BABH LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Persediaan Menurut Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto (2003 : 4) yaitu: "Persediaan barang adalah kekayaan atau asset perusahaan. Dalam neraca perusahaan, persediaan barang dicantumkan disisi kiri, dan termasuk asset lancar. Persediaan barang adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar selalu dalam keadaan siap pakai dan ditatausahakan dalam buku perusahaan." Tujuan mengadakan persediaan Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto (2003 : 4) antara lain : 1. Memenuhi kebutuhan normal 2. Memenuhi kebutuhan mendadak 3. Memungkinkan pembelian atas dasar jumlah ekonomis Sedangkan menurut Ridwan s.Sundjaya dan Inge Berlian (2003;296): "Persediaan meliputi semua barang atau bahan yang diperlukan dalam proses produksi dan distribusi yang menunggu proses lebih lanjut atau dijual. Persediaan merupakan investasi yang penting pada banyak perusahaan. Pada umumnya rata-rata perusahaan manufaktur memiliki besarnya persediaan kurang lebih 42 % dari aktiva lancar atau kurang lebih 18 % dari total aktiva." Persediaan barang menurut Ikatan Akuntansi Indonesia ( IA1 ) dalam PSAK ( No. 14 : 2004 ) adalah sebagai berikut: Persediaan adalah aktiva: 1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal 2. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, atau 3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. 1. Klasifikasi Persediaan Persediaan barang dapat dibagi atas beberapa jenis atauklasifikasi, diman sekurang-kurangnya ada enam klasifikasi utama (Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto (2003 : 8-9), yaitu : a. Bahan baku (raw material) Bahan mentah yang belum diolah,yang akan diolah menjadi barang jadi, sebagi hasil utama dari perusahaan yang bersangkutan. b. Barang setengah jadi (semifinishedproducts) Hasil olahan bahn mentah sebelum menjadi barang jadi, yang sebagian akan diolah lebih lanjut menjadi barang jadi, dan sebagian kadang-kadang dijual seperti apa adanya untuk menjadi bahan baku perusahaan lain. c. Barangjadi (finishedproducts) Barang yang sudah selesai diproduksi atau diolah, yang merupakn hasil utama perusahaan yang bersangkutan dan siap untuk dipasarkan / dijual. d. Barang umum dan suku cadang (general material and spare parts) Segala jenis barang atau suku cadang yang digunakan untuk operasi mcnjalankan pcrusahaan / pabrik dan untuk mcmelihara pcralatan yang digunakan. e. Barang untuk proyek (work in progress) Barang-barang yang ditumpuk menunggu pemasangan dalm bentuk proyek baru. f. Barang dagangan (commodities) Barang yang dibeli, sudah merupakan barang jadi dan disimpan di gudang menunggu penjualan kembali dengan keuntungan tertentu. 2. Pembagian Jenis Persediaan Dalam manajemen persediaan, barang-barang dapat dibagi menurut bcbcrapa sudut pandang / pendekatan (Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto 2003 : 8 - 9), yang antara lain dapat disimpulakan sebagi berikut: a. Menurut Jenis 1) Barang umum (general material) Barang jenis ini biasanya macamnya cukup banyak, pemakaiannya tidak tergantung dari peralatan, harganya relatif lebih kecil, dan penentuan kebutuhannya relatif lebih gampang. 2) Suku cadang (spare parts) Barang jenis ini macamnya sangat banyak, harganya biasanya lebih mahal pemakaiannya tergantung dari peralatan, dan penentuan kebutuhannya lebih sulit. b. Menurut Harga 1) Barang berharga tinggi (high value items) Barang ini biasannya berjumlah sekitar hanya 10 % dari jumlah item persediaan, namun jumlah nilainya mewakili sekitar 70 % dari seluruh nilai persediaan, dan oleh sebab itu memerlukan tingkat pengawasan yang sangat tinggi. 2) Barang Berharga Menengah (medium value items) Barang ini biasannya berjumlah kira-kira 20 % dari jumlah items persediaan, dan jumlah nilainya juga sekitar 20 % dari jumlah nilai persediaan, sehingga memerlukan tingkat pengawasan cukup saja. 3) Barang Berharga Rendah (low value items) Berlawanan dengan barang berharga tinggi, jenis barang ini biasanya berjumlah kira-kira 70 % dari seluruh pos persediaan, namun nilai harganya hanya mewakili 10 % saja dari seluruh nilai barang persediaan, sehingga hanya memerlukan tingkat pengawasan rendah. c. Menurut Frekuensi Penggunaan /; Barang yang cepat pemakaian atau pergerakannya (fast moving items) Barang ini frekuensi penggunaannya dalam satu tahun lebih dari sekian bulan tertentu, misalnya lebih dari empat bulan, sehingga barang jenis ini memerlukan frekuensi perhitungan pemesanan kembali yang lebih sering. 2) Barang lambat pemakaian atau pergerakannya (slow moving items) Barang yang frekuensi penggunaannya dalam satu tahun kurang dari sekian bulan tertentu, misalnya dibawah 4 bulan, sehingga barang jenis ini memerlukan frekuensi perhitungan pemesanan kembali yang tidak sering. d. Menurut Tujuan Penggunaan 1) Barang pemeliharaan, perbaikan dan operasi (MRO materials) Barang ini sifatnya habis pakai, digunakan untuk keperluan pemeliharaan, perbaikan, atau reparasi dan operasi, dan kalau pada suatu saat persediaan habis, opersai masih dapat berjalan sementara. 2) Barang Program (program materials) Barang yang sifatnya juga habis dipakai, jumlah kebutuhannya sesuai dengan tingkat produksi / kegiatan perusahaan yang bersangkutan, dan kalau pada suatu saat persediaan habis, kegiatan perusahaan akan langsung berhenti. e. Menurut Jenis Anggaran 1) Barang Operasi (operating materials) Barang yang digunakan untuk keperluan operasi biasa, yang dianggarkan dalam anggaran operasi, dan apabila digunakan, akan dibukukan sebagai biaya, dan proses persetujuan anggarannya biasannya lebih cepat dan sedei hana. 10 2) Barang Invcstasi (capital materials) Barang yang biasanya berbentuk peraiatan dan digunakan untuk penambahan, perluasan, atau pcmbangunan proyek, atau sebagai asset perusahaan, dianggarkan dalam anggaran investasi, bukan dalam anggaran opersai, dan dibukukan dalam akun asset perusahaan, sedangkan biayanya dihitung dengan metode penyusutan sesuai dengan metode perhitungan yang telah ditentukan, dan proses persetujuan anggarannya biasanya lebih sulit dan lama. f. Menurut Cara Pembukuan Perusahaan 1) Barang Persediaan (stock items) Jenis barang yang setibanya barang tersebut dari proses pembelian dibukukan dalam akun "peersediaan barang perusahaan" dan barangnya sendiri disimpan di gudang persediaan. Setelah barang tersebut digunakan oleh suatu bagian, baru dibebankan pada akun bagian yang bersangkutan. Penggunaan barang ini berulang-ulang, sehingga memang perlu disediakan digudang. 2) Barang Dibebankan Langsung (direct charged materials) Jenis barang yang setelah dibeli langsung dikirimkan dan dibebankan ke bagian yang akan menggunakan. Barang jenis ini memang biasanya tidak disediakan dalm persediaan, karena jarang sekali digunakan. g. Menurut Hubungannya Dengan Produksi 1) Barang langsung (direct materials) 11 Jenis barang yang langsung digunakan dalam dalam produksi yang akan menjadi bagian dari produksi akhir. Jadi, bahan mentah, bahan penolong, barang setengah jadi, dan barang komoditas termasuk dalam kategori ini. 2) Barang Tidak Langsung (indirect materials) Jenis barang yang tidak ada hubungannya dengan proses produksi, namun diperlukan untuk memclihara mesin dan fasilitas yang digunakan untuk proses produksi. Yang masuk dalm kategori ini adalah barang MRO (suku cadang dan barang umum) dan barang proyek. 3. Metode-metode penilaian Persediaan a. Metode Biaya Dalam metode biaya terdapat beberapa macam atau jenis metode penetapan harga pokok persediaan yaitu metode FIFO, metode LIFO, dan metode rata-rata 1). Metode FIFO Dalam metode FIFO persediaan dinilai dengan harga pembelian yang paling akhir. Apabila kuantitas dalam pembelian ini tidakcukup ditetapkan pada persediaan akhir, maka akan diambil dari pembelian akhir berikut, demikian seterusnya. Ini sesuai anggaapan dalam metode FIFO bahwa biaya yang akan dibebankan kedalam laporan laba rugi adalah biaya-biaya yang paling dahulu dikeluarkan. 2). Metode LIFO 12 Dalam metode LIFO maka persediaan akhir dinilai berdasarkan ketentuan bahwa harga beli yang lebih awal di dahulukan. 3). Metode rata-rata Dalam metode rata-rata dibagi menjadi metode yaitu metode ratarata tertimbang dan metode rata- rata bergerak. a). Metode rata-rata tertimbang Jika perusahaan memiliki persediaan awal maka persediaan awal ini dimasukan dalam total unit yang tersedia dan total biaya barang yang tersedia untuk dijual ketika menghitung biaya rat-rata per unit, b). Metode rata-rata bergerak Metode ini biasanya digunakan dalam sistem pencatatan perpetual. Dalam metode, ini biaya rata-rata per unit yang akan baru dihitung setiap kali pembelian. b. Metode identifikasi khusus Dalam metode ini, harga pokok yang dibebankan ke barang-barang yang di jual dan yang masih ada dalam persediaan didasarkan atas harga pokok yang dikeluarkan khusus untuk barang-barang bersangkutan. Metode ini dalam peraktik hanya cocok untuk barang-barang yang jumlahnya tidak banyak dan nilai persatuannya tidak tinggi seperti halnya mobil bekas dan lukisan 13 c. Metode taksiran Dalam metode ini penilaian harga pokok memang kurang tepat bila dibandingkan dengan metode yang didasarkan perhitungan pisik. Akan tetapi, perlu diingatkan dalam laporan keuangan itu sendiri banyak terdapat pos-pos yang didasarkan atas ankga taksiran. Ada dua metode taksiran yaitu metode eceran dan metode laba bruto. 1). Metode eceran Konsep yang mendasari metode ini adalah adanya hubungan dekat antara harga pokok dengan jual. Oleh karena itu hubungan antara harga pokok dengan harga jual, yang biasanya dinyatakan dalam persentase harus ditetapkan terlebih dahulu. Untuk ini perusahaan perlu mempunyai catatan mengenai harga jual dari stmua barang yang ada. 2). Metode laba bruto Metode laba bruto pada dasarnya menggunakan konsep yang sama dengan dengan metode eceran, yaitu konsep hubungan antara harga pokok dengan harga jual. Perbedaaan dengan metode eceran adalah dalam penentuan persentase. Kalau dalam metode eceran persentase harga pokok terhadap harga jual didasarkan atas harga pokok dan harga jual aktual selama satu periode, dalam metode laba bruto presentase terhadap penjualan didasarkan atas laporan keuangan tahun lalu. 4. Biaya-biaya Yang Harus Dimasukan Dalam Pereediaan Salah satu masalah paling penting dalam menangani persediaan berhubungan dengan jumlah persediaan yang harus dicatat dalam akun. 14 Pembelian persediaan seperti aktiva lain, semuanya diperhitungkan atas dasar biaya. a. Biaya produk Biaya produk (product costs) adalah biaya-biaya yang "melekat" pada persediaan dan dicalat dalam akun persediaan. Biaya-biaya ini berhubungan langsung dengan transfer barang ke lokasi bisnis pembeli dan pengubahan barang tersebut ke kondisi yang siap dijual. Beban seperti itu mencakup ongkos pengangkutan barang yang dibeli, biaya pembelian langsung lainnya, dan biaya tenaga kerja serta produksi lainnya yang dikeluarkan dalam memroses barang ketika dijual. b. Biaya Periode Biaya ini merupakan biaya dari produk seperti halnya harga beli awal dan ongkos pengangkutan.Biaya dibagi menjadi beberapa jenis yaitu: 1). Beban penjualan 2). Beban umum dan administrasi 3). Beban bunga c. Biaya Manufaktur Seperti telah dibahas sebelumnya, sebuah bisnis yang membuat barang menggunakan 3 akun persediaan-bahan baku, Barang dalam Proses, dan barang jadi. Barang dalam proses dan barang jadi meliputi bahan, tenaga kerja, langsung, dan biaya overhead manufaktur. Biaya overhead manufaktur diliputi bahan tidak langsung, tenaga kerja tidal 15 langsung, dan pos-pos seperti penyusutan, asuransi, pemanas, dan Hstrik yang dibutuhkan dalam proses manufaktur. d. Biaya Variabel dan Biaya Tetap 1). Biaya variable (variable cost) adalah biaya yang berfluktuasi mengikuti perubahan output. 2). Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang tetap konstan meskipun output berubah. 5. Perputaran Persediaan Perputaran Persediaan adalah pengeluaran/penggunaan/ penjualan dan persediaan rasio antara makin tinggi rasio perputaran barang berarti makin cepat perputaran persediaan, yang berarti pemanfaatan investasi makin tinggi atau dengan kata lain makin efisien. Formula untuk perhitungan perputaran persediaan adalah sebagai berikut: Harga Pokok Penjualan Rasio Perputaran Persediaan = __ Nilai Persediaan Akhir B. Profitabilitas 1. Pengertiaan Profitabilitas Profitabiiitas adalah kemampuan perusaan perusahaan memperoleh laba dalam hubunganya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas disebut juga dengan rasio rentabilitas. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba melalui kcgiatan opcrasional perusahaan seperti penjualan, kas, modal. 16 jumlah karyawan, jumlah cabang, dan Iain-lain. (Agus 2001 : 122). Sedangkan menurut Ridwan (2003 : 144) Profitabiiitas adalah "Kemampuan perusahaan untuk menghasiikan laba selama periode tertentu". Dari pengertian diatas, dapat dikemukakan profitabiiitas adalah salah satu ukuran kinerja perusahaan yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba pada suatu periode tertentu dan efisiensi penggunaan aktiva perusahaan guna menghasilkan laba tertentu. 2. Rasio Profitabiiitas a. Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Adalah ukuran persentasc dari setiap hasil penjualan sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Semakin tinggi marjin laba kotor, maka semakin baik dan secara relatif semakin rendah harga pokok barang yang dijual. GROSS PROFIT MARGIN = GROSS NET SALES b. Marjin Laba Operasi (Operating Profit Margin) Adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan pajak atau laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan. Marjin laba opereasi mengukur laba yang dihasilkan murni dari operasi perusahaan tanpa melihat beban keuangan (bunga) dan beban dari pemerintah (pajak). 17 OPERATING PROFIT MARGIN = 0PERATING WCOME NET SALES c. Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin) Adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah dikurangi semua biaya dan pengeluaran, termasuk bunga dan pajak. .PROFIT MARGIN = NET mC0ME NET SALES d. Hasil Atas Total Asset (Return on Total Asset) Adalah ukuran keseluruhan keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia. Semakin tinggi hasil yang dihasilkan semakin baik. ROA = NET INC0ME TOTAL ASSET e. Hasil Atas Ekuitas (Return on Equity) Adalah ukuran hasil yang diperoleh pemilik pemegang saham preferen dan saham biasa) atas (baik investasi diperusahaan. Semakin tinggi hasil semakin baik. ROE = NET mcOME SHAREHOLDER'S EQUITY C. Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas Persediaan barang adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar selalu dalam keadaan siap pakai dan ditatausahakan dalam buku perusahaan, pada umumnya rata- 18 rata perusahaan manufaktur memiliki besarnya persediaan kurang lebih 42 % dari aktiva lancar atau kurang lebih 18 % dari total aktiva. Perputaran Persediaan adalah rasio antara pengeluaran/penggunaan/ penjualan dan persediaan makin tinggi rasio perputaran barang berarti makin cepat perputaran persediaan, yang berarti pemanfaatan investasi makin tinggi atau dengan kata lain makin efisien. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan perusahaan memperoleh laba dalam hubunganya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas yang digunakan adalah marjin laba bersih yaitu rasio pendapatan bersih (net income) sebuah perusahaan berbanding dengan penjualan selama suatu periode tertentu. Jadi pengaruh perputaran persediaan terhadap marjin laba bersih adalah karena semakin besar perputaran persediaan suatu perusahaan maka semakin tinggi marjin laba bersih yang dihasilkan begitu pula sebaliknya, hal ini dikarenakan jumlah dana yang diinvestasikan untuk mendatang laba tersebut yang digunakan untuk perawatan dan penyimpanan persediaan digudang yang nantinya akan dibebankan dalam laporan laba-rugi dan akan mengurangi jumlah laba yang dihasilkan.