BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Hasil

advertisement
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1. Hasil Penelitian
Untuk menguji hipotesa dalam penelitian ini dalam peniltian ini,
diperlukan upaya untuk mendeskripsikan data yang akan diolah untuk
tujuan tersebut. Hal tersebut ditunjukan untuk memberikan gambaran atau
informasi mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap IHSG, yaitu
Nilai Tukar Rupiah (Dollar Amerika dan Yuan), Tingkat Suku Bunga dan
Indeks Saham Global (NYSE, SSE Composite dan STI) pada Tahun 2011–
2015, dengan mengambil data bulanan sehingga data yang diukur adalah 60.
Selanjutnya dengan bantuan SPSS Vers 23.0 dilakukan uji statistik
deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui keakuratan data dengan melihat
nilai mean, minimum, maximum dan standar deviasi dari masing-masing
nilai variabel. Statistik deskriptif untuk setiap variabel dependen dan
independen yang dianalisa disajikan pada Tabel 5.1. Variabel dependenya
adalah IHSG (Y), variabel independen yang digunakan dalam analisis ini
sebanyak 6 (enam) variabel, yaitu Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar US
(X1), Nilai Tukar Rupiah Terhadap Yuan (X2), Suku Bunga Indonesia (X3),
Indeks Saham NYSE (X4), Indeks Saham SSE Composte (X5) dan Indeks
Saham STI (X6). Untuk lebih jelasnya, hal tersebut dapat dilihat pada table
5.1 dibawah ini :
71
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 5.1 Statistik Deskriptif
Statistics
NILAI
NILAI
TUKAR
TUKAR
BI
RUPIAH
RATE
TERHADA
INDEKS HARGA
INDEKS
INDEKS SSE
NYSE
COMPOSITE
RUPIAH
INDEKS STI
TERHADA
SAHAM
GABUNGAN
P DOLLAR
P YUAN
US
N
Valid
60
60
60
60
60
60
60
0
0
0
0
0
0
0
6.7730
10786.4820
1724.4905
9354.3695
2593.9933
3125.1015
4456.7632
.76599
1780.69145
297.06360
1267.75064
638.89549
202.64207
539.42532
Minimum
5.75
8532.00
1316.73
6791.65
1979.21
2646.35
3409.17
Maximum
7.75
14396.10
2260.69
11062.79
4611.74
3487.39
5518.67
Missing
Mean
Std.
Deviation
Pergerakan sekitar 524 emiten yang terdaftar di BEI selama tahun
2011 sampai dengan tahun 2015 yang disajikan dalam data bulanan,
diperoleh 60 data time series bulan. Berdasarkan hasil uji deskriptif diatas
bahwa Indeks Harga Saham Gabungan yang merupakan indikator
pergerakan harga saham di BEI, indeks saham ini mencakup pergerakan
harga seluruh saham biasa dan saham preferen. Dari sampel yang diperoleh
dapat diketahui bahwa secara umum tingkat IHSG tahun 2011-2015 adalah
sebesar tertinggi 5.518,67 disebabkan oleh pembelian-pembelian saham
blue chip dan yang terendah adalah 3.409,17. Tingkat penyimpangan
standar (stadart deviasi) dari rata-rata sebesar 539,42. Sebenarnya level
investasi pasar saham di Indonesia selalu bertumbuh dari tahun ke tahun dan
72
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dimulai sejak tahun 2003,
IHSG mencatat level terbarunya. Hal ini
mengindikasikan bahwa IHSG telah membuka diri bagi investor bagi
investor yang berminat berinvestasi di pasar saham Indonesia seiiring
dengan terus bertambahnya jumlah perusahaan yang IPO (Initial Public
Offering) tiap tahunya. Tahun 2015 adalah tahunnya investor domestik, dari
total Rp. 1,045 nilai perdagangan di tahun tersebut, investor domestik
mendominasi sebanyak 57% berbanding 43% dengan investor asing.
Tekanan ekonomi global membuat investor asing banyak terjebak dan
mengambil dananya lebih awal dan besar dibanding tahun-tahun
sebelumnya, diasamping ketidakjelasan suku bunga The Fed dan
membaiknya ekonomi AS serta Yen sebagai safe haven membuat daya tarik
IHSG memudar bagi asing selama 2015.
Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, berdasarkan Tabel 5.1
Dollar Amerika tertinggi adalah Rp. 14.396,10 sedangkan nilai terendah Rp.
8.532,00 dengan standar deviasi sebesar Rp. 1.780,69. Adapun dolar mampu
menguat hingga level di Rp 8.400 pada tahun 2011 atau tepatnya Rp 8.455
di Agustus 2011. Namun memasuki tahun 2012, dolar yang berada di level
Rp 9.000-an di awal tahun harus ditutup lebih tinggi hingga Rp 9.700 di
akhir 2012 kemarin. Memasuki tahun 2013. Dolar yang dibuka Rp 9.600-an
di awal tahun 2013 kemarin menguat hingga Rp 10.900 sampai hari ini.
Ada beberapa faktor global dan regional serta domestik sendiri yang
mengganggu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Faktor pertama, global dan
73
http://digilib.mercubuana.ac.id/
regional, yaitu ditetapkan kebijakan moneter di AS yang berpengaruh
kepada semua negara berkembang, emerging market termasuk ke indonesia.
Kemudian dari dalam sendiri defisit yang besar di neraca pembayaran
mengakibatkan terganggunya fundamental ekonomi Indonesia. Nilai tukar
Rupiah terhadap Dollar AS berada pada level Rp13.047 pada penutupan
perdagangan hari Senin tanggal 9 Maret 2015. Sehingga selama tahun 2015
Rupiah mengalami depresiasi terhadap mata uang dollar AS sebesar 4,81%
(ytd). Depresiasi nilai tukar Rupiah tersebut seiring dengan tren depresiasi
mata uang yang dialami oleh negara-negara lain, yang lebih disebabkan oleh
faktor eksternal antara lain penguatan nilai tukar dollar AS terhadap mata
uang negara-negara lain sejalan dengan perbaikan perekonomian AS serta
kebijakan normalisasi moneter yang diambil oleh the US Fed.
Yuan yang dikenal dengan nama Renminbo (RMB) adalah mata
uang Republik Rakyat Tiongkok. Dalam kurun waktu 2011-2015 besarnya
Nilai Tukar Rupiah terhadap Yuan tertinggi sebesar Rp. 2.260,69 dengan
nilai tukar Rupiah terhadap Yuan terkecil adalah Rp. 1.316,73 dan standar
deviasi Rp. 297,06. Pada Mei 2013 Yuan menguat dilevel tertinggi dalam
19 Tahun. Kenaikan ini terjadi setelah bank sentral China menaikan kurs
patokan Yuan yang terbesar dalam enam bulan terakhir kerekor
termahalnya. People’s Bank of China (PBOC) menetapkan nilai fixing 0,2%
lebih kuat menajdi 6,2082 peer dollar. Pada Agustus 2015, mata uang China
Yuan anjlok ketitik terendah sejak empat tahun lalu setelah PBOC kembali
74
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menurunkan nilainya (devaluasi). Pemerintah China beralasan penurunan
mata uang yuan sangat bermanfaat untuk mendongkrak nilai ekspor . Nilai
tukar Yuan terhadap Dollar Us mencapai level terendah yakni 6,4510 yuan
per dollar US, angka tersebut merupakan terendah sejak agustus 2011.
Devaluasi yang dilakukan oleh PBOC dinilai memicu adanya perang kurs
(Currency War) dan pendapat pemerintah China mendorong ekspor dengan
cara tidak sehat. Penurunan nilai Yuan juga menyeret nilai mata uang Asia
lainya, seperti Ringgit Malaysia dan Rupiah.
Dalam kurun waktu 2011-2015 nilai standar deviasi Suku Bunga
Bank Indonesia sebesar 0,77%. Tingkat suku bunga yang tinggi membatasi
pertumbuhan kredit dan karenanya mengurangi pertumbuhan ekonomi.
Sejak pertengahan tahun 2013, bank sentral Indonesia (Bank Indonesia)
meningkatkan suku bunga acuannya (BI rate) dari level terendah dalam
sejarah pada 5,75% kemudian secara bertahap, namun agresif, naik menjadi
7,75% di akhir 2014. Bank Indonesia mengetatkan kebijakan moneternya
dalam rangka melawan inflasi yang tinggi (yang meningkat tajam setelah
beberapa reformasi subsidi bahan bakar), mengurangi defisit transaksi
berjalan yang lebar saat ini, dan mendukung rupiah yang telah dibebani oleh
tekanan-tekanan berat karena pengetatan moneter di Amerika Serikat
(karena itu, Bank Indonesia lebih memilih stabilitas finansial dibandingkan
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi). Capital outflows besar-besaran
dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, terjadi di sebagian
75
http://digilib.mercubuana.ac.id/
besar waktu di tahun 2013 karena ancaman penurunan program pembelian
obligasi senilai 85 miliar dollar Amerika Serikat (AS) setiap bulannya
(quantitative easing AS). Pada tahun 2015, capital outflows dari negaranegara berkembang muncul kembali karena dunia sedang bersiap-siap untuk
suku bunga AS yang lebih tinggi.
New York Stock Exchange adalah indeks saham di Amerika. Dalam
kurun waktu 2011-2015 Nilai indeks saham NYSE tertinggi sebesar
$11.062,79 dengan indeks saham NYSE terkecil adalah $6.791,65. Dengan
standar deviasi dari rata-rata indeks saham NYSE adalah sebesar $1.659,78.
Pada bulan Agustus 2015 bursa saham Wall Street di New York anjlok
selama lima hari berturut-turut menyusul turunya pasar saham di Eropa dan
Asia karena kekhawatiran semakin melambatnya perekonimian Cina. Pada
bulan desember 2012 saham NYSE mengalami resistensi pada hari kamis
tanggal 20 Desember 2012 setelah diadakanya pertemuan para pemimpin
politik Amerika Serikat untuk mencapai kesepakatan guna mengatasi jurang
fiscal sebelum akhir tahun. Pada Jumat 12 Desember 2014 Harga saham
NYSE dibuka melemah Karena harga minyak terus menurun dan
melambatanya pertumbuhan ekonomi Cina.
Indeks Shanghai Stock Exchange Composite adalah indeks saham di
Cina dalam kurun waktu 2011-2015 nilai indeks saham SSE Composite
tertinggi ¥4.611,71. Kenaikan indeks dipimpin oleh perusahaan-perusahaan
yang berafiliasi dengan perusahaan nuklir dan perusahaan barang
76
http://digilib.mercubuana.ac.id/
konsumen. Penguatan terjadi seiring dengan adanya spekulasi bahwa
pemerintah Tiongkok akan lebih besar mendorong ekonomi. indeks SSE
Composite terendah ¥1.979,21. Dengan standar deviasi dari rata-rata indeks
saham SSE Composite adalah sebesar ¥638,89. Pada bulan April 2015 Bank
Sentral Tiongkok mengumumkan pengurangan rasio cadangan perbankan
sehingga lebih banyak lagi dana yang dapat disalurkan ke masyarakat.
Dengan rasio pemangkasan tersebut, tersedia dana sekitar 1.2 triliun yuan
atau setara dengan 194 miliar dillar AS dipasar Tiongkok, selain stimulus,
berita bahwa bank sentral Tiongkok akan menyuntikan milliard dollar AS
ke China Development Bank dan Export-Import Bank of China untuk
mendukung pembangunan Tiongkok diluar negeri juga membantu menaikan
saham-saham. Saham-saham Cina mencapai titik terendah pada empat tahun
belakangan dan pada selasa 25 Juni 2013 ditengah kekhawatiran kebijakan
pengetatan kredit dari pemerintah. Indeks SSE pada sutau saat turun sampai
5,8% sebelum pulih kembali dan ditutup dengan penurunan 0,3%. Naiknya
harga saham tersebut setelah bank sentral, Bank Rakyat China (PBOC),
menegaskan bahwa mereka akan mengarahkan tingkat suku bunga pasar
ketingkat yang masuk akal. Anjloknya harga saham Cina pada Juni 2013
merupakan yang terburuk sejak Januari 2009, ketika SSE turun sampai
1.900 poin. Penurunan drastic terbaru ini berarti bahawa indeks SSE turun
lebih dari 20% jka dibandingkan dengan indeks tertinngi yang dicapai pada
bulan Februarri 2013.
77
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dalam kurun waktu 2011-2015 nilai saham Straits Times Index
tertinggi sebesar
$3.487,39 dengan Straits Times Index terkecil adalah
$2.646,35. Standar deviasi dari rata-rata saham Straits Times Index adalah
sebesar $202,64. Pada 15 September 2015 Indeks Straits Times Singapura
turun 0,6 persen setelah liburan pada hari Jumat, ketika negeri ini
mengadakan pemilu yang memenangkan Partai Rakyat pimpinan Perdana
Menteri Lee Hsien Loong menjadi mayoritas di parlemen.
Gambar 5.1
Grafik Trend Nilai Tukar Mata Uang, Tingkat Suku Bunga,
Harga Saham Global dan Perubahan Indeks Harga Saham
Gabungan tahun 2011-2015
78
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dari gambar 5.1 berdasarkan data pergerakan IHSG antara tahun
2011 hingga 2015. Maka selama lima tahun terakhir, IHSG hanya pernah
satu kali turun pada tahun 2012, dan naik empat kali. Pada tahun 2013 lalu
dimana IHSG terbang dari 4,250 hingga menyentuh 5,250 antara bulan
Januari – Mei, padahal kinerja Astra International dkk ketika itu mulai
stagnan. Namun memasuki bulan Juni, IHSG dengan cepat terjun bebas
hingga balik lagi ke posisi awal tahun, dan IHSG menutup tahun 2013
dengan tumbuh negatif alias turun 1.0%. Pada tahun 2013, pertumbuhan
ekonomi mulai terasa melambat setelah booming batubara, CPO, dan
properti mencapai puncaknya pada tahun 2011. Tahun 2015, Rupiah hampir
hamper mecapai 15,000, dan IHSG sendiri turun 12.1%. Berkat
pertumbuhan ekonomi RI yang kuat di 2010-2012, rupiah bisa kembali
perkasa. Dolar AS sempat turun hingga ke Rp 8.500. Namun karena
ketergantungan bahan bakar minyak (BBM) harus mengimpor dalam jumlah
banyak tiap tahun. Pemerintah juga terus memberi subsidi kepada
masyarakat sehingga konsumsi BBM tetap tinggi. Tingginya impor ini
memicu neraca perdagangan RI jadi defisit. Akibatnya secara perlahan dolar
AS terus menanjak sampai menembus kisaran Rp 12.000 lagi. Dolar AS
sudah menguat sebanyak 7,7% sejak awal tahun 2015. Banyak faktor yang
bisa menyebabkan pelemahan rupiah ini, mulai dari inflasi yang cukup
tinggi hingga rencana The Federal Reserve menaikkan tingkat suku bunga
acuan. Pada tahun 2015 nilai tukar Yuan China jatuh ke level terendah
79
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dalam 4,5 tahun terakhir. Penurunan mingguan ini merupakan terpanjang
dalam satu dekade terakhir, dan akhirnya ikut menyeret nilai tukar negara
berkembang. Pelemahan Yuan terjadi karena meningkatnya kekhawatiran
perlambatan ekonomi China serta rencana kenaikan suku bunga bank sentral
Amerika Serikat. Yuan melemah 0,3 persen ke level 6,4550 per USD,
terendah sejak Juli 2011 silam. Renmimbi telah melemah 0,8 persen
terhadap USD.
Data historis bank sentral menunjukkan, BI rate sempat memasuki
tren penurunan pada periode 2011 hingga 2012, sebelum kembali
merangkak naik pada tahun-tahun berikutnya. Saat itu, perekonomian global
sangat lesu sehingga BI memiliki ruang untuk memainkan kebijakan suku
bunganya.
Menjelang
pertengahan
2013,
kondisinya
berbalik.
BI
memutuskan menaikkan BI rate karena rupiah terperosok cukup dalam dan
inflasi mulai meningkat karena dibayangi ekspektasi rencana penaikan harga
BBM. Pada November 2013, bank sentral kembali menaikkan suku bunga
acuan karena muncul kekhawatiran defisit neraca transaksi berjalan akan
memburuk. Akhirnya, BI rate bertengger tak bergerak di level 7,5 persen
sejak Desember 2013 hingga Oktober 2015.Perlu dipahami bahwa
keputusan untuk mengoreksi BI rate harus sangat mempertimbangkan
kondisi ekonomi domestik dan global. Beberapa faktor yang menghambat
dari sisi domestik adalah dampak kenaikan harga BBM pada November
2014 terhadap inflasi yang baru hilang pada Oktober 2015. Selama 5 tahun
80
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang berawkhir April 2015, NYSE Composite memiliki peringkat 16
dengan pengembalian 48%. Indeks berkinerja terburuk selama Kembalinya
rata-rata untuk semua indeks pasar saham selama periode ini adalah 70%.
Pengembalian rata-rata untuk indeks selama 5 tahun adalah 61%. Shanghai
Composite Indeks anjlok hingga lebih dari 8% pada tahun 2015, sedangkan
Shenzen Component turun hampir lima persen. Penurunan tersebut telah
melenyapkan USD3,3 triliun nilai perdagangan. Kejatuhan pasar saham di
China membuat kalangan ekonom khawatir. Situasi ini bisa menjadi risiko
terbesar yang mengganggu ekonomi negeri tirai bambu tersebut. Kinerja
buruk dialami indeks Straits Times Singapura. Tahun 2015, Straits Time
Indeks merosot lebih dari 14 persen dan menjadikan kinerja indeks Straits
Times menjadi yang terburuk di Asia. Pelemahan kinerja manufaktur dan
konstruksi telah menyeret pasar properti sehingga membebani pertumbuhan
ekonomi Singapura.
1.2. Hasil Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan bertujuan untuk menegtahui apakah data
variabel bebas dan variabel terikat yang kita miliki mendekati populasi
berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal. Uji Normalitas bertujuan
untuk melihat apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual
berdistribusi normal.
81
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Untuk hasil pengujian P Plot berdistribusi normal dimana data atau
titik disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, seperti yang
terlihat pada Gambar 5.1 . Dengan demikian model regresi layak digunakan,
sehingga analisis dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik karena syarat
regresi sudah terpenuhi.
Gambar 5.2
Uji Normalitas Data
5.3
Hasil Uji Autokorelasi
Autokorelasi dapat diditeksi dengan menggunakan Durbin Watson
test. Berikut ini disajikan hasil perhitungan uji autokorelasi sesuai dengan
Gambar 5.2.
82
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Penentuan ada tidaknya kasus autokorelasi didasari oleh kaidah
dibawah ini:
0 < d < dL
= Ada Autokorelasi Positif
dL ≤ d ≤ dU
= Tidak Ada Autokorelasi Positif
4 – dL <d < 4
= Ada Autokorelasi Negatif
4 - dU ≤ d ≤ 4 - dL
= Tidak Ada Autokorelasi Negatif
Tabel 5.2 Uji Autokorelasi
b
Model Summary
Model
1
R
.710
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.504
.448
Durbin-Watson
3.21923
2.173
a. Predictors: (Constant), STI, YUAN, SBI, NYSE, DOLLAR, SSE
b. Dependent Variable: IHSG
Setelah variabel diuji dengan Durbin Watson test, didapatkan hasil
dengan jumlah variabel bebas (K=6) dan banyaknya data
(n=60).
Berdasarkan hasil hitung nilai Durbin Watson adalah Dw = 2,173 dalam
DW tabel untuk k = 6 dan n = 60 batas bawah yaitu dL = 1,3719 dan DW
batas atas yaitu dU = 1,8082. Sedangkan besarnya 4 – dU = 2,1918 dan 4 –
dL = 2,6281. Dari nilai yang didapatkan disimpulkan bahwa DW test berada
diantara dU dengan 4 – dU (1,8082 < 2,173 < 2,1918) (Gambar 5.2). Dari
output hasil uji autokorelasi dapat diketahui bahwa DW test berada didaerah
penerimaan, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi
positif maupun negatif.
83
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 5.3 Daerah Bebas Autokorelasi
Autokorelasi
Positif
Daerah
Keraguraguan
Daerah
Keraguraguan
Autokorelasi
Negatif
Tidak Ada
Autokorelasi
0
dL
dU
1,3719
2
4-dU
4-dL
1,8082 DW = 2,173 2.1918
0
2,6281
Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian (2016)
5.4. Hasil Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas
merupakan
fenomena
adanya
korelasi
yang
sempurna antara satu variabel independen dengan variabel indpenden
lainya. Jika terjadi multikolinearitas, akan mengakibatkan timbulnya
kesalahan standar penaksiran dan probabilitas untuk menerima hipotesa
yang salah semakin besar.
Untuk mendekteksi gejala tersebut daapt diketahui dengan melihat
nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) pada analisis regresi
linier berganda. Jika nilai tolerance diatas 0,1 dan VIF dibawah 10 maka
84
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tidak
multikolineriatas.
Tabel
5.2
berikut
menunjukan
hasil
uji
multikolinearitas.
Tabel 5.3 Uji Multikolinearitas
Coefficients
a
Standardize
Unstandardized
d
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
Toleran
Model
1(Constant
B
Std. Error
.635
.450
SBI
-.319
.201
DOLLAR
-.494
YUAN
Beta
T
Sig.
ce
VIF
1.414
.163
-.160
-1.586
.119
.914
1.094
.284
-.225
-1.739
.088
.561
1.782
.252
.222
.139
1.132
.263
.617
1.620
NYSE
.099
.167
.084
.594
.555
.469
2.131
SSE
.648
.172
.582
3.760
.000
.391
2.561
STI
-.058
.069
-.091
-.841
.404
.807
1.239
)
a. Dependent Variable: IHSG
Dari table 5.2 dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk masing-masing
variabel <10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1. Hal ini membuktikan
bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi
gejala multikolinieritas.
5.5. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dari model
regresi tidak terjadi kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan
yang
lain.
Model
regresi
yang
baik
adalah
yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara
85
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mendeteksi ada taui tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat
grafil plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Jika ada
pola tertentu, seperti titiuk-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada
sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 5.4 Uji Heteroskedastisitas
Dari gambar 5.3 diatas dapat dilihat tidak ada pola yang jelas, serta
titik meneyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, dapat
disimpulakan tidak terjadi heterokedastisitas. Dengan demikian model
regresi ini layak untuk memprediksi Perubahan Indeks Harga Saham
Gabungan berdasarkan masukan Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah
dan Harga Saham Global.
86
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik secara keseluruhan yang telah
dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi yang digunakan
dalam penelitian ini telah layak digunakan karena hasil uji menunjukan
bebas dari gejala autokorelasi, multikolinieritas dan heteroskedastisitas.
5.6. Hasil Uji Hipotesis
5.6.1. Hasil Uji Simultan F
Tabel 5.4 Uji Simultan (Uji F)
a
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
558.401
6
93.067
Residual
549.263
53
10.363
1107.663
59
Total
F
8.980
Sig.
.000
a. Dependent Variable: IHSG
b. Predictors: (Constant), STI, YUAN, SBI, NYSE, DOLLAR, SSE
Untuk menguji kebenaran hipotesis nol (H0) digunakan uji F
yaitu uji signifikan regresi secara keseluruhan (simultan). Berdasarkan
tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa hasil F hitung adalah 8,980 dengan
tingkat signifikan 0,000. Pengujian ini dilakukan untuk menguji
pengaruh perubahan seluruh variabel bebas yaitu Perubahan Nilai
Tukar Rupiah Terhadap Dollar US (X1), Perubahan Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Yuan (X2), Perubahan Tingkat Suku Bunga (X3), Perubahan
Harga Saham NYSE (X4), Perubahan Harga Saham SSE Composite
(X5) dan Perubahan Harga Saham STI (X6) secara simultan terhadap
87
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b
variabel terikat yaitu Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan (Y). Langkah-langkah pengujianya adalah sebagi berikut :
 Menentukan nilai F tabel : dengan menggunakan signifikan 5% (α =
0,05) dan degree of freedom (k – 1) dan (n – k) dalam pembahasan
penelitian ini adalah ( 7 – 1 = 6) dan ( 60 – 7 = 53), dihasilkan nilai f
tabel sebesar 2,28. Sedangkan nilah F hitung sesuai dengan
menggunakan software IBM SPSS Statistic Version 23 mendapatkan
hasil 8,959 dengan tingkat signifikan adalah 0,000. Dimana df
adalah degree of freedom (derajat kebebasan), n adalah jumlah data
dan k adalah jumlah variabel (bebas dan terikat).
 Menentukan hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha) :

Ho : b1 = b2 = b3 = 0 (Secara simultan variabel-variabel bebas
Perubahan Nilai Tukar Mata Uang, Tingkat Suku Bunga, dan
Harga Saham Global tidak berpengaruh signifikan terhadap
varibel terikat Perubahan Pegerakan Indeks Harga Saham
Gabungan).

Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0 (Secara simultan variabel-variabel bebas
Perubahan Nilai Tukar Mata Uang, Tingkat Suku Bunga, dan
Harga Saham Global berpengaruh signifikan terhadap varibel
terikat Perubahan Pegerakan Indeks Harga Saham Gabungan).

Membuat kriteria penerimaan dan penolakan Ho :

Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
88
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Karena F hitung = 8,950 > F tabel = 2,128 maka Ho ditolak dan
Ha diterima.

Jika signifikan F < 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika signifikan F > 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Karena siginifikan F = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha
diterima.

Membuat kesimpulan dalam hal penerimaan dan penolakan Ho :
secara simultan bahwa variabel-variabel bebas Perubahan Nilai
Tukar Mata Uang, Tingkat Suku Bunga, dan Harga Saham
Global
berpengaruh
signifikan
tehadap
variabel
terikat
Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan.
Tabel 5.5 Adjusted R Square
b
Model Summary
Model
1
R
.710
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.504
.448
3.21923
Durbin-Watson
2.173
a. Predictors: (Constant), STI, YUAN, SBI, NYSE, DOLLAR, SSE
b. Dependent Variable: IHSG
Nilai Adjusted R Square pada tabel sebesar 0,448. Hal ini
menunjukan bahwa 44,8% dapat dijelaskan bahwa secara bersama-sama
NIlai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar, Nilai Tukar Rupiah Terhadap
Yuan, Tingkat Suku Bunga, Indeks NYSE, Indeks SSE Composite dan
89
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Indeks STI mempengaruhi pergerakan IHSG sebesar 44,8%. Sedangkan
sisanya 55,2% pergerakan IHSG dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
diamati dalam penelitian ini.
5.6.2. Hasil Uji Parsial (Uji t)
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel
terikat. Uji t digunakan untuk menguji signifikansi hubungan antara
variabel X dan Y, apakah variabel X1, X2, X3, X4, X5, dan X6 benarbenar berpengaruh terhadap variabel secara individual atau parsial
(Imam Ghozali, 2011).
Tabel 5.7 Uji Parsial (Uji t)
Coefficients
Model
1(Constant)
a
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
Std. Error
.635
.450
SBI
-.319
.201
DOLLAR
-.494
YUAN
Beta
T
Sig.
Tolerance
VIF
1.414
.163
-.160
-1.586
.119
.914
1.094
.284
-.225
-1.739
.088
.561
1.782
.252
.222
.139
1.132
.263
.617
1.620
NYSE
.099
.167
.084
.594
.555
.469
2.131
SSE
.648
.172
.582
3.760
.000
.391
2.561
STI
-.058
.069
-.091
-.841
.404
.807
1.239
a. Dependent Variable: IHSG
90
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 5.5 Uji Hipotesis Dua Arah
Daerah
Penerimaan
Ha
Daerah Penerimaan
Ho
Daerah
Penerimaan
Ha
0
Dalam penelitian ini Uji statistik t digunakan untuk
mengetahui pengaruh Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US
Dollar (X1), Nilai Tukar Rupiah Terhadap Yuan (X2), Tingkat Suku
Bunga (X3), Indeks Saham NYSE (X4), Indeks SSE Comoposite (X5)
dan Indeks STI (X6) secara individual berpengaruh terhadap variabel
dependen yaitu Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan
(Y). Hipotesis yang digunakan sebagai berikut:
Ho : b1 = 0, artinya variabel Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap
US Dollar (X1) secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel
Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (Y).
91
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Ho : b2 = 0, artinya variabel Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap
Yuan (X2) secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel
Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (Y).
Ho : b3 = 0, artinya variabel Perubahan Tingkat Suku Bunga (BI Rate)
(X3) secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel Perubahan
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (Y).
Ho : b4 = 0, artinya variabel Perubahan Harga Saham NYSE (X4) secara
individual tidak berpengaruh terhadap variabel Perubahan Pergerakan
Indeks Harga Saham Gabungan (Y).
Ho : b5 = 0, artinya Perubahan Harga Saham SSE Composite (X5)
secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel Perubahan
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (Y).
Ho : b6 = 0, artinya Perubahan Harga Saham STI (X6) secara individual
tidak berpengaruh terhadap variabel Perubahan Pergerakan Indeks
Harga Saham Gabungan (Y).
Ha : b1 = 0, artinya variabel Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap
Dollar US (X1) secara individual berpengaruh terhadap variabel
Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (Y).
Ha : b2 = 0, artinya variabel Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap
Yuan (X2) secara individual berpengaruh terhadap variabel Perubahan
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (Y).
92
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Ha : b3 = 0, artinya variabel Perubahan Tingkat Suku Bunga (BI Rate)
(X3) secara individual berpengaruh terhadap variabel Perubahan
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (Y).
Ha : b4 = 0, artinya variabel Perubahan Harga Saham NYSE (X4) secara
individual berpengaruh terhadap variabel Perubahan Pergerakan Indeks
Harga Saham Gabungan (Y).
Ha : b5 = 0, artinya Perubahan Harga Saham SSE Composite (X5)
secara individual berpengaruh terhadap variabel Perubahan Pergerakan
Indeks Harga Saham Gabungan (Y).
Ha : b6 = 0, artinya Perubahan Harga Saham STI (X6) secara individual
berpengaruh terhadap variabel Perubahan Pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan (Y).
Kriteria pengujian dengan tingkat signifikansi 5% adalah jika t
hitung < t tabel. Maka Ho diterima yang berarti variabel independen
secara individual tidak mempengaruhi variabel dependen. Sedangkan
jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak yang berarti variabel independen
secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen.
1. Uji Hipotesis Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Dollar US (X1) terhadap Perubahan Pergerakan
Indeks Harga Saham Gabungan (Y)
Langkah-langkah pengujianya adalah sebagai berikut :
93
http://digilib.mercubuana.ac.id/

Menentukan nilai t tabel : dengan menggunakan signifikan 5% (α =
0,05) dan degree off freedom (n – k) dalam pembahasan ini adalah
(60 – 7 = 53), dihasilkan nilai t tabel sebesar 2,00575. Sedangkan
nilah t hitung sesuai dengan menggunakan software IBM SPSS
Statistic Version 23 untuk Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap
Dollar AS adalah sebesar -1,739 dengan tingkat signifikan adalah
0,088. Dimana df adalah degree of freedom (derajat kebebasan), n
adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel (bebas dan terikat).

Menentukan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) :
a. Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS
Karena t hitung = -1,739 > t tabel = -2, 0575, maka Ho diterima
dan Ha ditolak
Karena signifikan t = 0,092 > 0,05 maka Ho diterima Ha ditolak

Membuat kesimpulan dalam hal penerimaan dan penolakan Ho :
a. Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS secara
individual tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Perubahan
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan dan tidak signifikan.
2. Uji Hipotesis Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Yuan (X2) terhadap Perubahan Pergerakan Indeks
Harga Saham Gabungan (Y)
Langkah-langkah pengujianya adalah sebagai berikut :
94
http://digilib.mercubuana.ac.id/

Menentukan nilai t tabel : dengan menggunakan signifikan 5% (α =
0,05) dan degree off freedom (n – k) dalam pembahasan ini adalah
(60 – 7 = 53), dihasilkan nilai t tabel sebesar 2,00575. Sedangkan
nilah t hitung sesuai dengan menggunakan software IBM SPSS
Statistic Version 23 untuk Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap
Yuan adalah sebesar 1,132 dengan tingkat signifikan adalah 0,263.
Dimana df adalah degree of freedom (derajat kebebasan), n adalah
jumlah data dan k adalah jumlah variabel (bebas dan terikat).

Menentukan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) :
a. Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Yuan
Karena t hitung = 1,132 < t tabel = 2, 00575, maka Ho diterima
dan Ha ditolak
Karena signifikan t = 0,263 > 0,05 maka Ho diterima Ha ditolak

Membuat kesimpulan dalam hal penerimaan dan penolakan Ho :
a. Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Yuan secara individual
tidak
berpengaruh
terhadap
variabel
terikat
Perubahan
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan dan tidak signifikan.
3. Uji Hipotesis Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga (X3)
terhadap
Perubahan
Pergerakan
Indeks
Harga
Gabungan (Y)
Langkah-langkah pengujianya adalah sebagai berikut :
95
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Saham

Menentukan nilai t tabel : dengan menggunakan signifikan 5% (α =
0,05) dan degree off freedom (n – k) dalam pembahasan ini adalah
(60 – 7 = 53), dihasilkan nilai t tabel sebesar 2,00575. Sedangkan
nilah t hitung sesuai dengan menggunakan software IBM SPSS
Statistic Version 23 untuk Perubahan Tingkat Suku Bunga adalah
sebesar -1,585 dengan tingkat signifikan adalah 0,119. Dimana df
adalah degree of freedom (derajat kebebasan), n adalah jumlah data
dan k adalah jumlah variabel (bebas dan terikat).

Menentukan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) :
 Perubahan Tingkat Suku Bunga
Karena t hitung = -1,594 > t tabel = -2,00575, maka Ho diterima
dan Ha ditolak
Karena signifikan t = 0,117 > 0,05 maka Ho diterima Ha ditolak

Membuat kesimpulan dalam hal penerimaan dan penolakan Ho :
a. Perubahan Tingkat Suku Bunga secara individual tidak
berpengaruh
terhadap variabel terikat Perubahan Pergerakan
Indeks Harga Saham Gabungan dan tidak signifikan.
4. Uji Hipotesis Pengaruh Perubahan Harga Saham NYSE (X4)
terhadap
Perubahan
Pergerakan
Indeks
Harga
Gabungan (Y)
Langkah-langkah pengujianya adalah sebagai berikut :
96
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Saham

Menentukan nilai t tabel : dengan menggunakan signifikan 5% (α =
0,05) dan degree off freedom (n – k) dalam pembahasan ini adalah
(60 – 7 = 53), dihasilkan nilai t tabel sebesar 2,00575. Sedangkan
nilah t hitung sesuai dengan menggunakan software IBM SPSS
Statistic Version 23 untuk Perubahan Indeks NYSE adalah sebesar
0,596 dengan tingkat signifikan adalah 0,554. Dimana df adalah
degree of freedom (derajat kebebasan), n adalah jumlah data dan k
adalah jumlah variabel (bebas dan terikat).

Menentukan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) :
a. Perubahan Indeks NYSE
Karena t hitung = 0,596 < t tabel = 2,00575, maka Ho diterima
dan Ha ditolak.
Karena signifikan t = 0,554 > 0,05 maka Ho diterima Ha ditolak.

Membuat kesimpulan dalam hal penerimaan dan penolakan Ho :
a. Perubahan Indeks NYSE secara individual tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikat Perubahan Pergerakan Indeks
Harga Saham Gabungan dan tidak signifikan.
5. Uji
Hipotesis
Pengaruh
Perubahan
Harga
Saham
SSE
Composite (X5) terhadap Perubahan Pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan (Y)
Langkah-langkah pengujianya adalah sebagai berikut :
97
http://digilib.mercubuana.ac.id/

Menentukan nilai t tabel : dengan menggunakan signifikan 5% (α =
0,05) dan degree off freedom (n – 1) dalam pembahasan ini adalah
(60 – 7 = 53), dihasilkan nilai t tabel sebesar -2,00575. Sedangkan
nilah t hitung sesuai dengan menggunakan software IBM SPSS
Statistic Version 23 untuk Perubahan Indeks SSE Composite adalah
sebesar 3,670 dengan tingkat signifikan adalah 0,00. Dimana df
adalah degree of freedom (derajat kebebasan), n adalah jumlah data
dan k adalah jumlah variabel (bebas dan terikat).

Menentukan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) :
a. Perubahan Indeks SSE Composite
Karena t hitung = 3,760 > t tabel = 2,00575, maka Ho ditolak
dan Ha diterima.
Karena signifikan t = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak Ha diterima.

Membuat kesimpulan dalam hal penerimaan dan penolakan Ho :

Perubahan Indeks SSE Composite secara individual berpengaruh
terhadap variabel terikat Perubahan Pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan dan signifikan.
6. Uji Hipotesis Pengaruh Perubahan Harga Saham STI (X6)
terhadap
Perubahan
Pergerakan
Indeks
Harga
Gabungan (Y)
Langkah-langkah pengujianya adalah sebagai berikut :
98
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Saham

Menentukan nilai t tabel : dengan menggunakan signifikan 5% (α =
0,05) dan degree off freedom (n – k) dalam pembahasan ini adalah
(60 – 7 = 53), dihasilkan nilai t tabel sebesar 2,00575. Sedangkan
nilah t hitung sesuai dengan menggunakan software IBM SPSS
Statistic Version 23 untuk Perubahan Indeks STI adalah sebesar 0,841 dengan tingkat signifikan adalah 0,404. Dimana df adalah
degree of freedom (derajat kebebasan), n adalah jumlah data dan k
adalah jumlah variabel (bebas dan terikat).

Menentukan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) :
b. Perubahan Indeks STI
Karena t hitung = -0.841 > t tabel = -2,00575, maka Ho diterima
dan Ha ditolak.
Karena signifikan t = 0,404 > 0,05 maka Ho diterima dan Ha
ditolak.

Membuat kesimpulan dalam hal penerimaan dan penolakan Ho :
b. Perubahan Indeks STI secara individual tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikat Perubahan Pergerakan Indeks
Harga Saham Gabungan dan tidak signifikan.
99
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5.6.3. Hasil Uji Analisis Regresi Linier Beganda
Tabel 5.7 Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficients
Model
1(Constant)
a
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
Std. Error
.635
.450
SBI
-.319
.201
DOLLAR
-.494
YUAN
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
1.414
.163
-.160
-1.586
.119
.914 1.094
.284
-.225
-1.739
.088
.561 1.782
.252
.222
.139
1.132
.263
.617 1.620
NYSE
.099
.167
.084
.594
.555
.469 2.131
SSE
.648
.172
.582
3.760
.000
.391 2.561
STI
-.058
.069
-.091
-.841
.404
.807 1.239
a. Dependent Variable: IHSG
Persamaan regresi yang dibentuk dari pengaruh antara variabel
Perubahan Nilai Tukar Mata Uang, Tingkat Buku Bunga, Harga Saham
Global terhadap Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan
Tahun 2011 – 2015 dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic
Version 23. Berdasarkan Tabel 5.4 hasil uji regresi linier berganda
diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 0,635 - 0,494X1 + 0,252X2 - 0,319X3 + 0,099X4 – 0,058X5 + 0,648X6 + e
100
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Adapun makna dari persamaan regresi secara matematis tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Nilai konstanta 0,635 artinya apabila nilai variabel independen
Perubahan Nilai Tukar Mata Uang Rupiah terhadap Dollar AS (X1)
dan Perubahan Rupiah terhadap Yuan (X2), Perubahan Tingkat Suku
Bunga (SBI X3), Perubahan Harga Saham NYSE (X4), Perubahan
Harga Saham SEE Composite (X5) dan Perubahan Harga Saham STI
(X6) tidak mengalami perubahan, maka nilai Perubahan Pergerakan
IHSG akan sebesar 0,761.
2. Koefisien regresi variabel Perubahan Nilai Tukar Mata Uang Rupiah
terhadap Dollar AS (X1) sebesar -0,494 bermakna apabila Perubahan
Nilai Tukar Mata Uang Rupiah terhadap Dollar AS (X1)
penmgurangan 1 poin dengan menganggap Perubahan Nilai Tukar
Rupiah terhadap Yuan (X2), Perubahan Tingkat Suku Bunga (SBI
X3), Perubahan Harga Saham NYSE (X4), Perubahan Harga Saham
SEE Composite (X5) dan Perubahan Harga Saham STI (X6) tetap,
maka akan meningkatkan nilai Perubahan Pergerakan IHSG (Y)
sebesar 0,494 poin dengan arah yang berlawanan.
3. Koefisien regresi variabel Perubahan Nilai Tukar Rupiah terhadap
Yuan (X2) sebesar 0,252 bermakna apabila Perubahan Nilai Rupiah
terhadap Yuan (X2) meningkat 1 poin dengan menganggap
Perubahan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar US (X1), Perubahan
101
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tingkat Suku Bunga (SBI X3), Perubahan Harga Saham NYSE (X4),
Perubahan Harga Saham SEE Composite (X5) Perubahan Harga
Saham dan STI (X6) tetap, maka akan menaikan nilai Perubahan
Pergerakan IHSG (Y) sebesar 0,252 poin dengan arah yang
berlawanan.
4. Koefisien regresi variabel Perubahan Tingkat Suku Bunga (SBI X3)
sebesar -0,319 bermakna apabila Perubahan Tingkat Suku Bunga
(SBI X3) meningkat 1 poin dengan menganggap Perubahan Nilai
Tukar Rupiah terhadap Dollar US (X1), Perubahan Nilai Tukar
Rupiah terhadap Yuan (X2), Perubahan Harga Saham NYSE (X4),
Perubahan Harga Saham SEE Composite (X5) dan Perubahan Harga
Saham STI (X6) tetap, maka akan menurunkan nilai Perubahan
Pergerakan IHSG (Y) sebesar 0,319 poin.
5. Koefisien regresi variabel Perubahan Harga Saham NYSE (X4)
sebesar 0,099 bermakna apabila Perubahan Harga Saham NYSE
(X4) meningkat 1 poin dengan menganggap Perubahan Nilai Rupiah
terhadap Dollar US (X1), Nilai Tukar Rupiah Terhadap Yuan (X2),
Perubahan Tingkat Suku Bunga (SBI X3), Perubahan Harga Saham
SEE Composite (X5) dan Perubahan Harga Saham STI (X6) tetap,
maka akan menaikan nilai Perubahan Pergerakan IHSG (Y) sebesar
0,099 poin.
102
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6. Koefisien regresi variabel Perubahan SEE Composite (X5) sebesar 0,058 bermakna apabila Perubahan Harga Saham Global NYSE
(X3a) meningkat 1 poin dengan menganggap Perubahan Nilai Tukar
Rupiah terhadap Dollar US (X1), Nilai Tukar Rupiah terhadap Yuan
(X2), Tingkat Suku Bunga (SBI X3), Harga Saham Global NYSE
(X4) dan Perubahan Harga Saham STI (X6) tetap, maka akan
menurunkan nilai Perubahan Pergerakan IHSG (Y) sebesar 0,058
poin dengan arah yang berlawanan.
7. Koefisien regresi variabel Perubahan Harga Saham STI (X6) sebesar
0,648 bermakna apabila Perubahan Harga STI (X6) meningkat 1
poin dengan menganggap Perubahan Nilai Tukar Rupiah terhadap
Dollar US (X1), Perubahan Nilai Tukar Rupiah terhadap Yuan (X2),
Tingkat Suku Bunga (SBI X3), Harga Saham Global NYSE (X4) dan
Harga Saham Global SEE Composite (X5) tetap, maka akan
menaikan nilai Perubahan Pergerakan IHSG (Y) sebesar 0,648 poin.
5.7.
Pembahasan Hasil Penelitian
Adapun pembahasan penulis terhadap hasil penelitian yang
telah dilakukan adalah sebagai berikut ;
5.7.1.
Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Mata Uang, Tingkat
Suku Bunga dan Indeks Saham Global Terhadap IHSG
Berdasarkan hasil uji F yang dilakukan untuk menguji pengaruh
variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat dapat disimpulkan
103
http://digilib.mercubuana.ac.id/
bahwa secara simultan bahwa variabel-variabel bebas Perubahan Nilai
Tukar Mata Uang (Dollar US dan Yuan), Perubahan Tingkat Suku
Bunga (SBI), dan Perubahan Harga Saham Global (NYSE, SSE
Composite dan STI) berpengaruh signifikan tehadap variabel terikat
Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan pada tahun 20112015. Keadaan ini menunjukan penggabungan variabel Perubahan Nilai
Tukar Mata Uang ( Rupiah terhadap Dollar US dan Euro), Perubahan
Tingkat Suku Bunga (SBI), dan Perubahan Harga Saham Global
(NYSE, SSE Composite, STI) relevan digunakan luntuk memprediksi
Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan dimasa yang
akan datang.
Hal ini berarti mengindikasikan bahwa keenam rasio tersebut
sama-sama bisa digunakan untuk memprediksi kenaikan dan penurunan
Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. Hasil penelitian
ini berarti bahwa Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan
dipengaruh oleh Perubahan Nilai Tukar Mata Uang (Rupiah terhadap
Dollar US dan Yuan), Perubahan Tingkat Suku Bunga (SBI), dan
Perubahan Harga Saham Global (NYSE, SSE Composite dan STI).
Setiap perubahan yang terjadi pada keenam variabel tersebut akan
berkakibat berubahnya Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan.
Sehingga hal ini dapat dijadikan pertimbangan bagi para investor saham
104
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dalam menentukan keputusan dalam pembelian saham, sehingga tidak
mengalami kerugian dalam berinvestsi saham.
5.7.2. Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US
Dollar Terhadap Perubahan Pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan
Dari hasil pengujian uji t disimpulkan bahwa secara parsial
varibel bebas Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar US tidak
berpengaruh signifikan terhadap Perubahan Pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan. Hal ini menunjukan bahwa Perubahan Nilai Tukar
Rupiah Terhadap Dollar US tidak mempengaruhi Perubahan Pergerakan
Indeks Harga Saham Gabungan. Adapun tidak terdapatnya pengaruh
kurs terhadap IHSG adalah terkait dengan ekspektasi investor terhadap
perekonomian suatu negara bias saja disebabkan oleh nilai rata-rata
rupiah masih diangggap wajar oleh para investor. Penurunan nilai tukar
rupiah sebenarnya juga menguntungkan bagi para eksportir. Produkproduknya bias bersaing dan laku diluar negeri karena harganya lebih
terjangkau.
Dengan
demikian,
pelemahan
rupiah
mendorong
perindustrian didalam negeri, menyerap tenaga kerja dan menghasilakn
devisa. Dampaknya sangat luas dan baik bagi perekonomian. Disisi lain,
melmahnya rupiah akan menekan dan mengurangi impor. Dengan
demikian neraca perdagangan akan semakin baik.
105
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dari bulan Agustus 2012, IHSG terus menerus mengalami
koreksi dengan angka net sell asing cukup besar. Hal ini membuat
capital outflow uang asing terbang ke negara asalnya. US$ dicari
sehingga harganya naik, otomatis Rupiah menjadi turun. Sekarang jika
IHSG naik, maka Rupiah akan menjadi stabil. Pendapatan para exporter
jika dihitung dalam US$, maka pendapatan dalam rupiah akan menjadi
lebih tinggi. Walaupun dicatat sebagai laba kurs, tetap saja bottom line
merupakan keuntungan. Sebagai eksportir sumber daya alam, apresiasi
US$ akan membuat keuantungan emiten eksportir akan semakin baik.
Karena harga sahamdigerakan ekspetasi atau harapan investor, maka hal
tersebut akan menghilangkan satu sama lainya. Disatu pihak, akan ada
apresiasi penadapatan, walaupun ada penurunan lainya. Dari return
IHSG yang cukup besar, dibanding dengan apresiasi rupiah yang
dianggap country risk, maka secara valuasi dalam mata uang, walaupun
tingkat diskonto naik, proyeksi pendapatn juga naik.
Pelemahan nilai tukar rupiah atau depresiasi rupiah disatu sisi
akan meningkatkan daya saing ekspor Indonesia, sehingga corporate
profit akan meningkat dan pada akhirnya akan mendorong kenaikan
harga saham perusahaan tersebut. Namun disisi lain, depresiasi rupiah
akan meningkatkan harga barang impor sehingga cost of production bagi
para perusahaan yang banyak menggunakan barang impor tersebut
meningkat, sehingga akan dapat mengakaibatkan menurunya corporate
106
http://digilib.mercubuana.ac.id/
profit dan pada akhirnya akan mengakibatkan turunnya harga saham
perusahaan tersebut. Dengan demikian perubahan nilai tukar rupiah
terhadap dollar US akan sangat dipengaruhi oleh jenis perusahaan itu
sendiri.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ardy Haryogo (2013)
menunjukan bahwa secara parsial menunjukkan bahwa nilai tukar
Rupiah terhadap US Dollar tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel IHSG. Hal ini disebabkan karena Indonesia menerapkan
kebijakan free floating exchange rate tetapi pada pelaksanaanya
mengalami keterbatasan. Pergerakan nilai tukar yang berfluktuasi di
pasar uang ditentukan oleh sistem nilai tukar mata uang masing-masing
negara. Meskipun Indonesia menganut free floating exchange rate tetapi
Bank Indonesia sebagai otoritas moneter tidak membiarkan begitu saja
nilai tukar Rupiah bergerak terlalu fluktuatif. Menurut Bank Indonesia
(BI), sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2009
yang mengatur mengenai Bank Indonesia (BI), salah satu fungsi dari BI
adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, maka BI
berhak melakukan pengelolaan uang Rupiah.
Oleh karena itu untuk menjaga stabilitas nilai tukar, BI pada
waktu-waktu tertentu melakukan sterilisasi dipasar valuta asing,
khusunya pada saat terjadi gejolak kurs yang berlebihan (bi.go.id), oleh
107
http://digilib.mercubuana.ac.id/
karena itu return dari nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar tidak
signifikan dalam mempengaruhi IHSG. Koefisensi regresi kurs sebesar 0,131. Koefiensi yang minus menunjukan bahwa pengaruh pergerakan
kurs adalah negatif. Penelitian yang dilakukan oleh Muis Murtado
(2016) juga menyimpulkan bahwa Pengaruh Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Dollar US tidah berpengaruh signikfikan terhadap IHSG.
5.7.3. Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Mata Uang Rupiah
Terhadap Yuan Terhadap Perubahan Pergerakan Indeks
Harga Saham Gabungan
Dalam hasil penelitian ini, menunjukan bahwa Perubahan Nilai
Tukar Rupiah Terhadap Yuan Terhadap Perubahan Pergerakan IHSG
tidak berpengaruh dan tidak signifikan Pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mochamad Taufiq dan
Sam’ani (2015) bahwa nilai tukar Yuan. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai tukar Yuan mempunyai hubungan yang berlawanan arah
pergerakan IHSG, apabila nilai tukar Yuan menguat/terapresiasi
terhadap nilai tukar Rupiah maka indeks IHSG akan mengalami
penurunan, bila nilai tukar Yuan melemah/terdepresiasi terhadap IHSG
akan naik/menguat.
Perubahan Nilai Tukar Yuan tidak berpengaruh signifikan
terhadap Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. Hal ini
menunjukkan bahwa investor yang berinvestasi di Indeks Harga Saham
108
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gabungan tidak memperhatikan fluktuasi nilai tukar Yuan terhadap
Rupiah sebagai salah satu faktor pengambilan keputusan investasi.
5.7.4. Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga Terhadap
Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hismendi, Abubakar
Hamzah dan Said Musnadi (2013), menunjukan bahwa bahwa suku
bunga BI menghasilkan nilai t hitung sebesar -2,085 dan mempunyai
tingkat signifikansi sebesar 0,044. Dibandingkan dengan derajat
kesalahan sebesar 5 persen, variabel ini termasuk signifikan. Nilai
signifikansi variabel BI lebih kecil dari derajat kesalahan yang artinya
bahwa H0 ditolak dan Ha dapat diterima. Dari hasil uji t disimpulkan
bahwa suku bunga BI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pergerakan IHSG. Hal ini bebrbanding terbalik dengan penelitian yang
dilakuakn oleh peneliti, dimana hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti Perubahan Tingkat Suku Bunga secara individual tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Perubahan Pergerakan
Indeks Harga Saham Gabungan. Kenaikan tingkat suku bunga SBI dapat
meningkatkan
beban
perusahaan
(emiten)
untuk
memenuhi
kewajiban/utang kepada bank sehingga menurunkan laba perusahaan
dan akhirnya harga sahampun turun. Kenaikan suku bunga SBI juga
potensial mendorong investor mengalihkan dananya ke pasar uang
(tabungan) maupun deposito.
109
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5.7.5. Pengaruh Perubahan Indeks NYSE Terhadap Perubahan
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan
Analisa terhadap Perubahan Harga Saham (NYSE) terhadap
Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan memberiakn
kesimpulan bahwa Perubahan Indeks NYSE secara individual tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Perubahan Pergerakan
Indeks Harga Saham Gabungan. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilalukan oleh Mie-Mie dan Agustina (2014),
Berdasarkan perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung
sebesar 1,950 dan t tabel sebesar 1,99834 sehingga diperoleh thitung < t
tabel (1,950 < 1,99834) dengan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05
(0,056 > 0,05). Dengan demikian dapat diartikan bahwa Ho diterima dan
Ha ditolak, yang artinya variabelnya tidak berpengaruh signifikan
terhadap IHSG. Alasan lain tidak signifikannya Indeks NYSE terhadap
IHSG dikarenakan Amerika Serikat tidak melakukan investasi dalam
bentuk saham, tetapi dalam bentuk investasi riil. Investasi yang
dilakukan Amerika Serikat di Indonesia bergerak di bidang industri dan
pembangunan pabrik. Dengan demikian menunjukkan bahwa naik
turunnya Indeks NYSE tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks
IHSG.
110
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5.7.6. Pengaruh Perubahan Indeks SSE Composite Terhadap
Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan
Hasil penelitian Perubahan Indeks SSE Composite Terhadap
Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan berpengaruh
signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Razaq
Dastanta Tarigan, suhadak dan Topowijono, dalam penelitianya
Variabel SSE mempunyai Sig. t sebesar 0,015 atau Sig. t < 5% ( 0,015 <
0,05) dan t hitung > t Tabel ( |-2,536| > 2,0167) maka secara parsial
variabel SSE berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Dilihat dari nilai
koefisiennya variabel SSE bertanda negatif 0,183, sehingga antara SSE
dengan IHSG mempunyai pengaruh yang negatif dan berlawan searah.
Jika SSE (X3) naik atau bertambah maka IHSG (Y) akan menurun, dan
sebaliknya dengan asumsi variabel lainnya konstan. Hasil penelitian ini
sesuai dengan Contagion Effect Theory yang menyatakan bahwa kondisi
perekonomian suatu negara akan berpengaruh terhadap kondisi perek
onomian negara lain. Alasan lain signifikannya Indeks SSE Composite
terhadap IHSG dikarenakan China banyak melakukan investasi dalam
bentuk saham maupun dalam bentuk investasi riil, salah satunya di
sektor infrastruktur misalnya investasi dalam pelaksanaan pembangunan
jalan tol / raya serta waduk – PLTA di Jawa Barat. Dengan demikian
menunjukkan bahwa naik turunnya Indeks SSE Composite tidak
berpengaruh signifikan terhadap Indeks IHSG.
111
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5.7.7. Variabel Perubahan Harga Saham Global (STI) Terhadap
Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan
Penelitian yang dilakukan oleh I Gusti Ayu Imbayani (2015)
menunjukan bahwa nilai positif pada koefisien variabel Strait Times
mempunyai hubungan yang searah dengan IHSG. Indeks Strait Times
berpengaruh terhadap IHSG dengan arah koefisien regresi positif,
artinya apabila indeks Strait Times meningkat, maka IHSG akan
meningkat juga. Ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulis Perubahan Indeks STI secara individual tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel terikat Perubahan Pergerakan Indeks
Harga Saham Gabungan. Dalam jangka pendek Strait Times Index)
memiliki pengaruh terhadap IHSG. Dalam jangka panjang STI tidak
memiliki pengaruh terhadap IHSG, hal ini disebabkan oleh investor
yang lebih cenderung menanamkan sahamnya pada bursa singapura
daripada di bursa Indonesia yang mana dikarenakan perekonomian
Negara Singapura lebih maju dari Indonesia dan ketahanan Negara
Singapura terhadap krisis ekonomi lebih baik di Negara Indonesia. Hal
ini mengakibatkan misalkan terjadi krisis global investor akan lebih
cepat menarik modalnya yang ada di pasar saham Indonesia sedangkan
investor yang menanamkan modalnya di pasar saham Singapura
cenderung percaya terhadap perekonomian Singapura
112
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download