Universitas Islam Indonesia Kreativitas Guru dan Pengelolaan Kelas Penting dalam Manajemen TPA Saturday, 18 April 2015 Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) merupakan salah satu pendidikan informal di lingkungan masyarakat yang dinilai sangat membantu anak-anak muslim dalam mempelajari cara membaca Al-Qur’an. Diselenggarakan pada setiap sore hari di lingkungan masjid yang berada di kampung dan desa, TPA tidak hanya menjadi wadah pendidikan yang efektif bagi anak-anak muslim namun juga menjadi media syiar Islam yang menyentuh jiwa anak sejak kecil. Oleh karena itu, keberadaan TPA hendaknya mendapat dorongan agar terus berkembang dan memberi manfaat. Salah satu unsur penting dalam penyelenggaraan TPA tak terkecuali adalah guru atau ustadz. Sejalan dengan pengembangan TPA, peningkatan kompetensi guru TPA juga dipandang perlu. Sebab guru TPA dituntut memiliki kreativitas dan kepandaian dalam mengelola kelas sehingga anak-anak tetap tertarik untuk mendatangi TPA. Hal ini seperti disampaikan oleh Joko Prayitno, S.Psi, trainer dan praktisi pendidikan TPA, ketika memberikan materi pada sesi pelatihan Manajemen TPA di kampus terpadu UII pada Sabtu (18/4). Pelatihan tersebut merupakan kegiatan yang diadakan oleh DPPAI UII guna menjaring dan meningkatkan potensi TPA-TPA yang bekerjasama dengan UII. Pelatihan dihadiri oleh para pengelola, ustadz, dan ustadzah TPA dari berbagai masjid yang ada di wilayah Sleman dan DIY. Disampaikan oleh Joko Prayitno bahwa dalam pengajaran sehari-hari di TPA, guru hendaknya harus memahami bahwa mengajar anak-anak adalah seni. “Setiap anak didik di TPA tidak bisa disamakan kemampuan satu dengan lainnya karena mereka memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Ada anak yang cepat menyerap pelajaran, namun ada pula yang kesulitan. Di sinilah peran guru untuk membaca potensi dan mendorong anak belajar―, terang pria yang sudah cukup lama bergelut dengan dunia TPA ini. Ia mencontohkan, dalam pengalamannya mengajar ia sering menghadapi anak yang tidak paham-paham ketika diterangkan tentang huruf-huruf hijaiyah dalam Iqro’. “Untuk anak seperti ini, guru harus kreatif, gunakan alat peraga sederhana. Dan yang terpenting jangan salahkan anak ketika ia keliru menyebut huruf, hargailah mereka dengan dibetulkan dan diberi pemahaman―, terangnya. Ia juga menyindir guru yang sering menuliskan nilai “ulangi― dalam kartu prestasi TPA anak karena hal ini justru membuat anak menjadi tidak semangat belajar. Terkait pengelolaan kelas, ia berbagi tips bahwa guru dapat mengontrol keramaian anak-anak dengan cara menarik perhatian mereka untuk mendengarkan cerita-cerita yang disampaikan dengan gambar dan ilustrasi. “Coba ajaklah anak larut dalam imajinasi mereka dengan cerita-cerita yang menarik itu sehingga guru tidak perlu lagi berteriak-teriak menyuruh anak untuk diam dan tenang ketika mengikuti TPA. Ini akan lebih elegan―, imbuhnya. http://arsip.uii.ac.id Powered by Joomla! Generated: 30 October, 2017, 10:52