BAB II LANDASAN TEORI A. Sumber Nilai Makna Hidup 1. Definisi

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sumber Nilai Makna Hidup
1. Definisi Sumber Nilai Makna Hidup
Logoterapi ditemukan dan dikembangkan oleh Victor E. Frankl, seorang
neuropsikiater keturunan Yahudi dari kota Wina, Austria. “Logos” dalam bahasa
Yunani selain berarti makna, juga meliputi rohani. Seperti halnya aliran-aliran
psikologi lainnya, Logoterapi pun memiliki wawasan mengenai manusia yang
berlandaskan tiga pilar filosofis yang satu dengan lainnya berhubungan erat dan
saling menunjang, yakni kebebasan berkehendak, kehendak hidup bermakna, dan
makna hidup (Bastaman, 1996).
Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga
serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan
dalam kehidupan. Bila hal itu berhasil dipenuhi akan menyebabkan seseorang
merasakan kehidupan yang berarti dan pada akhirnya akan menimbulkan perasaan
bahagia (Bastaman, 2007). Sumber nilai makna hidup adalah area-area yang
berbeda atau tema-tema pribadi dimana orang bisa menemukan makna hidup di
dalamnya (Reker dalam Edwards,2007).
2. Karakteristik Makna Hidup
Karakteristik makna hidup (Bastaman, 2007):
Universitas Sumatera Utara
a. Makna hidup sifatnya unik, pribadi dan temporer, artinya apa yang
dianggap berarti oleh seseorang belum tentu berarti pula bagi orang lain.
Mungkin pula apa yang dianggap penting dan bermakna pada saat ini
bagi seseorang, belum tentu sama bermaknanya bagi orang itu pada saat
lain.
b. Sifat lain dari makna hidup adalah spesifik dan nyata, dalam artian
makna hidup benar-benar ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan
sehari-hari, serta tidak perlu selalu dikaitkan dengan hal-hal yang serba
abstrak-filosofis, tujuan-tujuan idealistis, dan prestasi-prestasi akademis
yang serba menakjubkan. Mengingat keunikan dan kekhususannya itu,
makna hidup tidak dapat diberikan oleh siapapun, melainkan harus
dicari, dijajagi, dan ditemukan sendiri.
c. Sifat lainnya dari makna hidup adalah memberi pedoman dan arah
terhadap kegiatan-kegiatan kita, sehingga makna hidup seakan-akan
menantang kita untuk memenuhinya (Bastaman, 2007).
3. Sumber-sumber Nilai Makna Hidup
Menurut Frankl (), makna hidup bisa berasal dari 3 sumber utama yaitu apa
yang seseorang berikan pada dunia (nilai kreatif), apa yang seseorang ambil dari
dunia ini (nilai penghayatan) , dan sikap seseorang terhadap penderitaan di dunia
ini (nilai bersikap). Bastaman (2007) memaparkan mengenai ketiga sumber nilai
makna hidup Frankl secara lebih terperinci yaitu :
a. Nilai-nilai kreatif yaitu kegiatan berkarya, bekerja, mencipta serta
melaksanakan tugas dan kewajiban sebaik-baiknya dengan penuh
Universitas Sumatera Utara
tanggung jawab. Menekuni suatu pekerjaan dan meningkatkan
keterlibatan pribadi terhadap tugas serta berusaha untuk mengerjakannya
dengan sebaik-baiknya merupakan salah satu contoh dari kegiatan
berkarya.
b. Nilai-nilai penghayatan yaitu keyakinan dan penghayatan akan nilai-nilai
kebenaran, kebajikan, keindahan, keimanan, dan keagamaan, serta cinta
kasih. Menghayati dan meyakini suatu nilai dapat menjadikan seseorang
berarti hidupnya. Tidak sedikit orang-orang merasa menemukan arti
hidup dari agama yang diyakininya, atau ada orang-orang yang
menghabiskan sebagian besar usianya untuk menekuni suatu cabang seni
tertentu. Cinta kasih dapat menjadikan pula seseorang menghayati
perasaan berarti dalam hidupnya. Dengan mencintai dan merasa dicintai,
seseorang akan merasakan hidupnya penuh dengan pengalaman hidup
yang membahagiakan.
c. Nilai-nilai bersikap yaitu menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran,
dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin dielakkan
lagi seperti sakit yang tidak dapat disembuhkan, kematian, dan
menjelang kematian serta segala upaya dan ikhtiar dilakukan secara
maksimal. Sikap menerima dengan penuh ikhlas dan tabah hal-hal tragis
yang tidak mungkin dielakkan lagi dapat mengubah pandangan kita dari
yang semula diwarnai penderitaan semata-mata menjadi pandangan yang
mampu melihat makna dan hikmah dari penderitaan itu.
Universitas Sumatera Utara
4. Makna Hidup dan Hidup Bahagia
Membicarakan masalah kehendak untuk hidup bermakna dan makna hidup
sering menimbulkan pertanyaan-pertanyaan seperti “Apakah makna hidup sama
dengan kebahagiaan? Apakah hidup secara bermakna identik dengan hidup
bahagia? Bagaimana kebahagiaan dapat dicapai?”. Terhadap pertanyaanpertanyaan serupa ini logoterapi mengajukan pandangan bahwa makna hidup
tidak identik dengan kebahagiaan ataupun kekayaan dan kekuasaan, walaupun
semuanya ada hubungannya (Bastaman, 2007).
Dalam hal ini kebahagiaan adalah ganjaran dari usaha menjalankan
kegiatan-kegiatan yang bermakna, sedangkan kekayaan dan kekuasaan merupakan
salah satu sarana yang dapat menunjang kegiatan-kegiatan bermakna dan
mungkin pula dapat menjadikan hidup ini lebih berarti. Yang pasti kekayaan dan
kekuasaan dapat membantu menimbulkan kemudahan-kemudahan dalam hidup,
asal pemilik kekayaan dan kekuasaan itu mampu menggunakannya dengan baik
dan benar dalam niat, tujuan, dan cara-cara pelaksanaannya. Dengan demikian,
hidup yang bermakna adalah corak kehidupan yang sarat dengan kegiatan,
penghayatan, dan pengalaman-pengalaman bermakna, yang apabila hal itu
terpenuhi akan menimbulkan perasaan-perasaan bahagia dalam kehidupan
seseorang (Bastaman, 2007).
5. Makna Hidup dan Kedewasaan
Kita semua melalui pembelajaran dan perkembangan seumur hidup, suatu
proses yang melambat pada tahun-tahun akhir kehidupan. Seiring dengan
Universitas Sumatera Utara
pembelajaran dan pertumbuhan ini adalah kedewasaan yang dicirikan dengan
peningkatan pengalaman dan pemahaman (Lukas,1985).
Dalam prakteknya, Lukas sering menemukan korelasi antara orientasi nilai
dan tingkat kedewasaan. Alasan utama untuk pencarian makna hidup yang nekat
pada masa sekarang ini adalah penundaan kedewasaan dari generasi kita,
khususnya jika dibandingkan dengan pertumbuhan kecerdasan dan keterampilan
teknis kita yang cepat. Setiap orang melalui 3 fase : pencarian umum atas makna
hidup, menemukan makna tunggal yang penting, dan akhirnya menyadari bahwa
masih banyak tugas bermakna yang menunggu (Lukas, 1985).
6. Metode Menemukan Makna Hidup
Kelima metode dalam menemukan makna hidup yaitu (Bastaman,1996):
a. Pemahaman pribadi
Metode ini pada dasarnya membantu memperluas dan mendalami
beberapa aspek kepribadian dan corak kehidupan seseorang.
b. Bertindak positif
Metode bertindak positif didasari oleh pemikiran bahwa dengan cara
membiasakan diri melakukan tindakan-tindakan positif, akan memberi
dampak positif terhadap perkembangan pribadi dan kehidupan sosial
seseorang.
c. Pengakraban hubungan
Metode
pengakraban
hubungan
menganjurkan
agar
seseorang
membina hubungan yang akrab dengan orang tertentu (misalnya:
Universitas Sumatera Utara
anggota keluarga, teman, dan rekan sekerja) sebab dalam hubungan
pribadia yang akrab dengan seseorang benar-benar merasa diperlukan
dan memerlukan orang lain, dicintai dan mencintai orang lain tanpa
mementingkan diri sendiri.
d. Pendalaman tri nilai
Yang dimaksud dengan pendalaman tri nilai adalah usaha-usaha untuk
memahami benar-benar nilai kreatif, nilai penghayatan, dan nilai
bersikap.
e. Ibadah
Ibadah adalah segala kegiatan melaksanakan apa yang diperintahkan
Tuhan dan mencegah diri dari hal-hal yang dilarang-Nya menurut
ketentuan agama. Ibadah yang dilakukan secara khidmat sering
menimbulkan perasaan tentram, mantap, dan tabah seakan-akan
mendapat bimbingan dalam melakukan tindakan-tindakan penting.
B. Faktor Kepribadian Big Five
1. Definisi Kepribadian
Tipe kepribadian didefinisikan sebagai dimensi perbedaan individual yang
menunjukkan pola pikiran, perasaan, dan perbuatan yang konsisten (McCrae,
2002). Asumsi yang paling dasar dari pandangan trait adalah bahwa orang
memiliki kecenderungan, yang disebut trait, untuk berespon dalam suatu cara
tertentu. Dengan kata lain, diasumsikan bahwa kepribadian bisa dicirikan dengan
istilah kecenderungan konsisten individu untuk berperilaku, merasa, atau berpikir
Universitas Sumatera Utara
dalam suatu cara tertentu, contoh : kecenderungan untuk berperilaku ramah, atau
merasa cemas dan gelisah (Pervin, 2005).
2. Model Kepribadian Lima Faktor
Seperti yang kita ketahui, psikolog membangun teori kepribadian dari tipetipe variabel yang berbeda-beda. The Big Five Personality trait atau Five factor
model ini dibangun dengan pendekatan yang lebih sederhana. Di sini, peneliti
mencoba untuk menemukan unit dasar dari kepribadian dengan menganalisa katakata yang digunakan bukan hanya oleh psikolog tetapi orang awam untuk
menjelaskan kepribadian. Prosedur dasar dalam penelitian ini adalah menyuruh
individu merating diri mereka sendiri atau orang lain dalam trait yang beragam
yang diambil secara hati-hati dari kamus. Rating itu kemudian dianalisis faktor
untuk melihat trait-trait mana saja yang muncul bersamaan (Pervin, 2005).
Banyak psikolog trait yang melihat faktor-faktor kepribadian Big Five
sebagai deskriptif, atau percaya bahwa masing-masing faktor berhubungan
dengan sistem psikologis kompleks yang mendasarinya. Dalam beberapa tahun
belakangan, pandangan teoritis yang lebih sederhana dikembangkan oleh McCrae
dan Costa. Mereka menyebut ide mereka teori five factor. The five factor model
adalah taksonomi tipe kepribadian yang komprehensif, yang bertujuan untuk
menunjukkan pola pikiran, perasaan, dan tindakan yang konsisten. Teori five
factor mengklaim bahwa kelima trait utama itu bukan hanya deskripsi tentang
perbedaan individu. Dalam teori five factor, trait diperlakukan sebagai hal yang
benar-benar ada, masing-masing dilihat sebagai struktur psikologis yang dimiliki
Universitas Sumatera Utara
semua orang dalam jumlah yang bervariasi. Trait itu dikatakan mempengaruhi
perkembangan psikologis setiap individu (Pervin, 2005).
3. Faktor-faktor dalam five factor model
Faktor-faktor dalam teori kepribadian five factor model yaitu Neuroticism,
Extraversion, Openness, Agreeableness, dan Conscientiousness. Definisi serta
karakteristik orang dengan skor yang tinggi dan skor yang rendah dari faktorfaktor tersebut bisa dilihat dari tabel di bawah yang merupakan hasil penelitian
dari Costa dan McCrae (Pervin, 2005).
Tabel 1. Indikator dan Karakteristik Faktor Kepribadian
Karakteristik
Orang dengan Skor
Tinggi
khawatir, gelisah,
emosional, merasa
tidak aman, tidak
cakap,
hypochodriacal
mudah
berhubungan
dengan orang lain,
aktif, cerewet,
person-oriented,
optimis, suka
bersenang-senang,
dan penuh kasih
sayang
selalu ingin tahu,
punya ketertarikan
yang beragam,
Skala Trait
Neuroticism
Menilai penyesuaian versus
ketidakstabilan
emosi.
Mengidentifikasi individu yang
rentan terhadap distress, ideide yang tidak realistis,
keinginan yang berlebih, dan
respon coping yang maladaptif.
Extraversion
Menilai kuantitas dan
intensitas dari interaksi
interpersonal, tingkat
keaktifan, kebutuhan akan
stimulasi, dan kapasitas untuk
kesenangan.
Karakteristik Orang
denga Skor Rendah
Tenang, santai, tidak
emosional,
tegar,
merasa aman, dan
puas atau bangga
terhadap
diri
sendiri.
Lambat
dalam
menunjukkan
perasaan, serius dan
bertanggungjawab,
tidak
semangat,
tidak
ramah,
berorientasi tugas,
pendiam
Openness
Menilai
pencarian
yang Konvensional, apa
proaktif
dan
menghargai adanya,
tidak
pengalaman, toleransi dan memiliki
Universitas Sumatera Utara
kreatif, orisinil,
penuh daya khayal,
tidak tradisional
berhati lembut,
bersifat baik,
mudah percaya
pada orang lain,
suka membantu,
pemaaf, mudah
tertipu, dan jujur
Terorganisir, dapat
dipercaya, pekerja
keras, disiplin diri,
tepat waktu, teliti,
rapi, ambisius, dan
tekun
mengeksplorasi hal-hal yang ketertarikan, tidak
tidak familiar.
artistik,
tidak
analitis
Agreeableness
Menilai kualitas dari orientasi Sinis, kasar, curiga,
interpersonal seseorang yang tidak
kooperatif,
bervariasi
menurut
suatu penuh
dendam,
kontinum dari merasa kasihan mudah tersinggung,
sampai
antagonis
dalam manipulatif
pikiran,
perasaan,
dan
perbuatan
Conscientiousness
Menilai tingkat keteraturan, Tidak punya tujuan,
ketahanan,dan
motivasi malas,
ceroboh,
individu dalam perilaku yang cuek, tidak punya
berorientasi pada tujuan.
keinginan yang kuat,
hedonis.
4. Aplikasi dari Big Five Personality Trait
a. Pilihan Karir
Psikolog yang tertarik dalam area perilaku vocational atau karir
mengemukakan bahwa kepribadian berhubungan dengan jenis karir yang
akan dipilih oleh seseorang dan bagaimana mereka berfungsi dalam
pekerjaannya. Pendapat ini menyatakan bahwa orang dengan karakteristik
tertentu akan memilih pekerjaan tertentu dan berfungsi lebih baik dalam
beberapa pekerjaan daripada yang lainnya. Sebagai contoh, menurut five
factor model, individu yang tinggi pada skor extraversion akan memilih
dan bekerja lebih baik dalam pekerjaan-pekerjaan sosial dan pengusaha
daripada individu yang introvert. Contoh lainnya, orang yang tinggi pada
Universitas Sumatera Utara
skor openness to experience akan memilih dan lebih baik pada pekerjaan
seni dan investigatif.
b. Kesehatan dan panjang umur
Pendapat tentang kepribadian berhubungan dengan kesehatan bisa dilihat
pada masa Yunani kuno, yang percaya bahwa ada hubungan antara
penyakit dan temperamen. Suatu studi jangka panjang menemukan
pentingnya sikap teliti (conscientiousness) dalam memprediksi orang yang
hidup lebih lama. Orang dewasa yang pada masa kanak-kanaknya lebih
teliti (menurut rating dari orang tua dan guru pada usia 11 tahun) secara
signifikan hidup lebih lama.
c. Diagnosis dan treatment gangguan psikologis
Sejumlah peneliti Big Five berpendapat bahwa banyak jenis perilaku
abnormal merupakan
versi ekstrim dari trait kepribadian normal.
Contohnya, kepribadian kompulsi bisa dilihat sebagai seseorang yang
sangat tinggi pada skor conscientiousness dan neuroticism dan kepribadian
antisosial sebagai seseorang yang sangat rendah pada skor agreeableness
dan conscientiousness (Pervin, 2005).
5. Perbedaan Usia dan Jenis Kelamin dalam Kepribadian
Studi yang dilakukan terhadap perkembangan kepribadian pada orang
dewasa di Amerika Serikat menunjukkan bahwa ada perbedaan dalam tingkat
mean dari kelima faktor antara remaja dan sekitar usia 30: N, E, dan O menurun,
dan A dan C meningkat. Studi lintas budaya menunjukkan bahwa pola yang sama
Universitas Sumatera Utara
ditemukan pada budaya lain. Hal ini berarti perubahan usia adalah proses
pematangan intrinsic (McCrae, 2002).
Costa, Terracciano, dan McCrae (2001) meneliti tentang perbedaan jenis
kelamin pada 26 budaya. Di Amerika Serikat, wanita khususnya mempunyai skor
lebih tinggi dibandingkan lelaki dalam faktor N dan A, begitu juga beberapa facet
tertentu dari E dan O (contohnya, kehangatan dan keterbukaan terhadap
keindahan) Lelaki biasanya lebih tinggi dalam facet tertentu pada E dan O, yaitu
Asertivitas dan keterbukaan terhadap ide. Sedikit perbedaan jenis kelamin
ditemukan pada faktor C (dalam McCrae, 2002)
C. Hubungan antara Sumber Makna Hidup dan Faktor Kepribadian Big
Five
Sumber-sumber makna hidup tentunya akan berbeda dari satu individu
dengan individu lainnya. Hal ini sesuai dengan karakteristik makna hidup yang
sifatnya unik dan personal. Sumber makna hidup dibentuk oleh budaya, etnis,
faktor sosiodemografis, dan tahap perkembangan (Reker dalam Edwards, 2007).
Makna hidup sendiri dipengaruhi oleh faktor usia, dukungan sosial, dan
kepribadian. Lukas (1985) menyatakan dalam prakteknya ia menemukan korelasi
yang kuat antara orientasi makna hidup dan tingkat kedewasaan. Hubungan antara
makna hidup dengan dukungan dan kepribadian diteliti oleh Heather, dkk dalam
penelitian mereka mengenai makna hidup pada penderita kanker (Heather, 2003).
Kepribadian adalah karakteristik-karakteristik dari orang tersebut yang
bertanggung jawab atas pola yang konsisten dari merasa, berpikir, dan
Universitas Sumatera Utara
berperilaku. Kepribadian menentukan bagaimana individu melihat dan bereaksi
terhadap kejadian-kejadian dalam hidupnya. Bermakna atau tidaknya suatu
kejadian dalam hidupnya dipengaruhi oleh cara individu memandang kejadian itu.
Dari beberapa pendekatan kepribadian, atau Five Factor model yang
dikembangkan oleh Costa & McCrae merupakan salah satu pendekatan yang
sederhana dan deskriptif dalam menggambarkan kepribadian manusia. Menurut
pendekatan ini, ada 5 faktor kepribadian yaitu Neuroticism, Extraversion,
Openness to Experience, Agreeableness, dan Conscientiousness.
Penelitian tentang hubungan antara makna hidup dengan kepribadian telah
banyak diteliti oleh para ahli. Halama dalam penelitiannya yang
berjudul
“Hubungan antara makna hidup dan The Big Five Personality Trait pada dewasa
muda dan lansia” menghubungkan antara skor yang didapat dari kuesioner NEOFFI dengan dua pengukuran makna hidup yang berbeda yaitu Reker’s Personal
Meaning Index (PMI) dan Halama’s Life Meaningfulness Scale (LMS). Penelitian
tentang hubungan antara makna hidup dengan kepribadian juga dilakukan oleh
Steger, dkk. Berbeda dari Halama yang meneliti tentang hubungan adanya makna
hidup (presence of meaning) dengan kepribadian, Steger justru meneliti pencarian
makna hidup (search for meaning) dengan kepribadian. Hasilnya, orang yang
sedang mencari makna hidup tinggi dalam skor Neuroticism, Openness, dan
Agreeableness (Steger, 2006).
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa ada hubungan antara makna hidup
dengan kepribadian. Peneliti ingin melihat apakah ada hubungan antara ketiga
Universitas Sumatera Utara
sumber makna hidup dengan faktor-faktor yang terdapat dalam teori kepribadian
Big Five.
D. PARADIGMA
Manusia
Sumbersumber
makna hidup
Makna Hidup
kepribadian
Dukungan sosial
usia
neuroticism
extraversion
Big Five
Personality
openness
agreeableness
conscientiousnes
Nilai kreatif
?
Nilai
penghayatan
Nilai
bersikap
Keterangan gambar :
maksudnya memiliki atau di dalamnya terdapat
maksudnya dipengaruhi oleh
maksudnya salah satu teorinya
maksudnya terdiri dari
maksudnya hubungan
Universitas Sumatera Utara
E. Hipotesa Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan hipotesa yaitu: ada hubungan
yang signifikan antara sumber-sumber nilai makna hidup dan faktor-faktor dalam
The Five Factor Model of Personality.
Universitas Sumatera Utara
Download