BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Hasil Penelitian Untuk menguji hipotesa dalam penelitian ini dalam peniltian ini, diperlukan upaya untuk mendeskripsikan data yang akan diolah untuk tujuan tersebut. Hal tersebut ditunjukan untuk memberikan gambaran atau informasi mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap IHSG, yaitu Nilai Tukar Rupiah (Dollar Amerika dan Yuan), Tingkat Suku Bunga dan Indeks Saham Global (NYSE, SSE Composite dan STI) pada Tahun 2011– 2015, dengan mengambil data bulanan sehingga data yang diukur adalah 60. Selanjutnya dengan bantuan SPSS Vers 23.0 dilakukan uji statistik deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui keakuratan data dengan melihat nilai mean, minimum, maximum dan standar deviasi dari masing-masing nilai variabel. Statistik deskriptif untuk setiap variabel dependen dan independen yang dianalisa disajikan pada Tabel 5.1. Variabel dependenya adalah IHSG (Y), variabel independen yang digunakan dalam analisis ini sebanyak 6 (enam) variabel, yaitu Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar US (X1), Nilai Tukar Rupiah Terhadap Yuan (X2), Suku Bunga Indonesia (X3), Indeks Saham NYSE (X4), Indeks Saham SSE Composte (X5) dan Indeks Saham STI (X6). Untuk lebih jelasnya, hal tersebut dapat dilihat pada table 5.1 dibawah ini : 71 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Tabel 5.1 Statistik Deskriptif Statistics NILAI NILAI TUKAR TUKAR BI RUPIAH RATE TERHADA INDEKS HARGA INDEKS INDEKS SSE NYSE COMPOSITE RUPIAH INDEKS STI TERHADA SAHAM GABUNGAN P DOLLAR P YUAN US N Valid 60 60 60 60 60 60 60 0 0 0 0 0 0 0 6.7730 10786.4820 1724.4905 9354.3695 2593.9933 3125.1015 4456.7632 .76599 1780.69145 297.06360 1267.75064 638.89549 202.64207 539.42532 Minimum 5.75 8532.00 1316.73 6791.65 1979.21 2646.35 3409.17 Maximum 7.75 14396.10 2260.69 11062.79 4611.74 3487.39 5518.67 Missing Mean Std. Deviation Pergerakan sekitar 524 emiten yang terdaftar di BEI selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 yang disajikan dalam data bulanan, diperoleh 60 data time series bulan. Berdasarkan hasil uji deskriptif diatas bahwa Indeks Harga Saham Gabungan yang merupakan indikator pergerakan harga saham di BEI, indeks saham ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen. Dari sampel yang diperoleh dapat diketahui bahwa secara umum tingkat IHSG tahun 2011-2015 adalah sebesar tertinggi 5.518,67 disebabkan oleh pembelian-pembelian saham blue chip dan yang terendah adalah 3.409,17. Tingkat penyimpangan standar (stadart deviasi) dari rata-rata sebesar 539,42. Sebenarnya level investasi pasar saham di Indonesia selalu bertumbuh dari tahun ke tahun dan 72 http://digilib.mercubuana.ac.id/ dimulai sejak tahun 2003, IHSG mencatat level terbarunya. Hal ini mengindikasikan bahwa IHSG telah membuka diri bagi investor bagi investor yang berminat berinvestasi di pasar saham Indonesia seiiring dengan terus bertambahnya jumlah perusahaan yang IPO (Initial Public Offering) tiap tahunya. Tahun 2015 adalah tahunnya investor domestik, dari total Rp. 1,045 nilai perdagangan di tahun tersebut, investor domestik mendominasi sebanyak 57% berbanding 43% dengan investor asing. Tekanan ekonomi global membuat investor asing banyak terjebak dan mengambil dananya lebih awal dan besar dibanding tahun-tahun sebelumnya, diasamping ketidakjelasan suku bunga The Fed dan membaiknya ekonomi AS serta Yen sebagai safe haven membuat daya tarik IHSG memudar bagi asing selama 2015. Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, berdasarkan Tabel 5.1 Dollar Amerika tertinggi adalah Rp. 14.396,10 sedangkan nilai terendah Rp. 8.532,00 dengan standar deviasi sebesar Rp. 1.780,69. Adapun dolar mampu menguat hingga level di Rp 8.400 pada tahun 2011 atau tepatnya Rp 8.455 di Agustus 2011. Namun memasuki tahun 2012, dolar yang berada di level Rp 9.000-an di awal tahun harus ditutup lebih tinggi hingga Rp 9.700 di akhir 2012 kemarin. Memasuki tahun 2013. Dolar yang dibuka Rp 9.600-an di awal tahun 2013 kemarin menguat hingga Rp 10.900 sampai hari ini. Ada beberapa faktor global dan regional serta domestik sendiri yang mengganggu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Faktor pertama, global dan 73 http://digilib.mercubuana.ac.id/ regional, yaitu ditetapkan kebijakan moneter di AS yang berpengaruh kepada semua negara berkembang, emerging market termasuk ke indonesia. Kemudian dari dalam sendiri defisit yang besar di neraca pembayaran mengakibatkan terganggunya fundamental ekonomi Indonesia. Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS berada pada level Rp13.047 pada penutupan perdagangan hari Senin tanggal 9 Maret 2015. Sehingga selama tahun 2015 Rupiah mengalami depresiasi terhadap mata uang dollar AS sebesar 4,81% (ytd). Depresiasi nilai tukar Rupiah tersebut seiring dengan tren depresiasi mata uang yang dialami oleh negara-negara lain, yang lebih disebabkan oleh faktor eksternal antara lain penguatan nilai tukar dollar AS terhadap mata uang negara-negara lain sejalan dengan perbaikan perekonomian AS serta kebijakan normalisasi moneter yang diambil oleh the US Fed. Yuan yang dikenal dengan nama Renminbo (RMB) adalah mata uang Republik Rakyat Tiongkok. Dalam kurun waktu 2011-2015 besarnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Yuan tertinggi sebesar Rp. 2.260,69 dengan nilai tukar Rupiah terhadap Yuan terkecil adalah Rp. 1.316,73 dan standar deviasi Rp. 297,06. Pada Mei 2013 Yuan menguat dilevel tertinggi dalam 19 Tahun. Kenaikan ini terjadi setelah bank sentral China menaikan kurs patokan Yuan yang terbesar dalam enam bulan terakhir kerekor termahalnya. People’s Bank of China (PBOC) menetapkan nilai fixing 0,2% lebih kuat menajdi 6,2082 peer dollar. Pada Agustus 2015, mata uang China Yuan anjlok ketitik terendah sejak empat tahun lalu setelah PBOC kembali 74 http://digilib.mercubuana.ac.id/ menurunkan nilainya (devaluasi). Pemerintah China beralasan penurunan mata uang yuan sangat bermanfaat untuk mendongkrak nilai ekspor . Nilai tukar Yuan terhadap Dollar Us mencapai level terendah yakni 6,4510 yuan per dollar US, angka tersebut merupakan terendah sejak agustus 2011. Devaluasi yang dilakukan oleh PBOC dinilai memicu adanya perang kurs (Currency War) dan pendapat pemerintah China mendorong ekspor dengan cara tidak sehat. Penurunan nilai Yuan juga menyeret nilai mata uang Asia lainya, seperti Ringgit Malaysia dan Rupiah. Dalam kurun waktu 2011-2015 nilai standar deviasi Suku Bunga Bank Indonesia sebesar 0,77%. Tingkat suku bunga yang tinggi membatasi pertumbuhan kredit dan karenanya mengurangi pertumbuhan ekonomi. Sejak pertengahan tahun 2013, bank sentral Indonesia (Bank Indonesia) meningkatkan suku bunga acuannya (BI rate) dari level terendah dalam sejarah pada 5,75% kemudian secara bertahap, namun agresif, naik menjadi 7,75% di akhir 2014. Bank Indonesia mengetatkan kebijakan moneternya dalam rangka melawan inflasi yang tinggi (yang meningkat tajam setelah beberapa reformasi subsidi bahan bakar), mengurangi defisit transaksi berjalan yang lebar saat ini, dan mendukung rupiah yang telah dibebani oleh tekanan-tekanan berat karena pengetatan moneter di Amerika Serikat (karena itu, Bank Indonesia lebih memilih stabilitas finansial dibandingkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi). Capital outflows besar-besaran dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, terjadi di sebagian 75 http://digilib.mercubuana.ac.id/ besar waktu di tahun 2013 karena ancaman penurunan program pembelian obligasi senilai 85 miliar dollar Amerika Serikat (AS) setiap bulannya (quantitative easing AS). Pada tahun 2015, capital outflows dari negaranegara berkembang muncul kembali karena dunia sedang bersiap-siap untuk suku bunga AS yang lebih tinggi. New York Stock Exchange adalah indeks saham di Amerika. Dalam kurun waktu 2011-2015 Nilai indeks saham NYSE tertinggi sebesar $11.062,79 dengan indeks saham NYSE terkecil adalah $6.791,65. Dengan standar deviasi dari rata-rata indeks saham NYSE adalah sebesar $1.659,78. Pada bulan Agustus 2015 bursa saham Wall Street di New York anjlok selama lima hari berturut-turut menyusul turunya pasar saham di Eropa dan Asia karena kekhawatiran semakin melambatnya perekonimian Cina. Pada bulan desember 2012 saham NYSE mengalami resistensi pada hari kamis tanggal 20 Desember 2012 setelah diadakanya pertemuan para pemimpin politik Amerika Serikat untuk mencapai kesepakatan guna mengatasi jurang fiscal sebelum akhir tahun. Pada Jumat 12 Desember 2014 Harga saham NYSE dibuka melemah Karena harga minyak terus menurun dan melambatanya pertumbuhan ekonomi Cina. Indeks Shanghai Stock Exchange Composite adalah indeks saham di Cina dalam kurun waktu 2011-2015 nilai indeks saham SSE Composite tertinggi ¥4.611,71. Kenaikan indeks dipimpin oleh perusahaan-perusahaan yang berafiliasi dengan perusahaan nuklir dan perusahaan barang 76 http://digilib.mercubuana.ac.id/ konsumen. Penguatan terjadi seiring dengan adanya spekulasi bahwa pemerintah Tiongkok akan lebih besar mendorong ekonomi. indeks SSE Composite terendah ¥1.979,21. Dengan standar deviasi dari rata-rata indeks saham SSE Composite adalah sebesar ¥638,89. Pada bulan April 2015 Bank Sentral Tiongkok mengumumkan pengurangan rasio cadangan perbankan sehingga lebih banyak lagi dana yang dapat disalurkan ke masyarakat. Dengan rasio pemangkasan tersebut, tersedia dana sekitar 1.2 triliun yuan atau setara dengan 194 miliar dillar AS dipasar Tiongkok, selain stimulus, berita bahwa bank sentral Tiongkok akan menyuntikan milliard dollar AS ke China Development Bank dan Export-Import Bank of China untuk mendukung pembangunan Tiongkok diluar negeri juga membantu menaikan saham-saham. Saham-saham Cina mencapai titik terendah pada empat tahun belakangan dan pada selasa 25 Juni 2013 ditengah kekhawatiran kebijakan pengetatan kredit dari pemerintah. Indeks SSE pada sutau saat turun sampai 5,8% sebelum pulih kembali dan ditutup dengan penurunan 0,3%. Naiknya harga saham tersebut setelah bank sentral, Bank Rakyat China (PBOC), menegaskan bahwa mereka akan mengarahkan tingkat suku bunga pasar ketingkat yang masuk akal. Anjloknya harga saham Cina pada Juni 2013 merupakan yang terburuk sejak Januari 2009, ketika SSE turun sampai 1.900 poin. Penurunan drastic terbaru ini berarti bahawa indeks SSE turun lebih dari 20% jka dibandingkan dengan indeks tertinngi yang dicapai pada bulan Februarri 2013. 77 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Dalam kurun waktu 2011-2015 nilai saham Straits Times Index tertinggi sebesar $3.487,39 dengan Straits Times Index terkecil adalah $2.646,35. Standar deviasi dari rata-rata saham Straits Times Index adalah sebesar $202,64. Pada 15 September 2015 Indeks Straits Times Singapura turun 0,6 persen setelah liburan pada hari Jumat, ketika negeri ini mengadakan pemilu yang memenangkan Partai Rakyat pimpinan Perdana Menteri Lee Hsien Loong menjadi mayoritas di parlemen. Gambar 5.1 Grafik Trend Nilai Tukar Mata Uang, Tingkat Suku Bunga, Harga Saham Global dan Perubahan Indeks Harga Saham Gabungan tahun 2011-2015 78 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Dari gambar 5.1 berdasarkan data pergerakan IHSG antara tahun 2011 hingga 2015. Maka selama lima tahun terakhir, IHSG hanya pernah satu kali turun pada tahun 2012, dan naik empat kali. Pada tahun 2013 lalu dimana IHSG terbang dari 4,250 hingga menyentuh 5,250 antara bulan Januari – Mei, padahal kinerja Astra International dkk ketika itu mulai stagnan. Namun memasuki bulan Juni, IHSG dengan cepat terjun bebas hingga balik lagi ke posisi awal tahun, dan IHSG menutup tahun 2013 dengan tumbuh negatif alias turun 1.0%. Pada tahun 2013, pertumbuhan ekonomi mulai terasa melambat setelah booming batubara, CPO, dan properti mencapai puncaknya pada tahun 2011. Tahun 2015, Rupiah hampir hamper mecapai 15,000, dan IHSG sendiri turun 12.1%. Berkat pertumbuhan ekonomi RI yang kuat di 2010-2012, rupiah bisa kembali perkasa. Dolar AS sempat turun hingga ke Rp 8.500. Namun karena ketergantungan bahan bakar minyak (BBM) harus mengimpor dalam jumlah banyak tiap tahun. Pemerintah juga terus memberi subsidi kepada masyarakat sehingga konsumsi BBM tetap tinggi. Tingginya impor ini memicu neraca perdagangan RI jadi defisit. Akibatnya secara perlahan dolar AS terus menanjak sampai menembus kisaran Rp 12.000 lagi. Dolar AS sudah menguat sebanyak 7,7% sejak awal tahun 2015. Banyak faktor yang bisa menyebabkan pelemahan rupiah ini, mulai dari inflasi yang cukup tinggi hingga rencana The Federal Reserve menaikkan tingkat suku bunga acuan. Pada tahun 2015 nilai tukar Yuan China jatuh ke level terendah 79 http://digilib.mercubuana.ac.id/ dalam 4,5 tahun terakhir. Penurunan mingguan ini merupakan terpanjang dalam satu dekade terakhir, dan akhirnya ikut menyeret nilai tukar negara berkembang. Pelemahan Yuan terjadi karena meningkatnya kekhawatiran perlambatan ekonomi China serta rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat. Yuan melemah 0,3 persen ke level 6,4550 per USD, terendah sejak Juli 2011 silam. Renmimbi telah melemah 0,8 persen terhadap USD. Data historis bank sentral menunjukkan, BI rate sempat memasuki tren penurunan pada periode 2011 hingga 2012, sebelum kembali merangkak naik pada tahun-tahun berikutnya. Saat itu, perekonomian global sangat lesu sehingga BI memiliki ruang untuk memainkan kebijakan suku bunganya. Menjelang pertengahan 2013, kondisinya berbalik. BI memutuskan menaikkan BI rate karena rupiah terperosok cukup dalam dan inflasi mulai meningkat karena dibayangi ekspektasi rencana penaikan harga BBM. Pada November 2013, bank sentral kembali menaikkan suku bunga acuan karena muncul kekhawatiran defisit neraca transaksi berjalan akan memburuk. Akhirnya, BI rate bertengger tak bergerak di level 7,5 persen sejak Desember 2013 hingga Oktober 2015.Perlu dipahami bahwa keputusan untuk mengoreksi BI rate harus sangat mempertimbangkan kondisi ekonomi domestik dan global. Beberapa faktor yang menghambat dari sisi domestik adalah dampak kenaikan harga BBM pada November 2014 terhadap inflasi yang baru hilang pada Oktober 2015. Selama 5 tahun 80 http://digilib.mercubuana.ac.id/ yang berawkhir April 2015, NYSE Composite memiliki peringkat 16 dengan pengembalian 48%. Indeks berkinerja terburuk selama Kembalinya rata-rata untuk semua indeks pasar saham selama periode ini adalah 70%. Pengembalian rata-rata untuk indeks selama 5 tahun adalah 61%. Shanghai Composite Indeks anjlok hingga lebih dari 8% pada tahun 2015, sedangkan Shenzen Component turun hampir lima persen. Penurunan tersebut telah melenyapkan USD3,3 triliun nilai perdagangan. Kejatuhan pasar saham di China membuat kalangan ekonom khawatir. Situasi ini bisa menjadi risiko terbesar yang mengganggu ekonomi negeri tirai bambu tersebut. Kinerja buruk dialami indeks Straits Times Singapura. Tahun 2015, Straits Time Indeks merosot lebih dari 14 persen dan menjadikan kinerja indeks Straits Times menjadi yang terburuk di Asia. Pelemahan kinerja manufaktur dan konstruksi telah menyeret pasar properti sehingga membebani pertumbuhan ekonomi Singapura. 1.2. Hasil Uji Normalitas Data Uji normalitas data bertujuan bertujuan untuk menegtahui apakah data variabel bebas dan variabel terikat yang kita miliki mendekati populasi berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji Normalitas bertujuan untuk melihat apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal. 81 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Untuk hasil pengujian P Plot berdistribusi normal dimana data atau titik disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, seperti yang terlihat pada Gambar 5.1 . Dengan demikian model regresi layak digunakan, sehingga analisis dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik karena syarat regresi sudah terpenuhi. Gambar 5.2 Uji Normalitas Data 5.3 Hasil Uji Autokorelasi Autokorelasi dapat diditeksi dengan menggunakan Durbin Watson test. Berikut ini disajikan hasil perhitungan uji autokorelasi sesuai dengan Gambar 5.2. 82 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Penentuan ada tidaknya kasus autokorelasi didasari oleh kaidah dibawah ini: 0 < d < dL = Ada Autokorelasi Positif dL ≤ d ≤ dU = Tidak Ada Autokorelasi Positif 4 – dL <d < 4 = Ada Autokorelasi Negatif 4 - dU ≤ d ≤ 4 - dL = Tidak Ada Autokorelasi Negatif Tabel 5.2 Uji Autokorelasi b Model Summary Model 1 R .710 R Square a Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .504 .448 Durbin-Watson 3.21923 2.173 a. Predictors: (Constant), STI, YUAN, SBI, NYSE, DOLLAR, SSE b. Dependent Variable: IHSG Setelah variabel diuji dengan Durbin Watson test, didapatkan hasil dengan jumlah variabel bebas (K=6) dan banyaknya data (n=60). Berdasarkan hasil hitung nilai Durbin Watson adalah Dw = 2,173 dalam DW tabel untuk k = 6 dan n = 60 batas bawah yaitu dL = 1,3719 dan DW batas atas yaitu dU = 1,8082. Sedangkan besarnya 4 – dU = 2,1918 dan 4 – dL = 2,6281. Dari nilai yang didapatkan disimpulkan bahwa DW test berada diantara dU dengan 4 – dU (1,8082 < 2,173 < 2,1918) (Gambar 5.2). Dari output hasil uji autokorelasi dapat diketahui bahwa DW test berada didaerah penerimaan, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif. 83 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Gambar 5.3 Daerah Bebas Autokorelasi Autokorelasi Positif Daerah Keraguraguan Daerah Keraguraguan Autokorelasi Negatif Tidak Ada Autokorelasi 0 dL dU 1,3719 2 4-dU 4-dL 1,8082 DW = 2,173 2.1918 0 2,6281 Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian (2016) 5.4. Hasil Uji Multikolinearitas Multikolinearitas merupakan fenomena adanya korelasi yang sempurna antara satu variabel independen dengan variabel indpenden lainya. Jika terjadi multikolinearitas, akan mengakibatkan timbulnya kesalahan standar penaksiran dan probabilitas untuk menerima hipotesa yang salah semakin besar. Untuk mendekteksi gejala tersebut daapt diketahui dengan melihat nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) pada analisis regresi linier berganda. Jika nilai tolerance diatas 0,1 dan VIF dibawah 10 maka 84 http://digilib.mercubuana.ac.id/ tidak multikolineriatas. Tabel 5.2 berikut menunjukan hasil uji multikolinearitas. Tabel 5.3 Uji Multikolinearitas Coefficients a Standardize Unstandardized d Collinearity Coefficients Coefficients Statistics Toleran Model 1(Constant B Std. Error .635 .450 SBI -.319 .201 DOLLAR -.494 YUAN Beta T Sig. ce VIF 1.414 .163 -.160 -1.586 .119 .914 1.094 .284 -.225 -1.739 .088 .561 1.782 .252 .222 .139 1.132 .263 .617 1.620 NYSE .099 .167 .084 .594 .555 .469 2.131 SSE .648 .172 .582 3.760 .000 .391 2.561 STI -.058 .069 -.091 -.841 .404 .807 1.239 ) a. Dependent Variable: IHSG Dari table 5.2 dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk masing-masing variabel <10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1. Hal ini membuktikan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi gejala multikolinieritas. 5.5. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dari model regresi tidak terjadi kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara 85 http://digilib.mercubuana.ac.id/ mendeteksi ada taui tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafil plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Jika ada pola tertentu, seperti titiuk-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Gambar 5.4 Uji Heteroskedastisitas Dari gambar 5.3 diatas dapat dilihat tidak ada pola yang jelas, serta titik meneyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, dapat disimpulakan tidak terjadi heterokedastisitas. Dengan demikian model regresi ini layak untuk memprediksi Perubahan Indeks Harga Saham Gabungan berdasarkan masukan Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah dan Harga Saham Global. 86 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Berdasarkan hasil uji asumsi klasik secara keseluruhan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini telah layak digunakan karena hasil uji menunjukan bebas dari gejala autokorelasi, multikolinieritas dan heteroskedastisitas. 5.6. Hasil Uji Hipotesis 5.6.1. Hasil Uji Simultan F Tabel 5.4 Uji Simultan (Uji F) a ANOVA Model 1 Sum of Squares Df Mean Square Regression 558.401 6 93.067 Residual 549.263 53 10.363 1107.663 59 Total F 8.980 Sig. .000 a. Dependent Variable: IHSG b. Predictors: (Constant), STI, YUAN, SBI, NYSE, DOLLAR, SSE Untuk menguji kebenaran hipotesis nol (H0) digunakan uji F yaitu uji signifikan regresi secara keseluruhan (simultan). Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa hasil F hitung adalah 8,980 dengan tingkat signifikan 0,000. Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh perubahan seluruh variabel bebas yaitu Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar US (X1), Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Yuan (X2), Perubahan Tingkat Suku Bunga (X3), Perubahan Harga Saham NYSE (X4), Perubahan Harga Saham SSE Composite (X5) dan Perubahan Harga Saham STI (X6) secara simultan terhadap 87 http://digilib.mercubuana.ac.id/ b variabel terikat yaitu Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (Y). Langkah-langkah pengujianya adalah sebagi berikut : Menentukan nilai F tabel : dengan menggunakan signifikan 5% (α = 0,05) dan degree of freedom (k – 1) dan (n – k) dalam pembahasan penelitian ini adalah ( 7 – 1 = 6) dan ( 60 – 7 = 53), dihasilkan nilai f tabel sebesar 2,28. Sedangkan nilah F hitung sesuai dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic Version 23 mendapatkan hasil 8,959 dengan tingkat signifikan adalah 0,000. Dimana df adalah degree of freedom (derajat kebebasan), n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel (bebas dan terikat). Menentukan hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha) : Ho : b1 = b2 = b3 = 0 (Secara simultan variabel-variabel bebas Perubahan Nilai Tukar Mata Uang, Tingkat Suku Bunga, dan Harga Saham Global tidak berpengaruh signifikan terhadap varibel terikat Perubahan Pegerakan Indeks Harga Saham Gabungan). Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0 (Secara simultan variabel-variabel bebas Perubahan Nilai Tukar Mata Uang, Tingkat Suku Bunga, dan Harga Saham Global berpengaruh signifikan terhadap varibel terikat Perubahan Pegerakan Indeks Harga Saham Gabungan). Membuat kriteria penerimaan dan penolakan Ho : Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. 88 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Karena F hitung = 8,950 > F tabel = 2,128 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jika signifikan F < 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika signifikan F > 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Karena siginifikan F = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Membuat kesimpulan dalam hal penerimaan dan penolakan Ho : secara simultan bahwa variabel-variabel bebas Perubahan Nilai Tukar Mata Uang, Tingkat Suku Bunga, dan Harga Saham Global berpengaruh signifikan tehadap variabel terikat Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. Tabel 5.5 Adjusted R Square b Model Summary Model 1 R .710 R Square a Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .504 .448 3.21923 Durbin-Watson 2.173 a. Predictors: (Constant), STI, YUAN, SBI, NYSE, DOLLAR, SSE b. Dependent Variable: IHSG Nilai Adjusted R Square pada tabel sebesar 0,448. Hal ini menunjukan bahwa 44,8% dapat dijelaskan bahwa secara bersama-sama NIlai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Yuan, Tingkat Suku Bunga, Indeks NYSE, Indeks SSE Composite dan 89 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Indeks STI mempengaruhi pergerakan IHSG sebesar 44,8%. Sedangkan sisanya 55,2% pergerakan IHSG dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diamati dalam penelitian ini. 5.6.2. Hasil Uji Parsial (Uji t) Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Uji t digunakan untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel X dan Y, apakah variabel X1, X2, X3, X4, X5, dan X6 benarbenar berpengaruh terhadap variabel secara individual atau parsial (Imam Ghozali, 2011). Tabel 5.7 Uji Parsial (Uji t) Coefficients Model 1(Constant) a Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Statistics B Std. Error .635 .450 SBI -.319 .201 DOLLAR -.494 YUAN Beta T Sig. Tolerance VIF 1.414 .163 -.160 -1.586 .119 .914 1.094 .284 -.225 -1.739 .088 .561 1.782 .252 .222 .139 1.132 .263 .617 1.620 NYSE .099 .167 .084 .594 .555 .469 2.131 SSE .648 .172 .582 3.760 .000 .391 2.561 STI -.058 .069 -.091 -.841 .404 .807 1.239 a. Dependent Variable: IHSG 90 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Gambar 5.5 Uji Hipotesis Dua Arah Daerah Penerimaan Ha Daerah Penerimaan Ho Daerah Penerimaan Ha 0 Dalam penelitian ini Uji statistik t digunakan untuk mengetahui pengaruh Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar (X1), Nilai Tukar Rupiah Terhadap Yuan (X2), Tingkat Suku Bunga (X3), Indeks Saham NYSE (X4), Indeks SSE Comoposite (X5) dan Indeks STI (X6) secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (Y). Hipotesis yang digunakan sebagai berikut: Ho : b1 = 0, artinya variabel Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar (X1) secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (Y). 91 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Ho : b2 = 0, artinya variabel Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Yuan (X2) secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (Y). Ho : b3 = 0, artinya variabel Perubahan Tingkat Suku Bunga (BI Rate) (X3) secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (Y). Ho : b4 = 0, artinya variabel Perubahan Harga Saham NYSE (X4) secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (Y). Ho : b5 = 0, artinya Perubahan Harga Saham SSE Composite (X5) secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (Y). Ho : b6 = 0, artinya Perubahan Harga Saham STI (X6) secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (Y). Ha : b1 = 0, artinya variabel Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar US (X1) secara individual berpengaruh terhadap variabel Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (Y). Ha : b2 = 0, artinya variabel Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Yuan (X2) secara individual berpengaruh terhadap variabel Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (Y). 92 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Ha : b3 = 0, artinya variabel Perubahan Tingkat Suku Bunga (BI Rate) (X3) secara individual berpengaruh terhadap variabel Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (Y). Ha : b4 = 0, artinya variabel Perubahan Harga Saham NYSE (X4) secara individual berpengaruh terhadap variabel Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (Y). Ha : b5 = 0, artinya Perubahan Harga Saham SSE Composite (X5) secara individual berpengaruh terhadap variabel Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (Y). Ha : b6 = 0, artinya Perubahan Harga Saham STI (X6) secara individual berpengaruh terhadap variabel Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (Y). Kriteria pengujian dengan tingkat signifikansi 5% adalah jika t hitung < t tabel. Maka Ho diterima yang berarti variabel independen secara individual tidak mempengaruhi variabel dependen. Sedangkan jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak yang berarti variabel independen secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen. 1. Uji Hipotesis Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar US (X1) terhadap Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (Y) Langkah-langkah pengujianya adalah sebagai berikut : 93 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Menentukan nilai t tabel : dengan menggunakan signifikan 5% (α = 0,05) dan degree off freedom (n – k) dalam pembahasan ini adalah (60 – 7 = 53), dihasilkan nilai t tabel sebesar 2,00575. Sedangkan nilah t hitung sesuai dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic Version 23 untuk Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS adalah sebesar -1,739 dengan tingkat signifikan adalah 0,088. Dimana df adalah degree of freedom (derajat kebebasan), n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel (bebas dan terikat). Menentukan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) : a. Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS Karena t hitung = -1,739 > t tabel = -2, 0575, maka Ho diterima dan Ha ditolak Karena signifikan t = 0,092 > 0,05 maka Ho diterima Ha ditolak Membuat kesimpulan dalam hal penerimaan dan penolakan Ho : a. Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan dan tidak signifikan. 2. Uji Hipotesis Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Yuan (X2) terhadap Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (Y) Langkah-langkah pengujianya adalah sebagai berikut : 94 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Menentukan nilai t tabel : dengan menggunakan signifikan 5% (α = 0,05) dan degree off freedom (n – k) dalam pembahasan ini adalah (60 – 7 = 53), dihasilkan nilai t tabel sebesar 2,00575. Sedangkan nilah t hitung sesuai dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic Version 23 untuk Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Yuan adalah sebesar 1,132 dengan tingkat signifikan adalah 0,263. Dimana df adalah degree of freedom (derajat kebebasan), n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel (bebas dan terikat). Menentukan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) : a. Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Yuan Karena t hitung = 1,132 < t tabel = 2, 00575, maka Ho diterima dan Ha ditolak Karena signifikan t = 0,263 > 0,05 maka Ho diterima Ha ditolak Membuat kesimpulan dalam hal penerimaan dan penolakan Ho : a. Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Yuan secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan dan tidak signifikan. 3. Uji Hipotesis Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga (X3) terhadap Perubahan Pergerakan Indeks Harga Gabungan (Y) Langkah-langkah pengujianya adalah sebagai berikut : 95 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Saham Menentukan nilai t tabel : dengan menggunakan signifikan 5% (α = 0,05) dan degree off freedom (n – k) dalam pembahasan ini adalah (60 – 7 = 53), dihasilkan nilai t tabel sebesar 2,00575. Sedangkan nilah t hitung sesuai dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic Version 23 untuk Perubahan Tingkat Suku Bunga adalah sebesar -1,585 dengan tingkat signifikan adalah 0,119. Dimana df adalah degree of freedom (derajat kebebasan), n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel (bebas dan terikat). Menentukan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) : Perubahan Tingkat Suku Bunga Karena t hitung = -1,594 > t tabel = -2,00575, maka Ho diterima dan Ha ditolak Karena signifikan t = 0,117 > 0,05 maka Ho diterima Ha ditolak Membuat kesimpulan dalam hal penerimaan dan penolakan Ho : a. Perubahan Tingkat Suku Bunga secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel terikat Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan dan tidak signifikan. 4. Uji Hipotesis Pengaruh Perubahan Harga Saham NYSE (X4) terhadap Perubahan Pergerakan Indeks Harga Gabungan (Y) Langkah-langkah pengujianya adalah sebagai berikut : 96 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Saham Menentukan nilai t tabel : dengan menggunakan signifikan 5% (α = 0,05) dan degree off freedom (n – k) dalam pembahasan ini adalah (60 – 7 = 53), dihasilkan nilai t tabel sebesar 2,00575. Sedangkan nilah t hitung sesuai dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic Version 23 untuk Perubahan Indeks NYSE adalah sebesar 0,596 dengan tingkat signifikan adalah 0,554. Dimana df adalah degree of freedom (derajat kebebasan), n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel (bebas dan terikat). Menentukan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) : a. Perubahan Indeks NYSE Karena t hitung = 0,596 < t tabel = 2,00575, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Karena signifikan t = 0,554 > 0,05 maka Ho diterima Ha ditolak. Membuat kesimpulan dalam hal penerimaan dan penolakan Ho : a. Perubahan Indeks NYSE secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan dan tidak signifikan. 5. Uji Hipotesis Pengaruh Perubahan Harga Saham SSE Composite (X5) terhadap Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (Y) Langkah-langkah pengujianya adalah sebagai berikut : 97 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Menentukan nilai t tabel : dengan menggunakan signifikan 5% (α = 0,05) dan degree off freedom (n – 1) dalam pembahasan ini adalah (60 – 7 = 53), dihasilkan nilai t tabel sebesar -2,00575. Sedangkan nilah t hitung sesuai dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic Version 23 untuk Perubahan Indeks SSE Composite adalah sebesar 3,670 dengan tingkat signifikan adalah 0,00. Dimana df adalah degree of freedom (derajat kebebasan), n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel (bebas dan terikat). Menentukan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) : a. Perubahan Indeks SSE Composite Karena t hitung = 3,760 > t tabel = 2,00575, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Karena signifikan t = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak Ha diterima. Membuat kesimpulan dalam hal penerimaan dan penolakan Ho : Perubahan Indeks SSE Composite secara individual berpengaruh terhadap variabel terikat Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan dan signifikan. 6. Uji Hipotesis Pengaruh Perubahan Harga Saham STI (X6) terhadap Perubahan Pergerakan Indeks Harga Gabungan (Y) Langkah-langkah pengujianya adalah sebagai berikut : 98 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Saham Menentukan nilai t tabel : dengan menggunakan signifikan 5% (α = 0,05) dan degree off freedom (n – k) dalam pembahasan ini adalah (60 – 7 = 53), dihasilkan nilai t tabel sebesar 2,00575. Sedangkan nilah t hitung sesuai dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic Version 23 untuk Perubahan Indeks STI adalah sebesar 0,841 dengan tingkat signifikan adalah 0,404. Dimana df adalah degree of freedom (derajat kebebasan), n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel (bebas dan terikat). Menentukan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) : b. Perubahan Indeks STI Karena t hitung = -0.841 > t tabel = -2,00575, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Karena signifikan t = 0,404 > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Membuat kesimpulan dalam hal penerimaan dan penolakan Ho : b. Perubahan Indeks STI secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan dan tidak signifikan. 99 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 5.6.3. Hasil Uji Analisis Regresi Linier Beganda Tabel 5.7 Uji Analisis Regresi Linier Berganda Coefficients Model 1(Constant) a Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Statistics B Std. Error .635 .450 SBI -.319 .201 DOLLAR -.494 YUAN Beta t Sig. Tolerance VIF 1.414 .163 -.160 -1.586 .119 .914 1.094 .284 -.225 -1.739 .088 .561 1.782 .252 .222 .139 1.132 .263 .617 1.620 NYSE .099 .167 .084 .594 .555 .469 2.131 SSE .648 .172 .582 3.760 .000 .391 2.561 STI -.058 .069 -.091 -.841 .404 .807 1.239 a. Dependent Variable: IHSG Persamaan regresi yang dibentuk dari pengaruh antara variabel Perubahan Nilai Tukar Mata Uang, Tingkat Buku Bunga, Harga Saham Global terhadap Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Tahun 2011 – 2015 dengan menggunakan software IBM SPSS Statistic Version 23. Berdasarkan Tabel 5.4 hasil uji regresi linier berganda diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Y = 0,635 - 0,494X1 + 0,252X2 - 0,319X3 + 0,099X4 – 0,058X5 + 0,648X6 + e 100 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Adapun makna dari persamaan regresi secara matematis tersebut adalah sebagai berikut : 1. Nilai konstanta 0,635 artinya apabila nilai variabel independen Perubahan Nilai Tukar Mata Uang Rupiah terhadap Dollar AS (X1) dan Perubahan Rupiah terhadap Yuan (X2), Perubahan Tingkat Suku Bunga (SBI X3), Perubahan Harga Saham NYSE (X4), Perubahan Harga Saham SEE Composite (X5) dan Perubahan Harga Saham STI (X6) tidak mengalami perubahan, maka nilai Perubahan Pergerakan IHSG akan sebesar 0,761. 2. Koefisien regresi variabel Perubahan Nilai Tukar Mata Uang Rupiah terhadap Dollar AS (X1) sebesar -0,494 bermakna apabila Perubahan Nilai Tukar Mata Uang Rupiah terhadap Dollar AS (X1) penmgurangan 1 poin dengan menganggap Perubahan Nilai Tukar Rupiah terhadap Yuan (X2), Perubahan Tingkat Suku Bunga (SBI X3), Perubahan Harga Saham NYSE (X4), Perubahan Harga Saham SEE Composite (X5) dan Perubahan Harga Saham STI (X6) tetap, maka akan meningkatkan nilai Perubahan Pergerakan IHSG (Y) sebesar 0,494 poin dengan arah yang berlawanan. 3. Koefisien regresi variabel Perubahan Nilai Tukar Rupiah terhadap Yuan (X2) sebesar 0,252 bermakna apabila Perubahan Nilai Rupiah terhadap Yuan (X2) meningkat 1 poin dengan menganggap Perubahan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar US (X1), Perubahan 101 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Tingkat Suku Bunga (SBI X3), Perubahan Harga Saham NYSE (X4), Perubahan Harga Saham SEE Composite (X5) Perubahan Harga Saham dan STI (X6) tetap, maka akan menaikan nilai Perubahan Pergerakan IHSG (Y) sebesar 0,252 poin dengan arah yang berlawanan. 4. Koefisien regresi variabel Perubahan Tingkat Suku Bunga (SBI X3) sebesar -0,319 bermakna apabila Perubahan Tingkat Suku Bunga (SBI X3) meningkat 1 poin dengan menganggap Perubahan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar US (X1), Perubahan Nilai Tukar Rupiah terhadap Yuan (X2), Perubahan Harga Saham NYSE (X4), Perubahan Harga Saham SEE Composite (X5) dan Perubahan Harga Saham STI (X6) tetap, maka akan menurunkan nilai Perubahan Pergerakan IHSG (Y) sebesar 0,319 poin. 5. Koefisien regresi variabel Perubahan Harga Saham NYSE (X4) sebesar 0,099 bermakna apabila Perubahan Harga Saham NYSE (X4) meningkat 1 poin dengan menganggap Perubahan Nilai Rupiah terhadap Dollar US (X1), Nilai Tukar Rupiah Terhadap Yuan (X2), Perubahan Tingkat Suku Bunga (SBI X3), Perubahan Harga Saham SEE Composite (X5) dan Perubahan Harga Saham STI (X6) tetap, maka akan menaikan nilai Perubahan Pergerakan IHSG (Y) sebesar 0,099 poin. 102 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 6. Koefisien regresi variabel Perubahan SEE Composite (X5) sebesar 0,058 bermakna apabila Perubahan Harga Saham Global NYSE (X3a) meningkat 1 poin dengan menganggap Perubahan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar US (X1), Nilai Tukar Rupiah terhadap Yuan (X2), Tingkat Suku Bunga (SBI X3), Harga Saham Global NYSE (X4) dan Perubahan Harga Saham STI (X6) tetap, maka akan menurunkan nilai Perubahan Pergerakan IHSG (Y) sebesar 0,058 poin dengan arah yang berlawanan. 7. Koefisien regresi variabel Perubahan Harga Saham STI (X6) sebesar 0,648 bermakna apabila Perubahan Harga STI (X6) meningkat 1 poin dengan menganggap Perubahan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar US (X1), Perubahan Nilai Tukar Rupiah terhadap Yuan (X2), Tingkat Suku Bunga (SBI X3), Harga Saham Global NYSE (X4) dan Harga Saham Global SEE Composite (X5) tetap, maka akan menaikan nilai Perubahan Pergerakan IHSG (Y) sebesar 0,648 poin. 5.7. Pembahasan Hasil Penelitian Adapun pembahasan penulis terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut ; 5.7.1. Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Mata Uang, Tingkat Suku Bunga dan Indeks Saham Global Terhadap IHSG Berdasarkan hasil uji F yang dilakukan untuk menguji pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat dapat disimpulkan 103 http://digilib.mercubuana.ac.id/ bahwa secara simultan bahwa variabel-variabel bebas Perubahan Nilai Tukar Mata Uang (Dollar US dan Yuan), Perubahan Tingkat Suku Bunga (SBI), dan Perubahan Harga Saham Global (NYSE, SSE Composite dan STI) berpengaruh signifikan tehadap variabel terikat Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan pada tahun 20112015. Keadaan ini menunjukan penggabungan variabel Perubahan Nilai Tukar Mata Uang ( Rupiah terhadap Dollar US dan Euro), Perubahan Tingkat Suku Bunga (SBI), dan Perubahan Harga Saham Global (NYSE, SSE Composite, STI) relevan digunakan luntuk memprediksi Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan dimasa yang akan datang. Hal ini berarti mengindikasikan bahwa keenam rasio tersebut sama-sama bisa digunakan untuk memprediksi kenaikan dan penurunan Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. Hasil penelitian ini berarti bahwa Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan dipengaruh oleh Perubahan Nilai Tukar Mata Uang (Rupiah terhadap Dollar US dan Yuan), Perubahan Tingkat Suku Bunga (SBI), dan Perubahan Harga Saham Global (NYSE, SSE Composite dan STI). Setiap perubahan yang terjadi pada keenam variabel tersebut akan berkakibat berubahnya Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. Sehingga hal ini dapat dijadikan pertimbangan bagi para investor saham 104 http://digilib.mercubuana.ac.id/ dalam menentukan keputusan dalam pembelian saham, sehingga tidak mengalami kerugian dalam berinvestsi saham. 5.7.2. Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar Terhadap Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Dari hasil pengujian uji t disimpulkan bahwa secara parsial varibel bebas Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar US tidak berpengaruh signifikan terhadap Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. Hal ini menunjukan bahwa Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar US tidak mempengaruhi Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. Adapun tidak terdapatnya pengaruh kurs terhadap IHSG adalah terkait dengan ekspektasi investor terhadap perekonomian suatu negara bias saja disebabkan oleh nilai rata-rata rupiah masih diangggap wajar oleh para investor. Penurunan nilai tukar rupiah sebenarnya juga menguntungkan bagi para eksportir. Produkproduknya bias bersaing dan laku diluar negeri karena harganya lebih terjangkau. Dengan demikian, pelemahan rupiah mendorong perindustrian didalam negeri, menyerap tenaga kerja dan menghasilakn devisa. Dampaknya sangat luas dan baik bagi perekonomian. Disisi lain, melmahnya rupiah akan menekan dan mengurangi impor. Dengan demikian neraca perdagangan akan semakin baik. 105 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Dari bulan Agustus 2012, IHSG terus menerus mengalami koreksi dengan angka net sell asing cukup besar. Hal ini membuat capital outflow uang asing terbang ke negara asalnya. US$ dicari sehingga harganya naik, otomatis Rupiah menjadi turun. Sekarang jika IHSG naik, maka Rupiah akan menjadi stabil. Pendapatan para exporter jika dihitung dalam US$, maka pendapatan dalam rupiah akan menjadi lebih tinggi. Walaupun dicatat sebagai laba kurs, tetap saja bottom line merupakan keuntungan. Sebagai eksportir sumber daya alam, apresiasi US$ akan membuat keuantungan emiten eksportir akan semakin baik. Karena harga sahamdigerakan ekspetasi atau harapan investor, maka hal tersebut akan menghilangkan satu sama lainya. Disatu pihak, akan ada apresiasi penadapatan, walaupun ada penurunan lainya. Dari return IHSG yang cukup besar, dibanding dengan apresiasi rupiah yang dianggap country risk, maka secara valuasi dalam mata uang, walaupun tingkat diskonto naik, proyeksi pendapatn juga naik. Pelemahan nilai tukar rupiah atau depresiasi rupiah disatu sisi akan meningkatkan daya saing ekspor Indonesia, sehingga corporate profit akan meningkat dan pada akhirnya akan mendorong kenaikan harga saham perusahaan tersebut. Namun disisi lain, depresiasi rupiah akan meningkatkan harga barang impor sehingga cost of production bagi para perusahaan yang banyak menggunakan barang impor tersebut meningkat, sehingga akan dapat mengakaibatkan menurunya corporate 106 http://digilib.mercubuana.ac.id/ profit dan pada akhirnya akan mengakibatkan turunnya harga saham perusahaan tersebut. Dengan demikian perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar US akan sangat dipengaruhi oleh jenis perusahaan itu sendiri. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ardy Haryogo (2013) menunjukan bahwa secara parsial menunjukkan bahwa nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel IHSG. Hal ini disebabkan karena Indonesia menerapkan kebijakan free floating exchange rate tetapi pada pelaksanaanya mengalami keterbatasan. Pergerakan nilai tukar yang berfluktuasi di pasar uang ditentukan oleh sistem nilai tukar mata uang masing-masing negara. Meskipun Indonesia menganut free floating exchange rate tetapi Bank Indonesia sebagai otoritas moneter tidak membiarkan begitu saja nilai tukar Rupiah bergerak terlalu fluktuatif. Menurut Bank Indonesia (BI), sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2009 yang mengatur mengenai Bank Indonesia (BI), salah satu fungsi dari BI adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, maka BI berhak melakukan pengelolaan uang Rupiah. Oleh karena itu untuk menjaga stabilitas nilai tukar, BI pada waktu-waktu tertentu melakukan sterilisasi dipasar valuta asing, khusunya pada saat terjadi gejolak kurs yang berlebihan (bi.go.id), oleh 107 http://digilib.mercubuana.ac.id/ karena itu return dari nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar tidak signifikan dalam mempengaruhi IHSG. Koefisensi regresi kurs sebesar 0,131. Koefiensi yang minus menunjukan bahwa pengaruh pergerakan kurs adalah negatif. Penelitian yang dilakukan oleh Muis Murtado (2016) juga menyimpulkan bahwa Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar US tidah berpengaruh signikfikan terhadap IHSG. 5.7.3. Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Mata Uang Rupiah Terhadap Yuan Terhadap Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Dalam hasil penelitian ini, menunjukan bahwa Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Yuan Terhadap Perubahan Pergerakan IHSG tidak berpengaruh dan tidak signifikan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mochamad Taufiq dan Sam’ani (2015) bahwa nilai tukar Yuan. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tukar Yuan mempunyai hubungan yang berlawanan arah pergerakan IHSG, apabila nilai tukar Yuan menguat/terapresiasi terhadap nilai tukar Rupiah maka indeks IHSG akan mengalami penurunan, bila nilai tukar Yuan melemah/terdepresiasi terhadap IHSG akan naik/menguat. Perubahan Nilai Tukar Yuan tidak berpengaruh signifikan terhadap Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. Hal ini menunjukkan bahwa investor yang berinvestasi di Indeks Harga Saham 108 http://digilib.mercubuana.ac.id/ Gabungan tidak memperhatikan fluktuasi nilai tukar Yuan terhadap Rupiah sebagai salah satu faktor pengambilan keputusan investasi. 5.7.4. Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga Terhadap Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hismendi, Abubakar Hamzah dan Said Musnadi (2013), menunjukan bahwa bahwa suku bunga BI menghasilkan nilai t hitung sebesar -2,085 dan mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,044. Dibandingkan dengan derajat kesalahan sebesar 5 persen, variabel ini termasuk signifikan. Nilai signifikansi variabel BI lebih kecil dari derajat kesalahan yang artinya bahwa H0 ditolak dan Ha dapat diterima. Dari hasil uji t disimpulkan bahwa suku bunga BI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pergerakan IHSG. Hal ini bebrbanding terbalik dengan penelitian yang dilakuakn oleh peneliti, dimana hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti Perubahan Tingkat Suku Bunga secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. Kenaikan tingkat suku bunga SBI dapat meningkatkan beban perusahaan (emiten) untuk memenuhi kewajiban/utang kepada bank sehingga menurunkan laba perusahaan dan akhirnya harga sahampun turun. Kenaikan suku bunga SBI juga potensial mendorong investor mengalihkan dananya ke pasar uang (tabungan) maupun deposito. 109 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 5.7.5. Pengaruh Perubahan Indeks NYSE Terhadap Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Analisa terhadap Perubahan Harga Saham (NYSE) terhadap Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan memberiakn kesimpulan bahwa Perubahan Indeks NYSE secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilalukan oleh Mie-Mie dan Agustina (2014), Berdasarkan perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 1,950 dan t tabel sebesar 1,99834 sehingga diperoleh thitung < t tabel (1,950 < 1,99834) dengan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,056 > 0,05). Dengan demikian dapat diartikan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, yang artinya variabelnya tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Alasan lain tidak signifikannya Indeks NYSE terhadap IHSG dikarenakan Amerika Serikat tidak melakukan investasi dalam bentuk saham, tetapi dalam bentuk investasi riil. Investasi yang dilakukan Amerika Serikat di Indonesia bergerak di bidang industri dan pembangunan pabrik. Dengan demikian menunjukkan bahwa naik turunnya Indeks NYSE tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks IHSG. 110 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 5.7.6. Pengaruh Perubahan Indeks SSE Composite Terhadap Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Hasil penelitian Perubahan Indeks SSE Composite Terhadap Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan berpengaruh signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Razaq Dastanta Tarigan, suhadak dan Topowijono, dalam penelitianya Variabel SSE mempunyai Sig. t sebesar 0,015 atau Sig. t < 5% ( 0,015 < 0,05) dan t hitung > t Tabel ( |-2,536| > 2,0167) maka secara parsial variabel SSE berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Dilihat dari nilai koefisiennya variabel SSE bertanda negatif 0,183, sehingga antara SSE dengan IHSG mempunyai pengaruh yang negatif dan berlawan searah. Jika SSE (X3) naik atau bertambah maka IHSG (Y) akan menurun, dan sebaliknya dengan asumsi variabel lainnya konstan. Hasil penelitian ini sesuai dengan Contagion Effect Theory yang menyatakan bahwa kondisi perekonomian suatu negara akan berpengaruh terhadap kondisi perek onomian negara lain. Alasan lain signifikannya Indeks SSE Composite terhadap IHSG dikarenakan China banyak melakukan investasi dalam bentuk saham maupun dalam bentuk investasi riil, salah satunya di sektor infrastruktur misalnya investasi dalam pelaksanaan pembangunan jalan tol / raya serta waduk – PLTA di Jawa Barat. Dengan demikian menunjukkan bahwa naik turunnya Indeks SSE Composite tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks IHSG. 111 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 5.7.7. Variabel Perubahan Harga Saham Global (STI) Terhadap Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Penelitian yang dilakukan oleh I Gusti Ayu Imbayani (2015) menunjukan bahwa nilai positif pada koefisien variabel Strait Times mempunyai hubungan yang searah dengan IHSG. Indeks Strait Times berpengaruh terhadap IHSG dengan arah koefisien regresi positif, artinya apabila indeks Strait Times meningkat, maka IHSG akan meningkat juga. Ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis Perubahan Indeks STI secara individual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat Perubahan Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. Dalam jangka pendek Strait Times Index) memiliki pengaruh terhadap IHSG. Dalam jangka panjang STI tidak memiliki pengaruh terhadap IHSG, hal ini disebabkan oleh investor yang lebih cenderung menanamkan sahamnya pada bursa singapura daripada di bursa Indonesia yang mana dikarenakan perekonomian Negara Singapura lebih maju dari Indonesia dan ketahanan Negara Singapura terhadap krisis ekonomi lebih baik di Negara Indonesia. Hal ini mengakibatkan misalkan terjadi krisis global investor akan lebih cepat menarik modalnya yang ada di pasar saham Indonesia sedangkan investor yang menanamkan modalnya di pasar saham Singapura cenderung percaya terhadap perekonomian Singapura 112 http://digilib.mercubuana.ac.id/