BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan salah satu alternatif dalam upaya peningkatan kesejahteraan ekonomi individual maupun perusahaan. Investasi dapat didefinisikan sebagai komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh pengembalian di masa datang (Tandelilin, 2001:3). Istilah investasi berkaitan dengan berbagai macam aktivitas seperti menginvestasikan sejumlah dana pada aset-aset riil (tanah, mesin, bangunan), maupun pada aset-aset financial atau sekuritas (deposito, saham ataupun obligasi). Pemerintah Indonesia berupaya untuk meningkatkan perhatian terhadap kegiatan investasi. Peningkatan perhatian ini tidak hanya dimaksudkan untuk memobilisasi dana-dana yang ada di dalam negeri, tetapi juga dimaksudkan untuk pemerataan ekonomi karena dengan adanya investasi pada pasar modal, pemerintah akan memberikan kebebasan kepada masyarakat dalam memilih investasi yang diminatinya. Masing-masing pilihan investasi mempunyai tingkat pengembalian dan risiko yang berbeda–beda. Perbedaan ini dapat dilihat pada tingkat pengembalian dan risiko yang diberikan oleh investasi saham akan berbeda dengan tingkat pengembalian dan risiko yang diberikan oleh investasi pada obligasi maupun pada deposito berjangka. Tingkat pengembalian dan risiko antar sahampun akan berbeda, sekalipun saham-saham tersebut berada pada 1 industri yang sama. Perbedaan tingkat pengembalian dan risiko ini disebabkan oleh adanya perbedaan faktor internal (manajemen, pemasaran, keadaan keuangan, kualitas produk dan kemampuan bersaing) serta faktor eksternal (kebijakan pemerintah dalam hal politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan serta keamanan, pesaing, selera dan daya beli masyarakat). Investasi memiliki beberapa daya tarik bagi investor/pemodal (Husnan, 2003:5), diantaranya ; Pertama, investasi pada pasar modal dapat menjadi alternatif penghimpunan dana selain sistem perbankan. Kedua, investasi pada pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Pilihan investasi tersebut memungkinkan para investor/pemodal untuk melakukan diversifikasi investasi seperti membentuk portofolio investasi sesuai dengan risk (risiko) yang mereka bersedia tanggung dan return (tingkat pengembalian) yang mereka harapkan. Perkembangan pasar modal tidak dapat dilepas dari perkembangan ekonomi dan bisnis negara tersebut, disamping itu kebijakan pemerintah memiliki peran yang sangat besar terhadap perkembangan pasar modal. Kurang bergairahnya transaksi perdagangan saham di bursa efek sejak krisis ekonomi yang melanda Asia pada pertengahan tahun 1997 telah menyebabkan nilai kapitalisasi pasar di bursa efek Indonesia mengalami penurunan yang tajam dan sangat fluktuatif. Kondisi krisis juga berdampak pada volume dan nilai perdagangan saham, sehingga berbagai upaya dilakukan pemerintah guna memperbaiki kondisi ekonomi khususnya mengundang para investor baik dari dalam maupun luar negeri untuk berinvestasi di Indonesia. Investasi ini 2 diharapkan dapat membantu perkembangan usaha di Indonesia yang nantinya akan dapat memperbaiki perekonomian Indonesia secara menyeluruh. Tabel 1.1 berikut ini akan menunjukkan data perkembangan kegiatan pasar modal Indonesia sejak tahun 1989 – 2007. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Emiten, Jumlah Saham, Volume dan Nilai Perdagangan Saham di PT. Bursa Efek Indonesia. Tahun Jumlah Jumlah Saham Emiten 1989 56 432.839.874 1990 122 1.779.936.594 1991 139 3.729.481.279 1992 153 6.253.916.082 1993 172 9.787.393.323 1994 217 23.854.339.821 1995 238 45.794.658.125 1996 253 77.240.833.399 1997 282 135.668.883.612 1998 288 170.549.123.166 1999 277 846.131.138.504 2000 287 1.185.306.672.213 2001 316 885.240.510.319 2002 331 939.544.513.105 2003 333 829.359.787.591 2004 331 656.447.198.554 2005 336 712.985.123.204 2006 344 924.488.804.314 2007 348 1.043.288.303.796 Sumber : JSX Monthly Statistic, 2007 Volume Perdagangan 95.791.539 702.587.441 1.007.920.460 1.706.269.484 3.844.031.699 5.292.580.825 10.646.444.247 29.527.727.838 76.599.170.013 90.620.529.970 178.486.582.779 134.531.333.895 148.381.308.444 171.207.351.815 234.030.810.474 411.768.340.217 401.858.034.588 436.935.587.206 101.055.138.742 Nilai Perdagangan (Rp) 964.272.000.000 7.311.288.727.968 5.778.248.697.009 7.953.299.560.350 19.086.237.219.525 25.482.803.341.345 32.357.503.995.530 75.729.894.195.234 120.385.166.174.829 99.684.703.142.460 147.879.985.749.582 122.774.764.247.160 97.522.823.598.837 120.762.778.011.333 125.437.613.790.430 247.006.931.714.305 406.006.258.740.277 445.706.122.935.828 120.412.824.296.398 Pada Tabel 1.1 dapat di lihat bahwa Bursa Efek Indonesia mengalami perkembangan yang cukup baik dari periode 1989 sampai dengan 2007. Perkembangan ini dapat dilihat dari gambaran jumlah emiten, jumlah saham, volume dan nilai perdagangan saham yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun, sedangkan terakhir setelah terjadi krisis perekonomian pada tahun 1997 jumlah emiten, volume perdagangan dan nilai perdagangan mengalami fluktuasi, 3 kecuali jumlah saham yang mengalami fluktuasi setelah tahun 2000. Pada nilai perdagangan saham terjadi penurunan pada tahun 1998, 2000, dan tahun 2001. Volume dan nilai perdagangan terus mengalami peningkatan dari tahun 2002 sampai tahun 2006, dan pada tahun ini volume dan nilai perdagangan saham mencapai puncak tertinggi setelah krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997. Usaha pemerintah untuk memulihkan kondisi ekonomi pun sempat terhadang dengan berbagai kendala yang tidak dapat diprediksi, seperti terjadinya Bom Bali I pada tahun 2002 dan Bom Bali II pada tahun 2005. Pemerintah sangat khawatir dengan terjadinya peristiwa tersebut para investor akan menarik dananya, namun kenyataannya tragedi ini tidak terlalu mempengaruhi minat investor maupun pelaku pasar untuk tetap berinvestasi di pasar modal. Salah satu contoh dapat terlihat dari pergerakan indeks LQ 45 yang merupakan indeks dari saham-saham yang likuid dan relatif stabil. Pada kejadian Bom Bali II (KutaJimabaran) pada tanggal 1 Oktober 2005, indeks LQ 45 berada pada point 237,323, ternyata pada tanggal 2 Oktober 2005 nilai indeks tidak mengalami penurunan bahkan meningkat sebesar 4,671 point ke level 242,084 (www.idx.co.id), ini berarti bahwa tragedi ini tidak terlalu mempengaruhi situasi dan kondisi perekonomian. Kendala lain yang dihadapi oleh masyarakat khususnya para pengusaha ialah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada tahun 2005. Investor dan para pelaku pasar memberikan tanggapan yang negatif terhadap peningkatan harga BBM ini. Salah satu contohnya ialah indeks LQ 45 yang mengalami 4 penurunan yang tidak terlalu tajam. Penurunan ini terjadi secara perlahan namun tidak lama, hal ini dimungkinkan karena kepanikan masyarakat akan peningkatan harga BBM. Peningkatan harga BBM mempengaruhi hampir semua sektor industri di Indonesia. Pengaruh yang sangat jelas terlihat pada meningkatnya biaya operasional (produksi) yang mengakibatkan peningkatan harga produk sehingga pengembalian yang diterima juga akan menurun. Kondisi ini tidak berlangsung lama karena masyarakat khususnya pengusaha dapat menyesuaikan situasi dan kondisi tersebut dengan sangat cepat, terbukti pada bulan November 2005 indeks LQ 45 mengalami peningkatan ke level 237,334. Berdasarkan pemaparan di atas dapat diketahui bahwa pemodal/investor sudah mulai mengenal investasi di pasar modal dan semakin banyak perusahaan yang telah go public untuk membutuhkan dana dari publik serta mencerminkan kinerja bursa efek Indonesia secara keseluruhan semakin baik. Investor memiliki berbagai macam pertimbangan dalam menentukan pilihan investasi yang menyangkut pengembalian dan risiko investasi tersebut. Pada dasarnya semua pilihan investasi mengandung peluang pengembalian seperti capital gain, yaitu pengembalian dari hasil jual beli saham berupa kelebihan nilai jual dan nilai beli. Pengembalian yang lain berupa laba perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham atau umum disebut dengan dividen. Selain pengembalian yang didapat, juga terdapat beberapa kerugian atau risiko seperti capital loss yaitu suatu kondisi dimana harga jual saham lebih rendah dari harga belinya, kemudian adanya risiko likuiditas yaitu perusahaan yang sahamnya dimiliki dinyatakan pailit oleh pengadilan. Adanya kerugian/risiko dari investasi 5 saham ini memperlihatkan bahwa hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian atau risiko. Penanaman modal dalam bentuk saham merupakan suatu kepemilikan atau pembelian saham-saham suatu perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) oleh pihak lain (investor) dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan tertentu. Keinginan untuk mendapatkan pengembalian atau return menyebabkan para investor harus mengadakan suatu pertimbangan yang tepat dalam memutuskan saham mana yang memiliki prospek menguntungkan agar dapat meminimalisir kerugian/risiko yang akan diperoleh. Sunariyah (2000:180), mengungkapkan bahwa risiko dalam berinvestasi di pasar modal terdiri dari dua komponen yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis tidak dapat diminimalkan dengan melakukan diversifikasi sedangkan risiko tidak sistematis dapat diminimalkan atau dikurangi dengan melakukan diversifikasi dengan membentuk portofolio yang terdiri dari beberapa sekuritas atau saham dengan tujuan untuk mengurangi risiko sampai tingkat minimum. Pengurangan risiko dengan melakukan diversifikasi ini dilakukan dengan menutup kerugian pada satu jenis investasi dengan pengembalian yang diperoleh dari investasi lainnya. Investor harus dapat menentukan strategi investasi mana yang tepat dilakukan untuk memilih saham-saham anggota portofolio dalam melakukan diversifikasi saham. Berbagai strategi akan digunakan investor untuk memperoleh return yang sebanding atau melebihi return pasar. Pemilihan strategi investasi yang tepat oleh para investor/pemodal diharapkan dapat mempengaruhi kinerja 6 portofolio yang dibentuk sehingga memperoleh return sesuai dengan harapan investasinya. Tandelilin (2000:199) menyebutkan ada dua strategi yang dapat dipilih investor dalam membentuk portofolio saham, yaitu strategi pasif (passive strategy) dan strategi aktif (active strategy). Strategi pasif biasanya meliputi tindakan investor yang cenderung pasif dalam berinvestasi pada saham dan hanya mendasarkan pergerakan sahamnya pada pergerakan indeks pasar. Investor yang menggunakan strategi ini hanya akan mengikuti indeks pasar. Pengembalian strategi pasif ialah biaya transaksi serta beban operasi yang harus ditanggung oleh investor menjadi lebih rendah, serta dengan rendahnya biaya yang dikeluarkan maka pengembalian rata-rata yang diperoleh akan lebih besar. Tujuan dari dilakukannya strategi pasif adalah untuk menyusun portofolio yang sesuai dengan preferensi risiko, atau pola arus kas yang diinginkan. Strategi pasif dapat diterapkan dengan dua macam strategi yang dapat dipilih investor, yaitu strategi beli simpan dan strategi mengikuti indeks. Penelitian ini akan menggunakan strategi mengikuti indeks, sebab dengan strategi ini investor mengharapkan kinerja investasinya sudah merupakan duplikasi dari kinerja indeks pasar, adapun nilai indeks yang digunakan dalam penelitian ini ialah indeks LQ 45. Strategi portofolio aktif pada dasarnya akan meliputi tindakan investor secara aktif dalam melakukan pemilihan dan jual beli saham, mencari informasi, mengikuti waktu dan pergerakan harga saham serta berbagai tindakan aktif lainnya agar memperoleh pengembalian yang lebih tinggi dibanding biaya yang ditanggungnya dan memperoleh return yang sebanding atau melebihi return 7 pasar. Strategi portofolio aktif dalam pembentukan portofolio saham pada dasarnya dapat menggunakan pendekatan fundamental dalam analisis saham. Tujuan strategi aktif adalah mencapai return portofolio saham yang melebihi return portofolio yang diperoleh melalui strategi pasif (Tandelilin, 2001:202). Keuntungan dari strategi aktif adalah strategi ini memacu investor untuk berupaya memperoleh pengembalian yang maksimal. Terdapat tiga strategi yang dapat diterapkan dalam penerapan strategi aktif yakni pemilihan saham, rotasi sektor, dan strategi momentum. Penelitian ini akan menggunakan strategi pemilihan saham melalui teori keseimbangan pasar yaitu CAPM (Capital Aset Pricing Model) yang memprediksi keterkaitan antara return suatu saham dengan risikonya. Kedua strategi yang menjadi pilihan investor, baik itu strategi pasif maupun strategi aktif tetap mempunyai unsur ketidakpastian akan return atau risiko yang akan diperoleh. Return maupun risiko yang nantinya akan diperoleh dapat menunjukkan bagaimana kinerja dari suatu perusahaan (emiten) tersebut. Kinerja suatu perusahaan (emiten) pada tahun sebelumnya tidak menjamin baiknya kinerja emiten pada tahun berikutnya. Memburuknya sistem perekonomian Indonesia pada tahun 1997 tentu saja akan mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan tersebut yang kemudian secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja sahamnya. Kinerja saham yang dimaksud yaitu kemampuan saham tersebut memberikan aliran kas masuk pada investor, maka sedari itu investor harus mengevaluasi secara berkala kinerja portofolio yang 8 dibentuknya untuk menjamin keamanan dana yang diinvestasikan pada portofolio tersebut. Menurut Tandelilin (2001:319), tahap pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio meliputi penilaian kinerja portofolio dan pembandingan hasil pengukuran tersebut dengan kinerja portofolio lainnya melalui proses benchmarking. Proses benchmarking ini biasanya dilakukan terhadap indeks portofolio pasar, untuk mengetahui seberapa baik kinerja portofolio yang telah ditentukan dibanding kinerja portofolio lainnya (portofolio pasar). Pertanyaan mendasar yang ingin dijawab dalam tahap ini adalah “sejauh manakah portofolio yang dibentuk mampu memberikan kinerja yang memuaskan investor?” atau dengan kata lain “apakah return portofolio yang telah dibentuk (setelah dikurangi biaya-biaya) sudah mampu mengkompensasi tingkat risiko yang harus ditanggung investor?”. Pertanyaan lain yang kemungkinan muncul ialah apakah evaluasi kinerja portofolio yang telah terbentuk mampu memberikan tingkat return yang relatif lebih tinggi dibanding return portofolio lainnya dan apakah return tersebut juga sesuai dengan tingkat risiko yang ditanggung. Jadi, dalam melakukan evaluasi kinerja portofolio kita tidak hanya perlu memperhatikan tingkat returnnya saja, tetapi juga ada beberapa faktor lain seperti tingkat risiko portofolio dan tujuan investasi. Penelitian mengenai perbandingan kinerja portofolio saham berdasarkan strategi aktif dan pasif pada saham indeks LQ 45 ini, menggunakan metode risk adjusted performance yang terdiri dari metode indeks Sharpe, indeks Treynor, serta indeks Jensen sebagai dasar penilaian atau evaluasi kinerja portofolio. 9 Metode ini dipilih, karena adanya pertimbangan bahwa metode ini mempunyai akurasi yang baik. Akurasi ini dibuktikan dengan berbagai penelitian mengenai konsistensi indeks Sharpe, indeks Treynor dan indeks Jensen sebagai ukuran kinerja portofolio saham oleh para peneliti di berbagai pasar modal (Yasmin dan Lawrence,1996; Wilson dan Jones, 1981; Bel dan Leger, 1996; Jones, 2000; Wiksuana, 2007). Indeks Sharpe mengukur kinerja portofolio dengan total risiko sebagai indikator, sedangkan Indeks Treynor dan Jensen mengukur risiko sistematis (beta) sebagai indikator. Saham/sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu saham-saham yang tergabung dalam indeks LQ 45, dipilihnya indeks LQ 45 ini karena sahamsaham yang terdaftar dalam indeks LQ 45 merupakan saham yang paling berpengaruh, likuid, serta aktif diperdagangkan yang menjadi incaran investor dan mewakili seluruh sektor yang ada dalam klasifikasi Bursa Efek Indonesia, serta kondisi bursa. Saham-saham yang tergabung dalam daftar indeks LQ 45 (45 saham) berlaku 1 periode, yaitu selama 6 bulan, sedangkan periode pengamatan pada penelitian ini dari periode Februari 1997 – Januari 2008 sebanyak 23 periode. Pada periode tersebut, seharusnya terhitung sebanyak 22 periode, karena 1 periode waktunya 6 bulan. Pada kasus ini menurut keterangan yang diperoleh dari pengumuman BEI No.Peng-085/BEJ-DAG/U/05-2005 tanggal 19 Mei 2005 melalui website www.idx.co.id, bahwa BEI mengeluarkan daftar emiten LQ 45 periode 20 Mei 2005 sampai dengan Juli 2005. Periode ini jelas berbeda dengan ketentuan umum yang diberlakukan BEI. Bahwa daftar emiten LQ 45 penggantinya dilakukan selama 6 bulan sekali, sedangkan pada daftar emiten 10 LQ45 periode 20 Mei-Juli 2005 waktunya selama 3 bulan. Penggantian ini dilakukan BEI sebab saham HM Sampoerna Tbk pada periode tersebut terus mengalami penurunan harga saham, dari peristiwa tersebut BEI mengumumkan lagi daftar emiten LQ 45 periode 20 Mei-Juli 2005 dengan mengeluarkan saham HM Sampoerna Tbk (HMSP) dari keanggotaan portofolio pasar indeks LQ 45 dan menggantinya dengan saham PT. Semen Gresik Tbk. Pada akhirnya dalam penelitian ini, periode pengamatan saham-saham yang tergabung dalam LQ 45 dari Februari 1997-Januari 2008 terbagi sebanyak 23 periode, agar data yang diperoleh tetap valid dan sesuai dengan peristiwa yang terjadi di BEI. Sampel dalam penelitian ini ialah saham-saham LQ 45 yang memiliki kriteria secara terus menerus muncul dalam penghitungan indeks LQ 45 selama 23 periode. Berikut ini disajikan daftar saham yang terpilih dan digunakan sebagai sampel menurut kriteria tersebut : Tabel 1.2 Daftar 8 Saham yang Selalu Terdaftar dalam Indeks LQ 45 Periode Februari 1997-Januari 2008 No. Kode emiten Nama Emiten 1 ASII PT. Astra International Indonesia, Tbk 2 GGRM PT. Gudang Garam, Tbk 3 INDF PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk 4 ISAT PT. Indosat, Tbk 5 KLBF PT. Kalbe Farma, Tbk 6 RALS PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk 7 TINS PT. Timah, Tbk 8 TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Sumber : www.idx.co.id, 2008 Berdasarkan Tabel 1.2 dapat diketahui saham-saham yang selalu terdaftar dalam indeks LQ 45 periode Februari 1997-Januari 2008. Kedelapan saham tersebut menunjukkan konsistensi sebagai saham yang likuid sehingga layak 11 dijadikan kandidat dalam pembentukan portofolio optimal. Melalui penelitian ini, akan disajikan suatu perbandingkan kinerja portofolio berdasarkan strategi portofolio aktif dan pasif, dimana penilaian kinerja menggunakan pendekatan metode risk adjusted performance yang terdiri dari indeks Sharpe, Treynor, dan Jensen. 1.2 Pokok Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka pokok permasalahan dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut 1) Bagaimanakah kinerja portofolio saham yang dibentuk dengan menggunakan strategi aktif pada saham-saham indeks LQ 45 di BEI ? 2) Bagaimanakah kinerja portofolio saham yang dibentuk dengan menggunakan strategi pasif pada saham- saham indeks LQ 45 di BEI ? 3) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja portofolio yang dibentuk menggunakan strategi aktif dan pasif pada saham- saham indeks LQ 45 di BEI ? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang akan dilakukan terkait dengan pokok permasalahan yang dipaparkan antara lain 1) Untuk mengetahui dan menganalisis kinerja dari portofolio saham dengan strategi aktif pada saham- saham indeks LQ 45 di BEI. 12 2) Untuk mengetahui dan menganalisis kinerja dari portofolio saham dengan strategi pasif pada saham- saham indeks LQ 45 di BEI. 3) Untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan kinerja portofolio yang menggunakan strategi aktif dan pasif pada saham- saham indeks LQ 45 di BEI. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut 1) Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan pemahaman serta wawasan di bidang manajemen keuangan dan investasi, dan sebagai acuan bagi penelitian berikutnya. 2) Kegunaan Empiris Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran dan bahan referensi bagi investor serta pihak–pihak yang berkepentingan mengenai kinerja portofolio saham-saham yang dibentuk berdasarkan strategi portofolio aktif dan pasif, serta diharapkan dapat memberikan pertimbangan bagi investor serta pihak–pihak yang berkepentingan dalam memilih strategi investasi portofolio yang tepat. 13 1.5 Sistematika Penyajian Sistematika penyajian dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa bab secara sistematis untuk mendapatkan gambaran yang lebih terperinci mengenai penelitian ini, sehingga antara bab yang satu dengan lainnya mempunyai hubungan yang erat. Adapun sistematika penyajiannya adalah sebagai berikut BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, pokok permasalahah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, serta sistematika penyajian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diuraikan mengenai landasan teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini, yaitu mengenai pengertian investasi, manajemen investasi, pengertian portofolio, pengertian return dan risiko portofolio, strategi portofolio, Capital Aset Pricing Model (CAPM), strategi mengikuti indeks (indexing), indeks harga saham, tingkat bunga bebas risiko, serta penilaian kinerja portofolio. Pada bab ini juga diuraikan mengenai penelitian yang dilakukan sebelumnya. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini diuraikan mengenai rumusan hipotesis, metode penelitian yang digunakan meliputi identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan 14 data, metode penentuan sampel, dan teknik analisis data yang digunakan. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan mengenai gambaran umum perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian, analisis dan uji hipotesis yang diajukan, serta pembahasan dari hasil penelitian. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab yang terakhir ini diuraikan mengenai kesimpulan yang didapat dari hasil pembahasan, serta saran-saran yang dapat diberikan. 15