada tahun 1998, 2000, dan tahun 2001.
Volume dan nilai perdagangan terus mengalami peningkatan dari tahun 2002
sampai tahun 2006, dan pada tahun ini volume dan nilai perdagangan saham
mencapai puncak tertinggi setelah krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada
tahun 1997.
Usaha pemerintah untuk memulihkan kondisi ekonomi pun sempat
terhadang dengan berbagai kendala yang tidak dapat diprediksi, seperti terjadinya
Bom Bali I pada tahun 2002 dan Bom Bali II pada tahun 2005. Pemerintah sangat
khawatir dengan terjadinya peristiwa tersebut para investor akan menarik
dananya, namun kenyataannya tragedi ini tidak terlalu mempengaruhi minat
investor maupun pelaku pasar untuk tetap berinvestasi di pasar modal. Salah satu
contoh dapat terlihat dari pergerakan indeks LQ 45 yang merupakan indeks dari
saham-saham yang likuid dan relatif stabil. Pada kejadian Bom Bali II (KutaJimabaran) pada tanggal 1 Oktober 2005, indeks LQ 45 berada pada point
237,323, ternyata pada tanggal 2 Oktober 2005 nilai indeks tidak mengalami
penurunan
bahkan
meningkat
sebesar
4,671
point
ke
level
242,084
(www.idx.co.id), ini berarti bahwa tragedi ini tidak terlalu mempengaruhi situasi
dan kondisi perekonomian.
Kendala lain yang dihadapi oleh masyarakat khususnya para pengusaha
ialah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada tahun 2005. Investor dan
para pelaku pasar memberikan tanggapan yang negatif terhadap peningkatan
harga BBM ini. Salah satu contohnya ialah indeks LQ 45 yang mengalami
4
penurunan yang tidak terlalu tajam. Penurunan ini terjadi secara perlahan namun
tidak lama, hal ini dimungkinkan karena kepanikan masyarakat akan peningkatan
harga BBM. Peningkatan harga BBM mempengaruhi hampir semua sektor
industri di Indonesia. Pengaruh yang sangat jelas terlihat pada meningkatnya
biaya operasional (produksi) yang mengakibatkan peningkatan harga produk
sehingga pengembalian yang diterima juga akan menurun. Kondisi ini tidak
berlangsung lama karena masyarakat khususnya pengusaha dapat menyesuaikan
situasi dan kondisi tersebut dengan sangat cepat, terbukti pada bulan November
2005 indeks LQ 45 mengalami peningkatan ke level 237,334.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat diketahui bahwa pemodal/investor
sudah mulai mengenal investasi di pasar modal dan semakin banyak perusahaan
yang telah go public untuk membutuhkan dana dari publik serta mencerminkan
kinerja bursa efek Indonesia secara keseluruhan semakin baik.
Investor memiliki berbagai macam pertimbangan dalam menentukan
pilihan investasi yang menyangkut pengembalian dan risiko investasi tersebut.
Pada dasarnya semua pilihan investasi mengandung peluang pengembalian seperti
capital gain, yaitu pengembalian dari hasil jual beli saham berupa kelebihan nilai
jual dan nilai beli. Pengembalian yang lain berupa laba perusahaan yang
dibagikan kepada para pemegang saham atau umum disebut dengan dividen.
Selain pengembalian yang didapat, juga terdapat beberapa kerugian atau risiko
seperti capital loss yaitu suatu kondisi dimana harga jual saham lebih rendah dari
harga belinya, kemudian adanya risiko likuiditas yaitu perusahaan yang sahamnya
dimiliki dinyatakan pailit oleh pengadilan. Adanya kerugian/risiko dari investasi
5
saham ini memperlihatkan bahwa hampir semua investasi mengandung unsur
ketidakpastian atau risiko. Penanaman modal dalam bentuk saham merupakan
suatu kepemilikan atau pembelian saham-saham suatu perusahaan yang
menerbitkan saham (emiten) oleh pihak lain (investor) dengan tujuan untuk
memperoleh pendapatan tertentu. Keinginan untuk mendapatkan pengembalian
atau return menyebabkan para investor harus mengadakan suatu pertimbangan
yang
tepat
dalam
memutuskan
saham
mana
yang
memiliki
prospek
menguntungkan agar dapat meminimalisir kerugian/risiko yang akan diperoleh.
Sunariyah (2000:180), mengungkapkan bahwa risiko dalam berinvestasi di
pasar modal terdiri dari dua komponen yaitu risiko sistematis dan risiko tidak
sistematis. Risiko sistematis tidak dapat diminimalkan dengan melakukan
diversifikasi sedangkan risiko tidak sistematis dapat diminimalkan atau dikurangi
dengan melakukan diversifikasi dengan membentuk portofolio yang terdiri dari
beberapa sekuritas atau saham dengan tujuan untuk mengurangi risiko sampai
tingkat minimum. Pengurangan risiko dengan melakukan diversifikasi ini
dilakukan dengan menutup kerugian pada satu jenis investasi dengan
pengembalian yang diperoleh dari investasi lainnya.
Investor harus dapat menentukan strategi investasi mana yang tepat
dilakukan untuk memilih saham-saham anggota portofolio dalam melakukan
diversifikasi saham. Berbagai strategi akan digunakan investor untuk memperoleh
return yang sebanding atau melebihi return pasar. Pemilihan strategi investasi
yang tepat oleh para investor/pemodal diharapkan dapat mempengaruhi kinerja
6
portofolio yang dibentuk sehingga memperoleh return sesuai dengan harapan
investasinya.
Tandelilin (2000:199) menyebutkan ada dua strategi yang dapat dipilih
investor dalam membentuk portofolio saham, yaitu strategi pasif (passive
strategy) dan strategi aktif (active strategy). Strategi pasif biasanya meliputi
tindakan investor yang cenderung pasif dalam berinvestasi pada saham dan hanya
mendasarkan pergerakan sahamnya pada pergerakan indeks pasar. Investor yang
menggunakan strategi ini hanya akan mengikuti indeks pasar. Pengembalian
strategi pasif ialah biaya transaksi serta beban operasi yang harus ditanggung oleh
investor menjadi lebih rendah, serta dengan rendahnya biaya yang dikeluarkan
maka pengembalian rata-rata yang diperoleh akan lebih besar. Tujuan dari
dilakukannya strategi pasif adalah untuk menyusun portofolio yang sesuai dengan
preferensi risiko, atau pola arus kas yang diinginkan. Strategi pasif dapat
diterapkan dengan dua macam strategi yang dapat dipilih investor, yaitu strategi
beli simpan dan strategi mengikuti indeks. Penelitian ini akan menggunakan
strategi mengikuti indeks, sebab dengan strategi ini investor mengharapkan
kinerja investasinya sudah merupakan duplikasi dari kinerja indeks pasar, adapun
nilai indeks yang digunakan dalam penelitian ini ialah indeks LQ 45.
Strategi portofolio aktif pada dasarnya akan meliputi tindakan investor
secara aktif dalam melakukan pemilihan dan jual beli saham, mencari informasi,
mengikuti waktu dan pergerakan harga saham serta berbagai tindakan aktif
lainnya agar memperoleh pengembalian yang lebih tinggi dibanding biaya yang
ditanggungnya dan memperoleh return yang sebanding atau melebihi return
7
pasar. Strategi portofolio aktif dalam pembentukan portofolio saham pada
dasarnya dapat menggunakan pendekatan fundamental dalam analisis saham.
Tujuan strategi aktif adalah mencapai return portofolio saham yang melebihi
return portofolio yang diperoleh melalui strategi pasif (Tandelilin, 2001:202).
Keuntungan dari strategi aktif adalah strategi ini memacu investor untuk berupaya
memperoleh pengembalian yang maksimal. Terdapat tiga strategi yang dapat
diterapkan dalam penerapan strategi aktif yakni pemilihan saham, rotasi sektor,
dan strategi momentum. Penelitian ini akan menggunakan strategi pemilihan
saham melalui teori keseimbangan pasar yaitu CAPM (Capital Aset Pricing
Model) yang memprediksi keterkaitan antara return suatu saham dengan
risikonya.
Kedua strategi yang menjadi pilihan investor, baik itu strategi pasif
maupun strategi aktif tetap mempunyai unsur ketidakpastian akan return atau
risiko yang akan diperoleh. Return maupun risiko yang nantinya akan diperoleh
dapat menunjukkan bagaimana kinerja dari suatu perusahaan (emiten) tersebut.
Kinerja suatu perusahaan (emiten) pada tahun sebelumnya tidak menjamin
baiknya
kinerja
emiten
pada
tahun
berikutnya.
Memburuknya
sistem
perekonomian Indonesia pada tahun 1997 tentu saja akan mempengaruhi kinerja
perusahaan-perusahaan tersebut yang kemudian secara tidak langsung akan
mempengaruhi kinerja sahamnya. Kinerja saham yang dimaksud yaitu
kemampuan saham tersebut memberikan aliran kas masuk pada investor, maka
sedari itu investor harus mengevaluasi secara berkala kinerja portofolio yang
8
dibentuknya untuk menjamin keamanan dana yang diinvestasikan pada portofolio
tersebut.
Menurut Tandelilin (2001:319), tahap pengukuran dan evaluasi kinerja
portofolio meliputi penilaian kinerja portofolio dan pembandingan hasil
pengukuran
tersebut
dengan kinerja portofolio
lainnya
melalui
proses
benchmarking. Proses benchmarking ini biasanya dilakukan terhadap
indeks
portofolio pasar, untuk mengetahui seberapa baik kinerja portofolio yang telah
ditentukan dibanding kinerja portofolio lainnya (portofolio pasar). Pertanyaan
mendasar yang ingin dijawab dalam tahap ini adalah “sejauh manakah portofolio
yang dibentuk mampu memberikan kinerja yang memuaskan investor?” atau
dengan kata lain “apakah return portofolio yang telah dibentuk (setelah dikurangi
biaya-biaya) sudah mampu mengkompensasi tingkat risiko yang harus ditanggung
investor?”. Pertanyaan lain yang kemungkinan muncul ialah apakah evaluasi
kinerja portofolio yang telah terbentuk mampu memberikan tingkat return yang
relatif lebih tinggi dibanding return portofolio lainnya dan apakah return tersebut
juga sesuai dengan tingkat risiko yang ditanggung. Jadi, dalam melakukan
evaluasi kinerja portofolio kita tidak hanya perlu memperhatikan tingkat returnnya saja, tetapi juga ada beberapa faktor lain seperti tingkat risiko portofolio dan
tujuan investasi.
Penelitian mengenai perbandingan kinerja portofolio saham berdasarkan
strategi aktif dan pasif pada saham indeks LQ 45 ini, menggunakan metode risk
adjusted performance yang terdiri dari metode indeks Sharpe, indeks Treynor,
serta indeks Jensen sebagai dasar penilaian atau evaluasi kinerja portofolio.
9
Metode ini dipilih, karena adanya pertimbangan bahwa metode ini mempunyai
akurasi yang baik. Akurasi ini dibuktikan dengan berbagai penelitian mengenai
konsistensi indeks Sharpe, indeks Treynor dan indeks Jensen sebagai ukuran
kinerja portofolio saham oleh para peneliti di berbagai pasar modal (Yasmin dan
Lawrence,1996; Wilson dan Jones, 1981; Bel dan Leger, 1996; Jones, 2000;
Wiksuana, 2007). Indeks Sharpe mengukur kinerja portofolio dengan total risiko
sebagai indikator, sedangkan Indeks Treynor dan Jensen mengukur risiko
sistematis (beta) sebagai indikator.
Saham/sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu saham-saham
yang tergabung dalam indeks LQ 45, dipilihnya indeks LQ 45 ini karena sahamsaham yang terdaftar dalam indeks LQ 45 merupakan saham yang paling
berpengaruh, likuid, serta aktif diperdagangkan yang menjadi incaran investor dan
mewakili seluruh sektor yang ada dalam klasifikasi Bursa Efek Indonesia, serta
kondisi bursa. Saham-saham yang tergabung dalam daftar indeks LQ 45 (45
saham) berlaku 1 periode, yaitu selama 6 bulan, sedangkan periode pengamatan
pada penelitian ini dari periode Februari 1997 – Januari 2008 sebanyak 23
periode. Pada periode tersebut, seharusnya terhitung sebanyak 22 periode, karena
1 periode waktunya 6 bulan. Pada kasus ini menurut keterangan yang diperoleh
dari pengumuman BEI No.Peng-085/BEJ-DAG/U/05-2005 tanggal 19 Mei 2005
melalui website www.idx.co.id, bahwa BEI mengeluarkan daftar emiten LQ 45
periode 20 Mei 2005 sampai dengan Juli 2005. Periode ini jelas berbeda dengan
ketentuan umum yang diberlakukan BEI. Bahwa daftar emiten LQ 45
penggantinya dilakukan selama 6 bulan sekali, sedangkan pada daftar emiten
10
LQ45 periode 20 Mei-Juli 2005 waktunya selama 3 bulan. Penggantian ini
dilakukan BEI sebab saham HM Sampoerna Tbk pada periode tersebut terus
mengalami penurunan harga saham, dari peristiwa tersebut BEI mengumumkan
lagi daftar emiten LQ 45 periode 20 Mei-Juli 2005 dengan mengeluarkan saham
HM Sampoerna Tbk (HMSP) dari keanggotaan portofolio pasar indeks LQ 45 dan
menggantinya dengan saham PT. Semen Gresik Tbk. Pada akhirnya dalam
penelitian ini, periode pengamatan saham-saham yang tergabung dalam LQ 45
dari Februari 1997-Januari 2008 terbagi sebanyak 23 periode, agar data yang
diperoleh tetap valid dan sesuai dengan peristiwa yang terjadi di BEI. Sampel
dalam penelitian ini ialah saham-saham LQ 45 yang memiliki kriteria secara terus
menerus muncul dalam penghitungan indeks LQ 45 selama 23 periode. Berikut ini
disajikan daftar saham yang terpilih dan digunakan sebagai sampel menurut
kriteria tersebut :
Tabel 1.2
Daftar 8 Saham yang Selalu Terdaftar dalam Indeks LQ 45
Periode Februari 1997-Januari 2008
No.
Kode emiten
Nama Emiten
1
ASII
PT. Astra International Indonesia, Tbk
2
GGRM
PT. Gudang Garam, Tbk
3
INDF
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
4
ISAT
PT. Indosat, Tbk
5
KLBF
PT. Kalbe Farma, Tbk
6
RALS
PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk
7
TINS
PT. Timah, Tbk
8
TLKM
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Sumber : www.idx.co.id, 2008
Berdasarkan Tabel 1.2 dapat diketahui saham-saham yang selalu terdaftar
dalam indeks LQ 45 periode Februari 1997-Januari 2008. Kedelapan saham
tersebut menunjukkan konsistensi sebagai saham yang likuid sehingga layak
11
dijadikan kandidat dalam pembentukan portofolio optimal. Melalui penelitian ini,
akan disajikan suatu perbandingkan kinerja portofolio berdasarkan strategi
portofolio aktif dan pasif, dimana penilaian kinerja menggunakan pendekatan
metode risk adjusted performance yang terdiri dari indeks Sharpe, Treynor, dan
Jensen.
1.2 Pokok Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka pokok
permasalahan dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut
1) Bagaimanakah
kinerja
portofolio
saham
yang
dibentuk
dengan
menggunakan strategi aktif pada saham-saham indeks LQ 45 di BEI ?
2) Bagaimanakah
kinerja
portofolio
saham
yang
dibentuk
dengan
menggunakan strategi pasif pada saham- saham indeks LQ 45 di BEI ?
3) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja portofolio yang
dibentuk menggunakan strategi aktif dan pasif pada saham- saham indeks
LQ 45 di BEI ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang akan dilakukan terkait dengan pokok
permasalahan yang dipaparkan antara lain
1) Untuk mengetahui dan menganalisis kinerja dari portofolio saham dengan
strategi aktif pada saham- saham indeks LQ 45 di BEI.
12
2) Untuk mengetahui dan menganalisis kinerja dari portofolio saham dengan
strategi pasif pada saham- saham indeks LQ 45 di BEI.
3) Untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan kinerja portofolio yang
menggunakan strategi aktif dan pasif pada saham- saham indeks LQ 45 di
BEI.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai
berikut
1) Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan
pemahaman serta wawasan di bidang manajemen keuangan dan investasi,
dan sebagai acuan bagi penelitian berikutnya.
2) Kegunaan Empiris
Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran dan bahan
referensi bagi investor serta pihak–pihak yang berkepentingan mengenai
kinerja portofolio saham-saham yang dibentuk berdasarkan strategi
portofolio
aktif
dan
pasif,
serta
diharapkan
dapat
memberikan
pertimbangan bagi investor serta pihak–pihak yang berkepentingan dalam
memilih strategi investasi portofolio yang tepat.
13
1.5 Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa bab
secara sistematis untuk mendapatkan gambaran yang lebih terperinci mengenai
penelitian ini, sehingga antara bab yang satu dengan lainnya mempunyai
hubungan yang erat. Adapun sistematika penyajiannya adalah sebagai berikut
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, pokok
permasalahah,
tujuan
penelitian,
kegunaan
penelitian,
serta
sistematika penyajian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini diuraikan mengenai landasan teori yang digunakan
sebagai acuan dalam penelitian ini, yaitu mengenai pengertian
investasi, manajemen investasi, pengertian portofolio, pengertian
return dan risiko portofolio, strategi portofolio, Capital Aset Pricing
Model (CAPM), strategi mengikuti indeks (indexing), indeks harga
saham, tingkat bunga bebas risiko, serta penilaian kinerja portofolio.
Pada bab ini juga diuraikan mengenai penelitian yang dilakukan
sebelumnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan mengenai rumusan hipotesis, metode
penelitian yang digunakan meliputi identifikasi variabel, definisi
operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan
14
data, metode penentuan sampel, dan teknik analisis data yang
digunakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan mengenai gambaran umum perusahaan yang
menjadi sampel dalam penelitian, analisis dan uji hipotesis yang
diajukan, serta pembahasan dari hasil penelitian.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab yang terakhir ini diuraikan mengenai kesimpulan yang
didapat dari hasil pembahasan, serta saran-saran yang dapat
diberikan.
15
Download