BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres 1. Definisi stress Stres adalah

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stres
1. Definisi stress
Stres adalah ketidak mampuan mengatasi ancaman yang dihadapi
oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat
dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (National Safety
Council, 2004).
Stres tidak terlepas darimana datangnya dan apa saja sumbernya,
sumber stres atau biasa disebut dengan stressor adalah suatu keadaan,
situasi objek atau individu yang dapat menimbulkan stres. Stres yang
muncul dari dalam diri sendiri disebut internal sources, dan yang berasal
dari luar dinamakan eksternal sources (Potter dan Perry, 1999).
Menurut Spielberger (2001) menyatakan bahwa stres adalah
tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyekobyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah
berbahaya. Stres juga bisa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau
gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.
Baik imajinasi maupun nyata, persepsi seseorang terhadap stres
sebenarnya berasal dari perasaan takut atau marah, perasaan ini dapat
diekspresikan dalam bentuk sikap tidak sabar, frustasi, iri, tidak ramah,
depresi, bimbang, cemas, rasa bersalah, ataupun khawatir. Selain itu
10
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
perasaan ini juga dapat muncul dalam bentuk sikap yang pesimis, tidak
puas, produktivitas rendah, dan sering absen. Emosi, sikap dan perilaku
kita yang terpengaruh stres dapat menyebabkan masalah kesehatan yang
serius dan tergantung reaksi individu tersebut terhadap stres. Stres
merupakan hal yang melekat pada kehidupan siapa saja dalam bentuk
tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam jangka
panjang-pendek yang tidak sama, pernah atau mengalaminya dan tidak
seorangpun bisa terhindar dari stres. Selaras dengan pengertian diatas
bahwa Stres adalah suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat
adanya tuntutan dalam diri dan lingkungan (Rathus dan Nevid, 2002).
Berdasarkan uraian diatas maka bisa disimpulkan bahwa Stres
adalah kondisi dimana adanya tekanan maupun tuntutan yang datang dari
luar maupun diri seseorang, fisik maupun psikis seseorang baik dalam
jangka panjang maupun pendek dalam kadar berat maupun ringan dan
tidak ada seorangpun yang mampu menghindar dari stres tersebut, tetapi
seseorang tersebut bisa melakukan koping atau menurunkan kadar stres
tersebut dengan cara yang tepat. Stres yang paling umum dialami oleh
mahasiswa merupakan stres akademik. Stres akademik berkaitan dengan
proses akademik dan lingkungan yang mempengaruhi proses akademik.
Stres akademik diartikan sebagai suatu kondisi atau keadaaan individu
yang mengalami tekanan sebagai hasil persepsi dan penilaian mahasiswa
tentang stresor akademik, yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan
dan pendidikan di perguruan tinggi (Govaerst & Gregoire, 2004).
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
2. Gejala Stres
Cooper dan Straw (1995) mengemukakan gejala stres fisik,
perilaku, dan dalam bentuk watak. Bentuk gejala fisik oleh ditandai dengan
adanya kerongkongan kering, tangan lembab, merasa panas, otot-otot
tegang, pencernaan terganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit
kepala, salah urat dan gelisah. Sementara dengan bentuk perilaku umumnya
ditandai dengan perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, salah paham,
tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal kehilangan
semangat, sulit kosentrasi, sulit berfikir jernih, sulit membuat keputusan,
hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam berpenampilan dan hilangnya
minat terhadap orang lain. Dalam bentuk gejala watak dan kepribadian
biasanya tanda yang bisa dilihat adalah sikap hati-hati menjadi cermat yang
berlebihan, cemas menjadi lekas panik dan kurang percaya diri menjadi
rawan.
Tidak berbeda apa yang disampaikan oleh Handoyo (2001) dimana
gejala stres dapat dibedakan atas gejala fisik, emosional, intelektul dan
gejala interpersonal. Gejala fisik ditandai dengan sulit tidur atau tidur tidak
teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan pencernaan,
radang usus, kulit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu
dan leher terasa tegang, keringat berlebihan, selera makan berubah, tekanan
darah tinggi atau serangan jantung dan kehilangan energi. Sementara gejala
stres yang bersifat emosional ditandai dengan, marah-marah, mudah
tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah dan cemas, suasana hati mudah
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap
orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah menyerah dan kelesuan
mental. Handoyo (2001) menambahkan bahwa gejala stres yang bersifat
intelektual umumnya di tandai dengan mudah lupa, kacau pikirannya, daya
ingat menurun, sulit untuk berkosentrasi, suka melamun berlebihan dan
pikiran hanya di penuhi satu pikiran saja. Sedangkan tanda stres yang
bersifat interpersonal adalah acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan
pada orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang
mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup
diri secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain.
Sedangkan Gejala stres yang banyak ditunjukkan oleh mahasiswa
antara lain gangguan tidur seperti kesulitan tidur, sering terlihat cemas,
mudah marah, dan ada beberapa mahasiswa yang menunjukkan gejala
gangguan daya ingat yang ditunjukkan dengan seringnya mahasiswa lupa
pada janji bimbingan dengan dosen pembimbing skripsi (Januarti, 2009).
3. Jenis Stressor
Menurut Rasmun (2004) stresor adalah variabel yang dapat
diidentifikasi sebagai penyebab timbulnya stres. Sumber stres dapat berasal
dari dalam tubuh dan luar tubuh. Stres terjadi apabila stresor tersebut
dirasakan dan dipersepsikan sebagai ancaman sehingga menimbulkan
kecemasan yang merupakan awal dari gangguan kesehatan fisik dan
psikologis. Beberapa jenis stresor adalah sebagai berikut:
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
a) Stresor biologik
Stresor biologik dapat berupa bakteri, virus, hewan, binatang,
tumbuhan, dan berbagai macam makhluk hidup yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
b) Stresor fisik
Stresor fisik dapat berupa perubahan iklim, suhu, cuaca,
geografi, dan alam.
c) Stresor kimia
Stresor kimia dapat berasal dari dalam tubuh dan luar tubuh.
Contoh stresor yang berasal dari dalam tubuh adalah serum darah dan
glukosa sedangkan stresor yang berasal dari luar tubuh misalnya obat,
alkohol,
d) Stresor sosial dan psikologik
Stresor sosial dan psikologik misalnya rasa tidak puas terhadap
diri sendiri, kekejaman, rendah diri, emosi yang negatif, dan
kehamilan.
e) Stresor spiritual
Stresor spiritual yaitu adanya persepsi negatif terhadap nilainilai ke-Tuhanan.
Tidak hanya stresor negatif yang dapat menyebabkan stres,
tetapi stresor positif seperti kenaikan pangkat, promosi jabatan,
tumbuh kembang, menikah, dan mempunyai anak juga dapat
menyebabkan stres.
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
4. Penyebab Stres
Penyebab stres (stresor) adalah segala situasi atau pemicu yang
menyebabkan individu merasa tertekan atau terancam. Stresor yang
sama akan dinilai berbeda oleh setiap individu. Penilaian individu
terhadap
stresor
akan
mempengaruhi
kemampuan individu untuk
melakukan tindakan pencegahan terhadap stresor yang membuat stres
(Losyk, 2007) menyatakan bahwa stres pada individu dapat terjadi
karena tuntutan-tuntutan yang individu diletakan dalam diri sendiri. (Potter
& Perry, 2006) mengklasifikasikan stresor menjadi dua, yaitu stresorinternal
dan stresor eksternal. Stresor internal adalah penyebab stres yang
berasal dari dalam diri individu, dan stresor eksternal adalah penyebab stres
yang berasal dari luar diri individu. Penyebab stres yang terjadi pada
mahasiswa selama menjalani perkuliahan adalah tuntutan akademik,
penilaian sosial, manajemen waktu serta persepsi individu terhadap waktu
penyelesaian tugas, kondisi ujian, kondisi perbedaan bahasa yang
digunakan, dan biaya perkuliahan (Kausar, 2010; Lubis dan Nurlaila,
2010; Robotham, 2008).
Penyebab stres berbeda-beda dari satu orang ke orang yang lainnya.
Yang terasa berat bagi seseorang mungkin merasa menantang dan
menyenangkan bagi orang lain. Stres telah menjadi topik yang populer.
media seringkali menyatakan perilaku yang atau penyakit yang tidak lazim
pada manusia sebagai akibat dari stres atau nervous breakdown. Sebagai
contohnya jika seorang selebritis mencoba bunuh diri, sering kali di katakan
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
ia menderita tekanan dalam kehidupan bermasyarakatnya. Dalam pengertian
umum, stres terjadi jika orang di hadapkan dengan peristiwa yang mereka
rasakan sebagai mengancam kesehatan fisik atau psikologisnya peristiwa
tersebut biasanya di katakan stresor dan reaksi ini orang terhadap peristiwa
tersebut di namakan respon stres (Lukluk & Bandiyah, 2008)
5. Tingkat stres
Rasmun (2004), membagi hubungan tingkat stres yaitu :
a) Stres Ringan biasanya tidak merusak aspek fisiologis, sebaiknya stres
sedang dan berat mempunyai resiko terjadinya penyakit, stres ringan
umumnya dapat di rasakan oleh semua orang. Misalnya lupa ketiduran,
kemacetan, di kritik. Berakhir beberapa menit atau beberapa jam situasi
seperti ini nampaknya tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika di
hadapi terus menerus.
b) Stres sedang; terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa hari.
Contohnya kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebih,
mengharapkan pekerjaan baru, anggoata keluarga pergi dalam kurun
waktu yang cukup lama, situasi seperti ini dapat bermakna bagi individu
yang mempunyai faktor predisposisi suatu penyakit koroner.
c) Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai
beberapa tahun, misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis,
kesulitan finansial dan penyakit yang lama.
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
6. Tahapan Stres
Menurut Hawari (2008) bahwa tahapan-tahapan stres sebagai
berikut :
a) Stres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan
biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:
1) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting).
2) Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya.
3) Merasa mampu menye-lesaikan pekerjaan lebih dari biasanya,
namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
b) Stres tahap II
Dalam tahapan ini respon terhadap stresor yang semula
menyenangkan sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai
menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena
cadangan energi yang tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak
cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara lain
dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan
cadangan energi yang mengalami defisit. Keluhan-keluhan yang
sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II
adalah sebagai berikut:
1) Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar.
2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang.
3) Lekas merasa lelah menjelang sore hari.
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
4) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel
discomfort).
5) Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar).
6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang.
7) Tidak bisa santai.
c) Stres Tahap III
Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya
tanpa menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan
menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu,
yaitu:
1) Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan
maag, buang air besar tidak teratur (diare).
2) Ketegangan otot-otot semakin terasa.
3) Perasaan ketidak tenangan dan ketegangan emosional semakin
meningkat.
4) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai
masuk tidur (early insomnia) atau terbangun tengah malam dan
sukar kembali tidur (middle insomnia) atau bangun terlalu pagi atau
dini hari dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia).
5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa akan jatuh dan serasa
mau pingsan). Pada tahapan ini seseorang sudah harus konsultasi
pada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk
beristirahat guna menambah suplai energi yang mengalami defisit.
d) Stres Tahap IV
Gejala stres tahap IV, akan muncul:
1) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.
2) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah
diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.
3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan
kemampuan untuk merespons secara memadai (adequate).
4) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari.
5) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang
menegangkan. Seringkali menolak ajakan (negativism) karena
tidak semangat dan gairah.
6) Daya konsentrasi daya ingat menurun.
7) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat
dijelaskan apa penyebabnya.
e) Stres Tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam
stres tahap V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
1) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical
dan psychological exhaustion).
2) Ketidakmampuan untuk menye-lesaikan pekerjaan sehari-hari
yang ringan dan sederhana.
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal
disorder).
4) Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat,
mudah bingung dan panik.
f) Stres Tahap VI
Tahapan
ini
merupakan
tahapan
klimaks,
seseorang
mengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati.
Tidak jarang orang yang
mengalami stres tahap VI ini berulang
dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya
dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh.
Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut:
1) Debaran jantung teramat keras.
2) Susah bernapas (sesak dan megap-megap).
3) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran.
4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan.
5) Pingsan atau kolaps (collapse).
7. Respon terhadap stres
a) Respon Fisiologis :
Situasi stres mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya
mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan
sistem korteks
adrenal. Sistem saraf simpatik berespons terhadap
impuls saraf dari hipotalamus yaitu mengaktivasi berbagai organ dan
otot polos yang berada di bawah pengendaliannya.
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Secara umum orang yang mengalami stres mengalami
sejumlah gangguan fisik seperti :
1) Gangguan pada organ tubuh menjadi hiperaktif dalam salah
satu
sistem tertentu. Contohnya: muscle myopathy pada otot
tertentu mengencang atau melemah, tekanan darah naik terjadi
kerusakan jantung dan arteri, sistem pencernaan terjadi maag,
diare.
2) Gangguan pada sistem reproduksi. Seperti: amenorrhea atau
tertahannya menstruasi, kegagalan ovulasi pada wanita, impoten
pada pria, kurang produksi semen pada pria, kehilangan gairah
seks.
3) Gangguan pada sistem pernafasan: asma, bronchitis.
4) Gangguan lainnya, seperti pening (migrane), tegang otot, jerawat,
dst.
b) Respon Psikologik:
1) Keletihan emosi, jenuh, mudah menangis, frustasi, kecemasan,
rasa bersalah, khawatir berlebihan, marah, benci, sedih, cemburu,
rasa kasihan pada diri sendiri, serta rasa rendah diri.
2) Terjadi depersonalisasi : dalam keadaan stres berkepanjangan,
seiring
dengan keletihan emosi, ada kecenderungan yang
bersangkutan
memperlakuan orang lain sebagai ‘sesuatu’
ketimbang ‘seseorang’.
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
3) Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun, sehingga
berakibat pula menurunnya rasa kompeten dan rasa sukses
c) Respon Perilaku
1) Manakala stres menjadi distres, prestasi belajar menurun dan
sering terjadi tingkah laku yang tidak diterima oleh masyarakat.
2) Level stres yang cukup tinggi berdampak negatif pada
kemampuan
mengingat informasi, mengambil keputusan,
mengambil langkah tepat.
3) Mahasiswa yang ‘over-stresed’ (stres berat) seringkali banyak
membolos atau tidak aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.
8) Cara mengatasi stres
Menurut Hardjana (1994) ada dua cara mengatasi stres yaitu :
a) Mengatasi secara negatif, seperti lari ketempat-tempat hiburan
(diskotik, bioskop), minum-minuman keras, makan banyak, minum
obat penenang, kacau pikiran, menghisap rokok berlebihan, acuh tak
acuh, mengamuk, menyalahkan peristiwa dan menyimpan dendam.
b) Mengatasi secara positif
1) Tindakan langsung (direct action), berbuat secara khusus dan
langsung, seperti meminta nasehat, mempelajari ilmu atau
kecakapan baru.
2) Mencari informasi dan pengetahuan dari stressor, sehinga dapat
megetahui dan memahami situsi stres yang dialami.
3) Berpaling pada orang lain, missal orang tua, teman, sahabat.
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
4) Menerima dengan pasrah, yaitu berusaha menerima peristiwa
atau keadaan apa adanya, karena dengan cara apapun kita tidak
dapat mengubah sumber penyebab stresnya, kita hanya bisa
melepaskan
emosi
san
mengurangi
ketegangan
seperti
menangis, berteriak atau melucu, bisa juga melakukan tindakan
meloncat-loncat, memukul-mukul meja atau berjalan keluar
menghirupp udara segar.
5) Proses interpsikis yaitu dengan memanfaatkan strategi kognitif
atau usaha pemahaman untuk menilai kembali situasi stres yang
dialami, berupa strategi merumuskan kembali secara kognitif
dalam bentuk lain dari proses intrapsikis adalah apa yang
disebut oleh Sigmund Frued yaitu mekanisme pertahanan
(defence
mechanism),
denial
(penyangkalan,
penekanan
(suppresi).
9) Cara mengukur tingkat stres
Tingkat stres diukur dengan menggunakan Depression Anxiety
Stress Scale 42 (DASS 42) oleh Lavibond dan Lavibond (1995). DASS 42
diaplikasikan dengan format rating scales (skala penilaian). DASS 42
dibentuk tidak hanya untuk untuk mengukur secara konvensional
mengenai status emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk
pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang berlaku di manapun dari
status emosional, secara signifikan yang digambarkan sebagai stres. DASS
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau individu untuk tujuan
penelitian (Psychology Foundation of Australia, 2010). Instrumen DASS
42 terdiri dari 42 Pernyataan yang mengidentifikasi skala subyektif
depresi, kecemasan, dan stres. Dimana masing masing terbagi dalam 14
pertanyaan untuk mengukur status mental tersebut. Oleh karena tujuan
penelitian ini hanya untuk mengetahui tingkat stres jadi peneliti hanya
menggunakan pertanyaan untuk mengukur stres yang terdiri dari 14
pertanyaan.
B. Konsep Tidur
1. Devinisi Tidur
Tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua
orang. Untuk dapat berfungsi secara optimal, maka setiap orang
memerlukan tidur yang cukup. Tidur merupakan suatu keadaan bawah
sadar yang di alami seseorang, yang dapat dibangunkan kembali dengan
indra atau rangsangan yang cukup. Fungsi dan tujuan masih belum
diketahui secara jelas. Meskipun demikian, tidur diduga bermanfaat untuk
menjaga keseimbangan mental, emosional, dan kesehatan. Selain itu, stres
pada paru, sistem kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lainnya juga menurun
aktivitasnya.
Energi yang tersimpan selama dari tidur diarahkan untuk fungsifungsi seluler yang penting. Secara umum terdapat dua efek fisiologis
tidur, pertama efek pada sistem saraf yang diperkirakan dapat memulihkan
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
kepekaan normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan saraf.
Kedua, efek pada struktur tubuh dengan memulihkankesegaran dan fungsi
organ dalam tubuh, mengingat terjadinya penurunkan aktivitas organorgan tubuh tersebut selama tidur. Selama tidur seseorang akan mengulang
kembali kejadian-kejadian sehari-hari, memproses dan menggunakan
untuk masa depan (guytons & hall 1996).
2. Fisiologi Tidur
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang
otak,
yaitu
Reticular
Activating
System
(RAS)
dan
Bulbar
Synchronizing Region (BSR). RAS di bagian atas batang otak diyakini
memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan
kesadaran, memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri dan sensori
raba, serta emosi dan proses berfikir. RAS melepaskan katekolamin
pada saat sadar, sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum
serotonin dari BSR (Guyton & Hall, 1996).
3. Insomnia
Insomnia sendiri didefinisikan sebagai suatu persepsi dimana
seseorang merasa tidak cukup tidur atau merasakan kualitas tidur yang
buruk walaupu orang tersebut sebenarnya memiliki kesempatan tidur yang
cukup, sehingga, mengakibatkan perasaan yang tidak bugar sewaktu atau
setelah terbangun dari tidur. Sebenarnya insomnia bukan merupakan suatu
penyakit. Terkadang insomnia hanya merupakan manifestasi dari suatu
kondisi fisik seperti kelelahan yang menumpuk karena kurangnya tidur
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
dalam jangka lama atau gejala dari ketidak seimbangan emosional yang
sedang dialami seseorang (Buysse, 2005). Penderita insomnia berbeda
dengan orang yang memang waktu tidurnya pendek (short sleepers),
dimana pada short sleepers meskipun waktu tidur mereka pendek, mereka
tetap merasa bugar sewaktu bangun tidur, berfungsi secara normal di siang
hari, dan mereka tidak mengeluh tentang tidur mereka di malam hari
(Buysse, 2005).
4. Tipe insomnia
a) Insomnia inisial
Kesulitan untuk memulai tidur.
b) Insomnia intermiten
Merupakan ketidakmampuan untuk tetap mempertahankan tidur
sebab sering terbangun.
c ) Insomnia terminal
Bangun lebih awal tetapi sulit untuk tertidur kembali.
Menurut Green Insomnia juga di definisikan berdasarkan seberapa sering
kondisi di alami:
a) Transient insomnia
Ketika individu merasakan masalah dalam tidur selama beberapa
malam.
b) Short term insomnia
Jika individu merasakan masalah dalam tidur selama satu bulan
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
c) Chonic insomnia
Ketika individu merasakan masalah dalam tidur selama lebih dari
sebulan.
Menurut Green (2009) faktor yang menyebabkan seseorang
mengalami insomnia diantaranya adalah faktor psikologis, lingkungan
tidur, gaya hidup,kondisi medis, massalah kesehatan mental, kelainan
tidur, tindakan pengobatan, obat-obat reaksi. Kita dapat mengatasi
insomnia dengan cara menciptakan lingkungan yang nyaman, releksasi,
dan tindakan lainnya. Secara garis besar faktor-faktor insomnia yaitu:
a) Faktor psikologis
Faktor psikologis meliputi stres, kecemasan ,depresi serta
stimulasi yang berlebihan terhadap otak. Bersikap tidak realistis
terhadap tidur, seperti mengharapkan tidur sesuai dengan teori yaitu
sebanyak delapan jam setiap malam dan beranggapan bahwa waktu
tidur anda tidak cukup, dapat menyebabkan kecemasan akan tidur itu
sendiri dan membuat masalah semakin memburuk.
Stres merupakan salah satu penyebab insomnia secara
psikologis, seperti juga disebutkan oleh Hawari (2008) bahwa stres
tahap ke empat salah satunya mengakibatkan gangguan pola tidur
(insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early insomnia)
atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
insomnia) atau bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak dapat
kembali tidur (late insomnia).
b) Lingkungan tidur
Jika ruang tidur anda terlalu panas atau terlalu dingin , terlalu
terang atau terlalu berisik maka individu merasakan masalah saat
individu mulai untuk tidur.
c) Faktor gaya hidup
Meliputi gaya hidup yang tidak menguntungkan seperti diet
yang tidak memenuhi standar kecukupan gizi, kurang berolah raga
atau olah raga terlalu siang, kurangnya kontak dengan cahaya alami di
siang hari serta penggunaan stimulan yang belebihan termasuk kopi,
alkohol dan nikotin.
d) Kondisi medis
Masalah apapun yang menimbulkan gangguan pernapasan,
rasa nyeri, atau gangguan fungsi kelenjar dapat mengusik kenyamanan
tidur. Misalnya: arthitis, asma, diabetes kondisi jantung dan masalah
prostat.
e) Masalah kesehatan mental
Depresi sering kali dikaitkan dengan kecenderungan bangun
tidur terlalu dini dipagi hari. Schizoprhenia, bipolar disolder, dan
dementia juga dikaitkan dengan gangguan saat tidur.
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
f) Kelainan tidur
Kelainan pada pernapasan yang berpengaruh terhadap tidur,
kelainan berupa gerakan-gerakan yang tidak lazim dilakukan saat
tidur, kelainan pada ritme circadian, parasomnia, dan hipersomnia,
itu semuanya dapat menyebabkan gangguan dalam gangguan tidur.
g) Tindakan pengobatan
Meliputi obat-obat bentuk yang dijual bebas dan otot-otot resep
dokter seperti beta –blocker, corticosteroid, diuretic dan hormon
thyroid. Pengertian konsumsi obat seperti antidepresan dan pil tidur
juga dapat menimbulkan permasalahan dalam tidur.
5. Faktor faktor Penyebab Insomnia
Menurut Hancock (2011) di dalam Charlottesville
Medical
Research menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan insomnia
ialah:
a) Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena gangguan tidur daripada laki-laki.
b) Usia
Pada umumnya kesulitan tidur sering dialami oleh orang tua, yakni di
atas umur 65 tahun, daripada yang muda.
c) Dalam masa pengobatan atau kondisi medis
Orang yang dalam masa pengobatan atau dalam kondisi sakit akan
merasa cemas dan sulit untuk tidur.
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
d) Ketakutan pada masa kanak-kanak
Biasanya karena ketakutan akan gelap dan takut mimpi buruk.
e) Gaya hidup
Orang yang sedang berpergian, bekerja pada malam hari yang tidak
teratur, konsumsi kafein yang tinggi, kecanduan internet, konsumsi
alkohol.
Dari sisi etiologi, ada 2 macam insomnia, yaitu:
a) Insomnia primer. Pada insomia primer, terjadi hyperarousal state
dimana terjadi aktivitas ascending reticular activating system yang
berlebihan. Pasien bisa tidur tapi tidak merasa tidur.
b) Insomnia sekunder. Insomnia sekunder merupakan gangguan tidur
yang disebabkan karena gangguan irama sirkadian, kejiwaan, masalah
neurologi atau masalah medis lainnya, atau reaksi obat. Insomnia ini
sangat sering terjadi pada orang tua. Insomnia ini bisa terjadi karena
psikoneurotik dan penyakit organik (Mai, 2009).
6. Gejala-gejala insomnia
Insomnia memiliki beberapa keluhan atau gejala yang meliputi:
a) Kurangnya jumlah jam tidur; pada kebanyakan subjek normal
lamanya tidur biasanya lebih dari 6 1/2 jam, sedangkan pada penderita
insomnia umumnya tidur lebih sedikit dari itu.
b) Adanya mimpi-mimpi yang mengganggu, pada subjek normal
biasanya tidak terdapat mimpi atau tidak mengingat bila ia mimpi atau
kadang-kadang mimpi yang dapat diterima. Sedangkan pada penderita
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
insomnia mempunyai mimpi yang lebih banyak atau selalu bermimpi
dan kadang-kadang mempunyai mimpi yang buruk.
c) Tidur tidak nyenyak, gejala ini mengacu pada kualitas tidur,
kebanyakan dari subjek normal tidurnya dalam, akan tetapi penderita
insomnia biasanya tidurnya dangkal.
d) Sulit untuk masuk tidur, subjek normal biasanya dapat jatuh tidur
dalam waktu 5 sampai 15 menit. Penderita insomnia biasanya lebih
lama dari 15 menit.
e) Tidak dapat mempertahankan tidur (tidur mudah terbangun), pada
subjek normal dapat mempertahankan tidur sepanjang malam, kadangkadang mereka terbangun satu sampai dua kali tetapi penderita
insomnia biasanya terbangun selama lebih dari tiga kali.
f) Bila telah terbangun sulit untuk tidur kembali, pada subjek normal
mudah sekali untuk tidur kembali setelah terbangun di malam hari dan
biasanya kurang dari 5 menit mereka dapat tertidur kembali.
Sedangkan pada penderita insomnia memerlukan waktu yang panjang
untuk tidur kembali.
g) Bangun di pagi hari, subjek normal dapat terbangun kapan pun ingin
bangun, tetapi penderita insomnia biasanya bangun lebih cepat,
misalnya 1 sampai 2 jam sebelum waktu untuk bangun (bangun dini
hari).
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
h) Perasaan tidak segar di pagi hari, pada subjek normal merasa segar
setelah tidur di malam hari, sedangkan penderita insomnia biasanya
bangun tidak segar atau lesu.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
seseorang yang menderita insomnia menunjukkan gejala-gejala seperti
sulit untuk masuk tidur, sulit mempertahankan tidur, kurangnya jumlah
jam tidur, tidur terganggu mimpi, tidur tidak nyenyak, bila terbangun sulit
tidur lagi, bangun terlalu pagi, dan kelelahan ketika bangun tidur.
7. Dampak insomnia
Insomnia dapat memberi efek pada kehidupan seseorang, antara lain :
a) Efek fisiologis : Karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stres
b) Efek psikologis : Dapat berupa gangguan memori, gangguan
berkonsentrasi, kehilangan motivasi, depresi dan lain-lain.
c) Efek fisik atau somatic : Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi
dan sebagainya.
d) Efek sosial : Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti
susah mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa
menikmati hubungan sosial dan keluarga.
e) Kematian orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki
angka harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam
semalam.
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
8. Upaya Mengatasi Insomnia
Menurut Asmadi (2008) Ada beberapa tindakan atau upaya-upaya yang
dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia yaitu:
a) Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju atau
susu. Diperkirakan bahwa triptofan, yang merupakan suatu asam
amino dari protein yang dicerna, dapat membantu agar mudah tidur
b) Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama.
c) Hindari tidur di waktu siang atau sore hari.
d) Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kuntuk dan
tidak pada waktu kesadaran penuh.
e) Hindari kegiatan kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur.
f)
Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak
menjelang tidur.
g)
Gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi sebelum
berusaha untuk tidur.
9. Skala Insomnia
Untuk mengukur derajat insomnia digunakan kuesioner Kelompok
Studi Psikiatri Biologi Jakarta Insomnia Rating Scale (KSPBJ-IRS). Skala
ini terdiri dari 11 butir pertanyaan, adapun cara pengisiannya dengan cara
memberi tanda contreng (√) pada masing-masing pertanyaan. Ada skor
untuk tiap jawaban, skor 1 untuk jawaban “tidak pernah”, skor 2 untuk
jawaban “kadang-kadang”, skor 3 untuk jawaban “sering”, skor 4 untuk
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
jawaban “selalu”. Dengan kriteria : skor(≤11)= tidak insomnia, skor (1222) = insomnia ringan, skor (23-33) = insomnia sedang,
C.
Prestasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai
hasil
pengalamannya
sendiri
dalam
interaksi
dengan
lingkungannya (Slameto, 2003).
Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia.
Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif
individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan
prestasi hidup manusia tidak lain hasil dari belajar. Belajar itu bukan
sekadar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil.
Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan
menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan
(Soemanto, 2006).
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses belajar yang dialami peserta didik baik ketika ia
berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri
(Syah, 2003).
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Slameto (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a). Faktor internal (Faktor yang berasal dari dalam diri) yaitu kondisi
jasmani dan rohani/psikologis siswa.
1). Faktor jasmani, terdiri dari :
a) Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagianbagiannya (bebas dari penyakit). Kesehatan seseorang berpengaruh
terhadap belajarnya. Jika kesehatan seseorang terganggu, proses
belajarnya pun akan terganggu, ia akan cepat lelah, kurang
bersemangat, mudah pusing, lemah dan ada gangguan pada alat indera
serta tubuhnya.
b) Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurna mengenai tubuh/badan. Keadaan cacat dapat berupa buta,
tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Keadaan cacat
tubuh akan mempengaruhi belajar. Seseorang yang cacat, proses
belajarnya juga akan terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia
belajar pada lembaga pendidikan khusus atau di usahakan alat bantu
agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
2) Faktor psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi
kuantitas dan kualitas belajar siswa. Namun yang pada umumnya
dipandang lebih esensial adalah :
a) Intelegensia
Intelegensia adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang
baru dengan cepat dan efektif, mengetahui dan menggunakan konsepkonsep
yang
abstrak
secara
efektif,
mengetahui
relasi
dan
mempelajarinya dengan cepat. Intelegensia besar pengaruhnya tehadap
kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai
tingkat intelegensia yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang
mempunyai tingkat intelegensia yang rendah. Walaupun begitu, siswa
yang mempunyai tingkat intelegensia yang tinggi belum tentu berhasil
dalam belajarnya, karena belajar merupakan suatu proses yang
kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan
intelegensia adalah salah satu faktor di antara faktor yang lain.
b) Perhatian
Perhatian merupakan keaktifan jiwa yang semata-mata tertuju kepada
suatu obyek (benda/hal). Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik,
maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang
dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menarik perhatian siswa, maka
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
akan timbul kebosanan sehingga siswa tidak suka lagi belajar. Oleh
karena itu, perlu diusahakan agar bahan pelajaran selalu manarik
perhatian siswa dengan cara menyesuaikan pelajaran dengan bakat
siswa.
c) Bakat
Bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan
yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Jadi, bakat sangat
mempengaruhi proses belajar. Jika bahan pelajaran sesuai dengan bakat
siswa, maka hasil belajarnya akan lebih baik karena ia akan senang dan
lebih giat dalam belajar.
d) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan beberapa
kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, ia tidak akan
belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik dan tidak
memperoleh kepuasan dari pelajaran tersebut. Sebaliknya, bahan
pelajaran yang menarik minat siswa akan lebih mudah dipelajari dan
disimpan, karena minat menambah kemauan dalam belajar.
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
e) Motivasi
Motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun
hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam proses
belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar
dapat belajar dengan baik dan mempunyai motif untuk memusatkan
perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang dapat
menunjang belajarnya.
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang
dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan
baru. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan
secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran.
Jadi, kemajuan untuk memiliki kecakapan tergantung dari kematangan
dan belajar.
g) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.
Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan
dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk
melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses
belajar, karena jika siswa belajar dan memiliki kesiapan, maka hasil
belajarnya akan lebih baik.
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
3) Faktor kelelahan
Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani
dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya
tubuh dan timbul kecenderungan untuk mambaringkan tubuh. Sedangkan
kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,
sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Dari
uraian tersebut dapat diketahui bahwa kelelahan mempengaruhi belajar.
Agar siswa dapat belajar dengan baik, perlu dihindari agar tidak terjadi
kelelahan dalam belajar.
b) Faktor eksternal (Faktor dari luar diri) yaitu kondisi lingkungan di
sekitar siswa. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar
diantaranya :
1) Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara
orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah
tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Demi kelancaran belajar serta
keberhasilan anak dalam belajar tersebut, perlu diusahakan relasi yang
baik dari faktor-faktor tersebut diatas didalam keluarga.
2) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,
keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
3) Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap
belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam
masyarakat seperti kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa,
teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat, yang semuanya
mempengaruhi belajar siswa.
Selain faktor-faktor internal dan eksternal tersebut, menurut Syah
(2003) , terdapat faktor lain yang menunjang keberhasilan seseorang
dalam belajar yaitu faktor pendekatan dalam belajar (approach to learn)
yaitu segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang
keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Strategi
dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang di rekayasa
sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan
belajar tertentu
3. Prestasi Belajar
Proses belajar memerlukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana
mahasiswa
menguasai suatu kompetensi. Evaluasi merupakan proses
penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai mahasiswa sesuai
kriteria yang telah ditetapkan (Syah, 2008). Pengukuran atau penilaian
prestasi belajar bisa dilakukan dengan tes sumatif. Nilainya digunakan
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
untuk menentukan nilai raport/ijazah/Kartu Hasil
Studi mahasiswa
(Purwanto, 2007).
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
belajar. Belajar merupakan proses sedangkan prestasi adalah hasil dari
kegiatan belajar. Berdasarkan pengertian diatas yang dimaksud prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai seorang mahasiswa setelah mengikuti
proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu yang meliputi ranah
kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar tersebut biasanya berupa
angka (nilai) yang diberikan
dosen. Bila nilai yang diberikan
dosen
tinggi maka prestasi seorang siswa dianggap tinggi sekaligus dianggap
sebagai siswa yang sukses dalam belajar. Prestasi belajar dapat
digambarkan dalam bentuk indeks prestasi. Indeks
prestasi menurut
Slameto (1991) adalah nilai kredit rata-rata yang merupakan satuan nilai
akhir yang menggambarkan mutu penyelesaian program belajar. Penilaian
prestasi belajar mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Teknik
dan alat penilaian yang sering digunakan adalah teknik tes yang terdiri dari
tes tertulis yaitu tes objektif dan tes uraian, tes lisan dan tes perbuatan
serta teknik non tes yang dilaksanakan melalui observasi maupun
pengamatan.
4.
Fungsi Prestasi Belajar
Keberhasilan dalam pengajaran dapat dinilai dengan prestasi belajar
yang diperoleh oleh
mahasiswa. Prestasi belajar digunakan untuk
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
mengetahui mutu mahasiswa dan institusi. Menurut Ryfkanarang (2010)
fungsi prestasi belajar adalah:
a) Indikator kualitas pengetahuan yang telah dikuasai mahasiswa.
b) Lambang pemuasan rasa ingin tahu. Hal ini didasarkan atas asumsi
Bahwa ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi
keingintahuan (Couriousty) dan merupakan kebutuhan umum pada
manusia, termasuk kebutuhan mahasiswa dalam suatu program
pendidikan.
c) Bahan komputer dan jaringan dalam inovasi dosen. Asumsinya
adalah bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi
mahasiswa dalam meningkatkan ilmu pengetauan dan teknologi,
selain itu juga berperan sebagai umpan balik (feed back) dalam
meningkatkan mutu dosen.
d) Indikator intern dan ekstern dari suatu institusi . Indikator
intern dalam arti prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat
produktivitas suatu institusi. Asumsinya bahwa kurikulum yang
digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan mahasiswa.
Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi
belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan mahasiswa
bermasyarakat.
digunakan
Asumsinya
relevan
pula
adalah
dengan
bahwa
kurikulum
kebutuhan
yang
pembangunan
masyarakat.
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
e) Indikator terhadap daya serap kecerdasan mahasiswa. Dalam proses
belajar mengajar mahasiswa merupakan masalah yang utama dan
halpertama yang harus diperhatikan sebab mahasiswa adalah
sasaran utama dalam proses belajar.
5.
Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Anni (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
terbagi menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a) Faktor internal, yang mencakup aspek fisik, misalnya kesehatan organ
tubuh,cukup tidur, aspek psikis, misalnya intelektual, emosional, motivasi,
stres, dan aspek sosial, misalnya kemampuan bersosialisasi dengan
lingkungan.
b) Faktor eksternal, misalnya variasi dan derajat kesulitan materi yang
dipelajari, tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, budaya belajar
masyarakat dan sebagainya.
Menurut Purwanto (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar adalah.
a) Faktor dalam, yaitu fisiologis seperti kondisi fisik yang sehat, (cukup
tidur) dan panca indra serta psikologis yang menyangkut minat, tingkat
kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif
b) Faktor luar yaitu kurikulum, derajat kesulitan soal, guru, sarana dan
fasilitas serta manajemen yang berlaku di sekolah (tempat belajar) yang
bersangkutan.
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Sedangkan,
Dalyono
(1997)
mengemukakan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi hasil belajar adalah
a) Faktor internal mencakup kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan
motivasi, serta cara belajar.
b)
Faktor eksternal mencakup keluarga, sekolah, masyarakat, dan
lingkungan sekitar. Dari teori belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar mahasiswa
yang berasal dari dalam diri mahasiswa. Sedangkan faktor eksternal adalah
faktor-faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa.
Menurut Sunaryo (2002) faktor faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar dapat dikelompokan menjadi faktor internal dan faktor eksternal,
faktor internal seperti kematangan fisik, keadaan indra, keadaan kesehatan
fisik maupun psikologis. Faktor eksternal seperti derajat kesulitan, materi
yang dipelajari, tempat belajar dll.
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
D. Kerangka teori
Faktor- Faktor Yang
Mempengaruhi Prestasi
Belajar
Teori insomnia
1.Faktor psikologis:
Stres, kecemasan, depresi
-internal
2.Faktor lingkungan tidur
-external
3.Faktor gaya hidup
4.Kondisi medis
5.Masalah Kesehatan mental
Faktor fisiologis seperti
kondisi fisik yang sehat,
(cukup tidur) dan panca
indra serta psikologis
yang menyangkut minat,
tingkat kecerdasan,
bakat, motivasi, dan
kemampuan kognitif
Faktor eksternal,
misalnya variasi dan
derajat kesulitan materi
yang dipelajari, tempat
belajar, guru, sarana dan
prasarana
6.kelainan Tidur
7.Tindakan Pengobatan
INSOMNIA
PRESTASI BELAJAR
Gambar 2.1 kerangka teori Sumber :
Menurut Purwanto (2004) Sunaryo (2002) dan
Wendy Green (2009).
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
E. Kerangka konsep
Variable independent
Variabel Dependen
STRES
PRESTASI BELAJAR
INSOMNIA
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
F. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan dugaan sementara, yang
kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian ini (Notoatmodjo, 2005).
Hipotesis penelitian ini adalah: “Terdapat Hubungan Insomnia Dan Tingkat Stres
Dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Hubungan Antara Tingkat..., Mukhammad Hasan Tsu'Banullah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Download