PERBEDAAN SKALA NYERI PERSALINAN PADA IBU INPARTU KALA I FASE AKTIF SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN TERAPI MUSIK MOZART TAHUN 2017 Wewen, Rahardjo Apriyatmoko, Kartika Sari Program Studi DIV Kebidanan Universitas Ngudi Waluyo [email protected] ABSTRAK Latar Belakang :Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan turunnya janin ke jalan lahir. Nyeri pada persalinan kala I merupakan proses fisiologis yang disebabkan oleh proses dilatasi servik, hipoksia otot uterus saat kontraksi, iskemia korpus uteri dan peregangan segmen bawah rahim dan kompresi saraf di servik. Distraksi merupakan pengalihan perhatian pasien ke hal yang lain.Satu diantara teknik distraksi adalah dengan terapi musik. musik yang paling disarankan yaitu terapi musik Mozart. Hal ini dikarenakan musik Mozart memiliki tempo dan harmonisasi nada yang seimbang, tidak seperti musik yang berjenis rock, dangdut atau musik-musik lainnya. Tujuan Penenlitian ini adalah untuk mengetahui Perbedaan Skala Nyeri Pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif Sebelum dan Sesudah dilakukan Terapi Musik Mozart. Metode :Jenis penelitian yang digunakan adalah pra eksperimen design dengan menggunakan one group pre test-post test design. Populasi dalam penelitian adalah seluruh ibu bersalin yang ada di bidan wilayah ungaran dan ambarawa pada tahun 2017. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 10 ibu bersalin dengan teknik accidental sampling. Analisis menggunakan uji Paired sample T Test Hasil :Didapatkan dari 10 responden, didapat nilai rata-rata skala nyeri sebelum sebesar 6,50 nilai minimum sebesar 5, nilai maksimum sebesar 8 dan standar deviasi sebesar 0,8 dan sesudah sebesar 5,60, nilai minimum sebesar 4, nilai maksimum sebesar 8 dan standar deviasi sebesar 1,265, hasil analisis dapat diketahui bahwa p value=0,019. Kesimpulan :Ada perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah perlakuan, dilihat dari p value (0.019) < α (0.05). Kata Kunci : Musik Mozart, Inpartu kala I fase aktif,Persalinan ABSTRACT Background: Labor is the process of opening and depleting the cervix and the descent of the fetus to the birth canal. Pain in the first stage of labor is a physiological process caused by cervical dilatation, uterine muscle hypoxia during contraction, uterine corpus ischemia and stretching of the lower uterine segment and nerve compression in the cervix. Distraction is a diversion of the patient's attention to something else. One of the distraction techniques is with music therapy. The most recommended music is Mozart's music therapy. This is because Mozart music has a balanced and harmonization, unlike rock, dangdut or other music. The purpose of this study is to know the differences in pain relief scale on labor mother of 1st active phase before and after mozart music therapy year 2017. Method:Type of this research used pre experiment design with one group pre test-post test design. The population in the study were all mothers in 2017. The sample in this research were 10 labor mothers with accidental sampling technique. The analysis used Paired sampel T-Test. Results: Obtain from 10 respondents, the average score of pain scale before is 6.50 the minimum value is 5, the maximum value is 8 and the standard deviation before is 0.8 and after 5.60, the minimum value is 4, the maximum value is 8 and the standard Deviation is 1,265, the result of analysis can be known that p value = 0,019. Conclusion:There is a change of pain response before and after treatment, it can be seen from p value (0.019) <α (0.05). Keywords:Mozart Music, 1St Active Phase, Labor 2 PENDAHULUAN Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan turunnya janin ke jalan lahir (Indiarti, 2007). Nyeri pada persalinan kala I merupakan proses fisiologis yang disebabkan oleh proses dilatasi servik, hipoksia otot uterus saat kontraksi, iskemia korpus uteri dan peregangan segmen bawah rahim dan kompresi saraf di servik (Bandiyah, 2009). Menurut Evoski dalam Hamilton (2006) kurang lebih 90% persalinan disertai rasa nyer idan 714% tidak disertai. Pada kala I terjadi kontraksi yang dapat menekan ujung syaraf sehingga menimbulkan rangsangan nyeri dan berdampak timbulnya ketakutan dan rasa takut, pada kala I fase aktif akan terjadi peningkatan rasa nyeri, hal itu dikarenakan amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4 kali/10 menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10 cm). Nyeri persalinan merupakan suatu kondisi yang fisiologis. Keadaan tersebut merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang terjadi selama proses persalinan. Nyeri persalinan mulai timbul pada persalinan kala I fase laten dan fase aktif. Makin lama nyeri yang dirasakan akan bertambah kuat, puncak nyeri terjadi pada fase aktif, dimana pembukaan lengkap sampai10 cm. Intensitas nyeri selama persalinan akan mempengaruhi kondisi psikologis ibu, proses persalinan dan kesejahteraan janin (Potter & Perry, 2005). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada masyarakat primitif, persalinannya lebih lama dan nyeri, sedangkan masyarakat yang telah maju 7-14% bersalin tanpa rasa nyeri dan sebagian besar (90%) persalinan disertai rasa nyeri. Nyeri adalah masalah yang alamiah dalam menghadapi persalinan. Apabila tidak diatasi maka menimbulkan masalah lain yaitu meningkatkan rasa khawatir (Wikyosastro, 2005). Nyeri persalinan juga dapat mempengaruhi lamanya persalinan dikarenakan kontraksi uterus melalui sekresi kadar katekolamin dan menaikkan kortisol. Nyeri juga dapat menyebabkan aktivitas uterus yang tidak terkoordinasi yang akan mengakibatkan persalinan lama. Adapun nyeri persalinan yang berat dan lama dapat mempengaruhi sirkulasi maupun metabolisme yang harus segera diatasi karena dapat menyebabkan kematian. Rasa nyeri pada persalinan adalah nyeri kontraksi uterus. Akibat kontrasi uterus saat bersalin dapat meningkatkan aktifitas sistem saraf simpatis, perubahan tekanan darah dan denyut jantung. Kondisi ini jika tidak diatasi, akan mengakibatkan perasaan tidak enak, takut akan persalinan yang dihadapi, khawatir keadaan bayinya, stress akan keadaan rumah bersalin atau tenaga medisnya (Sumarah, dkk, 2008). Perubahan psikologis seperti cemas wajar terjadi pada setiap ibu bersalin, namun ia memerlukan bimbingan dari keluarga dan penolong persalinan agar ia dapat menerima keadaan yang terjadi selama persalinan dan dapat memahaminya sehingga ia dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya. Perubahan psikologis selama persalinan perlu diketahui oleh penolong persalinan 1 dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendamping atau penolong persalinan. Persalinan dapat berjalan dengan lancar apabila ibu tenang dan rileks (Sumarah, dkk, 2008). Dalam persalinan kala I fase aktif, kontraksi sangat berpengaruh terhadap majunya pembukaan. Kontraksi dan retraksi otot-otot uterus menyebabkan berkurangnya ukuran kavum uteri dengan pemendekan serta penebalan segmen atas rahim dan pemanjangan serta penipisan segmen bawah rahim. Dengan demikian, servik secara berangsurangsur berdilatasi (effacement). Dilatasi terjadi secara bersamaan dengan penarikan segmen bawah rahim ke atas dan penekanan tonjolan selaput ketuban atau kepala janin yang berkontraksi selama persalinan membutuhkan oksigen yang cukup. Kontraksi akan lebih baik jika ibu melakukan relaksasi selama persalinan kala I (Yulianti, 2004) Respon nyeri pada setiap individu adalah unik dan relatif berbeda. Hal ini dipengaruhi antara lain oleh pengalaman, persepsi, maupun sosial kultural individu. Setiap ibu hamil memiliki persepsi dan dugaan yang unik tentang proses persalinan, baik itu tentang nyeri dan bagaimana kemampuannya mengatasi nyeri. Persalinan sebagai proses yang fisiologis yang dihubungkan dengan penderitaan akibat rasa nyeri yang ditimbulkan. Nyeri pada persalinan bukanlah hal baru, dan menjadi salah satu penyebab timbulnya perasaan cemas dan ketakutan pada ibu bersalin (Hani, 2010). Penanggulangan nyeri pada persalinan sangat penting karena akan dapat memperbaiki keadaan fisiologis dan psikologi ibu dan bayi baru lahir serta mengurangi kematian ibu dan janin. Sehingga pemerintah diIndonesia memperhatikan cara untuk mengurangi kematian ibu dan janin dengan adanya pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN) dengan menerapkan asuhan sayang ibu. Sehingga bidan dituntut harus melakukan pertolongan persalinan tanpa rasa nyeri, dengan mendalami dan menerapkan metode asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan menggunakan metode-metode pengurangan rasa nyeri. Saat ini proses persalinan dengan menggunakan metode-metode pengurangan rasa nyeri sedang berkembang dimasyarakat, karena ibu bersalin meyakini bahwa persalinan itu nyeri, dan menganggap lebih penting mengatasi rasa nyeri pada proses persalinan dibandingkan dengan tempat persalinan atau siapa yang mendampingi (Aprillia, 2014). Distraksi merupakan pengalihan perhatian pasien ke hal yang lain dengan demikian menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri yang dirasakannya. Satu diantara teknik distraksi adalah dengan terapi musik. Mendengarkan musik dapat memberikan hasil yang sangat efektif dalam upaya mengurangi nyeri pasien pasca operasi (Potter & Perry, 2006). Terapi musik Mozart mempunyai kekuatan yang membebaskan, mengobati, dan bahkan memiliki kekuatan yang dapat menyembuhkan (Utama, 2011). Musik klasik mempunyai fungsi menenangkan pikiran dan katarsis emosi, serta dapat mengoptimalkan tempo, ritme, melodi dan harmoni yang teratur dan dapat menghasilkan gelombang alfa serta gelombang beta dalam gendang 2 telinga sehingga memberikan ketenangan yang membuat otak siap menerima masukan baru, efek rileks dan menidurkan. Musik klasik berfungsi mengatur hormon- hormon yang berhubungan dengan stress antara lain ACTH , Prolaktin dan hormon pertumbuhan serta dapat menaikan kadar endorphin sehingga dapat mengurangi nyeri (Solehati, 2015). Penelitian yang dilakukan Harefa (2010), terkait terapi musik terhadap intensitas nyeri dan hasil penelitian menunjukan bahwa musik yang paling disarankan untuk terapi yaitu terapi musik Mozart. Hal ini dikarenakan musik Mozart memiliki tempo dan harmonisasi nada yang seimbang, tidak seperti musik yang berjenis rock, dangdut atau musikmusik lainnya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Perbedaan Skala Nyeri Persalinan Pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif Sebelum dan Sesudah Dilakukan Terapi Musik Mozart Tahun 2017”. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus : 1. Tujuan Umum Mengidentifikasi Perbedaan Skala Nyeri Pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif Sebelum dan Sesudah Dilakukan Terapi Musik Mozart Tahun 2017”. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui Skala nyeri persalinan pada ibu inpartu kala I fase aktif sebelum dilakukan Terapi musik mozart. b. c. Mengetahui Skala nyeri persalinan pada ibu inpartu kala I fase aktif sesudah dilakukan Terapi musik mozart. Mengetahui perbedaan skala nyeri persalinan pada ibu inpartu kala I fase aktif sebelum dan sesudah dilakukan Terapi musik mozart. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra eksperimen design dengan menggunakan one group pre test-post test design, yaitu penelitian sesaat dengan pemberian pre test dahulu sebelum diberikan terapi musik mozart kemudian setelah diberikan terapi musik mozart dilakukan post test. Dimana data yang menyangkut variabel bebas (Terapi Musik Mozart) dan vaiabel terikat (Skala nyeri persalinan pada ibu inpartu). Populasi dalam penelitian ini adalah adalah semua ibu bersalin. Pengambilan sampel ini menggunakan Accidental sampling yaitu dengan cara mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia (Notoadmojo, 2012). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 10 responden. Analisis dibagi dalam dua bentuk yaitu analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi dari masing- masing variabel, analisis bivariat Untuk melihat adanya perbedaan antara dua variabel tersebut digunakan uji Paired Sample T-Test. 3 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat 1. Hasil Pengamatan Terhadap Objek Penelitian. a. Distribusi Frekuesni Berdasarkan Umur Responden. Berikut ini disajikan Tabel 4.1 mengenai distribusi responden Berdasarkan Umur Responden. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden Umur Frekuensi Presentase 20-35 tahun 8 80% 36-40 tahun 2 20% Total 10 100% Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 10 responden didapatkan dengan umur 20-35 Tahun sebanyak 8 orang (80%) sedangkan dengan umur 36-40 Tahun sebanyak 2 orang (20%). b. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas Responden Berikut ini disajikan Tabel 4.2 mengenai distribusi responden Berdasarkan Paritas Responden Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas Responden Paritas Frekuensi Presentase Primpara 4 40% Multipara 6 60% Total 10 100% Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 10 Responden didapatkan dengan kehamilan primipara 4 orang (40%) sedangkan dengan kehamilan Multipara sebanyak 6 orang (60%). c. Nyeri Persalinanan Pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif Sebelum Dilakukan Terapi Musik Mozart. Berikut ini disajikan Tabel 4.3 mengenai distribusi responden menurut nyeri persalinan pada ibu inpartu kala I fase aktif sebelum dilakukan terapi musik Mozart. Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Tingkat Nyeri persalinan pada ibu inpartu kala I fase aktif sebelum dilakukan terapi musik mozart Me Med Nilai Nilai Variabel an ian Min Max Skala 6,5 6,50 5 8 Nyeri Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 10 responden, didapat nilai ratarata tingkat nyeri sebesar 6,5, nilai minimum sebesar 5, nilai maksimum sebesar 8 dan standar deviasi sebesar 0,8. d. Nyeri Persalinanan Pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif Setelah Dilakukan Terapi Musik Mozart. Berikut ini disajikan Tabel 4.4 mengenai distribusi responden menurut nyeri persalinan pada ibu inpartu kala I fase aktif setelah dilakukan terapi musik Mozart. Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Tingkat Nyeri persalinan pada ibu inpartu kala I fase aktif setelah dilakukan terapi musik mozart 4 Standar Deviasi 0,8 Variabel Me an Medi an Nilai Min Nilai Max Standar Deviasi Skala nyeri 5,60 5,50 4 8 1,265 Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 10 responden, didapat nilai rata-rata skala nyeri sebesar 5,60, nilai minimum sebesar 4, nilai maksimum sebesar 8 dan standar deviasi sebesar 1,265. Analisis Bivariat 1. Pengaruh Terapi musik mozart Terhadap Skala Nyeri Persalinan Pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas menggunakan uji Shapiro Wilk, hasil perhitungan menggunakan SPSS didapat pre sebesar 0,258 dan post sebesar 0,445, karena nilai post lebih dari nilai α=0,05 maka dapat dikatakan bahwa data dikatakan berdistribusi normal, oleh karena itu pengujian dilanjutkan dengan uji Paired Samples Test. Tabel 4.5 Deskriptif Statistik Pengaruh Terapi Musik Mozart Terhadap Skala Nyeri Persalinan Pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif. Statistik Pre Post p-value Deskriptif Mean 6,50 5,60 Median 6,50 5,50 Standard deviasi 0,85 1,26 0,019 Minimum 5,00 4,00 Maksimum 8,00 8,00 Berdasarkan hasil pada Tabel 4.5 dapat diketahui terjadi perubahan tingkat respon nyeri sebelum dan sesudah perlakuan. Terjadi penurunan skala nyeri yang semula bernilai rata-rata 6,5 menjadi 5,60. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa p value = 0,019 (α=0,05) yang artinya bahwa p value < 0,05, sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima dimana secara statistik dapat dikatakan terapi musik Mozart dapat menurunkan Skala Nyeri Persalinan Pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Bernatzky tahun 2011 yang menyatakan bahwa kontransi nyeri terganggu karena adanya alunan musik yang menenangkan dan membuat ibu bersalin menjadi nyaman sehingga tidak terfokus pada nyeri yang sedang dirasakannya saat itu. Terapi musik sebagai pengobatan non farmakologis modern terbukti efektif sebagai penangan nyeri. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Oktavia, dkk (2013) Perbandingan Efek Musik Klasik Mozart dan Musik Tradisional Gamelan Jawa terhadap Pengurangan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada Nuliparadi RSIA Arvita Bunda Kabupaten Sleman Yogyakarta. Menunjukkan bahwa sebanyak 30 nulipara yang berada dalam kala I fase aktif persalinan bahwa Hasil yang didapatkan antara lain, pada kelompok Mozart terdapat nilai median 7,5 (7–10) menjadi 6 (5– 9), pada kelompok gamelan jawa median 7 (5–9) menjadi 7,5 (5– 10), sementara pada kontrol median 7 (4–9) menjadi 9,5 (6– 10). Terdapat perbedaan nyeri antara kelompok Mozart dan kontrol (p=0,001), terdapat 5 perbedaan nyeri antara kelompok gamelan jawa dan kontrol (p=0,022), dan perbandingan antara musik klasik Mozart dan musik tradisional gamelan jawa (p=0,124). Berdasarkan penelitian Trappe, Hans-Joachim tahun 2012 Music and medicine: The effects of music on the human being dengan Efek musik pada kardiovaskular Patofisiologi pada Wanita hamil dan hasil penelitian menunjukan bahwa Wanita hamil yang Menerima terapi musik selama 30 menit pada 3 kali berturut-turut setiap Hari. Perlakuan biasanya diberikan pada wanita saat beristirahat 30 menit dengan 3 kali berturut-turut setiap Hari. Dengan menilai variabel kecemasan (StateTrait Anxiety Inventory), dan fisiologis Respon seperti tanda vital dan jantung janin. Hasil penelitian menunjukan bahwa setelah diberikan terapi musik Tingkat kecemasan menurun dan fisiologis Tanggapan meningkat secara signifikan pada Wanita dengan terapi musik saat beristirahat. Dalam studi lain oleh Kim et al disarankan untuk bermain atau mendengarkan musik pada wanita selama Kehamilan, kelahiran dan menyusui, dari hasil peneltian didapatkan bahwa Ada peningkatan yang signifikan Fungsi kognitif Saat mendengarkan musik Mozart dengan skor 57,56 dibandingkan dengan relaksasi (skor 54,61) Atau diam (skor 54.00) dihasilkan (p <0,002). Pada dasarnya kondisi relaksasi dan keheningan Tidak berbeda (p = 0,43). Musik Juga bisa membantu dalam kasus depresi Dan lebih khusus lagi depresi pascamelahirkan. Mozart memiliki efek menguntungkan dalam pertumbuhan Bayi prematur. Pada penelitian Pasic,Marija Bosnjak et all (2016) Arts, Brain And Cognition in Department of Neurology, University Hospital Centre Zagreb, Croatia Penelitian menunjukkan adanya perubahan Di neurotransmiter dan kadar serum hormon. Hubungan yang paling menonjol antara musik dan Peningkatan kinerja atau perubahan aktivitas neuropsikologis ditunjukkan oleh penelitian yang melibatkan musik Mozart Teori "The Mozart Effect". Hasil dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa mendengarkan musik dapat meningkatkan kognisi, Keterampilan motorik dan pemulihan setelah cedera otak. Selain itu penelitian A. Rapp, Michael et all tahun 2015 Differential effects of wakeful rest, music and video game playing on working memory performance in the n-back task penelitian menunjukan bahwa memainkan permainan video "Angry Birds" Selama istirahat belajar sementara menyebabkan penurunan proses kinerja penyelesaian tugas, dibandingkan dengan beristirahat dan mendengarkan musik, meski secara keseluruhan Kinerja penyelesaian tugasnya tidak terganggu. Efek ini dikaitkan dengan fokus yang tinggi dalam berpikiran sehari-hari dan kemampuan membuat diri untuk berkonsentrasi. Penelitian ini 6 menunjukkan bahwa video Permainan dapat berdampak negatif terhadap kinerja memori kerja dari waktu ke waktu saat bersamaan Antara tugas belajar. Penelitian Lian Lai, Chiou et all Tahun 2015 Adjunct effect of music therapy on cognition in Alzheimer’s disease in Taiwan: a pilot study bahwa pada Kasus AD ringan (tingkat demensia klinis = 0,5 ~ 1) secara berurutan dan dipisahkan menjadi kelompok MT atau kelompok kontrol (CG) yang dilakukan selama 6 bulan. Intervensi MT adalah mendengarkan musik Sonata Mozart (KV 448) dan Canon Pachelbel, mendengarkan headphone selama 30 menit setiap hari di pagi hari dan sebelum tidur. Dihasilkan Empat puluh satu kasus (MT versus CG = 20 versus 21) dianalisis. teradapat Perbedaan yang disesuaikan dengan perkiraan pemeriksaan setelah 6 bulan di kelompok MT sedikit menurun dibandingkan CG tanpa signifikansi statistik. Dalam analisis lebih lanjut tentang domain kognitif CASI, perbedaan yang disesuaikan dari domain abstraksi pada kelompok MT secara signifikan lebih baik daripada CG. jadi dapat disimpulkan tidak ada manfaat tambahan dari Musik Terapi ini secara umum dan fungsi seharihari pada pasien AD ringan, ini menegaskan efek kognisi tambahan pada abstraksi. MT ini berkontribusi terhadap pengobatan tambahan AD. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Suhrabi, Zeinab, et all, 2010. Comparison between massage and music therapies to relieve the severity of labor pain in Iran Secara keseluruhan, 101 primigravidae yang dirawat di rumah sakit karena persalinan per vaginam Direkrut dan dikelompokkan secara acak menjadi dua kelompok pijat (n = 51) atau musik (n = 50) Terapi Nyeri diukur dengan menggunakan skala analog visual dan kedua kelompok tersebut dibandingkan Dalam hal keparahan nyeri sebelum dan sesudah intervensi. Hasil penelitian Ibu di pijatan Kelompok terapi pijat memiliki tingkat nyeri yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok terapi musik (P = 0,009). Perbedaan yang signifikan diamati antara kedua kelompok dalam hal tingkat keparahan nyeri Setelah intervensi (p = 0,01). Menekankan, atau paling parah, sakit persalinan segera hilang Terapi pijat (p = 0,001). Kesimpulan: Terapi pijat adalah metode yang efektif untuk mengurangi Dan mengurangi nyeri persalinan dibandingkan dengan terapi musik dan dapat direkomendasikan secara klinis sebagai Alternatif, metode penghilang rasa sakit yang aman dan terjangkau dimana menggunakan farmakologis atau Metode nonfarmakologis bersifat operasional. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian tentang perbedaan skala nyeri persalinan pada ibu inpartu kala I fase aktif sebelum dan sesudah dilakukan terapi musik mozart tahun 2017 dapat disimpulkan sebagai berikut: 7 1. 2. 3. Skala Nyeri Persalinanan Pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif Sebelum Dilakukan Terapi Musik Mozart bahwa dari 10 responden, didapat nilai rata-rata tingkat nyeri sebesar 6.5, nilai minimum sebesar 5, nilai maksimum sebesar 8 dan standar deviasi sebesar 0,8. Skala Nyeri Persalinanan Pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif Sesudah Dilakukan Terapi Musik Mozart bahwa dari 10 responden, didapat nilai rata-rata skala nyeri sebesar 5,60, nilai minimum sebesar 4, nilai maksimum sebesar 8 dan standar deviasi sebesar 1,265. hasil analisis dapat diketahui bahwa p value = 0,019 (α=0,05) yang artinya bahwa p value < 0,05, sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima dimana secara statistik dapat dikatakan terapi musik Mozart dapat menurunkan Skala Nyeri Persalinan Pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif . DAFTAR PUSTAKA Rapp, Michael et all, 2015. Differential effects of wakeful rest, music and video game playing on working memory performance in the n-back task. Cunaeni, Siti, 2016. Efektivitas Terapi Murotal Terhadap Penurunan Nyeri Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif di Puskesmas Mungkid Kab. Magelang. Poltekkes Kemenkes Semarang. Djohan, 2009. Psikologi Musik. Yogyakarta : Best Publisher. Firdaus, Muhammad, 2014. Efektivitas Terapi Musik Mozart Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur Ekstremitas Bawah di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Universitas Riau. Handayani, Rohmi, 2014. Pengaruh Terapi Murotal Al- Qur’an Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Persalinan Dan Kecemasan Dalam Persalinan Primigravida Kala I Fase Aktif di RSUD Prof. DR. Magono Soekardjo. Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto. Indryani & Djami, 2013. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : Trans Info Media. Judha, Muhammad, dkk, 2012. Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta : Nuha Medika. Lian Lai, Chiou et all, 2015. Adjunct effect of music therapy on cognition in Alzheimer’s disease in Taiwan: a pilot study. Taiwan. Lestari, Winny Putri, 2015. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Respon Adaptasi Nyeri Pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif di BPM Bidan P Kota Yogyakarta. STIKes „Aisyiyah Yogyakarta. Maryunani, Anik, 2010. Nyeri Dalam Persalinan Teknik dan Cara Penanganannya. Jakarta : Trans Info Media. Oktavia, Nike Sari, 2013. Perbandingan Efek Musik Mozart dan Musik Tradisional Gamelan jawa Terhadap 8 Pengurangan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Pada Nulipara di RSIA Arvita Bunda Kabupaten Sleman Yogyakarta. Universitas Padjadjaran. Pasic,Marija Bosnjak et all, 2016. Arts, Brain And Cognition in Department of Neurology, University Hospital Centre Zagreb, Croatia Suhrabi, Zeinab et all, 2010. Comparison between massage and music therapies to relieve the severity of labor pain in Iran. Solehati & Kosasih, 2015. Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam Keperawatan Maternitas. Bandung : PT Refika Aditama. Tamsuri, Anas, 2012. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC. Walyani & Purwoastuti, 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta : PustakaBaruPress. Trappe, Hans-Joachim, 2012. Music and medicine: The effects of music on the human being. Germany. Yanti, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidannan Persalinan. Yogyakarta : Pustaka Rihama. Yana, Rahma, 2015. Efektivitas Terapi Murotal Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif di RSUD Petala Bumi Riau. Universitas Riau. Marpaung. 2011. Gambaran Kecemasan dan Nyeri Persalinan Pada Ibu Primigravida di Klinik Bersalin Sally. [Karya Tulis Ilmiah]. Universitas Sumatera Utara. Bernatzky dkk. 2011. Emotional Foundation Of Music As A Non Pharmakological Pain Management Tool In Modern Medicine. A Neuroscience and Biobehavioral Reviews, 30 (60) : 11. 9