PENGARUH PENGGUNAAN METODE PELUNCURAN BERTAHAP PADA TATA LETAK KABEL JEMBATAN BETON PRATEKAN ABSTRAK Salah satu fungsi fly over adalah untuk menghindarkan kemacetan akibat persimpangan jalan raya yang sebidang. Di kota-kota besar di Indonesia, khususnya Jakarta, telah dan akan dibangun beberapa fly over guna memecahkan masalah lalu lintas seperti di atas. Dalam membangun fly over, atau jembatan pada umumnya, terdapat beberapa masalah yang harus diperhatikan. Salah satu masalah yang sangat berpengaruh adalah metode pelaksanaan yang digunakan untuk mendirikan jembatan tersebut. Suatu metode pelaksanaan atau metode konstruksi, pada umumnya akan dipilih berdasarkan keadaan lapangan di mana jembatan akan didirikan, ketersediaan biaya dan peralatan, kecepatan konstruksi yang diinginkan, atau faktor lainnya. Secara garis besar, metode konstruksi suatu jembatan, khususnya jembatan baton pratekan, dapat dibagi menjadi empat, yaitu, metode kantilever seimbang, metode bentang per bentang, metode peletakan bertahap, dan metode peluncuran bertahap. Salah satu metode konstruksi yang cukup unik adalah metode peluncuran bertahap. Hal ini karena metode tersebut memerlukan dua jenis tendon prategang. Kedua jenis tendon tersebut dipilih berdasarkan fungsinya dalam memikul beban. Dengan adanya dua jenis tendon, maka jembatan yang dibangun dengan cara metode peluncuran bertahap atau Incremental Launching Method (ILM) mempunyai karakteristik khusus dalam hal perencanaan tata letak kabel prategang dan pelaksanaan penempatannya. Perencanaan atau desain tata letak kabel prategang, khususnya kabel yang menahan beban Iayan ( beban yang terjadi setelah jembatan selesai dibangun), dilakukan berdasarkan analisis struktur balok statis tak tentu. Hal ini karena cara ILM kebanyakan diterapkan pada pembangunan jembatan yang mempunyai lebih dari satu bentang (baca: jembatan menerus). Karena pembangunannya dilaksanakan secara persegmen, maka penempatan kabelnyapun mempunyai cara tersendiri. Untuk kabel yang menahan beban mati, fabrikasi dilakukan tiap dua segmen sekali secara bergantian, sementara untuk kabel yang menahan beban layan (beban hidup), fabrikasi dilakukan setelah keseluruhan bentang selesai diluncurkan