perbedaan skala nyeri persalinan pada ibu inpartu kala i fase aktif

advertisement
PERBEDAAN SKALA NYERI PERSALINAN PADA IBU INPARTU
KALA I FASE AKTIF SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN
TERAPI MUSIK MOZART TAHUN 2017
Wewen, Rahardjo Apriyatmoko, Kartika Sari
Program Studi DIV Kebidanan
Universitas Ngudi Waluyo
[email protected]
ABSTRAK
Latar Belakang :Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan
turunnya janin ke jalan lahir. Nyeri pada persalinan kala I merupakan proses
fisiologis yang disebabkan oleh proses dilatasi servik, hipoksia otot uterus saat
kontraksi, iskemia korpus uteri dan peregangan segmen bawah rahim dan
kompresi saraf di servik. Distraksi merupakan pengalihan perhatian pasien ke hal
yang lain.Satu diantara teknik distraksi adalah dengan terapi musik. musik yang
paling disarankan yaitu terapi musik Mozart. Hal ini dikarenakan musik Mozart
memiliki tempo dan harmonisasi nada yang seimbang, tidak seperti musik yang
berjenis rock, dangdut atau musik-musik lainnya. Tujuan Penenlitian ini adalah
untuk mengetahui Perbedaan Skala Nyeri Pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif
Sebelum dan Sesudah dilakukan Terapi Musik Mozart.
Metode :Jenis penelitian yang digunakan adalah pra eksperimen design dengan
menggunakan one group pre test-post test design. Populasi dalam penelitian
adalah seluruh ibu bersalin yang ada di bidan wilayah ungaran dan ambarawa
pada tahun 2017. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 10 ibu bersalin dengan
teknik accidental sampling. Analisis menggunakan uji Paired sample T Test
Hasil :Didapatkan dari 10 responden, didapat nilai rata-rata skala nyeri sebelum
sebesar 6,50 nilai minimum sebesar 5, nilai maksimum sebesar 8 dan standar
deviasi sebesar 0,8 dan sesudah sebesar 5,60, nilai minimum sebesar 4, nilai
maksimum sebesar 8 dan standar deviasi sebesar 1,265, hasil analisis dapat
diketahui bahwa p value=0,019.
Kesimpulan :Ada perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah perlakuan, dilihat
dari p value (0.019) < α (0.05).
Kata Kunci : Musik Mozart, Inpartu kala I fase aktif,Persalinan
ABSTRACT
Background: Labor is the process of opening and depleting the cervix and the
descent of the fetus to the birth canal. Pain in the first stage of labor is a
physiological process caused by cervical dilatation, uterine muscle hypoxia during
contraction, uterine corpus ischemia and stretching of the lower uterine segment
and nerve compression in the cervix. Distraction is a diversion of the patient's
attention to something else. One of the distraction techniques is with music
therapy. The most recommended music is Mozart's music therapy. This is because
Mozart music has a balanced and harmonization, unlike rock, dangdut or other
music. The purpose of this study is to know the differences in pain relief scale on
labor mother of 1st active phase before and after mozart music therapy year 2017.
Method:Type of this research used pre experiment design with one group pre
test-post test design. The population in the study were all mothers in 2017. The
sample in this research were 10 labor mothers with accidental sampling
technique. The analysis used Paired sampel T-Test.
Results: Obtain from 10 respondents, the average score of pain scale before is
6.50 the minimum value is 5, the maximum value is 8 and the standard deviation
before is 0.8 and after 5.60, the minimum value is 4, the maximum value is 8 and
the standard Deviation is 1,265, the result of analysis can be known that p value =
0,019.
Conclusion:There is a change of pain response before and after treatment, it can
be seen from p value (0.019) <α (0.05).
Keywords:Mozart Music, 1St Active Phase, Labor
2
PENDAHULUAN
Persalinan
adalah
proses
membuka dan menipisnya serviks dan
turunnya janin ke jalan lahir (Indiarti,
2007). Nyeri pada persalinan kala I
merupakan proses fisiologis yang
disebabkan oleh proses dilatasi
servik, hipoksia otot uterus saat
kontraksi, iskemia korpus uteri dan
peregangan segmen bawah rahim dan
kompresi saraf di servik (Bandiyah,
2009).
Menurut
Evoski
dalam
Hamilton (2006) kurang lebih 90%
persalinan disertai rasa nyer idan 714% tidak disertai. Pada kala I terjadi
kontraksi yang dapat menekan ujung
syaraf
sehingga
menimbulkan
rangsangan nyeri dan berdampak
timbulnya ketakutan dan rasa takut,
pada kala I fase aktif akan terjadi
peningkatan rasa nyeri, hal itu
dikarenakan amplitudo makin kuat
sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4
kali/10 menit, lama 60-90 detik.
Serviks terbuka sampai lengkap (+10
cm).
Nyeri persalinan merupakan
suatu kondisi yang fisiologis.
Keadaan
tersebut
merupakan
perasaan yang tidak menyenangkan
yang terjadi selama proses persalinan.
Nyeri persalinan mulai timbul pada
persalinan kala I fase laten dan fase
aktif. Makin lama nyeri yang
dirasakan akan bertambah kuat,
puncak nyeri terjadi pada fase aktif,
dimana pembukaan lengkap sampai10
cm. Intensitas nyeri selama persalinan
akan
mempengaruhi
kondisi
psikologis ibu, proses persalinan dan
kesejahteraan janin (Potter & Perry,
2005).
Beberapa
penelitian
menunjukkan bahwa pada masyarakat
primitif, persalinannya lebih lama dan
nyeri, sedangkan masyarakat yang
telah maju 7-14% bersalin tanpa rasa
nyeri dan sebagian besar (90%)
persalinan disertai rasa nyeri. Nyeri
adalah masalah yang alamiah dalam
menghadapi persalinan. Apabila tidak
diatasi maka menimbulkan masalah
lain yaitu meningkatkan rasa khawatir
(Wikyosastro, 2005).
Nyeri persalinan juga dapat
mempengaruhi lamanya persalinan
dikarenakan kontraksi uterus melalui
sekresi kadar katekolamin dan
menaikkan kortisol. Nyeri juga dapat
menyebabkan aktivitas uterus yang
tidak terkoordinasi yang akan
mengakibatkan persalinan lama.
Adapun nyeri persalinan yang berat
dan lama dapat mempengaruhi
sirkulasi maupun metabolisme yang
harus segera diatasi karena dapat
menyebabkan kematian. Rasa nyeri
pada
persalinan
adalah
nyeri
kontraksi uterus. Akibat kontrasi
uterus
saat
bersalin
dapat
meningkatkan aktifitas sistem saraf
simpatis, perubahan tekanan darah
dan denyut jantung. Kondisi ini jika
tidak diatasi, akan mengakibatkan
perasaan tidak enak, takut akan
persalinan yang dihadapi, khawatir
keadaan bayinya, stress akan keadaan
rumah bersalin atau tenaga medisnya
(Sumarah, dkk, 2008).
Perubahan psikologis seperti
cemas wajar terjadi pada setiap ibu
bersalin, namun ia memerlukan
bimbingan
dari
keluarga
dan
penolong persalinan agar ia dapat
menerima keadaan yang terjadi
selama
persalinan
dan
dapat
memahaminya sehingga ia dapat
beradaptasi terhadap perubahan yang
terjadi pada dirinya. Perubahan
psikologis selama persalinan perlu
diketahui oleh penolong persalinan
1
dalam
melaksanakan
tugasnya
sebagai pendamping atau penolong
persalinan. Persalinan dapat berjalan
dengan lancar apabila ibu tenang dan
rileks (Sumarah, dkk, 2008).
Dalam persalinan kala I fase
aktif, kontraksi sangat berpengaruh
terhadap
majunya
pembukaan.
Kontraksi dan retraksi otot-otot uterus
menyebabkan berkurangnya ukuran
kavum uteri dengan pemendekan
serta penebalan segmen atas rahim
dan pemanjangan serta penipisan
segmen bawah rahim. Dengan
demikian, servik secara berangsurangsur
berdilatasi
(effacement).
Dilatasi terjadi secara bersamaan
dengan penarikan segmen bawah
rahim ke atas dan penekanan tonjolan
selaput ketuban atau kepala janin
yang berkontraksi selama persalinan
membutuhkan oksigen yang cukup.
Kontraksi akan lebih baik jika ibu
melakukan
relaksasi
selama
persalinan kala I (Yulianti, 2004)
Respon nyeri pada setiap
individu adalah unik dan relatif
berbeda. Hal ini dipengaruhi antara
lain oleh pengalaman, persepsi,
maupun sosial kultural individu.
Setiap ibu hamil memiliki persepsi
dan dugaan yang unik tentang proses
persalinan, baik itu tentang nyeri dan
bagaimana kemampuannya mengatasi
nyeri. Persalinan sebagai proses yang
fisiologis yang dihubungkan dengan
penderitaan akibat rasa nyeri yang
ditimbulkan. Nyeri pada persalinan
bukanlah hal baru, dan menjadi salah
satu penyebab timbulnya perasaan
cemas dan ketakutan pada ibu
bersalin (Hani, 2010).
Penanggulangan nyeri pada
persalinan sangat penting karena akan
dapat memperbaiki keadaan fisiologis
dan psikologi ibu dan bayi baru lahir
serta mengurangi kematian ibu dan
janin.
Sehingga
pemerintah
diIndonesia memperhatikan cara
untuk mengurangi kematian ibu dan
janin dengan adanya pelatihan
Asuhan Persalinan Normal (APN)
dengan menerapkan asuhan sayang
ibu. Sehingga bidan dituntut harus
melakukan pertolongan persalinan
tanpa rasa nyeri, dengan mendalami
dan menerapkan metode asuhan
kebidanan pada ibu bersalin dengan
menggunakan
metode-metode
pengurangan rasa nyeri. Saat ini
proses
persalinan
dengan
menggunakan
metode-metode
pengurangan rasa nyeri sedang
berkembang dimasyarakat, karena ibu
bersalin meyakini bahwa persalinan
itu nyeri, dan menganggap lebih
penting mengatasi rasa nyeri pada
proses
persalinan
dibandingkan
dengan tempat persalinan atau siapa
yang mendampingi (Aprillia, 2014).
Distraksi
merupakan
pengalihan perhatian pasien ke hal
yang
lain
dengan
demikian
menurunkan kewaspadaan terhadap
nyeri yang dirasakannya. Satu
diantara teknik distraksi adalah
dengan terapi musik. Mendengarkan
musik dapat memberikan hasil yang
sangat
efektif
dalam
upaya
mengurangi nyeri pasien pasca
operasi (Potter & Perry, 2006). Terapi
musik Mozart mempunyai kekuatan
yang membebaskan, mengobati, dan
bahkan memiliki kekuatan yang dapat
menyembuhkan (Utama, 2011).
Musik klasik mempunyai
fungsi menenangkan pikiran dan
katarsis
emosi,
serta
dapat
mengoptimalkan
tempo,
ritme,
melodi dan harmoni yang teratur dan
dapat menghasilkan gelombang alfa
serta gelombang beta dalam gendang
2
telinga
sehingga
memberikan
ketenangan yang membuat otak siap
menerima masukan baru, efek rileks
dan menidurkan. Musik klasik
berfungsi mengatur hormon- hormon
yang berhubungan dengan stress
antara lain ACTH , Prolaktin dan
hormon pertumbuhan serta dapat
menaikan kadar endorphin sehingga
dapat mengurangi nyeri (Solehati,
2015).
Penelitian yang dilakukan
Harefa (2010), terkait terapi musik
terhadap intensitas nyeri dan hasil
penelitian menunjukan bahwa musik
yang paling disarankan untuk terapi
yaitu terapi musik Mozart. Hal ini
dikarenakan musik Mozart memiliki
tempo dan harmonisasi nada yang
seimbang, tidak seperti musik yang
berjenis rock, dangdut atau musikmusik lainnya.
Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Perbedaan Skala Nyeri
Persalinan Pada Ibu Inpartu Kala I
Fase Aktif Sebelum dan Sesudah
Dilakukan Terapi Musik Mozart
Tahun 2017”.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini terdiri dari
tujuan umum dan tujuan khusus :
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi
Perbedaan
Skala Nyeri Pada Ibu Inpartu
Kala I Fase Aktif Sebelum dan
Sesudah Dilakukan Terapi Musik
Mozart Tahun 2017”.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Skala nyeri
persalinan pada ibu inpartu
kala I fase aktif sebelum
dilakukan Terapi musik
mozart.
b.
c.
Mengetahui Skala nyeri
persalinan pada ibu inpartu
kala I fase aktif sesudah
dilakukan Terapi musik
mozart.
Mengetahui perbedaan skala
nyeri persalinan pada ibu
inpartu kala I fase aktif
sebelum
dan
sesudah
dilakukan Terapi musik
mozart.
METODE PENELITIAN
Desain
penelitian
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
pra eksperimen design dengan
menggunakan one group pre test-post
test design, yaitu penelitian sesaat
dengan pemberian pre test dahulu
sebelum diberikan terapi musik
mozart kemudian setelah diberikan
terapi musik mozart dilakukan post
test. Dimana data yang menyangkut
variabel bebas (Terapi Musik Mozart)
dan vaiabel terikat (Skala nyeri
persalinan pada ibu inpartu). Populasi
dalam penelitian ini adalah adalah
semua ibu bersalin.
Pengambilan
sampel
ini
menggunakan Accidental sampling
yaitu dengan cara mengambil kasus
atau responden yang kebetulan ada
atau tersedia (Notoadmojo, 2012).
Sampel dalam penelitian ini sebanyak
10 responden. Analisis dibagi dalam
dua bentuk yaitu analisis univariat
untuk melihat distribusi frekuensi dari
masing- masing variabel, analisis
bivariat Untuk melihat adanya
perbedaan antara dua variabel
tersebut digunakan uji Paired Sample
T-Test.
3
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
Analisis Univariat
1. Hasil Pengamatan Terhadap Objek
Penelitian.
a. Distribusi
Frekuesni
Berdasarkan
Umur
Responden.
Berikut ini disajikan
Tabel 4.1 mengenai distribusi
responden Berdasarkan Umur
Responden.
Tabel 4.1
Distribusi
Frekuensi Berdasarkan Umur
Responden
Umur
Frekuensi Presentase
20-35 tahun
8
80%
36-40 tahun
2
20%
Total
10
100%
Berdasarkan Tabel 4.1 di
atas dapat dijelaskan bahwa dari
10 responden didapatkan dengan
umur 20-35 Tahun sebanyak 8
orang (80%) sedangkan dengan
umur 36-40 Tahun sebanyak 2
orang (20%).
b. Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan
Paritas
Responden
Berikut ini disajikan
Tabel 4.2 mengenai distribusi
responden Berdasarkan Paritas
Responden
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Paritas Responden
Paritas
Frekuensi Presentase
Primpara
4
40%
Multipara
6
60%
Total
10
100%
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas
dapat dijelaskan bahwa dari 10
Responden
didapatkan
dengan
kehamilan primipara 4 orang (40%)
sedangkan
dengan
kehamilan
Multipara sebanyak 6 orang (60%).
c. Nyeri Persalinanan Pada Ibu
Inpartu Kala I Fase Aktif
Sebelum
Dilakukan
Terapi
Musik Mozart.
Berikut ini disajikan Tabel 4.3
mengenai distribusi responden
menurut nyeri persalinan pada
ibu inpartu kala I fase aktif
sebelum dilakukan terapi musik
Mozart.
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Tingkat
Nyeri persalinan pada ibu
inpartu kala I fase aktif
sebelum dilakukan terapi
musik mozart
Me Med Nilai Nilai
Variabel
an
ian Min Max
Skala
6,5 6,50
5
8
Nyeri
Berdasarkan Tabel 4.3 di
atas dapat dijelaskan bahwa dari
10 responden, didapat nilai ratarata tingkat nyeri sebesar 6,5,
nilai minimum sebesar 5, nilai
maksimum sebesar 8 dan standar
deviasi sebesar 0,8.
d. Nyeri Persalinanan Pada Ibu
Inpartu Kala I Fase Aktif
Setelah Dilakukan Terapi
Musik Mozart.
Berikut ini disajikan
Tabel 4.4 mengenai distribusi
responden menurut nyeri
persalinan pada ibu inpartu
kala I fase aktif setelah
dilakukan
terapi
musik
Mozart.
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Tingkat
Nyeri persalinan pada ibu
inpartu kala I fase aktif
setelah dilakukan terapi
musik mozart
4
Standar
Deviasi
0,8
Variabel
Me
an
Medi
an
Nilai
Min
Nilai
Max
Standar
Deviasi
Skala
nyeri
5,60
5,50
4
8
1,265
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas
dapat dijelaskan bahwa dari 10
responden, didapat nilai rata-rata
skala nyeri sebesar 5,60, nilai
minimum sebesar 4, nilai maksimum
sebesar 8 dan standar deviasi sebesar
1,265.
Analisis Bivariat
1. Pengaruh Terapi musik mozart
Terhadap Skala Nyeri Persalinan
Pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif.
Sebelum
dilakukan
pengujian hipotesis terlebih dahulu
dilakukan
uji
normalitas
menggunakan uji Shapiro Wilk,
hasil perhitungan menggunakan
SPSS didapat pre sebesar 0,258
dan post sebesar 0,445, karena
nilai post lebih dari nilai α=0,05
maka dapat dikatakan bahwa data
dikatakan berdistribusi normal,
oleh
karena
itu
pengujian
dilanjutkan dengan uji Paired
Samples Test.
Tabel 4.5 Deskriptif
Statistik
Pengaruh Terapi Musik
Mozart Terhadap Skala
Nyeri Persalinan Pada
Ibu Inpartu Kala I Fase
Aktif.
Statistik
Pre Post p-value
Deskriptif
Mean
6,50 5,60
Median
6,50 5,50
Standard deviasi
0,85 1,26 0,019
Minimum
5,00 4,00
Maksimum
8,00 8,00
Berdasarkan hasil pada
Tabel 4.5 dapat diketahui terjadi
perubahan tingkat respon nyeri
sebelum dan sesudah perlakuan.
Terjadi penurunan skala nyeri yang
semula bernilai rata-rata 6,5
menjadi 5,60. Dari hasil analisis
dapat diketahui bahwa p value =
0,019 (α=0,05) yang artinya bahwa
p value < 0,05, sehingga hipotesis
dalam penelitian ini diterima
dimana secara statistik dapat
dikatakan terapi musik Mozart
dapat menurunkan Skala Nyeri
Persalinan Pada Ibu Inpartu Kala I
Fase Aktif.
Hasil ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh
Bernatzky tahun 2011 yang
menyatakan bahwa kontransi nyeri
terganggu karena adanya alunan
musik yang menenangkan dan
membuat ibu bersalin menjadi
nyaman sehingga tidak terfokus
pada
nyeri
yang
sedang
dirasakannya saat itu. Terapi
musik sebagai pengobatan non
farmakologis modern terbukti
efektif sebagai penangan nyeri.
Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Oktavia, dkk (2013)
Perbandingan Efek Musik Klasik
Mozart dan Musik Tradisional
Gamelan
Jawa
terhadap
Pengurangan Nyeri Persalinan
Kala I Fase Aktif pada Nuliparadi
RSIA Arvita Bunda Kabupaten
Sleman Yogyakarta. Menunjukkan
bahwa sebanyak 30 nulipara yang
berada dalam kala I fase aktif
persalinan bahwa Hasil yang
didapatkan antara lain, pada
kelompok Mozart terdapat nilai
median 7,5 (7–10) menjadi 6 (5–
9), pada kelompok gamelan jawa
median 7 (5–9) menjadi 7,5 (5–
10), sementara pada kontrol
median 7 (4–9) menjadi 9,5 (6–
10). Terdapat perbedaan nyeri
antara kelompok Mozart dan
kontrol
(p=0,001),
terdapat
5
perbedaan nyeri antara kelompok
gamelan
jawa
dan
kontrol
(p=0,022),
dan
perbandingan
antara musik klasik Mozart dan
musik tradisional gamelan jawa
(p=0,124).
Berdasarkan
penelitian
Trappe, Hans-Joachim tahun 2012
Music and medicine: The effects of
music on the human being dengan
Efek musik pada kardiovaskular
Patofisiologi pada Wanita hamil
dan hasil penelitian menunjukan
bahwa Wanita hamil yang
Menerima terapi musik selama 30
menit pada 3 kali berturut-turut
setiap Hari. Perlakuan biasanya
diberikan pada wanita saat
beristirahat 30 menit dengan 3 kali
berturut-turut setiap Hari. Dengan
menilai variabel kecemasan (StateTrait Anxiety Inventory), dan
fisiologis Respon seperti tanda
vital dan jantung janin. Hasil
penelitian menunjukan bahwa
setelah diberikan terapi musik
Tingkat kecemasan menurun dan
fisiologis Tanggapan meningkat
secara signifikan pada Wanita
dengan
terapi
musik
saat
beristirahat. Dalam studi lain oleh
Kim et al disarankan untuk
bermain atau mendengarkan musik
pada wanita selama Kehamilan,
kelahiran dan menyusui, dari hasil
peneltian didapatkan bahwa Ada
peningkatan
yang
signifikan
Fungsi
kognitif
Saat
mendengarkan musik Mozart
dengan skor 57,56 dibandingkan
dengan relaksasi (skor 54,61) Atau
diam (skor 54.00) dihasilkan (p
<0,002).
Pada
dasarnya
kondisi
relaksasi dan keheningan Tidak
berbeda (p = 0,43). Musik Juga
bisa membantu dalam kasus
depresi Dan lebih khusus lagi
depresi pascamelahirkan. Mozart
memiliki efek menguntungkan
dalam
pertumbuhan
Bayi
prematur.
Pada
penelitian
Pasic,Marija Bosnjak et all (2016)
Arts, Brain And Cognition in
Department
of
Neurology,
University
Hospital
Centre
Zagreb, Croatia
Penelitian
menunjukkan adanya perubahan
Di neurotransmiter dan kadar
serum hormon. Hubungan yang
paling menonjol antara musik dan
Peningkatan
kinerja
atau
perubahan
aktivitas
neuropsikologis ditunjukkan oleh
penelitian yang melibatkan musik
Mozart Teori "The Mozart Effect".
Hasil dari berbagai penelitian
menunjukkan
bahwa
mendengarkan
musik
dapat
meningkatkan
kognisi,
Keterampilan
motorik
dan
pemulihan setelah cedera otak.
Selain itu penelitian A. Rapp,
Michael et all tahun 2015
Differential effects of wakeful rest,
music and video game playing on
working memory performance in
the
n-back
task penelitian
menunjukan bahwa memainkan
permainan video "Angry Birds"
Selama istirahat belajar sementara
menyebabkan penurunan proses
kinerja
penyelesaian
tugas,
dibandingkan dengan beristirahat
dan mendengarkan musik, meski
secara
keseluruhan
Kinerja
penyelesaian
tugasnya
tidak
terganggu. Efek ini dikaitkan
dengan fokus yang tinggi dalam
berpikiran
sehari-hari
dan
kemampuan membuat diri untuk
berkonsentrasi.
Penelitian ini
6
menunjukkan
bahwa
video
Permainan
dapat
berdampak
negatif terhadap kinerja memori
kerja dari waktu ke waktu saat
bersamaan Antara tugas belajar.
Penelitian Lian Lai, Chiou et
all Tahun 2015 Adjunct effect of
music therapy on cognition in
Alzheimer’s disease in Taiwan: a
pilot study bahwa pada Kasus AD
ringan (tingkat demensia klinis =
0,5 ~ 1) secara berurutan dan
dipisahkan menjadi kelompok MT
atau kelompok kontrol (CG) yang
dilakukan selama 6 bulan.
Intervensi
MT
adalah
mendengarkan
musik
Sonata
Mozart (KV 448) dan Canon
Pachelbel,
mendengarkan
headphone selama 30 menit setiap
hari di pagi hari dan sebelum tidur.
Dihasilkan Empat puluh satu kasus
(MT versus CG = 20 versus 21)
dianalisis. teradapat Perbedaan
yang disesuaikan dengan perkiraan
pemeriksaan setelah 6 bulan di
kelompok MT sedikit menurun
dibandingkan
CG
tanpa
signifikansi
statistik.
Dalam
analisis lebih lanjut tentang
domain kognitif CASI, perbedaan
yang disesuaikan dari domain
abstraksi pada kelompok MT
secara signifikan lebih baik
daripada
CG.
jadi
dapat
disimpulkan tidak ada manfaat
tambahan dari Musik Terapi ini
secara umum dan fungsi seharihari pada pasien AD ringan, ini
menegaskan
efek
kognisi
tambahan pada abstraksi. MT ini
berkontribusi terhadap pengobatan
tambahan AD.
Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Suhrabi, Zeinab, et
all, 2010. Comparison between
massage and music therapies to
relieve the severity of labor pain in
Iran Secara keseluruhan, 101
primigravidae yang dirawat di
rumah sakit karena persalinan per
vaginam
Direkrut
dan
dikelompokkan
secara
acak
menjadi dua kelompok pijat (n =
51) atau musik (n = 50) Terapi
Nyeri diukur dengan menggunakan
skala analog visual dan kedua
kelompok tersebut dibandingkan
Dalam hal keparahan nyeri
sebelum dan sesudah intervensi.
Hasil penelitian Ibu di pijatan
Kelompok terapi pijat memiliki
tingkat nyeri yang lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok
terapi musik (P = 0,009).
Perbedaan yang signifikan diamati
antara kedua kelompok dalam hal
tingkat keparahan nyeri Setelah
intervensi (p = 0,01). Menekankan,
atau paling parah, sakit persalinan
segera hilang Terapi pijat (p =
0,001). Kesimpulan: Terapi pijat
adalah metode yang efektif untuk
mengurangi Dan mengurangi nyeri
persalinan dibandingkan dengan
terapi
musik
dan
dapat
direkomendasikan secara klinis
sebagai
Alternatif,
metode
penghilang rasa sakit yang aman
dan
terjangkau
dimana
menggunakan farmakologis atau
Metode nonfarmakologis bersifat
operasional.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil
penelitian
tentang
perbedaan skala nyeri persalinan pada
ibu inpartu kala I fase aktif sebelum
dan sesudah dilakukan terapi musik
mozart tahun 2017 dapat disimpulkan
sebagai berikut:
7
1.
2.
3.
Skala Nyeri Persalinanan Pada
Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif
Sebelum
Dilakukan
Terapi
Musik Mozart bahwa dari 10
responden, didapat nilai rata-rata
tingkat nyeri sebesar 6.5, nilai
minimum sebesar 5, nilai
maksimum sebesar 8 dan standar
deviasi sebesar 0,8.
Skala Nyeri Persalinanan Pada
Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif
Sesudah Dilakukan Terapi Musik
Mozart bahwa dari 10 responden,
didapat nilai rata-rata skala nyeri
sebesar 5,60, nilai minimum
sebesar 4, nilai maksimum
sebesar 8 dan standar deviasi
sebesar 1,265.
hasil analisis dapat diketahui
bahwa p value = 0,019 (α=0,05)
yang artinya bahwa p value <
0,05, sehingga hipotesis dalam
penelitian ini diterima dimana
secara statistik dapat dikatakan
terapi musik Mozart dapat
menurunkan
Skala
Nyeri
Persalinan Pada Ibu Inpartu Kala
I Fase Aktif .
DAFTAR PUSTAKA
Rapp,
Michael et all, 2015.
Differential effects of wakeful
rest, music and video game
playing on working memory
performance in the n-back
task.
Cunaeni, Siti, 2016. Efektivitas
Terapi Murotal Terhadap
Penurunan Nyeri Ibu Bersalin
Kala I Fase Aktif di
Puskesmas Mungkid Kab.
Magelang.
Poltekkes
Kemenkes Semarang.
Djohan, 2009. Psikologi Musik.
Yogyakarta : Best Publisher.
Firdaus,
Muhammad,
2014.
Efektivitas
Terapi
Musik
Mozart Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Pada Pasien
Post
Operasi
Fraktur
Ekstremitas Bawah di RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru.
Universitas Riau.
Handayani, Rohmi, 2014. Pengaruh
Terapi Murotal Al- Qur’an
Terhadap
Penurunan
Intensitas Nyeri Persalinan
Dan
Kecemasan
Dalam
Persalinan
Primigravida
Kala I Fase Aktif di RSUD
Prof. DR. Magono Soekardjo.
Akademi Kebidanan YLPP
Purwokerto.
Indryani & Djami, 2013. Asuhan
Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Jakarta : Trans Info
Media.
Judha, Muhammad, dkk, 2012. Teori
Pengukuran Nyeri dan Nyeri
Persalinan. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Lian Lai, Chiou et all, 2015. Adjunct
effect of music therapy on
cognition
in
Alzheimer’s
disease in Taiwan: a pilot
study. Taiwan.
Lestari, Winny Putri, 2015. Pengaruh
Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Respon Adaptasi
Nyeri Pada Ibu Inpartu Kala I
Fase Aktif di BPM Bidan P
Kota
Yogyakarta.
STIKes
„Aisyiyah Yogyakarta.
Maryunani, Anik, 2010. Nyeri Dalam
Persalinan Teknik dan Cara
Penanganannya. Jakarta : Trans
Info Media.
Oktavia,
Nike
Sari,
2013.
Perbandingan
Efek
Musik
Mozart dan Musik Tradisional
Gamelan
jawa
Terhadap
8
Pengurangan Nyeri Persalinan
Kala I Fase Aktif Pada
Nulipara di RSIA Arvita Bunda
Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Universitas Padjadjaran.
Pasic,Marija Bosnjak et all, 2016.
Arts, Brain And Cognition in
Department of Neurology,
University Hospital Centre
Zagreb, Croatia
Suhrabi, Zeinab et all, 2010.
Comparison between massage
and music therapies to relieve
the severity of labor pain in
Iran.
Solehati & Kosasih, 2015. Konsep
dan Aplikasi Relaksasi dalam
Keperawatan
Maternitas.
Bandung : PT Refika Aditama.
Tamsuri, Anas, 2012. Konsep dan
Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta :
EGC.
Walyani & Purwoastuti, 2016.
Asuhan Kebidanan Persalinan
dan
Bayi
Baru
Lahir.
Yogyakarta : PustakaBaruPress.
Trappe, Hans-Joachim, 2012. Music
and medicine: The effects of
music on the human being.
Germany.
Yanti, 2009. Buku Ajar Asuhan
Kebidannan
Persalinan.
Yogyakarta : Pustaka Rihama.
Yana, Rahma, 2015. Efektivitas
Terapi
Murotal
Terhadap
Intensitas Nyeri Persalinan
Kala I Fase Aktif di RSUD
Petala Bumi Riau. Universitas
Riau.
Marpaung.
2011.
Gambaran
Kecemasan
dan
Nyeri
Persalinan
Pada
Ibu
Primigravida di Klinik Bersalin
Sally. [Karya Tulis Ilmiah].
Universitas Sumatera Utara.
Bernatzky dkk. 2011. Emotional
Foundation Of Music As A Non
Pharmakological
Pain
Management Tool In Modern
Medicine. A Neuroscience and
Biobehavioral Reviews, 30 (60)
: 11.
9
Download