kurikulum 2004 pert-4 fakultas keguruan dan ilmu pendidikan

advertisement
KURIKULUM 2004
PERT-4
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS MERCU BUANA
YOGYAKARTA
2014
Kurikulum tahun 2004
Setelah beberapa dekade dan secara khusus sepuluh tahun berjalan dengan kurikulum
1994, pola-pola lama bahwa guru menerangkan konsep, guru memberikan contoh, murid
secara individual mengerjakan latihan, murid mengerjakan soal-soal pekerjaan rumah hanya
kegiatan rutin saja disekolah, sementara bagaimana keragaman pikiran siswa dan kemampuan
siswa dalam mengungkapkan gagasannya kurang menjadi perhatian.
Para siswa umumnya belajar tanpa ada kesempatan untuk mengkomunikasikan
gagasannya, mengembangkan kreatifitasnya. Jawaban soal seolah membatasi kreatifitas dari
siswa karena jawaban benar seolah-lah hanya otoritas dari seorang guru. Pembelajaran seperti
paparan di atas akhirnya hanya menghasilkan lulusan yang kurang terampil secara matematis
dalam menyelesaikan persoalah-persoalan seharai-hari. Bahkan pembelajaran model di atas
semakin memunculkan kesan kuat bahwa matematika pelajaran yang sulit dan tidak menarik.
Tahun 2004 pemerintah melaunching kurikulum baru dengan nama kurikulum
berbasis kompetesi. Secara khusus model pembelajaran matematika dalam kurikulum
tersebut mempunyai tujuan antara lain;
1) Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan
penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkankesamaan, perbedaan, konsistensi dan
inkonsistensi
2) Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan
dengan mengembangkan divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan
dugaan, serta mencoba-coba.
3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
Mengembangkan kewmapuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan
gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, diagram, dalam
menjelaskan gagasan.
A. KOMPETENSI
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi informasi, yang berjalan cepat
dan semakin cepat dalam dua dasawarsa ini merupakan salah satu tanda globalisasi.
Kemajuan tersebut telah mempengaruhi peradaban manusia sedemikian luas melebihi abadabad sebelumnya. Pengaruh tersebut dapat dilihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi,
dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran, serta cara-cara
kehidupan yang berlaku pada konteks lokal dan global. Pada masa sekarang, hanya negara
yang mempunyai pemahaman dan kearifan tentang proses dan ancaman globalisasi yang akan
mempunyai kesempatan untuk dapat bertahan hidup, produktif, sejahtera, damai, dan aman
dalam masyarakatnya dan masyarakat dunia (Ella Yulaelawati, 2004: 17)
Kehidupan damai, sejahtera, dan diperhitungkan dalam masyarakat dunia tidak dapat
lagi hanya dimaknai dan dikaitkan dengan banyaknya sumber daya alam. Tetapi harus
diartikan dengan tingginya daya saing, daya suai, dan kompetensi suatu bangsa. Dengan
ketiga hal tersebut, maka akan lebih mudah bagi suatu bangsa untuk mengejar ketertinggalan
dari bangsa-bangsa lain yang telah jauh lebih maju. Tingginya daya saing memerlukan
kompetensi yang tinggi pula karena pada abad pengetahuan ini dinamika politik sebuah
negara di kancah global sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat dipengaruhi oleh kompetensi sumber daya
manusianya.
Pada abad pengetahuan ini diperlukan masyarakat berpengetahuan yang belajar
sepanjang hayat sehingga tidak seorang pun dibolehkan untuk tidak memperoleh pengetahuan
dengan standar mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai
oleh masyarakat sangat beragam dan berkualitas. Untuk itu diperlukan kurikulum yang
mampu menjadi wahana pencapaian pengetahuan dan keterampilan tersebut. Kurikulum yang
demikian sering disebut dengan kurikulum berbasis kompetensi.
Berdasarkan teori, secara umum kompetensi dapat didefinisikan sebagai sekumpulan
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai sebagai kinerja yang berpengaruh terhadap peran,
perbuatan, prestasi, serta pekerjaan orang. Dengan demikian, kompetensi dapat diukur
dengan standar umum serta dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan (Ella
Yulaelawati, 2004: 13).
Kurikulum berbasis kompetensi diharapkan dapat menciptakan lulusan yang kompeten
dan cerdas dalam membangun identitas, budaya, serta bangsanya. Hal ini didasarkan pada
pandangan bahwa kompetensi dalam kurikulum dikembangkan dengan maksud untuk
memberikan keterampilan dan keahlian daya saing serta berdaya suai untuk bertahan dalam
perubahan, pertentangan, ketidaktentuan, dan kerumitan-kerumitan kehidupan (Ella
Yulaelawati, 2004: 18).
Menurut Ella Yulaelawati (2004: 19), pemilikan kompetensi secara mendasar dapat
menumbuhkan jiwa produktif dan kepemimpinan. Suatu bangsa yang kuat dan dapat
dipercaya memerlukan tenaga kerja yang mempunyai standar kompetensi yang tinggi untuk
memenuhi tantangan persaingan serta perubahan teknologi. Bangsa yang dapat memberikan
dan menggunakan standar kompetensi tinggi pada peserta didik sebagai usaha mewujudkan
pencapaian tujuan pendidikan nasional dapat menghasilkan sumber daya manusia yang
mampu bekerja, bertahan, menyesuaikan diri, serta mampu bersaing dlaam kehidupan yang
beradab dan bermartabat.
Download